Você está na página 1de 10

A.

KONSEP DASAR
1. Definisi
Ikterus adalah warna kuning dikulit, konjungtiva dan mukosa yang terjadi
karena meningkatnya kadar bilirubin dalam darah. Produksi bilirubin sebagian besar
berasal dari pemecahan sel darah merah yang menua (80%), sisanya berasal dari
pemecahan mioglobulin.
a. Disebut ikterus fisiologis apabila meningginya kadar bilirubin tidak
menimbulkan gangguan fungsi dan kerusakan organ. Ikterus timbul pada hari
kedua tiga dan menghilang tidak lebih dari 10 hari .
b. Disebut hiperbilirubinemia apabila kadar bilirubin total serum meningkat
dengan cepat sampai lebih dari 10mg% disertai tanda tanda hemolisis.
Keadaan ini menjurus kepada kern ikterus (Depkes, 1995).

Ikterus adalah warna kuning pada kulit, konjungtiva dan mukosa akibat
penumpukan bilirubin, sedangkan hiperbilirubinemia adalah ikterus dengan
konsentrasi bilirubin serum yang menjurus kearah terjadinya kern ikterus atau
ensefalopati bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan (Mansjoer, A dkk,
2000).

Ikterus fisiologis dimulai pada usia dua sampai tiga hari. Ikterus dapat terlihat
diwajah bayi ketika kadar dalam serum mencapai sekitar 5mg/dL, kemudian
berkurang jika kadar bilirubin meningkat. Pada hari kelima hingga ketujuh, kadarnya
berkurang menjadi 2mg/dL.

Ikterus patologis dapat terlihat dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin


meningkat sebanyak 5mg/dL dalam 24 jam, ketika kadar bilirubin >15mg/dL,
ketika peningkatan kadarnya berlangsung lebih dari 1 minggu pada bayi cukup
bulan dan lebih dari 2 minggu pada bayi premature, atau ketika bayi menjadi
letargi dan kemampuan menyusu buruk.

2. Etiologi
Ikterus disebabkan hemolisis darah janin dan selanjutnya diganti menjadi
darah dewasa.Pada janin menjelang persalinan terdapat kombinasi antara darah janin
dan darah dewasa yang mampu menarik O2 dari udaradan mengeluarkan CO2
melalui paru paru.Penghancuran darah janin inilah yang menyebabkan terjadinya
ikterus fisiologis.
Ikterus fisiologis adalah akibat pemecahan eritrosit janin, enzim hati yang
belum sempurna disambing ekskresi yang masih buruk karena usus baru mulai berisi
bakteri.
Penyebab dari hiperbilirubinemia antara lain :
1. Penghancuran sel darah merah (hemolisis sel darah merah). Misalnya: pada
ketidakselarasan golongan darah rhesus dan ABO(inkompatibilitas), defisiensi
G6PD, sepsis.
2. Metabolisme bilirubin yang terganggu. Misalnya: premature, cepalenhepar
belum matang, hiperprotein/albumin.
3. Ekskresi bilirubin yang terganggu

3. Patofisiologi
Sel sel darah merah yang telah tua dan rusak akan dipecah/ dihidrolisis
menjadi bilirubin (pigmen warna kuning), yang oleh hati akan dimetabolisme dan
dibuang melalui feses. Didalam usus juga terdapat banyak bakteri yang mampu
mengubah bilirubin sehingga mudah dikeluarkan bersama feses.Pada bayi baru
lahir, jumlah bakteri metabolisme bilirubin masih belum mencukupi sehingga
ditemukan bilirubin yang masih beredar dalam tubuh tidak dibuang bersama
feses.Begitu pula dalam usus bayi terdapat enzim glukoronil transferase yang
mampu mengubah bilirubin dan menyerap kembali bilirubin kedalam darah
sehingga makin memperparah akumulasi bilirubin dalam badan. Akibatnya
pigmen tersebut akan disimpan dibawah kulit, sehingga kulit bayi menjadi kuning.
4. Pathway

Haemoglobin

Heme Globin

Biliverdin Feco

Peningkatan dekstruksi eritrosit (Gangguan konjugasi bilirubin/gangguan transport


