Você está na página 1de 13

Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No.

2 (2017) 99-111

JIAP Vol. 3 , No. 2 , pp 99-111 , 2017


2017 FIA UB. All right reserved
ISSN 2302-2698
Jurnal Ilmiah Administrasi Publik (JIAP) e-ISSN 2503-2887
U R L : h t t p : / / e j o ur n a l f i a . ub . a c . i d / i n d e x. p h p / j i a p

Persepsi Pegawai Mengenai Pengaruh Kompetensi Pegawai dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Organisasi dengan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dan Nilai-Nilai Organisasi Sebagai
Variabel Moderasi
(Studi Pada Direktorat Jenderal Pajak di Lingkungan Kantor Wilayah Jawa Timur I Surabaya)

Dedy Suryanto a b, Bambang Subroto b, dan Wuryan Andayani b


a Staf di Direktorat Jenderal Pajak
b
Universitas Brawijaya, Malang, Jawa Timur, Indonesia
IN FO R M AS I AR T IK E L AB S TR AC T
Article history: The purpose of this research is to examine and to provide evidence empirically
influence of employees competence, and job satisfaction on organizational
Article history: performance with government intern control systems and organizational values as
Dikirim tanggal: Juli 2017 moderating variables. Respondents of this study are 245 employees in thirty tax
Revisi pertama tanggal: Juli 2017
office in East Java I Region. The results show that organizational performance is
Diterima tanggal: Juli 2017
Tersedia online tanggal: Juli 2017
affected by employees competence and job satisfaction. Other result, improved
organizational performance can be achieved better when employees competence
and job satisfaction moderated by organizational values. This study also found that
organizational performance can be achieved better if employees competence are
Keywords:employees competence, job improved and moderated by government intern control systems, however,
satisfaction,government intern control organizational performance cant achieved better, although job satisfaction are
systems, organizational values, and improved and moderated by government intern control system.
organizational performance.
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan memberikan bukti empiris mengenai
pengaruh kompetensi pegawai dan kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi
dengan sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP) dan nilai-nilai organisasi
sebagai variabel moderasi. Penelitian ini dilakukan kepada 245 pegawai, di 13 unit
kerja di lingkungan Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak (DJP) Jawa Timur
I. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja organisasi dipengaruhi oleh
kompetensi pegawai dan kepuasan kerja. Selain itu, peningkatan kinerja organisasi
dapat dicapai lebih baik bila kompetensi pegawai dan kepuasan kerja diperkuat
(dimoderasi) dengan nilai-nilai organisasi. Selain itu, kinerja organisasi dapat
lebih baik bila kompetensi pegawai ditingkatkan yang diperkuat (dimoderasi)
dengan SPIP, sebaliknya, kinerja organisasi tidak dapat dicapai lebih baik,
walaupun kepuasan kerja ditingkatkan yang dimoderasi dengan SPIP.

Corresponding author. Tel.: +62-853 3152 9498; e-mail: dedysuryanto05@gmail.com


99
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

1. Pendahuluan yang akuntabel. Instansi pemerintah diwajibkan


melakukan pengelolaan kinerja yang dimulai dari
Salah satu sasaran dalam penerapan reformasi
perencanaan kinerja, pengukuran kinerja, pelaporan
birokrasi adalah mewujudkan instansi pemerintah
Kepala BKN Nomor 7 tahun 2013 tentang Pedoman
kinerja, sampai evaluasi kinerja (Permenpan Nomor 11
Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial Pegawai
Tahun 2011). Hal ini dilakukan agar instansi
Negeri Sipil.
pemerintah terukur capaian kinerjanya sehingga dapat
Kepuasan kerja menjadi hal yang penting, karena
diketahui efektivitas dari pencapaian visi, misi, tugas
memiliki pengaruh yang besar bagi organisasi
dan fungsi pokok instansi pemerintah tersebut.
(Luthans, 2005:141). Kepuasan kerja memiliki
Direktorat Jenderal Pajak sebagai bagian dari
pengaruh terhadap kinerja organisasi/ perusahaan
Kementerian Keuangan, sebagaimana yang diatur
(Bwire, dkk, 2014; Latif, dkk, 2013; dan Gunawan,
dalam Keputusan Menteri Keuangan Nomor
2009). Pimpinan organiasi perlu memberikan perhatian
454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja di
lebih dan membuat program-program peningkatan
Lingkungan Kementerian Keuangan, melakukan
kepuasan kerja pegawai, agar pegawai termotivasi
pengelolaan kinerja menggunakan konsep Balanced
memberikan kinerja terbaiknya sehingga kinerja
Scorecard (BSC).
organisasi dapat tercapai dengan optimal.
Realisasi penerimaan pajak merupakan kinerja
Transparansi dan akuntabilitas sektor publik
yang paling mendapatkan perhatian, dikarenakan
bertujuan, agar selain kinerja yang semakin baik,
tujuan utama Direktorat Jenderal Pajak adalah
potensi terjadinya korupsi, kolusi, nepotisme dan
mengumpulkan penerimaan negara dari sektor pajak
segala jenis fraud bisa diminimalisir. Pemerintah
pusat. Dalam lima tahun terakhir, berdasarkan Laporan
menerbitkan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60
Tahunan (Annual Report) Direktorat Jenderal Pajak
tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
tahun 2016, realisasi penerimaan pajak selalu di bawah
Pemerintah (SPIP). Pelaksanaan SPIP memastikan
100% dari target yang telah ditetapkan dalam Rencana
organisasi beroperasi/beraktivitas sesuai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN).
standar/aturan. SPIP dipercaya dapat memberikan
Bahkan prosentase realisasi penerimaan pajak tersebut
pengaruh yang signifikan terhadap peningkatan kinerja
dari tahun ke tahun semakin menurun, dari 94,44% di
suatu organisasi (Dineshkumar dan Kogulacumar,
tahun 2012, terus menurun dan di tahun 2016 hanya
2012; Mary, dkk, 2014; Tresnawati, 2012; Hidayat,
mencapai 81,54% dari target.
2008; Putra dan Amar 2013; Mariani dan Adiwibowo,
Salah satu aspek terpenting dalam mencapai
2011).
kinerja organisasi yang maksimal adalah aspek sumber
Salah satu unsur Sistem Pengendalian Intern
daya manusia (Mangkunegara, 2015:1). Berkaitan
Pemerintah (SPIP) sebagaimana yang tercantum di
dengan hal tersebut, salah satu program utama yang
Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008
dilakukan pemerintah adalah membangun aparatur
Pasal 4 adalah lingkungan pengendalian, melalui
negara melalui penerapan reformasi birokrasi. Hal ini
komitmen terhadap kompetensi serta menyusun dan
bertujuan agar birokrasi pemerintahan yang profesional
menerapkan kebijakan yang sehat tentang pembinaan
dan berintegritas tinggi dapat diwujudkan (Perpres
sumber daya manusia. Pimpinan instansi pemerintah
Nomor 81 tahun 2010). Menurut Mangkunegara
dalam melakukan pembinaan terhadap sumber daya
(2015:67), ada beberapa faktor yang mempengaruhi
manusia harus menyusun sistem kompensasi, ketentuan
kinerja, yaitu: (1) faktor kemampuan (ability) yang
disiplin pegawai, sistem penilaian kinerja, program
terdiri dari kemampuan reality (pengetahuan dan
kesejahteraan dan fasilitas pegawai, serta rencana
keterampilan), dan kemampuan potensi, dan (2) faktor
pengembangan karir (PP Nomor 60 Tahun 2008 Pasal
motivasi (motivation) yang merupakan sikap (attitude)
20 ayat 2 huruf c).
seseorang terhadap lingkungan organisasinya yang
Organisasi menghadapi tantangan yang besar
pada akhirnya membentuk kepuasan kerja seseorang.
terhadap perubahan yang terjadi, baik di sisi internal
Kompetensi pegawai memiliki pengaruh yang
maupun eksternalnya. Hal ini menjadi tantangan bagi
besar terhadap kinerja, baik kinerja individu maupun
pemimpin di organisasi dalam mengelola organisasi
kinerja organisasi. Mencapai efektivitas dan efisiensi di
dalam menghadapi perubahan agar organisasi dapat
dalam suatu organisasi, diperlukan sumber daya
tetap berjalan sesuai koridor yang telah ditetapkan
manusia yang berkualitas dalam rangka mencapai
(Keitner, 2005: 12). Nilai-nilai organisasi menjadi
kinerja organisasi yang optimal (Osei dan Ackah, 2015;
petunjuk (guidance) bagi individu di dalam organisasi
Syafriliza, dkk, 2016; Zahrina, dkk, 2016; dan Zaim,
dalam berinteraksi dengan individu lainnya. Nilai-nilai
dkk, 2013). Kompetensi sebagai salah satu faktor yang
organisasi menjadi hal yang penting dan ditanamkan
mempengaruhi kinerja juga diperhatikan di instansi
secara kokoh dan kuat serta harus diterima secara luas
pemerintah, yaitu dengan diterbitkannya Peraturan
100
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

