Você está na página 1de 20

MAKALAH

FIX PHONE TELKOM

Dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah


Teknik Frekuensi Tinggi

Disusun oleh:
Agung Nurhidayat 41.15.0057
Lukmanul Hakim 41.15.0058
41.15.0066

PROGRAM SARJANA TERAPAN INSTRUMENTASI


SEKOLAH TINGGI METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
TANGERANG SELATAN
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah swt karena rahmat dan karunia-
Nya penulis dapat menyelesaikan makalah dengan judul Fix Phone Telkom.
Penulisan makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Teknik
Frekuensi Tinggi di Sekolah Tinggi Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. Penulisan
makalah ini memiliki banyak kendala dan kesulitan. Namun, penulisan makalah dapat
selesai berkat bimbingan, bantuan, saran, dan nasihat berbagai pihak, khususnya dosen
pengampu mata kuliah Teknik Frekuensi Tinggi sehingga kendala dan kesulitan dapat
teratasi dengan baik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kekurangan baik dari aspek kualitas maupun kuantitas. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan penelitian
dalam makalah ini.
Selanjutnya dengan tulus penulis menyampaikan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu hingga makalah ini dapat diselesaikan. Pihak-pihak
tersebut adalah:
1. Agus Tri Sutanto selaku dosen pengampuh mata kuliah Teknik Frekuensi
Tinggi .
2. Teman-teman kelas Instrumentasi IVC yang telah memberikan masukan dan
saran.
3. Berbagai pihak yang telah memberikan bantuan dan dorongan, serta berbagi
pengalaman pada proses penyusunan makalah ini.
Demikian, penulis berharap bahwa makalah ini dapat memberikan manfaat dan
memperluas wawasan bagi berbagai pihak.

Tangerang Selatan, Juli 2017

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1

KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2

DAFTAR ISI ........................................................................................................... 3

BAB I ...................................................................................................................... 5

PENDAHULUAN .................................................................................................. 5

1.1 Latar Belakang ............................................................................................... 5

1.1 Rumusan Masalah .......................................................................................... 6

1.2 Tujuan Penulisan ........................................................................................... 6

1.4 Manfaat Penulisan ......................................................................................... 6

BAB II ..................................................................................................................... 7

PEMBAHASAN ..................................................................................................... 7

2.1 Pengertian Visibilitas ................................................................................... 7

2.2 Pengertian RVR 10

2.3 Transmissometer ..11

2.3.1 Pengertian Transmissometer 11

2.3.2 Bagian-bagian Transmissometer.. 13

2.3.3 Cara Kerja Transmissometer ...14

2.3.4 Pemasangan Transmissometer..17

2.3.5 Pemeliharaan Transmissometer ...18

2.3.6 Kalibrasi Transmissometer ..18

BAB III .................................................................. Error! Bookmark not defined.

PENUTUP .............................................................. Error! Bookmark not defined.

3
3.1 Kesimpulan ................................................... Error! Bookmark not defined.

3.2 Saran ............................................................. Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 20

4
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Komunikasi merupakan bagian paling mendasar dalam kehidupan manusia.
Tanpa komunikasi manusia tidak dapat hidup. Bahkan yang tidak dapat
melakukannya secara verbal pun akan berusaha melakukannya dengan cara lain
yaitu nonverbal seperti penggunaan bahasa tubuh.
Seseorang yang mampu melakukan komunikasi verbal baik lisan maupun
tulisan akan memanfaatkannya sebaik mungkin agar mendapat pengakuan akan
eksistensi dari lingkungan sosialnya. Sikap keterbukaan terhadap lingkungan
sosial sekitarnya akan membuat seseorang itu menjadi berharga bagi lingkungan
di sekitarnya itu sendiri.
Telekomunikasi berasal dari dua kata, yaitu tele yang berarti jarak jauh dan
komunikasi yang berarti hubungan. Telekomunikasi dilakukan antara dua orang
atau lebih yang berhubungan secara berjauhan dengan menggunakan media
telekomunikasi elektronik. Media komunikasi antara lain : Telepon, Faksimil,dll
Perkembangan jaringan telekomunikasi saat ini mengalami kemajuan yang
sangat cepat. Berbagai macam fasilitas teknologi telekomunikasi terus
dikembangkan agar pengguna dapat melakukan komunikasi suara, data, dan grafik
/ gambar. Kebutuhan akan komunikasi grafik dan gambar membutuhkan
kecepatan data yang semakin tinggi sehingga harus didukung oleh sistem yang
handal agar dapat memberikan kualitas layanan dengan baik.
Salah satu teknologi komunikasi yang saat ini masih digunakan adalah telepon
rumah atau fix phone. Di Indonesia, telepon rumah ini kebanyakan masih
digunakan oleh perusahaan telkom. Dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai
sejarah, kegunaan, kelebihan, dan sistem kerja dari telepon rumah..

