Você está na página 1de 246

DOSEN : RUDY SURYANTO, S.E., M.ACC.

, AKT

PORTOFOLIO
AUDIT
Novi Hartanti 20120420046

PENGAUDITAN KELAS B

2015

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA


PORTOFOLIO AUDIT 2015

KATA PENGANTAR

Auditing adalah proses yang sistematis guna mendapatkan dan mengevaluasi

bukti yang berkenaan dengan kegiatan dan kejadian ekonomi untuk membuktikan
atau memperhatikan tingkat atau sejauh mana hubungan antara kejadian tersebut

dengan kriteria-kriteria yang ditentukan dan menyampaikan hasil tersebut kepada


pihak yang berkepentingan. Audit dapat diterapkan pada berbagai lembaga dan

kegiatan usaha baik yang besar maupun yang kecil sekalipun. Dalam kesempatan kali
ini, penulis mendapatkan tugas kuliah portofolio pengauditan yang akan membahas

segala hal terkait tentang audit.


Alhamdulillah, terima kasih penulis ucapkan kepada Allah Swt yang telah

memberikan kesehatan sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir ini, dan
terima kasih kepada dosen pembimbing penulis Pak Rudy Suryanto, S.E., M.Acc., Akt

yang telah memberikan kesempatan bagi penulis untuk menambah pengetahuan


mengenai pengauditan melalui tugas ini sehingga penulis dapat mendapatkan lebih

banyak materi baik didalam maupun diluar perkuliahan. Dalam penulisan portofolio
ini penulis menggunakan banyak referensi dari sumber yang benar-benar

dibidangnya seperti dalam buku Tuanakotta, Theodorus M. 2013, Audit Berbasis ISA
(International Standards on Auditing), Penerbit Salemba Empat dan masih banyak

lagi.
Sebagaimana lazimnya manusia, penulis menyadari tentu masih banyak

kekurangan dalam tulisan ini, kepada para praktisi dan para ahli di bidang audit
diharapkan untuk memberikan kritik dan sarannya jika dijumpai kekeliruan ataupun

kekurangan dalam tulisan ini agar penulis dapat menyempurnakan tulisan portofolio
ini. Penulis memohon maaf sebesar-besarnya apabila ada perkataan maupun tulisan

yang menyinggung pembaca sekalian. Terima kasih.

Yogyakarta, 23 Januari 2014

Penulis

2
PORTOFOLIO AUDIT 2015

DAFTAR ISI

Kata Pengantar 2

Daftar Isi 2-4

BAGIAN I RUANG LINGKUP AUDIT 5

Bab 1 Latar Belakang Audit 5

BAGIAN II PROFESI AKUNTAN PUBLIK 15

Bab 1 Permintaan Terhadap Jasa Audit dan Jasa Assurance Lainnya 15

Bab 2 Organisasi Profesi 25

BAGIAN III STANDAR AUDIT OLEH ISA 42

BAGIAN IV KODE ETIK AKUNTAN PUBLIK 52

BAGIAN V LAYANAN AUDIT 69

BAGIAN VI MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN 72

BAGIAN VII PERENCANAAN AUDIT 92

BAGIAN VIII PEKERJAAN LAPANGAN 128

BAB 1 Alur Pendapatan 128

BAB 2 Alur Penjualan Persediaan (HPP) 182

BAB 3 Alur Penjualan Aset Tetap 199

BAB 4 Alur Penggajian 206

BAB 5 Alur Pendanaan 211

BAB 6 Penyelesaian Pekerjaan Audit (Tutup Buku) 225

3
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN IX PELAPORAN AUDIT 234

DAFTAR PUSTAKA 245

4
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN I

RUANG LINGKUP AUDIT

BAB 1

LATAR BELAKANG AUDIT

PERLUNYA INFORMASI KEUANGAN YANG DIPERCAYA

Di dalam masyarakat yang sudah maju perekonomiannya, yang sering disebut


masyarakat industri maka komunikasi data keuangan dan data ekonomi lainnya

sangat diperlukan. Para penanam modal percaya bahwa modal yang ditanamkan
dalam perusahaan perlu diadakan pengawasan atau pengendalian, sehingga mereka

sangat memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari perusahaan


tersebut. Bank-bank yang sering memberi kredit sangat perlu mengawasi uang yang

dipinjamkan agar uang tersebut selamat dan menghasilkan bunga yang diharapkan.
Maka mereka memerlukan laporan keuangan yang dapat dipercaya dari para

nasabah atau calon nasabahnya.

Pasar modal juga sangat memerlukan laporan keuangan bagi perusahaan


yang akan mengadakan emisi atau memasyarakatkan modalnya (go public).
Demikian juga pemerintah dalam memungut pajak dari wajib pajaknya sangat
didasarkan pada laporan keuangan agar diperoleh penentuan pajak yang lebih

objektif. Pihak-pihak lain seperti calon penanam modal, calon pemberi kredit, serikat
buruh, lembaga-lembaga keuangan serta industri lainnya sangat membutuhkan

laporan keuangan.

Laporan keuangan yang disajikan hendaknya dapat memenuhi keperluan


yaitu memberi informasi secara kuantitatif, lengkap, dapat dipahami, dapat

diperbandingkan, andal, relevan dan dapat dipercaya (reliable). Di samping itu,


laporan keuangan harus mencerminkan keadaannya secara tepat dan netral sehingga

5
PORTOFOLIO AUDIT 2015

para pengambil keputusan yang mendasarkan diri pada laporan keuangan tidak akan

tersesat.

Dengan semakin maju dan semakin kompleksnya masyarakat usaha

memungkinkan informasi keuangan yang disajikan kurang lengkap dan teliti serta
kurang dapat dipercaya. Hal ini disebabkan, pertama; adanya informasi yang

diperoleh secara tidak langsung, kedua; semakin tinggi tingkat atau volume transaksi
sehingga dapat terjadi kekeliruan pencatatan atau timbulnya kesulitan-kesulitan

dalam pencatatan.

PERLUNYA PEMERIKSAAN SECARA BEBAS (INDEPEDENT AUDIT)

Dengan adanya kegiatan-kegiatan ekonomi dari badan usaha maka laporan


keuangan harus disajikan untuk pihak-pihak yang menggunakan atau yang

berkepentingan terhadap laporan keuangan tersebut seperti para pemegang saham,


kreditur, pemerintah, dan pihak lainnya.

Laporan keuangan yang terdiri dari laporan posisi keuangan, laporan laba
rugi, laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan

harus disajikan secara wajar. Oleh karena itu, peranan akuntan publik sangatlah

penting untuk memeriksa laporan keuangan dan menyatakan pendapat (opinion)


atas laporan keuangan yang disajikan tersebut.

SEJARAH AUDITING

Dalam perjalanan sejarah auditing sebenarnya telah ada sejak abad ke-15
bahkan abad sebelumnya. Fakta menunjukkan bahwa auditing berawal dari tujuan

penemuan kecurangan (fraud), kemudian di Inggris berkembang pada tahun 1862


dalam Undang-Undang Perusahaan di Inggris (British Companies Act) bahwa

auditing bertujuan untuk mereview sistem akuntansi yang berkaitan dengan


pelaporan dan penemuan kecurangan, seperti yang disebutkan dalam buku
Changing Audit Objectives and Techniques, the Accounting Review tahun 1952

6
PORTOFOLIO AUDIT 2015

halaman 697. Kemudian tahun 1900 profesi auditing berkembang di Amerika Serikat,

hanya saja di Amerika tujuan auditing berubah, bukan bertujuan untuk penemuan
kecurangan tetapi bertujuan untuk memeriksa kewajaran laporan keuangan.

Perubahan tersebut sebenarnya diawali dengan adanya revolusi industri yang


mengubah perusahaan perseorangan menjadi bentuk organisasi dan management

professional, yaitu dengan adanya sistem akuntansi dan standar akuntansi yang baik.
Pemegang saham sangat antusias mengadakan verifikasi laporan dan catatan

perusahaan, sehingga profesi akuntan publik secara profesional juga berkembang.

Tahun 1986 Amerika Serikat mengeluarkan peraturan praktek akuntan publik


untuk pertama kali. Kemudian tahun 1900-an profesi akuntan publik berubah dari

pemeriksaan yang bertujuan untuk penemuan kecurangan menjadi penentuan


kewajaran posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan.

Di Indonesia perkembangan praktek akuntan publik diawali dengan

pertumbuhan perusahaan yang memasyarakatkan modalnya di pasar modal dan


keluarnya Peraturan Perpajakan Paket 27 Maret no. 107 tahun 1979 yang pada

dasarnya para wajib pajak akan mendapatkan keringanan pajak apabila laporan
keuangannya diperiksa akuntan publik.

Lebih jelasnya perkembangan auditing tertera pada tabel berikut :1

No. Periode Tujuan Luasnya Pentingnya

Verifikasi SPI

1. Sebelum tahun 1500 Penemuan Detail Belum

kecurangan diperhatikan

2. Tahun 1500 1850 Penemuan Detail Belum

kecurangan diperhatikan

3. Tahun 1850 1905 Penemuan Beberapa pos Belum

1
Drs. Bambang Hartadi, AUDITING Suatu Pedoman Pemeriksaan Akuntansi Tahap Pendahuluan,
BPFE Yogyakarta. ed., 1987, hal. 17

7
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kecurangan diuji, dari yang diperhatikan

penting hingga
Penemuan detail

kesalahan
tulis-menulis

4. Tahun 1905 1933 Penentuan Detail dan Sedikit


kewajaran pengujian diperhatikan

posisi
keuangan

Penemuan

kecurangan
dan kesalahan

5. Tahun 1933 1940 Pengujian Diperhatikan

6. Tahun 1940 1960 Penentuan Pengujian Ditekankan


(hingga saat ini) kewajaran

laporan posisi
keuangan

Audit Internal di Abad-abad Permulaan

Setidaknya ilmu dan profesi audit internal telah dimulai pada 3.500 Sebelum
Masehi. Catatan sejarah mengenai peradaban Mesopotamia menunjukkan adanya

tanda-tanda kecil yang dibuat di samping angka-angka transaksi keuangan. Tanda-


tanda seperti titik, tanda silang, dan tanda yang ada pada saat itu merupakan

potret dari sistem verifikasi laporan tersebut.

Sejarah mencatat bahwa masyarakat Mesir, Cina, Persia, dan Yahudi pada
abad-abad permulaan juga menerapkan sistem yang sama. Orang-orang Mesir,

8
PORTOFOLIO AUDIT 2015

misalnya, mensyaratkan adanya saksi dalam transaksi penyerahan padi ke lumbung

desa dan mensyaratkan adanya dokumen yang sah untuk transaksi tersebut.

Orang-orang Yunani sangat mementingkan kontrol atas transaksi-transaksi

keuangan. Catatan sejarah tentang Yunani menunjukkan diperlukannya prosedur


otorisasi dan verifikasi. Sistem kontrol mereka bisa dikatakan cukup aneh. Mereka

lebih suka mempekerjakan budak sebagai petugas pencatat karena bila sesuatu
terjadi maka penyiksaan terhadap budak guna mengorek informasi dianggap

sebagai cara yang lebih efektif daripada harus menanyai karyawan yang bukan budak
dibawah sumpah.

Kerajaan Romawi kuno menerapkan sistem dengar laporan. Seorang

karyawan akan membandingkan catatannya dengan karyawan lain. Verifikasi secara


lisan ini dirancang untuk menghalangi para karyawan yang bertanggungjawab

terhadap dana untuk melakukan kecurangan. Dalam perkembangannya, tugas


mendengarkan ini memunculkan istilah audit, yang berasal dari bahasa Latin

auditus (mendengarkan). Salah satu contoh penerapannya di Kerajaan Romawi


adalah quaestors (pihak penanya) akan memeriksa laporan gubernur untuk

mendeteksi kecurangan dan penyalahgunaan dana.

Audit Internal di Abad-abad Pertengahan

Ketika kerajaan Romawi jatuh, sistem moneter dan kontrol internal pun ikut
hancur. Baru pada akhir abad pertengahan para penguasa meminta bukti

penerimaan yang menjadi hak mereka. Para raja dan hakim menerapkan audit awal,
yang kemudian diikuti oleh abdi negara yang ditunjuk selanjutnya.

Perdagangan Italia yang ekspansif pada abad ke-13 membutuhkan


pencatatan yang lebih rumit sehingga lahirlah sistem pembukuan berpasangan

(double-entry), yakni setiap transaksi dicatat baik pada sisi debit maupun kredit.
Sistem ini membantu para pengusaha mengontrol transaksi dengan para pelanggan
dan pemasok serta membantu mengawasi mereka melakukan pekerjaan

9
PORTOFOLIO AUDIT 2015

karyawannya. Audit dilakukan dengan serius. Bahkan, seorang auditor yang mewakili

Ratu Isabella ikut menemani Columbus menjelajah dunia.

Audit Internal di Tahun-tahun Belakangan Ini

Audit, bersamaan dengan investasi yang dilakukan orang-orang Inggris,

melintasi lautan menuju Amerika Serikat pada abad ke-19. Orang-orang Inggris yang
kaya raya menginvestasikan dana yang cukup besar si perusahaan-perusahaan

Amerika Serikat, dan mereka menginginkan adanya verifikasi independen atas


investasi mereka. Auditor-auditor Inggris membawa metode dan prosedur audit

yang kemudian diadaptasi Kolonial Inggris demi kepentingan mereka sendiri.

Munculnya Undang-undang Perusahaan Inggris menyebabkan pentingnya


pertanggungjawaban kepada investor. Amerika Serikat tidak memiliki undang-

undang seperti ini, sehingga audit merupakan pengganti yang memenuhi kebutuhan
para pengusaha. Kebutuhan ini memberikan tekanan pada audit neraca, dengan

lebih menitikberatkan pada pendekatan analitis terhadap akun-akun di laporan


keuangan. Jelaslah bahwa kebutuhan akan modal luar negeri menjadi pendorong

utama perkembangan audit.2

DEFINISI AUDITING

Pengertian auditing dapat berarti suatu penyelidikan yang sistematis atau

penilaian prosedur/operasi untuk menentukan kesesuaian dengan standar yang


ditentukan atau inspeksi oleh pihak ketiga mengenai catatan akuntansi termasuk

analisis, pengujian, konfirmasi, atau pembuktian lainnya. Apabila dikaitkan dengan


akuntan publik maka auditing merupakan penyelidikan atau penelaahan secara kritis

oleh akuntan publik yang mendasarkan diri pada sistem pengendalian internal dan
catatan akuntansi dari suatu badan usaha atau unit bisnis lainnya, sebelum

2
Lawrence Sawyer, Mortimer A. Dittenhofer, dan James H. Scheiner, Audit Internal Sawyer, Penerbit
Salemba Empat, Edisi 5, 2005, hal . 4-5.

10
PORTOFOLIO AUDIT 2015

memberikan pendapatnya tentang laporan keuangan badan usaha atau unit bisnis

tersebut.

DEFINISI UMUM

American Accounting Association Commitee on Basic Auditing Concepts

(1971) :

Auditing adalah proses yang sistematis guna mendapatkan dan evaluasi bukti yang
berkenaan dengan kegiatan dan kejadian ekonomi untuk membuktikan atau

memperhatikan tingkat atau sejauh mana hubungan antara kejadian tersebut


dengan kriteria-kriteria yang ditentukan dan menyampaikan hasil tersebut kepada

pihak yang berkepentingan.