di semua kalangan dalam organisasi. Semakin tinggi Goal Setting Theory yang dikemukakan oleh
penerimaan anggota organisasi terhadap nilai-nilai Locke di tahun 1978 menjelaskan hubungan antara
pokok organisasi, maka kesetiaan, dan kinerja tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja).
seseorang kepada organisasi semakin besar yang pada Konsep dasar teori ini adalah seseorang yang
akhirnya berpengaruh terhadap kinerja organisasi memahami tujuan (apa yang diharapkan organisasi
(Yuliana, 2014). Nilai-nilai organisasi yang tercermin kepadanya) akan mempengaruhi perilaku kerjanya.
dalam budaya organisasi dapat menjadi penguat Goal-Setting Theory mengisyaratkan bahwa seorang
motivasi dan kepuasan kerja pegawai dalam individu berkomitmen pada tujuan (Mangkunegara,
meningkatkan kinerjanya (Sudarti, dan Arijani, 2015). 2014: 73). Jika seorang individu berkomitmen untuk
Direktorat Jenderal Pajak memiliki lima nilai-nilai mencapai tujuannya, maka komitmen tersebut akan
organisasi yaitu integritas, profesionalisme, sinergi, mempengaruhi tindakannya dan mempengaruhi
pelayanan dan kesempurnaaan yang juga disebut konsekuensi kinerjanya.
sebagai Nilai-Nilai Kementerian Keuangan. Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku
Direktorat Jenderal Pajak sebagai instansi yang individu diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang.
berperan vital karena porsi 70% Anggaran Pendapatan Sasaran dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja
dan Belanja Negara (APBN) berasal dari sektor pajak, yang ingin dicapai oleh individu. Capaian atas sasaran
juga memiliki risiko yang besar. Sumber daya manusia (tujuan) mempunyai pengaruh terhadap perilaku
yang memiliki kompetensi yang mumpuni dalam pegawai dan kinerja dalam organisasi. Teori ini juga
melaksanakan tugas, dan memiliki tingkat kepuasan dijelaskan bahwa penetapan tujuan yang menantang
kerja yang baik menjadi modal besar bagi instansi ini (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat
untuk dapat mengoptimalkan kinerjanya. Sistem meningkatkan prestasi kerja (kinerja).
Pengendalian Intern Pemerintah dan nilai-nilai Konsekuensinya, individu tersebut berusaha untuk
organisasi dipandang dapat memperkuat sumber daya meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja
manusia yang memiliki kompetensi dan kepuasan kerja (kompetensi) yang dimilikinya.
yang baik dalam rangka mencapai kinerja organisasi
2.3. Teori Agensi
yang optimal.
Teori keagenan pada dasarnya muncul karena
2. Teori asumsi bahwa masing-masing individu semata-mata
2.1. Teori Sikap dan Perilaku (Theory of Attitude and termotivasi oleh kepentingan dirinya sendiri sehingga
Behavior) menimbulkan konflik kepentingan antara prinsipal dan
agen (Jensen dan Meckling, 1976:5). Prinsipal
Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and mengontrak agen untuk melakukan pengelolaan
behavior) menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sumber daya dalam organisasi dan berkewajiban untuk
untuk apa sesuatu hal dilakukan (sikap), pedoman atas memberikan imbalan kepada agen, sedangkan agen
suatu hal yang dilakukan (aturan-aturan sosial), dan apa berkewajiban melakukan pengelolaan sumber daya
yang biasa dilakukan (kebiasaan) yang menentukan yang dimiliki organisasi dan bertanggungjawab atas
terbentuknya suatu perilaku. Triandis (1971:63-64) tugas yang dibebankan kepadanya (Jensen dan
menegaskan bahwa model perilaku interpersonal yang Meckling, 1976:29).
lebih komprehensif dengan menyatakan faktor-faktor Teori keagenan dapat terjadi pada berbagai
sosial, perasaan dan konsekuensi yang dirasakan, akan organisasi termasuk di organisasi pemerintahan dan
mempengaruhi tujuan perilaku. berfokus pada persoalan ketimpangan/asimetri
Teori ini berusaha menjelaskan mengenai aspek informasi antara pengelola (pemerintah/agen) dan
perilaku manusia dalam suatu organisasi, khususnya publik/rakyat (diwakili prinsipal/dewan perwakilan
pada penelitian ini, yaitu bagaimana pegawai dengan rakyat). Prinsipal harus memonitor kerja agen, agar
kompetensi yang dimilikinya dalam menyikapi nilai- tujuan organisasi dapat tercapai dengan efisien serta
nilai organisasi yang ada serta sistem pengendalian tercapainya akuntabilitas publik (Mustikawati, 2004).
intern yang diterapkan oleh organisasi. Sikap tersebut Akuntabilitas publik sebagai kewajiban pihak
diwujudkan dengan perilaku sejauh mana pegawai pemerintah (agen) untuk memberikan pertanggung
tersebut bekerja dalam rangka mencapai target-target jawaban, menyajikan, melaporkan, dan
kerja yang telah ditetapkan yang pada akhirnya akan mengungkapkan seluruh aktivitas dan kegiatan yang
mempengaruhi kinerja organisasi berdasarkan tingkat menjadi tanggung jawabnya kepada dewan perwakilan
kepuasan kerja yang dimiliki oleh masing-masing rakyat (prinsipal) yang memiliki hak untuk meminta
individu di dalam organisasi tersebut. pertanggungjawaban tersebut. Pemerintah dalam hal ini
2.2. Teori Goal Setting
101
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