5
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1.2.1 Apa itu telepon rumah?
1.2.2 Apa saja kegunaan telepon rumah?
1.2.3 Bagaimana prinsip kerja dan sistem dari telepon rumah?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1.3.1 Memberikan informasi tentang pengertian telepon rumah.
1.3.2 Membantu memberikan informasi kegunaan dan kelebihan telepon rumah.
1.3.3 Memberikan wawasan tentang prinsip kerja dan sistem dari telepon rumah
1.4 Manfaat Penulisan
Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut.
1.4.1 Memberikan pengetahuan kepada para pembaca.
1.4.2 Menjadi sumber rujukan taruna-taruni dalam studi tentang telepon rumah

6
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Visibilitas


Visibilitas atau jarak pandang adalah kemampuan melihat jarak horisontal terjauh
dimana sebuah objek yang jelas dapat terlihat dengan mata telanjang dan diungkapkan
dalam satuan jarak. Jarak penglihatan mendatar (visibilitas horizontal) dinyatakan
dalam ukuran Km atau yang kurang dari 1 Km dinyatakan dalam meter. Hingga saat
ini penglihatan mendatar ditentukan dengan cara memperkirakan, kecuali untuk
keperluan penerbangan kadang-kadang dipergunakan peralatan untuk menentukan
Runway Visual Range (RVR) yang disebut Transmissometer.
Dalam laporan cuaca sering juga ditulis CAVOK yang berarti Ceiling and
Visibility OK. Jadi, jika cuaca baik maka keadaan bisa dilaporkan dengan kata
CAVOK. Dalam pengamatan visibilitas dapat dinyatakan CAVOK jika memenuhi
kriteria :

Jarak pandang lebih dari 10 km.


Tidak ada awan CB (Cumulonimbus).
Tidak ada keadaan cuaca yang signifikan.

Untuk menentukan jarak penglihatan mendatar diperlukan benda-benda pedoman


yang diketahui jaraknya yang terletak di sekitar stasiun. Untuk itu pada setiap stasiun
harus ditentukan benda-benda pedoman disekitar stasiun dengan arah dan jarak yang
berbeda-beda dan diketahui jaraknya.
Benda Pedoman untuk Siang Hari
Benda Pedoman yang baik untuk siang hari adalah benda yang berwarna
hitam, jika tidak ada harus diusahakan benda-benda yang berwarna gelap. Benda-
benda pedoman tersebut sedapat mungkin harus dapat dilihat dengan latar

7
belakang langit. Ukuran benda pedoman yang baik adalah benda yang dapat dilihat
dengan latar belakang langit dan benda yang dapat dilihat dengan ukuran sudut
penglihatan antara 0,5 s/d. 5.

Gambar Sudut Penglihatan

Benda Pedoman untuk Malam Hari


Benda pedoman yang baik untuk malam hari adalah sumber cahaya (lampu
pijar) yang tidak difokuskan (tidak pakai refleksi) dengan intensitas sedang (100
watt) dengan jarak yang diketahui. Warna cahaya yang baik adalah warna merah
atau warna hijau. Disamping itu remang-remang gunung dan lain sebagainya yang
ada disekitar stasiun dan di ketahui jaraknya juga merupakan benda pedoman yang
dapat membantu untuk menentukan penglihatan mendatar. Kecemerlangan cahaya
bintang juga dapat membantu untuk memperkirakan jarak penglihatan mendatar
pada malam hari.

