Você está na página 1de 16

ANATOMI DAN FISIOLOGI LARING

Ita Wahyuni
Departemen THT-KL FK UNSRI/ RSMH Palembang

Laring adalah bagian dari saluran pernafasan bagian atas yang merupakan suatu
rangkaian tulang rawan yang berbentuk corong dan terletak setinggi vertebra cervicalis IVVI,
dimana pada anak-anak dan wanita letaknya relatif lebih tinggi. Laring pada umumnya selalu
terbuka, hanya kadang-kadang saja tertutup bila sedang menelan makanan. Lokasi laring dapat
ditentukan dengan inspeksi dan palpasi dimana didapatkannya kartilago tiroid yang pada pria
dewasa lebih menonjol kedepan dan disebut prominensia laring atau disebut juga Adams apple
atau jakun. Batas-batas laring berupa sebelah kranial terdapat Aditus Laringeus yang
berhubungan dengan Hipofaring, di sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago krikoid
dan berhubungan dengan trakea, di sebelah posterior dipisahkan dari vertebra cervicalis oleh
otot-otot prevertebral, dinding dan cavum laringofaring serta di sebelah anterior ditutupi oleh
fascia, jaringan lemak, dan kulit. Sedangkan di sebelah lateral ditutupi oleh otot-otot
sternokleidomastoideus, infrahyoid dan lobus kelenjar tiroid.1- 4
Laring berbentuk piramida triangular terbalik dengan dinding kartilago tiroidea di sebelah
atas dan kartilago krikoidea di sebelah bawahnya. Os Hyoid dihubungkan dengan laring oleh
membrana tiroidea. Tulang ini merupakan tempat melekatnya otot-otot dan ligamenta serta akan
mengalami osifikasi sempurna pada usia 2 tahun. Secara keseluruhan laring dibentuk oleh
sejumlah kartilago, ligamentum dan otot-otot. 1-4
Kartilago laring terbagi atas 2 (dua) kelompok, yaitu Kelompok kartilago mayor, terdiri
dari Kartilago Tiroidea 1 buah, Kartilago Krikoidea, 1 buah, Kartilago Aritenoidea 2 buah.
Kartilago minor terdiri dari Kartilago Kornikulata Santorini 2 buah, Kartilago Kuneiforme
Wrisberg 2 buah, Kartilago Epiglotis 1 buah. 2,3

1
Tulang dan kartilago laring tampak lateral, gambar dari
http://www.virtualpediatrichospital.org/providers/ElectricAirway/AnatImages/LarynxGrossAnat
omy.jpg

Kartilago Tiroidea Merupakan suatu kartilago hyalin yang membentuk dinding anterior
dan lateral laring, dan merupakan kartilago yang terbesar. Terdiri dari 2 (dua) sayap (ala tiroidea)
berbentuk seperti perisai yang terbuka dibelakangnya tetapi bersatu di bagian depan dan
membentuk sudut sehingga menonjol ke depan disebut Adams apple. Sudut ini pada pria
dewasa kira-kira 90 derajat dan pada wanita 120 derajat. Diatasnya terdapat lekukan yang
disebut thyroid notch atau incisura tiroidea, dimana di belakang atas membentuk kornu superior
yang dihubungkan dengan os hyoid oleh ligamentum tiroidea lateralis, sedangkan di bagian
bawah membentuk kornu inferior yang berhubungan dengan permukaan posterolateral dari
kartilago krikoidea dan membentuk artikulasio krikoidea. Dengan adanya artikulasio ini
memungkinkan kartilago tiroidea dapat terangkat ke atas. Di sebelah dalam perisai kartilago
tiroidea terdapat bagian dalam laring, yaitu pita suara, ventrikel, otot-otot dan ligamenta,
kartilago aritenoidea, kuneiforme serta kornikulata. Permukaan luar ditutupi perikondrium yang
tebal dan terdapat suatu alur yang berjalan oblik dari bawah kornu superior ke tuberkulum
inferior. 1- 3
Alur ini merupakan tempat perlekatan muskulus sternokleidomastoideus, muskulus
tirohioideus dan muskulus konstriktor faringeus inferior. Permukaan dalamnya halus tetapi
pertengahan antara incisura tiroidea dan tepi bawah kartilago tiroidea perikondriumnya tipis,
merupakan tempat perlekatan tendo komisura anterior. Sedangkan tangkai epiglotis melekat kira-