sebagai agen, akan berusaha mencapai target yang telah 55/SJ/2008). Secara umum di dalam kamus kompetensi
ditetapkan oleh principal (Mustikawati, 2004). Kementerian Keuangan, ada tiga cluster kompetensi
yang ada yaitu: cluster thinking, cluster working, dan
cluster relating.
1.4. Kinerja Organisasi
1.6. Kepuasan Kerja
Kinerja menurut Bastian (2006: 274) merupakan
gambaran pencapaian atas pelaksanaan dari suatu Kepuasan kerja adalah suatu perasaan
kebijakan/kegiatan/program dalam rangka mendukung atau tidak mendukung diri pegawai yang
mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi, berkaitan dengan pekerjaannya maupun kondisi dirinya
sebagaimana tertuang dalam perumusan perencanaan (Davis, 1985: 96). Mangkunegara (2015:118)
strategik (strategic planning) organisasi. Peraturan menyebutkan kepuasan kerja seseorang memiliki
Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang Sistem dampak terhadap organisasi antara lain tingkat turn
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) over pegawai, tingkat kesehatan pegawai, tingkat
menyatakan bahwa kinerja adalah hasil/keluaran dari kehadiran pegawai, tingkat efektivitas penyelesaian
program/ kegiatan yang telah atau akan dicapai pekerjaan, tingkat kesalahan, pengembangan ide dan
berkaitan dengan penggunaan anggaran dengan inovasi, sampai rasa kebanggaan terhadap organisasi/
kualitas dan kuantitas yang terukur. Brewer dan Selden perusahaan yang diwujudkan dalam komitmen dan
(2000) menyebutkan adanya kesulitan dalam loyal terhadap organisasi/perusahaan. Kepuasan kerja
memperoleh data historis yang objektif untuk dapat timbul dari evaluasi terhadap suatu pernyataan atau
digunakan sebagai dasar evaluasi kinerja. Maka, pengalaman secara psikologis akibat suatu harapan
pengukuran kinerja organisasi dapat menggunakan dihubungkan dengan apa yang mereka peroleh
metode alternatif yaitu secara perseptif atau subjektif, (Luthans, 2011:141).
yakni persepsi dari anggota organisasi. Menurut Two Factors Theory of Motivation dari
Kinerja organisasi yang digunakan pada Herzberg (dalam Mangkunegara, 2015) terdapat dua
penelitian ini mengacu pada Penilaian kinerja di faktor yang dapat menyebabkan kepuasan maupun
Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak Kementerian ketidakpuasan yang dapat dialami oleh seorang
Keuangan yang diatur dalam Keputusan Menteri pegawai, yaitu (1) Kepuasan ekstrinsik atau dissatisfies
Keuangan Nomor 467/KMK.01/2014 mengenai (hygiene factors) merupakan faktor-faktor atau situasi
Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian yang dipandang sebagai sumber ketidakpuasan, yakni
Keuangan. Kinerja Organisasi didasarkan pada gaji/upah, tatakelola dan kebijakan organisasi,
pencapaian/ nilai kinerja organisasi (NKO) unit kerja, supervisi pimpinan, hubungan antarpribadi,
dimana Sasaran Strategis (SS) yang didasarkan pada status/kedudukan serta kondisi dan keamanan kerja. (2)
kriteria Balanced Score Card (BSC) yaitu Stakeholder Kepuasan intrinsik atau satisfies merupakan faktor-
Perspective, Customer Perspective, Intern Perspective faktor atau situasi yang dipandang sebagai sumber
dan Learning and Growth Perspective. kepuasan kerja, yakni: pekerjaan itu sendiri (work it
self), tanggung jawab (responsibility), kesempatan
1.5. Kompetensi Pegawai
untuk berprestasi (achievement), dan pengembangan
Kompetensi menurut Spencer and Spencer potensi individu yang didukung oleh pengakuan
(1993) merupakan karakteristik yang mendasari (recognition) serta promosi.
perilaku yang menggambarkan, karakter pribadi (ciri
1.7. Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
khusus/khas), motif, nilai-nilai, konsep diri, keahlian
atau pengetahuan yang dimiliki seseorang yang Pengertian Sistem Pengendalian Intern
berkinerja unggul (superior performer) di tempat kerja. Pemerintah (SPIP) menurut Peraturan Pemerintah (PP)
Menurut Kamus Kompetensi Kementerian Keuangan, Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 1 ayat 1 adalah proses
Kompetensi pegawai dapat diartikan sebagai keahlian yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
(expertise) atau kemampuan (capability) yang lebih dilakukan secara terus-menerus oleh pimpinan dan
dari sekedar keterampilan (skill) belaka, namun seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
merupakan hasil dari pengalaman yang melibatkan memadai atas tercapainya tujuan organisasi. SPIP
pengetahuan/ pemahaman, tindakan nyata, serta proses bertujuan memberikan keyakinan yang memadai bagi
mental yang terjadi dalam bidang tertentu. Kompetensi tercapainya:
dapat pula menggambarkan pengelompokan 1) Efektivitas dan Efisiensi pencapaian tujuan
pengetahuan, keahlian dan perilaku yang menentukan penyelenggaraan pemerintahan negara;
keberhasilan atau kegagalan seseorang dalam 2) Keandalan Laporan Keuangan;
pekerjaan (Peraturan Sekretaris Jenderal No. 3) Pengamanan aset negara;

102
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

4) Ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan. pengetahuan dan keterampilan yang memadai dalam
SPIP terdiri atas lima unsur, yaitu unsur lingkungan menunjang tugas dan aktivitas penyelesaian pekerjaan,
pengendalian, penilaian risiko, kegiatan pengendalian, agar kinerja organisasi yang baik dapat terwujud.
informasi dan komunikasi, serta unsur pemantauan Peneliti melalui fakta dan teori di atas menduga dan
pengendalian (PP Nomor 60 tahun 2008). merumuskan hipotesis sebagai berikut:
H1: Kompetensi berpengaruh positif terhadap
1.8. Nilai-Nilai Organisasi
Kinerja Organisasi.
Nilai-nilai organisasi merupakan perilaku,
1.10. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
prinsip, pedoman atau konsep tertentu yang dianggap
Organisasi
penting dalam rangka mencapai visi organisasi
(Robbins, 2003). Nilai-nilai organisasi penting untuk Menurut Two Factors Theory dari Herzberg
ditanamkan secara kuat dan kokoh serta harus diterima terdapat dua faktor yang dapat menyebabkan kepuasan
secara luas di semua kalangan di dalam organisasi. maupun ketidakpuasan yang dapat dialami oleh
Semakin tinggi penerimaan anggota organisasi seorang pegawai, yaitu (1) kepuasan ekstrinsik atau
terhadap nilai-nilai pokok organisasi, maka loyalitas, dissatisfies (hygiene factors) dan (2) kepuasan intrinsik
dan kinerja seseorang kepada organisasi semakin besar atau satisfies. Kepuasan kerja menjadi hal yang
yang pada akhirnya berpengaruh terhadap kinerja penting, karena memiliki pengaruh yang besar bagi
organisasi (Yuliana, 2014). organisasi (Luthans, 2011:141).
Nilai-nilai organisasi pada Kementerian Beberapa peneliti yang telah menguji pengaruh
Keuangan yang disebut sebagai Nilai-Nilai kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi, diantaranya
Kementerian Keuangan merupakan sebuah guidance penelitian yang dilakukan Latif, dkk (2013) dan
bagi para pegawai di lingkungan Kementerian penelitian yang dilakukan oleh Bwire, dkk (2014)
Keuangan dalam melaksanakan tugasnya. Nilai-Nilai menunjukkan bahwa variabel kepuasan kerja memiliki
Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang terdiri dari hubungan positif terhadap kinerja organisasi. Sama
Integritas, Profesionalisme, Sinergi, Pelayanan, dan halnya dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh
Kesempurnaan dihasilkan dari kepercayaan dan Gunawan (2009) menyatakan kepuasan kerja
harapan kuat untuk membentuk tindakan dan perilaku mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap
pegawai dalam mencapai tujuan dan sebuah turunan kinerja organisasi. Jadi dapat dikatakan bahwa apabila
dari Visi dan Misi Kemenkeu. seorang pegawai/anggota organisasi memiliki tingkat
kepuasan kerja yang tinggi maka kinerja yang
1.9. Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap
dihasilkan oleh organisasi akan meningkat. Peneliti
Kinerja Organisasi
melalui fakta dan teori di atas menduga dan
Goal Setting Theory yang dikemukakan oleh merumuskan hipotesis sebagai berikut:
Locke di tahun 1978 menjelaskan hubungan antara H2: Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap
tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja). Kinerja Organisasi.
Teori ini menjelaskan bahwa penetapan tujuan yang
1.11. Peran Moderasi Sistem Pengendalian Intern
menantang (sulit) dan dapat diukur hasilnya akan dapat
Pemerintah pada Pengaruh Kompetensi
meningkatkan prestasi kerja (kinerja).
Pegawai dan Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
Konsekuensinya, individu tersebut berusaha untuk
Organisasi
meningkatkan kemampuan dan keterampilan kerja
(kompetensi) yang dimilikinya. Teori Keagenan diimplementasikan di dalam
Beberapa peneliti telah menguji faktor-faktor sektor publik melalui penetapan kinerja yang disusun
yang mempengaruhi kinerja organisasi, salah satunya di dalam kontrak kinerja yang ditetapkan oleh Dewan
dipengaruhi oleh kompetensi sumber daya manusia. Perwakilan Rakyat (DPR) sebagai prinsipal dan
Penelitian yang dilakukan Zaim, dkk (2013) melakukan monitoring atas pencapaian kinerja
menunjukkan bahwa pemeliharaan dan peningkatan Pemerintah. Pemerintah dalam hal ini sebagai agen,
kompetensi berpengaruh positif terhadap peningkatan akan berusaha mencapai target yang telah ditetapkan
kinerja organisasi. Sama halnya dengan penelitian yang oleh prinsipal, maka Sistem Pengendalian Intern
dilakukan Osei dan Ackah (2015), Syafriliza, dkk Pemerintah (SPIP) diperlukan untuk memastikan
(2016) dan Zahrina, dkk (2016) yang menunjukkan seluruh elemen di dalam organisasi pemerintahan
bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan tersebut melakukan tugasnya sesuai dengan aturan,
terhadap kinerja organisasi. prosedur dan kode etik yang ada.
Kompetensi sumber daya manusia harus selalu Instansi pemerintah wajib menciptakan dan
ditingkatkan, agar seseorang memiliki kemampuan, memelihara lingkungan pengendalian yang

