Você está na página 1de 12

PERBEDAAN TINGKAT STRES ANTARA LAKI-LAKI DAN

PEREMPUAN PADA PESERTA YOGA DI KOTA DENPASAR


Lusia Nasrani1, Susy Purnawati2
1.
Program Studi Pendidikan Dokter
2.
Bagian Fisiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana

ABSTRAK
Stres adalah ketegangan emosional atau fisik yang dapat berasal dari setiap peristiwa atau
pikiran yang membuat seseorang merasa frustrasi, marah, atau gugup. Jenis kelamin
berpengaruh pada tingkat stres, yaitu tingkat stres yang lebih tinggi sering dijumpai pada
perempuan. Latihan yoga dapat menurunkan stres baik pada laki-laki dan perempuan.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui perbedaan tingkat stres antara laki-laki dan
perempuan pada peserta yoga di kota Denpasar. Penelitian ini menggunakan desain
penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel yang
digunakan adalah 180 peserta yoga laki-laki dan perempuan di sepuluh tempat yoga di
kota Denpasar. Instrumen dalam penelitian ini adalah kuesioner Depression Anxiety
Stress Scale (DASS-42). Analisis data yang digunakan adalah analisis univariat, analisis
bivariat dengan simple linear regression, dan analisis multivariat dengan uji multiple
regression. Hasil penelitian didapatkan prevalensi stres pada peserta yoga di Denpasar
adalah 40%. Sebagian besar subjek penelitian berjenis kelamin perempuan (72,2%), rata-
rata berusia 37 tahun, lulusan Perguruan Tinggi (73,3%), berpendapatan per bulan lebih
dari Rp 3.500.000, dan sudah menikah (62,2%). Terdapat perbedaan tingkat stres antara
laki-laki dan perempuan pada peserta yoga di kota Denpasar (p= 0,000).
Kata kunci : stres, laki-laki dan perempuan, yoga

STRESS LEVEL DIFFERENCE BETWEEN MEN AND WOMEN


ON YOGA PARTICIPANTS IN DENPASAR CITY

ABSTRACT
Stress is defined as an emotional or physical tension that originated from any events or
thoughts that trigger a person to feel frustrated, angry, or nervous. It was already known
that gender can affect stress levels, in which a higher stress level was found in women.
On the other hand, practicing yoga is a delightful and effective way to reduce stress both
in women and men. The purpose of this study was to know stress level difference
between men and women on yoga participants in Denpasar city. The research design used
was analytical cross sectional study. Data were collected from 180 qualified samples, that
consisted of both men and women yoga participants from ten yoga center in Denpasar.
The instrument used was Depression Anxiety Stress Scale (DASS-42) questionnaire. Data
was analyzed using computer software with univariate, bivariate, and multivariate
analysis using simple linear and multiple regression test. This study found that prevalence
of stress in yoga participants is 40%. Most of the study subjects are women (72.2%),
average age of study subjects is 37 years old, have graduated from University (73.3%),
have more than Rp 3,500,000 income every month, and have a spouse (62.2%). There
was also found a difference in stress levels between women and men yoga participants in
Denpasar (p=0,000).