bilirubin peningkatan siklus enterohepatik) Hb dan eritrosit abnormal

Pemecahan bilirubin berlebih/bilirubin yang tidak diberikan dengan albumin


meningkat

Suplay bilirubin melebihi kemampuan hepar

Hepar tidak mampu melakukan konjugasi

Sebagian masuk kembali ke siklus emerohepatik

Peningkatan bilirubinunconjugasi dalam darah Pengeluaran meconium


terlambat/obstruksi usus tinja berwarna pucat

Ikterus pada sclera, leher dan badan, Peningkatan bilirubin indirect>12mg/dL


Gangguan
Integritas
Indikasi Fototerapi Kulit

Sinar dengan intensitas tinggi

Resiko Tinggi Kern


Resti Injury Kurangnya Gangguan suhu Ikterus
volume cairan tubuh
tubuh

5. Manifestasi Klinis
1. Kulit jaundice (kuning)
2. Sclera ikterik
3. Peningkatan konsentrasi bilirubin serum 10 mg% pada neonates yang cukup
bulan dan 12.5 mg% pada neonates yang kurang bulan
4. Kehilangan berat badan sampai 5% selama 24 jam yang disebabkan oleh
rendahnya intake kalori
5. Asfiksia
6. Hipoksia
7. Sindrom gangguan pernapasan
8. Pemeriksaan abdomen terjadi bentuk perut yang membuncit
9. Feses berwarna seperti dempul dan pemeriksaan neurologis dapat ditemukan
adanya kejang
10. Epistotonus (posisi tubuh bayi melengkung)
11. Terjadi pembesaran hati
12. Tidak mau minum ASI
13. Letargi
14. Reflex moro lemah atau tidak ada sama sekali

6. Pemeriksaan Penunjang
1. Tes Comb pada tali pusat bayi yang baru lahir. Hasil positif tes Comb indirek
menandakan adanya Rh-positif, Anti A- atau anti-B dalam darah ibu. Hasil
positif dari tes Comb direk menandakan adanya sentisasi (Rh-positif, snyi A,
anti B) terhadap darahmerah dari neonates
2. Golongan darah bayi dan ibu: untuk mengidentifikasi inkompatibilitas ABO
3. Bilirubin total
4. Protein serum total
5. Hitung darah lengkap
6. Glukosa
7. Daya ikat karbondioksida
8. Meter ikterik transkutan
9. Jumlah retikulosit
10. Sajian usap (smear) darah perifer
11. Tes Betkle Kleihaur

7. Penatalaksanaan
1. Anjurkan memberi bayi susu dengan sering dan sejak dini, 8x/24jam untuk
membantu mencegah ikterus
2. Lakukan pemeriksaan laboratorium
3. Ajarkan ibu dari bayi yang mengalami ikterus ringan, yang dikirim pulang
untuk melaporkan letargi, iritabilitas, kesulitan makan, dan pengeluaran tinja
yang jarang
4. Fototerapi, mengubah bilirubin didalam kulit menjadi bentuk yang
diekskresikan didalam empedu. Fototerapi dilakukan pada saat kadar
bilirubin 10 20mg/dL.
5. Pengobatan alternative
a. Beberapa ahli merekomendasikan obat obatan homeopati untuk
mengatasi ikterus
b. Untuk mencegah atau mengobati ikterus fisiologis ringan pada minggu
pertama, setelah 24jam pertama, bayi dapat dipajan pada cahaya alami,
badan telanjang sehingga kulit terpajan, selama 5 10 menit, pada pagi
dan malam hari. Pada hari terik, bayi dapat ditempatkan dekat jendela
yang tembus sinar matahari. Pada hari mendung, bayi dapat ditempatkan
diluar rumah. Lindungi mata bayi, pertahankan badan bayi tetap hangat,
dan cegah bayi terbakar sinar matahari.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI DENGAN
HIPERBILIRUBINEMIA
1. Pengkajian
a. Biodata bayi dan ibu, diantaranya: nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan,
alamat
b. Riwayat kesehatan keluarga
Penyakit ini terjadi bisa dengan ibu dengan riwayat hiperbilirubinemia pada
kehamilan atau sibling sebelumnya, penyakit hepar, fibrosiskistik, kesalahan
metabolisme saat lahir (galaktosemia), diskrasiasi darah atau sfeosititas, dan
definisi glukosa-6 fosfat dehidrogenase (G-6P)
c. Riwayat kesehatan dahulu
Ibu dengan diabetes mellitus, mengonsumsi obat obatan tertentu, misalnya
salisilat, sulfonamidoral pada rubella, sitomegalovirus pada proses persalinan
dengan ekstraksi vakum, induksi, oksitosin, dan perlambatan pengikatan tali
pusat atau trauma kelahiran yang lain
d. Riwayat kesehatan sekarang
Bayi dengan kesadaran apatis, daya isap lemah atau bayi tak mau minum,
hipotonia letargi, tangis yang melengking, dan mungkin terjadi kelumpuhan
otot ekstravaskular
1. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lesu, letargi, koma
Tanda tanda vital :
Pernapasan : 120 160x/menit
Nadi : 40x/menit
Suhu : 36.5 37oC
Kesadaran apatis sampai koma
Daerah kepala dan leher
Kulit kepala ada atau tidak bekas tindakan persalinan seperti: vakum
atau terdapat kaput, sclera ikterik, muka kuning, leher kaku
Pernapasan
Riwayat asfiksia, mukus, bercak merah (edema pleural, hemoragi
pulmonal)
Genitalia
Tidak terdapat kelainan
Eliminasi
Buang air besar (BAB): proses eliminasi mungkin lambat, feses
lunak coklat atau kehijauan selama pengeluaran bilirubin
Buang air kecil (BAK): urine berwarna gelap pekat, hitam
kecoklatan (syndrome bayi Gronze)
Ekstremitas
Tonus otot meningkat, dapat terjadi spasme otot dan epistotonus
System integument
Terlihat jaundice diseluruh permukaan kulit