103
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk menyatakan bahwa perilaku ditentukan oleh sikap,
penerapan SPIP dalam lingkungan kerjanya, antara lain pedoman atas apa yang dilakukan (aturan-aturan
melalui komitmen terhadap kompetensi serta sosial), dan apa yang mereka biasa lakukan (kebiasaan)
menyusun dan menerapkan kebijakan yang sehat yang menentukan terbentuknya suatu perilaku.
tentang pembinaan sumber daya manusia (Peraturan Aktualisasi atas kompetensi yang dimiliki oleh seorang
Pemerintah (PP) Nomor 60 Tahun 2008 pasal 4 ayat 1). individu di dalam organisasi harus mengindahkan nilai-
Selain itu, pimpinan instansi pemerintah harus nilai organisasi yang ada, hal ini dikarenakan dalam
menyusun sistem kompensasi, program kesejahteraan suatu organisasi memiliki hirearkhi, struktur dan
dan fasilitas pegawai, ketentuan disiplin pegawai, pembagian tugas yang jelas. Nilai-nilai organisasi juga
sistem penilaian kinerja, serta rencana pengembangan berfungsi menjaga suasana interaksi agar tetap nyaman
karir (PP Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 20 ayat 2). dan selaras, sehingga suasana kerja menjadi kondusif,
Beberapa peneliti telah menguji pengaruh dan risiko-risiko yang mungkin akan terjadi dalam
pengendalian intern terhadap kinerja organisasi, melakukan suatu tugas dapat diantisipasi dengan baik.
diantaranya penelitian yang dilakukan Dineshkumar Demikian juga di Direktorat Jenderal Pajak
dan Kogulacumar (2012) yang menunjukkan adanya (DJP), nilai-nilai organisasi yang ada (nilai-nilai
peran pengendalian intern dalam mewujudkan kinerja Kementerian Keuangan) harus dilaksanakan oleh
organisasi yang tinggi. Penelitian Mary dkk (2014), seluruh anggota organisasi di DJP, agar pelaksanaan
Mariani dan Adiwibowo (2011) dan Tresnawati (2012) tugas dan interaksi antar anggota di dalam organisasi
menyatakan pengendalian intern mempunyai pengaruh selalu berada dalam koridor dan aturan, dan diharapkan
positif terhadap kinerja organisasi. pelaksanaan tugas dapat terlaksana dengan efektif dan
Penelitian oleh Hidayat (2008), dan Putra dan efisien serta terhindar dari risiko-risiko yang ada yang
Amar (2013) menyebutkan bahwa kompetensi sumber pada akhirnya kinerja organisasi yang tinggi dapat
daya manusia (SDM) yang didukung dengan penerapan tercapai. Penelitian yang dilakukan oleh Nganga
sistem pengendalian intern mampu memberikan (2012) menunjukkan bahwa nilai-nilai organisasi
dampak yang positif bagi kinerja organisasi, memiliki peran terhadap kinerja organisasi. Nilai-nilai
dikarenakan kompetensi SDM mampu meminimalisir organisasi yang tercermin dalam budaya organisasi
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan dan sistem dapat menjadi pendorong bagi organisasi maupun
pengendalian intern memastikan pekerjaan tersebut individu di dalam organisasi dalam meningkatkan
selesai sesuai standar yang ditetapkan, baik dari sisi kompetensinya dalam rangka mencapai kinerja yang
kualitas, ketepatan waktu dan terhindar dari optimal (Hamzah, dkk, 2013; Lee, dkk, 2013; Supartha,
penyimpangan-penyimpangan (fraud), sehingga dkk, 2014).
kinerja organisasi yang maksimal bisa tercapai. Menurut Sunarso (2009), budaya organisasi
Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat yang kuat akan memicu karyawan untuk berpikir,
disimpulkan bahwa terdapat peran atas pelaksanaan berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai-nilai
sistem pengendalian intern dalam suatu organisasi yang organisasi. Kesesuaian antara budaya organisasi
memiliki dampak ataupun pengaruh terhadap dengan anggota organisasi akan mendorong timbulnya
pencapaian kinerja organisasi. Jadi dapat dikatakan kepuasan kerja, sehingga mendorong karyawan untuk
bahwa pengendalian intern memiliki peran dalam bekerja lebih baik. Nilai-nilai organisasi yang
memperkuat pengaruh kompetensi pegawai dan tercermin dalam budaya organisasi dapat menjadi
kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi. Peneliti penguat motivasi dan kepuasan kerja pegawai dalam
melalui fakta dan teori di atas menduga dan meningkatkan kinerjanya (Sudarti, dan Arijani, 2015)
merumuskan hipotesis sebagai berikut: Berdasarkan beberapa penelitian di atas dapat
H3: Kompetensi berpengaruh positif terhadap Kinerja disimpulkan bahwa bahwa nilai-nilai organisasi
Organisasi yang dimoderasi oleh Sistem memiliki peran dalam memperkuat pengaruh
Pengendalian Intern Pemerintah. kompetensi pegawai dan kepuasan kerja terhadap
H4: Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap kinerja yang dihasilkan oleh organisasi. Peneliti
Kinerja Organisasi yang dimoderasi oleh Sistem melalui fakta dan teori di atas menduga dan
Pengendalian Intern Pemerintah. merumuskan hipotesis sebagai berikut
H5: Kompetensi berpengaruh positif terhadap
1.12. Peran Moderasi Nilai-Nilai Organisasi pada
Kinerja Organisasi yang dimoderasi oleh Nilai-
Pengaruh Kompetensi Pegawai dan Kepuasan
Nilai Kementerian Keuangan
Kerja Terhadap Kinerja Organisasi
H6: Kepuasan Kerja berpengaruh positif terhadap
Teori sikap dan perilaku (theory of attitude and Kinerja Organisasi yang dimoderasi oleh Nilai-
behavior) yang dikembangkan oleh Triandis (1971) Nilai Kementerian Keuangan.
104
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