Mengingat banyaknya hal-hal yang mempengaruhi penentuan penglihatan


mendatar, maka dalam menentukan penglihatan mendatar harus dilakukan sebagai
berikut :

8
Sedapat mungkin pengamatan dilakukan pada tempat dimana Observer dapat
melihat seluruh cakrawala.
Pengamatan harus dilakukan pada ketinggian yang tidak terlalu tinggi dari
permukaan bumi.
Jika matahari bersinar, posisi matahari sedapat mungkin berada disamping atau
dibelakang Observer.
Harus dihindarkan memandang benda pedoman melawan matahari terbenam atau
matahari terbit.
Menentukan penglihatan mendatar pada malam hari harus dilakukan pada saat
terakhir setelah pengamatan unsur cuaca lainnya diluar gedung observasi
dilakukan.
Penglihatan mendatar diamati dalam segala jurusan.
Jarak penglihatan mendatar yang diambil dan harus dilaporkan adalah Jarak
penglihatan mendatar yang terdekat.

Faktor-faktor yang mempengaruhi visibilitas, yaitu :


Hujan deras,
kabut,
asap,

9
badai pasir,
badai debu.
Sensor visibilitas mengukur jarak pandang / transparansi atmosfer dan menghitung
koefisien attenuasi serta menghitung nilai MOR (Meteorological Optical Range).
Prinsip kerjanya menentukan nilai visibilitas dengan mengukur koefisien attenuasi
seberkas cahaya saat melewati udara. Setiap partikel di udara seperti kabut, hujan dan
salju akan mempengaruhi koefisien attenuasi berkas. Nilai ini kemudian dikirim ke
komputer pemroses data utama dan ditampilkan dalam bentuk data yang diterjemahkan
ke dalam nilai MOR setara mil atau km.

2.2 Pengertian RVR (Runway Visual Range)

RVR (Runway Visual Range) yaitu jangkauan dimana penerbang di sebuah


pesawat di atas landasan dapat melihat tanda-tanda atau lampu-lampu di landasan dan
dapat mengenali garis tengah landasan. RVR biasanya didapat dari alat yang disebut
transmissometer. Biasanya ada 3 transmissometer yang dipasang di sisi landasan dan
1 sisi di tengah landasan. Oleh sebab itu dalam laporan cuaca selain disebut nilai RVR
juga disebutkan landasan dimana pengukuran tersebut dilakukan.

10
2.3 Transmissometer
2.3.1 Pengertian Transmissometer/Scattermeter
Transmissometer adalah alat atau instrumen yang pada umumnya dipasang di
lapangan pesawat terbang, berfungsi untuk mengukur jarak pandangan mendatar.
Alat ini menolong untuk mengetahui berapa jauh orang dapat melihat pandangan ke
depan di daerah sepanjang landasan kapal terbang. Dari pabrikan Vaisala terdapat 5
transmissometer sebagai sensor visibilitas yaitu tipe: LT31, FS11, LM21, PWD50,
dan PWD10/20(W).
Transmissometer merupakan alat ukur visibilitas yang memanfaatkan sebaran
atau hamburan cahaya pada suatu volume udara. Atenuasi cahaya di atmosfer
disebabkan oleh hamburan dan penyerapan hal tersebut dapat mengurangi
visibilitas. Faktor yang mengurangi visibilitas dapat dianggap dengan koefisien
scatter, dan instrumen untuk mengukur variabel tersebut digunakan untuk
memperkirakan MOR. Alat ini terdiri dari emitter/transmitter dan detector/receiver
yang terpasang secara monolitik. Karena memanfaatkan sebaran atau hamburan,
alat ini juga disebut Scattermeter.

