Você está na página 1de 43

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama pasien : Ny. M
Umur : 33 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Pandansari, Sumberejo, Magelang
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Tanggal MRS : 17 April 2014
Bangsal : Seruni

II. ANAMNESIS
Alloanamnesis diambil pada tanggal 22 April 2014
A. Keluhan Utama
Batuk darah

B. Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien mengalami batuk darah dari jam 22:00 pada tanggal 17
April 2014, sekitar gelas, darah keluar setiap batuk. Tidak disertai
mual dan muntah ataupun nyeri pada perut pasien. Keluhan terjadi tiba-
tiba, dan hilang timbul. Tidak ada riwayat trauma ataupun kecelakaan.
Tidak ada riwayat operasi sebelumnya atau prosedur pemeriksaan yang
invasif. Riwayat batuk panjang lebih dari 3 bulan sejak tahun 2005
dengan dahak, warna abu-abu (+), berbau busuk (-), pilek (-).
Keluhan lain berupa nyeri dada kiri atas seperti tertekan,
terutama setiap batuk, nyeri saat bernafas (-) dan sesak nafas (+). Pusing
(+), lemas (+), demam (+) yang terjadi kadang-kadang, menggigil (-).

1
Pasien juga mengeluhkan tidak ada nafsu makan dan penurunan berat
badan. Keringat dingin setiap malam (+).
BAK (+) nyeri (-); panas (-); anyang-anyangan (-); berpasir (-),
perubahan posisi (-); urgensi (-); warna seperti teh (-); keruh (-);
pancaran lemah (-). BAB (+); nyeri (-); cair (+); ampas (-); darah (-);
lendir (-); warna seperti petis (-) / dempul (-).

C. Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat TB sejak tahun 2005.
Pasien pernah mengalami keluhan serupa berupa batuk darah pada bulan
Januari 2014.
Riwayat hipertensi (-)
Riwayat diabetes (-)
Riwayat alergi (-)
Riwayat asma (-)
Riwayat konsumsi alkohol (-)
Riwayat merokok (-)

D. Riwayat Keluarga
Keluarga pasien tidak pernah mengalami keluhan serupa.

E. Riwayat Pemakaian Obat


Pasien merupakan pasien yang berobat rutin dengan dr. Dwi Hartanto
sejak tahun 2005 dengan diagnosis tuberkulosis paru. Sudah dilakukan
tes BTA 3x berturut-turut dengan hasil negatif.

F. Riwayat Sosioekonomi
Pasien tinggal di daerah Mertoyudan yang bukan daerah dataran tinggi
dan daerah yang padat penduduk dengan tingkat polusi sedang.

2
III. PEMERIKSAAN FISIK
KU/Kes : Sedang/CM
TD : 90/60
N : 100 x/menit
RR : 30 x/menit
S : 36.4oC

Mata : Ca +/+, Si -/-


Leher : KGB tidak teraba, deviasi trakea (-)
Pulmo :I Simetris, retraksi (-)
P VF kanan = kiri
P Sonor
A SDV +/+, Wh -/-, Rh -/+
Cor :I IC tidak tampak
P IC tidak kuat angkat
P Batas jantung dalam batas normal
A S1 = S2 reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :I Datar, jejas (-)
A BU (+) normal
P NT (-)
P Timpani
Ekstremitas : Akral hangat (+)
Edem: Sup (-/-), Inf (-/-)
CR <2 detik
Sianosis (-)

IV. DAFTAR MASALAH


Subjektif
- Batuk darah
- Nyeri dada kiri atas

3
- Sesak nafas
- Pusing
- Lemas
- Keringat dingin
- Riwayat TB sejak 2005
Objektif
- TD 90/60
- RR 30 x/menit
- Pulmo: Auskultasi: Rh -/+

V. HIPOTESIS
Infeksi
- TB relaps
- TB MDR
- Pneumonia
- Bronkiektasis
- Abses paru
Obat
- Antikoagulan

VI. PLANNING
A. DIAGNOSTIK
Darah lengkap
Kimia darah
Foto thoraks
Tes BTA
Kultur dan sensitivitas

B. TERAPI
Farmakologi

4
- Suportif
o Inf RL 20 tpm
- Kausatif
o Inj Vicillin 2x1
- Simtomatik
o Inj Kalnex 3x1
o Inj Ranitidin 3x1
o Codein 3x1
Non Farmakologi
- Tidur tanpa bantal
- Miring kearah kiri
- Tirah baring

C. EDUKASI
Pasien
- Proteksi dengan penggunaan masker
- Batuk dan bersin ditutup dengan lap atau alat yang terisi
disinfektan
- Pastikan minum obat secara teratur
Lingkungan
- Jangan menggunakan alat makan milik pasien tb atau
bersamaan
- Aerasi ruangan dengan menggunakan aerosol
- Pemberian disinfektan pada lantai maupun perabot
- Ventilasi memadai sehingga sirkulasi baik
- Menggunakan genting kaca untuk sinar matahari masuk