3. Metodologi Penelitian Pengelolaan Kinerja di Lingkungan Kementerian


Pendekatan dalam penelitian ini adalah Keuangan. Responden diminta untuk memberikan skor
pendekatan kuantitatif dengan menggunakan pada kuisioner dan kasus hipotesis dengan skala Likert
paradigma positivis. Fokus penelitian ini adalah untuk 1-5.
menjelaskan (explain) dan memberikan bukti empiris 3.3 Analisis Data
mengenai pengaruh kompetensi pegawai dan kepuasan
kerja terhadap kinerja organisasi dengan sistem Metode analisis data menggunakan Structural
pengendalian intern pemerintah dan nilai-nilai Equation Modeling-Partial Least Squares (SEM-PLS)
organisasi sebagai variabel moderasi, maka jenis dengan software warpPLS versi 5 untuk mengolah data.
penelitian ini adalah penelitian kausal komparatif Terdapat 2 tahapan untuk menganalisis data pada
(causal-comparative research). penelitian ini (1) observasi outer model peneliti, dan (2)
menginterpretasi hasil analisis data yang tertera pada
3.1 Populasi dan Sampel inner model. Pada outer model terdapat 3 aspek yang
harus diobervasi, yaitu validitas konvergen, validitas
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh
validitas diskriminan, dan reliabilitas. Pada inner
pegawai di lingkungan kantor wilayah Direktorat
model, peneliti melihat nilai koefisien path () dan
Jenderal Pajak Jawa Timur I Surabaya dengan populasi
signifikansi (p value). Secara spesifik, pengujian
sebanyak 1161 pegawai. Peneliti menggunakan metode
hipotesis 1 (H1) dan hipotesis 2 (H2) diuraikan sebagai
penentuan sampel berdasarkan rumus Slovin, sehingga
berikut (Solihin dan Ratmono, 2013:62-63).:
didapatkan jumlah sampel sebanyak 297 pegawai.
Porpotionale cluster sampling merupakan teknik
Ha = diterima apabila koefisien path () > 0 dan p-
pengambilan sampel pada penelitian ini. Didapatkan
value <0,05.
Sedangkan pengujian hipotesis 3 (H3), hipotesis 4 (H4),
sebanyak 245 kuisioner yang akhirnya siap untuk
hipotesis 5 (H5) dan hipotesis 6 (H6) diuraikan sebagai
dianalisis, sebagaimana tertera pada tabel 1 berikut ini:
berikut:
Tabel 1
Ha = diterima apabila nilai total effect > 0 dan p-value
Sampel dan Tingkat Pengembalian Kuisioner
for total effect <0,05.
Keterangan Jumlah Kuesioner
Kuisioner yang disebar 297
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan
Kuisioner yang tidak kembali 32
Kuisioner yang kembali 265 Melalui analisis data dengan bantuan alat statistik
Kuisioner yang tidak dapat diolah 20 warpPLS 5.0, diketahui hasil penelitian sebagai
Kuisioner yang dapat diolah 245 berikut:
Tingkat pengembalian kuisioner Gambar 1
82,49%
(response rate) = (245/297) x 100% Model Struktural Pengujian Hipotesis
Sumber: Data diolah 2017
3.2 Pengukuran Variabel
Pengukuran variabel pada penelitian ini dilakukan
dengan menggunakan instrumen berupa kuesioner.
Variabel kompetensi pegawai (KP) diukur dengan
menggunakan kuesioner yang diolah dari Kamus
Kompetensi Kementerian Keuangan. Variabel
kepuasan kerja (KK) diukur dengan menggunakan
kuisioner yang dimodifikasi dari Stefanosvka, dkk
(2004). Variabel sistem pengendalian intern (SPI)
diukur dengan menggunakan kuesioner yang diadopsi
dari Internal Control Questionnare and Assessment
(2016-17) Bureau of Financial Monitoring and
Accountability Florida Department of Economic
Opportunity. Variabel nilai-nilai organisasi (NO) Sumber: Data Diolah 2017
diukur dengan menggunakan kuesioner yang Model struktural di atas telah terlebih dahulu diuji
dimodifikasi dari Herusantoso dan Raharjo (2013). outer model-nya dan telah lulus uji validitas konvergen,
Variabel kinerja organisasi diukur dengan validitas diskriminan, dan. Secara keseluruhan
menggunakan kuesioner sesuai Kriteria pengukuran ringkasan uji hipotesis pada penelitian ini dijelaskan
kinerja sesuai PMK Nomor 467/KMK.01/2014 tentang pada tabel 2:
105
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

Locke (1978) yang menjelaskan hubungan antara


tujuan yang ditetapkan dengan prestasi kerja (kinerja).
Tabel 2 Hasil Pengujian Hipotesis Teori ini juga menyatakan bahwa perilaku individu
Koefisien diatur oleh ide (pemikiran) dan niat seseorang. Sasaran
Uji Pengaruh P value Ket
path dapat dipandang sebagai tujuan/tingkat kinerja yang
(H1) KP KO 0,250 <0,001 Diterima ingin dicapai oleh individu. Konsekuensinya, individu
(H2) KK KO 0,231 <0,001 Diterima tersebut berusaha untuk meningkatkan kemampuan dan
Total keterampilan kerja (kompetensi) yang dimilikinya.
Uji Moderasi P value Ket Hasil uji hipotesis terpenuhi disebabkan pegawai
effect
(H3) KP + SPI menjalankan tugasnya yang dibekali dengan
0,128 0,021 Diterima kompetensi yang memadai, dapat menunjukkan kinerja
KO
(H4) KK + SPI yang optimal, sehingga pada akhirnya kinerja
0,087 0,084 Ditolak organisasi yang tinggi/baik dapat tercapai.
KO
(H5) KP + NO 4.2. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
0,168 0,004 Diterima
KO Organisasi
(H6) KK + NO
0,139 0,014 Diterima Hipotesis 2 (H2) menyatakan bahwa kepuasan kerja
KO
berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. Hasil
Sumber: data diolah, 2017
Keterangan: KP: Kompetensi Pegawai, KK: Kepuasan Kerja, uji hipotesis menunjukkan path antara kepuasan kerja
NO: Nilai-Nilai Organisasi, SPI: Sistem Pengendalian Intern, dengan kinerja organisasi memiliki nilai koefisien path
KO: Kinerja Organisasi sebesar 0,231 dan nilai p value sebesar <0.001. Hal ini
menunjukkan bahwa kepuasan kerja berpengaruh
4.1. Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap Kinerja positif terhadap kinerja organisasi. Hal ini dapat
Organisasi disimpulkan bahwa hipotesis 2 (H2) diterima. Kinerja
Hipotesis 1 (H1) menyatakan bahwa kompetensi organisasi semakin meningkat atau dapat dicapai
pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja dengan lebih baik melalui peningkatan kepuasan kerja.
organisasi. Hasil uji hipotesis menunjukkan path antara Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
kompetensi pegawai dengan kinerja organisasi Bwire, dkk (2014), Latif, dkk (2013) serta Gunawan
memiliki nilai koefisien path sebesar 0,250 dan p value (2009) yang menunjukkan bahwa variabel kepuasan
sebesar <0,001. Hal ini menunjukkan bahwa kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi.
kompetensi pegawai berpengaruh positif terhadap Namun, hasil pengujian hipotesis kedua ini tidak
kinerja organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mohr
hipotesis 1 (H1) diterima. Kinerja organisasi semakin dan Puck (2007) serta Gautam (2016) yang menyatakan
meningkat atau dapat dicapai dengan lebih baik melalui bahwa kepuasan kerja berpengaruh namun tidak
peningkatan kompetensi pegawai. signifikan terhadap kinerja organisasi.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Zaim, Hasil penelitian ini sejalan dengan Two Factors
dkk (2013), Zahrina, dkk (2016), Syafriliza, dkk Theory dari Herzberg, dimana Mangkunegara
(2016), serta Osei dan Ackah (2015) yang (2005:118) menyebutkan kepuasan kerja seseorang
menunjukkan bahwa variabel kompetensi pegawai memiliki dampak terhadap organisasi antara lain yaitu
berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi. tingkat turn over, tingkat kesehatan pegawai, tingkat
Namun, hasil penelitian ini tidak sejalan dengan kehadiran pegawai, tingkat efektivitas penyelesaian
penelitian Dubey dan Ali (2011) yang menunjukkan pekerjaan, tingkat kesalahan, pengembangan ide dan
bahwa kompetensi berdampak negatif terhadap kinerja inovasi, sampai rasa kebanggaan terhadap
perusahaan/ organisasi. organisasi/perusahaan yang diwujudkan dalam
Hasil penelitian ini mendukung teori sikap dan komitmen dan loyal terhadap organisasi/perusahaan.
perilaku yang dikembangkan oleh Triandis (1971) yang Kepuasan kerja menjadi hal yang penting, karena
menjelaskan mengenai aspek perilaku manusia dalam memiliki pengaruh yang besar bagi organisasi
suatu organisasi, sikap tersebut diwujudkan dengan (Luthans, 2011:141). Hasil uji hipotesis terpenuhi
perilaku sejauh mana pegawai tersebut bekerja dalam disebabkan pegawai menjalankan tugasnya yang
rangka mencapai target-target kerja yang telah dibekali dengan kepuasan kerja yang baik, dapat
ditetapkan yang pada akhirnya akan mempengaruhi mendorong pegawai tersebut menunjukkan kinerja
kinerja organisasi. selain itu, hasil penelitian ini sejalan yang optimal, sehingga pada akhirnya kinerja
dengan teori goal setting yang dikemukakan oleh organisasi yang tinggi/baik dapat tercapai..