Suatu proses sistematis. Auditing merupakan suatu proses sistematik, yaitu berupa

suatu rangkaian langkah atau prosedur yang logis, bererangka, dan terorganisir.
Auditing dilaksanakan dengan suatu urutan langkah yang direncanakan,

terorganisasi, dan bertujuan.

Untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif. Proses sistematis


tersebut ditujukan untuk memperoleh bukti yang mendasari pernyataan yang dbuat
individu atau badan usaha, serta untuk mengevaluasi tanpa memihak atau
berprasangka terhadap bukti-bukti tersebut.

Penyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi. Yang dimaksud dengan

pernyataan mengenai kegiatan dan kejadian ekonomi disini adalah hasil proses
akuntansi. Akuntansi merupakan proses pengidentifikasian, pengukuran, dan

penyampaian informasi ekonomi yang dinyatakan dalam satuan uang. Proses


akuntansi ini menghasilkan suatu pernyataan yang disajikan dalam laporan

keuangan.

11
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Menetapkan tingkat kesesuaian. Pengumpulan bukti mengenai pernyataan dan

evaluasi terhadap hasil pengumpulan bukti tersebut dimaksudkan untuk menetapkan


kesesuaian pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan.

Kriteria yang telah ditetapkan. Kriteria atau standar yang dipakai sebagai dasar
untuk menilai pernyataan (yang berupa hasil proses akuntansi) dapat berupa :

a. Peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan legislatif

b. Anggaran atau ukuran prestasi lain yang ditetapkan oleh manajemen


c. Prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia (generally accepted accouting

principle).

Penyampaian hasil. Penyampaian hasil auditing sering disebut dengan atestasi.


Penyampaian hasil ini dilakukan secara tertulis dalam bentuk laporan audit. Atestasi

dalam bentuk laporan tertulis ini dapat menaikkan atau menurunkan tingkat
kepercayaan pemakai informasi keuangan atas asersi yang dibuat oleh pihak yang

diaudit.

Pemakai yang berkepentingan. Dalam dunia bisnis, pemakai yang berkepentingan

terhadap laporan audit adalah para pemakai informasi keuangan seperti : pemegang

saham, manajemen, kreditur, calon investor dan kreditur, organisasi buruh, dan
kantor pelayanan pajak.

AUDIT DITINJAU DARI SUDUT PROFESI AKUNTAN PUBLIK

Ditinjau dari sudut akuntan publik, auditing adalah pemeriksaan secara


objektif atas laporan keuangan suatu perusahaan atau organisasi lain dengan tujuan

untuk menentukan apakah laporan keuangan tersebut menyajikan secara wajar,


dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha perusahaan atau

organisasi tersebut.

Ditinjau dari definisi umum auditing seperti yang telah diuraikan diatas,
pemeriksaan yang dilaksanakan oleh auditor independen ditujukan terhadap

12
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pernyataan mengenai kegiatan ekonomi, yang disajikan oleh suatu organisasi dalam

laporan keuangannya. Pemeriksaan ini dilakukan oleh auditor independen untuk


menilai kewajaran informasi yang tercantum dalam laporan keuangan. Audit yang

melaksanakan audit atas laporan keuangan historis disebut auditor independen.

Auditing bukan merupakan cabang akuntansi, tetapi merupakan suatu disiplin

bebas, yang mendasarkan diri pada hasil kegiatan akuntansi dan data kegiatan yang
lain. Di lain pihak, auditing ditujukan untuk menentukan secara objektif keandalan

informasi yang disampaikan oleh manajemen dalam laporan keuangan.

PERBEDAAN AUDITING DENGAN AKUNTANSI

Akuntansi merupakan proses pencatatan, pengelompokkan, dan


pengikhtisaran kejadian-kejadian ekonomi dalam bentuk yang teratur dan logis

dengan tujuan menyajikan informasi keuangan yang dibutuhkan untuk pengambilan


keputusan. Fungsi akuntansi bagi badan usaha dan masyarakat adalah menyajikan

informasi kuantitatif tertentu yang dapat digunakan oleh pimpinan entitas ekonomi
maupun pihak lainnya untuk mengambil keputusan. Agar penyajian informasi tepat,

maka seorang akuntan harus memiliki pengetahuan yang baik mengenai prinsip-
prinsip dan aturan-aturan dalam penyusunan informasi akuntansi. Disamping itu,
seorang akuntan harus mengembangkan sistem yang dapat menjamin bahwa semua
peristiwa ekonomi yang terjadi dalam organisasinya dapat tercatat dengan

mencukupi pada saat yang tepat dengan biaya yang pantas.

Dalam auditing data akuntansi, yang menjadi pokok adalah menentukan


apakah informasi yang tercatat telah mencerminkan dengan benar kejadian ekonomi

pada periode akuntansi. Oleh karena kriterianya adalah aturan-aturan akuntansi,


maka seorang auditor harus memahami aturan-aturan dimaksud dengan baik. Dalam

audit laporan keuangan, aturan-aturan dimaksud adalah prinsip-prinsip akuntansi


yang berlaku umum.

13
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Disamping pemahaman mengenai akuntansi, auditor juga harus memiliki

keahlian dalam mengumpulkan dan menafsirkan bahan bukti audit. Keahlian seperti
inilah yang membedakan auditor dengan akuntan. Masalah-masalah spesifik yang

dihadapi auditor dalam melakukan audit adalah penentuan prosedur audit yang
tepat, penentuan sampel, penentuan pos-pos tertentu yang diperiksa, saat pengujian

dan pengevaluasian hasilnya.

14
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN II

PROFESI AKUNTAN PUBLIK

BAB 1

PERMINTAAN TERHADAP JASA AUDIT DAN JASA ASSURANCE LAINNYA

SIFAT AUDIT

Audit adalah pengumpulan dan evaluasi bukti mengenai informasi untuk


menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian antara informasi tersebut

dengan kriteria yang telah ditetapkan. Audit harus dilakukan oleh orang yang
kompeten dan independen. Mengenai definisi audit diatas, terdapat beberapa

kata kunci yaitu :

a. Informasi dan Kriteria yang Telah Ditetapkan


Untuk melakukan audit, harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat

diverivikasi dan beberapa standar (kriteria) yang dapat digunakan auditor


untuk mengevaluasi informasi tersebut, yang dapat dan memang memiliki

banyak bentuk. Para audit secara rutin melakukan audit atas informasi yang
dapat diukur, termasuk laporan keuangan perusahaan dan SPT Pajak
Penghasilan perorangan. Auditor juga mengaudit informasi yang lebih
subjektif, seperti efektivitas sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur.

Untuk audit atas SPT Pajak oleh Direktorat Jendral (Ditjen) Pajak kriterianya

tercantum dalam UU Perpajakan Indonesia. Dalam audit Ditjen Pajak atas SPT
Pajak perusahaan Bank Mandiri, auditor Ditjen Pajak menggunakan UU

Perpajakan Indonesia sebagai kriteria ketepatan, bukan prinsip akuntansi yang


berlaku umum (GAAP).

15
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Untuk informasi yang lebih subjektif, kriterianya lebih sulit ditetapkan.

Biasanya auditor dan entitas yang diaudit telah menyepakati kriteria yang
akan digunakan sebelum audit dimulai. Sebagai contoh, dalam audit atas

efektivitas aspek-aspek khusus dalam operasi komputer, kriterianya mungkin


mencakup tingkat kesalahan input atau output yang masih bisa ditolerir.

Kriteria untuk mengevaluasi informasi juga bervariasi, tergantung pada

informasi yang sedang diaudit. Dalam audit atas laporan keuangan historis
oleh kantor akuntan publik (KAP), kriteria yang beralaku biasanya adalah

prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum di Indonesia (Generally Accepted


Accounting Principles GAAP). Hal ini berarti bahwa dalam audit atas laporan

keuangan Bank Mandiri, kantor akuntan publik akan menentukan apakah


laporan keuangan Bank Mandiri telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip

akuntansi yang berlaku umum. Untuk audit pengendalian internal atas


pelaporan keuangan, kriterianya adalah kerangka kerja yang sudah diakui

untuk mengembangkan pengendalian internal seperti Internal Control


Integrated Framework yang dikeluarkan oleh Comitee of Sponsoring

Organizations (COSO) dalam Treadway Commision.

b. Mengumpulkan dan Mengevaluasi Bukti


Bukti (evidence) adlah setiap informasi yang digunakan auditor untuk

menentukan apakah informasi yang diaudit dinyatakan sesuai dengan kriteria


yang telah ditetapkan. Bukti memiliki banyak bentuk yang berbeda, termasuk :

Kesaksian lisan pihak yang diaudit (klien)


Komunikasi tertulis dengan pihak luar

Observasi oleh auditor


Data elektronik dan data lain tentang transaksi

16
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Untuk memenuhi tujuan audit, auditor harus memperoleh bukti dengan

kualitas dan jumlah yang mencukupi. Auditor harus menentukan jenis dan
jumlah bukti yang diperlukan serta mengevaluasi apakah informasi tersebut

sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan. Penentuan jenis dan jumlah
bukti merupakan bagian yang penting dalam setiap audit.

c. Kompeten dan Independen

Seorang auditor harus kompeten dalam tugas dan tanggung jawabnya


melakukan audit pada setiap perusahaan maupun lembaga yang diaudit.

Kompetensi orang-orang yang melaksanakan audit tidak akan ternilai jika ia


tidak independen dalam mengumpulkan dan mengevaluasi bukti. Para auditor

harus dapat mempertahankan tingkat independensi yang tinggi untuk


menjaga kepercayaan para pemakai yang mengandalkan laporan mereka.

Auditor yang mengeluarkan laporan mengenai laporan keuangan perusahaan


seringkali disebut auditor independen.

Independensi merupakan kata kunci yang paling penting untuk menilai


peran Internal Audit. Beberapa orang mengartikan independensi sebagai

berikut :
Independensi = Mengambil sikap netral, tidak memihak dan bebas dari

pengaruh.
Independensi = Keberpihakan pada kepentingan yang lebih besar atau

bernilai .

Penulis setuju bahwa independensi itu harus memihak (bukannya netral), yaitu
keberpihakan pada hal yang benar. Hanya saja kebenaran yang seperti apa?

Berikut merupakan pembahasan mengenai kebenaran dalam konteks


Independensi Internal Audit adalah sebagai berikut :

17
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Independensi Internal Audit merupakan Keberpihakan Internal Audit pada

kebenaran faktual, yang ditinjau dari :


Adanya bukti serta data material yang otentik, relevan dan cukup.

Adanya praktik bisnis yang menjunjung tinggi etika atau moral serta
memperhatikan risiko terukur.

Adanya kapasitas tanggung jawab dan wewenang yag terukur dalam


organisasi bisnis.

Adanya administrasi dan pengendalian yang memadai secara konsisten.


Independensi ini menjadi kunci kebebasan sekaligus batasan bagi Internal

Audit dalam menjalankan dua aktivitas pokok, yaitu :


Menggali objek pengawasan.

Menyajikan hasil pengawasan.

Secara sederhana, independensi Internal Audit dalam koridor bisnis harus


dilandasi oleh dua hal yang tidak boleh terpisah yaitu Intergritas dan

Rasionalitas.

Integritas bukan sekedar sebuah kesatuan pikiran dan tindakan, tetapi juga
pikiran dan tindakan yang diikat berdasarkan bukti atau data atau dalam

rangka menyuguhkan bukti/data yang kuat. Rasionalitas bukan sekedar


menyajikan pemikiran atau tindakan dengan bukti/data saja, tetapi juga

data/bukti yang dapat dijelaskan melalui sebuah bentuk yang utuh. Bentuk ini
dalam dunia bisnis setidaknya bersumber dari tiga unsur penting yaitu :

Tata kelola perusahaan yang baik dan praktik bisnis yang sehat (Good
Governance).

Kemampuan SDM yang memadai (capability, competency).


Proses kerja (business process) yang berorientasi pada nilai tambah.

18
PORTOFOLIO AUDIT 2015

ASPEK EKONOMI DALAM PERMINTAAN AUDIT

Untuk mengilustrasikan kebutuhan akan audit mari pertimbangan keputusan


seorang pejabat bank dalam memberikan pinjaman kepada suatu perusahaan.

Keputusan ini akan didasarkan pada faktor-faktor seperti hubungan keuangan


sebelumnya dengan perusahaan tersebut serta kondisi keuangan perusahaan seperti

yang dicerminkan dalam laporan keuangannya. Jika bank jadi memberikan pinjaman,
maka suku bunga akan dikenakan, yang terutama ditentukan oleh tiga faktor berikut

Suku Bunga bebas risiko. Suku bunga ini mendekati suku bunga yang dapat
diperoleh bank dengan berinvestasi dalam Surat Utang Negara (SUN) selama

jangka waktu yang sama dengan pinjaman usaha tersebut.


Risiko Bisnis bagi nasabah. Risiko ini mencerminkan kemungkinan bahwa

perusahaan tidak sanggup melunasi pinjamannya karena kondisi-kondisi


ekonomi atau bisnis, seperti resesi, keputusan manajemen yang buruk atau

persaingan tak terduga dalam industri yang digelutinya.


Risiko Informasi. Risiko informasi (information risk) mencerminkan

kemungkinan bahwa informasi yang melandasi keputusan risiko bisnis


ternyata tidak akurat. Penyebab yang mungkin bagi risiko informasi ini adalah

adanya kemungkinan laporan keuangan yang tidak akurat dan tidak relevan.

JASA ASSURANCE

Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan


kualitas informasi bagi para pengambil keputusan. Jasa semacam ini dianggap

penting karena penyedia jasa assurance bersifat independen dan dianggap tidak bias
berkenaan dengan informasi yang diperiksa. Individu-individu yang bertanggung

jawab memubuat keputusan bisnis memerlukan jasa assurance untuk membantu


meningkatkan keandalan dan relevansi informasi yang digunakan sebagai dasar
keputusannya.

19
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Jasa assurance dapat dilakukan oleh akuntan publik atau oleh berbagai

profesional lainnya. Kebutuhan akan jasa assurance ini bukan hal baru. Para akuntan
publik sudah bertahun-tahun memberikan jasa assurance, terutama assurance

tentang informasi laporan keuangan historis.

Jasa Atestasi

Salah satu kategori jasa assurance yang diberikan oleh akuntan publik adalah

jasa atestasi. Jasa atestasi (attestation service) adalah jenis jasa assurance dimana
KAP mengeluarkan laporan tentang reabilitas suatu asersi yang disiapkan pihak lain.

Jasa atestasi dibagi menjadi lima kategori, yaitu:

Audit atas laporan keuangan historis.


Atestasi mengenai pengendalian internal atas pelaporan keuangan.

Telaah (review) laporan keuangan historis.


Jasa atestasi mengenai teknologi informasi.

Jasa atestasi lain yang dapat diterapkan pada berbagai permasalahan.