D. MONITORING
KU, vital sign., ESO

5
FOLLOW UP RAWAT INAP
Tgl S O A P
17 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/60 RR 24x/m ec TB DL cito
2014 atas (+) N 82x/m S 37C relaps Kimia darah
Pusing (+) K/L: Ca +/+, Si -/- TB MDR Foto thoraks
Foetor ex ore (-) Pneumonia Tes BTA
KGB dbn Bronkiektas Kultur dan sensitivitas
Pulmo: is Terapi:
I Simetris Abses paru Farmakologi:
P VF ka=ki Anemia - Suportif
P sonor Inf RL 20 tpm
A SDV +/+,Wh -/- - Kausatif
Rh -/+ Inj Vicillin 2x1
Cor: - Simtomatis
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Non farmakologi:
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Tirah baring
Abdomen: Tidur tanpa bantal
I Datar, soefl (+) Miring ke arah kiri
A BU (+) Edukasi:
P NT (-) - Proteksi dg masker
P Timpani - Hindari alat makan
Ekstremitas: bersamaan
Akral hangat (+) - Batuk dan bersin
Edema (-) tutup dg lap
Sianosis (-) - Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

6
Tgl S O A P
18 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 120/80 RR 20x/m ec TB Tunggu hasil DL
2014 atas (+) N 80x/m S 36C relaps Foto thoraks
Pusing (+) K/L: Ca +/+, Si -/- TB MDR Tes BTA
Foetor ex ore (-) Pneumonia Kultur dan sensitivitas
KGB dbn Bronkiektas Terapi:
Pulmo: is Farmakologi:
I Simetris Abses paru - Suportif
P VF ka=ki Anemia Inf RL 20 tpm
P sonor - Kausatif
A SDV +/+,Wh -/- Inj Vicillin 2x1
Rh -/+ Rifampisin 300 mg
Cor: INH 300 mg
I IC tidak tampak Etambutol 750 mg
P IC tidak kuat angkat Streptomisin 1 gr IM
P Batas jantung normal - Simtomatis:
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Kalnex 3x1
Abdomen: Inj Vit. K 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:

7
KU, vital sign, ESO

Darah lengkap 18 April 2014


Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 4.4 4.0 10.0
RBC 4.92 3.80 5.80
HGB 11.4 11.0 16.5
HCT 34.6 35.0 50.0
PLT 216 150 - 390
MCV 70 80.0 99.0
MCH 23.2 26.0 32.0
LYM 36.9 17.0 48.0
MON 7.1 4.0 10.0
GRA 56 43.0 76.0

Pemeriksaan 18 April 2014


Jeni-s Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Glukosa 97 70 - 115
Urea 14 17 - 43
Kreatinin 0.9 0.670 1.3
SGOT 16 0.00 37.0
SGPT 10 0.00 41.0

Tgl S O A P
19 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/70 RR 20x/m ec TB DL cito
2014 atas (+) N 80x/m S 36C relaps Foto thoraks
Pusing (+) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Tes BTA
Foetor ex ore (-) Pneumonia Kultur dan sensitivitas
KGB dbn Terapi:

8
Pulmo: Bronkiektas Farmakologi:
I Simetris is - Suportif
P VF ka=ki Abses paru Inf RL 20 tpm
P sonor Anemia - Kausatif
A SDV +/+,Wh -/- Inj Vicillin 2x1
Rh -/+ Rifampisin 300 mg
Cor: INH 300 mg
I IC tidak tampak Etambutol 750 mg
P IC tidak kuat angkat Streptomisin 1 gr IM
P Batas jantung normal - Simtomatis:
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Kalnex 3x1
Abdomen: Inj Vit. K 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO
Tgl S O A P
20 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April 100 cc TD 110/70 RR 20x/m ec TB Tunggu hasil DL
2014 Nyeri dada kiri N 80x/m S 36C relaps Foto thoraks
atas (+) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Tes BTA
Pusing (+) Foetor ex ore (-) Pneumonia Kultur dan sensitivitas

9
KGB dbn Bronkiektas Terapi:
Pulmo: is Farmakologi:
I Simetris Abses paru - Suportif
P VF ka=ki Anemia Inf RL 20 tpm
P sonor - Kausatif
A SDV +/+,Wh -/- Inj Vicillin 2x1
Rh -/+ FDC 3 tab
Cor: Streptomisin 1 gr IM
I IC tidak tampak - Simtomatis:
P IC tidak kuat angkat Inj Kalnex 3x1
P Batas jantung normal Inj Vit. K 3x1
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Codein 3x20
Abdomen: Non farmakologi:
I Datar, soefl (+) Tirah baring
A BU (+) Tidur tanpa bantal
P NT (-) Miring ke arah kiri
P Timpani Edukasi:
Ekstremitas: - Proteksi dg masker
Akral hangat (+) - Hindari alat makan
Edema (-) bersamaan
Sianosis (-) - Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Darah lengkap 20 April 2014


Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 6.1 4.0 10.0
RBC 4.67 3.80 5.80
HGB 11.0 11.0 16.5

10
HCT 32.7 35.0 50.0
PLT 231 150 - 390
MCV 70 80.0 99.0
MCH 23.5 26.0 32.0
LYM 52 17.0 48.0
MON 7.6 4.0 10.0
GRA 40.4 43.0 76.0

