Você está na página 1de 54

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hal-hal yang terjadi di dunia usaha yang begitu kompleks menuntut

setiap perusahaan untuk cepat tanggap terhadap setiap pergeseran serta

perubahan yang terjadi pada lingkungan dunia usaha yang penuh dengan

ketidakpastian. Ketidakpastian dan ketidakmampuan mengikuti perubahan

akan menjadi awal dari kemunduran dan kelumpuhan sebuah perusahaan.

Oleh karena itu dalam rangka mempertahankan eksistensi dan kontinuitas

usahanya, maka perusahaan dituntut kesiapannya dalam membuat konsep

dan menyusun strategi kebijakan yang berorientasi pada perubahan.

Kontinuitas hidup perusahaan secara teoritis sangat ditentukan oleh

kemampuan perusahaan untuk memperoleh laba yang optimal, atau dengan

kata lain bahwa kontinuitas hidup perusahaan merupakan fungsi dari

profitabilitas/ kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini tentu saja

membutuhkan perencanaan dan pengendalian operasional yang sistematis.

Salah satu bentuk dari upaya perencanaan yang sekaligus dapat

digunakan sebagai alat pengendalian khususnya terhadap biaya produksi

adalah anggaran. Dalam anggaran ditentukan terlebih dahulu jumlah atau

besarnya biaya yang diperkirakan akan terjadi dari masing-masing kegiatan

perusahaan yang akan dilaksanakan di masa yang akan datang.

Kegunaan anggaran sebagai alat pengendalian terhadap biaya

produksi sangat dirasakan manfaatnya, sehingga anggaran dalam hal ini


2

anggaran biaya produksi semakin banyak digunakan oleh berbagai

organisasi, baik profit maupun non profit. Dalam anggaran biaya produksi

terdapat biaya-biaya seperti biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya

overhead pabrik yang berhubungan dengan pengawasan dan pengendalian

biaya produksi yang dikeluarkan perusahaan.

Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah

bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. Biaya produksi

terdiri dari tiga elemen yaitu : Biaya Bahan Baku (BBB), Biaya Tenaga

Kerja Langsung (BTKL), dan Biaya Overhead Pabrik (BOP). (Mulyadi,

2014 : 14). Dalam proses produksi tidak semua pengorbanan dapat

dikategorikan sebagai biaya. Ada pengorbanan yang seharusnya tidak terjadi

dan dapat dihindari, hal inilah yang disebut dengan pemborosan.

Pengorbanan baru dapat dikatakan biaya apabila digunakan untuk

membiayai produksi yang dilakukan secara rasional pada perbandingan

kuantitatif produksi yang dihasilkan perusahaan sehingga tidak

menimbulkan kapasitas lebih yang merupakan pengorbanan yang bersifat

pemborosan.

Untuk mengantisipasi pemborosan tersebut, maka diperlukan suatu

alat pengendalian biaya yang berfungsi sebagai alat ukur kegiatan

operasional, membantu dalam perencanaan dan pengendalian operasi serta

keputusan yang diambil oleh manajer. Dalam rangka mempermudah

pengawasan, pengendalian dan perencanaan biaya produksi yang ada,

peranan akuntansi biaya menjadi sangat penting. Akuntansi biaya akan


3

mengolah data yang ada serta memberikan kemungkinan-kemungkinan

untuk membandingkan hasil yang akan dicapai dengan standar yang akan di

tetapkan, sehingga dapat dipakai sebagai pengendali biaya dan alat untuk

menilai prestasi pelaksanaan (Implementation Performance).

Biaya standar tersebut dihitung dan ditetapkan berdasarkan

pengalaman masa lalu dan data yang diperoleh melalui riset yang akan

dipakai dalam mengukur dan mengawasi fluktuasi-fluktuasi yang terjadi.

Ukuran dari penyimpangan dari apa yang ditetapkan dalam standar

dilakukan berdasarkan standar perkiraan varians. Dari hasil perbandingan

antara biaya standar dengan biaya yang sesungguhnya (aktual), dapat

diketahui jumlah penyimpangannya. Apabila biaya produksi aktual melebihi

biaya produksi yang telah distandarkan, maka akan terjadi varians yang

tidak menguntungkan (Unfavorable). Sebaliknya, jika terjadi biaya produksi

yang distandarkan lebih besar dari biaya produksi aktual, maka varians

tersebut menguntungkan (Favorable). Apabila terjadi varians yang tidak

menguntungkan pada perusahaan akan berpengaruh terhadap profitabilitas

dari kegiatan produksi dan kinerja perusahaan yang tidak baik, sehingga

diperlukan ketelitian dan ketepatan di dalam standar produksi.

CV. Tri Utami Jaya di Sweta merupakan salah satu perusahaan yang

produksinya bersifat massa, artinya aktivitas perusahaan tersebut bersifat

rutin dan berulang-ulang. Jenis produk yang dihasilkan oleh perusahaan ini

antara lain : Sehat Pinggang, Sehat Pria, Sehat Wanita, dan Pegal Linu.

Dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan harga


4

pokok standar, sehingga bahan yang diperlukan, tenaga yang digunakan

maupun biaya overhead, disiapkan sebelum proses produksi dilaksanakan.

CV. Tri Utami Jaya selalu merencanakan peningkatan produksi untuk tahun-

tahun berikutnya dari produksi yang telah dicapai perusahaan. Tabel 1

berikut ini menunjukkan jumlah produksi yang direncanakan dan jumlah

produksi yang dicapai oleh CV. Tri Utami Jaya selama tahun 2015

Tabel 1. Jenis Produk, Produksi Yang Direncanakan dan Produksi Yang


Dapat Dicapai oleh CV. Tri Utami Jaya Tahun 2015.

Produksi Yang Produksi Yang


Bulan Jenis Produk Direncanakan Dapat Dicapai
(unit) (unit)
SP 500 525
Januari
PL 500 525
SP 500 650
Februari
PL 500 600
SP 500 500
Maret
PL 500 700
SP 500 600
April
PL 500 500
SP 500 500
Mei
PL 500 700
SP 500 500
Juni
PL 500 500
SP 500 500
Juli
PL 500 200
SP 500 300
Agustus
PL 500 200
SP 500 400
September
PL 500 500
SP 500 500
Oktober
PL 500 600
SP 500 600
November
PL 500 600
SP 500 700
Desember
PL 500 600
Sumber : Data Primer diolah
5

CV. Tri Utami Jaya selalu menstandarkan produksinya setiap bulan

sebanyak minimal 500 unit untuk setiap jenis jamunya (dalam tabel ini jamu

SP dan PL), namun dari tabel diatas kita dapat lihat produksi yang

direncanakan terjadi penurunan pada bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri

yang kebetulan jatuh pada bulan Juli-Agustus yang dikarenakan penurunan

permintaan konsumen.

Dalam rangka mempermudah perencanaan, pengawasan dan

pengendalian biaya produksi maka CV. Tri Utami Jaya menggunakan biaya

standar sebagai pedoman dalam proses produksi. CV. Tri Utami Jaya belum

sepenuhnya mampu menerapkan standar-standar yang diterapkan, hal ini

mengakibatkan timbulnya varians biaya produksi antara yang distandarkan

dengan biaya yang sesungguhnya terjadi. Mengingat pentingnya penetapan

standar biaya produksi dalam suatu proses produksi, maka hendaknya varians

yang terjadi dapat ditekan sekecil mungkin.

Informasi mengenai besarnya produksi yang dapat direalisasikan,

biaya produksi standar dan aktual yang dikeluarkan selama proses produksi

pada tahun 2015 dapat dilihat pada Tabel 2 berikut :


6

Tabel 2. Jenis Biaya, Biaya Produksi Standar dan Biaya Produksi Aktual
Pada CV. Tri Utami Jaya Tahun 2015
Jenis Anggaran
Bulan Biaya Aktual Varian
Biaya Biaya
BBB 6.500.000 6.410.500 89.500
Januari BOP 23.650.000 25.103.200 (1.453.200)
BTKL 4.950.000 5.197.500 (247.500)
BBB 2.300.000 2.875.000 (575.000)
Februari BOP 23.450.000 24.176.800 (726.800)
BTKL 4.950.000 6.187.500 (1.237.500)
BBB 2.300.000 2.760.000 (460.000)
Maret BOP 23.450.000 24.723.550 (1.273.550)
BTKL 4.950.000 5.940.000 (990.000)
BBB 2.300.000 2.530.000 (230.000)
April BOP 23.450.000 24.311.000 (861.000)
BTKL 4.950.000 5.445.000 (495.000)
BBB 2.300.000 2.760.000 (460.000)
Mei BOP 23.450.000 26.044.600 (2.594.500)
BTKL 4.950.000 5.940.000 (990.000)
BBB 6.500.000 6.410.000 204.500
Juni BOP 23.650.000 26.118.700 (2.468.700)
BTKL 4.950.000 4.950.000 -
BBB 2.300.000 1.610.000 690.000
Juli BOP 23.450.000 24.287.750 (837.750)
BTKL 4.950.000 3.465.000 1.485.000
BBB 2.300.000 1.150.000 1.150.000
Agustus BOP 23.450.000 25.930.000 (2.480.000)
BTKL 4.950.000 2.475.000 2.475.000
BBB 2.300.000 2.070.000 230.000
September BOP 23.450.000 24.953.300 (1.503.300)
BTKL 4.950.000 4.455.000 495.000
BBB 2.300.000 2.530.000 (230.000)
Oktober BOP 23.450.000 24.515.400 (1.065.400)
BTKL 4.950.000 5.445.000 (495.000)
BBB 2.300.000 2.760.000 (460.000)
November BOP 23.450.000 24.932.800 (1.482.800)
BTKL 4.950.000 5.940.000 (990.000)
BBB 2.300.000 2.990.000 (690.000)
Desember BOP 23.450.000 25.298.000 (1.848.000)
BTKL 4.950.000 6.435.000 (1.485.000)
Total BBB 36.000.000 36.741.000 (741.000)
BOP 281.800.000 300.395.100 (18.595.100)
BTKL 59.400.000 61.875.000 (2.475.000)
7

Dari tabel di atas terlihat selama tahun 2015 terjadi varians biaya

yaitu biaya produksi aktual lebih besar daripada biaya yang distandarkan. Hal

ini disebabkan oleh permintaan konsumen yang tinggi dari yang direncanakan

oleh CV.Tri Utami jaya sehingga biaya produksi perusahaan tersebut

meningkat.

