Você está na página 1de 57

DAFTAR ISI

BAB I

Pendahuluan.

1.1 latar belakang.


1.2 Tujuan.
1. Tujuan umum.
2. Tujuan Khususu.

BAB II

2.1 Definisi...

2.2 Etiologi...

2.3 Patofisiolog.

2.4 Manifestasi Klinis..

2.5 komplikasi.

2.6 Pemeriksaan Penunjang dan


Diagnostik

2.7 Penatalaksanaan

2.8 Diagnosa Keperawatan.........................................................................................

2.9 Intervensi Keperawatan..................................................................................

1
BAB III

3.1 Pengkajian...

3.2 Analisa Data

3.3 Diagnosa Keperawatan.....

3.4 Intervensi......................................................................................................

3.5 Implementasi.......................................................................................................

3.6 Evaluasi...............................................................................................................

BAB IV PEMBAHASAN...........................................................................................

BAB V PENUTUP.......................................................................................................

5.1 Kesimpulan .....................................................................................................

5.2 Saran ...................................................................................................................

Daftar Pustaka

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

2
Penyakit jantung koronari disebut sebagai penyakit pembunuh nomor satu di
dunia, dan dianggap musuh nomor satu dalam kehidupan yang paling ditakuti. Selain
itu, juga menduduki tempat teratas, penyakit jantung bukan lagi menjadi pembunuh
misteri. Pada kolesterol yang tinggi, diabetes, hipertensi,kegemukan, merokok,
kurang melakukan olahraga, dan proses penuaan adalah antara faktor penyumbang
kepada penyakit ini. Isu-isu yang dikaitkan dengan penyakit ini lebih banyak berkisar
kepada aspek pencegahan yang termasuk gaya hidup sehat, makanan yang seimbang,
olahraga dan sebagainya. Namun,statistik kematian mengenai penyakit jantung tetap
mencatatkan peningkatan yang membimbangkan.(Noer, Sjaifoellah. 1996)

Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) dan organisasi Federasi Jantung


Sedunia (World Heart Federation) jantung akan menjadi penyebab utama kematian di
negara-negara Asia pada tahun 2010. Saat ini, sedikitnya 78% kematian global akibat
penyakit jantung terjadi pada kalangan masyarakat miskin dan menengah.
Berdasarkan kondisi itu, dalam keadaan ekonomi terpuruk maka upaya pencegahan
merupakan hal terpenting untuk menurunkan penyakit kardiovaskuler pada tahun
2010. Di negara berkembang dari tahun 1990 sampai 2020, angka kematian akibat
penyakit jantung akan meningkat 137% pada laki-laki dan 120% pada wanita,
sedangkan di negara maju peningkatannya lebih rendah yaitu 48% pada laki-laki dan
29% pada wanita. Ditahun 2020, diperkirakan penyakit kardiovaskuler menjadi
penyebab kematian 125 orang setiap tahunnya. Oleh karena itu penyakit jantung
penyebab kematian dan kecacatan nomor satu di dunia. (Vany Yany, 2010).

Di Indonesia, angka kematian karena penyakit jantung koroner dalam 10


tahun terakhir ini meningkat mencapai 53,5% per 100.000 penduduk Indonesia
(Surevei Kesehatan Rumah Tangga Nasional, 2004). Berdasarkan data pola penyakit
di rumah sakit se-Jakarta tahun 2005, penyakit jantung dan pembuluh darah
menempati urutan ketiga. Kejadian kasus penyakit jantung koroner mengalami
peningkatan di Jakarta. Berdasarkan data rumah sakit se-Jakarta Timur pada tahun
2007 sebanyak 24,92%, tahun 2008 sebanyak 26.85%. (Vany Yany, 2010).

3
Data dari RS Harapan Kita ternyata pasien penderita Penyakit Jantung
Koroner baik yang rawat jalan maupun rawat inap terjadi pengingkatan 10% setiap
tahun. Bahkan dalam setahun terdapat 500 orang pasien bedah jantung.(Novi
Herdiyani, 2010).

Memberikan layanan berupa asuhan keperawatan secara langsung kepada


klien (individu, keluarga, maupun komunitas) sesuai dengan kewenangannya, sebagai
pengelola (manager) yaitu perawat mempunyai peran dan tanggung jawab dalam
mengelola layanan keperawatan disemua tatanan layanan kesehatan, sebagai pembela
(advokad) berfungsi membela kepentingan klien, sebagai Pendidik (edukator) yaitu
dengan memberikan informasi kesehatan melalui upaya perawat secara promotif yang
merupakan upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan. Upaya preventif dengan
menyarankan agar menjalani pola hidup sehat : makan-makanan yang rendah lemak,
kurangi merokok dan rajin berolahraga. Upaya kuratif yaitu memberi saran pasien
agar kooperatif yaitu dengan mentaati peraturan perawatan dan terapi yang
dianjurkan dokter. Dan upaya rehabilitatif yaitu dengan menganjurkan pasien agar
tetap kontrol ke dokter secara rutin, menjaga diet jangan memakan yang tinggi
kolesterol, penyesuaian gaya hidup rajin belorah raga dan tidak melakukan aktifitas
fisik yang berat.

Berdasarkan uraian di atas, meningkatnya angka kematian setiap tahunnya


dan pentingnya peran perawat dari segi upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif sehingga penulis tertarik untuk menerapkan Asuhan Keperawatan Pada
Klien Ny.R denganCORONARY ARTERY DISEASE diruang ICU Rumah Sakit
umum daerah cibiong selama tiga hari perawatan dari tanggal 24april 2016 sampai
dengan 27 april 2016. dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.

4
B. Tujuan

1. Tujuan Umum
Tujuan penulis memilih judul tersebut adalah penulis mendapatkan
pengalaman nyata dalam penerapan asuhan keperawatan pada klien dengan
CORONARY ARTERY DISEASE

2. Tujuan Khusus
Setelah menerapkan asuhan keperawatan pada klien denganCORONARY
ARTERY DISEASE maka penulis diharapkan mampu :
a. Melakukan pengkajian keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
b. Menentukan diagnosa keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
c. Merencanakan asuhan keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada klien dengan CORONARY
ARTERY DISEASE
f. Mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori dan kasus.
g. Mengidentifikasi faktor-faktor pendukung, penghambat, serta solusi/
alternatif pemecahan masalah.
h. Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada klien
dengan CORONARY ARTERY DISEASE

C. Ruang Lingkup

5
Dalam penulisan makalah ini, penulis membatasi pada satu kasus,
yaitu Asuhan Keperawatan pada klien Ny.R dengan CORONARY ARTERY
DISEASE diruang ICU Rumah Sakit umum daerah cibinong selama tiga
hari perawatan dari tanggal 24april 2016 sampai dengan 27 april 2016.

6
BAB IITINJAUAN TEORITIS

A. DEFINISI

Penyakit arteri koroner (CAD) adalah penyempitan atau penyumbatan arteri


koroner, arteri yang menyalurkan darah ke otot jantung. Bila aliran darah melambat,
jantung tak mendapat cukup oksigen dan zat nutrisi. Hal ini biasanya mengakibatkan
nyeri dada yang disebut angina. Bila satu atau lebih dari arteri koroner tersumbat
sama sekali, akibatnya adalah serangan jantung (kerusakan pada otot jantung).(
Brunner and Sudarth, 2001).

Penyakit Jantung Koroner (PJK) adalah penebalan dinding dalam pembuluh


darah jantung (pembuluh koroner). Di dalam kondisi seperti ini, darah yang mengalir

7
ke otot jantung berkurang, sehingga organ yang berukuran sekitar sekepalan tangan
itu kekurangan darah.