2
kira 1 cm diatasnya oleh ligamentum tiroepiglotika. Kartilago ini mengalami osifikasi pada umur
20 30 tahun. 1-3
Kartilago Krikoidea merupakan bagian terbawah dari dinding laring. Merupakan
kartilago hialin yang berbentuk cincin stempel (signet ring) dengan bagian alsanya terdapat di
belakang. Bagian anterior dan lateralnya relatif lebih sempit daripada bagian posterior. Kartilago
ini berhubungan dengan kartilago tiroidea tepatnya dengan kornu inferior melalui membrana
krikoidea (konus elastikus) dan melalui artikulasio krikoaritenoidea. Di sebelah bawah melekat
dengan cincin trakea I melalui ligamentum krikotiroidea. Pada keadaan darurat dapat dilakukan
tindakan trakeostomi emergensi atau krikotomi atau koniotomi pada konus elastikus. Kartilago
krikoidea pada dewasa terletak setinggi vertebra servikalis VI VII dan pada anak-anak setinggi
vertebra servikalis III IV. Kartilago ini mengalami osifikasi setelah kartilago tiroidea. 1- 4
Kartilago Aritenoidea merupakan kartilago hyalin yang terdiri dari sepasang kartilago
berbentuk piramid 3 sisi dengan basis berartikulasi dengan kartilago krikoidea, sehingga
memungkinkan pergerakan ke medio lateral dan gerakan rotasi. Dasar dari piramid ini
membentuk 2 tonjolan yaitu prosesus muskularis yang merupakan tempat melekatnya m.
krikoaritenoidea yang terletak di posterolateral, dan di bagian anterior terdapat prosesus vokalis
tempat melekatnya ujung posterior pita suara. Pinggir posterosuperior dari konus elastikus
melekat ke prosesus vokalis. Ligamentum vokalis terbentuk dari setiap prosesus vokalis dan
berinsersio pada garis tengah kartilago tiroidea membentuk tiga per-lima bagian membranosa
atau vibratorius pada pita suara. Tepi dan permukaan atas dari pita suara ini disebut glotis.2,3
Kartilago aritenoidea dapat bergerak ke arah dalam dan luar dengan sumbu sentralnya
tetap, karena ujung posterior pita suara melekat pada prosesus vokalis dari aritenoid maka
gerakan kartilago ini dapat menyebabkan terbuka dan tertutupnya glotis. Kalsifikasi terjadi pada
dekade ke-3 kehidupan.
Kartilago Epiglotis berbentuk seperti bet pingpong dan membentuk dinding anterior
aditus laringeus. Tangkainya disebut petiolus dan dihubungkan oleh ligamentum tiroepiglotika
ke kartilago tiroidea di sebelah atas pita suara. Sedangkan bagian atas menjulur di belakang
korpus hyoid ke dalam lumen faring sehingga membatasi basis lidah dan laring. Kartilago
epiglotis mempunyai fungsi sebagai pembatas yang mendorong makanan ke sebelah menyebelah
laring.4,5

3
Kartilago Kornikulata merupakan kartilago fibroelastis, disebut juga kartilago Santorini
dan merupakan kartilago kecil di atas aritenoid serta di dalam plika ariepiglotika. Kartilago
Kuneiforme merupakan kartilago fibroelastis dari Wrisberg dan merupakan kartilago kecil
yang terletak di dalam plika ariepiglotika.

LIGAMENTUM DAN MEMBRANA


Ligamentum dan membran laring terbagi atas 2 grup, yaitu ligamentum ekstrinsik, terdiri
dari Membran tirohioid, ligamentum tirohioid, ligamentum tiroepiglotis, ligamentum hioepiglotis
ligamentum krikotrakeal.