1.2. Identifikasi Masalah

Biaya produksi yang dikeluarkan atau biaya yang sesungguhnya

lebih besar dari biaya yang dianggarkan di tahun 2015 sehingga terjadi varian

biaya produksi.

1.3. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut :

1. Faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya varians biaya

produksi standar dengan biaya produksi sesungguhnya pada CV. Tri Utami

Jaya?

2. Apakah varians biaya produksi yang distandarkan dengan biaya

produksi yang sesungguhnya tersebut masih dapat ditolerir atau tidak ?


8

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya varians

biaya produksi yang distandarkan dengan biaya produksi sesungguhnya

terjadi pada CV. Tri Utami Jaya.

2. Untuk mengetahui apakah total varians tersebut masih bisa ditolerir atau

tidak.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara Akademik, merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan

studi strata satu (S1) pada Program Reguler Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Mataram.

2. Secara Teoritis ilmiah hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan bagi penerapan ilmu ekonomi, khususnya manajemen

keuangan.

3. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumbangan

pemikiran yang bermanfaat bagi CV. Tri Utami Jaya dalam menentukan

kebijakan untuk meningkatkan efisiensi kinerja operasional perusahaan.

1.5. Identifikasi Variabel

Berdasarkan permasalahan dan hipotesa yang diajukan maka variabel-

variabel yang dapat di identifikasikan sebagai berikut :


9

1. Biaya produksi standar

- Biaya bahan baku standar

- Biaya tenaga kerja langsung standar

- Biaya overhead pabrik standar

2. Biaya produksi aktual

- Biaya bahan baku aktual

- Biaya tenaga kerja langsung aktual

- Biaya overhead pabrik aktual

1.6. Definisi Operasional Variabel

1. Biaya produksi standar

Biaya produksi standar adalah biaya yang seharusnya dikeluarkan oleh

CV. Tri Utami Jaya selama proses produksi atau selama proses pengolahan bahan

baku menjadi produk jadi tahun 2015. Yang termasuk biaya standar adalah

sebagai berikut :

a. Biaya bahan baku standar adalah biaya bahan baku yang seharusnya

dikeluarkan dalam pengolahan perunit produk yang dinyatakan dalam

satuan Rupiah yaitu biaya bahan baku Jamu Sehat Pinggang dan Jamu

Pegal Linu. Bahan baku kedua jenis produk jamu tersebut adalah Kayu

Songga, Kumis Kucing, Keci Beling, Meniran, Temulawak, Rimpang

Teki, dan Daun Salam.

b. Biaya tenaga kerja langsung standar adalah biaya tenaga kerja langsung

yang seharusnya dikeluarkan dalam proses produksi yang dinyatakan


10

dalam satuan Rupiah untuk produk Jamu Sehat Pinggang dan jamu Pegal

Linu seperti penggiling dan pengemasan.

c. Biaya overhead pabrik standar adalah selain biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja tidak langsung yang seharusnya terjadi yang dinyatakan

dalam satuan Rupiah yaitu biaya Listrik, biaya Air, biaya Telepon, biaya

penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya

bahan penolong. Adapun biaya tenaga kerja tidak langsung untuk produk

Jamu Sehat Pinggang dan Jamu Pegal Linu seperti biaya karyawan

administrasi dan manajer produksi, dan untuk biaya bahan penolong

produk Jamu Sehat Pinggang dan Jamu Pegal Linu adalah Tepung Jagung,

Botol Kemasan, Plastik Segel, Label dan Kapsul Kosong.

2. Biaya produksi aktual

Biaya produksi aktual adalah biaya yang secara nyata dikeluarkan oleh

CV. Tri Utami Jaya selama proses produksi berlangsung untuk menghasilkan

produk jadi tahun 2015. Biaya-biaya tersebut adalah sebagai berikut :

a. Biaya bahan baku aktual adalah biaya bahan baku yang sebenarnya di

keluarkan dalam pengolahan perunit produk yang dinyatakan dalam satuan

Rupiah yaitu biaya bahan baku Jamu Sehat Pinggang dan Jamu Pegal

Linu. Bahan baku kedua jenis produk jamu tersebut adalah Kayu Songga,

Kumis Kucing, Keci Beling, Meniran, Temulawak, Rimpang Teki, dan

Daun Salam.
11

b. Biaya tenaga kerja langsung aktual adalah biaya yang sebenarnya

dikeluarkan dalam proses produksi yang dinyatakan dalam satuan Rupiah

untuk produk Jamu Sehat Pinggang dan jamu Pegal Linu seperti

penggiling dan pengemasan.

c. Biaya overhead pabrik aktual adalah selain biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja tidak langsung yang sebenarnya terjadi yang dinyatakan

dalam satuan Rupiah yaitu biaya Listrik, biaya Air, biaya Telepon, biaya

penyusutan, biaya pemeliharaan, biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya

bahan penolong. Adapun biaya tenaga kerja tidak langsung untuk produk

Jamu Sehat Pinggang dan Jamu Pegal Linu seperti biaya karyawan

administrasi dan manajer produksi, dan untuk biaya bahan penolong

produk Jamu Sehat Pinggang dan Jamu Pegal Linu adalah Tepung Jagung,

Botol Kemasan, Plastik Segel, Label dan Kapsul Kosong.


12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian yang dilakukan oleh Sudiartha (2002) dengan judul Analisis

Selisih Biaya Produksi Standar dengan Aktual Pada Perusahaan Penggergajian

dan Pengolahan kayu CV. Electronik di Sumbawa Besar. Permasalahan yang

diangkat adalah faktor-faktor apakah yang menyebabkan terjadinya varians biaya

produksi standar dengan produksi sesungguhnya dan apakah total biaya produksi

standar dengan biaya produksi aktual tersebut masih bisa ditolerir atau tidak.

Jenis penelitian yang dilaksanakan adalah deskriptif dengan metode

penelitian studi kasus. Tekhnik yang digunakan adalah wawancara dan

dokumentasi sedangkan jenis data yang digunakan adalah data kuantitatif dengan

sumber data yaitu data primer. Metode analisis yang digunakan adalah analisis

selisih biaya produksi dengan model analisa empat analisis. Untuk mengukur

besarnya penyimpangan yang terjadi digunakan alat analisis standar kesalahan

estimasi (standar error of estimate).

Hasil penelitian menunjukan bahwa faktor penyebab terjadinya varians

biaya pada perusahaan penggergajian dan pengolahan kayu CV. Electronik ada

lima faktor yaitu : faktor harga bahan baku, kuantitas penggunaan bahan baku,

jam kerja tenaga kerja langsung, pengeluaran biaya overhead pabrik dan kapasitas

produksi. Varians yang menguntungkan terjadi pada penggunaan bahan baku kayu

jati, di mana dalam satu meter kubik kayu jati dapat menghasilkan lebih banyak
13

parquet block bila dibandingkan dengan standar yang ditetapkan perusahaan.

Selisih yang merugikan terjadi karena kenaikan harga bahan baku, penggunaan

jam kerja yang melebihi standar, pengeluaran biaya overhead yang lebih banyak,

dan kapasitas produksi yang tidak tercapai.

Penelitian yang dilakukan oleh Prihati (2006), dalam Analisa Varians

Biaya Produksi pada Perusahaan Mebel Sumbawa Unit Desain di Labuhan

Badas Sumbawa Besar yang bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang

menyebabkan terjadinya varians biaya produksi standar dengan biaya produksi

aktual dan untuk mengetahui total selisih tersebut masih bisa di tolerir atau tidak.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

penelitian kausal-komparatif, sedangkan metode pengumpulan datanya adalah

metode kasus, alat analisis data yang digunakan yaitu analisis varians dan analisis

statistik, kemudian membandingkan biaya produksi standar dengan produksi

aktual untuk mengetahui apakah terjadi varians yang merugikan atau

menguntungkan bagi perusahaan.

Dari hasil penelitian ini didapat bahwa biaya produksi aktual lebih besar

dibandingkan dengan baiaya produksi standar, maka perusahaan mengalami

selisih yang merugikan walaupun tingkat kerugian masih dapat ditolerir.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Widiastuti (2002), dalam Analisis

Varians Biaya Produksi pada Perusahaan Makanan Ringan ABC di Peraya

Lombok Tengah. Tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui faktor-faktor

terjadinya varians biaya produksi yang tidak menguntungkan dan apakah varians

tersebut dapat ditolerir.


14

Untuk menjawab permasalahan yang ada pada perusahaan makanan ringan

ABC digunakan alat analisis yaitu analisis varians yaitu dengan

membandingkan biaya produksi standar dengan biaya produksi aktual, sedangkan

untuk menentukan apakah varians yang terjadi dapat ditolerir atau tidak,

dilakukan analisa dengan menentukan besarnya tingkat kesalahan estimasi dan

membandingkan varians yang terjadi dengan batas toleransi yang ditetapkan pada

tingkat keyakian 95%.