LT31

11
FS11

LM21

PWD50, PWD10/20(W)

12
2.3.2 Bagian-bagian Transmissometer
Secara umum bagian-bagian transmissometer sebagai berikut:

Gambar bagian-bagian transmissometer

Gambar bagian-bagian transmissometer

13
FDCU (Field Data Collection Unit)
Transmissometer terdiri dari satu sumber cahaya atau satu set alat penerima.
(transmitter dan reciever).
FDCU (Field Data collection Unit), yang berfungsi sebagai kontrol, tempat
power, dan juga loggernya.
Terdapat pelindung pada area sekitar optik transmissometer yang berguna
untuk melindungi optik dari berbagai gangguan.
Tampilan

2.3.3 Cara Kerja Transmissometer/Scattermeter


Cara kerjanya adalah alat memancarkan gelombang cahaya dari
transmitter kemudian diterima oleh receiver. Cahaya tersebut kemudian
diubah menjadi koefisien atenuasi berkas. Cara menghitungnya :
c = ln (T) / z
T : sebagian kecil dari cahaya yang ditransmisikan
z : panjang jalan instrumen
Tingkat terang-gelapnya sumber cahaya yang dapat diterima bergantung pada
keadaan udara yang dilewati cahaya, misalnya terhalang kabut, hujan, atau gelap di
malam hari. Dengan membandingkan terangnya sumber cahaya dengan terangnya
lampu standar, dapat ditentukan jauh pandangan.

14
Pada alat ini, bagian emitter/transmitter memancarkan cahaya berupa infra
merah atau cahaya tampak tergantung pada merk scatter yang digunakan secara
tidak langsung ke receiver, yaitu ke suatu volume udara yang ditentukan. Receiver
hanya menangkap hamburan cahaya dari volume udara tersebut, kemudian
merepresentasikannya menjadi data visibilitas melalui visibility controller board.

sensor scatter menggunakan pengukuran tidak langsung. Instrument ini


mengirimkan seberkas cahaya dan mengukur sebagian kecil dari cahaya tersebar
dari balok. Pada dasarnya, jenis sensor mencoba untuk memperkirakan intensitas
cahaya dialihkan dari balok. Atenuasi kemudian dapat dihitung dari estimasi ini.
Pengukuran scatter didasarkan pada asumsi bahwa fraksi diukur dari cahaya
tersebar mewakili semua cahaya yang hilang. Sayangnya, hal ini tidak sepenuhnya
benar dalam segala kondisi cuaca. pengukuran scatter membuat sulit untuk
menghasilkan sensor forward scatter yang akurat. Tidak ada standar visibilitas,
karena kondisi cuaca alam tidak bisa direproduksi di laboratorium. Respon dari
sensor forward scatter harus diverifikasi terhadap transmissometer referensi di
bawah berbagai kondisi cuaca yang berlaku. Ini disebut kalibrasi awal desain sensor
pencar ke depan.
Instrumen yang digunakan untuk melakukan pengukuran koefisien scatter
dibagi menjadi 3 yaitu
a. Back Scatter
Pada model ini sinar cahaya terkonsentrasi pada volume udara kecil di
depan transmitter, sedangkan receiver berada di bawah transmitter dimana

15
receiver ini menerima cahaya yang terbelah oleh volume sampel udara.
Beberapa peneliti telah mencoba untuk menemukan hubungan antara
visibilitas dan koefisien back scatter, namun secara umum diterima bahwa
korelasi tersebut tidak memuaskan. Gambar dibawah mengilustrasikan
back scatter yang digunakan.

b. Forward scatter
Pada model ini, instrumen terdiri dari transmitter dan receiver,
membentuk sudut antara menjadi 20 sampai 50 . Pengaturan lain
melibatkan penempatan setengah diafragma separuh jalan antara
transmitter dan receiver atau dua diafragma masing-masing dari
transmitter atau receiver. Gambar dibawah mengilustrasikan dua
konfigurasi yang telah digunakan.

16
c. Scatter over a wide angel
Pada model ini biasanya disebut integrating nephelometer,
berdasarkan prinsip pengukuranya, scatter over a wide angel ini ideal
untuk sudut antar 0 180 derajat. Namun dalam praktiknya hanya sekitar
0-120 derajat saja. Receiver diposisikan tegak lurus terhadap sumbu
sumber cahaya yang memberikan cahaya pada sudut yang lebar. Meskipun,
secara teori, instrumen semacam itu harus memberikan perkiraan koefisien
scatter yang lebih baik daripada instrumen yang mengukur jarak dari sudut
hamburan, namun dalam kenyataanya lebih susah memodifikasi alat ini.
Alat ini tidak banyak digunakan untuk mengukur MOR namun alat ini lebih
banyak digunakan untuk mengukur polutan. Gambar dibawah adalah
contoh model dari scatter over a wide angel.