Penyakit jantung koroner / penyakit arteri koroner merupakan suatu


manifestasi khusus dan aterosklerosis pada arteri koroner. Plak terbentuk pada
percabangan arteri yang ke arah arteri kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang
pada arteri sirkumflek. Aliran darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara
permanen maupun sementara yang disebabkan oleh akumulasi plak atau
penggumpalan. Sirkulasi kolateral berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang
menghambat pertukaran gas dan nutrisi ke miokardium.

(Joanne and Gloria. 1995)

Gagal jantung sering disebut dengan gagal jantung kongestif adalah


ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah yang adekuat untuk memenuhi
kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi.Istilah gagal jantung kongestif sering
digunakan kalau terjadi gagal jantung sisi kiri dan kanan ( Brunner & Suddarth, 2002)

Penyakit jantung koroner/ penyakit arteri koroner (penyakit jantung


artherostrofik) merupakan suatu manifestasi khusus dan arterosclerosis pada arteri

8
koroner. Unsur lemak yang disebut palque dapat terbentuk didalam arteri, menutup
dan membuat aliran darah dan oksigen yang dibawanya menjadi kurang untuk
disuplai ke otot jantung. Plaque terbentuk pada percabangan arteri yang ke arah
aterion kiri, arteri koronaria kanan dan agak jarang pada arteri sirromflex. Aliran
darah ke distal dapat mengalami obstruksi secara permanen maupun sementara yang
di sebabkan oleh akumulasi plaque atau penggumpalan. Sirkulasi kolateral
berkembang di sekitar obstruksi arteromasus yang menghambat pertukaran gas dan
nutrisi ke miokardium. Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan supply
oksigen yang adekuat ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria,
gangguan aliran darah karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina
preinfark) dan obstruksi permanen (miocard infarct) Pusat Pendidikan Tenaga
Kesehatan Dep.kes, 1993.

Kegagalan sirkulasi kolateral untuk menyediakan suplai oksigen yang adekuat


ke sel yang berakibat terjadinya penyakit arteri koronaria, gangguan aliran darah
karena obstruksi tidak permanen (angina pektoris dan angina preinfark) dan obstruksi
permanen (miocard infarct).(Pusat Pendidikan Tenaga Kesehatan Dep.kes, 1993).

B. ETIOLOGI

Penyakit arteri koroner bisa menyerang semua ras, tetapi angka kejadian
paling tinggi ditemukan pada orang kulit putih. Tetapi ras sendiri tampaknya bukan
merupakan bourgeois penting dalam gaya hidup seseorang. Secara spesifik, faktor-
faktor yang meningkatkan resiko terjadinya penyakit arteri koroner adalah :

1. Berusia lebih dari 45 tahun (bagi pria).

Sangat penting bagi kaum pria mengetahui usia rentan terkena penyakit jantung
koroner. Pria berusia lebih dari 45 tahun lebih banyak menderita serangan jantung
ketimbang pria yang berusia jauh di bawah 45 tahun.

9
2. Berusia lebih dari 55 tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat
operasi (bagi wanita).

Wanita yang telah berhenti mengalami menstruasi (menopause) secara fisiologis


ataupun secara dini (pascaoperasi) lebih kerap terkena penyakit jantung koroner
apalagi ketika usia wanita itu telah menginjak usila (usia lanjut).

3. Riwayat penyakit jantung dalam keluarga

Riwayat penyakit jantung di dalam keluarga sering merupakan akibat dari profil
kolesterol yang tidak normal, dalam artian terdapat kebiasaan yang "buruk" dalam
segi diet keluarga.

4. Diabetes.

Kebanyakan penderita diabetes meninggal bukanlah karena meningkatnya level


gula darah, namun karena kondisi komplikasi ke jantung mereka.

5. Merokok.

Merokok telah disebut-sebut sebagai salah satu faktor risiko utama penyakit
jantung koroner. Kandungan nikotin di dalam rokok dapat merusak dinding
(endotel) pembuluh darah sehingga mendukung terbentuknya timbunan lemak
yang akhirnya terjadi sumbatan pembuluh darah.

6. Tekanan darah tinggi (hipertensi).

Tekanan darah yang tinggi dan menetap akan menimbulkan trauma langsung
terhadap dinding pembuluh darah arteri koronaria, sehingga memudahkan
terjadinya arterosklerosis koroner (faktor koroner) yang merupakan penyebab
penyakit arteri/jantung koroner.

7. Kegemukan (obesitas).

10
Obesitas (kegemukan yang sangat) bisa merupakan manifestasi dari banyaknya
lemak yang terkandung di dalam tubuh. Seseorang yang obesitas lebih
menyimpan kecenderungan terbentuknya plak yang merupakan cikal bakal
terjadinya penyakit jantung koroner.

8. Gaya hidup buruk.

Gaya hidup yang buruk terutama dalam hal jarangnya olahraga ringan yang rutin
serta pola makan yang tidak dijaga akan mempercepat seseorang terkena pneyakit
jantung koroner.

9. Stress.

Banyak penelitian yang sudah menunjukkan bahwa bila menghadapi situasi yang
tegang, dapat terjadi aritmia jantung yang membahayakan jiwa.

C. PATOFISIOLOGI

11
Aterosklerosis dimulai ketika kolesterol, lemak tetimbun di intima arteri.
Timbunan ini akan mengakibatkan terganggunya absorbsi nutrient sel-sel endotel
yang menyusun lapisan dalam pembuluh darah dan menyumbat aliran darah karena
timbunan ini menonjol ke lumen pembuluh darah. Sel-sel endotel pembuluh darah
yang terkena akan mengalami nekrotik dan menjadi jaringan parut.

Selanjutnya lumen bertambah sempit dan aliran darah bisa terhambat. Pada
lumen yang menyempit dan berdinding kasar, akan cenderung terjadinya
pembentukan bekuan darah. Hal ini menjelaskan bagaiman terjadinya koagulasi
intravaskuler yang diikuti oleh penyakit tromboemboli.

a. CAD ditandai oleh penyempitan koroner arteri akibat aterosklerosis, spasme atau,
jarang, emboli.

b. Perubahan aterosklerosis pada arteri koroner hasil kerusakan ke lapisan dalam


arteri koroner dengan kekakuan pembuluh darah dan respon lalai berkurang.

c. Akumulasi deposit lemak dan lipid, bersama dengan perkembangan plak fibrosa
atas kawasan yang rusak di pembuluh darah, menyebabkan penyempitan
pembuluh darah, sehingga mengurangi ukuran lumen pembuluh darah dan
menghambat aliran darah ke jaringan miokard.

d. Penurunan pengiriman oksigen dan nutrisi ke jaringan menyebabkan iskemia


miokard transien dan nyeri.

e. Penyebab plak arteri mengeras keras, sedangkan plak lembut dapat menyebabkan
pembentukan bekuan darah

Jenis CAD :

1. Stabil

12
- Jenis yang paling umum, dipicu oleh aktivitas fisik, stres emosional,
paparan suhu panas atau dingin, makanan berat , dan merokok
- Terjadi dalam pola yang teratur, biasanya berlangsung 5 menit atau
kurang, dan mudah hilang dengan obat-obatan

2. Labil
- Mungkin onset baru nyeri dengan pengerahan tenaga atau saat
istirahat, atau percepatan terbaru dalam keparahan nyeri
- Terjadi pada tidak ada pola teratur, biasanya berlangsung lebih lama (
30 menit ), umumnya tidak lega dengan istirahat atau obat-obatan
- Kadang-kadang dikelompokkan dengan infark miokard ( MI ) di
bawah diagnosis sindrom koroner akut ( ACS )
3. Variant (prinzmetal)
- Langka , biasanya terjadi saat istirahat - tengah malam hingga dini hari
nyeri mungkin parah
- Elektrokardiogram ( EKG ) berubah karena koroner spasme arteri

D. MANIFESTASI KLINIS

Manifestasi klinis menurut Price & Lorraine (2001) seperti:

1. Dada terasa tak enak(digambarkan sebagai mati rasa, berat, atau


terbakar;dapat menjalar ke pundak kiri, lengan, leher, punggung, atau
rahang)

13
2. Sesak napas

3. Berdebar-debar

4. Denyut jantung lebih cepat

5. Pusing

6. Mual

7. Kelemahan yang luar biasa

E. KOMPLIKASI

1. Aritmia

Merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan. Aritmia yaitu


gangguan dalam irama jantung yang bisa menimbulkan perubahan
eloktrofisiologi otot-otot jantung. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman
grafik aktivitas listrik sel. Misalnya perangsangan simpatis akan
meningkatkan kecepatan denyut jantung.