Hasil penelitian menunjukkan varians yang tidak menguntungkan pada

kedua jenis produk, baik untuk harga bahan, pemakaian bahan, efisiensi upah,

pengeluaran BOP, dan kapasitas BOP (kecuali efisiensi BOP terjadi varians yang

menguntungkan dan tarif upah tidak terjadi varians). Sedangkan dengan

membandingkan antara varians yang terjadi dengan batas toleransi masing-masing

menunjukkan bahwa varians tersebut dapat ditolerir.

Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan di atas dengan peneliatian ini

yaitu sama-sama memiliki kesamaan tujuan serta alat analisis yang sama, yaitu

menggunakan analisa varians biaya pengukuran besarnya penyimpangan dengan

kesalahan estimasi (standar error of estimate) dan untuk pengukuran rentang

beban aktual yang dapat diterima menggunakan interval keyakinan (tp).

Sedangkan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini yaitu

terletak pada objek penelitian dan tahun pengamatan (periode pengamatan)

sehingga faktor-faktor yang banyak menyebabkan varians dapat ditunjukkan

dengan lebih jelas.


15

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1. Biaya

2.2.1.1. Pengertian Biaya

Henry Simamora (1999: 36) menjelaskan pengertian biaya dan

istilah beban yang sering digunakan dalam akuntansi sebagai berikut: Biaya

(cost) adalah kas atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang atau jasa

yang diharapkan memberikan manfaat pada saat ini atau dimasa mendatang bagi

organisasi. Disebut setara kas (cash equivalent) karena sumber sumber non kas

dapat ditukarkan dengan barang atau jasa yang dikehendaki. Sedangkan beban

(expense) adalah biaya terpakai (expired cost). Menurut Mulyadi (2002: 8):

Biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang,

yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

Dengan demikian, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis

yang diukur dengan satuan uang, untuk memperoleh barang atau jasa yang

diharapkan memberikan manfaat saat ini maupun akan datang. Pengorbanan

sumber ekonomis tersebut bisa merupakan biaya historis dan biaya masa yang

akan datang. Sedangkan dalam arti sempit biaya dapat diartikan sebagai

pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva atau secara tidak

langsung untuk memperoleh penghasilan, disebut dengan harga pokok.

2.2.1.2. Penggolongan biaya

Akuntansi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya sehingga

suatu perusahaan dapat beroperasi secara efektif dan efesien. Dengan demikian
16

dalam pencatatan dan penggolongan biaya harus selalu diperhatikan untuk tujuan

apa manajemen memerlukan informasi biaya.

Oleh karena itu, ada beberapa macam cara penggolongan biaya yaitu (Mulyadi,
2014: 13) :

1. Penggolongan biaya atas dasar obyek pengeluaran.


2. Penggolongan biaya atas dasar fungsi-fungsi pokok dalam perusahaan.
3. Penggolongan biaya atas dasar hubungan biaya dengan sesuatu yang
dibiayai.
4. Penggolongan biaya sesuai dengan tingkah lakunya terhadap volume
kegiatan.
5. Penggolongan biaya atas dasar waktu.

2.2.2. Biaya Produksi

2.2.2.1. Pengertian Biaya Produksi

Menurut Mulyadi, (2014 : 14) Biaya Produksi merupakan biaya-biaya

yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap dijual.

Contohnya adalah biaya depresiasi mesin dan ekuipmen, biaya bahan baku, biaya

bahan penolong, biaya gaji karyawan yang bekerja dalam bagian-bagian, baik

yang langsung maupun yang tidak langsung berhubungan dengan proses produksi.

2.2.2.2. Penggolongan Biaya Produksi

Biaya produksi dapat di golongkan menjadi tiga :

1. Biaya Bahan Baku

Biaya Bahan Baku adalah biaya dari bahan yang merupakan bagian yang

integral, dapat dilihat atau diukur secara jelas dan mudah serta detelusuri

baik fisik maupun nilainya dalam wujud produksi yang dihasilkan.


17

(Rony 1990 : 19). Biaya bahan baku menurut Supriyono (1983 : 20)

adalah harga perolehan dari bahan baku yang dipakai didalam pengolahan

produk .

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Untuk membahas tenaga kerja lansung perlu dibahas apa yang dimaksud

dengan tenaga kerja. Tenaga kerja adalah semua karyawan perusahaan

yang memberikan jasa pada perusahaan. Jadi tenaga kerja langsung adalah

balas jasa yang diberikan kepada karyawan pabrik yang manfaatnya dapat

diidentifikasikan atau diikuti jejaknya pada produk tertentu yang

dihasilkan perusahaan (Supriyono 1983 : 20). Sedangkan tenaga kerja

langsung menurut Rony (1990 : 16) biaya yang dikeluarkan atau

dibebankan karena adanya pembayaran upah kepada buruh yang ikut

langsung serta bekerja dalam mambentuk produk akhir.

3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya Overhead Pabrik adalah biaya produksi selain biaya bahan baku dan

biaya tenaga kerja langsung (Supriyono 1983 : 21). Sedangkan menurut

Rony (1990 : 17) adalah semua biaya pabrik yang bukan bahan baku

langsung dan buruh kerja langsung yang timbul dan dibebankan terhadap

pabrik karena sifatnya, baik sebagai bagian yang memiliki eksistensi

dalam produksi akhir maupun hanya mamberikan pelayanan guna

menunjang, memperlancar, mampermudah atau sebagai penggerak

kegiatan itu sendiri.


18

2.2.3 Biaya Standar

2.2.3.1. Pengertian biaya standar

Biaya Standar adalah biaya yang ditentukan dimuka, yang merupakan

jumlah biaya yang seharusnya dikeluarkan untuk membuat satu-satuan produk

atau untuk membiayai kegiatan tertentu, dibawah asumsi kondisi ekonomi,

efisiensi, dan faktor-faktor lain tertentu (Mulyadi 2014 : 387).

Keberhasilan sistem biaya standar ditentukan oleh beberapa hal, sistem

biaya standar ini tergantung pada kehandalan, ketepatan, dan sikap menerima

terhadap standar tersebut. Kecermatan sangat diperlukan untuk meyakinkan

bahwa semua faktor telah dipertimbangkan dalam menetapkan biaya standar

(Matz dan Usry, 1990 : 114)

2.2.3.2. Manfaat biaya standar

Sistem biaya standar memberikan pedoman kepada manajemen beberapa

biaya yang seharusnya untuk melaksanakan kegiatan-kegiatan tertentu sehingga

memungkinkan mereka lakukan pengurungan biaya dengan cara perbaikan

metode produksi, pemilihan tenaga kerja dan kegiatan lain (Mulyadi, 2014 : 388).

Pemakaian sistem harga pokok standar memberikan manfaat kepada

perusahaan untuk (Halim, 1995:270) :

1. Perencanaan dan penyusunan anggaran


2. Pengambilan keputusan tentang harga jual produk, strategi pengembangan
produk dan lain sebagainya.
3. Pengendalian biaya
4. Menilai hasil pelaksanaan
19

5. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya penghematan biaya


6. Menerapkan Manajemen By Objective (MBO)
7. Membedakan biaya yang telah dikeluarkan ke produksi selesai, persediaan
produk dalam proses dan lain sebagainya
8. Menekan biaya administrasi
9. Menyajikan laporan biaya dengan cepat

2.2.3.3. Standar Biaya Bahan Baku

Menurut Supriyono (1989 : 102), Standar biaya bahan baku adalah biaya

bahan baku yang seharusnya terjadi dalam pengolahan satu-satuan produk.

Standar biaya bahan baku ini ditentukan oleh dua faktor yaitu :

1. Standar kuantitas bahan baku, yaitu jumlah kuantitas bahan baku yang

seharusnya dipakai didalam penggolongan satu-satuan produk.

2. Standar harga bahan baku, yaitu harga bahan baku persatuan yang

seharusnya terjadi dalam pembelian bahan baku.

Didalam menentukan standar bahan baku, harga yang ditetapkan

dipengaruhi oleh faktor eksternal perusahaan sehingga harga yang digunakan

sebagai harga standar harga pasar yang berlaku dan umumnya dipergunakan

sepanjang periode fiskal yang akan datang. Sedangkan standar kuantitas

ditentukan melalui analisa yang cermat atas ukuran, bentuk dan kualitas dari

masing-masing bahan baku yang diharapkan oleh perusahaan.

2.2.3.4. Standar Biaya Tenaga Kerja Langsung

Standar biaya tenaga kerja langsung adalah biaya tenaga kerja langsung

yang seharusnya terjadi dalam satu-satuan produk (Supriyono, 1989 : 106). Biaya

tenaga kerja langsung ditentukan oleh dua faktor yaitu :


20

1. Standar tarif upah langsung, adalah tarif upah langsung yang seharusnya

terjadi untuk setiap satuan pengupahan didalam pengolahan produk

tertentu.

2. Standar waktu kerja langsung, adalah jam atau waktu kerja yang

seharusnya dipakai didalam pengolahan satu-satuan produk.

2.2.3.5. Standar Biaya Overhead Pabrik

Standar biaya overhead pabrik adalah biaya overhead yang seharusnya

terjadi didalam mengolah satu-satuan produk (Supriyono, 1989 : 109). Manfaat

utama dari penentuan atau penetapan standar biaya overhead pabrik adalah untuk

menentukan harga pokok dan perencanaan.

2.2.4. Varians

Pada umumnya suatu perusahaan sebelum memulai kegiatan produksinya

terlebih dahulu menyusun suatu standar atau budget secara menyeluruh. Dalam

penyusunan standar telah dilakukan analisa dan berbagai pertimbangan terhadap

semua faktor yang akan mempengaruhi proses produksi di masa mendatang.