Ligamentum intrinsik, terdiri dari membran quadrangularis, ligamentum vestibular,


konus elastikus, ligamentum krikotiroid media, ligamentum vokalis

4
Membrana Tirohioidea

Membrana ini menghubungkan tepi atas kartilago tiroidea dengan tepi atas belakang os
hioidea yang pada bagian medial dan lateralnya mengalami penebalan membentuk ligamentum
tirohioideus lateral dan medial. Membrana ini ditembus oleh a. laringeus superior cabang interna
n. laringeus superior dan pembuluh limfe. 4-6

Membrana Krikotiroidea (Konus Elastikus).


Terdapat di bawah mukosa pada permukaan bawah pita suara sejati, berjalan ke
atas dan medial dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung dengan kedua ligamenta
vokalis yang merupakan jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi atas arkus kartilago krikoid.
Di sebelah anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal membentuk
ligamentuk krikoidea medialis yang juga melekat pada tuberkulum vokalis. Di sebelah posterior
konus menyebar dari kartilago krikoid ke prosesus kartilago aritenoid (vokalis). Pinggir bebas
menebal membentuk ligamentum vokalis. 4-6
Membrana Kuadrangularis merupakan bagian atas dari jaringan ikat longgar elastis
laring, membentang dari tepi lateral epiglotis ke kartilago aritenoid dan kartilago kornikulata, di
bagian inferior meluas ke pita suara palsu. Tepi atasnya membentuk plika ariepiglotika,
sedangkan yang lainnya membentuk dinding diantara laring dan sinus piriformis Morgagni.
Terdapat di bawah mukosa pada permukaan bawah pita suara sejati, berjalan ke atas dan medial
dari lengkungan kartilago krikoid untuk bersambung dengan kedua ligamenta vokalis yang

5
merupakan jaringan fibroelastis yang berasal dari tepi atas arkus kartilago krikoid. Di sebelah
anterior melekat pada pinggir bawah kartilago tiroid dan menebal membentuk ligamentuk
krikoidea medialis yang juga melekat pada tuberkulum vokalis. Di sebelah posterior konus
menyebar dari kartilago krikoid. 4-6

OTOT
Otot laring terbagi dalam 2 (dua) kelompok besar yaitu otot-otot ekstrinsik dan otot-otot
intrinsik yang masing-masing mempunyai fungsi yang berbeda. Otot-otot ekstrinsik
menghubungkan laring dengan struktur disekitarnya. Kelompok otot ini menggerakkan laring
secara keseluruhan. Terbagi atas otot-otot suprahioid atau otot-otot elevator laring, yaitu M.
Stilohioideus, M. Milohioideus, M. Geniohioideus, M. Digastrikus, M. Genioglosus, M.
Hioglosus. Otot-otot infrahioid/otot-otot depresor laring, yaitu M. Omohioideus, M.
Sternokleidomastoideus, M. Tirohioideus. 4-6

Kelompok otot-otot depresor dipersarafi oleh ansa hipoglossi C2 dan C3 dan penting untuk
proses menelan (deglutisi) dan pembentukan suara (fonasi). Muskulus konstriktor faringeus
medius termasuk dalam kelompok ini dan melekat pada linea oblikus kartilago tiroidea. Otot-otot
ini penting pada proses deglutisi. 4-6

6
Otot-otot intrinsik

Otot-otot intrinsik menghubungkan kartilago satu dengan yang lainnya, berfungsi


menggerakkan struktur yang ada di dalam laring terutama untuk membentuk suara dan bernafas.
Otot-otot pada kelompok ini berpasangan kecuali m. interaritenoideus yang serabutnya berjalan
transversal dan oblik. Fungsi otot ini dalam proses pembentukkan suara, proses menelan dan
berbafas. Bila m. interaritenoideus berkontraksi, maka otot ini akan bersatu di garis tengah
sehingga menyebabkan adduksi pita suara, yang termasuk dalam kelompok otot intrinsik adalah
Otot-otot adduktor Mm. Interaritenoideus transversal dan oblik, M. Krikotiroideus, M.
Krikotiroideus lateral berfungsi untuk menutup pita suara. 5-7
Otot-otot abductor, M. Krikoaritenoideus posterior berfungsi untuk membuka pita suara.
Otot-otot tensor terdiri dari Tensor Internus yaiu M. Tiroaritenoideus dan M. Vokalis, Tensor
Eksternus yaitu M. Krikotiroideus Mempunyai fungsi untuk menegangkan pita suara. Pada
orang tua, m. tensor internus kehilangan sebagian tonusnya sehingga pita suara melengkung ke
lateral mengakibatkan suara menjadi lemah dan serak. . 5-7