2.3.4 Pemasangan Transmissometer


Berikut ini merupakan tahap instalasi pemasangan transmissometer.
Gunakan kabel yang sesuai untuk instalasi bawah tanah. Gunakan
perlindungan tambahan pada kabel (paralon).
Jarak antara alat dengan landasan 120- 150 m.
Siapkan fondasi untuk tiang penyangga RVR Transmissometer.
Dipasang setinggi +/- 2,685 m diatas permukaan tanah.
Alat dipasang dengan cara di-cor.
Dipasang di kedua ujung runway.
Dipasang secara berhadap-hadapan satu sama lain.
Hubungkan kabel dari transmissometer ke FDCU

17
2.3.5 Pemeliharaan Transmissometer
Berikut ini merupakan tahapan pemeliharaan transmissometer.
Lakukan pengecekan terhadap alat secara rutin.
Bersihkan bagian-bagian alat jika ditemukan benda-benda yang dapat
menganggu kerja alat terutama pada bagian optiknya.
Periksa blower pada alat, dan lakukan pembersihan jika sudah kotor.
Lakukan restart jika terjadi error pada alat.
Lakukan kalibrasi pada alat sesuai waktu yang telah ditetapkan.
Kalibrasi dilakukan dengan menggunakan kalibrator kit yang sudah disediakan
sepaket dengan alat dan mengikuti manual kalibratornya.

2.3.6 Kalibrasi Transmissometer


Kalibrasi merupakan proses untuk menyesuaikan keluaran atau indikasi dari
suatu perangkat pengukuran agar sesuai dengan besaran dari standar yang
digunakan dalam akurasi tertentu. Kalibrasi transmissometer dilakukan 1 tahun
sekali. Transmissometer memiliki sistem auto kalibrasi dan dapat dikalibrasi
menggunakan kalibrator kit. Pada kalibrasi ini menggunakan sebuah kertas putih
yang sudah ditentukan kadar persennya yang biasanya dibuat dari pabrikan. Kertas
tersebut diletakkan pada bagian antara receiver dan transmitter pada saat melakukan
proses kalibrasi. Kertas ini sudah mempunyai kadar intensitas tersendiri sesuai
manual book yang ditentukan. Jika hasil pembacaan pada alat melampaui range
yang disediakan maka alat tersebut dikatakan rusak.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Transmissometer merupakan alat ukur visibilitas dengan prinsip kerja
memanfaatkan cahaya tampak yang dihamburkan untuk didapatkan nilai koefisien
atenuasi yang dapat mewakili jarak pandang yang umumnya digunakan untuk
informasi penerbangan terkait mengudara maupun mendaratnya suatu pesawat terbang.
Karena memanfaatkan cahaya yang dihamburkan, alat ini juga disebut scattermeter.
Secara umum bagian dari alat terdiri dari transmitter dan receiver, FDCU, dan
tampilan. Untuk pemeliharaan dan kalibrasi alat dapat dikatakan mudah dan tertera
pada manual book dari alat secara lengkap. Data yang dihasilkan oleh alat sudah
keluaran yang dapat langsung dipergunakan.

3.2 Saran

Dengan menambahkan informasi dari sumber yang kredibel, makalah ini dapat
diperbaiki sehingga dapat digunakan sebagai pustaka terkait peralatan MKG-I
khususnya pada bidang pengukuran visibilitas. Untuk makalah ini hanya membahas
sedikit alat pengukuran pabrikan Vaisala, sedangkan untuk instrument ini sendiri tidak
hanya pabrikan Vaisala.

19
DAFTAR PUSTAKA
WMO No.8 edisi ke 7, diperbarui tahun 2010.

vaisala.com/en/products/

20

Você também pode gostar