Keywords: stress, men and women, yoga
PENDAHULUAN Prevalensi stres pada tahun
Dewasa ini, hampir setiap 2011-2012 adalah 428.000 kasus
orang pernah mengalami stres. Stres (40%) dari total 1.073.000 kasus
terjadi karena adanya tuntutan yang untuk semua penyakit yang
melebihi kemampuan individu untuk berhubungan dengan pekerjaan.3
memenuhinya. Apabila seseorang Tingginya prevalensi stres di
tidak mampu memenuhi tuntutan Indonesia juga merupakan faktor
atau masalah yang muncul, maka utama stres harus diprioritaskan
seseorang tersebut akan merasakan penanganannya. Pada tahun 2008,
suatu kondisi ketegangan dalam tercatat sekitar 10% dari total
dirinya. Ketegangan yang penduduk Indonesia mengalami
berkepanjangan bila tidak dapat gangguan mental atau stres.4 Stres
diatasi, maka akan berkembang lebih banyak dialami oleh
menjadi stres.1 perempuan, yaitu sebanyak 135.000
Stres adalah ketegangan kasus dan pria sebanyak 86.000
emosional atau fisik yang dapat kasus, dengan tingkat insiden
berasal dari setiap peristiwa atau tertinggi untuk perempuan adalah
pikiran yang membuat seseorang pada usia 35-44 tahun dan untuk pria
merasa frustrasi, marah, atau gugup. pada usia 45-54 tahun.3
Stres merangsang alarm yang Penelitian menunjukkan
terdapat di otak dan memberi respon bahwa jenis kelamin berpengaruh
dengan mempersiapkan tubuh untuk pada tingkat stres, yaitu tingkat stres
tindakan defensif. Sistem saraf yang lebih tinggi sering dijumpai
terangsang dan hormon dilepaskan pada perempuan.5 Penelitian lain
untuk mempertajam indra, menyebutkan bahwa untuk semua
mempercepat denyut nadi, jenis kelamin kriteria tingkat stres
memperdalam pernapasan, dan adalah sama. Akan tetapi perempuan
menegangkan otot. Respon ini lebih mudah merasakan cemas,
disebut dengan respon fight or flight, perasaan bersalah, gangguan tidur,
yaitu bertahan atau lari dari serta gangguan makan.6
ancaman. 2 Penelitian mengenai
perbandingan tingkat stres antara
laki-laki dan perempuan masih adalah peserta yoga laki-laki dan
sangat terbatas. Sebuah penelitian perempuan yang bersedia
menunjukkan bahwa yoga dapat berpartisipasi dalam penelitian ini
menurunkan stres baik pada laki-laki (menandatangani persetujuan),
dan perempuan.7 Hal ini didukung peserta yoga berusia 15-64 tahun,
oleh penelitian lain bahwa yoga dan peserta yoga yang telah
dihubungkan dengan adanya mengikuti yoga minimal 3 minggu.
peningkatan Gamma Amino Butyric Beberapa tempat yoga di Denpasar
Acid (GABA) yang terkait dengan yang terpilih sebagai populasi
adanya proses relaksasi pada tubuh.8 terjangkau dipilih dengan teknik
Selain itu, latihan pernapasan pada simple random sampling. Tingkat
yoga selama tiga minggu dapat stres diukur dengan menggunakan
menyebabkan penurunan produksi Depression Anxiety Stres Scale 42
hormon kortisol yang signifikan. (DASS 42) oleh Lovibond dan
Hormon kortisol akan meningkat Lovibond.10 Tingkat stres pada
saat seseorang mengalami stres.9 instrumen ini dikategorikan berupa
Berdasarkan masalah normal, ringan, sedang, berat, dan
tersebut, tujuan dari penelitian ini sangat berat.
adalah untuk mengetahui perbedaan Data yang diperoleh
tingkat stres antara laki-laki dan dianalisis menggunakan software
perempuan pada peserta yoga di kota SPSS versi 17. Dilakukan analisis
Denpasar. deskriptif untuk data peserta yoga
laki-laki dan perempuan, usia,
METODE PENELITIAN tingkat pendidikan, pendapatan per
Penelitian cross sectional bulan, status pernikahan, dan tingkat
analitik ini dilakukan di sepuluh stres. Data perbedaan tingkat stres
tempat yoga di kota Denpasar antara laki-laki dan perempuan pada
dimulai pada bulan Maret hingga peserta yoga di kota Denpasar
November 2015. Peserta yoga yang dengan menggunakan uji simple
diikutsertakan dalam penelitian linear regresion.
dihitung sejumlah 180 orang.