2. Diagnosa Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi, dan
diare
2. Gangguan suhu tubuh (hipertermi) b.d efek fototerapi
3. Gangguan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare
4. Gangguan parenting b.d pemisahan
5. Kecemasan meningkat b.d terapi yang diberikan pada bayi
6. Potensial trauma b.d efek fototerapi
7. Potensial trauma b.d tranfusi tukar

3. Perencanaan Keperawatan
1. Kurangnya volume cairan b.d tidak adekuatnya intake cairan, fototerapi, dan
diare
a. Catat jumlah dan kualitas feses
b. Pantau turgor kulit
c. Pantau intake dan output cairan
d. Beri ASI eksklusif
2. Gangguan suhu tubuh (hipertermi) b.d efek fototerapi
a. Beri suhu lingkungan yang netral
b. Tempatkan bayi pada penghangat
c. Pertahankan suhu antara 35,5 37 C
d. Ganti linen tempat tidur atau pakaian jika basah
e. Cek tanda-tanda vital tiap 2 jam.
3. Gangguan integritas kulit b.d hiperbilirubinemia dan diare
a. Kaji warna kulit tiap 8 jam
b. Pantau bilirubin direk dan indirek
c. Rubah posisi setiap 2 jam
d. Masase daerah yang menonjol
e. Jaga kebersihan kulit dan kelembabannya
4. Gangguan parenting b.d pemisahan
a. Bawa bayi ke ibu untuk disusui
b. Buka tutup mata saat disusui
c. Untuk stimulasi sosial dengan ibu, anjurkan orangtua untuk mengajak
bicara anaknya
d. Libatkan orang tua dalam perawatan bila memungkinkan
e. Dorong orang tua mengekspresikan perasaannya
5. Kecemasan meningkat b.d terapi yang diberikan pada bayi
a. Kaji pengetahuan keluarga klien
b. Beri pendidikan kesehatan penyebab dari kuning, proses terapi dan
perawatannya
c. Beri pendidikan kesehatan mengenai cara perawatan bayi dirumah
6. Potensial trauma b.d efek fototerapi
a. Tempatkan neonatus pada jarak 45 cm dari sumber cahaya
b. Biarkan neonatus dalam keadaan telanjang kecuali mata dan daerah
genitalia serta bokong ditutup dengan kain yang dapat memantulkan
cahaya
c. Usahakan agar penutup mata tidak menutupi hidung dan bibir
d. Matikan lampu, buka penutup mata untuk mengkaji adanya
konjungtivitis tiap 8 jam
e. Buka penutup mata setiap akan disusukan
f. Ajak bicara dan beri sentuhan setiap
7. Potensial trauma b.d tranfusi tukar
a. Catat kondisi umbilikal jika vena umbilikal yang digunakan
b. Basahi umbilikal dengan NaCl selama 30 menit sebelum melakukan
tindakan
c. Neonatus puasa 4 jam sebelum tindakan
d. Pertahankan suhu tubuh bayi
e. Catat jenis darah ibu dan Rhesus serta darah yang akan ditranfusikan
adalah darah segar
f. Pantau tanda-tanda vital selama dan sesudah tranfusi
g. Siapkan suction bila diperlukan
h. Amati adanya ganguan cairan dan elektrolit; apnoe, bradikardi, kejang
i. Monitor pemeriksaan laboratorium sesuai program
DAFTAR PUSTAKA

Sinclair Constance. (2009). Buku Saku Kebidanan, EGC. Jakarta

Dwiendra R. Octa, Liva Maita. (2015) Buku Ajar Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi/ Balita
dan Anak Prasekolah untuk Para Bidan, Deepublish

Maryunani Anik, Nurhayati. (2009). Asuhan Kegawatdaruratan Dan Penyakit Pada Neonatus,
TIM. Jakarta

Mitayani.(2009). Asuhan Keperawatan Maternitas, Salemba Medika. Jakarta

Você também pode gostar