Walaupun demikian bukan jaminan dalam pelaksanaannya dapat sesuai dengan

apa yang seharusnya terjadi. Sebab dalam proses produksi akan dipengaruhi oleh

situasi dan kondisi perusahaan pada proses produksi berlangsung, sehingga sering

terjadi penyimpangan-penyimpangan terhadap anggaran dan bahkan standar yang

telah disusun oleh perusahaan.


21

Pengertian selisih biaya menurut Matz dan Usry (1990 : 209) selisih

adalah perbedaan yang terjadi antara biaya standar dengan biaya yang

sebenarnya.

Sedangkan menurut Masud (1985 : 113), penyimpangan atau selisih

diberi batasan sebagai berikut :

Selisih adalah perbedaan antara biaya menurut standar (budget) dengan


biaya yang sesungguhnya terjadi, sebab-sebab terjadinya selisih tersebut bagi
manajemen perlu diketahui selisih dengan menganalisa selisih yang terjadi, karena
selisih merupakan petunjuk adanya ketidak efisienan, ketidak tepatannya dari
pelaksanaan atau sebaliknya yaitu tidak tepatnya standar.

Dari uraian di atas, penting artinya bagi perusahaan untuk menganalisa

lebih lanjut adanya penyimpangan atau selisih. Biaya standar dan varians

merupakan suatu alat bantu agar manajemen menerima informasi mengenai

keefektifan upaya produksi maupun mengenai para penyedia. Varians merupakan

tolak ukur guna mengukur kewajaran standar, memungkinkan pimpinan untuk

mengubah arah usaha dan membuat penyesuaian yang tepat. Jadi varians

bukanlah sekedar perhitungan saja melainkan merupakan batu loncatan bagi

analisis, penyelidikan dan tindakan.

2.2.4.1. Varians biaya bahan baku

Varians bahan baku terdiri dari dua jenis :

1. Varians harga bahan baku

Varians harga bahan baku merupakan fungsi perbedaan antara standar

harga dengan harga sebenarnya. (Rony, 1990 : 229)


22

Varians harga bahan baku dapat digunakan oleh perusahaan untuk menilai

prestasi bagian pembelian disamping untuk mengukur akibat kenaikan

atau penurunan harga bahan baku terhadap laba yang diperoleh.

Adapun penyebab selisih harga bahan baku antara lain :

a. Fluktuasi harga pasar yang bersangkutan.


b. Kontrak dan jangka waktu pembelian yang menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
c. Pembelian dari suplier yang lokasinya lebih menguntungkan atau tidak
menguntungkan.
d. Kegagalan didalam memanfaatkan kesempatan potongan pembelian
atau ketidaktepatan jumlah potongan pembelian yang diharapkan.
e. Tambahan pembayaran harga bahan baku adanya pembelian khusus
yang harus dilakukan.
f. Pembelian dalam jumlah yang ekonomis atau tidak ekonomis.
g. Faktor-faktor internal yang mengakibatkan harus dilakukan pembelian
bahan yang mendadak (rush puchases).(Supriyono, 1989 : 104)

2. Varian kuantitas bahan baku

Manfaat dari analisis varians kuantitas bahan baku ini adalah untuk

menilai prestasi departemen produksi atau pabrik dan mengukur pengaruh

akibat efisiensi pemakaian bahan baku terhadap laba yang diperoleh

perusahaan.

Adapun faktor varians kuantitas bahan baku adalah :

a. Perubahan dari rancangan produk, mesin, peralatan, atau metode


pengolahan produk yang belum dinyatakan dalam standar.
b. Pemakaian bahan baku subsitusi yang menguntungkan atau merugikan.
c. Selisih dari bahan baku yang mengakibatkan kuantitas yang dipakai
lebih besar atau lebih kecil dibanding standar.
d. Kerugian bahan baku karena rusak atau susut yang disebabkan
karyawan terlatih, tidak diawasi, teledor, atau bekerja tidak
memuaskan baik di pabrik maupun di gudang bahan.
e. Pengawasan yang terlalu kaku.
f. Kurangnya peralatan atau mesin.
g. Kegagalan di dalam mengatur mesin dan peralatan dalam kondisi yang
baik. ( Supriyono, 1989 : 106 )
23

2.2.4.2. Varians Biaya Tenaga Kerja Langsung

Varians biaya tenaga kerja langsung adalah selisih biaya yang disebabkan

oleh adanya perbedaan antara biaya tenaga kerja langsung sesungguhnya dengan

biaya tenaga kerja langsung standar.

Varians tenaga kerja langsung terdiri dari dua jenis yaitu:

1. Selisih tarif upah langsung.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya selisih tarif upah langsung


sebagai berikut :
a. Telah digunakan tenaga kerja langsung dengan golongan tarif upah
yang berbeda dengan standar untuk pekerjaan tertentu.
b. Telah dibayar upah dengan tarif lebih besar atau lebih kecil
dibandingkan tarif upah standar selama kegiatan musiman atau
kegiatan darurat.
c. Karyawan yang baru diterima tidak dibayar sesuai dengan tarif standar.
d. Adanya kenaikan pangkat atau penurunan pangkat karyawan yang
mengakibatkan perubahan tarif upah.
e. Pembayaran tambahan atas upah karena peraturan upah minimum yang
dikeluarkan oleh pemerintah. (Supriyono, 1989 : 108)

2. Selisih efisiensi upah

Faktor yang menyebabkan terjadinya selisih efisiensi upah sebagai berikut:


a. Pabrik atau departemen produksi telah bekerja dengan efisien atau
tidak disebabkan karena pengawasan terhadap tenaga kerja secara baik
atau kurang baik.
b. Telah digunakan bahan yang kualitasnya lebih baik atau lebih jelek
dibandingkan dengan standar sehingga memerlukan waktu (jam)
pengerjaan yang lebih pendek atau lebih panjang.
c. Kurangnya koordinasi dengan departemen produksi lain atau
departemen pembantu. (Supriyono, 1989 :109)
24

2.2.4.3. Varians Biaya Overhead Pabrik

Menurut Mulyadi, (1986 : 349) selisih (varians) biaya overhead pabrik

terdiri dari tiga jenis yaitu :

1. Selisih pengeluaran
Faktor yang menyebabkan selisih pengeluaran antara lain
a. Penggunaan mutu bahan baku yang keliru
b. Penggunaan mutu tenaga kerja yang keliru
c. Kegagalan dalam memperoleh syarat pembelian bahan yang
menguntungkan
d. Perubahan dalam harga pasar
2. Selisih efisiensi
Faktor yang menyebabkan terjadinya selisih efisiensi antara lain :
a. Pemborosan pemakaian bahan baku
b. Pekerjaan tenaga kerja yang tidak efisiensi
c. Kegagalan dalam mengurangi bahan baku dan jasa, dalam hubunganya
dengan tingkat output yang dihasilkan
3. Selisih kapasitas
Faktor yang menyebabkan terjadinya selisih kapasitas antara lain :
a. Berkurangnya permintaan konsumen
b. Fluktuasi hari dalam kalender
c. Kelebihan kapasitas produksi
25

2.3. Kerangka Konseptual

Gambar 1 : Kerangka Konseptual Penelitian

Perencanaan Produksi

Tindakan Korektif
Biaya Bahan Baku
Biaya Biaya Tenaga Kerja Biaya
Standar Langsung Aktual
Biaya Overhead Pabrik

Varians

Faktor-Faktor
Penyebab Varians

CV. Tri Utami Jaya melakukan perencanaan produksi sebelum proses

produksi dilaksanakan. Kegiatan produksi akan berjalan dengan lancar apabila

sebelumnya dibuat perencanaan produksi tentang kegiatan-kegiatan yang

dilakukan di masa yang akan datang dalam rangka mencapai tujuan. Rencana

akan memberikan arah kegiatan yang dilakukan untuk mencapai tujuan.

Biaya produksi disusun berdasarkan standar-standar yang telah

ditentukan meliputi standar biaya bahan baku, standar biaya tenaga kerja langsung

dan standar biaya overhead pabrik. Standar-standar ini nantinya akan digunakan
26

sebagai dasar untuk mengevaluasi aktifitas produksi. Dalam proses produksi CV.

Tri Utami Jaya kondisi operasinya seringkali tidak sesuai dengan perkiraan pada

saat rencana dibuat terutama dalam hal biaya produksi, selisih (varians) sulit

dihindarkan yaitu antara biaya yang di standarkan dengan biaya aktual atau yang

sesungguhnya terjadi. Selisih-selisih biaya tersebut antara lain selisih biaya bahan

baku, selisih biaya tenaga kerja langsung dan selisih biaya overhead pabrik.

Pemeriksaan dan evaluasi analisa selisih biaya secara periodik sangat

diperlukan oleh CV. Tri Utami Jaya untuk dapat mengidentifikasikan faktor-

faktor penyebab terjadinya penyimpangan biaya, sehingga hasil dari analisa ini

merupakan umpan balik sebagai tindakan korektif terhadap standar-standar yang

digunakan sebagai kontrol dalam proses produksinya.

2.4. Perumusan Hipotesis

Hipotesa tidak lain dari jawaban sementara terhadap masalah penelitian,

yang sebenarnya harus di uji secara empiris. Hipotesa yang diajukan dalam

penelitian ini antara lain :

1. Diduga bahwa selisih yang terjadi disebabkan penggunaan Biaya Bahan

Baku, Biaya Tenaga Kerja Langsung dan Biaya Overhead Pabrik yang

lebih besar sehingga tidak memenuhi standar biaya produksi.

2. Diduga total selisih merugikan dari biaya produksi ini masih dapat

ditolerir dengan tingkat kesalahan sebesar 5% dan tingkat keyakinan

ditetapkan 95% bahwa biaya produksi aktual berada dalam batas toleransi

yang dapat diterima.