7
PERSENDIAN

Artikulasio Krikotiroidea merupakan sendi antara kornu inferior kartilago tiroidea dengan
bagian posterior kartilago krikoidea. Sendi ini diperkuat oleh 3 (tiga) ligamenta, yaitu
ligamentum krikotiroidea anterior, posterior, dan inferior. Sendi ini berfungsi untuk pergerakan
rotasi pada bidang tiroidea, oleh karena itu kerusakan atau fiksasi sendi ini akan mengurangi efek
m. krikotiroidea yaitu untuk menegangkan pita suara. . 5-7
Artikulasio Krikoaritenoidea. merupakan persendian antara fasies artikulasio
krikoaritenoidea dengan tepi posterior cincin krikoidea. Letaknya di sebelah kraniomedial
artikulasio krikotiroidea dan mempunyai fasies artikulasio yang mirip dengan kulit silinder, yang
sumbunya mengarah dari mediokraniodorsal ke laterokaudoventral serta menyebabkan gerakan
menggeser yang sama arahnya dengan sumbu tersebut. Pergerakan sendi tersebut penting dalam
perubahan suara dari nada rendah menjadi nada tinggi. . 5-7

ANATOMI LARING BAGIAN DALAM

Cavum laring dapat dibagi menjadi sebagai Supraglotis (vestibulum superior), yaitu
ruangan diantara permukaan atas pita suara palsu dan inlet laring. Glotis (pars media), yaitu
ruangan yang terletak antara pita suara palsu dengan pita suara sejati serta membentuk rongga
yang disebut ventrikel laring Morgagni. Infraglotis (pars inferior), yaitu ruangan diantara pita
suara sejati dengan tepi bawah kartilago krikoidea. Beberapa bagian penting dari dalam laring
Aditus Laringeus, pintu masuk ke dalam laring yang dibentuk di anterior oleh epiglotis, lateral
oleh plika ariepiglotika, posterior oleh ujung kartilago kornikulata dan tepi atas m. aritenoideus.
Rima Vestibuli merupakan celah antara pita suara palsu. Rima glottis di depan merupakan celah
antara pita suara sejati, di belakang antara prosesus vokalis dan basis kartilago aritenoidea.
Vallecula terdapat diantara permukaan anterior epiglotis dengan basis lidah, dibentuk oleh plika
glossoepiglotika medial dan lateral. Plika Ariepiglotika dibentuk oleh tepi atas ligamentum
kuadringulare yang berjalan dari kartilago epiglotika ke kartilago aritenoidea dan kartilago
kornikulata. Sinus Pyriformis (Hipofaring) Terletak antara plika ariepiglotika dan permukaan
dalam kartilago tiroidea. 6-8

8
Incisura Interaritenoidea adalah Suatu lekukan atau takik diantara tuberkulum
kornikulatum kanan dan kiri. Vestibulum Laring adalah ruangan yang dibatasi oleh epiglotis,
membrana kuadringularis, kartilago aritenoid, permukaan atas proc. vokalis kartilago aritenoidea
dan m.interaritenoidea. Plika Ventrikularis (pita suara palsu) yaitu pita suara palsu yang bergerak
bersama-sama dengan kartilago aritenoidea untuk menutup glottis dalam keadaan terpaksa,
merupakan dua lipatan tebal dari selaput lendir dengan jaringan ikat tipis di tengahnya. Ventrikel
Laring Morgagni (sinus laringeus) yaitu ruangan antara pita suara palsu dan sejati. Dekat ujung
anterior dari ventrikel terdapat suatu divertikulum yang meluas ke diantara pita suara palsu dan
permukaan dalam kartilago tiroidea, dilapisi epitel berlapis semu bersilia dengan beberapa
kelenjar seromukosa yang fungsinya untuk melicinkan pita suara sejati, disebut appendiks atau
sakulus ventrikel laring. Plika Vokalis (pita suara sejati) terdapat di bagian bawah laring. Tiga
per lima bagian dibentuk oleh ligamentum vokalis dan celahnya disebut intermembranous
portion, dan dua per lima belakang dibentuk oleh prosesus vokalis dari kartilago aritenoidea dan
disebut intercartilagenous portion. 6-8