Kriteria inklusi dalam penelitian ini
HASIL PENELITIAN Rp 3.500.000 (46,1%), dan sudah
Prevalensi Stres pada Peserta Yoga menikah (62,2%).
di Kota Denpasar Tabel 1. Karakteristik Subjek
Dari 180 orang peserta yoga, Penelitian Berdasarkan
didapatkan yang mengalami stres Jenis Kelamin, Usia,
(stres ringan, sedang, berat, dan Pendidikan, dan
sangat berat) sebanyak 72 orang Pendapatan (n=180)
(40%) dan 108 orang (60%) dalam
batas normal. Variabel Frekuensi Persentase
Jenis Kelamin
Laki-laki 41 22,8%
Perempuan 139 77,2%
Usia (Mean; 36,97
SD) (11,023)
Remaja awal 3 1,7%
(1216 tahun)
Remaja akhir 27 15%
(1725 tahun)
Dewasa awal 49 27,2%
(2635 tahun)
Gambar 1. Prevalensi stres pada
Dewasa akhir 60 33,3%
peserta yoga di kota (3645 tahun)
Lansia awal 34 18,9%
Denpasar (4655 tahun)
Lansia akhir 7 3,9%
Karakteristik Subjek Penelitian (5665 tahun)
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian,
Tidak sekolah 0 0%
sebagian besar subjek penelitian
Tamat SD 1 0,6%
berjenis kelamin perempuan Tamat SMP 4 2,2%

(72,2%), dimana perbandingan SMA 43 23,9%


Perguruan 132 73,3%
antara perempuan dan laki-laki Tinggi
adalah 139 dan 41 orang. Rata-rata Pendapatan
>Rp 3.500.000 83 46,1%
umur subjek penelitian yaitu 37 /bulan
tahun (SD= 11,02). Sebagian besar Rp 2.500.000 46 25,6%
3.500.000
subjek penelitian merupakan lulusan
Rp 1.500.000 25 13,9%
Perguruan Tinggi (73,3%), 2.500.000
<Rp 1.500.000 26 14,4%
berpendapatan per bulan lebih dari
Tabel 2. Karakteristik Subjek sebagian besar laki-laki memiliki
Penelitian Berdasarkan tingkat stres yang normal (95,1%),
Status Pernikahan dan sedangkan persentase perempuan
Tingkat Stres (n=180) dengan tingkat stres yang normal
jauh lebih rendah sebesar (49,6%).
Variabel Frekuensi Persentase
Berdasarkan tingkat stres yang
Status
Pernikahan ringan, sedang, dan berat, persentase
Belum 60 33,3% perempuan yang mengalaminya jauh
Menikah
lebih tinggi dibandingkan laki-laki,
Menikah 112 62,2%
maka dari itu berdasarkan jenis
Bercerai 8 4,4%
kelamin diketahui bahwa perempuan
Tingkat
Stres cenderung mengalami tingkat stres
Normal 108 60% yang lebih tinggi dibandingkan laki-
Ringan 56 31,1% laki. Berdasarkan hasil uji statistik
Sedang 9 5%
menggunakan uji simple linear
Berat 7 3,9%
regresion menunjukkan bahwa
terdapat hubungan bermakna antara
Perbedaan Tingkat Stres antara
jenis kelamin terhadap skor stres
Laki-Laki dan Perempuan pada
dengan nilai p=0,000 (p <0,001).
Peserta Yoga di Kota Denpasar
Selain itu nilai R2 = 0,22 sehingga
Perbedaan tingkat stres antara
jenis kelamin mempengaruhi skor
laki-laki dan perempuan pada peserta
stres sebesar 22% sedangkan 78 %
yoga di kota Denpasar dapat dilihat
dipengaruhi oleh variabel lain.