Tgl S O A P
21 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis ec Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/70 RR 20x/m TB relaps Hasil DL
2014 atas (+) N 80x/m S 36C TB MDR Hasil Foto thoraks
Pusing (+) Mata: Ca +/+, Si -/- Pneumonia Tes BTA
Foetor ex ore (-) Bronkiektasis Kultur dan
KGB dbn Abses paru sensitivitas
Pulmo: Anemia Terapi:
I Simetris Farmakologi:
P VF ka=ki - Suportif
P sonor Inf RL 20 tpm
A SDV +/+,Wh -/- - Kausatif
Rh -/+ Inj
Cor: Ciprofloxacin2x1
I IC tidak tampak FDC 3 tab
P IC tidak kuat angkat Streptomisin 1 gr IM
P Batas jantung normal - Simtomatis:
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Kalnex 3x1
Abdomen: Inj Vit. K 3x1
I Datar, soefl (+) Codein 3x20
A BU (+) Rantin 2x1
P NT (-) Non farmakologi:
P Timpani Tirah baring

11
Ekstremitas: Tidur tanpa bantal
Akral hangat (+) Miring ke arah kiri
Edema (-) Edukasi:
Sianosis (-) - Proteksi dg masker
- Hindari alat makan
bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Darah lengkap 21 April 2014


Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 4.7 4.0 10.0
RBC 3.99 3.80 5.80
HGB 9.0 11.0 16.5
HCT 29.5 35.0 50.0
PLT 172 150 - 390
MCV 74.1 80.0 99.0
MCH 22.5 26.0 32.0
LYM 16.6 20.0 40.0
MID 7.3 1.0 15.0
GRA 76.1 50.0 70.0

12
Hasil Foto Thoraks AP

Kesan: Konsolidasi kedua apex pulmo suggestive TB paru


Besar cor normal
Sistema tulang dalam batas normal

Tgl S O A P
22 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 80/60 RR 24x/m ec TB DL post transfusi
2014 atas (+) N 82x/m S 37C relaps Tes BTA
Pusing (+) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:

13
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Ciprofloxacin2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Non farmakologi:
Abdomen: Tirah baring
I Datar, soefl (+) Tidur tanpa bantal
A BU (+) Miring ke arah kiri
P NT (-) Edukasi:
P Timpani - Proteksi dg masker
Ekstremitas: - Hindari alat makan
Akral hangat (+) bersamaan
Edema (-) - Batuk dan bersin
Sianosis (-) tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

14
Darah lengkap 22 April 2014 POST TRANSFUSI 2 KOLF
Parameter Hasil Nilai Rujukan
WBC 4.3 4.0 10.0
RBC 4.01 3.80 5.80
HGB 11.5 11.0 16.5
HCT 35.8 35.0 50.0
PLT 163 150 - 390
MCV 74.5 80.0 99.0
MCH 23.9 26.0 32.0
LYM 17.1 20.0 40.0
MID 8.0 1.0 15.0
GRA 74.9 50.0 70.0

Tgl S O A P
23 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/70 RR 24x/m ec TB DL
2014 atas () N 72x/m S 36.8C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Ciprofloxacin2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Non farmakologi:

15
Abdomen: Tirah baring
I Datar, soefl (+) Tidur tanpa bantal
A BU (+) Miring ke arah kiri
P NT (-) Edukasi:
P Timpani - Proteksi dg masker
Ekstremitas: - Hindari alat makan
Akral hangat (+) bersamaan
Edema (-) - Batuk dan bersin
Sianosis (-) tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
24 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/60 RR 20x/m ec TB DL
2014 atas () N 72x/m S 36.4C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Ciprofloxacin2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp

16
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
25 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 80/50 RR 22x/m ec TB DL
2014 atas () N 72x/m S 36.3C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Ciprofloxacin2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1

17
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO
Tgl S O A P
26 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 100/60 RR 20x/m ec TB DL
2014 atas () N 78x/m S 36.2C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Ciprofloxacin2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1

18
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
27 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/60 RR 22x/m ec TB DL
2014 atas () N 80x/m S 36C relaps Tes BTA
Pusing (+) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Levofloxacin 2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM

19
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
28 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 80/60 RR 22x/m ec TB DL
2014 atas () N 80x/m S 36.5C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Levofloxacin 2x1

20
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
29 Batuk darah (+) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 90/50 RR 20x/m ec TB DL
2014 atas () N 72x/m S 36.5C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm

21
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Levofloxacin 2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Inj Rantin 2x1 amp
Abdomen: Dicynon 3x1
I Datar, soefl (+) Non farmakologi:
A BU (+) Tirah baring
P NT (-) Tidur tanpa bantal
P Timpani Miring ke arah kiri
Ekstremitas: Edukasi:
Akral hangat (+) - Proteksi dg masker
Edema (-) - Hindari alat makan
Sianosis (-) bersamaan
- Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
30 Batuk darah (-) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
April Nyeri dada kiri TD 80/60 RR 22x/m ec TB DL
2014 atas (-) N 72x/m S 36.5C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:
KGB dbn Farmakologi:

22
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Levofloxacin 2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Dicynon 3x1
Abdomen: Non farmakologi:
I Datar, soefl (+) Tirah baring
A BU (+) Tidur tanpa bantal
P NT (-) Miring ke arah kiri
P Timpani Edukasi:
Ekstremitas: - Proteksi dg masker
Akral hangat (+) - Hindari alat makan
Edema (-) bersamaan
Sianosis (-) - Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

Tgl S O A P
1 Batuk darah (-) KU/Kes: Sedang/CM Hemoptisis Diagnostik:
Mei Nyeri dada kiri TD 90/70 RR 22x/m ec TB DL
2014 atas (-) N 76x/m S 36.5C relaps Tes BTA
Pusing (-) Mata: Ca +/+, Si -/- TB MDR Kultur dan sensitivitas
Foetor ex ore (-) Anemia Terapi:

23
KGB dbn Farmakologi:
Pulmo: - Suportif
I Simetris Inf RL 20 tpm
P VF ka=ki - Kausatif
P sonor Inj Levofloxacin 2x1
A SDV +/+,Wh -/- FDC 3 tab
Rh -/+ Streptomisin 1 gr IM
Cor: - Simtomatis:
I IC tidak tampak Inj Kalnex 3x1
P IC tidak kuat angkat Inj Vit. K 3x1
P Batas jantung normal Codein 3x20
A S1 = S2 reg, m (-) g (-) Dicynon 3x1
Abdomen: Non farmakologi:
I Datar, soefl (+) Tirah baring
A BU (+) Tidur tanpa bantal
P NT (-) Miring ke arah kiri
P Timpani Edukasi:
Ekstremitas: - Proteksi dg masker
Akral hangat (+) - Hindari alat makan
Edema (-) bersamaan
Sianosis (-) - Batuk dan bersin
tutup dg lap
- Minum obat secara
teratur
Monitoring:
KU, vital sign, ESO

24
VII. DIAGNOSIS
Hemoptisis ec tuberkulosis paru relaps dengan anemia

VIII. PLANNING AKHIR


A. TERAPI
FDC 3 tab
Streptomisin 1 gr IM

B. EDUKASI
o Pasien
Proteksi dengan penggunaan masker
Batuk dan bersin ditutup dengan lap atau alat yang terisi
disinfektan
Pastikan minum obat minum dan suntik secara teratur
setiap hari
Rutin kontrol tiap minggu untuk ambil obat Streptomisin
dan bulanan untuk ambil FDC
o Lingkungan
Jangan menggunakan alat makan milik pasien tb atau
bersamaan
Aerasi ruangan dengan menggunakan aerosol
Pemberian disinfektan pada lantai maupun perabot
Ventilasi memadai sehingga sirkulasi baik
Menggunakan genting kaca untuk sinar matahari masuk

C. MONITORING
KU, vital sign dan ESO

25
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

TUBERKULOSIS PARU
I. DEFINISI
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman Tuberkulosis (Mycobacterium tuberculosis) yang ditularkan melalui
udara (droplet nuclei) saat seorang pasien Tuberkulosis batuk dan percikan
ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernapas.

II. ETIOLOGI
Tuberkulosis paru disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosa.
Ditemukan pertama kali oleh Robert Koch pada tahun 1882. Hasil penemuan
ini diumumkan di Berlin pada tanggal 24 Maret 1882 dan tanggal 24 Maret
setiap tahunnya diperingati sebagai hari Tuberkulosis.
Karakteristik kuman Mycobacterium Tuberculosa adalah mempunyai
ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau
agak bengkok, bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi mempunyai
lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid (terutama asam mikolat). Dapat
bertahan terhadap pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga
disebut basil tahan asam (BTA), tahan terhadap zat kimia dan fisik, serta
tahan dalam keadaan kering dan dingin, bersifat dorman (dapat tertidur lama)
dan aerob.
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100C selama 5-10
menit atau pada pemanasan 60C selama 30 menit, dan dengan alkohol 70-
95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara, di tempat
yang lembab dan gelap bisa berbulan-bulan namun tidak tahan terhadap sinar
matahari atau aliran udara. Data pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk

26
mendapatkan 90% udara bersih dari kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali
pertukaran udara per jam.

III. GEJALA
Gejala klinis pasien Tuberkulosis Paru menurut Depkes RI (2008), adalah:
Batuk berdahak selama 3 minggu atau lebih
Dahak bercampur darah
Batuk berdarah
Sesak napas
Badan lemas
Nafsu makan menurun
Berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik
Demam meriang lebih dari satu bulan.
Dengan strategi yang baru (DOTS, directly observed treatment shortcourse)
gejala utamanya adalah batuk berdahak dan/atau terus-menerus selama tiga
minggu atau lebih. Berdasarkan keluhan tersebut, seseorang sudah dapat
ditetapkan sebagai tersangka. Gejala lainnya adalah gejala tambahan. Dahak
penderita harus diperiksa dengan pemeriksaan mikroskopis.

Pembahasan:
Pasien memiliki riwayat batuk kronis sejak 2005 yang relaps. Selain itu ada
gejala batuk darah, sesak nafas, lemas, nafsu makan yang turun serta
berkeringat di malam hari.