14
2. Gagal Jantung Kongestif

Merupakan kongesti sirkulasi akibat disfungsi miokard. Disfungsi


ventrikel kiri atau gagal jantung kiri akan menimbulkan kongesti pada
vena pulmonalis sedangkan pada disfungsi ventrikel kanan akan
menimbulkan kongesti pada vena sistemik.

3. Syok kardikardiogenik

Syok kardiogenik diakibatkan oleh disfungsi nyata ventrikel kiri sesudah


mengalami infark yang massif. Timbulnya lingkaran setan perubahan
hemodinamik progresif hebat yang irreversible yaitu penurunan perfusi
perifer, penurunan perfusi koroner, peningkatan kongesti paru yang bisa
berakhir dengan kematian.

4. Disfungsi Otot Papillaris

Disfungsi iskemik atau rupture nekrotik otot papilaris akan mengganggu


fungsi katup mitralis. Inkompetensi katup mengakibatkan aliran balik dari
ventrikel kiri ke atrium kiri sebagai akibat pengurangan aliran ke aorta dan
peningkatan kongesti pada atrium kiri dan vena pulmonalis.

5. Ventrikuler Aneurisma

Aneurisma ini biasanya terjadi pada permukaan atrium atau apek jantung.
Aneurisma ventrikel akan mengembang bagaikan balon pada setipa
sistolik, teregang secara pasif oleh sebagian curah sekuncup. Aneurisma
ventrikel dapat menimbulkan 3 masalah yaitu gagal jantung kongestif
kronik, embolisasi sistemik dari thrombus mural dan aritmia ventrikel
refrakter.

6. Perikarditis

15
Infark transmural dapat membuat lapisan epikardium yang langsung
berkontak dengan pericardium menjadi kasar, sehingga merangsang
permukaan pericardium dan menimbulkan reaksi peradangan.

7. Emboli Paru

Emboli paru bisa menyebabkan episode dipsnea, aritmia atau kematian


mendadak. Trombosis vena profunda lebih lazim pada pasien payah
jantung kongestif yang parah

F. PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN DIAGNOSTIK


PENUNJANG

1. Analisa gas darah (AGD)

2. Pemeriksaan darah lengkap

3. Hb, Ht

4. Elektrokardiogram (EKG)

Pemeriksaan aktifitas listrik jantung atau gambaran elektrokardiogram


(EKG) adalah pemeriksaan penunjang untuk memberi petunjuk adanya
PJK. Dengan pemeriksaan ini kita dapat mengetahui apakah sudah ada
tanda-tandanya. Dapat berupa serangan jantung terdahulu, penyempitan
atau serangan jantung yang baru terjadi, yang masing-masing memberikan
gambaran yang berbeda.

5. Foto Rontgen Dada

Dari foto rontgen dada dapat menilai ukuran jantung, ada-tidaknya


pembesaran (Kardomegali). Di samping itu dapat juga dilihat gambaran
paru. Kelainan pada koroner tidak dapat dilihat dalam foto rontgen ini.

16
Dari ukuran jantung dapat dinilai apakah seorang penderita sudah berada
pada PJK lanjut. Mungkin saja PJK lama yang sudah berlanjut pada payah
jantung.

6. Pemeriksaan laboratorium

Dilakukan untuk mengetahui kadar trigliserida sebagai factor resiko


meningkat. Dari pemeriksaan darah juga diketahui ada-tidaknya serangan
jantung akut dengan melihat kenaikan enzim jantung

7. Treadmill

Berupa ban berjalan serupa dengan alat olah raga umumnya, namun
dihubungkan dengan monitor dan alat rekam EKG. Prinsipnya adalah
merekam aktifitas fisik jantung saat latihan. Dapat terjadi berupa
gambaran EKG saat aktifitas, yang memberi petunjuk adanya PJK. Hal ini
disebabkan karena jantung mempunyai tenaga serap, sehingga pada
keadaan sehingga pada keadaan tertentu dalam keadaan istirahat gambaran
EKG tampak normal.

8. Kateterisasi Jantung

Pemeriksaan ini dilakukan dengan memasukkan kateter semacam selang


seukuran ujung lidi. Selang ini dimasukkan langsung ke pembuluh nadi
(arteri). Bisa melalui pangkal paha, lipatanlengan atau melalui pembuluh
darah di lengan bawah. Kateter didorong dengan tuntunan alar rontgen
langsung ke muara pembuluh koroner. Setelah tepat di lubangnya,
kemudian disuntikkan cairan kontras sehingga mengisi pembuluh koroner
yang dimaksud. Setelah itu dapat dilihat adanya penyempitan atau
malahan mungkin tidak ada penyumbatan. Penyempitan atau
penyumbatan ini dapat saja mengenai beberapa tempat pada satu
pembuluh koroner. Bisa juga sekaligus mengenai beberapa pembuluh

17
koroner. Atas dasar hasil kateterisasi jantung ini akan dapat ditentukan
penanganan lebih lanjut. Apakah apsien cukup hanya dengan obat saja,
disamping mencegah atau mengendalikan factor resiko. Atau mungkin
memerlukan intervensi yang dikenal dengan balon. Banyak juga yang
menyebut dengan istilah ditiup atau balonisasi. Saat ini disamping dibalon
dapat pula dipasang stent, semacam penyangga seperti cincin atau gorng-
gorong yang berguna untuk mencegah kembalinya penyempitan. Bila
tidak mungkin dengan obat-obatan, dibalon dengan atau tanpa stent, upaya
lain adalah dengan melakukan bedah pintas koroner.

G. PENATALAKSANAAN
Berbagai obat-obatan membantu pasien dengan penyakit arteri jantung. Yang
paling umum diantaranya:

1. Aspirin / Klopidogrel / Tiklopidin.

Obat-obatan ini mengencerkan darah dan mengurangi kemungkinan


gumpalan darah terbentuk pada ujung arteri jantung menyempit, maka dari
itu mengurangi resiko serangan jantung.

2. Beta-bloker (e.g. Atenolol, Bisoprolol, Karvedilol).

Obatan-obatan ini membantu untuk mengurangi detak jantung dan tekanan


darah, sehingga menurunkan gejala angina juga melindungi jantung.

3. Nitrates (e.g. Isosorbide Dinitrate).

Obatan-obatan ini bekerja membuka arteri jantung, dan kemudian


meningkatkan aliran darah ke otot jantung dan mengurangi gejala nyeri
dada. Bentuk nitrat bereaksi cepat, Gliseril Trinitrat, umumnya diberikan

18
berupa tablet atau semprot di bawah lidah, biasa digunakan untuk
penghilang nyeri dada secara cepat.