Jasa Assurance Lainnya

Sebagian besar jasa assurance lainnya yang diberikan akuntan publik tidak
memenuhi definisi jasa atestesi, tetapi akuntan tetap harus independen dan tetap
harus memberikan kepastian tentang informasi yang digunakan ileh pengambil

keputusan. Jasa-jasa assurance ini berbeda dengan jasa atestesi karena akuntan
publik tidak diharuskan mengeluarkan laporan tertulis, dan kepastian itu tidak harus

mengenai reabilitas asersi pihak lain tentang ketaatan pada kriteria tertentu.
Penugasan jasa assurance lain ini berfokus pada peningkatan mutu informasi bagi

pengambil keputusan, sama seperti jasa atestasi.

Jasa-jasa Non Assurance yang Diberikan Akuntan Publik

KAP melakukan berbagai jasa lain yang umumnya berada di luar lingkup jasa
assurance. Tiga contoh yang spesifik adalah :

20
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Jasa akuntansi dan pembukuan

Jasa pajak
Jasa konsultasi manajemen

JENIS-JENIS AUDITOR

1) Kantor Akuntan Publik


Kantor Akuntan Publik (KAP) bertanggung jawab mengaudit laporan

keuangan historis yang dipublikasikan oleh semua perusahaan terbuka,


kebanyakan perusahaan lain yang cukup besar, dan banyak perusahaan serta

organisasi nonkomersial yang lebih kecil. Oleh karena luasnya penggunaan


laporan keuangan yang telah diaudit dalam perekonomian Indonesia, serta

keakraban para pelaku bisnis dan pemakai lainnya, sudah lazim digunakan
istilah auditor dan kantor akuntan publik dengan pengertian yang sama,

meskipun ada beberapa jenis auditor.


Sebutan kantor akuntan publik mencerminkan fakta bahwa auditor yang

menyatakan pendapat audit atas laporan keuangan harus memiliki lisensi


sebagai akuntan publik. KAP sering disebut sebagai auditor eksternal atau

auditor independen untuk membedakannya dengan auditor internal.


2) Auditor Internal Pemerintah

Auditor Internal Pemerintah adalah auditor yang bekerja untuk Badan


Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP), guna melayani kebutuhan

pemerintah. Porsi utama upaya audit BPKP adalah dikerahkan untuk


mengevaluasi efisiensi dan efektivitas operasioanal berbagai program

pemerintah. BPKP mempekerjakan lebih dari 4.000 orang auditor di seluruh


Indonesia. Auditor BPKP juga sangan dihargai dalam profesi audit.

3) Auditor Badan Pemeriksa Keuangan


Auditor Badan Pemeriksa Keuangan adalah auditor yang bekerja untuk Badan

Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia, badan yang didirikan


berdasarkan konstitusi Indonesia. Dipimpin oleh seorang kepala, BPK melapor

21
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dan bertanggung jawab sepenuhnya kepada DPR. Tanggung jawab utama

BPK adalah untuk melaksanakan fungsi audit DPR, dan juga mempunyai
banyak tanggung jawab audit seperti KAP. BPK mengaudit sebagian besar

informasi keuangan yang dibuat oleh berbagai macam badan pemerintah baik
pusat maupun daerah sebelum diserahkan kepada DPR.

Peningkatan porsi upaya audit dikerahkan untuk mengevaluasi efisiensi dan

efektivitas operasional berbagai program pemerintah. Hasil dari tanggung


jawab BPK yang besar untuk mengaudit pengeluaran-pengeluaran pemerintah

dan kesempatan mereka untuk melaksanakan audit operasional, auditor BPK


sangan dihargai dalam profesi audit.

4) Auditor Pajak
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak bertanggung jawab untuk memberlakukan

peraturan pajak. Salah satu tanggung jawab utama Ditjen Pajak adalah
mengaudit SPT wajib pajak untuk menentukan apakah SPT itu sudah

mematuhi peraturan pajak yang berlaku. Audit ini murni bersifat audit
ketaatan. Auditor yang melakukan pemeriksaan ini disebut auditor pajak.

5) Auditor Internal
Auditor Internal dipekerjakan oleh perusahaan untuk melakukan audit bagi

manajemen, sama seperti BPK mengaudit untuk DPR. Tanggung jawab auditor
internal sangat beragam, tergantung pada yang mempekerjakan mereka.

Audit internal dibentuk dalam rangka menguji dan mengevaluasi kegiatan-


kegiatan organisasi untuk membantu pencapaian efektivitas organisasi serta

menyediakan sarana analisis penilaian, rekomendasi, nasihat, dan informasi


sehubungan dengan aktivitas yang diaudit dalam organisasi. Tanpa adanya

fungsi audit internal, pimpinan termasuk didalamnya dewan direksi akan


kesulitan untuk memperoleh informasi internal yang bebas mengenai kinerja

organisasi (Sawyer, 2003) (Ratliff, 1995: 52). Perkembangan selanjutnya fungsi


audit internal sudah mengarah pada keharusan perusahaan memiliki fungsi

22
PORTOFOLIO AUDIT 2015

internal. New York Stock Exchange mengharuskan emitenya memiliki fungsi

audit internal (Elder, 2008).


Peran internal auditor sebagai konsultan diharapkan dapat memberikan

manfaat berupa nasehat (advice) dalam pengelolaan sumber daya (resources)


organisasi sehingga dapat membantu tugas para manajer operasional. Audit

yang dilakukan adalah operational audit / performance audit, yaitu meyakinkan


bahwa organisasi telah memanfaatkan sumber daya organisasi secara

Ekonomis, Efisien dan Efektif (3E) sehingga dapat dinilai apakah manajemen
telah menjalankan aktivitas organisasi yang mengarah pada tujuannya.

Rekomendasi yang dibuat oleh auditor biasanya bersifat jangka menengah.


Peran Internal Auditor sebagai katalis berkaitan dengan quality assurance,

sehingga internal auditor diharapkan dapat membimbing manajemen dalam


mengenali risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi.

Quality assurance bertujuan untuk meyakinkan bahwa proses bisnis yang


dijalankan telah menghasilkan produk / jasa yang dapat memenuhi kebutuhan

customer. Dalam peran katalis, internal auditor bertindak sebagai fasilitator


dan agent of change. Impact dari peran katalis bersifat jangka panjang,

karena focus katalis adalah nilai jangka panjang (longterm values) dari
organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat

memenuhi kepuasan pelanggan (customer satisfaction) dan pemegang


saham (stake holder). Penerapan risk management dan risk based audit

adalah salah satu contoh peran Internal Auditor sebagai katalis.

AKUNTAN PUBLIK BERSERTIFIKAT (CPA)

Pemakaian gelar Certified Public Accountant (CPA) diatur oleh menteri


keuangan. Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 17/2008 yang mengatur

persyaratan untuk memperoleh dan mempertahankan izin berpraktik, baik untuk


akuntan publik maupun Kantor Akuntan Publik (KAP).

23
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Bila seseorang berencana menjadi akuntan publik (CPA), dia harus memahami

persyaratan-persyaratan yang dikeluarkan oleh Ikatan Akuntan Publik Indonesia


(IAPI) dan Menteri Keuangan. Sejalan dengan PMK 17/2008, IAPI diberikan tanggung

jawab untuk melaksanak ujian CPA dan memberikan sertifikat CPA. Sebelumnya, hak
tersebut diberikan kepada Ikatan Akuntan Indonesia (IAI). Ujian CPA yang

diselenggarakan terakhir kali oleh IAI adalah pada Juli 2008. Setelah itu ujian CPA
diselenggarakan oleh IAPI. Ujian CPA yang diselenggarakan pertama kalinya oleh

IAPI adalah pada awal tahun 2009, empat tahun sekali.

24
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 2

ORGANISASI PROFESI

A. Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

Sejarah IAI

Pada waktu Indonesia merdeka, hanya ada satu orang akuntan pribumi, yaitu
Prof. Dr. Abutari, sedangkan Prof. Soemardjo lulus pendidikan akuntan du negeri

Belanda pada tahun 1956. Akuntan akuntan Indonesia pertama lulusan dalam negeri
adalah Basuki Siddharta, Hendra Darmawan, Tan Tong Djoe, dan Go Tie Siem,

mereka lulus pada pertengahan 1957. Keempat akuntan ini bersama dengan Prof.
Soemardjo mengambil prakarsa mendirikan perkumpulan akuntan untuk bangsa

Indonesia saja. Alasannya, mereka tidak mungkin menjadi anggota NIVA (Nederlands
Institute Van Accountants) atau VAGA (Vereniging Academish Gevormde Accountants).

Hari Kamis, 17 Oktober 1957 kelima ankuntan tadi mengadakan pertemuan di

aula Universitas Indonesia (UI) dan bersepakat untuk mendirikan perkumpulan


akuntan Indonesia. Karena pertemuan tersebut tidak dihadiri oleh semua akuntan

yang ada, maka diputuskan membentuk Panitia Persiapan Pendirian Perkumpulan


Akuntan Indonesia. Panitia diminta menghubungi akuntan lainnya untuk

menanyakan pendapat mereka. Dalam panitia itu, Prof Soemardjo duduk sebagai
ketua, Go Tie Siem sebagai penulis, Basuki Siddharta sebagai bendahara sedangkan

Hendra Darmawan dan Tan Tong Djoe sebagai komisaris. Surat yang dikirimkan
Panitia kepada 6 akuntan lainnya memperoleh jawaban setuju.

Perkumpulan yang akhirnya diberi nama Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)

akhirnya berdiri pada 23 Desember 1957, yaitu pada pertemuan ketiga yang
diadakan di aula UI pada pukul 19.30.

25
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Susunan pengurus pertama terdiri dari:

Ketua : Prof. Dr. Soemardjo Tjitrosidojo

Panitera : Drs. Mr. Go Tie Siem

Bendahara : Drs. Sie Bing Tat (Basuki Siddharta)

Komisaris : - Dr. Tan Tong Djoe

- Drs. Oey Kwie Tek (Hendra Darmawan)

Keenam akuntan lainnya sebagai pendiri IAI adalah :

1. Prof. Dr. Abutari


2. Tio Po Tjiang

3. Tan Eng Oen


4. Tang Siu Tjhan

5. Liem Kwie Liang


6. The Tik Him

Konsep Anggaran Dasar IAI yang pertama diselesaikan pada 15 Mei 1958 dan
naskah finalnya selesai pada 19 Oktober 1958. Menteri Kehakiman mengesahkannya

pada 11 Pebruari 1959. Namun demikian, tanggal pendirian IAI ditetapkan pada 23
Desember 1957. Ketika itu, tujuan IAI adalah:

1. Membimbing perkembangan akuntansi serta mempertinggi mutu pendidikan

akuntan.
2. Mempertinggi mutu pekerjaan akuntan.

IAI bermaksud menghimpun potensi Akuntan Indonesia untuk menjadi

penggerak pembangunan nasional dalam mewujudkan masyarakat adil dan makmur

berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. IAI bertujuan mengembangkan dan


mendayagunaakan potensi Akuntan Indonesia sehingga terbentuk suatu cipta dan

26
PORTOFOLIO AUDIT 2015

karya Akuntan Indonesia untuk didarmabaktikan bagi kepentingan bangsa dan

Negara. IAI berfungsi sebagai wadah komunikasi yang menjebatani berbagai latar
belakang tugas dan bidang pengabdiannya untuk menjalin kerjasama yang bersifat

sinergi secara serasi, seimbang dan selaras.

Untuk mencapai maksud, tujuan, dan fungsinya, IAI melaksanakan beragam


kegiatan diantaranya adalah sebagai berikut :

Pendaftaran dan pelayanan keanggotaan.

Pengembangan dan penyusunan standar akuntansi keuangan.


Pengembangan dan penegakkan kode etik akuntan.

Pemberian konsultasi untuk pengembangan usaha kecil, menengah


dan koperasi

Publikasi.
Hubungan internasional

Menjadi pusat pengetahuan dan pengembangan akuntansi.


Menjaga dan meningkatkan kompetensi akuntan melalui kegiatan

pendidikan dan pelatihan.

Melaksanakan sertifikasi di bidang akuntansi sebagai tolak ukur standar


kualitas keprofesian.

Menjaga kepercayaan pemakai jasa dan masyarakat luas atas hasil kerja
profesi akuntan yang tergabung dalam IAI.

Menyelenggarakan Ujian Sertifikasi Akuntan Manajemen (Certified


Professional Management Accountant)

Menyelenggarakan Pendidikan Profesional Berkelanjutan (PPL)

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD ART) IAI telah mengalami
beberapa kali perubahan, yang terakhir adalah AD ART yang ditetapkan pada

Kongres Luar Biasa (KLB) IAI tanggal 27 Juni 2012 sesuai Keputusan Sidang Pleno
Tetap KLB IAI Tahun 2012 Nomor: 05/Kongres Luar Biasa/IAI/VI/2012.

27
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Saat ini IAI merupakan satu-satunya wadah yang mewakili profesi akuntan

Indonesia secara keseluruhan. IAI merupakan anggota International Federation of


Accountants, organisasi profesi akuntan dunia yang merepresentasikan lebih 2,5 juta

akuntan yang bernaung dalam 167 asosiasi profesi akuntan yang tersebar di 127
negara. Sebagai anggota IFAC, IAI memiliki komitmen untuk melaksanakan semua

standar internasional yang ditetapkan demi kualitas tinggi dan penguatan profesi
akuntan di Indonesia. IAI juga merupakan anggota sekaligus pendiri ASEAN

Federation of Accountants (AFA). Saat ini IAI menjadi sekretariat permanen AFA.

Keanggotaan IAI

Pada awalnya keanggotaan IAI adalah perseorangan yang diarahkan untuk


memilih Kompartemen sesuai bidang kerja anggota. Anggota IAI bergabung dalam 4

(empat) Kompartemen yang dibentuk IAI kala itu, yaitu:

IAI Kompartemen Akuntan Publik (IAI KAP)

IAI Kompartemen Akuntan Pendidik (IAI KAPd)


IAI Kompartemen Akuntan Manajemen (IAI KAM), dan

IAI Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP).

Pada tanggal 23 Mei 2007 IAI melaksanakan Kongres Luar Biasa (KLB) yang
memutuskan IAI adalah organisasi perofesi yang beranggotakan Perseorangan

dan Asosiasi. IAI KAP merubah formatnya menjadi Asosiasi akuntan publik
independen dengan nama Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) pada tanggal 24

Mei 2007. IAI KAP dibubarkan sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4 Juni 2007
Nomor Kep-22/SK/DPN/IAI/V/2007. Selanjutnya IAPI pada saat yang sama ditetapkan

menjadi anggota asosiasi IAI sesuai surat keputusan DPN IAI tanggal 4 Juni 2007
nomor Kep-23/SK/DPN/IAI/V/2007.

IAI KAM juga merubah formatnya menjadi Asosiasi independen dengan nama
Institut Akuntan Manajemen Indonesia (IAMI). Pada tanggal 1 September 2009 IAI

28
PORTOFOLIO AUDIT 2015

KAM dibubarkan, dan IAMI ditetapkan menjadi anggota asosiasi IAI sesuai surat

keputusan DPN IAI nomor Kep-72/SK/DPN/IAI/IX/2009.