pada Tabel 3, diketahui bahwa

Tabel 3. Perbedaan Tingkat Stres antara Laki-Laki dan Perempuan pada Peserta
Yoga di Kota Denpasar (n=180)

Skor Stres
Sangat R2 95% CI
Normal Ringan Sedang Berat
Variabel Berat
(Skor 0-14) (Skor 15-18) (Skor 19-25) (Skor 26-33) p
(Skor >34)
n (%) n (%) n (%) n (%)
n (%)
Jenis
Kelamin
Laki-Laki 39 (95,1%) 2 (4,9%) 0 (0%) 0 (0%) 0 (0%)
Perempuan 69 (49,6%) 54 (38,8%) 9 (6,5%) 7 (5%) 0 (0%) 0,000 0,22 5,8010,26
Pengaruh Jenis Kelamin, Usia, terjadi, tubuh manusia akan
Pendidikan, Pendapatan, dan merangsang pelepasan hormon yang
Status Pernikahan terhadap Stres akan meningkatkan kewaspadaan
Risiko tinggi rendahnya skor dan fokus.11 Pada penelitian ini
stres pada peserta yoga laki-laki dan terdapat beberapa karakteristik
perempuan berdasarkan analisis subjek penelitian, diantaranya adalah
regresi linear antara faktor-faktor jenis kelamin, usia, tingkat
seperti jenis kelamin, usia, pendidikan, pendapatan, dan status
pendidikan, pendapatan, dan status pernikahan.
pernikahan terhadap skor stres Jenis kelamin berperan
didapatkan model, yaitu: terhadap terjadinya stres. Ada
Y= -3,815 + 8,283X1 + 0,053X2 - perbedaan respon antara laki-laki dan
0,248X3 + 0,329X4 -1,313X5 dimana perempuan saat menghadapi konflik.
Y= skor stres, X1= jenis kelamin, Otak perempuan memiliki
X2= usia, X3=pendidikan, kewaspadaan yang negatif terhadap
X4=pendapatan, X5= status adanya konflik dan stres, pada
pernikahan. Hal ini berarti yang perempuan konflik memicu hormon
meningkatkan skor stres adalah jenis negatif sehingga memunculkan stres,
kelamin, usia, dan pendapatan. gelisah, dan rasa takut. Sedangkan
Pendidikan dan status pernikahan laki-laki umumnya menikmati
akan berakibat pada menurunnya adanya konflik dan persaingan,
skor stres. Mengingat nilai F dan R bahkan menganggap bahwa konflik
square yang didapat menunjukkan dapat memberikan dorongan yang
nilai yang bermakna, maka model di positif. Dengan kata lain, ketika
atas identified untuk mencari risiko perempuan mendapat tekanan, maka
tinggi rendahnya skor stres. umumnya akan lebih mudah
mengalami stres.12 Berdasarkan hasil
PEMBAHASAN penelitian, perempuan cenderung
Karakteristik Subjek Penelitian mengalami tingkat stres yang lebih
Stres adalah mekanisme tinggi dibandingkan laki-laki, yaitu
fisiologi alamiah yang melindungi 50,3% dan 4,9%.
manusia dari bahaya. Ketika stres
Usia berkaitan dengan dari tradisional ke arah yang lebih
toleransi seseorang terhadap stres. maju sehingga tidak hanya
Pada usia dewasa biasanya seseorang memandang persoalan dari satu sisi
lebih mampu mengontrol stres yang saja melainkan dapat dari berbagai
terjadi dibandingkan usia kanak- sudut pandang.16 Dari hasil penelitian
kanak maupun usia lanjut. Semakin menurut distribusi tingkat pendidikan
dewasa usia biasanya akan semakin menunjukkan bahwa sebagian besar
menunjukkan kematangan jiwa, subjek penelitian merupakan lulusan
dalam arti semakin bijaksana, Perguruan Tinggi (73,3%) dan tidak
semakin mampu berpikir rasional, ada subjek penelitian yang tidak
semakin mampu mengendalikan sekolah. Berdasarkan hasil uji
emosi, semakin dapat menunjukkan statistik, tingkat pendidikan subjek
intelektual dan psikologisnya, dan penelitian tidak berpengaruh
semakin toleran terhadap pandangan terhadap skor stres (p=0,969).