106
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

4.3. Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap Kinerja (DPR) sebagai prinsipal dan melakukan monitoring
Organisasi yang Dimoderasi Oleh Sistem atas pencapaian kinerja Pemerintah. Pemerintah dalam
Pengendalian Intern Pemerintah hal ini sebagai agen, akan berusaha mencapai target
yang telah ditetapkan oleh principal. SPIP memastikan
Hipotesis 3 (H3) menyatakan bahwa kompetensi
seluruh elemen di dalam organisasi pemerintahan
pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja
tersebut melakukan tugasnya sesuai dengan aturan,
organisasi yang dimoderasi oleh sistem pengendalian
prosedur dan kode etik yang ada, termasuk dalam hal
intern pemerintah (SPIP). Hasil uji hipotesis
ini dipenuhinya standar kompetensi aparatur negara
menunjukkan total effect antara kompetensi pegawai
dalam menjalankan tugas dan fungsinya, yang
dengan kinerja organisasi yang dimoderasi oleh SPI
kemudian dikenal dengan Sistem Pengendalian Intern
memiliki nilai total effect sebesar 0,128 dan p value
Pemerintah (SPIP).
sebesar 0,021. Hal ini menunjukkan SPIP dapat
memperkuat pengaruh kompetensi pegawai terhadap 4.4. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
kinerja organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa Organisasi yang Dimoderasi Oleh Sistem
hipotesis 3 (H3) diterima. Sehingga dapat disimpulkan Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
bahwa sistem pengendalian intern pemerintah (SPIP)
Hipotesis 4 (H4) menyatakan bahwa kepuasan
merupakan variabel moderasi antara variabel
kerja berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi
kompetensi pegawai terhadap kinerja organisasi.
yang dimoderasi oleh sistem pengendalian intern. Hasil
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
uji hipotesis menunjukkan total effect antara kepuasan
Hidayat (2008) yang salah satu hasilnya yaitu bahwa
kerja dengan kinerja organisasi yang dimoderasi oleh
Audit Sumber Daya Manusia (SDM) dapat
sistem pengendalian intern memiliki nilai total effect
mengoptimalkan kinerja Departemen SDM dengan
sebesar 0,087 dan p value sebesar 0,084. Hal ini
melakukan evaluasi dan monitoring terhadap
menunjukkan bahwa sistem pengendalian intern tidak
pengelolaan SDM, mulai dari tahap rekruitmen,
signifikan memperkuat pengaruh kepuasan kerja
pelatihan dan pengembangan kapasitas, pemberian
terhadap kinerja organisasi. Hal ini dapat disimpulkan
kompensasi, dan sebagainya untuk memastikan SDM
bahwa hipotesis 4 (H4) ditolak. Kinerja organisasi tidak
yang dimiliki memiliki kapasitas yang dibutuhkan
dapat dicapai dengan lebih baik walaupun disertai oleh
dalam rangka mencapai efisiensi dan efektivitas kinerja
sistem pengendalian intern yang diterapkan dengan
manajemen. Penerapan SPIP mampu meminimalisir
baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sistem
kesalahan-kesalahan dalam pekerjaan dan SPI
pengendalian intern bukan merupakan variabel
memastikan pekerjaan tersebut selesai sesuai standar
moderasi antara variabel kepuasan kerja terhadap
yang ditetapkan, baik dari sisi kualitas, ketepatan waktu
kinerja organisasi.
dan terhindar dari penyimpangan-penyimpangan
Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
(fraud), yang pada akhirnya kinerja organisasi yang
penelitian penelitian yang dilakukan oleh Mariani dan
maksimal bisa tercapai (Putra dan Amar, 2013).
Adiwibowo (2011) menyatakan bahwa keadilan
Salah satu unsur Sistem Pengendalian Intern
organisasi (seperti pemberian kompensasi yang adil
Pemerintah (SPIP) sebagaimana yang tercantum di
dan perlakuan yang sama antar anggota organisasi)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Pasal 4
didukung dengan penerapan Sistem Pengendalian
ayat 1 adalah lingkungan pengendalian, yang
Intern yang baik memiliki pengaruh yang tinggi
diwujudkan melalui komitmen terhadap kompetensi.
terhadap organisasi, yakni membantu organisasi
Pengendalian intern memastikan dipatuhinya prosedur,
mencapai kinerja yang diharapkan. Padahal, menurut
dan aturan pengelolaan sumber daya manusia (SDM)
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
dalam rangka mencapai standar kompetensi yang telah
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP)
ditetapkan. Standar kompetensi wajib dicapai dan harus
sebagaimana yang tercantum Pasal 20 ayat 2 huruf e,
dipenuhi, dalam rangka menjamin suatu
dimana pimpinan instansi pemerintah harus menyusun
kegiatan/pekerjaan dikerjakan oleh orang yang tepat
sistem kompensasi, program kesejahteraan dan fasilitas
dalam arti memenuhi kualifikasinya, memiliki skill,
pegawai, ketentuan disiplin pegawai, sistem penilaian
wawasan dan keterampilan yang memadai, dan
kinerja, serta rencana pengembangan karir. Yang
memahami dengan baik SOP (standard operating
dimaksud dalam pasal 20 ayat 2 huruf e adalah setiap
procedure) atas suatu penyelesaian kegiatan/
instansi pemerintah harus menyusun suatu sistem
pekerjaan.
kompensasi cukup memadai untuk mendapatkan,
Hasil penelitian ini juga mendukung teori agensi
memotivasi, dan mempertahankan pegawai serta
yang diimplementasikan di dalam sektor publik melalui
insentif dan penghargaan disediakan untuk mendorong
penetapan kinerja yang disusun di dalam kontrak
kinerja yang ditetapkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat
107
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

pegawai melakukan tugas dengan kemampuan Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
maksimal. Hamzah, dkk (2013), dan Lee, dkk (2013) dimana
Implementasi sistem pengendalian intern di nilai-nilai organisasi mampu memoderasi/memperkuat
Direktorat Jenderal Pajak (DJP) yang dilaksanakan hubungan antara kompetensi kepemimpinan dengan
oleh Unit Kepatuhan Intern (UKI) DJP memiliki tugas kinerja. Budaya organisasi merupakan nilai-nilai yang
sebagaimana yang tercantum pada Keputusan Menteri menjadi pedoman sumber daya manusia untuk
Keuangan Nomor 152/KMK.09/2011 sebagaimana menghadapi permasalahan baik di intern maupun
telah diubah dengan KMK Nomor 435/KMK.09/2012 eksternal dan melakukan integrasi ke dalam tubuh
serta KMK-32/KMK.09/2013 tentang Sistem organisasi. Semakin tinggi penerimaan anggota
Pengendalian Intern di Lingkungan Kementerian organisasi terhadap nilai-nilai pokok organisasi, maka
Keuangan, yaitu: kesetiaan, dan kinerja seseorang kepada organisasi
1) Pemantauan pengendalian intern semakin besar yang pada akhirnya berpengaruh
2) Pemantauan pengelolaan/manajemen risiko terhadap kinerja organisasi (Yuliana, 2014).
3) Pemantauan kepatuhan terhadap kode etik dan Nilai-nilai Kementerian Keuangan secara eksplisit
disiplin pegawai menuntut setiap pegawai Kementerian Keuangan untuk
4) Pemantauan tindak lanjut hasil pengawasan terus meningkatkan kompetensinya dalam rangka
5) Perumusan rekomendasi perbaikan proses bisnis mewujudkan profesionalitas, dapat memberikan
Hal ini nampak bahwa SPIP yang diterapkan di pelayanan yang terbaik kepada stakeholder dan
Direktorat Jenderal Pajak hanya terfokus pada berusaha secara terus menerus melakukan perbaikan
pengendalian atas pelaksanaan proses bisnis kinerja, sehingga mampu memberikan kinerja yang
(pelayanan terhadap wajib pajak dan pemenuhan terbaik kepada institusi. Hasil penelitian ini
terhadap target penerimaan pajak) dan kepatuhan mendukung teori sikap dan perilaku yang
terhadap standard operating procedure (SOP) serta dikembangkan oleh Triandis (1971) yang menjelaskan
kepatuhan terhadap kode etik dan disiplin pegawai. mengenai aspek perilaku manusia dalam suatu
Hal-hal yang menyangkut kepuasan kerja, baik dari sisi organisasi, khususnya pada penelitian ini, yaitu dengan
kepuasan intrinsik (seperti kesempatan berprestasi, meneliti bagaimana pegawai menyikapi nilai-nilai
pengembangan potensi individu, promosi) maupun organisasi yang diwujudkan dengan perilaku sejauh
kepuasan ekstrinsik (seperti gaji, tunjangan, kualitas mana pegawai tersebut berusaha melakukan internisasi
supervisi/atasan, hubungan antar personal pegawai, nilai-nilai organisasi ke dalam aktivitas kerjanya.
kondisi dan keamanan kerja) bukanlah menjadi hal-hal
4.6. Pengaruh Kepuasan Kerja Terhadap Kinerja
yang menjadi fokus SPIP yang dilaksanakan di
Organisasi yang Dimoderasi Oleh Nilai-Nilai
Direktorat Jenderal Pajak. Hasil uji hipotesis yang tidak
Organisasi
terpenuhi disebabkan masih banyak responden yang
berpendapat bahwa SPIP dan kepuasan kerja tidak Hipotesis 6 (H6) menyatakan bahwa kepuasan kerja
terlalu berkaitan secara bersama-sama dalam rangka berpengaruh positif terhadap kinerja organisasi yang
mencapai kinerja organisasi yang optimal dimoderasi oleh nilai-nilai organisasi. Hasil uji
hipotesis menunjukkan total effect antara kepuasan
4.5. Pengaruh Kompetensi Pegawai Terhadap Kinerja
kerja dengan kinerja organisasi yang dimoderasi oleh
Organisasi yang Dimoderasi Oleh Nilai-Nilai
nilai-nilai organisasi memiliki nilai total effect sebesar
Organisasi
0,139 dan p value sebesar 0,014. Hal ini menunjukkan
Hipotesis 5 (H5) menyatakan bahwa kompetensi bahwa nilai-nilai organisasi dapat memperkuat
pegawai berpengaruh positif terhadap kinerja pengaruh kepuasan kerja terhadap kinerja organisasi.
organisasi yang dimoderasi oleh nilai-nilai organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis 6 (H6)
Hasil uji hipotesis menunjukkan total effect antara diterima. Nilai-nilai organisasi merupakan variabel
kompetensi pegawai dengan kinerja organisasi yang moderasi antara variabel kepuasan kerja terhadap
dimoderasi oleh nilai-nilai organisasi memiliki nilai kinerja organisasi.
total effect sebesar 0,168 dan p value sebesar 0,004. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Hal ini berarti nilai-nilai organisasi dapat memperkuat Sudarti dan Arijani (2015) yang meneliti peningkatan
pengaruh kompetensi pegawai terhadap kinerja kinerja sumber daya manusia melalui motivasi dan
organisasi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa hipotesis komitmen dengan dimoderasi oleh budaya organisasi.
5 (H5) diterima. Nilai-nilai organisasi merupakan Motivasi dalam penelitian ini ditujukan untuk
variabel moderasi antara variabel kompetensi pegawai meningkatkan kepuasan kerja pegawai. Penelitian ini
terhadap kinerja organisasi. salah satunya menghasilkan budaya organisasi mampu
berperan dalam memotivasi karyawan untuk
108
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