PERSARAFAN
Laring dipersarafi oleh cabang N.Vagus yaitu Nn. Laringeus Superior dan Nn. Laringeus
Inferior (Nn. Laringeus Rekuren) kiri dan kanan. Nn. Laringeus Superior Meninggalkan N.
vagus tepat di bawah ganglion nodosum, melengkung ke depan dan medial di bawah A. karotis
interna dan eksterna yang kemudian akan bercabang dua, yaitu Cabang Interna bersifat sensoris,
mempersarafi vallecula, epiglotis, sinus pyriformis dan mukosa bagian dalam laring di atas pita
suara sejati. Cabang Eksterna ; bersifat motoris, mempersarafi m. Krikotiroid dan m. Konstriktor
inferior. N. Laringeus Inferior (N. Laringeus Rekuren) berjalan dalam lekukan diantara trakea
dan esofagus, mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea. 6-8
N. laringeus yang kiri mempunyai perjalanan yang panjang dan dekat dengan Aorta
sehingga mudah terganggu. Merupakan cabang N. vagus setinggi bagian proksimal A. subklavia
dan berjalan membelok ke atas sepanjang lekukan antara trakea dan esofagus, selanjutnya akan
mencapai laring tepat di belakang artikulasio krikotiroidea dan memberikan persarafan
Sensoris, mempersarafi daerah sub-glotis dan bagian atas trakea dan Motoris, mempersarafi
semua otot laring kecuali M. Krikotiroidea.

9
VASKULARISASI

Laring mendapat perdarahan dari cabang A. Tiroidea Superior dan Inferior sebagai A.
Laringeus Superior dan Inferior. Arteri Laringeus Superior berjalan bersama ramus interna N.
Laringeus Superior menembus membrana tirohioid menuju ke bawah diantara dinding lateral dan
dasar sinus pyriformis. Arteri Laringeus Inferior berjalan bersama N. Laringeus Inferior masuk
ke dalam laring melalui area Killian Jamieson yaitu celah yang berada di bawah M. Konstriktor
Faringeus Inferior. di dalam laring beranastomose dengan A. Laringeus Superior dan
memperdarahi otototot dan mukosa laring. 6-8

10
SISTEM LIMFATIK

Laring mempunyai 3 (tiga) sistem penyaluran limfe, yaitu Daerah bagian atas pita suara
sejati, pembuluh limfe berkumpul membentuk saluran yang menembus membrana tiroidea
menuju kelenjar limfe cervical superior profunda. Limfe ini juga menuju ke superior dan
middle jugular node. Daerah bagian bawah pita suara sejati bergabung dengan sistem limfe
trakea, middle jugular node, dan inferior jugular node. Bagian anterior laring berhubungan
dengan kedua sistem tersebut dan sistem limfe esofagus. Sistem limfe ini penting sehubungan
dengan metastase karsinoma laring dan menentukan terapinya. 6-8

11
HISTOLOGI LARING

Mukosa laring dibentuk oleh epitel berlapis silindris semu bersilia kecuali pada daerah
pita suara yang terdiri dari epitel berlapis gepeng tak bertanduk. Diantara sel-sel bersilia terdapat
sel goblet.

12
Membrana basalis bersifat elastis, makin menebal di daerah pita suara. Pada daerah
pita suara sejati, serabut elastisnya semakin menebal membentuk ligamentum tiroaritenoidea.
Mukosa laring dihubungkan dengan jaringan dibawahnya oleh jaringan ikat longgar sebagai
lapisan submukosa.Kartilago kornikulata, kuneiforme dan epiglotis merupakan kartilago hialin.
Plika vokalis sendiri tidak mengandung kelenjar. Mukosa laring berwarna merah muda
sedangkan pita suara berwarna keputihan. 6-8