dan perilaku yang berbeda dari Penelitian dari Siboro pada pegawai
dirinya.13 Dari hasil penelitian Lembaga Pemasyarakatan
diperoleh rata-rata umur subjek menunjukkan bahwa tingkat
penelitian, yaitu 37 tahun (SD= pendidikan tidak berpengaruh pada
11,02). Berdasarkan hasil uji tingkat stres kerja karena tingkat
statistik menunjukkan usia tidak pendidikan berhubungan dengan
berpengaruh terhadap skor stres (p= peran penting dalam perkembangan
0,382). Hal ini didukung oleh individu bukan dengan stres kerja.17
penelitian dari Purwindasari serta Sebagian besar subjek
Prabowo yang menunjukkan bahwa penelitian (46,1%) berpendapatan
faktor umur tidak berhubungan per bulan lebih dari Rp 3.500.000.
dengan stres kerja.14,15 Pendapatan dapat mempengaruhi
Tingkat pendidikan yang tingkat stres seseorang. Hal ini
tinggi cenderung menyebabkan didukung oleh penelitian dari Suroso
perubahan pada pola berpikir dan dan Rotua pada karyawan
pandangan hidup. Seseorang dengan Perusahaan Agribisnis PT NIC yang
tingkat pendidikan yang tinggi akan menunjukkan bahwa pada karyawan
mengalami perubahan pola berpikir dengan pendapatan yang kurang
memadai maka indikator stres kerja Perempuan cenderung
cenderung tampak pada sikap saat mengalami tingkat stres yang lebih
bekerja sebagai suatu akibat reaksi tinggi dibandingkan laki-laki. Hasil
stres yang dialaminya.18 uji statistik menunjukkan bahwa
Status pernikahan jenis kelamin berpengaruh bermakna
berhubungan dengan kejadian stres, terhadap skor stres dengan nilai
dimana hubungan pernikahan yang p=0,000 (p <0,001). Selain itu nilai
harmonis membantu seseorang untuk R2 =0,22 sehingga jenis kelamin
mencegah atau mengurangi stres mempengaruhi skor stres sebesar
karena keterlibatan salah satu 22% sedangkan 78% dipengaruhi
pasangan atau keluarga dalam oleh variabel lain. Hal ini didukung
memberikan dukungan yang tinggi, oleh penelitian dari Gyllensten yang
sehingga efek negatif dari pekerjaan menyatakan bahwa jenis kelamin
dapat ditolerir.16 Dari hasil penelitian merupakan karakteristik demografi
menurut distribusi status pernikahan, yang berperan pada stres. Ada
sebagian besar subjek penelitian perbedaan pada tingkat keparahan
sudah menikah (62,2%). Berdasarkan stres terkait dengan jenis kelamin.
hasil uji statistik, tidak ada pengaruh Walaupun terpapar oleh stresor yang
status pernikahan terhadap skor stres sama, perempuan dapat memiliki
(p=0,339). Penelitian dari Siboro respon yang berbeda dengan laki-
serta Aiska menyatakan status laki.20 Sedangkan penelitian dari
pernikahan tidak berpengaruh pada Ziher dan Masten pada mahasiswa di
tingkat stres kerja karena stres yang Universitas Slovenia serta Voltmer
muncul disebabkan oleh beban et. al. pada mahasiswa kedokteran
pekerjaannya bukan karena status semester I dan IV menunjukkan
perkawinan.17,19 bahwa perbedaan jenis kelamin
berpengaruh spesifik pada pola
perilaku dan kesehatan, dan juga
dalam persepsi diri pada kesehatan
Perbedaan Tingkat Stres antara fisik dan respon stres. 21,22
Laki-Laki dan Perempuan pada Penelitian Charbonneau
Peserta Yoga di Kota Denpasar terhadap 315 remaja menunjukkan
bahwa jenis kelamin merupakan ditemukan lebih tinggi pada laki-laki
prediktor signifikan dari reaktivitas dewasa dibandingkan pada
emosional, perempuan cenderung perempuan dewasa sehingga
memiliki tingkat stres yang lebih mempengaruhi performance
tinggi dibandingkan laki-laki.23 seseorang dalam menghadapi stresor