4. Angiotensin-Converting Enzyme Inhibitors (e.g. Enalapril, Perindopril)


and Angiotensin Receptor Blockers (e.g. Losartan, Valsartan).

Obatan-obatan ini memungkinkan aliran darah ke jantung lebih mudah,


dan juga membantu menurunkan tekanan darah.

5. Obatan-obatan penurun lemak (seperti Fenofibrat, Simvastatin,


Atorvastatin, Rosuvastatin).

Obatan-obatan ini menurunkan kadar kolesterol jahat (Lipoprotein


Densitas-Rendah), yang merupakan salah satu penyebab umum untuk
penyakit jantung koroner dini atau lanjut. Obat-obatan tersebut merupakan
andalan terapi penyakit jantung koroner.

6. Intervensi Jantung Perkutan.

Ini adalah metode invasif minimal untuk membuka arteri jantung yang
menyempit. Melalui selubung plastik ditempatkan dalam arteri baik
selangkang atau pergelangan, balon diantar ke segmen arteri jantung yang
menyempit, dimana itu kemudian dikembangkan untuk membuka
penyempitan.Kemudian, tube jala kabel kecil (cincin) disebarkan untuk
membantu menahan arteri terbuka. Cincin baik polos (logam sederhana)
atau memiliki selubung obat (berlapis obat). Metode ini seringkali
menyelamatkan jiwa pasien dengan serangan jantung akut. Untuk
penyakit jantung koroner stabil penyebab nyeri dada, ini dapat
meringankan gejala angina dengan sangat efektif. Umumnya, pasien
dengan penyakit pembuluh darah single atau double mendapat keuntungan
dari metode ini. Dengan penyakit pembuluh darah triple, atau keadaan
fungsi jantung buruk, prosedur bedah dikenal dengan Bedah Bypass Arteri

19
Jantung sering merupakan alternatif yang baik atau pilihan pengobatan
yang lebih baik.

7. Operasi.

a. Bedah Bypass Arteri Jantung (CABG).

CABG melibatkan penanaman arteri atau vena lain dari dinding dada,
lengan, atau kaki untuk membangun rute baru untuk aliran darah
langsung ke otot jantung. Ini menyerupai membangun jalan tol parallel
ke jalan yang kecil dan sempit. Ini adalah operasi yang aman, dengan
rata-rata resiko kematian sekitar 2%. Pasien tanpa serangan jantung
sebelumnya dan melakukan CABG sebagai prosedur elektif, resiko
dapat serendah 1 persen.

b. Revaskularisasi Transmiokardia

Untuk pasien dengan pembuluh darah yang terlalu kecil untuk


melakukan CABG, prosedur disebut Revaskularisasi Transmiokardia
juga tersedia di NHCS. Pada prodesur ini, laser digunakan untuk
membakar banyak lubang kecil pada otot jantung. Beberapa lubang ini
berkembang ke pembuluh darah baru, dan ini membantu mengurangi
angina

Diagnosa Keperawatan

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas,


perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat


turunnya curah jantung.

20
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler


paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaringan.

Intervensi Keperawatan

Curah jantung menurun b.d Perubahan kontraktilitas miokardial atau


perubahan inotropik, perubahan frekuensi, irama, konduksi jantung,
perubahan struktural. (mis: kelainan katup, aneurisma ventrikel)

Tujuan : setalah dilakukan tindakan keperawatan, klien menunjukkan adanya


penurunan curah jantung.
Kriteria Hasil:
Frekuensi jantung meningkat
Status Hemodinamik stabil
Haluaran Urin adekuat
Tidak terjadi dispnu
Akral Hangat

Intervensi

1. Auskultasi nadi apical,kaji frekuensi,irama jantung.


Rasional : Biasanya terjadi tachycardia untuk mengkompensasi penurunan
kontraktilitasjantung.

21
2. Catatbunyijantung.
Rasional : S1 dan s2 lemah, karena menurunnya kerja pompa S3 sebagai
aliran ke dalam serambi yaitu distensi. S4 menunjukkan inkopetensi atau
stenosis katup.
3. Palpasi nadi perifer.
Rasional : Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat
dipengaruhi oleh CO dan pengisisan jantung.
4. Pantau tekanan darah.
Untuk mengetahui fungsi pompa jantung yang sangat dipengaruhi oleh
CO dan pengisisanjantung.
5. Pantau keluaran urine, catat penurunan keluaran, dan kepekatan atau
konsentrasi urine.
Rasional : Dengan menurunnya CO mempengaruhi suplai darah ke ginjal
yang juga mempengaruhi pengeluaran hormone aldosteron yang berfungsi
pada proses pengeluaran urine.
6. Kaji perubahan pada sensori contoh: letargi, bingung, disorientasi, cemas
dan depresi.
Rasional : Menunjukkan tidak adekuatnya perfusi serebral sekunder
terhadap penurunan curah jantung.
7. Berikan istirahat semi recumbent (semi-fowler) pada tempat tidur.
Rasional : Memperbaiki insufisiensi kontraksi jantung dan menurunkan
kebutuhan oksigen dan penurunan venous return.
8. Kolaborasi dengan dokter untuk terapi, oksigen, obat jantung, obat
diuretic dan cairan.
Rasional : Membantu dalam proses kimia dalam tubuh.

Intoleransi aktivitas b.d Kelemahan, kelelahan, perubahan tanda vital, adanya


dysritmia, dyspnea, pucat, berkeringat.

22
Tujuan dan kriteria hasil:

Klien akan berpartisipasi pada aktivitas yang diinginkan


Memenuhi perawatan diri sendiri
Mencapai peningkatan toleransi aktivitas yang dapat diukur, dibuktikan
oleh menurunnya kelemahan dan kelelahan.

Intervensi

1. Periksa tanda vital sebelum dan sesudah aktivitas, khususnya bila pasien
menggunakan vasodilator, diuretic
Rasional : Hipotensi ortostatik dapat terjadi dengan aktivitas karena efek
obat (vasodilatasi), perpindahan cairan atau pengaruh fungsi jantung.
2. Catat respon kardiopulmonal terhadap aktivitas, catat takikardi, disritmia,
dispnea, berkeringat, pucat
Rasional : Penurunan atau ketidakmampuan miokardium untuk
meningkatkan volume sekuncup selama aktivitas dapat menyebabkan
peningkatan segera frekuensi jantung.
3. Kaji penyebab kelemahan contoh pengobatan, nyeri, obat.
Rasional : Kelemahan adalah efek samping beberapa obat (beta bloker,
traquilizer, sedative), nyeri dan program penuh stress juga memerlukan
energi dan menyebabkan kelemahan.
4. Evaluasi peningkatan intoleransi aktivitas
Rasional : Dapat menunjukkan peningkatan dekompensasi jantung
daripada kelebihan aktivitas.
5. Berikan bantuan dalam aktivitas perawatan diri sesuai indikasi, selingi
periode aktivitas dengan istirahat
Rasional : Pemenuhan kebutuhan perawatan diri pasien tanpa
mempengaruhi stress miokard.

23
6. Implementasikan program rehabilitasi jantung atau aktivitas.
Rasional : Peningkatan bertahap pada aktivitas menghindarai kerja
jantung atau konsumsi oksigen berlebih. Penguatan dan perbaikan fungsi
jantung dibawah stress, : bila disfungsi jantung tidak dapat baik kembali.

Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus


(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air.