FISIOLOGI LARING

Laring mempunyai 3 (tiga) fungsi dasar yaitu fonasi, respirasi dan proteksi disamping
beberapa fungsi lainnya. Fungsi Fonasi. Pembentukan suara merupakan fungsi laring yang paling
kompleks. Suara dibentuk karena adanya aliran udara respirasi yang konstan dan adanya
interaksi antara udara dan pita suara. Nada suara dari laring diperkuat oleh adanya tekanan
udara pernafasan subglotik dan vibrasi laring serta adanya ruangan resonansi seperti rongga
mulut, udara dalam paru-paru, trakea, faring, dan hidung. Nada dasar yang dihasilkan dapat
dimodifikasi dengan berbagai cara. Otot intrinsik laring berperan penting dalam penyesuaian
tinggi nada dengan mengubah bentuk dan massa ujungujung bebas dan tegangan pita suara sejati.
1-8

Ada 2 teori yang mengemukakan bagaimana suara terbentuk yaitu Teori Myoelastik
Aerodinamik. Selama ekspirasi aliran udara melewati ruang glotis dan secara tidak langsung
menggetarkan plika vokalis. Akibat kejadian tersebut, otot-otot laring akan memposisikan plika
vokalis (adduksi, dalam berbagai variasi) dan menegangkan plika vokalis. Selanjutnya, kerja dari
otot-otot pernafasan dan tekanan pasif dari proses pernafasan akan menyebabkan tekanan udara
ruang subglotis meningkat, dan mencapai puncaknya melebihi kekuatan otot sehingga celah
glotis terbuka. Plika vokalis akan membuka dengan arah dari posterior ke anterior. Secara
otomatis bagian posterior dari ruang glotis yang pertama kali membuka dan yang pertama kali
pula kontak kembali pada akhir siklus getaran. Setelah terjadi pelepasan udara, tekanan udara
ruang subglotis akan berkurang dan plika vokalis akan kembali ke posisi saling mendekat
(kekuatan myoelastik plika vokalis melebihi kekuatan aerodinamik). Kekuatan myoelastik
bertambah akibat aliran udara yang melewati celah sempit menyebabkan tekanan negatif pada

13
dinding celah (efek Bernoulli). Plika vokalis akan kembali ke posisi semula (adduksi) sampai
tekanan udara ruang subglotis meningkat dan proses seperti di atas akan terulang kembali.
Teori Neuromuskular, teori ini sampai sekarang belum terbukti, diperkirakan bahwa
awal dari getaran plika vokalis adalah saat adanya impuls dari sistem saraf pusat melalui N.
Vagus, untuk mengaktifkan otot-otot laring. Menurut teori ini jumlah impuls yang
dikirimkan ke laring mencerminkan banyaknya / frekuensi getaran plika vokalis. Analisis secara
fisiologi dan audiometri menunjukkan bahwa teori ini tidaklah benar (suara masih bisa
diproduksi pada pasien dengan paralisis plika vokalis bilateral). Fungsi Proteksi. Benda asing
tidak dapat masuk ke dalam laring dengan adanya reflek otot-otot yang bersifat adduksi,
sehingga rima glotis tertutup. Pada waktu menelan, pernafasan berhenti sejenak akibat adanya
rangsangan terhadap reseptor yang ada pada epiglotis, plika ariepiglotika, plika ventrikularis dan
daerah interaritenoid melalui serabut afferen N. Laringeus Superior. Sebagai jawabannya,
sfingter dan epiglotis menutup. Gerakan laring ke atas dan ke depan menyebabkan celah
proksimal laring tertutup oleh dasar lidah. Struktur ini mengalihkan makanan ke lateral menjauhi
aditus dan masuk ke sinus piriformis lalu ke introitus esofagus.
Fungsi Respirasi. Pada waktu inspirasi diafragma bergerak ke bawah untuk memperbesar
rongga dada dan M. Krikoaritenoideus Posterior terangsang sehingga kontraksinya
menyebabkan rima glotis terbuka. Proses ini dipengaruhi oleh tekanan parsial CO2 dan O2 arteri
serta pH darah. Bila pO2 tinggi akan menghambat pembukaan rima glotis, sedangkan bila pCO2
tinggi akan merangsang pembukaan rima glotis. Hiperkapnia dan obstruksi laring mengakibatkan
pembukaan laring secara reflektoris, sedangkan peningkatan pO2 arterial dan hiperventilasi akan
menghambat pembukaan laring. Tekanan parsial CO2 darah dan pH darah berperan dalam
mengontrol posisi pita suara.7,8
Fungsi Sirkulasi Pembukaan dan penutupan laring menyebabkan penurunan dan
peninggian tekanan intratorakal yang berpengaruh pada venous return. Perangsangan dinding
laring terutama pada bayi dapat menyebabkan bradikardi, kadang-kadang henti jantung. Hal ini
dapat karena adanya reflek kardiovaskuler dari laring. Reseptor dari reflek ini adalah
baroreseptor yang terdapat di aorta. Impuls dikirim melalui N. Laringeus Rekurens dan Ramus
Komunikans N. Laringeus Superior. Bila serabut ini terangsang terutama bila laring dilatasi,
maka terjadi penurunan denyut jantung. 7,8