IV. KLASIFIKASI PENYAKIT DAN TIPE PASIEN TB PARU


1. Klasifikasi
Klasifikasi penyakit Tuberkulosis paru berdasarkan pemeriksaan
dahak menurut Depkes RI (2008), dibagi dalam:
a. TB Paru BTA positif

27
Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS
hasilnya BTA positif
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto
toraks dada menunjukkan gambaran tuberkulosis
1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan biakan
kuman Tuberkulosis positif
1 atau lebih spesimen dahak hasinya positif setelah 3
spesimen dahak SPS pada pemeriksaan sebelumnya
hasilnya BTA negatif dan tidak ada perbaikan setelah
pemberian antibiotika non OAT.
b. TB Paru BTA negatif
Kasus yang tidak memenuhi definisi pada Tuberkulosis paru
BTA positif. Kriteria diagnostik Tuberkulosis paru BTA
negatif harus meliputi:
Paling tidak 3 spesimen dahak SPS hasilnya negative
Foto toraks abnormal menunjukkan gambaran
Tuberkulosis.
Tidak ada perbaikan setelah pemberian antibiotika non
OAT
Ditentukan (dipertimbangkan) oleh dokter untuk diberi
pengobatan.

Pembahasan:
Pada kasus ini pasien termasuk kategori TB paru BTA negatif dimana
pasien menyebutkan setiap pemeriksaan BTA berturut-turut hasilnya
negatif.

28
2. Tipe Pasien
a. Baru
Adalah pasien yang belum pernah diobati dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan (4 minggu).
b. Kambuh (Relaps)
Adalah pasien Tuberkulosis yang sebelumnya pernah
mendapat pengobatan Tuberkulosis dan telah dinyatakan
sembuh atau pengobatan lengkap, didiagnosis kembali dengan
BTA positif (apusan atau kultur).
c. Pengobatan setelah putus obat
Adalah pasien yang telah berobat dan putus berobat 2 bulan
atau lebih dengan BTA positif.
d. Gagal
Adalah pasien yang hasil pemeriksaan dahaknya tetap positif
atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau lebih
selama pengobatan.
e. Pindahan
Adalah pasien yang dipindahkan dari UPK yang memiliki
register Tuberkulosis lain untuk melanjutkan pengobatannya.
f. Lain-lain
Adalah semua kasus yang tidak memenuhi ketentuan diatas.
Kelompok ini termasuk Kasus Kronik, yaitu pasien dengan
hasil pemeriksaan masih BTA positif setelah selesai
pengobatan ulangan.

Pembahasan:
Pada kasus ini pasien termasuk kategori relaps karena pasien sudah
dinyatakan sembuh tapi hampir setiap 2 bulan pasien kembali
dinyatakan tb paru kembali.

29
V. HEMOPTISIS
Batuk darah atau yang dalam istilah kedokteran disebut dengan
hemoptisis adalah ekspetorasi darah akibat perdarahan pada saluran napas di
bawah laring atau perdarahan yang keluar ke saluran napas di bawah laring.
Batuk darah merupakan tanda atau gejala dari penyakit dasar. Maka
penyebabnya harus segera ditemukan dengan pemeriksaan yang seksama.

Klasifikasi
A. Penyebab
Batuk darah idiopatik
Batuk darah yang tidak diketahui penyebabnya
Batuk darah sekunder
Batuk darah yang diketahui penyababnya
- Inflamasi
TB : batuk sedikit dengan banyak darah yang bergumpal
Bronkiektasis: darah bercampur dengan purulen
Abses paru: darah bercampur dengan purulen
Pneumonia: darah warna merah bata encer dan berbuih
Bronkitis: sedikit-sedikit campur darah atau lendir
- Neoplasma
Ca paru, adenoma
- Lain-lain
Emboli paru, mitral stenosis, trauma dada oleh benda
tajam atau tumpul, hipertensi pulmonal primer
B. Jumlah Darah
Bercak (streaking)
Darah bercampur dengan sputum hal yang sering terjadi, paling
umu pada bronchitis. Volume darah kurang dari 15 20 mL per 24
jam.

30
Hemoptisis
Hemoptisis dipastikan ketika total volume darah yang dibatukkan
20 600 mL per 24 jam.
- Ringan
Bila jumlah darah yang dikeluarkan kurang dari 25 mL per
24 jam.
- Sedang
Bila jumlah darah yang dikeluarkan antara 25-250 mL oer
24 jam
- Massive
Bila darah yang dikeluarkan dalam waktu 24 jam lebih dari
600 mL
Pseudohemoptisis
Pseudohemoptisis adalah batuk darah dari struktur saluran napas
bagian atas (di atas laring) atau dari saluran cerna atas
(gastrointestinal) atau hal ini dapat berupa perdarahan buatan
(factitious).
Batuk darah < 600 mL per 24 jam tapi > 250 mL dan pada
pemeriksaan Hb < 10 maka batuk darah masih berlangsung

Pembahasan:
Pasien ini mengalami batuk darah atau hemoptisis berulang sejak 2010 yang
termasuk klasifikasi batuk darah sekunder dengan jumlah perdarahan sedang.