Intervensi

1. Pantau keluaran urin, catat jumlah dan warna saat hari dimana diuresis
terjadi
Rasional : Keluaran urin mungkin sedikit dan pekat (khususnya selama
sehari) karena penurunan perfusi ginjal
2. Hitung keseimbangan pemasukan dan pengeluaran selama 24 jam.
Rasional : Terapi diuretic dapat disebabkan oleh kehilangan cairan tiba-
tiba atau berlebih (hipovolemia) meskipun edema atau asites masih ada
3. Berikan posisi kaki lebih tinggi dari kepala.
Rasional : Pembentukan edema, sirkulasi melambat, gangguan pemasukan
nutrisidan imobilisasi dan tirah baring yang lama
4. Auskultasi bunyi napas, catat penurunan dan atau bunyi napas tambahan
contoh krekels, mengi atau batuk.
5. Kelebihan cairan sering menimbulkan kongersti paru.
Rasional : Gejala edema paru dapat menunjukkan gagal jantung kiri akut.
6. Berikan makanan yang mudah dicerna, porsi kecil dan sering.

24
Rasional : Penurunan motilitas gaster dapat berefek merugikan pada
digestif.
7. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuetik, cairan dan
elektrolit.
Rasional : Diuretic meningkatkan laju aliran urin dan dapat menghambat
reabsorbsi.
8. Kolaborasi dengan ahli gizi
Rasional : Perlu memberikan diet yang dapat diterima klien yang
memenuhi kebutuhan kalori dalam pembatasan natrium.
Pertukaran gas, kerusakan, resiko tinggi b.d Perubahan membrane kapiler-
alveolus, contoh pengumpulan atau perpindahan cairan ke dalam area
interstitial ataualveoli.

Intervensi:
1. Auskultasi bunyi napas, catat krekels.
Rasional : Menyatakan adanya kongesti paru atau pengumpulan secret
2. Anjurkan klien untuk batuk efektif, napas dalam
Rasional : Membersihkan jalan napas dan memudahkan aliran oksigen
3. Dorong perubahan posisi
Rasional : Membantu mencegah atelektasis dan pneumonia.
4. Pertahankan tirah baring 20-300 posisi semi fowler.
Rasional : Menurunkan konsumsi oksigen atau kebutuhan dan
meningkatkan inspaksi paru maksimal
5. Kolaborasi dengan dokter dalam terapi o2 dan laksanakan sesuai indikasi.
Rasional : Meningkatkan konsentrasi oksigen alveolar yang dapat
memperbaiki atau menurunkan hipoksia jaringan.
6. Laksanakan program dokter dalam pemberian obat seperti diuretic dan
bronkodilator.

25
Rasional : Menurunkan kongestif alveolar, meningkatkan pertukaran gas,
meningkatkan aliran oksigen dengan mendilatasi jalan napas dan
mengeluarkan efek diuretic ringan untuk menurunkan kongestif paru.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusijaringan.

Intervensi
1. Lihat kulit catat penonjolan tulang. Lihat adanya edema, area sirkulasinya
terganggua atau pigmentasi atau kegemukan.
Rasional : Kerana gangguan sirkulasi perifer kulit beresiko imobilisasi
fisik dan gangguan status nutrisi.
2. Pijat area kemerahan
Rasional : Meningkatkan aliran darah, meminimalkan hipoksia jaringan.
3. Sering rubah posisi di tempat tidur atau kursi. Bantu lakukan latihan
rentang gerak pasif/aktif.
Rasional : Memperbaiki sirkulasi atau menurunkan waktu satu area yang
mengganggu aliran darah.
4. Sering berikan perawatan kulit, meminimalkan kelembaban
Rasional : Kulit terlalu kering dan lembab dapat merusak kulit dan
mempercepat kerusakan.
5. Periksa sepatu atau sandal yang kesempitan, ubah sesuai kebutuhan
Rasional : Sepatu terlalu sempit dapat menyebabkan edema dependen.,
meningkatkan resiko tertekan dan kerusakan kulit pada kaki.
6. Hindarai obat intramuscular.
Rasional : Edema interstitial dan gangguan sirkulasi memperlambat
absorbsi obat dan predisposisi untuk kerusakan kulit atau terjadinya
infeksi.

26
BAB III

KASUS

Asuhan Keperawatan Sistem Kardiovaskuler Dengan Coronary Arteri Disease

Pada NY.R Di Ruang ICU Rumah Sakit Umum daerah cibinong

Tanggal 24 april 2016 s/d 27 april 2016

1.Pengkajian

27
a. Identitas Diri Klien

Nama : Ny. R

Tanggal masuk RS : 23 April 2016

Tempat/tgl lahir : 11/12/1956

Umur : 50 tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Alamat : Jl.lio rt 09/08 bojong pondok terong cipayung


kota depok

Status perkawinan : Kawin

Agama : Islam

Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Wiraswasta

Tanggal masuk RS : 20 april 2016

Tanggal penngkajian : 23 april

b. Status Kesehatan Saat Ini

1. Keluhan Utama

Pasien mengeluh dada nyeri sebelah kiri tembus punggung sejak tadi subuh .
Nyeri bertambah bila dibuat aktivitas dan berkurang bila dibuat istirahat.
Skala nyeri 5. Nyeri ulu hati dan mual.

28
2. Riwayat Penyakit Sekarang

Sebelum dirawat pasien berobat ke rs annisa, kemudian pasien dirujuk ke


rsud cibinong dengan alasan tidak ada dokter spesialis jantung.

3. Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak mempunyai riwayat Hipertensi dan Diabetes Meletus.

4. Riwayat Kesehatan Keluarga

Keluarga pasien tidak mempunyai penyakit PJK.

5. Riwayat Psikososial Dan Spiritual

Psikososial : Pasien dapat berhubungan baik dengan pasien, perawat


maupun anggota keluarga.

Spiritual : Pasien beragama islam dan rutin menjalankan sholat 5


waktu. Di rumahsakit tidak pernah menjalankan sholat
karena sedang sakit.

6. Pola Aktivitas Sehari Hari

Pola Aktivitas Di Rumah Di RS

Nutrisi
Makan biasa 3 x/hari Lunak jantung 3x/hari. Pasien hanya
dengan nasi, lauk dan sayur menghabiskan 2-3 sendok makan karena pasien
mengeluh mual
Minum air putih 6-7

29
gelas/hari Minum air putih 5-6 gelas/hari

Eliminasi BAK : 4-5 x/hari BAK : 4-5 x/hari

Istirahat BAB : 3 x/hari konsistensi BAB : 1-3 x/ hari konsistensi lembek


keras
Siang 2 jam/hari
Tidur Siang 1 jan/hari
Hygiene Malam 6 jam/hari
Malam 7 jam/hari
Mandi 2 x/hari diseka ditempat tidur, ganti baju
Mandi 2 x/hari, ganti baju dan gosok gigi dibantu perawat / keluarga.
Aktivitas
dan gosok gigi dilakukan
Lebih banyak di tempat tidur karena pasien
sendiri
bedrest
Sebagai Ibu RT

c. Keadaan/Penampilan/Kesan Umum Pasien

Keadaan umum pasien kelihatan pucat, meringis kesakitan sambil memegang


dada tapi kesadaran baik./ CM

d. Tanda Tanda Vital

Suhu tubuh : 37 C

Denyut nadi : 84 x/menit

Tensi / TD : 110 / 70 mmHg

Respirasi : 28 x/menit

TB/BB : 156 cm/52 kg.

30
e. Pemeriksaan Fisik

(diutamakan pada sistem yang terganggu sesuai dengan penyakitnya ).