Pada saat Kongres XI IAI dilaksanakan 10 Desember 2012, DPN IAI Periode 2010-
2014 diberi amanah untuk mengkaji usulan perubahan keanggotaan IAI serta

berwenang menentukan tindakan berikutnya. Kongres Luar Biasa IAI dilaksanakan


pada tanggal 27 Juni 2012 dengan keputusan IAI adalah organisasi profesi yang

beranggotakan perseorangan, terdiri dari Anggota Utama, Anggota Madya dan


Anggota Muda.

IAI terdiri dari tiga seksi:

1. IAI seksi Akuntan Publik, yaitu anggota IAI yang berprofesi sebagai akuntan
publik.

2. IAI seksi Akuntan Manajemen, yaitu anggota IAI yang bekerja dalam
perusahaan, termasuk BUMN, bank pemerintah dll.

3. IAI seksi Akuntan Pendidik, yaitu anggota IAI yang berprofesi sebagai
pendidik.

Komite IAI:

1. Komite Norma Pemeriksaan Akuntan


2. Komite Kode Etik

3. Komite Perpajakan

Perkembangan IAI
Sekarang IAI telah mengalami perkembangan yang sangat luas. Hal ini

merupakan perkembangan yang wajar karena profesi akuntan tidak dapat dipisahkan
dari dunia usaha yang mengalami perkembangan pesat. Salah satu bentuk

perkembangan tersebut adalah meluasnya orientasi kegiatan profesi, tidak lagi


semata-mata di bidang pendidikan akuntansi dan mutu pekerjaan akuntan, tetapi

29
PORTOFOLIO AUDIT 2015

juga upaya-upaya untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat dan peran dalam

perumusan kebijakan publik.


Anggota individu terdiri dari anggota biasa, anggota luar biasa, dan anggota

kehormatan. Anggota biasa adalah pemegang gelar akuntan atau sebutan akuntan
sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia dan pemegang

sertifikat profesi akuntan yang diakui oleh IAI. Anggota luar biasa adalah sarjana
ekonomi jurusan akuntansi atau yang serupa sesuai dengan perundang-undangan

yang berlaku yang terkait dengan profesi akuntan. Sedangkan anggota kehormatan
adalah warga negara Indonesia yang telah berjasa bagi perkembangan profesi

akuntan di Indonesia. Pada saat didirikannya, hanya ada 11 akuntan yang menjadi
anggota IAI, yaitu para pendirinya. Dari waktu ke waktu anggota IAI terus bertambah.

Para akuntan yang menjadi anggota IAI tersebar diseluruh Indonesia dan menduduki
berbagai posisi strategis baik dilingkungan pemerintah maupun swasta.

Sebagaimana keputusan Kongres Luar Biasa IAI pada bulan Mei 2007, selain
keanggotaan perorangan IAI juga memiliki keanggotaan berupa Asosiasi, dan pada

saat ini IAI telah memiliki satu anggota Asosiasi yaitu Institut Akuntan Publik
Indonesia (IAPI), yang sebelumnya tergabung dalam IAI sebagai Kompartemen

Akuntan Publik. Perusahaan pengguna jasa profesi akuntan sebagai corporate


member. IAI juga membuka keanggotaan selain para akuntan, yaitu para mahasiswa

akuntansi yang tergabung dalam junior member.


Pada skala internasional, IAI aktif dalam keanggotaan International Federation

of Accountants (IFAC) sejak tahun 1997. Di tingkat ASEAN IAI menjadi anggota
pendiri ASEAN Federation of Accountants (AFA). Keaktifan IAI di AFA pada periode

2006-2007 semakin penting dengan terpilihnya IAI menjadi Presiden dan Sekjen AFA.
Selain kerjasama yang bersifat multilateral, kerjasama yang bersifat bilateral juga

telah dijalin oleh IAI diantaranya dengan Malaysian Institute of Accountants (MIA) dan
Certified Public Accountant (CPA).

30
PORTOFOLIO AUDIT 2015

B. Sejarah Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)

Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) atau Indonesian Institute of Certified


Public Accountants (IICPA), mempunyai latar belakang sejarah yang cukup panjang,

dimulai dari didirikannya Ikatan Akuntan Indonesia di tahun 1957 yang merupakan
perkumpulan akuntan Indonesia yang pertama. Perkembangan profesi dan

organisasi Akuntan Publik di Indonesia tidak bisa dipisahkan dari perkembangan


perekonomian, dunia usaha dan investasi baik asing maupun domestik, pasar modal

serta pengaruh global. Secara garis besar tonggak sejarah perkembangan profesi
dan organisasi akuntan publik di Indonesia memang sangat dipengaruhi oleh

perubahan perekonomian negara pada khususnya dan perekonomian dunia pada


umumnya.

C. Ikatan Akuntan Indonesia Seksi Akuntan Publik (IAI-SAP) : 7 April 1977

Di masa pemerintahan orde baru, terjadi banyak perubahan signifikan dalam


perekonomian Indonesia, antara lain seperti terbitnya Undang-Undang Penanaman

Modal Asing (PMA) dan Penanaman Modal Dalam negeri (PMDN) serta berdirinya
pasar modal. Perubahan perekonomian ini membawa dampak terhadap kebutuhan

akan profesi akuntan publik, dimana pada masa itu telah berdiri banyak kantor
akuntan Indonesia dan masuknya kantor akuntan asing yang bekerja sama dengan

kantor akuntan Indonesia. 30 tahun setelah berdirinya IAI, atas gagasan Drs.
Theodorus M. Tuanakotta, pada tanggal 7 April 1977 IAI membentuk Seksi

Akuntan Publik sebagai wadah para akuntan publik di Indonesia untuk


melaksanakan program-program pengembangan akuntan publik.

D. Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) :

1994
Dalam kurun waktu 17 tahun sejak dibentuknya Seksi Akuntan Publik, profesi

akuntan publik berkembang dengan pesat. Seiring dengan perkembangan pasar


modal dan perbankan di Indonesia, diperlukan perubahan standar akuntansi

31
PORTOFOLIO AUDIT 2015

keuangan dan standar profesional akuntan publik yang setara dengan standar

internasional. Dalam Kongres IAI ke VII tahun 1994, anggota IAI sepakat untuk
memberikan hak otonomi kepada akuntan publik dengan merubah Seksi Akuntan

Publik menjadi Kompartemen Akuntan Publik.

E. Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) : 24 Mei 2007


Setelah hampir 50 tahun sejak berdirinya perkumpulan akuntan Indonesia,

tepatnya pada tanggal 24 Mei 2007 berdirilah Institut Akuntan Publik Indonesia
(IAPI) sebagai organisasi akuntan publik yang independen dan mandiri dengan

berbadan hukum yang diputuskan melalui Rapat Umum Anggota Luar Biasa IAI
Kompartemen Akuntan Publik.

Berdirinya Institut Akuntan Publik Indonesia adalah respons terhadap dampak


globalisasi, dimana Drs. Ahmadi Hadibroto sebagai Ketua Dewan Pengurus Nasional

IAI mengusulkan perluasan keanggotaan IAI selain individu. Hal ini telah diputuskan
dalam Kongres IAI X pada tanggal 23 Nopember 2006. Keputusan inilah yang

menjadi dasar untuk merubah IAI Kompartemen Akuntan Publik menjadi asosiasi
yang independen yang mampu secara mandiri mengembangkan profesi akuntan

publik. IAPI diharapkan dapat memenuhi seluruh persyaratan International Federation


of Accountans (IFAC) yang berhubungan dengan profesi dan etika akuntan publik,

sekaligus untuk memenuhi persyaratan yang diminta oleh IFAC sebagaimana


tercantum dalam Statement of Member Obligation (SMO).

Pada tanggal 4 Juni 2007, secara resmi IAPI diterima sebagai anggota asosiasi
yang pertama oleh IAI. Pada tanggal 5 Pebruari 2008, Pemerintah Republik Indonesia

melalui Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.01/2008 mengakui IAPI sebagai


organisasi profesi akuntan publik yang berwenang melaksanakan ujian sertifikasi

akuntan publik, penyusunan dan penerbitan standar profesional dan etika akuntan
publik, serta menyelenggarakan program pendidikan berkelanjutan bagi seluruh

akuntan publik di Indonesia.

32
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Perjalanan panjang keberhasilan organisasi akuntan publik dalam programnya

meningkatkan profesi ini di Indonesia adalah berkat jasa para akuntan publik di
Indonesia dibawah kepemimpinan :

33
PORTOFOLIO AUDIT 2015

PENJELASAN :

1. Drs. Theodorus M. IAI-SAP 1977 - 1979


Tuanakotta
2. Drs. MP. Sibarani IAI-SAP 1979 - 1984
3. Drs. Ruddy Koesnadi IAI-SAP/IAI- 1984 - 1995
KAP
4. Drs. Iman Sarwoko IAI-KAP 1995 - 1997
5. Drs. Amir Abadi Jusuf IAI-KAP 1997 - 1999
6. Drs. Ahmadi Hadibroto IAI-KAP 1999 - 2003
7. Dra. Tia Adityasih IAI-KAP 2003 - 2007
8. Dra. Tia Adityasih IAPI 2007 - 2012
9. Tarkosunaryo IAPI 5 Juni 2013 - kini

34
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 3

PROFESI AKUNTANSI

A. Profesi Akuntansi Di Indonesia

Profesi Akuntansi
Menurut International Federation of Accountants (IFAC, dalam Regar, 2003)

yang dimaksud dengan profesi akuntan adalah semua bidang pekerjaan yang
mempergunakan keahlian di bidang akuntansi, termasuk bidang pekerjaan akuntan

publik, akuntan intern yang bekerja pada perusahaan industri, keuangan atau
dagang, akuntan yang bekerja di pemerintah, dan akuntan sebagai pendidik. Dalam
arti sempit, profesi akuntan adalah lingkup pekerjaan yang dilakukan oleh akuntan
sebagai akuntan publik yang lazimnya terdiri dari pekerjaan audit, akuntansi, pajak

dan konsultan manajemen.


Profesi Akuntan biasanya dianggap sebagai salah satu bidang profesi seperti

organisasi lainnya, misalnya Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Supaya dikatakan profesi ia
harus memiliki beberapa syarat sehingga masyarakat sebagai objek dan sebagai

pihak yang memerlukan profesi, mempercayai hasil kerjanya. Adapun ciri profesi
menurut Harahap (1991) adalah sebagai berikut:
Memiliki bidang ilmu yang ditekuninya yaitu yang merupakan pedoman
dalam melaksanakan keprofesiannya.

Memiliki kode etik sebagai pedoman yang mengatur tingkah laku anggotanya
dalam profesi itu.

Berhimpun dalam suatu organisasi resmi yang diakui oleh masyarakat atau
pemerintah.

Keahliannya dibutuhkan oleh masyarakat.


Bekerja bukan dengan motif komersil tetapi didasarkan kepada fungsinya

sebagai kepercayaan masyarakat.

35
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Persyaratan ini semua harus dimiliki oleh profesi Akuntan sehingga berhak

disebut sebagai salah satu profesi. Perkembangan profesi akuntansi sejalan dengan
jenis jasa akuntansi yang diperlukan oleh masyarakat yang makin lama semakin

bertambah kompleksnya. Gelar akuntan adalah gelar profesi seseorang dengan


bobot yang dapat disamakan dengan bidang pekerjaan yang lain. Misalnya bidang

hukum atau bidang teknik. Secara garis besar Akuntan dapat digolongkan sebagai
berikut:

1. Akuntan Pendidik
Akuntan pendidik adalah akuntan yang bertugas dalam pendidikan akuntansi,

melakukan penelitian dan pengembangan akuntansi, mengajar, dan


menyusun kurikulum pendidikan akuntansi di perguruan tinggi. Seseorang

berhak menyandang gelar Akuntan bila telah memenuhi syarat antara lain:
Pendidikan Sarjana jurusan Akuntansi dari Fakultas Ekonomi Perguruan Tinggi

yang telah diakui menghasilkan gelar Akuntan atau perguruan tinggi swasta
yang berafiliasi ke salah satu perguruan tinggi yang telah berhak memberikan

gelar Akuntan. Selain itu juga bisa mengikuti Ujian Nasional Akuntansi (UNA)
yang diselenggarakan oleh konsorsium Pendidikan Tinggi Ilmu Ekonomi yang

didirikan dengan SK Mendikbud RI tahun 1976.

2. Akuntansi Non Pendidik


Akuntan Publik (Public Accountants)

Akuntan publik atau juga dikenal dengan akuntan eksternal adalah


akuntan independen yang memberikan jasa-jasanya atas dasar

pembayaran tertentu. Mereka bekerja bebas dan umumnya mendirikan


suatu kantor akuntan. Yang termasuk dalam kategori akuntan publik

adalah akuntan yang bekerja pada kantor akuntan publik (KAP) dan
dalam prakteknya sebagai seorang akuntan publik dan mendirikan

kantor akuntan, seseorang harus memperoleh izin dari Departemen


Keuangan. Seorang akuntan publik dapat melakukan pemeriksaan

36
PORTOFOLIO AUDIT 2015

(audit), misalnya terhadap jasa perpajakan, jasa konsultasi manajemen,

dan jasa penyusunan sistem manajemen.

Akuntansi Pajak
Akuntansi pajak adalah setiap pembayaran/ pemungutan/ pemotongan

pajak yang dilakukan perusahaan adalah transaksi finansial yang harus


dicatat sesuai dengan tugas dan fungsi akuntansi. Pajak mempunyai

beberapa sifat sebagai berikut yaitu :


Pajak merupakan Iuran masyarakat kepada pemerintah yang

pembayarannya dapat dipaksakan. Karena dapat dipaksakan ini


sering petugas pajak berlaku sewenang-wenang dalam

menjalankan tugasnya. Hal ini juga dipicu oleh banyaknya wajib


pajak yang tidak memenuhui kewajibannyanya sebagaimana

mestinya serta kekeliruan dalam mencatat transaksi, khususnya


yang berhubungan dengan pajak. Pemungutan pajak

berdasarkan undang-undang dan berpihak kepada kepentingan


pemerintah. Banyak pengusaha menilai undang-undang dan

peraturan perpajakan tidak kondusif.


Pajak digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah.

Wajib pajak tidak mendapat imbalan jasa (kontraperstasi) secara


langsung, akan tetapi wajib pajak mendapat perlindungan dari

negara dalam mendapatkan pelayanan sesuai haknya sebagai


warga negara.

Pajak mempunyai fungsi mengatur sektor sosial, ekonomi


maupun budaya.

37
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Berdasarkan cara pemungutannya (khususnya pajak pusat) dapat dibagi

atas:
i. Pajak langsung, Pajak Penghasilan, Pajak kekayaan yang

dikenakan berulang-ulang pada waktu tertentu sesuai undang-


undang. Pajak penghasilan dan pajak kekayaan ditanggung dan

dibayar oleh wajib pajak dan tidak dapat dipindahkan kepada pihak
lain.

ii. Pajak tidak langsung, Pajak Penjualan, Bea meterai, dikenakan


pada saat terjadinya perbuatan/transaksi kena pajak, dapat

dipindahkan kepada pihak lain.