VI. DIAGNOSIS
Untuk membedakan batuk darah dan muntah darah dengan:
Keadaan Hemoptisis Hematemesis
Prodromal Rasa tidak enak di Mual, stomach distress
tenggorokan, perasaan

31
ingin batuk
Onset Darah dibatukkan, dapat Darah dimuntahkan, dapat
disertai batuk disertai batuk
Penampilan darah Berbuih Tidak berbuih
Warna Merah segar Merah tua
Isi Leukosit, Sisa makanan
mikroorganisme,
makrofag
Reaksi Alkalis Asam
RPD Adanya riw jantung/paru Gangguan lambung,
kelainan hepar
Anemi Kadang Selalu
Tinja Warna tinja normal Tinja bisa berwarna hitam
Guaiac test (-) Guaiac test (+)

VII. PENATALAKSANAAN
Bila terjadi hemoptoe, maka harus dilakukan penilaian terhadap:
Warna darah untuk membedakannya dengan hematemesis.
Lamanya perdarahan.
Terjadinya mengi (wheezing) untuk menilai besarnya obstruksi.
Keadaan umum pasien, tekanan darah, nadi, respirasi dan tingkat
kesadaran.
Kunci penatalaksanaan hemoptisis adalah dengan menemukan diagnosis
penyakit dasar dan memberi terapi tepat atau menyingkirkan penyakit lain
yang serius. Saat ini tatalaksana hemoptisis terdiri dari: konservatif,
pembedahan.
Konservatif
- Proteksi jalan napas dan stabilisasi pasien dengan pemberian
oksigen dan koreksi tiap koagulopati

32
- Lokalisasi sumber perdarahan dan penyebab perdarahan
- Antibiotik untuk mencegah infeksi sekunder
- Terapi spesifik: menghentikan perdarahan dan mencegah
perdarahan berulang. Yaitu dengan bilasan garam fisiologis,
epinefrin, pemberian trombin fibrinogen, kalnex, atau vitamin K.
- Untuk mengurangi batuk dapat diberikan codein.
Pembedahan
Dilakukan bila terjadi hemoptisis masif yang mengancam jiwa

Pembahasan:
Karena pada kasus ini jumlah darah yang dikeluarkan masih dalam level
sedang maka masih bisa diberikan terapi konservatif yaitu dengan pemberian
kalnex yang merupakan fibrinolisis dan vitamin K untuk mencegah dan
mengobati perdarahan serta pemberian codein untuk mengurangi batuk pada
pasien.

VIII. KOMPLIKASI
Kegawatan yang dapat terjadi akibat hemoptisis:
Terjadinya asfiksia oleh karena terdapatnya bekuan darah dalam saluran
pernapasan
Jumlah darah yang dikeluarkan selama terjadinya hemoptoe dapat
menimbulkan renjatan hipovolemik
Aspirasi, yaitu keadaan masuknya bekuan darah maupun sisa makanan
ke dalam jaringan paru yang sehat bersama inspirasi.

XI. PROGNOSIS
Pada hemoptoe idiopatik prognosisnya baik kecuali bila penderita mengalami
hemoptoe yang rekuren. Sedangkan pada hemoptoe sekunder ada beberapa
faktor yang menentukan prognosis:

33
Tingkatan hemoptoe: hemoptoe yang terjadi pertama kali mempunyai
prognosis yang lebih baik
Macam penyakit dasar yang menyebabkan hemoptoe
Cepatnya kita bertindak, misalnya bronkoskopi yang segera dilakukan
untuk menghisap darah yang beku di bronkus dapat menyelamatkan
penderita

34
BAB III
AFTER CARE

III.1. Definisi After Care Patient (ACP)


After Care Patient (ACP) adalah pelayanan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan yang terintegritas dengan meninjau ke lingkungan
demi menjamin kesembuhan pasien dengan melihat permasalahan yang ada
pada pasien dan mengidentifikasi secara fungsi dalam anggota keluarga serta
memberikan edukasi kepada pasien agar dapat belajar hidup sehat.

III.2. Tujuan After Care Patient (ACP)


Tujuan untuk dilakukan after care patient selain untuk melihat
perkembangan pasien dalam pengelolaan pengobatan pasien dan kesembuhan
pasien. Peneliti bertujuan untuk memberikan edukasi pada pasien ini berupa :
1. Mengedukasi pasien agar rutin minum obat.
2. Mengedukasi pasien agar makan makanan yang bergizi dan bernutrisi.
3. Mengedukasi pasien agar bisa memproteksi diri dengan cara memakai
masker atau menutup mulut ketika batuk.
4. Mengedukasi pasien agar tidak menggunakan alat makan secara
bersamaan.
5. Mengedukasi pasien agar menggunakan ventilasi memadai sehingga
sirkulasi baik dan menggunakan genting kaca untuk sinar matahari masuk.
6. Mengedukasi pasien agar mengetahui pengetahuan dasar tentang
Tuberculosis Paru, cara penularan dan cara pencegahannya.