14
Fungsi Fiksasi berhubungan dengan mempertahankan tekanan intratorakal agar tetap
tinggi, misalnya batuk, bersin dan mengedan. Fungsi Menelan. terdapat 3 (tiga) kejadian yang
berhubungan dengan laring pada saat berlangsungnya proses menelan, yaitu pada waktu menelan
faring bagian bawah (M. Konstriktor Faringeus Superior, M. Palatofaringeus dan M.
Stilofaringeus) mengalami kontraksi sepanjang kartilago krikoidea dan kartilago tiroidea, serta
menarik laring ke atas menuju basis lidah, kemudian makanan terdorong ke bawah dan terjadi
pembukaan faringoesofageal. Laring menutup untuk mencegah makanan atau minuman masuk
ke saluran pernafasan dengan jalan menkontraksikan orifisium dan penutupan laring oleh
epiglotis. Epiglotis menjadi lebih datar membentuk semacam papan penutup aditus laringeus,
sehingga makanan atau minuman terdorong ke lateral menjauhi aditus laring dan maduk ke
sinus piriformis lalu ke hiatus esofagus. 7,8

Fungsi Batuk.Bentuk plika vokalis palsu memungkinkan laring berfungsi sebagai katup,
sehingga tekanan intratorakal meningkat. Pelepasan tekanan secara mendadak menimbulkan
batuk yang berguna untuk mempertahankan laring dari ekspansi benda asing atau membersihkan
sekret yang merangsang reseptor atau iritasi pada mukosa laring. 7,8

Fungsi Ekspektorasi. Dengan adanya benda asing pada laring, maka sekresi kelenjar
berusaha mengeluarkan benda asing tersebut. Fungsi Emosi. perubahan emosi dapat
meneybabkan perubahan fungsi laring, misalnya pada waktu menangis, kesakitan, menggigit dan
ketakutan. 7,8

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery .
Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2003: 598-606
2. Brown Scott : Orolaryngology. 6th ed. Vol. 1. Butterworth, Butterworth & Co Ltd. 1997.
page 1/12/1-1/12/18
3. Moore, E.J and Senders, C.W. Cleft lip and palate. In : Lee, K.J. Essential
Otolaryngology Head and Neck Surgery . Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill,
2003: 241-242.
4. Ballenger, J.J. Anatomy of the larynx. In : Diseases of the nose, throat, ear, head and
neck. 13th ed. Philadelphia, Lea & Febiger. 1993
5. Graney, D. and Flint, P. Anatomy. In : Cummings C.W. Otolaryngology - Head and
Neck Surgery. Second edition. St Louis : Mosby, 1993.
6. Hollinshead, W.H. The pharynx and larynx. In : Anatomy for surgeons.Volume 1 : Head
and Neck. A hoeber-harper international edition, 1966 : 425-456
7. Lee, K.J. Cancer of the Larynx. In; Essential Otolaryngology Head and Neck Surgery .
Eight edition. Connecticut. McGraw-Hill, 2003: 724-736, 747, 755-760.
8. Woodson, G.E. Upper airway anatomy and function. In : Byron J. Bailey. Head and
Neck Surgery-Otolaryngology. Third edition. Volume 1. Philadelphia : Lippincot
Williams and Wilkins, 2001: 479-486.

16

Você também pode gostar