27

BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

yaitu suatu metode dalam meneliti status sekelompok manusia, suatu objek, suatu

set kondisi, suatu sistem pemikiran ataupun suatu kelas peristiwa pada masa

sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi,

gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta,

sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. (Nazir, 1988: 63)

3.2. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan pada CV. Tri Utami Jaya. Adapun alasan

penulis memilih perusahaan CV. Tri Utami Jaya tersebut adalah :

a. Situasi dan kondisi yang terjadi pada CV. Tri Utami Jaya sesuai dengan

masalah yang diteliti yaitu mengenai selisih (varian) biaya produksi.

b. Adanya kesediaan dari pimpinan CV.Tri Utami Jaya memberikan

keterangan-keterangan dan data yang diperlukan penulis dalam melakukan

penelitian ini.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

studi kasus (Case Study) dimana menurut Bogdan dan Bikien (1982) studi kasus
28

merupakan pengujian secara rinci terhadap satu latar atau satu orang subjek atau

satu tempat penyimpanan dokumen atau satu peristiwa tertentu, sedangkan studi

kasus penelitian ini, penelitian yang mempelajari secara intensif mengenai

Analisis Varians Biaya Produksi pada CV. Tri Utami Jaya.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

1. Wawancara, yaitu dengan mengadakan tanya jawab langsung kepada

pimpinan perusahan.

2. Observasi yang digunakan adalah observasi pengamatan tidak langsung

yaitu dengan cara dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan cara

mencatat atau menyalin data yang berkaitan dengan penelitian yang

dilakukan.

3.5. Jenis dan Sumber Data

3.5.1. Jenis Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

a. Data kuantitaif, yaitu data yang diperlukan dalam penelitian berupa

angka-angka (besarnya dapat diukur) seperti jumlah atau satuan

tertentu. Data tersebut adalah biaya produksi standar, biaya

produksi sesungguhnya dan data lain yang relevan dalam penelitian

ini.

b. Data kualitatif, yaitu data dalam bentuk kalimat atau keterangan,

karena data ini tidak bias dijelaskan dalam bentuk angka-angka


29

(besarnya tidak dapat diukur) seperti bagaimana proses

produksinya dan sejarah perusahaan.

3.5.2. Sumber Data

Adapun sumber data yang digunakan dalam penelitia ini adalah sebagai

berikut :

a. Sumber Primer yaitu sumber data yang diperoleh secara langsung dari

perusahaan baik dari pimpinan perusahaan maupun dari para karyawan,

adapun jenis data tersebut adalah jumlah produksi, data biaya produksi

dan data lain yang mempunyai kaitan dengan masalah yang diteliti.

b. Sumber Skunder yaitu sumber data yang diperoleh berdasarkan catatan-

catatan lain, berupa literatur buku, bulletin atau jurnal. Untuk mendukung

keseluruhan penelitian yang dilakukan guna memperkuat dan melandasi

sumber primer yang didapat.

3.6. Prosedur Analisa

Untuk menguji data, dapat dilakukan pengujian dengan menghitung

analisa selisih biaya produksi (biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead pabrik) dengan menggunakan model analisa selisih (varians).

1. Analisa Selisih Biaya Bahan Baku

a. Selisih Biaya Bahan Baku, selisih ini dihitung dengan rumus

sebagai berikut : (Mulyadi, 2014 : 396)

SH = (HSt HS) x KS

Dimana :
30

SH = Selisih Harga

HSt = Harga Standar

HS = Harga Sesungguhnya

KSD = Kuantitas Sesungguhnya

b. Selisih Kuantitas Bahan Baku, selisih ini dapat dihitung dengan

rumus sebagai berikut : (Mulyadi, 2014 : 396)

SK = (KSt KS) x HSt

Dimana :

SK = Selisih Kuantitas

KSt = Kuantitas Standar

KSD = Kuantitas Sesungguhnya

HSt = Harga Standar

2. Analisa Selisih Biaya Tenaga Kerja Langsung

a. Selisih Tarif Upah, selisih ini dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut : (Mulyadi, 2014 : 406)

STU = (TUSt TUS) x JKS

Dimana :

STU = Selisih Tarif Upah

TUSt = Tarif Upah Standar

TUS = Tarif Upah Sesungguhnya

JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

b. Selisih Efisiensi Upah, selisih ini dapat dihitung dengan rumus

sebagai berikut : (Mulyadi, 2014 : 407)


31

SEU = (JKSt JKS) x TUSt

Dimana :

SEU = Selisih Efisiensi Upah

JKSt = Jam Kerja Standar

JKS = Jam Kerja Sesungguhnya

TUSt = Tarif Upah Standar

3. Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik

a. Analisis selisih pengeluaran, dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut (Mulyadi, 2014 : 412) :

Selisih pengeluaran = BOP sesungguhnya (BOP variable

sesungguhnya + BOP tetap standar pada kapasitas sesungguhnya).

b. Analisis selisih kapasitas

Analisis selisih kapasitas = Tarif overhead tetap standar x ( kapasitas

normal kapasitas sesungguhnya)

c. Analisis selisih efesiensi

Selisih efisiensi = Tarif overhead standar x (jam kerja standar jam

kerja sesungguhnya).

Sedangkan untuk mengukur besarnya penyimpangan yang terjadi

dan rentang beban aktual yang ditolerir, maka dilakukan pengujian sebagai

berikut:

Tahap pertama : Mengukur besarnya penyimpangan yang terjadi, alat

analisis yang digunakan adalah standar estimasi yang


32

dapat diformulasikan sebagai berikut (Matz dan Usry,

1990 : 87):

S = Y Y
i i
2

n2

Di mana :
S = Penyimpangan yang terjadi

Yi = Biaya produksi menurut standar

Yi = Biaya produksi yang sesungguhnya

n = Jumlah bulan

Tahap Kedua : Menghitung rentang aktual yang dapat diterima diatas

atau dibawah jumlah biaya produksi yang terjadi,

dengan menggunakan tingkat keyakinan sebesar 95%,

karena kesalahan 5% dalam ilmu sosial bersifat umum,

tidak terlalu besar dan tidak terlalu kecil serta tingkat

kesalahannya dapat ditolerir. Beban yang terletak dalam

batas-batas varians (di antara batas tertinggi dan

terendah) dapat diterima. Sedangkan beban yang

terletak di luar batas tertentu (di bawah batas terendah

atau batas tertinggi) tidak dapat diterima dan harus

diambil suatu tindakan perbaikan yang diperlukan.

Formulasi yang digunakan adalah (Matz dan Usry,

1990 : 87) :
33

( Xi X ) 2
Y i tp S
1
1
n ( Xi X )2

Di mana :

Yi = Biaya produksi menurut standar

tp = Tingkat keyakinan yang diinginkan

S = Penyimpangan yang terjadi

n = Jumlah bulan

Xi = Jumlah unit

X = Jumlah unit rata-rata produksi

Untuk mengetahui ditolerir atau tidaknya total varians yang terjadi

digunakan pedoman sebagai berikut :

a. Apabila biaya senyatanya terletak di atas hasil perhitungan batas toleransi,

maka varians tersebut dapat ditolerir.

b. Apabila biaya senyatanya terletak antara batas bawah dan batas atas nilai

batas toleransi, maka varians tersebut masih dapat ditolerir.

c. Apabila biaya senyatanya berada di bawah batas-batas nilai batas toleransi

berarti terjadi varians yang menguntungkan.


34

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Data

Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu ingin mengetahui faktor-faktor

penyebab terjadinya varians antara biaya produksi yang distandarkan dengan yang

sesungguhnya terjadi serta untuk mengetahui apakah varians yang terjadi tersebut

masih dalam batas-batas kewajaran, bisa ditolerir atau tidak. Maka berikut ini

penulis akan menyajikan data yang berkaitan dengan masalah yang dihadapi dan

akan dianalisis lebih lanjut.

Tabel berikut ini menunjukkan kapasitas yang dapat dicapai oleh CV. Tri

Utami Jaya.

Tabel 4 : Jenis Produk, Produksi yang dapat dicapai oleh CV. Tri Utami Jaya
Tahun 2015
Tahun Jenis Produk Produksi Yang Dapat
Dicapai
(Unit)
2015 Sehat Pinggang 6.275
Pegal Linu 6.275

Total 12.500
Sumber : Tabel 1 diolah

Dalam menetapkan biaya standar, CV. Tri Utami Jaya menetapkan standar

untuk semua biaya yang akan terjadi selama proses produksi berlangsung. Adapun

biaya-biaya tesebut adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan

biaya overhead.

Tabel 5 : Biaya Produksi Standar Paving Block, Genteng Beton, dan Tegel pada
35

PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan pada Tahun 2007-2008


Tahun Jenis dan Jumlah Jenis Biaya Biaya Produksi Standar
Produk (Rp)
Sehat Pinggang BBB
BTKL
6.275 Unit BOP

Total

Pegal Linu BBB


BTKL
6.225 Unit BOP

Total
Sumber : Tabel 2 dan 3 diolah

Tabel diatas menunjukan bahwa biaya produksi mengalami peningkatan

pada tahun 2008 yang disebabkan oleh meningkatnya jumlah unit yang diproduksi

untuk Paving Block dan Genteng Beton walaupun terjadi penurunan produksi

untuk produk Tegel.

4.1.1. Biaya Bahan Baku

Dalam penyusunan standar biaya bahan baku PT. Tegel/Genteng Murni

menggunakan dua jenis standar yaitu standar harga bahan baku dan standar

jumlah pemakaian atau standar kuantitas bahan baku. Standar kuantitas bahan

baku ditentukan melalui penyelidikan dan pengamatan berapa banyak bahan baku

yang dibutuhkan untuk menghasilkan satu unit produk.Untuk standar biaya bahan

tahun 2007 dengan jumlah produksi 557.500 unit dengan biaya sebesar Rp.