III.3. Permasalahan Pasien


III.3.1. Identifikasi Fungsi-Fungsi Keluarga
a. Fungsi Biologis dan Reproduksi
Dari hasil wawancara didapatkan informasi bahwa saat ini semua
anggota keluarga pasien dalam keadaan sehat dan tidak ada keluarga

35
pasien yang menderita penyakit yang sama seperti pasien. Pasien
adalah seorang wanita berusia 33 tahun dan seorang ibu rumah tangga.
Saat ini pasien tinggal bersama suaminya dan seorang anak laki-
lakinya yang berusia 1 tahun.
b. Fungsi Psikologis
Pasien tinggal bersama suaminya dan seorang anak laki-lakinya
yang berusia 1 tahun. Pasien seorang ibu rumah tangga dan suami
pasien bekerja sebagai buruh.
c. Fungsi Pendidikan
Pendidikan terakhir pasien adalah SMA
d. Fungsi Sosial
Pasien tinggal di kawasan perkampungan yang padat penduduk.
Pergaulan umumnya berasal dari kalangan menengah kebawah dan
hubungan sosial dengan warga cukup erat. Pasien cukup dikenal
dilingkungan rumahnya dan sering berinteraksi dengan tetangga
disekitar rumahnya.
e. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Sumber penghasilan didapatkan dari penghasilan suaminya.
Penghasilan per bulan pasien tidak menentu, rata-rata sekitar Rp
800.000 - Rp 1.000.000 per bulan. Penghasilan tersebut digunakan
untuk pemenuhan kebutuhan primer dan sekunder pasien dan
keluarganya. Biaya pelayanan kesehatan untuk keluarga pasien
dapatkan dari BPJS.
f. Fungsi Religius
Agama yang dianut pasien adalah Islam. Kegiatan ibadah seluruh
anggota keluarga rutin dilakukan setiap hari, ajaran ilmu agama kepada
seluruh keluarga pasien terlihat baik.

36
III.3.2. Pola Konsumsi Makan Pasien dan Keluarga
Frekuensi makan pasien dan keluarga biasanya 3x sehari
dengan jadwal yang teratur. Tetapi pasien mengaku makan tidak
teratur dan gizi tidak seimbang. Pasien makan dengan lauk pauk
beraneka ragam dan kadang seadanya, kadang seperti daging, ayam,
ikan, sayur, namun sangat jarang dikonsumsi pasien.

III.3.3. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesehatan


a. Faktor Perilaku
Pasien kurang menyadari tentang perilaku hidup sehat serta tidak
mengetahui apapun tentang penyakit yang dideritanya sebelum
mendapat penjelasan dari dokter maupun tenaga kesehatan lain yang
ikut serta merawat pasien. Pasien jarang sekali melakukan olahraga
secara rutin. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan
gizi tidak seimbang. Pasien jarang sekali melakukan olahraga secara
rutin. Jika ada anggota keluarga yang sakit, pasien dan keluarga lebih
sering beli obat warung terlebih dahulu lalu ke dokter.
b. Faktor Non Perilaku
Sarana kesehatan di sekitar rumah cukup dekat. Rumah sakit
dapat ditempuh dengan angkutan umum.
III.3.4. Identifikasi Lingkungan Rumah
Pasien tinggal di kawasan pemukiman penduduk yang cukup
padat penduduk. Pasien tinggal bersama suaminya dan seorang anak
laki-lakinya yang berusia 1 tahun. Kawasan perumahan pasien
merupakan kawasan perkampungan biasa. Rumah pasien terbuat dari
batako dengan lantai keramik dan atap dari asbes. Memiliki dua kamar
tidur, satu ruang tamu, dapur dan kamar mandi. Di rumah pasien
tersebut, rumah tersebut termasuk dalam kategori rumah kurang sehat,
karena tidak memenuhi sebagian besar indikator rumah sehat.
Pencahayaan dan ventilasi relatif kurang karena sebagian besar

37
ruangan tidak memiliki jendela dan ventilasi untuk sirkulasi udara
sehingga rumah terasa lembab. Kebersihan dan kerapian rumah juga
kurang dijaga. Banyak peralatan rumah tangga yang diletakkan dan
ditumpuk pada satu tempat sehingga memungkinkan tempat untuk
sarang nyamuk.
Sumber air minum, air untuk mencuci dan masak didapat dari air
sumur timba. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah jamban jongkok
dan bak mandi. Bak mandi terlihat bersih akan tetapi lantai agak licin.
Saluran air dialirkan ke got depan rumah yang mengalir, air dan
kotoran dari jamban ditampung di septic tank.

III.3.5. Diagnosis Fungsi-Fungsi Keluarga


a. Fungsi Biologis
Pasien wanita berusia 33 tahun menderita hemoptisis ec
tuberculosis paru
b. Fungsi Psikologis
Hubungan pasien dengan keluarga dan tetangga serta cukup
baik.
c. Fungsi sosial dan budaya
Dapat bersosialisasi terhadap lingkungan sekitar dengan baik.
d. Fungsi ekonomi dan pemenuhan kebutuhan
Perekonomian pasien kurang untuk memenuhi kebutuhan sehari-
hari.
e. Fungsi penguasaan masalah dan kemampuan beradaptasi
Masalah yang berhubungan dalam keluarga dibicarakan dengan
secara musyawarah.
f. Faktor perilaku
1. Pasien memiliki kebiasaan makan tidak teratur dengan gizi tidak
seimbang.