3. Akuntan Intern (Internal Accountant)

Akuntan intern adalah akuntan yang bekerja dalam suatu perusahaan atau
organisasi. Akuntan intern ini disebut juga akuntan perusahaan atau akuntan

manajemen. Jabatan tersebut yang dapat diduduki mulai dari staf biasa
sampai dengan Kepala Bagian Akuntansi atau Direktur Keuangan. Tugas

mereka adalah menyusun sistem akuntansi, menyusun laporan keuangan


kepada pihak-pihak eksternal, menyusun laporan keuangan kepada pemimpin

perusahaan, menyusun anggaran, penanganan masalah perpajakan dan


pemeriksaan intern.

4. Akuntan Pemerintah (Government Accountants)

Akuntan pemerintah adalah akuntan yang bekerja pada lembaga-lembaga


pemerintah, misalnya di kantor Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan

(BPKP), Badan Pengawas Keuangan (BPK).

5. Akuntan Keuangan
Akuntansi keuangan adalah bagian dari akuntansi yang berkaitan

dengan penyiapan laporan keuangan untuk pihak luar, seperti


pemegang saham, kreditor, pemasok, serta pemerintah. Prinsip utama

38
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang dipakai dalam akuntansi keuangan adalah persamaan akuntansi

(Aset = Liabilitas + Ekuitas).


B. Profesi Akuntansi Internasional

CPA ( Certified Public Accountant )

CPA (Certified Public Accountant) adalah sebutan untuk akuntan yang


berkualitas di Amerika Serikat yang telah lulus Uniform Certified Public Accountant

Examination dan sudah memenuhi pendidikan di beberapa negara serta persyaratan


pengalaman untuk sertifikasi sebagai CPA. Seseorang yang telah lulus Ujian tetapi

belum menyelesaikan persyaratan pengalaman kerja maka belum diizinkan sebagai


CPA Aktif. Di negara bagian AS, hanya CPA yang berlisensi mampu memberikan

kepada atestasi publik (termasuk auditing) pendapat mengenai laporan keuangan.


Pengecualian aturan ini adalah Arizona, Kansas, North Carolina dan Ohio.

CIA (Certified Internal Auditor)

CIA (Certified Internal Auditor) adalah sebutan profesional utama yang


ditawarkan oleh The IIA. Penunjukkan CIA sertifikasi hanya secara global diterima

untuk auditor internal dan tetap standar dengan mana individu menunjukkan
kompetensi dan profesionalisme di bidang audit internal. Kandidat meninggalkan

program diperkaya dengan pengalaman pendidikan, informasi, dan alat-alat bisnis


yang dapat diterapkan langsung dalam organisasi atau lingkungan bisnis. Banyak CIA

sekarang adalah senior manajer audit internal, wakil presiden, direksi dan kepala
audit eksekutif diatas perusahaan-perusahaan MNC global yang memegang kontrol

fungsi audit internal dimasing-masing perusahaan.


Misi dari lembaga ini adalah untuk memberikan kepemimpinan yang

dinamis untuk profesi audit internal. Yang termasuk dalam hal ini ialah :
Advokasi dan mempromosikan nilai keprofesionalan audit internal

Memberikan pendidikan profesional yang komprehensif dan pengembangan


peluang, standar dan bimbingan praktek profesional dan program sertifikasi.

39
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Meneliti, menyebarkan dan mempromosikan kepada praktisi dan pemangku

kepentingan tentang audit internal dan peran yang tepat dalam pengendalian,
manajemen resiko dan tata kelola.

Mendidik praktisi dan pengawas lain yang relevan pada praktik terbaik dalam
audit internal.

Membawa bersama auditor internal dari semua negara untuk berbagi


informasi dan pengalaman.

Calon CIA harus memenuhi persyaratan kelayakan berikut untuk pendidikan, karakter

dan pengalaman kerja, yaitu:


Pendidikan, calon CIA harus memegang gelar sarjana (atau derajat lebih

tinggi) atau setara pendidikan dari lembaga perguruan tinggi tingkat


terakreditasi.

Karakter, calon CIA harus menunjukkan karakter moral dan profesional yang
tinggi dan harus menyerahkan Formulir Referensi Karakter ditandatangani

oleh CGAP, CCSA, CFSA atau supervisor kandidat.


Pengalaman kerja, calon CIA harus mendapatkan minimal 24 bulan

pengalaman audit internal atau setara.

CGA (Certified General Accountant)


CGA (Certified General Accountant) adalah sebutan profesional yang secara

bersama-sama anggota Bersertifikat Akuntan Umum Asosiasi Kanada (CGA-Kanada)


dan CGA provinsi atau wilayah asosiasi, atau asosiasi CGA luar negeri. Provinsi,

teritorial dan lepas pantai CGA asosiasi afiliasi bekerja sama dengan CGA-Kanada
sebagai bagian dari federasi. Sebuah CGA adalah akuntansi profesional dengan

keahlian di bidang keuangan, perpajakan, strategi bisnis, audit, manajemen dan


kepemimpinan bisnis. CGA harus memenuhi persyaratan pendidikan, pengalaman

dan pemeriksaan didirikan, dan secara teratur ditingkatkan, oleh CGA-Kanada.

40
PORTOFOLIO AUDIT 2015

CGA-Kanada memiliki 47.500 anggota dan 25.500 siswa pada tahun 2009,

sehingga tumbuh dan tercepat kedua terbesar akuntansi sebutan profesional di


Kanada. Program CGA studi profesional yang ditawarkan di Kanada, Bermuda,

Karibia, Hong Kong dan daratan Cina. CGA bekerja di seluruh dunia dalam industri,
perdagangan, keuangan, pemerintah, praktik publik dan sektor tidak-untuk-

keuntungan.

CA (Chartered Accountant)
CA (Chartered Accountant) adalah akuntan pertama untuk membentuk suatu

badan profesional, awalnya didirikan di Inggris pada 1854. Society Edinburgh


Akuntan (dibentuk 1854), Institut Glasgow Akuntan dan Aktuaris (1854) dan

Masyarakat Aberdeen Akuntan (1867) masing-masing diberikan sebuah piagam


kerajaan hampir dari awal mereka. Chartered Accountant bekerja di semua bidang

bisnis dan keuangan. Beberapa CA terlibat dalam pekerjaan akuntan publik, yang lain
bekerja di sektor swasta dan beberapa dipekerjakan oleh badan pemerintah. Institut

Akuntan Chartered mengharuskan anggota untuk melakukan tingkat minimum


pengembangan profesional berkelanjutan untuk tetap di depan rekan-rekan mereka.

Mereka memfasilitasi kelompok-kelompok minat khusus - memimpin pemikiran


akademik dan profesional dalam akuntansi. Mereka memberikan dukungan kepada

anggota dengan menawarkan jasa konsultasi, helplines teknis dan perpustakaan


teknis. Mereka menawarkan kesempatan untuk jaringan profesional dan karir dan

pengembangan bisnis. Di Amerika Serikat CA setara dengan CPA (Certified Public


Accountant).

41
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN III
STANDAR AUDIT OLEH ISA (International Standards on
Auditing)

Pencanangan Adopsi ISA

Pada tanggal 23 Mei 2012 Pusat Pembinaan Akuntan dan Jasa Penilai (PPAJP)
Kementrian Keuangan dan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) melakukan public

hearing dan sosialisasi exposure draft dari standar audit berbasis International

Standards on Auditing (ISA).

Indonesia akan mengadopsi ISA dalam audit laporan keuangan periode yang

dimulai pada atau setelah 1 Januari 2013. Bapak Langgeng Subur, Kepala PPAJP
dalam pesan lisannya, antara lain menyampaikan : Kami menyambut baik dan yang

diterbitkan oleh IFAC. Lebih lanjut Langgeng berharap penerapan ISA akan
meningkatkan kepercayaan investor global terhadap kualitas informasi keuangan di

Indonesia.

Mengapa ISA ?

Pasar uang dan pasar modal dunia diguncang oleh manipulasi pelaporan
keuangan yang (dalam istilah ISA) bersifat massive dan pervasive. Wall Street

bertanya where were the auditors? dalam berbagai skandal pelaporan keuangan
yang dilakukan oleh beberapa entitas besar di dunia yaitu :

1. Enron, Bernard L. Madoff Investment Securuties LLC, Lehman Brothers dan

lain-lain di Amerika Serikat.


2. Parmalat, Ahold dan lain-lain di Eropa.

3. Satyam Computer Service, Kanebo, Ltd., Olympus Corporation, Nikko Cordial


dan lain-lain di Asia.

42
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Indonesia tidak imun terhadap praktik manipulasi laporan keuangan. ISA dan standar

lain yang dikeluarkan IFAC dimaksudkan untuk mencapai pelaporan keuangan yang
berkualitas dalam tatanan global.

Sebelum ISA

Sebelum Indonesia menegaskan akan mengadopsi ISA, Tuanakotta menulis


buku berjudul Berpikir Kritis dalam Auditing yang menjembatani standar terdahulu

dan standar berbasis ISA. Meskipun ISA berbeda dalam substansi dari standar audit
terdahulu, tujuannya tidak berbeda. ISA seperti standar yang terdahulu ingin

mencapai mutu audit yang dapat diandalkan pemakai laporan keuangan, dengan
memberikan asurans yang memadai (reasonable assurance). ISA dan standar audit

terdahulu tidak memberikan asurans yang mutlak (absolute assurance). Perbedaan


utama antara ISA dan standar audit terdahulu ialah tekanan pada berpikir kritis.

Sayangnya, pemikiran filosofis yang dipelopori Mautz dan Sharaf enam dasawarsa
yang lalu disubsitusi oleh checklists dan tuntutan pasar atau persaingan yang sering

mengorbankan independensi.

Kekuatan Pasar

Sebelum profesi di Indonesia mencanangkan untuk mengadopsi ISA, ada


kantor akuntan publik (KAP) yang sudah menyiapkan diri ke arah itu. KAP Indonesia

yang mempunyai jaringan global seperti the Big Four dan jaringan internasional
lainnya yang melayani klien global dan internasional yang mengadopsi standar-

standar IFAC. Beberapa diantaranya sejak awal 2000-an sudah aktif melatih partner
dan staf metodologi audit berbasis ISA, berkomunikasi dan menyiapkan klien audit

mereka dengan mengenalkan ketentuan-ketentuan dan kewajiban yang ditetapkan


ISA.

43
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Ada Nilai Tambah

Siapa penerima nilai tambah? Target utamanya tentu para investor dan calon
investor yang dengan standar baru akan memperoleh manfaat terbesar. Akan tetapi

pada akhirnya, profesi akuntansi juga yang memperoleh manfaat terbesar. Setidak-
tidaknya, profesi meraih nilai tambah tidak berwujud (intangible) berupa peningkatan

mutu audit. Tentu ada peningkatan beban audit yang tidak selamanya tercermin
dalam tambahan fee. Beban audit dalam tahun-tahun pertama sangat signifikan,

berupa biaya pendidikan dan pelatihan, oenerbitan kembali pedoman audit yang
dipakai KAP, sampai pada opportunity cost karena partner harus mengikuti pelatihan

atau memberi pelatihan kepada stafnya atau memberi penjelasan kepada kliennya,
dan lebih banyak waktu partner (dalam ketentuan ISA) pada setiap perikatan.

Mengenyampingkan Pro-Kontra

Dua argumen diatas, yakni kekeuatan pasar dan nilai tambah, seharusnya

merupakan insentif yang cukup bagi praktisi dan profesi untuk


mengimplementasikan perubahan ke arah perbaikan. Namun, ini adalah kesimpulan

umum yang belum tentu berlaku bagi setiap praktisi mengingat struktur manfaat-
biaya yang berbeda.

Oleh karena itu, seperti halnya dalam menghadapi desakan lain untuk

berubah, praktisi mengenyampingkan argumen pro dan kontra manfaat-biaya dan


memutuskan untuk berubah karena tuntutan lingkungan dimana kita berpraktik.

IFAC mempunyai Small and Medium Practices Commitee yang berupaya


meningkatkan kapasitas SMP secara global. Dimana pada saat Tuanakotta menulis

buku ini, SMP Commitee mengundang SMP dari seluruh dunia untuk membahas :

Perubahan apa yang Anda rasa perlu untuk meringankan beban peraturan

(regulatory burden) yang Anda dan klien-klien Usaha Kecil dan Menengah
(UKM) hadapi?

44
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Tantangan apa yang Anda hadapi dalam upaya memberikan lebih banyak

nasihat bisnis kepada klien-klien UKM?


Ceritakan pendapat Anda mengenai Guide to Practice Management for SMP

(pedoman untuk SMP, yang diterbitkan IFAC).

IFAC juga menerbitkan buku petunjuk untuk KAP dengan praktisi tunggal dan

KAP dengan partner antara 2-5 orang. Diantaranya :

IFAC, Tips for Cost-Effective ISQC 1 Application, April 2011


IFAC, Guide to Quality Control for Small and Medium Sized Practices

Implementation Guide, Maret 2009.

Bacaan pertama mengenai tips sederhana untuuk KAP kecil mengembangkan QC


yang cost-effective. Istilah cost-effective dalam hubungannya dengan jasa audit,

bermakna manfaat audit tersebut bagi klien itu sepadan dengan biaya (cost dan fee)
yang dibebankan oleh KAP kepadanya.

Bacaan kedua berisi tentang publikasi yang lebih besar dari bacaan kedua. Praktisi
kecil dan menegah yang tidak mempunyai waktu untuk membuat pedoman

mengenai kendali mutu dapat memanfaatkan kedua terbitan ini.

Dampak Adopsi ISA pada Kenaikan Biaya

Apakah menegadopsi ISA akan meningkatkan biaya? Ini tentunya bukan


pertanyaan sederhana. Suatu studi yang dilakukan oleh Annette G. Kohler dan rekan-

rekannya dari University of Duisburg-Essen, membuat perkiraan kenaikan biaya ini


dalam kerangka penerapan ISA oleh negara-negara Masyarakat Uni Eropa. Untuk

memahami kenaikan biaya yang diperkirakan atudi tersebut, ada beberapa


pengertian yang perlu dipahami, adalah sebagai berikut :

Tanggapan terhadap survei datang dari tiga kelompok responden, yaitu

kantor-kantor akuntan yang tergabung dalam Forum of Firms (FoF), peserta

45
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pasar modal (capital market participants), dan regulator di bidang audit dari

negara-negara Uni Eropa.


Seluruh pasar audit (audit market) dicakup oleh kantor-kantor akuntan yang

tergabung dalam FoF (kantor akuntan Non-FoF). Studi ini mengekstrapolasi


kenaikan biaya (karena mengadopsi ISA) dalam audit oleh kantor akuntan

non-FoF, berdasarkan perkiraan kenaikan biaya dalam audit oleh kantor


akuntan FoF.

Ada dua jenis klasifikasi biaya dalam studi ini, yakni biaya-biaya yang
berulang-ulang terjadi setiap tahun (recurring cost) dan biaya yang sekali

terjadi (one-off cost), yakni kentika mulai mengadopsi ISA.

Menjelaskan Sifat Perubahan dengan Pendekatan Pertama

Jika kita mencermati perbedaan antara ISA dan standar audit sebelumnya,
akan terlihat perubahan yang substansif dan mendasar. Dalam periklanan ada teknik

pencitraan yang memberi kesan produk baru lebih baik dari produk lama, meskipun
kandungan kimiawi kedua prodek tersebut sama saja. Ini bukan perubahan substansi,

melainkan sekedar perubahan bungkus, label atau format. Perubahan mendasar


mencerminkan cara berpikir berbeda yang melandasi teknik audit tertentu.