600.498.230,00 sedangkan pada tahun 2008 jumlah produksi menurun menjadi

557.000 tetapi biaya produksi meningkat karena kenaikan harga bahan baku
36

sebesar Rp. 662.380.590,00 sehingga biaya bahan baku per unit meningkat pada

tahun 2008. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 6 : Biaya Standar Bahan Baku per Unit, Produk Paving Block, Genteng
Beton dan Tegel pada PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan Tahun 2007
sampai Tahun 2008.

Tahun Jenis Produk Produksi Total BBB BBB/Unit


(Unit) Standar (Rp)
(Rp)
2007 Paving Block 330.000 254.821.000 772.18
Genteng Beton 115.000 255.494.000 2.221.67
Tegel 112.500 90.183.230 801.63

2008 Paving Block 325.000 287.380.000 884.25


Genteng Beton 120.000 281.009.000 2.341.74
Tegel 112.000 93.991.590 839.21

Sumber : Lampiran 1

4.1.2. Biaya Tenaga Kerja Langsung

Dalam proses produksi perusahaan menerapkan sistem upah per unit yang

dihasilkan. Perusahaan menerapkan sistem upah per unit yang dihasilkan


37

menggunakan tenaga kerja 10 Sorang yang terbagi dari 4 orang Paving Block, 2

orang Tegel, dan 4 orang Genteng Beton.

Waktu yang diperlukan untuk memproduksi diperkirakan 1 jam untuk 45

unit Paving Block,38 unit Genteng Beton, dan 40 unit Tegel yang dihasilkan.

Dalam 1 bulan terhitung 20 hari jam kerja, sehingga dalam 1 tahun perusahaan

beroprasi 240 hari kerja. Perusahaan menerapkan hari kerja selama 8 jam/hari

mulai pukul 08.00 s/d 17.00 WITA, dikurangi jam istirahat 1 jam. Untuk lebih

jelasnya mengenai standar-standar biaya tenaga kerja yang diterapkan perusahaan

dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7: Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung Standar dan Aktual per Uunit
pada PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan pada Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Produk Tarif Upah Tarif Upah Standar


Standar/Jam Aktual/Unit Unit/Jam
(Rp) (Rp) (Unit)
2007 Paving Block 80 80 45
Genteng Beton 95 95 38
Tegel 85 85 40
2008 Paving Block 80 80 45
Genteng Beton 95 95 38
Tegel 85 85 40
Sumber : Lampiran 5 dan 6

Dari tabel diatas dapat diketahui pada Tahun 2007-2008 perusahaan

tersebut menerapkan standar tarif upah standar dan aktual per unit yang sama

yaitu sebesar Rp. 80 untuk Paving Block, Rp. 95 untuk Genteng Beton, dan Rp.

85 untuk Tegel yang dihitung per jam yang rata-rata menghasilkan 45 unit untuk

Paving Block, 38 unit untuk Genteng Beton, dan 40 unit Tegel.


38

4.1.3. Biaya Overhead Pabrik

Biaya overhead pabrik adalah biaya selain biaya bahan baku dan biaya

tenaga kerja langsung. Adapun yang termasuk biaya ini adalah : Biaya Listrik,

Biaya Air, Biaya Telepon, Biaya Bahan Penolong, Biaya Tenaga Kerja Tidak

Langsung, dan Biaya Penyusutan. Untuk Tahun 2007-2008 yang distandarkan

pada kapasitas sesungguhnya adalah sebagai berikut :

Tabel 8 : Biaya Overhead Pabrik Standar pada Kapasitas Sesungguhnya pada PT.
Tegel/Genteng Murni Ampenan pada Tahun 2007-2008

Komponen BOP Tahun


2007 2008
Biaya Variabel :
Biaya Listrik 5.490.000.00 5.892.600.00
Biaya Air 1.232.500.00 1.537.000.00
Biaya Telepon 1.635.566.00 1.691.500.00
Biaya Bahan Penolong 9.655.500.00 12.636.100.00
Biaya Pemeliharaan/Reparasi 1.907.500.00 2.211.500.00

Total BOP Variabel 19.921.066.00 23.968.700.00


BOP Tetap :
Biaya TKTL 14.500.000.00 14.500.000.00
Biaya Penyusutan Gedung 500.000.00 500.000.00
Biaya Penyusutan Mesin 1.500.000.00 1.500.000.00
Biaya Penyusutan Peralatan 1.250.000.00 1.250.000.00
Biaya Penyusutan Kendaraan 1.009.300.00 1.009.300.00

Total BOP Tetap 18.759.300.00 18.759.300.00


Total BOP 38,680,366.00 42,728,000.00
Sumber : Lampiran 7
39

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa PT. Tegel/Genteng Murni untuk biya

overhead pabrik tahun 2008 yang distandarkan lebih tinggi dari tahun 2007 untuk

biaya variabelnya, yaitu sebesar Rp. 19.921.006,00 untuk tahun 2007, sedangkan

tahun 2008 sebesar Rp. 23.968.700,00. Peningkatan ini disebabkan karena

perusahaan mempertimbangkan perubahan biaya variabel yang akan terjadi pada

tahun-tahun berikutnya.

4.2. Analisa

4.2.1. Analisa Varians (selisih)

1. Analisa Selisih Biaya Bahan Baku

a. Selisih Harga Bahan Baku = (Harga Standar Harga

Sesunggguhnya) x Kuantitas Sesungguhnya yang di beli.

Table 9 : Perhitungan Total Selisih Harga Bahan Baku pada PT. Tegel/Genteng
Murni Ampenan pada Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Bahan Kuantitas Harga Harga Total Selisih


Produk Baku Bahan Baku Standar/Unit Aktual/Unit (Rp)
Aktual/Unit (Rp) (Rp)
(Rp)
2007 Paving Semen 286,002.37 700.00 745.28 (12,950,187.31)
Block Pasir 617,217.35 95.00 103.08 (4,987,116.19)

Total (17,937,303.50)
Genteng Semen 117,697.45 1,950.00 1,990.79 (4,800,878.99)
Beton Pasir 91,013.84 295.00 303.85 (805,472.48)

Total (5,606,351.47)
40

Tegel Semen 98,155.28 750.00 782.62 (3,201,825.23)


Pasir 188,343.88 95.00 99.06 (764,676.15)

Total (3,966,501.38)
2008 Paving Semen 302,002.35 750.00 780.70 (9,271,472.15)
Block Pasir 649,409.71 102.00 105.43 (2,227,475.31)

Total (11,498,947.45)
Genteng Semen 127,319.52 2,000.00 2,044.71 (5,692,455.74)
Beton Pasir 100,833.48 305.00 307.55 (257,125.37)

Total (5,949,581.11)
Tegel Semen 92,698.98 785.00 779.75 486,669.65
Pasir 192,267.54 100.00 94.67 1,024,785.99

Total 1,511,455.63
Sumber : Lampiran 1,2,3 dan 4

b. Selisih Pemakaian Bahan Baku = (Kuantitas Standar yang dipakai

Kuantitas Sesungguhnya yang di pakai) x Harga Standar per

Unit).

Table 10 : Perhitungan Selisih Pemakaian Bahan Baku pada PT. Tegel/Genteng


Murni Ampenan Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Bahan Kuantitas Kuantitas Harga Total Selisih


Produk Baku Bahan Baku Bahan Baku Standar/Unit (Rp)
Standar/Unit Aktual/Unit (Rp)
(Rp) (Rp)
2007 Paving Semen 281,923.39 286,002.37 700.00 (2,855,286.00)
Block Pasir 604,996.05 617,217.35 95.00 (1,161,023.50)

Total (4,016,309.50)
Genteng Semen 117,309.82 117,697.45 1,950.00 (755,878.50)
Beton Pasir 90,643.56 91,013.84 295.00 (109,232.60)

Total (865,111.10)
Tegel Semen 98,145.70 98,155.28 750.00 (7,185.00)
Pasir 174,462.68 188,343.88 95.00 (1,318,714.00)
41

Total (1,325,849.00)
2008 Paving Semen 297,890.23 302,002.35 750.00 (3,084,090.00)
Block Pasir 627,062.01 649,409.71 102.00 (2,279,465.40)

Total (5,363,555.40)
Genteng Semen 125,380.79 127,319.52 2,000.00 (3,877,460.00)
Beton Pasir 99,173.53 100,833.48 305.00 (506,284.75)

Total (4,383,744.75)
Tegel Semen 94,681.85 92,698.98 785.00 1,556,552.95
Pasir 196,663.40 192,267.54 100.00 439,586.00

Total 1,996,138.95
Sumber : Lampiran 1,2,3 dan 4

Berdasarkan kedua tabel di atas dapat diketahui bahwa dari tahun 2007

sampai dengan 2008 masih terjadi selisih merugikan pada tahun tersebut yang

disebabkan oleh kenaikan harga bahan baku. Selisih harga bahan baku terbesar

terjadi pada tahun 2007 sebesar Rp.27.510.156,35 dan pada tahun 2008

perusahaan dapat meminimalkan selisih menjadi Rp.15.937.072,93 sedangkan

pada perhitungan selisih pemakaian bahan baku pada PT. Tegel/Genteng Murni

Ampenan terjadi selisih yang tidak menguntungkan pada 3 jenis produk yaitu

Paving Block, Genteng Beton dan Tegel. Untuk tahun 2007 terjadi pada ketiga

jenis produk tersebut sedangkan pada tahun 2008 terjadi selisih yang cenderung

meningkat pada dua jenis produk yaitu Paving Block dan Genteng Beton dan

untuk Tegel terjadi selisih yang menguntungkan. Selisih yang merugikan

disebabkan komposisi campuran yang tidak sesuai sehingga terjadi pemborosan

bahan baku karena pegawai baru yang belum professional dalam melakukan

campuran bahan baku.