38
2. Pasien memiliki kebiasaan memakai alat makan secara
bersamaan.
3. Pasien memiliki kebiasaan apabila batuk tidak pernah menutup
mulutnya atau menggunakan masker.
4. Pasien tidak memiliki kebiasaan berolahraga secara rutin.
5. Keadaan rumah yang kurang kebersihannya.
g. Faktor nonperilaku
Sarana pelayanan kesehatan dekat dari rumah.

III.6. Diagram Realita yang Ada Pada Keluarga

Lingkungan
- Pemukiman yang padat
penduduk
- Lingkungan sekitar rumah yang
kurang bersih

Genetik Yankes
-
Pelayanan kesehatan
- Derajat kesehatan
Ny. I terjangkau
Hemoptisis ec
Tuberculosis Paru

Perilaku
- Makan tidak teratur dan gizi tidak seimbang
- Tidak olahraga secara teratur
- Meggunakan alat makan secara bersama-sama
- Tidak pernah menggunakan masker atau
menutup mulut jika batuk

39
III.3.7. Risiko, Permasalahan dan Rencana Pembinaan Kesehatan Keluarga
Risiko dan Masalah Rencana Pembinaan Sasaran
Kesehatan
TB relaps dan penularan ke Edukasi dan konseling Keluarga dan
lingkungan sekitar tentang tuberculosis paru, Pasien
penularan dan cara
pencegahannya serta dampak
yang ditimbulkan dari
tuberculosis paru.

III.3.8. Pembinaan
Tanggal Kegiatan Hasil Kegiatan
1 Mei 2014 Penyuluhan tentang tuberculosis paru Pengetahuan tentang
mulai dari penyebab, tanda dan tuberculosis paru
gejala, cara penularan dan cara
pencegahannya serta komplikasinya.
2 Juni 2014 Memantau perkembangan intervensi Pasien mulai menjalani pola
yang telah diberikan kepada pasien. hidup sehat.

III.3.9. Hasil Kegiatan


Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planning
02/06/14 Tidak ada KU/Kes: Sedang/CM - Edukasi: Proteksi dg
keluhan TD : 110/70, RR : masker, Hindari alat
20x/m, N : 76x/m, S makan bersamaan, Batuk
: 36.5C
dan bersin tutup dg lap,
Mata:
Minum obat secara
Ca -/-, Si -/-
teratur, makan-makanan
Foetor ex ore (-)
yang bergizi.
KGB dbn

40
Pulmo: Kontrol: jika mengalami
I Simetris keluhan
P VF ka=ki
P sonor
A SDV +/+,Wh -/-
Rh -/-
Cor:
I IC tidak tampak
P IC tidak kuat
angkat
P Batas jantung
normal
A S1 = S2 reg, m (-) g
(-)
Abdomen:
I Datar, soefl (+)
A BU (+)
P NT (-)
P Timpani
Ekstremitas:
Akral hangat (+)
Edema (-)
Sianosis (-)

III.3.10. Kesimpulan Pembinaan Keluarga


1. Tingkat pemahaman
Pemahaman terhadap edukasi yang dilakukan cukup baik.
2. Faktor penyulit
Tidak ada.
3. Indikator keberhasilan

41
a. Pengetahuan pasien tentang tuberculosis paru, tentang cara penularan
dan cara pencegahannya meningkat sehingga dapat membantu
kesembuhan pasien.
b. Jadwal makan, variasi jenis makanan bergizi seimbang, menjaga
kebersihan lingkungan dan olahraga teratur mulai dijalani pasien

42
DAFTAR PUSTAKA

1. Bahar, A., 2007. Tuberkulosis Paru dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid II, Edisi IV. Jakarta : BPFKUI;988-994.
2. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Pedoman Nasional
Pedoman Tuberkulosis. Edisi 2. Cetakan pertama.
3. Price. A,Wilson. L. M. Tuberkulosis Paru. Dalam: Patofisiologi Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit, bab 4, Edisi VI. Jakarta: EGC, 2004 : 852-64.
4. Amin Z, Bahar S. Tuberkulosis paru. Dalam: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I , Simadibrata KM, Setiati S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jilid II, Edisi
IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI , 2006:
998-1005, 1045-9.
5. NN. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Available from
http://www.tbindonesia.or.id/pdf/BPN_2007.pdf
6. Chandra P, Evelyn P. Tuberculosis. Available from
http://www.en.wikipedia.org/wiki/Tuberculosis
7. Roebiono PS. Tuberkulosis Merupakan Penyakit Infeksi Yang Masih
Merupakan Masalah Dalam Masyarakat. Available from
http://library.usu.ac.id/download/fkm/fkm-hiswani6.pdf
8. Djohan PA. Epidemiologi TBC di Indonesia. Available from http://www.tbci
ndonesia_Or_Id.htm l
9. Wahyudi., 2008., Pengobatan TBC., diakses dari
http://www.medicastore.com/tbc/pengobatan_tbc.htm
10. Corwin., E.J., 2009., Buku Saku Patofisiologi., Penerbit Buku Kedokteran
EGC., Jakarta.

43

Você também pode gostar