1) Pemeriksaan Kepala Dan Leher

Kepala

Inspeksi : kulit kepala bersih, rambut warna hitam

Palpasi : tidak ada lesi, tidak ada nyeri tekan tapi pasien mengeluh
pusing

Mata

Inspeksi : Conjungtiva merah muda, sclera putih

Telinga

Inspeksi : Telinga luar bersih, tidak ada lesi, kedua telinga simetris

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan atau massa

Hidung

Inspeksi : Lubang hidung simetris, tidak ada secret di lubang hidung,


pasien dapat

mengidentifikasi bau dengan benar

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan pada sinus maksilaris, frontalis dan
etmoidalis

Mulut

Inspeksi : Membran mukosa bibir kering, pucat, gusi tidak ada lesi

31
Leher

Inspeksi : Tidak ada pembengkakan

Palpasi : Tidak ada pembesaran kelenjaran tiroid, tidak ada nyeri tekan

2) Pemeriksaan Integumen / Kulit dan Kuku

Kulit

Inspeksi : warna sawo matang, tidak ada kemerahan, kulit kering

Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak terjadi pitting oedem

3) Pemeriksaan Payudara dan Ketiak : Tidak terkaji

4) Pemeriksaan Thorax / Dada

Inspeksi thorax : Pergerakan thoraks saat ekspirasi dan inspirasi kanan dan
kiri bersamaan, adanyeri tekan karena pasien mengeluh nyeri dada

Paru Perkusi : Bunyi sonor / timpani pada lapang kanan dan kiri

AUSKULTASI :Terdengar bunyyi wheezing,rhonki tidak ada

5) Pemeriksaan Jantung

Palpasi : tidak ada bunyi tambahan ronchi, wheezing, rales

Auskultasi : bunyi S1 dan S2 tunggal

6) Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Tidak terlihat adanya luka

32
Palpasi : Tidak teraba massa, turgor kulit kenyal, tidak terdapat nyeri
tekan

Perkusi : bunyi abdomen timpani

Auskultasi : Terdengar bising usus 8 x/menit.

7) Pemeriksaan Muskuloskeletal

Tonus otot

MMT 5 4

5 4

Ket :

4 : Gerakan normal, mampu melawan gravitasi dan mampu menahan beban


minimal

5 : Gerakan normal penuh, dan mampu melawan gaya gravitasi dengan


tekanan penuh

8) Pemerikasaan Neurologi

Reflek patela : +/+

Reflek pupil : +/+

GCS : 4 5 6

4 : Bingung

5 : Gerakan spontan atau mampu mengikuti perintah

6 : Mengikuti perintah

33
9) Pemeriksaan Status Mental

Kesadaran composmentis

10) Pemeriksaan Penunjang Medis

Kimia darah tanggal 21 APRIL 2016

Asam urat : 8,0 mg/dl

Kolesterol total : 215 mg/dl

HDL kolesterol direk : 54 mg/dl

LDL kolesterol direk : 102 mg/dl

Trigliserida : 98 mg/dl

Na : 137mmol/l

K : 4,8mmol/l

Cl : 93 mmol/l

Troponin : 13,96 ng/ml

Kimia darah tanggal 22 april 2016

Glukosa puasa : 77 mg/ dl

Kolesterol total : 227 mg/dl

HDL kolesterol direk : 35 mg/dl

LDL kolesterol direk : 84 mg/dl

34
Trigliserida : 89 mg/dl

Darah lengkap tanggal 20 april 2016

Hb : 12,8 g/dl

Eritrosit : 4,35 juta /ul

Leukosit : 31000 /ul

Trombosit : 279000 /ul

Hematrokrit : 36,9 %

LED : 29 mm/jam

HITUNG JENIS

- BASOFIL : 0%

- EOSINOPIL : 1%

- BATANG : 3%

- SEGMEN : 83 %

- LIMPOSIT ; 12%

- MONOSIT ; 1%

GDS : 141

35
KIMIA DARAH

UREUM : 66 Mg/dl

Kreatinin : 1,3 mg/dl

SGOT : 680 U/L

SGPT : 115 g/dl.

Dilakukan RO thorak dengan hasil :

Dilakukan EKG dengan hasil :

11) Pelaksanaan/Terapi

ISDN 3 X 5 mg

Salbutamol 3x1 tb

Inj. Cefoperazon 3x1 gr

cpg 1x1tb

aspilet 1x1tb

simpastatin 1X1tb

Inj. Lovenoc 2X1

12) Harapan Klien / Keluarga Sehubungan Dengan Penyakitnya

Pasien dan keluarga berharap cepat sembuh dan bisa cepat pulang

36
2.2 ANALISA DATA

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 50 tahun

No. Reg : 11060868

Data Etiologi Masalah

1Data Subyektif :
Iskemia atau Gangguan rasa
Pasien menyatakan nyeri pada dada
suplai O2 ke nyaman nyeri
sebelah kiri
jaringan jantung
Data Obyektif :
berkurang atau
Pasien nampak kesakitan
sumbatan pada
Pasien tampak pucat
arteri koronaria
TD : 120/80 mmHg
Skala nyeri 5(dari rentan 1-10)

2.Data Subyektif :
Menurunnya Penurunan cardiac
Pasien mengeluh lemah, sesak nafas,
kontraksi jantung output
sulit melakukan aktivitas yang berlebih,
sering terbangun pada malam hari karena
sesak dan

sesak nafas, sulit melakukan aktivitas


yang berlebih, sering terbangun pada

37
malam hari karena sesak dan nyeri dada

Data Obyektif :

TD : 120/80 mmHg

P : 82 x/mnt

Kulit dingin

N : 82 x/mnt

3.Data Subyektif : Ketidakseimbangan Intoleransi aktifitas


antara suplai dan
Pasien mengeluh sesak bila bangun dari
kebutuhan oksigen
posisi tidur

Data Obyektif :

Pasien bedress.
Mual muntah
4.Data subjektif
Gangguan nutrisi
pasien mengeluh tidak mau makan kurang dari
kebutuhan
Data Objektif

Pasien makan hanya habis 3 sendok tiap

38
kali makan.

2.3 DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan


pada arteri koronaria

2. Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi otot


jantung

3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai


dan kebutuhan oksigen

4. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan muat


muntah

2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

1. Gangguan nyaman nyeri berhubungan dengan iskemia jaringan atau sumabtan


pada arteri koronaria

2. Tujuan

Setelah dilakukan tindakan keperawtan dalam waktu 2 x 24 jam pasien mampu


menunjukkan rasa nyeri dada dengan

Kriteria hasil :

Pasien tampak rileks

Skala nyeri 0

TD : 120/80 mmHg

P : 80 x/mnt

39
1) Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi
otot jantung

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

3) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


muat muntah

2.4 RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

40
Nama Pasien : Ny. R

Umur : 50 Tahun

No. Reg : 11060868

DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

1. 4.
Gangguan nyaman nyeri 1. Monitor dan kaji
Setelah dilakukan per
berhubungan dengan iskemia karakteristik dan lokasi nyeri
tindakan keperawtan terj
jaringan atau sumabtan pada
dalam waktu 2 x 24 pen
arteri koronaria yang ditandai
dengan pasien mengatakan jam pasien mampu
2. Monitor tanda-tanda 5.
nyeri dada sebelah kiri, pasien menunjukkan rasa
vital ( tekanan darah, nadi) dar
kelihatan menyeringai nyeri dada dengan
seb
kesakitan, pasien tampak pucat, ber
Kriteria hasil :
TD : 160/100 mmHg, P :
96x/mnt, skala nyeri 5 Pasien tampak rileks 3.
eks
Skala nyeri 0 reg
3. Ciptakan suasana ket
TD : 120/80 mmHg
lingkungan yang tenang dan kop
P : 80 x/mnt nyaman terh