42

2. Analisa Selisish Biaya Tenaga Kerja Langsung

a. Analisa Selisih Tarif Upah

Selisih Tarif Tenaga Kerja Langsung = (Tarif Upah Standar Tarif

Upah Aktual) x Jam Kerja Sesungguhnya.

Tabel 11 : Perhitungan Analisis Selisih Tarif Upah Tenaga Kerja Langsung pada
PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Produk Tarif Tarif Jam Kerja Selisih


Standar/Jam Aktual/Jam Sesunguhnya (Rp)
(Rp) (Rp) (Jam)
2007 Paving Block 80 80 7.218.89 0

Genten Beton 95 95 2.992.02 0

Tegel 85 85 2.773.75 0

2008 Paving Block 80 80 7.874.44 0

Genten Beton 95 95 3.277.63 0

Tegel 85 85 2.367.25 0

Sumber : Lampiran 5 dan 6

Hasil analisa di atas menunjukkan bahwa tarif upah standar maupun tarif

upah aktual dari tahun 2007 sampai 2008 tidak terjadi selisih tarif upah hal ini

menunjukkan bahwa selama tahun 2007-2008 perusahaan dalam memberikan


43

balas jasa terhadap tenaga kerja langsug telah sesuai dengan tarif yang

distandarkan.

b. Selisih Efisiensi Upah

Selisih Efisiensi Upah = (Jam Kerja Standar - Jam Kerja

Sesungguhnya) x Tarif Upah Standar

Table 12 : Perhitungan Selisih Efisiensi Upah Langsung pada PT. Tegel/Genteng


Murni Ampenan Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Tarif Tarif Jam Kerja Jam Kerja Selisih


Produk Standar/Jam Aktual/Jam SS/Jam Standar/Jam Efisiensi
(Rp) (Rp) (Rp)
2007 Paving 3.600 3.600 7.218.89 7.333.33 411.984
Block
Genteng 3.610 3.610 2.992.02 3.026,23 123.491
Beton
Tegel 3.400 3.400 2.773.75 2.812,50 131.750

Total 667.225
2008 Paving 3.600 3.600 7.874.44 7.222,22 (2.348.000)
Block
Genteng 3.610 3.610 3.277.63 3.157,89 (432.225)
Beton
Tegel 3.400 3.400 2.637.25 2.800,00 553.350

Total (2.226.875)
Sumber : Lampiran 5 dan 6

Dari table diatas dapat diketahui masih terjadi selisih kapasitas selama

tahun 2007 sampai 2008 yang terjadi pada dua jenis produk yaitu Paving Block
44

dan Genteng Beton yang disebabkan karena meningkatnya jam kerja yang

diperlukan untuk penyelesaian tiap produk yang dihasilkan.

3. Analisa Selisih Biaya Overhead Pabrik

a. Selisih Pengeluaran

Selisih Pengeluaran = BOP Sesungguhnya (BOP Variabel

Sesunggunya + BOP Tetap)

Table 13 : Perhitungan Selisih Pengeluaran Overhead Pabrik pada PT.


Tegel/Genteng Murni Ampenan Tahun 2007-2008

BOP Variabel BOP Tetap


Jenis BOP Standar Standar Selisih
Tahun Produk Sesungguhnya Kapasitas Kapasitas Pengeluaran
Sesungguhnya Sesungguhnya (Rp)
(Rp) (Rp)
2007 Paving 17.792.034 8.947.450 8.029.550 815.034
Block
Genteng 15.985.000 7.873.000 7.119.000 993.000
Beton
Tegel 7.211.750 3.100.616 3.610.750 500.384

Total 2.308.418
2008 Paving 20.906.000 10.663.300 8.586.700 1.656.000
Block
Genteng 16.950.000 8.810.300 7.307.700 832.000
Beton
Tegel 7.311.500 3.581.500 3.778.500 (48.500)

Total 2.439.500
Sumber : Lampiran 7 dan 8
45

Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa selama Tahun 2007 sampai 2008

terjadi selisih merugikan, total selisih pengeluaran biaya Overhead Pabrik pada

Tahun 2007 yaitu sebesar Rp. 2.308.418, Sedangkan pada Tahun 2008 meningkat

menjadi Rp. 2.439.500. Hal ini terjadi karena kapasitas yang dicapai Tahun 2008

lebih tinggi dari Tahun 2007

b. Selisih Kapasitas

Analisa Selisih Kapasitas = Tarif Overhead Tetap Standar

(Kapasitas Normal Kapasitas Sesunguhnya)

Table 14 : Perhitungan Selisih Kapasitas Overhead Pabrik pada PT.


Tegel/Genteng Murni Ampenan Tahun 2007-2008.

Tahun Jenis Kapasitas Kapasitas Tarif Tetap Selisih


Produk Normal Sesungguhnya Standar Kapasitas
(Unit) (Rp) (Rp)
2007 Paving 330.000 324.850 24.33 125.299,5
Block
Genteng 115.000 113.700 61.90 80.470
Beton
Tegel 112.500 110.950 32.09 49.739,5

Total 255.509
2008 Paving 325.000 354.350 26.42 (775.427)
Block
Genteng 120.000 124.250 60.90 (258.825)
Beton
Tegel 112.000 105.490 33.73 219.582,3

Total (814.669.7)
Sumber : Lampiran 7 dan 8

Tabel di atas menunjukkan bahwa setiap tahun perusahaan tidak berhasil

mencapai kapasitas yang diharapkan di mana pada Tahun 2007 untuk produk
46

Paving Block, Genteng Beton dan Tegel tidak berhasil mencapai kapasitas yang

diharapkan. Untuk Tahun 2008 terjadi kapasitas berlebihan pada produk Paving

Block dan Genteng Beton, sedangkan untuk produk Tegel tidak berhasil mencapai

kapasitas yang diharapkan. Hal ini disebabkan karena jumlah unit yang diproduksi

tidak sesuai dari yang direncanakan..

Setelah menganalisa penyebab terjadinya varians biaya produksi untuk setiap

jenis produk yang dihasilkan perusahaan penulis kemudian merekapitulasi hasil

perhitungan dalam analisa varians

Tabel 15: Rekapitulasi Total Varians Biaya Produksi pada PT. Tegel/Genteng
Murni Ampenan Tahun 2007-2008.

Tahun Keterangan Paving Block Genteng Beton Tegel

2007 Bahan Baku :


Selisih Harga (17.937.303,50) (5.606.351,47) (3.966.501,38)
Selisih Kuantitas ( 4.016.309,50) ( 865.111,10) (1.325.849,00)
Total (21.953.613.00) (6.471.462,57) (5.291.350,38)
TK Langsung :
Selisih Tarif - - -
Selisih Efisiensi 411.984 123.491 131.750
Total 411.984 123.491 131.750
BOP :
Selisih Pengeluaran (815.034.00) (993.000.00) (500.384.00)
Selisih Kapasitas 125.299,5 80.470.00 49.739,5.00
Total (689.735.50) (912.530,00) 450.645.00
2008 Bahan Baku :
Selisih Harga (11.598.947,45) (5.949.981,11) 1.511.655,63
Selisih Kuantitas ( 5.363.555,40) (4.383.744,75) 1.996.138,95
Total (16.962.502,85) (10.333.625.86) 3.507.694.58
TK Langsung :
Selisih Tarif - - -
Selisih Efisiensi (2.348.000.00) (432.225) 553.350
Total (2.348.000.00) (432.225) 553.350
47

BOP :
Selisih Pengeluaran (1.656.000.00) (832.000.00) 48.500.00
Selisih Kapasitas ( 775.427.00) (258.825.00) 219.582.30
Total (2.431.427.00) (1.090.825.00) 268.082.30

Setelah merekapitulasi hasil dari analisis yang dilakukan dapat dilihat pada

tabel di atas menunjukkan bahwa dari tahun 2007-2008 masih terjadi varians yang

merugikan pada biaya bahan baku untuk ketiga jenis produk yaitu Paving Block,

Genteng Beton, dan Tegel. Sedangkan untuk biaya tenaga kerja langsung tidak

terjadi selisih yang merugikan hanya terjadi selisih efisiensi, dan untuk biaya

overhead pabrik terjadi selisih yang merugikan yaitu selisih pengeluaran dan

kapasitas hanya pada dua jenis produk yaitu Paving Block dan Genteng Beton.

4.3. Analisa Statistik

a. Analisa standar kesalahan estimasi

Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa dalam suatu proses

produksi tidak selamanya apa yang telah distandarkan dapat dicapai.

Seringkali terjadi penyimpangan-penyimpangan yang mempengaruhi

kelangsungan proses produksi. Untuk mengetahui sampai seberapa besar

suatu penyimpangan masih dapat diterima dalam arti masih dalam batas

yang wajar, maka harus ditentukan batas toleransi atau beban aktual yang

dapat diterima sehingga dari hasil tersebut dapat diketahui apakah

penyimpangan-penyimpangan yang terjadi telah melebihi batas kewajaran

(toleransi) atau tidak.

Untuk dapat mengetahui apakah selisih yang terjadi masih dapat

ditolerir atau tidak, maka berdasarkan data yang ada dapat ditentukan
48

standar kesalahan estimasi dan rentang beban aktual yang dapat diterima

dengan tingkat keyakinan sebesar 95%. Perhitungan standar kesalahan

estimasi dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 16 : Standar Kesalahan Estimasi Biaya Produksi PT. Tegel/Genteng Murni


Ampenan Tahun 2007-2008.