meningkatkan kinerjanya. Peningkatan kinerja dapat Implikasi teoretis dari hasil penelitian ini
terbangun melalui komitmen sumber daya manusia, memberikan tambahan kontribusi terhadap penerapan
yang didasari oleh motivasi dan kepuasan kerja, loyal Teori Sikap dan Perilaku, Teori Goal Setting, Teori
terhadap nilai-nilai dan tujuan organisasi. Agensi serta Teori Herzberg dalam peningkatan kinerja
Nilai-nilai Kementerian Keuangan secara eksplisit organisasi. Hasil penelitian ini juga dapat digunakan
menuntut setiap pegawai di lingkungan Kementerian sebagai masukan dan sumbangan pemikiran dalam
Keuangan untuk dapat bersinergi antar elemen melakukan evaluasi dan meningkatkan efektivitas
pegawai, baik kepada rekan kerja, kepada atasan sistem pengendalian intern pemerintah dan program-
mapun bawahan, agar tercipta kerja tim yang berkinerja program peningkatan kompetensi pegawai, serta
tinggi. Hubungan yang baik yang terbangun antar kebijakan dalam rangka meningkatkan kepuasan kerja
anggota organisasi, merupakan salah satu elemen aparatur sipil negara yang diharapkan dapat
penting mencapai kepuasan kerja seorang pegawai. meningkatkan kinerja organisasi sektor publik.
Hasil penelitian ini juga mendukung teori Menurut Penelitian ini hanya terbatas meneliti mengenai
Two Factors Theory dari Herzberg, dimana kepuasan kinerja organisasi yang dipengaruhi oleh kompetensi
kerja seperti loyalitas, kebanggaan terhadap organisasi, pegawai, kepuasan kerja yang dimoderasi oleh sistem
lingkungan kerja dan rekan kerja yang kondusif dapat pengendalian intern dan nilai-nilai organisasi. Peneliti
timbul karena nilai-nilai organisasi yang tertanam kuat selanjutnya disarankan dapat menambahkan variabel
di lingkungan organisasi, dimana seseorang dapat lainnya, sehingga kajian mengenai kinerja organisasi
berpikir, berperilaku dan bersikap sesuai dengan nilai- dapat semakin komprehensif.
nilai organisasi yang ada, sehingga mendorong seorang
karyawan dapat bekerja lebih baik. Daftar Pustaka
Bastian, Indra 2016. Akuntansi Sektor Publik: Suatu
5. Kesimpulan Pengantar. Jakarta: Erlangga
Hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa
kinerja organisasi dipengaruhi oleh kompetensi Brewer, G., Selden, S. 2000. Work Motivation in the
pegawai dan kepuasan kerja. Kinerja organisasi Senior Executive Service Testing in High
semakin meningkat atau dapat dicapai dengan lebih Performance Cycle Theory. Journal of Public
baik melalui peningkatan kompetensi pegawai dan Administration Research and Theory. 10:531-550
kepuasan kerja. Selain itu, peningkatan kinerja Bwire Mc, J., Ssekakubo, J., Lwanga, F., Ndiwalana,
organisasi dapat dicapai lebih baik bila disertai dengan G. 2014. Employee Motivation, Job Satisfaction
nilai-nilai organisasi (nilai-nilai Kementerian and Organizational Performance in Ugandas Oil
Keuangan) yang diterapkan dan diinternisasikan Sub Sector. Global Advance Research Journal of
dengan baik. Sehingga dapat dikatakan bahwa nilai- Management and Business Studies. 3 : 315-324.
nilai organisasi dapat memperkuat (memoderasi) baik
Davis, Keith. 1985. Human Behavior at Work:
kompetensi pegawai maupun kepuasan kerja terhadap
Organizational Behavior.Mc Graw Hill
pencapaian kinerja organisasi.
Publishing Company.
Penelitian ini juga menghasilkan temuan
bahwa kinerja organisasi dapat lebih baik bila Dineshkumar, S., Kogulacumar, P. 2012. Intern
kompetensi pegawai ditingkatkan yang disertai dengan Control System and Impact on the Performance of
sistem pengendalian intern pemerintah yang diterapkan the Sri Lanka Telecom limited in Jaffna District.
dengan baik, sehingga dapat dikatakan bahwa sistem International Journal of Advanced Computer
pengendalian intern pemerintah dapat memperkuat Technology (IJACT). 2(6) : 56-64
(memoderasi) kompetensi pegawai terhadap Direktorat Jenderal Pajak. 2016. Laporan Tahunan
pencapaian kinerja organisasi. Sebaliknya, kinerja (Annual Report) tahun 2016. Jakarta
organisasi tidak dapat dicapai lebih baik, walaupun
kepuasan kerja yang disertai dengan sistem Dubey, R., Ali, S. S. 2001. Study on Effect of
pengendalian intern pemerintah ditingkatkan, sehingga Functional Competency on Performance of Indian
dapat dikatakan bahwa sistem pengendalian intern Manufacturing Sector. International Journal of
Business and Management. 3(3) : 1-15
pemerintah tidak memperkuat (memoderasi) kepuasan
kerja terhadap kinerja organisasi. Jadi, sistem Florida Department of Economic Opportunity. 2016.
pengendalian intern pemerintah dipandang belum 2016-2017 Internal Control Questionnaire and
mampu secara signifikan dalam memperkuat Assessment. Bureau of Financial Monitoring and
pencapaian kinerja organisasi yang lebih baik melalui Accountability Florida Department of Economic
kepuasan kerja yang dimiliki oleh pegawai. Opportunity. 15 Sept 2016. 1-19
109
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