4. M
pen
nye

5. P

41
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

4. Ajarkan dan anjurkan nye


pada pasien untuk melakukan sad
tehnik relaksasi mio

5. Kolaborasi dengan
deokter dalam pemberian
1.
analgesik
TD
kar

Penurunan cardiac output


berhubungan dengan 1. Lakukan pengukuran

menutunnya kontraksi otot yang tekanan darah ( bandingkan


2.
ditandai dengan pasien kedua lengan pada posisi
Setelah dilakukan me
mengeluh lemah, sesak napas, berdiri, duduk, dan tiduran
tindakan keperawtan me
2. sulit melakukan aktivitas yang jika memungkinkan
dalam waktu 224 jam nad
berlebih, sering terbangun pada tidak terjadi penurunan 2. Kaji kualitas nadi
malam hari karena sesak dan cardiac output dengan 3.
nyeri dada, TD : 160/100 criteria hasil : terj
mmHg, P : 96x/mnt, kulit jan
dingin, N : 22 x/mnt Pasien tampak
semangat 4.
unt
tidak sesak napas iob
3. auskultasi bunyi nafas
arte

42
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

TD : 120/80 mmHg dan bunyi jantung me

P : 80 x/mnt

kulit normal tidak 1. K


dingin resp
4. Kolaborasi dengan
akt
N : 20 x/mnt dokter dalam pemeriksaan
me
serial EGC, foto thorax,
oks
pemberian obat-obatan anti
me
disritmia
ting

2. M
mio
me
1. Catat irama jantung, kom
Intoleransi aktivitas tekanan darah dan nadi
berhubungan dengan sebelum dan sesudah 3. A
ketidakseimbangan antara melalukan aktivitas me
Setelah dialkukan
suplai dan kebutuhan oksigen (m
tindakan keperawtan
yang ditandai dengan pasien me
dalam waktu 224
mengeluh sesak bila angun dari jug
jam, pasien
posisi tidur, berkeringat dingin jan
menunjukkan
bila merubah posisi dari tidur pen
peningkatan
langsung duduk, Tanda vital
kemampuan dalam 2. Anjurkan pasien agar 4. A
setelah bangun tidur TD :
3. melakukan aktivitas lebih banyak beristirahat me
170/100 mmHg, P : 100x/mnt.

43
DIAGNOSA
NO. KEPERAWATAN TUJUAN INTERVENSI

N : 28x/mnt dengan criteria hasil ; terlebih dahulu me


me
TD : 120/80 mmHg

P : 80 x/mnt

N : 20 x/mnt 3. Anjurkan pasien


menghindari peningkatan
Pasien nyaman
tekanan abdomen contoh
dalam tidur
mengejan saat defekasi

4. Jelaskan pada pasien


tentang taha-tahap aktivitas
yang boleh dilakukan oleh
pasien

44
2.5 TINDAKAN KEPERAWATAN

Nama Pasien : Ny. R

Umur : 50 tahun

No. Reg : 11060868

No. No. DX TGL/JAM TINDAKAN TTD

1. Memantau tanda-tanda vital:


1. 1 6-3-2010

S : 37oC N : 22 x/menit
9 am

P : 96 x/menit TD : 160/100 mmHg

2. Membersihkan lingkungan
tempat tidur pasien dan merapikannya

3. Mengajarkan tehnik relaksasi


napas dalam

45
1. Melakukan auskultasi bunyi nafas
dan bunyi jantung pada pasien
2 2 6-3-2010
2. Melakukan pengukuran tekanan
10 am
darah :

TD : 160/100 mmHg

P : 96 x/mnt

N : 22 x/mnt

1. Memberitahu pasien untuk


beristirahat lebih banyak

3 3 6-3-2010 2. Memberitahu pasien untuk tidak


mengejan saat BAB
11 am

2.6 EVALUASI

Nama Pasien : Ny. R

46
Umur : 50 tahun

Tanggal : : 11060868

NO.
No. DX JAM EVALUASI TTD

1. 1 12 am
S : Pasien mengatakan nyeri berkurang

O : Pasien tampak rileks

Skala nyeri 0

TD : 140/90 mmHg

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

2. 2 12 am
S : Pasien mengatakan sesak berkurang

O : Pasien tampak
semangat

tidak sesak

N : 20 x/mnt

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

47
3. 3 12 am

S : Pasien mengatakan sudah mengalami


peningkatandalam aktivitas

O : Pasien sudah nyaman dalam tidur

Sudah bisas duduk dengan tenang

A : Tujuan tercapai

P : Hentikan intervensi

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini kelompok ingin menguraikan kesenjangan antara kasus ny R dan
teori yang dihubungkan berdasarkan konsep mulai dari pengkajian, perumusan
masalah, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi keperawatan.

48
1.Pengkajian

Seringkali pasien Coronary Arterio Disease datang ke rumah sakit dalam


keadaan lemah, ada nyeri dada dan sesak napas. Masalah yang harus diperhatikan
adalah menjaga pola napas , mengurangi nyeri dada, kebutuhan istirahat, bedrest total
dan pembatasan pencegahan komplikasi.

Pada kasus terdapat data data pengkajian, baik berupa identitas klien,
riwayat kesehatan, dan laboratorium yang kurang jika kita kaitkan dengan tinjauan
teori. . Secara ilmu fisiologi dan patofisiologi, proses penyakitnya dapat digambarkan
sebagai berikut :

Dari riwayat ada kemungkinan dari makanan Ny.R yang dapat dikatakan sebagai
faktor resiko dari PJK. Darietiologi atau faktor resiko tersebut: Berusia lebih dari 55
tahun atau mengalami menopause dini sebagai akibat operasi (bagi wanita).

Pada Ny.R tidak memiliki penyakit diabetes,dan tidak memiliki tekanan darah
tingg, . tetapi dari hasil pemeriksaan penunjang laboraturium hasi lKolesterol
total:227 mg/dl, HDL kolesterol direk :35 mg/dl. LDL kolesterol direk :84
mg/dl, Trigliserida :89 mg/dl. Asam urat 8,0 mg/dl, Kolesterol total215 mg/dl, HDL
kolesterol direk54 mg/dl, LDL kolesterol direk102 mg/dl, Trigliserida 98 mg/dl,
Na137mmol/l, K4,8mmol/l, Cl 93 mmol/l, Troponin 13,96 ng/ml .pemeriksaan
penunjang lain seperti RO thorak,dan EKG dengan hasil STEMY

Pemeriksaan penunjang yang tidak dilakukan terhadap pasien Ny.R disebabkan


karena terbentur biaya dan tidak lengkapnya fasilitas yang ada di rumah sakit.

Pelaksanaan/Terapi yang di dapat selama dirawat di rumah sakit adalah:

ISDN 3 X 5 mg, Salbutamol3x1 tb, Inj. Cefoperazon 3x1 gr. cpg 1x1tb.
aspilet 1x1tb. simpastatin 1X1tb, Inj. Lovenoc 2X1.

49
Hal ini sesuai dengan rekomendasi pengobatan untuk memperbaiki prognosis pasien
dengan Angina stabil menurut ESC 2006,sbb:

1. Pemberian Aspirin 75mg per hari pada semua pasien tanpa


kontraindikasi yang spesifik(cth. Perdarahan lambung yang
aktif,alergi aspirin,atau riwayat intoleransi aspirin,(level
evidence A).