No Jenis Produk Kesalahan Estimasi (S)


1 Paving Block 9.341.539,84

2 Genteng Beton 6.758.653,57

3 Tegel 3.044,672,27
Sumber : Lampiran 13,15 dan 17

Dari tabel di atas menunjukkan bahwa kesalahan estimasi terbesar terjadi

pada produk Paving Block yaitu sebesar 9.341.539,84, sedangkan untuk Genteng

Beton sebesar 6.758.653,57. dan untuk Tegel sebesar 3.004.672,27.

b. Analisis Rentang Beban Aktual

Perhitungan rinci mengenai rentang beban aktual yang masih dapat

ditolerir oleh perusahaaan untuk Paving Block dapat dilihat pada lampiran

14. Rekapitulasi hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 17 : Perhitungan Rentang Beban Aktual Biaya Produksi Paving Block PT.
Tegel/Genteng Murni Ampenan/Triwulan Tahun 2007-2008.

Triwulan Biaya Produksi Rentang Beban Aktual


Aktual Tertinggi Terendah
1 79.188.292.00 99,355,567.95 49,743,432.05
2 76.474.675.00 100,191,091.03 48,907,908.97
3 87.032.914.00 99,078,859.94 50,020,140.06
4 77.856.153.00 99,721,485.94 49,377,514.06
5 75.283.119.00 109,529,794.27 56,785,205.73
6 89.801.254.00 108,142,392.55 58,172,607.45
49

7 94.539.852.00 109,945,410.88 56,369,589.12


8 92.949.775.00 109,229,287.29 57,085,712.71
Sumber : Lampiran 14

Tabel di atas menunjukan bahwa selama tahun 2007 sampai 2008,

apabila dibandingkan rentang beban aktual untuk produk dengan biaya

produk yang terjadi untuk Paving Block, maka dapat diketahui bahwa

varians yang terjadi masih dapat ditolerir atau masih dalam batas-batas

kewajaran. Dimana biaya standar dan biaya aktual masih berada di antara

batas tertinggi dengan batas terendah.

Perhitungan rinci mengenai rentang beban aktual yang dapat

diterima untuk Genteng Beton dapat dilihat pada lampiran 16. Rekapitulasi

hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 18 : Perhitungan Rentang Beban Aktual Biaya Produksi Genteng Beton


pada PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan/Triwulan selama Tahun
2007-2008.

Triwulan Biaya Produksi Rentang Beban Aktual


Aktual Tertinggi Terendah
1 72.188.020,00 88,173,842.30 52,531,657.70
2 64.302.572,00 90,819,971.47 49,885,528.53
3 76.822.100,00 87,935,859.21 52,769,640.79
4 75.438.808,00 87,894,642.20 52,810,857.80
5 78.372.400,00 94,748,405.66 59,515,094.34
6 80.018.730,00 94,952,632.10 59,310,867.90
7 72.848.021,00 95,008,267.28 59,255,232.72
8 88.885.849,00 97,971,919.08 56,291,580.92
Sumber : Lampiran 16

Tabel di atas menunjukan rentang beban aktual untuk Genteng Beton

bahwa selama tahun 2007 - 2008, apabila dibandingkan rentang beban aktual

untuk Genteng Beton dengan biaya produksi yang terjadi, maka dapat diketahui

bahwa penyimpangan atau selisih yang terjadi masih dapat ditolerir atau masih
50

dalam batas-batas kewajaran. Dimana biaya standar dan biaya aktual masih

berada di antara batas tertinggi dengan batas terendah.

Perhitungan rinci mengenai rentang beban aktual yang dapat diterima

untuk Tegel dapat dilihat pada lampiran 18. Rekapitulasi hasil perhitungan

tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 19 : Perhitungan Rentang Beban Aktual Biaya Produksi Tegel pada


PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan/Triwulan selama Tahun
2007-2008.

Triwulan Biaya Produksi Rentang Beban Aktual


Aktual Tertinggi Terendah
1 27.290.620,00 34,516,752.93 18,711,795.07
2 25.788.370,00 34,697,202.85 18,531,345.15
3 30.545.490,00 35,253,626.05 17,974,921.95
4 28.491.520,00 34,614,992.53 18,613,555.47
5 25.761.507,00 35,812,491.48 19,623,302.52
6 30.500.037,00 36,313,657.75 19,122,136.25
7 27.674.641,00 35,626,283.57 19,809,510.43
8 22.825.815,00 37,028,465.78 18,407,328.22
Sumber : Lampiran 18

Seperti halnya rentang beban aktual Paving Block dan Genteng Beton,

rentang beban actual untuk tegel yang terlihat pada table diatas juga menunjukkan

selama tahun 2007-2008, apabila dibandingkan rentang beban actual untuk produk

tegel dengan biaya produksi yang terjadi, maka dapat diketahui bahwa

penyimpangan atau selisih yang terjadi masih dapat ditolerir atau masih dalam

batas-batas kewajaran. Dimana biaya standar dan biaya aktual masih berada di

antara batas tertinggi dengan batas terendah.


51

4.4. Interpretasi

Dari hasil analisa yang penulis lakukan berikut ini akan dikemukakan

beberapa hal sebagai berikut :

4.4.1. Dari analisa varians biaya bahan baku pada perusahan PT. Tegel/Genteng

Murni Ampenan untuk harga bahan baku menunjukkan selisih yang tidak

menguntungkan pada Tahun 2007, sebesar Rp. 33.713.230,00. sedangkan

tahun 2008 perusahaan berhasil meminimalkan selisih sebesar

Rp.23.766.010,00. selisih ini disebabkan karena kenaikan harga bahan

baku dan pemborosan dalam menggunakan bahan baku. Selisih ini terjadi

karena perusahaan dalam menetapkan harga standar bahan baku hanya

berdasarkan pada pengalaman sebelumnya tanpa mempertimbangkan

kemungkinan kenaikan harga dan kurangnya pengawasan terhadap

pegawai baru.

4.4.2. Untuk biaya tenaga kerja langsung dari analisa yang telah dilakukan pada

PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan tahun 2007-2008 ternyata untuk tarif


52

upah tidak menunjukkan selisih yang merugikan. Hal ini berarti

perusahaan dalam menerapkan tarif upah telah sesuai dengan tarif upah

yang telah ditetapkan. Sedangkan pada selisih efisiensi upah terjadi selisih

yang menguntungkan pada ke tiga jenis produk pada Tahun 2007 sebesar

Rp. 667.250,00. untuk tahun 2008 terjadi selisih efisiensi yang merugikan

sebesar Rp. 2.227.000. selisih efisiensi tahun 2008 meningkat dari tahun

sebelumnya hal ini disebabkan karena jumlah unit yang diproduksi pada

tahun 2008 meningkat sehingga jam kerja yang dibutuhkan bertambah.

4.4.3. Dari hasil analisis varians biaya overhead pabrik pada perusahaan PT.

Tegel/Genteng Murni Ampenan tahun 2007-2008 terjadi selisih

pengeluaran dan kapasitas. Selisih pengeluaran yang merugikan pada

tahun 2007 sebesar Rp.2.308.418,00. dan tahun 2008 sebesar Rp.

2.439.500,00. Hal ini disebabkan karena produksi yang tidak tercapai dari

yang di rencanakan. Sedangkan untuk selisih kapasitas pada tahun 2007

selisih yang merugikan terjadi karena jumlah produksi yang direncanakna

lebih besar dari yang tercapai, sedangkan untuk tahun 2008 sebaliknya,

terjadi selisih kapasitas yang menguntungkan karena jumlah produksi yang

direncanakan lebih kecil dari yang tercapai.

4.4.4. Varians yang terjadi pada PT. Tegel/Genteng Murni Ampenan tersebut bila

dibandingkan dengan rentang beban aktual yang dapat diterima

menunjukkan bahwa selisih tersebut masih dapat ditolerir atau masih

dalam batas kewajaran. Hal ini dapat dilihat bahwa letak biaya produksi

aktual terletak diantara rentang batas tertingi dan batas terendah.


53

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis varians biaya produksi yang

telah dikemukakan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Faktor penyebab terjadinya selisih pada PT. Tegel/Genteng Murni

Ampenan yaitu faktor harga bahan baku, kuantitas penggunaan bahan

baku, jam kerja tenaga kerja langsung, pengeluaran dan kapasitas

produksi. Selisih yang merugikan terjadi karena perubahan harga bahan

baku, penggunaan jam kerja yang melebihi standar, pengeluaran biaya

variabel yang lebih banyak dan kapasitas produksi yang tidak mencapai

kapasitas yang diharapkan.


54

2. Selisih yang tidak menguntungkan setelah dibandingkan dengan batas

toleransi yang ditetapkan pada tingkat keyakinan 95% ternyata masih

dapat di tolerir atau masih dalam batas yang wajar.

5.2. Saran-saran

Berdasarkan kesimpulan diatas serta mengingat betapa pentingnya arti dan

peranan biaya standar yang akurat terhadap pengendalian biaya terutama pada PT.

Tegel/Genteng Murni Ampenan maka diajukan saran-saran sebagai berikut :

1. Untuk menghidari terjadinya selisih yang terlalu besar maka perusahaan di

dalam menetapkan biaya standar pada masa yang akan datang perlu

diadakan penyesuaian terhadap perubahan-perubahan harga dan

mengadakan pengawasan terhadap proses produksi yang lebih intensif.

2. Dalam menetapkan standar sebaiknya perusahaan menggunakan produksi

normal sehingga selisih yang terjadi antara biaya produksi standar dan

biaya produksi aktual tidak terlalu besar.

Você também pode gostar