Gautam, Prakash. 2016. Determinant of Job Luthans, Fred. 2005. Organizational Behavior Edisi X.
Satisfaction and Effect on Organizational New York: McGraw Hill.
Performance: An Evidence from Nepalese Mangkunegara, Anwar P. 2015. Manajemen Sumber
Banking Sector. Journal of Interdisciplinary Daya Manusia. Remaja Rosda Karya: Bandung
Studies. 2(2) : 43-54
---------------------. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. Refika
Gunawan, Ketut. 2009. Pengaruh Budaya Organisasi, Aditama Bandung
Kepuasan Kerja dan Motivasi Kerja terhadap Mariani., Adiwibowo, A. S. 2011. Anteseden dan
Gaya Kepemimpinan dan Kinerja Organisasi Moderasi Kualitas Pengendalian Intern Terhadap
(Studi pada Lembaga Perkreditan Desa di Bali). Hubungan Antara Keadilan Organisasi dan
Jurnal Aplikasi Manajemen. 7 (2) : 441-449. Kinerja Karyawan. Jurnal Ekonomi dan Bisnis
Hamzah, M.I., Othman, A. K Hashim, N., Rashid, M. Universitas Diponegoro. 1 : 1-12
H., Besir, M. S. 2013. Moderating Effect of Mary, M., Albert, O., Byaruhanga, J. 21014. Effects of
Organizational Culture on the Link Between Intern Control Systems on Financial Performance
Leadership Competencies and Job Role of Sugarcane outgrower companies in Kenya.
Performance. Australian Journal of Basic and IOSR Journal of Business and Management
Applied Sciences. 7(10 : 270-285 (IOSR-JBM). 16(2) : 62-73
Herusantoso, Khamami., Raharjo, T. 2013. Efektivitas Mohr, A., Puck, J. F. 2007. Role Conflict, General
Sosialisasi Nilai-Nilai Kementerian Keuangan Manager Job Satisfaction and Stress and the
Terhadap Motivasi Kerja Pegawai Badan Performance of IJVs. European Management
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK). Journal. 25(1) : 25-35
Kajian Akademis BPPK T.A 2013. Badan
Pendidikan dan Pelatihan Keuangan. Mustikawati, Indah. 2004. Kajian Teoritis dan Empiris
Mekanisme Pengendalian Perusahaan. Jurnal
Hidayat, Widi. 2008. Implementasi Audit Sumber Pendidikan Akuntansi Indonesia. 3(1) : 78-85
Daya Manusia Untuk Mencapai Peningkatan
Efisiensi dan Efektivitas Usaha Serta Kinerja Nganga, M. J., Nyongesa, W. J. 2012. The Impact of
Manajemen. DIE Jurnal Ekonomi dan Organisational Culture on Performance of
Manajemen. 4(4) : 45-50 Educational Institutions. International Journal of
Business and Social Science. 3(8) : 11-22
Jensen, M., Meckling, W. 1976. Theory of the Firm:
Managerial Behavior, Agency Cost, and Osei, A. J., Ackah, O. 2015. Employees Competency
Ownership Structure. Jurnal of Economics. 3(4) : and Organizational Performance in The
305-360 Pharmaceutical Industry In Ghana. International
Journal of Economics, Commerce and
Keitner, Robert. 2005. Perilaku Organisasi. Jakarta: Management. 3(3) : 49-57
Salemba Empat
Peraturan Presiden Nomor 29 Tahun 2004 tentang
Keputusan Menteri Keuangan Nomor Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah
454/KMK.01/2011 tentang Pengelolaan Kinerja
di Lingkungan Kementerian Keuangan Peraturan Sekretaris Jenderal Kementerian Keuangan
Nomor 55/SI/2008 tentang Kamus Kompetensi
Keputusan Menteri Keuangan Nomor Kementerian Keuangan.
467/KMK.01/2014 tentang Pengelolaan Kinerja
di Lingkungan Kementerian Keuangan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Latif,, M.S., Ahmad, M., Qasim, M., Ferdoos, A.,
Naeem, H. 2013. Impact of employees Job Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur
Satisfaction on Organizational Performance. Negara dan Reformai Birokrasi Nomor 11 Tahun
Europen Journal of Business and Management. 2011 tentang Kriteria dan Ukuran Keberhasilan
5(5) : 166-171. Reformasi Birokrasi

Lee, S., Kim, D., Kang, E. 2013. The Moderating Effect Peraturan Kepala Badan Kepegawaian Negara (Perka
of Organizational Culture on Relationship BKN) Nomor 7 tahun 2013 tentang Pedoman
Between Emotional Intelligence and Job Penyusunan Standar Kompetensi Manajerial
Performance. International Journal of Digital Pegawai Negeri Sipil.
Content Technology and Applications (JDCTA) Putra, D. B., Amar, S. 2015. Pengaruh Kompetensi
7(13) : 517-525 Sumber Daya Manusia, Penerapan Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah, dan Penerapan
110
Dedy Suryanto/ JIAP Vol. 3 No. 2 (2017) 99-111

Standar Akuntansi Pemerintah Terhadap Kualitas Zahrina, M., Yunus, M., Amri. 2016. Pengaruh
Laporan Keuangan Pemerintah Kota Padang. Kompetensi dan Disiplin Terhadap Kinerja
Jurnal Manajemen dan Bisnis. Univ Negeri Karyawan Serta Implikasinya Pada Kinerja PT
Padang. 1 : 31-42 Bank Rakyat Indonesia Banda Aceh. Jurnal
Manajemen Pascasarjana Universitas Syah Kuala.
Robbins, S.P. 2008. Organizational Behaviour, Tenth
5(1) : 21-29
Edition. Terjemahan. Jakarta: Salemba Empat
Zaim, H., Yasar, MF., Unal, OF. 2013. Analyzing The
Solihin, Mahfud., Ratmono, D. 2013. Analisis SEM-
Effect of Individual Competencies on
PLS dengan WARP PLS 5.0. Yogya: Andi
Performance: a Field Study in Services Industries
Spencer, L., Spencer, S (1993). Competence at Work: in Turkey. Journal of Global Strategic
Models for Superior Performance. New York: Management. 7: 66-77
John Wiley and Son, Inc.
Stefanovska, M., Bojadziev, M., Stefanovska, V. V.
2014. Testing Herzbergs Duality Theory:
Analizing Job Satisfaction Among State
Administration Employees. International May
Conference on Strategic Management-
IMKSM2014. 23-25 May 2014 : 277-286
Sudarti, K., Arijani, D. 2015. Peningkatan Kinerja
Sumberdaya Manusia Melalui Motivasi,
Komitmen dan Kepuasan Kerja Dengan
Dimoderasi oleh Budaya Organisasi. Jurnal
Ekonomi UNISSULA Semarang. 1 : 13-21
Sunarso, 2009. Dampak Budaya Organisasi Terhadap
Kepuasan Kerja. Jurnal Ekonomi dan
Kewirausahaan. 9(1) : 23-33
Supartha, W. G., Suana, I. W., Priartini, P., Putra, M.
S., Dewi, M. 2014. Peran Mediasi Budaya
Organisasi Pada Pengaruh Kompetensi dan
Motivasi Ketua Lembaga Perkreditan Desa (LPD)
Terhadap Kinerja LPD (Studi Pada Kabupaten
Gianyar). Laporan Penelitian Program Studi
Doktor Ilmu Manajemen Universitas Udayana.
Syafriliza, R., Yunus, M., Amri. 2016. Pengaruh
Kompetensi, Lingkungan Kerja dan Ketersediaan
Informasi Terhadap Kinerja Karyawan Serta
Dampaknya Pada Kinerja Organisasi Satker
Pembangunan Jalan Nasional Aceh. Jurnal
Manajemen Pascasarjana Universitas Syah Kuala.
5(1) : 59-67
Tresnawati, Rina. 2012. Pengaruh Efektivitas
Pengendalian Intern Terhadap Kinerja Instansi
Pemerintah di Dinas Pendapatan Daerah Kota
Bandung. Jurnal Forum Bisnis dan Keuangan. 1 :
139-151
Triandis, Harry (1971). Attitude and Attitude Change.
Toronto: John Willey and Son. E-book download.
Yuliana, Atinda. 2014. Pengaruh Komitmen
Organisasi dan Budaya Organisasi Terhadap
Kinerja Karyawan Bakso Atom Sehat. Skripsi UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
111

Você também pode gostar