2. Pengobatan statin untuk semua pasien dengan penyakit jantung


koroner (level evidence A)

3. Pemberian ACE inhibitor pada pasien dengan indikasi


pemberian ACE inhibitor, seperti hipertensi,disfungsi ventrikel
kiri,atau diabetes(level evidence A)

4. Pemberian Beta-blcoker secara oral pada pasien gagal jantung


atau yang pernah mendapat infark miokard (level evidence A).

Dari hasil pengkajian keperawatan yang dilakukan langsung didapatkan data


pada tanggal 23 april 2016 klien dirawat di RSUD Cibinong, dengan keluhan
nyeri dada tembus ke punggung dan lengan kiri, nyeri bertambah saat
aktifitas.Hasil rontgen kardiomegali, inspeksi klien tampak pucat, ictus kordis
tidak teraba, tidak ada oedem, auskultasi bunyi jantung 1 dan 2 tunggal.
Semua data yang didapat sesuai dengan teori.

Diagnosa Keperawatan Menurut teori

Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahahan kontraktilitas,


perubahan struktual (kelainan katup,aneurisme ventrikular).

Intoleran aktivitas berhubungan dengan kelalahan dan dispnue akibat


turunnya curah jantung.

50
Kelebihan volume cairan b.d Menurunnya laju filtrasi glomerulus
(menurunnya curah jantung) atau meningkatnya produksi ADH dan retensi
natrium dan air

Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan perubahan membran kapiler


paru, contoh pengumpalan cairan didalam area interstial/alveoli.

Resiko tinggi kerusakan integritas kulit b.d Tirah baring., edema, penurunan
perfusi jaring

Diagnosa berdasar kasus ny R adalah :

1) Penurunan cardiac output berhubungan dengan menutunnya kontraksi


otot jantung

2) Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara


suplai dan kebutuhan oksigen

3) Intoleransi aktifitas sd ketidak seimbangan suplay dan kebutuhan


Oksigen

4) Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan


muat muntah

Diagnose yang diangkat pada kasus ny R sebagian sesuai teori, ada 1 yang
tidak sesuai yaitu diagnose tentang nutrisi. Hal ini dikarenakan klien
mengalami mual dan muntah.

3.Intervensi keperawatan

Seluruh intervensi keperawatan yang diberikan kepada ny R sesuai dengan


konsep keperawatan. Untuk planning intervensi keperawatan selanjutnya
didelegasikan oleh kelompok ke perawat ICU.

51
PENUTUP

A. Kesimpulan

Penyakit jantung koroner (PJK) adalah penyakit yng menyerang organ jantung.
Gejala dan keluhan dari PJK hampir sama dengan gejala yang dimiliki oleh penyakit
jantung secara umum. Penyakit jantung koroner juga salah satu penyakit yang tidak
menular. Kejadian PJK terjadi karena adanya faktor resiko yang antara lain adalah
tekanan darah tinggi (hipertensi), tingginya kolesterol, gaya hidup yang kurang
aktivitas fisik (olahraga), diabetes, riwayat PJK pada keluarga, merokok, konsumsi
alkohol dan faktor sosial ekonomi lainnya. Penyakit jantung koroner ini dapat
dicegah dengan melakukan pola hidup sehat dan menghindari fakto-faktor
resiko.seperti pola makan yang sehat, menurunkan kolesterol, melakukan aktivitas
fisik dan olehraga secara teratur, menghindari stress kerja.

52
B. Saran

Kelompok berharap makalah ini dapat digunakan oleh perawat untuk


meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan dalam memberikan intervensi
keperawatan pada pasien CAD sehingga dapat meningkatkan kualitas asuhan
keperawatan yang diberikan dan perbaikan kondisi pasien.

Kelompok juga berharap makalah ini dapat digunakan oleh mahasiswa


keperawatan untuk meningkatkan pemahaman tentang CAD dan asuhan keperawatan
pada pasien CAD sehingga dapat menjadi bekal pengetahuan untuk meningkatkan
prestasi akademik maupun ketrampilan saat terjun ke klinik. .Apabila dalam
penulisan makalah ini ada kesalahan maupun kekurangan, maka kelompok
mengharapkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah ini di masa yang akan
datang.

PUSTAKA

Adam Sagan, 2009. Coronary Heart Disease Risk Factors and Cardiovascular Risk
in Physical Workers and Managers.

Anwar, B. 2004. Dislipidemia sebagai Faktor Risiko Penyakit Jantung


Koroner. www.library.usu.ac.id [diakses 18 Mei 2014].

Christian Sandi, Saryono, Dian Ramawati. (2013). Penelitian Tentang Perbedaan


Kadar Kolesterol Darah Pada Pekerja Kantoran dan Pekerja Kasar.

53
Corwin J. Elizabeth, ( 2009 ), Buku Saku Patofisiologi, Edisi Revisi 3, Penerbit :
Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

Corwin Elizabeth J. Buku saku patofisiologi : Sistem kardiovaskular. Edisi 1. Jakarta


: EGC, 2009.

Davidson Christopher. (2003), Penyakit Jantung Koroner. Penerbit Dian Rakyat,


Jakarta.

Diah Krisnatuti dan Rina Yenrina. (1999). Panduan Mencegah & Mengobati

Penyakit Jantung. Jakarta: Pustaka Swara

Hendriantika, H. (2012), Penelitian Tentang Studi Komparatif Aktivitas Fisik dengan


Faktor Resiko Terjadinya Penyakit jantung Koroner.

Hermansyah, Citrakesumasari, Aminuddin. (2009). Aktifitas Fisik dan Kesehatan


Mental Terhadap Kejadian Penyakit Jantung Koroner.

Hariadi, Ali Arsad Rahim, (2005). Hubungan Obesitas dengan Beberapa Faktor
Risiko Penyakit Jantung Koroner.

54
Kurniastuti, Y. (2009). Faktor Resiko Penyakit Janting Koroner di Indonesia.

Marianna Virtanen, (2012). Long Working Hours and Coronary Heart Disease: A
Systematic Review and Meta-Analysis.

Marianna Virtanen, (2010). Overtime Work and Incident Coronary Heart


Disease:The Whitehall II Prospective Cohort Study.

Mika Kivimki, (2013). Associations of job strain and lifestyle risk factors with risk
of coronary artery disease: a meta-analysis of individual participant data.

Tracey C. C. W. Rompas, A. Lucia Panda, Starry H. Rampengan. (2012), Hubungan


Obesitas Umum dan Obesitas Sentral dengan Penyakit Jantung Koroner

Sallim Annisa Yuliana, (2013), Hubungan Olahraga dengan Kejadian Penyakit


Jantung Koroner.

Sivaramakrishna, R., Nancy A., William, A., Gilda, C., dan Kimerly, A. 2000. Powell
American Journal of Roentgenology, 175, 45-51

Sulistiani, W. (2005). Analisis factor Resiko Yang Berkaitan Dengan Penyakit


Jantung. Universitas Diponegoro.

55
Kuswadji, S. 2009. Kadar Lemak Darah pada Pekerja Bergilir di Suatu Instalasi
Pengeboran Minyak dan Gas Bumi.www.cerminduniakedokteran.com [diakses 18
Mei 2014].

Yuet Wai Kan. 2000. Adeno-associated viral vector-mediated vascular

www.digilib.unimus.ac.id Diakses tanggal 15 Mei 2014

www.americanhearth.org. (2009). Aktivitas Penderita Kardiovaskular. Diakses


tanggal 15 Mei 2014

www.ipaq.com.(2005). Diakses tanggal 16 Mei 2014

www.searo.who.int.(2002). Physical Activity Fundamental. Diakses tanggal 16 Mei


2014

56
57

Você também pode gostar