Auditing Berbasis Risiko

Ciri yang paling menonjolndari auditing berbasis ISA adalah penekanan

terhadap aspek risiko. Audit berbasis ISA tidak lain dari audit berbasis risiko (risk-
based audit). Arens dan penulis-penulis lain mengubah pemikiran audit itu ke dalam

pendekatan siklus (cycle approach) yang mengintegrasikan audit atas seluruh akun
dalam siklus yang bersangkutan. Arens dan rekan-rekan tidak mengabaikan faktor

risiko. Namun, ISAs memberikan penekanan yang sangat besar terhadap faktor risiko,
sejak auditor mempertimbangkan untuk menerima ataun menolak suatu entitas
dalam penugasan auditnya sampai sesudah laporan yang berisi opininya diterbitkan.

46
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pendekatan risk based audit memerlukan keterlibatan internal auditor dalam

risk assessment. Risk assessment menyoroti peran internal auditor dalam identifikasi
dan analisis risiko-risiko bisnis yang dihadapi perusahaan. Oleh karena itu diperlukan

sikap proaktif dari internal auditor dalam mengenali resiko-resiko yang dihadapi
manajemen dalam mencapai tujuan organisasinya. Internal auditor dapat menjadi

mitra manajemen dalam meminimalkan resiko kerugian (loss) serta memaksimalkan


peluang (opportunity) yang dimiliki perusahaan. Penentuan tujuan dan ruang lingkup

audit serta alokasi sumber daya internal auditor sepenuhnya didasarkan pada
prioritas tingkat resiko bisnis yang dihadapi organisasi. Dalam risk assessment

terdapat 3 (tiga) konsep penting yaitu tujuan (goal), resiko (risk) dan kontrol
(control). Tujuan merupakan outcome yang diharapkan dapat dihasilkan oleh suatu

proses atau bisnis. Risiko adalah kemungkinan suatu kejadian / tindakan akan
menggagalkan atau berpengaruh negatif terhadap kemampuan organisasi dalam

mencapai tujuan bisnisnya, sedangkan kontrol merupakan elemenelemen organisasi


yang mendukung manajemen dan karyawan dalam mencapai tujuan organisasi.

Agar risk based audit dapat berhasil dengan baik diperlukan kerjasama antara

internal auditor dengan manajemen dalam melakukan control self assessment.


Control self assessment merupakan proses dimana manajemen melakukan self

assessment terhadap pengendalian atas aktivitas pada unit operasional masing-


masing dengan bimbingan internal auditor.

Dalam hal ini, manajemen melakukan identifikasi resiko bisnis serta


mengevaluasi apakah telah ada pengendalian yang dapat mengurangi resiko

tersebut serta mengembangkan action plan untuk meningkatkan pengendalian


yang ada. Manfaat utama dari control self assessment oleh manajemen adalah adanya

kesadaran bahwa tanggung jawab untuk menilai risiko dan pengendalian aktivitas
suatu organisasi berada ditangan manajemen sendiri sehingga

dapat meningkatkan ownership of control.

47
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Peran auditor intern dalam kaitannya dengan pengelolaan risiko oleh

manajemen adalah memberikan pendapat yang independen dan objektif atas


kemampuan manajemen dalam mengidentifikasi dan mengelola risiko pada tingkat

yang dapat diterima.

ISAs menegaskan berulang-ulang bahwa kewajiban auditor (dengan istilah


auditor shall) dalam menilai risiko (to assessed risk), dalam menanggapi risiko yang

dinilai (to respond to assessed risk), dalam mengevaluasi risiko yang ditemukan
(detected risk), baik yang dikoreksi maupun yang tidak dikoreksi entitas. Penegasan

ini bermakna, jika auditor tidak menjalankan kewajibannya.

Dari Rules-based ke Principles-based Standards

ISA dan IFRS (Intenational Financing Reporting Standards) adalah standar-

standar berbasis prinsip (principle-based standards), yang merupakan perubahan


besar dari standar-standar sebelumnya yang berbasis aturan (rules-based standards).

Berpaling dari Model Matematis

Pendekatan matematis ini mempunyai kelemahan yang serius yakni membuat

auditor menjadi robot. Mentalitas robot ini juga terlihat dalam mengisi check list
yang seharusnya merupakan alat bantu bagi auditor berpikir. Dalam praktiknya, alat

bantu ini justru menbuat auditor berhenti berfikir. Salah satu sifat dari model-model
matematis, ialah kerumitannya. Kerumitan atau kompleksitas model itu seperti black

box yang memberikan jawaban yang tepat.

ISAs menekankan (dan berulang-ulang menggunakan istilah the auditor shall

dalam setiap ISA) penggunaan professional judgement. Gagasan mengenai


professional judgement sebenarnya bukan barang baru. Mahasiswa auditing tahun

1960-an mengenalnya lewat penelitian dasar dan tulisan Mautz dan Sharaf,

48
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Philosophy of auditing. Namun dalam praktiknya, kotak hitam dan model matematis

diterapkan secara otomatis. Inilah contoh mendasar yang ditekankan oleh ISA.

Pengendalian Internal

Pengendalian internal merupakan perubahan mendasar dalam standar audit

dan bagian yang tidak terpisahkan dari audit berbasis risiko. Contoh dari cara
berpikir lama dapat dilihat dari banyaknya praktik di Indonesia. Akuntan publik

mereview sistem pengendalian internal, dan produk yang dihasilkannya ialah


rekomendasi perbaikan sistem (dalam surat manajemen atau management letter).

Yang terpentig justru tidak dilakukan auditor, ia tidak mengaitkan prosedur audit
selanjutnya dengan hasil review atas pengendalian internal.

Internal Audit Berbasis COSO

Internal audit sudah demikian berkembang yang sebelumnya accounting-oriented


kini menjadi management-oriented. Dengan demikian internal auditor lebih banyak

berperan dalam memberikan kontribusinya dalam memajukan perusahaan melalui


aktivitas-aktivitas yang memberi nilai tambah (value-added activities) dalam sudut

pandang COSO. Tujuan yang akan dicapai adalah :

Efektifitas dan Efisiensi Operasi.


Keandalan Pelaporan Keuangan, dan

Kepatuhan atau ketaatan terhadap Hukum dan peraturan yang berlaku.


Pengamanan aset (tujuan ini dimasukkan dalam laporan, meskipun tidak

ditempat dimana ketiga lainnya dicantumkan.

Laporan COSO mengidentifikasi lima komponen pengendalian internal yang

berpengaruh terhadap kemampuan organisasi dalam mencapai sasaran


pengendalian internal.

49
PORTOFOLIO AUDIT 2015

1. Lingkungan Pengendalian

Lingkungan pengendalian mengacu pada faktor-faktor umum yang


menetapkan sifat organisasi dan memengaruhi kesadaran karyawannya

terhadap pengendalian. Faktor-faktor ini meliputi integritas, nilai-nilai etika


serta filosofi dan gaya operasi manajemen. Juga meliputi cara manajemen

memberikan wewenang dan tanggung jawab, mengatur dan


mengembangkan karyawannya, serta perhatian dan arahan yang diberikan

oleh dewan direksi.

2. Penentuan Risiko
Penentuan risiko adalah identifikasi dan analisis risiko yang mengganggu

pencapaian sasaran pengendalian internal.

3. Aktivitas Pengendalian
Aktivitas pengendalian adalah kebijakan dan prosedur yang dikembangkan

oleh organisasi untuk menghadapi risiko. Aktivitas-aktivitas pengendalian


meliputi hal-hal berikut :

Penelaahan kinerja, merupakan aktivitas-aktivitas yang mencakup


analisis kinerja, misalnya melalui perbandingan hasil aktual dengan

anggaran, proyeksi standar, dan data periode lalu.


Pemisahan tugas, mencakup pembebanan tanggung jawab untuk

otorisasi transaksi, pelaksanaan transaksi, pencatatan transaksi dan


pemeliharaan aset kepada karyawan yang berbeda-beda.

Pengendalian aplikasi, diterapkan pada masing-masing aplikasi SIA


(misalnya entry pesanan dan utang usaha).

Pengendalian umum, adalah pengendalian umum yang berkaitan


dengan banyak aplikasi. Sebagai contoh, pengendalian yang

membatasi akses ke komputer, peranti lunak, dan data perusahaan.

50
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pengendalian umum juga mencakup pengendalian atas proses

pengembangan dan pemeliharaan peranti lunak aplikasi.

4. Informasi dan Komunikasi


Sistem informasi perusahaan merupakan kumpulan prosedur (otomatisasi dan

manual) dan record yang dibuat untuk memulai, mencatat, memproses dan
melaporkan kejadian pada proses entitas. Komunikasi meliputi penyediaan

pemahaman mengenai peran dan tanggung jawab individu.

5. Pengawasan
Manajemen harus mengawasi pengendalian internal untuk memastikan bahwa

pengendalian organisasi berfungsi sebagaimana dimaksudkan.

51
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN IV

KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Etika profesional dikeluarkan oleh organisasi profesi untuk mengatur perilaku

anggotanya dalam menjalankan praktik profesinya bagi masyrakat.Dalam kongresnya


tahun 1973, Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) untuk pertama kalinya menetapkan kode

etik bagi profesi akuntan di Indonesia. Kode etik ini kemudian disempurnakan dalam
kongres IAI tahun 1981 dan tahun 1986, dan kemudian diubah lagi dalam kongres

IAI tahun 1990, 1994 dan 1998. Pembahasan mengenai kode etik profesi akuntan ini
didasarkan pada Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia yang ditetapkan dalam kongres

VIII tahun 1998.

Ikatan akuntan Indonesia adalah satu-satunya organisasi profesi akuntan di


Indonesia.Ikatan Akuntan Indonesia beranggotakan auditor dari berbagai tipe

(auditor independen dan audit intern), akuntan manajemen, akuntan yang bekerja
sebagai pendidik, serta akuntan sektor public. Organisasi IAI dibagi menjadi empat

kompartemen:

a. Kompartemen Akuntan Publik


b. Kompartemen Akuntan Manajemen

c. Kompartemen akuntan pendidik


d. Kompartemen Akuntan Sektor Publik

Pasal-pasal dalam Kode Etik Akuntan dikelompokkan menjadi dua golongan:

a. Pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan anggota IAI


b. Pasal-pasal yang mengatur perilaku semua akuntan yang berpraktik dalam

profesi akuntan public.

Kode Etik Akuntan Indonesia dibagi menjadi Sembilan bagian berikut ini:

a. Pembukaan

52
PORTOFOLIO AUDIT 2015

b. BAB I: Kepribadian

c. BAB II: Kecakapan profesional


d. BAB III: tanggung jawab

e. BAB IV: ketentuan khusus


f. BAB V: pelaksanaan kode etik

g. BAB VI: suplemen dan penyempurnaan


h. BAB VII: penutup

i. BAB VIII: pengesahan

BAB I dan BAB II berisi pasal-pasal yang mengatur semua akuntan anggota IAI

sedangkan BAB IV ketentuan khusus berisi pasal-pasal yang mengatur secara khusus
anggota IAI yang berpraktik dalam profesi Akuntan Publik. Mulai tahun 1998

terjadinya perubahan struktur etika profesional yang dipakai oleh IAI.Organisasi IAI
menetapkan delapan prinsip etika tersebut kedalam aturan etika yang berlaku secara

khusus bagi anggota IAI yang bergabung dalam masing-masing kompartemen.

AKUNTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN

Kantor akuntan publik merupakan tempat penyediaan jasa oleh profesi akuntan
public bagi masyarakat.Kantor akuntan publik menyediakan berbagai jasa bagi
masyarakat berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik. Berdasarkan standar
tersebut, kantor akuntan public dapat menyediakan:

a. Jasa audit atas laporan keuangan historis

b. Jasa atestasi atas laporan keuangan prospektif atau asersi selain yang
dicantumkan dalam laporan keuangan historis

c. Jasa akuntansi an review


d. Jasa konsultasi (consulting services).

Akuntan publik adalah akuntan yang berpraktik dalam kantor akuntan publik,
yang menyediakan berbagai jasa yang diatur dalam Standar Profesional Akuntan
Publik (auditing,atestasi, akuntan dan review, dan jasa konsultasi).

53
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Auditor independen adalah akuntan publik yang melaksanakan penugasan audit

atas laporan keuangan historis, yang menyediakan jasa audit atas dasar standar
auditing yang tercantum dalam Standar Profesional Akuntan Publik.

RERANGKA KODE ETIK IKATAN AKUNTAN INDONESIA

Kode etik IAI dibagi menjadi empat bagian berikut ini:

a. Prinsip etika
b. Aturan etika

c. Interpretasi Aturan Etika


d. Tanya dan jawab

Prinsip etika memberikan rerangka dasar bagi aturan etika yang mengatur
pelaksanaan pemberian jasa profesional oleh anggota IAI, sedangkan aturan Etika

disahkan oleh Rapat Anggota Kompartemen dan hanya mengikat anggota


Kompartemen yang bersangkutan.Interpretasi etika merupakan interpretasi yang

dikeluarkan oleh pengurus kompartemen setelah memperhatikan tanggapan dari


anggota dan pihak-pihak yang berkepentingan lainyya, sebagai panduan penerapan

aturan etika, tanpa dimaksudkan untuk membatasi lingkup dan penerapannya.Tanya

dan jawab memberikan penjelasan atas setiap pertanyaan dari anggota


Kompartemen tentang aturan etika beserta interpretasinya.

Kode Etik Internal Audit

1. Setiap anggota harus berlaku jujur, objektif dan rajin dalam pelaksanaan tugas
dan tanggung jawabnya.

2. Setiap anggota harus loyal pada organisasi dimana dia bekerja atau
memberikan jasanya.

3. Setiap anggota diperkirakan tidak mengetahui apakah penugasannya dapat


memberikan citra buruk bagi profesinya atau bagi organisasinya.

54
PORTOFOLIO AUDIT 2015

4. Setiap anggota harus menghindari hal yang dapat menimbulkan konflik

kepentingan antara dirinya dan organisasinya atau yang dapat menimbulkan


dugaan mengenai ketidakmampuannya untuk berlaku objektif dalam

pelaksanaan tugas dan tanggung jawabnya.


5. Setiap anggota dilarang menerima sesuatu yang bernilai dari pemberi kerja,

klien, pelanggan, pemasok, atau relasi usaha organisasi yang akan


mempengaruhi atau diperkirakan akan memengaruhi pertimbangan

profesionalnya.
6. Setiap anggota hanya akan mengambil tugas ang dapat diselesaikannya

sesuai dengan kompetisinya.


7. Setiap anggota harus memakai cara yang tepat yang diizinkan oleh standar

profesi.
8. Setiap anggota harus hati-hati dalam mempergunakan informasi yang

diperolehnya selama menjalankan tugas. Mereka tidak diperkenankan


memanfaatkan informasi rahasia untuk kepentingan perorangan,

bertentangan dengan hukum, dan merugikan organisasi.