Penelitian dari McDonough dan psikososial. Selain itu, hormon seks
Walter dengan menggunakan pada perempuan akan menurunkan
Wheatons chronic stres inventory, respon HPA dan sympathoadrenal
menemukan bahwa skor distres pada yang menyebabkan penurunan
perempuan lebih tinggi 23% feedback negatif kortisol ke otak
daripada laki-laki.24 Penelitian dari sehingga menyebabkan perempuan
Matud dengan menggunakan cenderung mudah stres. 27
Utilizing the Life Event Stresful
Success Questionnaire (LESSQ) pada SIMPULAN
1566 perempuan dan 1250 laki-laki Berdasarkan hasil penelitian
pada rentang usia 18-65 tahun dan pembahasan, prevalensi stres
menunjukkan perempuan lebih pada peserta yoga di kota Denpasar
sering dilaporkan mengalami stres adalah 40%. Sebagian besar subjek
25
dibandingkan laki-laki. Stresor penelitian berjenis kelamin
pada perempuan dilaporkan terkait perempuan (72,2%), rata-rata berusia
dengan masalah kesehatan dan
37 tahun, lulusan Perguruan Tinggi
keluarga sedangkan stresor pada (73,3%), berpendapatan di antara Rp
laki-laki terkait dengan masalah >Rp 3.500.000 (46,1%), dan sudah
26
keuangan dan pekerjaan. menikah (62,2%). Hasil analisis
Respon stres yang berbeda menunjukkan terdapat perbedaan
antara perempuan dan laki-laki tingkat stres yang bermakna antara
berkaitan erat dengan aktivitas HPA laki-laki dan perempuan pada peserta
axis yang berkaitan dengan yoga di Kota Denpasar.
pengaturan hormon kortisol dan DAFTAR PUSTAKA
sistem saraf simpatis yang berkaitan 1. Deekshitulu B. Stres and Yoga.
dengan denyut jantung dan tekanan Yoga Phys Ther. 2012; 2(2)
darah. Respon HPA dan autonomik
2. Deshpande RC. A healthy way practices in the corporate
to handle work place stres sector. African Journal of
through Yoga, Meditation and Business Management. 2012;
Soothing Humor. International 6(37): 10117-24
8. Streeter CC, Jensen JE,
Journal of Environmental
Perlmutter RM. Yoga Asana
Sciences. 2012; 2(4)
3. Health and Safety Executive. sessions increase brain GABA
Stres and Psychological levels: a pilot study. J Altern
Disorders in Great Britain, Complement Med. 2007;
2013. 13:419-426.
4. Winarti WE. Perbedaan Tingkat 9. Purwaningsih, Wahyu M,
Stres Pada Lansia Sebelum Dan Kardiwinata MP, Suari NW.
Setelah Diberikan Senam Yoga Pengaruh Pemberian Hatha
Di Unit Rehabilitasi Sosial Yoga dan Jogging terhadap
Wening Wardoyo Ungaran. Kecemasan pada Mahasiswa
Semarang: STIKES Ngudi Semester VIII PSIK FK
Waluyo Ungaran. 2014. Universitas Udayana. Skripsi.
5. Mijoc P. Gender differences in
Denpasar: Universitas
stres symptoms among Slovene
Udayana. 2013.
managers. International 10. Lovibond SH. & Lovibond PF.
Journal of Business and Manual for the Depression
Globalization, 2009. Anxiety Stres Scales (DASS)
6. Suminarsis TA. dan Sudaryanto
(2nd. Ed.). Syedney. Psychology
A. Hubungan Tingkat Stres
Foundation. 1995. Available
dengan Mekanisme Koping
from:
pada Mahasiswa Keperawatan
http://www2.psy.unsw.edu.au/Gr
Menghadapi Praktek Belajar
oup s/Dass/down.htm
Lapangan di Rumah Sakit. 11. National Institute of Child
Surakarta: Universitas Health and Human
Muhammadiyah Surakarta. Development. National Institute
2009. of Health. Stres system
7. Sharma SD, Anjali Chauhan,
malfunction could lead to
dan Swati Khanna. Stres
serious, life threatening disease,
management through yoga
2007. Retrieved April 1, 2007,
from Pengemudi Bis Patas 9B.
http://www.nih.gov/news/pr/sep Jakarta: Universitas Indonesia.