9. Setiap anggota harus mencantumkan semua fakta yang penting dalam

laporannya.
10. Setiap anggota harus secara terus menerus meningkatkan kemahirannya,

serta efektivitas dan kualitas kinerjanya.


11. Setiap anggota dalam pelaksanaan profesinya harus selalu memelihara

standar yang tinggi mengenai kompetensinya, moralitasnya, dan menjunjung


tinggi hal-hal yang diputuskan oleh lembaga perhimpunan (IIA).

PRINSIP ETIKA PROFESI IKATAN AKUNTAN INDONESIA

01. Keanggotaan dalam Ikatan Akuntan Indonesia bersifat sukarela. Dengan


menjadi anggota, seorang akuntan mempunyai kewajiban untuk menjaga

disiplin diri di atas dan melebihi yang disyaratkan oleh hukum dan peraturan.

55
PORTOFOLIO AUDIT 2015

02. Prinsip etika profesi dalam Kode Etik IAI menyatakan pengakuan profesi akan

tanggung jawabnya kepada publik, pemakai jasa akuntan, dan reka. Prinsip ini
memandu anggota dalam memenuhi tanggun jawab profesionalnya dan

merupakan landasan dasar perilaku etika dan perilaku profesionalnya. Prinsip


ini meminta komitmen untuk berperilaku terhormat, bahkan dengan

pengorbanan keuntungan pribadi.

Prinsip kesatu: Tanggung jawab Profesi

Dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai profesional, setiap anggota harus

senantiasa menggunakan pertimbangan moral dan profesional dalam semua


kegiatan yang dilakukannya.

01. Sebagai profesonal, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat.

Sejalan dengan peranan tersebut, anggota mempunyai tanggung jawab


kepada semua pemakai jasa profesional mereka. Anggota juga harus selalu

bertanggung jawab untuk bekerja sama dengan sesame anggota untuk


menngembangkan profesi akuntansi, memelihara kepercayaan masyarakat

dan menjalankan tanggung jawab profesi dalam mengatur dirinya sendiri.


Usaha kolektif semua anggota diperlukan untuk memelihara dan

meningkatkan tradisi profesi.

Prinsip Kedua: Kepentingan Publik

Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan


kepada publik, menghormati kepercayaan oublik, dan menunjukkan komitmen atas

profesionalisme.

01. Satu ciri utama dari suatu profesi adalah penerimaan tanggung jawab kepada
publik. Profesi akuntan memegang peranan yang penting di masyarakat, di
mana public dari profesi akuntan terdiri dari klien, pemberi kredit, pemerintah,

56
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pemberi kerja, pegawai, investor, dunia bisnis dan keuangan dan ihak lainnya

bergantung kepada obyektivitas dan integritas akuntan dalam memelihara


berjalannya fungsi bisnis secara tertib. Ketergantungan ini menimbulkan

tanggung jawab akuntan terhadap kepentingan public. Kepentingan public


didefinisikan sebagai kepentingan masyarakat dan institusi yang dilayani

anggota secara keseluruhan. Ketergantungan ini menyebabkan sikap dan


tingkah laku akuntan dalam menyediakan jasanya mempengaruhi

kesejahteran ekonomi masyarakat dan Negara.


02. Profesi akuntan tetap berada pada posisi yang penting ini hanya dengan terus

menerus memberikan jasa yang unik pada tingkat yang menunjukkan bahwa
kepercayaan masyarakat dipegang teguh. Kepentingan utama profesi akuntan

adalah untk membuat pemakai jasa akuntan paham bahwa jasa akuntan
dilakukan dengan prestasi tertinggi dan sesuai dengan persyaratan etika yang

diperlukan untuk mencapai tingkat prestasi tersebut.


03. Dalam memenuhi tanggung jawab profesionalnya, anggota mungkin

menghadapi tekanan yang saling berbenturan dengan pihak-pihak yang


berkepentingan. Dalam mengatasi hal ini, anggota harus bertindak dengan

penuh integritas, dengan suatu keyakinan bahwa apabila anggota memenuhi


kewajibannya kepada public, maka kepentingan penerima jasa terlayani

dengan sebaik-baiknya.
04. Mereka yang memperoleh pelayanan dari anggota mengharapkan anggota

untuk memenuhi tanggung jawabnya dengan integritas, obektivitas,


keseksamaan profesional, dan kepentingan untuk melayani public. Anggota

diharapkan untuk memberikan jasa berkualitas, mengenakan imbalan jasa


yang pantas, serta menawarkan berbagai jasa, semuanya dilakukan dengan

tingkat profesionalisme yang konsisten dengan prinsip etika profesi ini.


05. Semua anggota mengikat dirinya untuk menghormati kepercayaan publik.

Atas kepercayaan yang diberikan publik kepadanya, anggota harus secara

57
PORTOFOLIO AUDIT 2015

terus menerus menunjukkan dedikasi mereka untuk mencapai profesionalisme

yang tinggi.
06. Tanggung jawab seorang akuntan tidak semata-mata untuk memenuhi

kebutuhan klien individual atau pemberi kerja. Dalam melaksanakan tugasnya,


seorang akuntan harus mengikuti standar profesi yang dititikberatkan pada

kepentingan publik, misalnya:


Auditor independen membantu memelihara integritas dan efisiensi dari

laporan keuangan yang disajikan kepada lembaga keuangan untuk


mendukung pemberi pinjaman dan kepada pemegang saham untuk

memperoleh modal;
Eksekutif keuangan bekerja di berbagai bidang akuntansi manajemen

dalam organisasi dan memberikan kontribusi efisiensi dan efektivitas


dari penggunaan sumber daya organisasi;

Auditor intern memberikan keyakinan tentang sistem pengendalian


internal yang baik untuk meningkatkan keandalan informasi keuangan

dari pemberik kerja kepada pihak luar.


Ahli pajak membantu membangun kepercayaan dan efisiensi serta

penerapan yang adil dari sistem pajak; dan


Konsultan manajemen mempunyai tanggung jawab terhadap

kepentingan umum dalam membantu pembuatan keputusan


manajemen yang baik.

Prinsip Ketiga: Integritas

Untuk memelihara dan meningkatkan kepercayaan publik, setiap anggota harus


memenuhi tanggung jawab profesionalnya dengan integritas setinggi mungkin.

01. Integritas adalah suatu elemen karakter yang mendasari timbulnya pengakuan
profesional. Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan public

dan merupakan patokan (benchmark) bagi anggota dalam menguji semua


keputusan yang diambilnya.

58
PORTOFOLIO AUDIT 2015

02. Integritas mengharuskan seorang anggota untuk, antara lain, bersikap jujur

dan berterus terang tanpa hrus mengorbankan rahasia penerima jasa,


pelayanan dan kepercayaan publik tidak boleh dikalahkan oleh keuntungan

pribadi, integritas dapat menerima kesalahan yang tidak disengaja dan


perbedaan pendapat yang jujur, tetapi tidak dapat menerima kecurangan atau

penindaan prinsip.
03. Integritas diukur dalam bentuk apa yang benar dan adil. Dalam hal tidak

terdapat aturan,standar, panduan khusus atau dalam menghadapi pendapat


yang bertentangan, anggota harus menguji keputusan atau perbuatannya

dengan bertanya apakah anggota telah melakukan apa yang seorang


berintegritas akan lakukan dan apakah anggota telah menjaga integritas

dirinya. Integritas mengharuskan anggota untuk menaati baik bentuk maupun


jiwa standar teknis dan etika.

04. Integritas juga mengharuskan anggota untuk mengikuto prinsip objektivitas


dan kehati-hatian profesional.

Prinsip Keempat: Objektivitas

Setiap anggota harus menjaga obyektivitas dan bebas dari benturan kepentingan

dalam pemenuhan kewajiban profesionalnya.

01. Obyektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang

diberikan anggota. Prinsip objektivitas mengharuskan anggota bersikap adil,


tidak memihak, jujur secara intelektual, tidak berprasangka atau bias, serta

bebas dari benturan kepentingan atau berada d bawah pengaruh pihak lain.
02. Anggota bekerja dalam berbagai kapasitas yang berbeda dan harus

menunjukkan obyektivitas mereka di berbagai situasi. Anggota dalam praktik


akuntan public memberikan jasa atestasi, perpajakan, serta konsultasi

manajemen. Anggota yang lain menyiapkan laporan keuangan sebagai


seorang bawahan, melakukan jasa audit intern yang bekerja dalam kapasitas

59
PORTOFOLIO AUDIT 2015

keuangan dan manajemennya di industry, pendidikan dan pemerinthan.

Mereka harus melindungi integritas pekerjaannya dan memelihara objetivitas.


03. Dalam menghadapi situasi dan praktik yang secara spesifik berhubungan

dengan aturan etika sehubungan dengan objektivitas, pertimbangan yang


cukup harus diberikan terhadap faktor berikut:

a. Adakalanya anggota dihadapkan kepadsa situasi yang memungkinkan


mereka menerima tekanan-tekanan yang diberikan kepadanya. Tekanan ini

dapat mengganggu objektivitasnya.


b. Adakalanya tidak praktis untuk menyatakan dan menggambarkan semua

situasi dimana tekanan-tekanan mungkin terjadi. Ukuran kewajaran


(reasonableness) harus digunakan dalam menentukan standar untuk

mengidentifikasi hubungan yang mungkin atau kelihatan dapt merusak


obyejtivitas anggota.

c. Hubungan-hubungan yang memungkinkan prasangka, bias atau pengaruh


lainnya untuk melanggar obyektivitas harus dihindari.

d. Anggota memiliki kewajiban untuk memastikan bahwa orangorang yang


terlibat dalam pemberian jasa profesional mematuhi prinsip objetivitas.

e. Anggota tidak boleh menerima atau menawarkan hadiah atau


entertainment yang dipercaya dapat menimbulkan pengaruh yang tidak

pantas terhadap pertimbangan profesional mereka atau terhadap orang-


orang yang berhubungan dengan mereka. Anggota harus menghindari

situasi-situasi yang dapat membuat posisi profesional mereka ternoda.

Prinsip Kelima : Kompetensi dan Kehati-hatian Profesional

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya dengan kehati-hatian,


kompetensi, dan ketekunan, serta mempunyai kewajiban untuk mempertahankan

pengetahuan dan keterampilan profesional pada tingkat yang diperlukan untuk


memastikan bahwa klien atau pemberi kerja memperoleh manfaat dari jasa

60
PORTOFOLIO AUDIT 2015

profesional yang kompeten berdasarkan perkembangan praktik, legislasi dan teknik

yang paling mutakhir.

1. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk memenuhi tanggung

jawab profesionalnya dengan kompetensi dan ketekunan. Hal ini mengandung


arti bahwa anggota memounyai kewajiban untuk melaksanakan jasa

profesionalnya dengan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuannya, demi


kepentingan pengguna jasa dan dengan tanggung jawab profesi kepada publik.

2. Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota syogyanyya


tidak menggambarkan dirinya memiliki keandalan atau pengalaman yang tidak

mereka punyai. Dalam semua penugasan dan dalam semua tanggung jawabnya,
setiap anggota harus melakukan upaya untuk mencapai tingkatan kompetensi

yang akan meyakinkan bahwa kualitas jasa yang diberikan memenuhi tingkatan
profesionalisme tinggi seperti disyaratkan oleh prinsip etika. Kompetensi

profesioanl dapat dibagi menjadi dua fase yang terpisah :


a. Pencapaian kompetensi profesional. Pencapaian kompetensi

profesional pada awalnya memerlukan standar pendidikan umum yang

tinggi, diikuti oleh pendidikan khusus, pelatihan dan ujian profesional


dalam subyek-subyek yang relevan, dan pengalaman kerja.

b. Pemeliharaan kompetensi profesional


Kompetensi harus dipelihara dan dijaga melalui komitmen untuk

belajar dan melakukan peningkatan profesional secara


berkesinambungan selama kehidupan profesional anggota.

Pemeliharaan kompetensi profesional memerlukan kesadaran


untuk terus mengikuti perkembangan profesi akuntansi, termasuk

di antaranya pernyataan-pernytaan akuntansi, auditing, dan


peraturan lainnya,

Anggota harus menerapkan suatu program yang dirancang untuk


memastikan terdapatnya kendali mutu atas pelaksanaan jasa

61
PORTOFOLIO AUDIT 2015

profesional yang konsisten dengan standar nasional dan

internasional.
3. Kompetensi menunjukkan terdapatnya pencapaian dan pemeliharaan suatu

tingkatan pemahaman dan pengetahuan yang memungkinkan seorang


anggota untuk memberikan jasa dengan kemudahan dan kecerdikan.

4. Anggota harus tekun dalam memenuhi tanggung jawabnya kepada penerima


jasa dan publik

5. Kehati-hatian profesional mengharuskan anggota untuk merencanakan dan


mengawasi secara seksama setiap kegiatan proseional yang menjadi

tanggung jawabnya.

Prinsip Keenam : Kerahasiaan

Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selama

melakukan jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan


informasi tersebut tanpa persetujuan, kecuali bila ada hak atau kewajiban profesional

atau hukum untuk mengungkapkannya.

1. Anggota mempunyai kewajiban untuk menghormati kerahasiaan informasi


tentang klien atau pemberi kerja yang diperoleh melalui jasa profesional yang

diberikannya.
2. Kerahasiaan harus di jaga oleh anggota kecuali jika persetujuan khusus telah

diberikan atau terdapat kewajiban legal atau profesional untuk


mengungkapkan informasinya.

3. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staf di bawah


pengawasannya dan orang-orang yang diminta nasihat dan bantuannya

menghormati prinsip kerahasiaan


4. Kerahasiaan tidaklah semata-mata masalah pengungkapan informasi

5. Anggota yang mempunyai akses terhadap informasi rahasia tentang penerima


jasa tidak boleh mengungkapkannya ke publik.

62
PORTOFOLIO AUDIT 2015

6. Kepentingan umum dan profesi menuntut bahwa standar profesi yang

berhubungan dengan kerahasiaan didefinisikan bahwa terdapat panduan


mengenai sifat dan luas kewajiban kerahasian serta mengenai berbagai

keadaan di mana informasi yang diperoleh selama melakukan jasa profesional


dapat atau perlu diungkapkan.

7. Berikut ini adalah contoh hal-hal yang harus dipertimbangkan dalam


menentukan sejauh mana informasi dapat diungkapkan.

a. Apabila pengungkapan diizinkan


b. Pengungkapan diharuskan oleh hukum

c. Ketika kewajiban atau hak profesional untuk mengungkapkan :


Utnuk mematuhi standar teknis dan aturan etika

Untuk melindungi kepentingan profesional anggota dalam


sidang pengadilan

Untuk menaati penelahaan mutu (atau penelahaan sejawat) IAI


atau badan profesional lainnya

Untuk menanggapi permintaan atau investigasi oleh IAI atau


badan pengurus.

Prinsip Ketujuh : Perilaku Profesional

Setiap anggota harus berperilaku yang konsisten dengan reputasi profesi yang baik
dan menjauhi tindakan yang dapat mendiskreditkan profesi.

1. Kewajiban untuk menjauhi tingkah laku yang dapat mendiskreditkan profesi


harus dipenuhi oleh anggota sebagai perwujudan tanggung jawabnya kepada

penerima jasa, pihak ketiga, anggota lain, staf, pemberi kerja, dan masyarakat
umum.