2002/nichd-09.htm 2008.
12. Brizendine L. The Female 17. Siboro TS. Hubungan Kondisi
Brain. Penerjemah: Meda Satrio. Kerja Dan Karakteristik
Jakarta: Ufuk Press. 2007. Individual dengan Stres Kerja
13. Gatot DB, Adisasmito W.
Pada Pegawai Lembaga
Hubungan Karakteristik
Pemasyarakatan Kls II B
Perawat, Isi Pekerjaan dan
Lubuk Pakam 200. Medan:
Lingkungan Pekerjaan
Universitas Sumatera Utara.
terhadap Kepuasan Kerja
2009.
Perawat di Instalasi Rawat 18. Suroso I, Rotua S. Pengaruh
Inap RSUD Gunung Jati Stres dalam Pekerjaan terhadap
Cirebon. Jurnal Makara Kinerja Karyawan: Studi Kasus
Kesehatan. Jakarta: Universitas di Perusahaan Agribisnis PT
Indonesia. 2005; 9. NIC. Jurnal Manajemen
14. Purwindasari H. Faktor Yang
Agribisnis, 2006; 3(1):19-30
Berhubungan Dengan Stres 19. Aiska S. Analisis Faktor-Faktor
Kerja Pada Perawat Instalasi Yang Berpengaruh Pada Tingkat
Gawat Darurat (IGD) RSUD Dr. Stres Kerja Perawat Di Rumah
Iskak, Tulungangung. Surabaya: Sakit Jiwa Grhasia. Yogyakarta:
Universitas Airlangga. 2011. Universitas Muhammadiyah.
15. Prabowo. Faktor Yang
2014.
Berhubungan Dengan Kejadian 20. Gyllensten K. The role of
Stres Kerja Pada Bagian gender in workplace stres: A
Produksi Mebel PT. Chia Jian critical literature review. Health
Indnesia Furniture Di Wedelan Education Journal. 2005; 64
Jepara Tahun (3):271-288
21. Ziher S, Masten R. Differences
2009.http://www.depkes.go.id/d
in predictors of sexual
ownloads/debu.pdf. [diakses
satisfaction and in sexual
tanggal 18 Februari 2011]
16. Vierdelina N. Gambaran Stres satisfaction between female and
Kerja dan Faktor-Faktor yang male university students in
Berhubungan dengannya pada
Slovenia. Psychiatr Danub. response to psychological stres.
2010; 22:4259. SCAN. 2007; 2: 227239
22. Voltmer E, Rosta J, Aasland OG,
Spahn C. Study-related health
and behavior patterns of medical
students: A longitudinal study.
Med Teach. 2010; 32:e244-48.
23. Charbonneau A, Amy H, Janet
S. Stres and Emotional
Reactivity as Explanations for
Gender Differences in
Adolescents Depressive
Symptoms. J Youth
Adolescence. 2009; 38:105058
24. McDonough P. & Walters V.
Gender and health: Reassessing
patterns and explanations.
Social Science and Medicine,
2001; 52:547-559.
25. Matud PM. Gender differences
in stres and coping style.
Personality and Individual
Differences. 2004; 37: 1401-15.
26. Gentry L, Jane J, Nandar A,
Stefan K, Katie M, Jay E.
Gender Differences in Stres and
Coping among Adults living in
Hawai`i. Californian Journal of
Health Promotion. 2007; 5(2):
89-102
27. Wang J, Korczykowski M, Rao
H, Fan Y, Pluta J, Gur
RC, McEwen BS, Detre JA.
Gender difference in neural

Você também pode gostar