Prinsip Kedelapan : Standar Teknis

Setiap anggota harus melaksanakan jasa profesionalnya sesuai dengan standar teknis
dan standar profesional yang relevan.

63
PORTOFOLIO AUDIT 2015

1. Standar teknis dan profesional yang harus ditaati oleh anggota adalah standar

yang dikeluarkan oleh ikatan Akuntan Indoensia, International Federation of


Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang-undangan yang

relevan.

ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUNTAN PUBLIK

Keterterapan (Applicability)

Aturan etika ini harus diterapkan oleh Anggota Ikatan Akuntan Indonesia-

Kompartemen Akuntan Publik (IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAI-
KAP maupun yang bukan anggota IAI-KAP.

100 Independensi, Integritas, dan Objektivitas

101. Independensi

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus selalu mempertahankan sikap


mental independen di dalam memberikan jasa profesional sebagaimana diatu

dalam standar profesional akuntan publik yang ditetapkan oleh IAI.

102. Integritas dan Objektivitas

Dalam menjalankan tugasnya, anggota KAP harus mempertahankan integritasnya

dan objektivitas, harus bebas dari benturan kepentingan (conflict of interest) dan
tidak boleh membiarkan faktor salah saji material (materrial misstatement) yang

diketahuinya atau mengalihkan (mensubordinasikan) pertimbangannya pada


pihak lain.

200 Standar Umum dan Prinsip Akuntansi

201. Standar Umum

Anggota KAP harus memenuhi standar berikut ini beserta independensinya yang
terkait yang dikeluarkan oleh badan pengatur yang ditetapkan IAI :

64
PORTOFOLIO AUDIT 2015

A. Kompetensi profesional. Anggota KAP hanya boleh melakukan

pemberian jasa profesioanl yang secara layak (reasonable) diharapkan


dapat diselesaikan dengan kompetensi profesional

B. Kecermatan dan keseksamaan profesional. Anggota KAP wajib


melakukan pemberian jasa profesional dengan kecermatan dan

keseksamaan profesional
C. Perencanaan dan supervisi. Anggota KAP wajib merencanakan dan

mesupervisi secara memadai setiap pelaksanaan pemberian jasa


profesional

D. Data relevan yang memadai. Anggota KAP wajib memeproleh data yang
relevan yang memadai untuk menjadi dasar yang layak bagi simpulan atas

rekomendasi sehubungan dengan pelaksanaan jasa profesionalnya.

202. Kepatuhan terhadap Standar

Anggota KAP yang melaksanakn penugasan jasa auditing, atestasi, review,

kompilasi, konsultasi, manajemen, perpajakan, atau jasa profesional lainnya wajib

mematuhi standar yang dikeluarkan oleh badan pengatur standar yang


ditetapkan oleh IAI.

203. Prinsip-Prinsip Akuntansi

Anggota KAP tidak diperkenankan :

1) Menyatakan pendapat atau memberikan penegasan bahwa laporan


keuangan atau data keuangan lain suatu entitas disajikan sesuai dengan

prinsip akuntansi yang berlaku umum atau


2) Menyatakan bahwa ia tidak menemukan perlunya modifikasi material yang

harus dilakukan terhadap laporan atau data tersebut agar sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku.

65
PORTOFOLIO AUDIT 2015

300 Tanggung Jawab kepada Klien

301. Informasi Klien yang Rahasia

Anggota KAP tidak diperkenankan mengungkapan infromasi klien yang rahasia,


tanpa persetujuan dari klien.

Ketentuan ini dimaksudkan untuk :

1) Membebaskan anggota KAP dari kewajiban profesionalnya sesuai dengan


aturan etika kepatuhan terhadap standar dan prinsip-prinsip akuntansi.

2) Mempengaruhi kewajiban anggota KAP dengan cara apapun untuk


mematuhi peraturan peundang-undangan yang berlaku.

3) Melarang review praktik profesional review mutu) seorang anggota sesuai


dengan kewenangan IAI atau

4) Menghalangi anggota dari pengajuan pengaduan keluhan atau pemberian


komentar atas penyidikan yang dilakukan oleh badan yang dibentuk oleh

IAI.
302. Fee Profesional

A. Besarnya fee

Besarnya fee anggota dapat bervariasi tergantung antara lain : risiko


penugasagn, kompleksitas jasa yang diberikan, tingkat keahlian yang

diperlukan untuk melaksanakan jasa tersebut, struktur biaya KAP yang


bersangkutan dan pertimbangan profesional lainnya.

B. Fee Kontinjen

Fee kontinjen adalah fee yang ditetapkan untuk pelaksanaan suatu jasa

profesional tanpa adanya fee yang akan dibebankan, kecuali ada temuan atau
hasil tertentu di mana jumlah fee tergantung temuan atau hasil tertentu

tersebut.

66
PORTOFOLIO AUDIT 2015

400 Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi

401. Tanggung Jawab kepada Rekan Seprofesi

Anggota wajib memelihara citra profesi, dengan tidak melakukan perkataan dan
perbuatan yang dapat merusak reputasi rekan seprofesi

402. Komunikasi Antarakuntan Publik

Anggota wajib berkomunikasi tertulis dengan akuntan publik pendahulu bila akan
mengadakan perikatan emgaggment) audit menggunakan audit publ;ik

pendahulu atau untuk tahun buku yang sama ditunjuk akuntan publik pihak lain
dengan jenis dan periode tertentu serta tujuan yang berlainan.

403. Perikatan Atestasi

Akuntan publik tidak diperkenankan mengadakan perikatan atestesi yang jenis

atestasi dan periodenya sama dengan periktan yang dilakukan oleh akuntan yang
terlebih dahulu ditunjuk klien.

500 Tanggung Jawab dan Praktik Lain

501. Perbuatan dan Perkataan yang Mendiskreditkan

Anggota tidak diperkenankan melakukan tindakan dan/atau mengucapkan


perkataan yang mencemarkan profesi

502. Iklan, Promosi, dan Kegiatan Pemrosesan Lainnya

Anggota dalam menjalankan praktik akuntan publik diperkenankan mencari klien


melalui pemasangan inlan, melakukan promosi pemasaran atau kegiatan

pemasaran lainnya sepanjang tidak merendahkan citra profesi.

67
PORTOFOLIO AUDIT 2015

503. Komisi dan fee Referal

A. Komisi

Komisi adalah imbalan dalam bentuk uang atau barang atau bentuk lainnya

yang dapat diberikan kepada atau diterima dari pihak/klien lain untuk
memperoleh perikatan dari klien/pihak lain.

B. Fee Referal (Rujukan)

Fee referal (rujukan) adalah imbalan yang dibayarkan/diterima kepada/dari

semua penyedia jasa profesioanl akuntan publik.

504. Bentuk Organisasi dan KAP

Anggota hanya dapat berpraktik akuntan publik dalam bentuk organisasi yang

diizinkan oleh peraturan perundang-undangan yang berlaku dan/atau yang tidak


menyesatkan dan merendahkan citra profesi.

68
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN V

LAYANAN AUDIT

JENIS-JENIS AUDIT

Pengauditan dapat dibagi dalam beberapa jenis. Pembagian ini dimaksudkan

untuk menentukan tujuan atau sasaran yang ingin dicapai dengan adanya
pengauditan tersebut. Dibawah ini akan dipaparkan beberapa jenis audit menurut

ahli. Menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari luasnya pemeriksaan, maka jenis-
jenis audit dapat dibedakan atas:

1. Pemeriksaan Umum (General Audit), yaitu suatu pemeriksaan umum atas


laporan keuangan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) yang

independen dengan maksud untuk memberikan opini mengenai kewajaran


laporan keuangan secara keseluruhan.

2. Pemeriksaan Khusus (Special Audit), yaitu suatu bentuk pemeriksaan yang


hanya terbatas pada permintaan auditee yang dilakukan oleh Kantor Akuntan

Publik (KAP) dengan memberikan opini terhadap bagian dari laporan


keuangan yang diaudit, misalnya pemeriksaan terhadap penerimaan kas
perusahaan.

Masih menurut sumber yang sama, menurut (Sukrisno Agoes, 2004), ditinjau dari
jenis pemeriksaan maka jenis-jenis audit dapat dibedakan atas :

1. Audit Operasional (Management Audit)

Suatu pemeriksaan terhadap kegiatan operasi suatu perusahaan, termasuk


kebijakan akuntansi dan kebijakan operasional yang telah ditetapkan oleh

manajemen dengan maksud untuk mengetahui apakah kegiatan operasi telah


dilakukan secara efektif, efisien dan ekonomis.

69
PORTOFOLIO AUDIT 2015

2. Audit Ketaatan (Complience Audit)

Suatu pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui apakah perusahaan

telah mentaati peraturan-peraturan dan kebijakan-kebijakan yang berlaku,


baik yang ditetapkan oleh pihak intern perusahaan maupun pihak ekstern

perusahaan.

3. Pemeriksaan Intern (Internal Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan yang

mencakup laporan keuangan dan catatan akuntansi perusahaan yang


bersangkutan serta ketaatan terhadap kebijakan manajemen yang telah

ditentukan.

4. Audit Komputer (Computer Audit)

Pemeriksaan yang dilakukan oleh Kantor Akuntan Publik (KAP) terhadap


perusahaan yang melakukan proses data akuntansi dengan menggunakan

sistem Elektronic Data Processing (EDP).

Berdasarkan kelompok atau pelaksana audit, jenis audit dibagi 4 yaitu:

1. Auditor Ekstern

Auditor ekstern atau independent bekerja untuk kantor akuntan publik yang
statusnya diluar struktur perusahaan yang mereka audit. Umumnya

auditor ekstern menghasilkan laporan atas financial audit.

2. Auditor Intern
Auditor intern bekerjauntukperusahaan yang mereka audit. Laporan audit

manajemenumumnyaberguna bagimanajemenperusahaan yang diaudit.


Oleh karenaitutugas internal auditor biasanyaadalah audit manajemen yang
termasukjenis compliance audit.

70
PORTOFOLIO AUDIT 2015

3. Auditor Pajak

Auditor pajak bertugas melakukan pemeriksaan ketaatan wajib pajak yang


diaudit terhadap undang-undang perpajakan yang berlaku.

4. Auditor Pemerintah
Tugas auditor pemerintah adalah menilai kewajaran informasi keuangan yang

disusun oleh instansi pemerintahan. Disamping itu audit juga dilakukan untuk
menilaiefisiensi, efektifitas dan ekonomisasi operasi program dan penggunaan

barang milik pemerintah. Dan sering juga audit atas ketaatan pada peraturan
yang dikeluarkan pemerintah. Auditing yang dilaksanakan oleh pemerintahan

dapat dilaksanakan oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) atau


Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan (BPKP).

71
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB VI

MENERIMA DAN MELANJUTKAN PENUGASAN

TINJAUAN UMUM ISA

Apakah KAP mempunyai Apakah KAP Jika menerima


SDM, waktu, kompetensi independen ? penugasan, Terima/
yang memadai untuk apakah
menangani penugasan Ada benturan resikonya Lanjutkan ?
tersebut ? kepentingan? acceptable ?

Dokumentasikan seluruh prosedur dan bagaimana ancaman/issues diatasi

Stop

Prakondisi Ada Sepakati Tanda tangani

audit pembatasan syarat Surat

dipenuhi ? perikatan? Perikatan


lingkup ?

Salah satu keputusan terpenting yang dapat dibuat KAP ialah memutuskan

untuk menerima/melanjutkan penugasan atau klien dan memutuskan penugasan


atau klien mana yang harus ditolak. Keputusan yang buruk mengenai hal ini, akan

menyebabkan masalah seperti waktu produktif yang tidak bisa dibebankan kepada
klien (unbillable time), fee atau imbalan yang tidak dibayar oleh klien (unpaid fees),

beban psikologis tambahan bagi partner dan staf, rusak atau hilangnya reputasi, dan,
yang terburuk, kemungkinan KAP/partner/staf mengalami tuntutan hukum.

ISQC 1 dan ISA 220 mewajibkan KAP mengembangkan,

mengimplementasikan, dan mendokumentasikan prosedur pengendalian mutunya


dalam kebijakan menerima dan mempertahankan klien. Idealnya, kebijakan dan

prosedur membahas hal-hal seperti : tingkat resiko, toleransi terhadap resiko, dan

72
PORTOFOLIO AUDIT 2015

ciri-ciri klien (seperti rendahnya integritas manajemen, industri beresiko tinggi, atau

perusahaan yang sahamnya diperdagangkan di bursa) yang tidak dapat diterima


oleh KAP.

Menerima Penugasan

Langkah pertama dalam proses menerima/melanjutkan klien adalah menilai


kemampuan KAP melaksanakan penugasan dan resiko terkait. Tabel 1.1 menyajikan

contoh pertanyaan.3

Pertimbangkan Pertanyaan yang Diajukan

Penugasan audit Apa sifat dan lingkungan audit ?


Kerangka akuntansi dan pelaporan apa

yang akan digunakan ?


Bagaimana/untuk apa laporan auditor

dan laporan keuangan digunakan ?


Apa tenggat waktu (deadline) untuk

penyelesaian audit ?

Apakah KAP mempunyai Apakah KAP mempunyai cukup orang


kompetensi, sumber daya, dan dengan kompetensi dan kemampuan
waktu yang diperlukan ? memadai ?
Apakah orang yang dipilih mempunyai :

a. Pengetahuan yang relevan


mengenai industri atau masalah

audit ?
b. Pengalaman yang relevan mengenai

persyaratan pelaporan dan


ketentuan perundang-undangan ?

atau

3
Theodorus M. Tuanakotta, Audit Berbasis ISA, Penerbut Salemba Empat, 2013, hal. 255.

73
PORTOFOLIO AUDIT 2015

c. Kemampuan menyerap

keterampilan dan pengetahuan


secara efektif ?

Apakah tenaga ahli, jika dibutuhkan,


tersedia ?

Apakah ada orang yang mampu

melaksanakan review kendali mutu ?


Apakah KAP, mengingat waktu yang

tersedia untuk klien lain, dapat


menyelesaikan penugasan dalam

tenggat waktu ?

Apakah KAP independen ? Apakah KAP independen dan anggota


tim dapat memenuhi kewajiban etika

dan independensi ?
Ketika benturan kepentingan,

kurangnya independensi, atau ancaman


lain diketahui :

a. Apakah tindakan yang tepat telah


diambil, untuk menghilangkan atau

mengurangi ancaman sampai ke


tingkat yang dapat diterima, dengan

menerapkan beberapa pengaman ?


Atau

b. Apakah ada langkah-langkah ke


arah pengunduran diri dari

penugasan ?
Jika entitas merupakan bagian dari gup

yang lebih besar, tim audit di tingkat

74
PORTOFOLIO AUDIT 2015

grup dapat meminta pekerjaan tertentu

dilaksanakan oleh tim audit di tingkat


entitas. Dalam hal ini, tim audit di

tingkat grup pertama-tama perlu


mengetahui :

a. Apakah tim audit di tingkat entitas


memahami dan akan patuh

terhadap ketentuan etika termasuk


independensi yang relavan untuk

grup audit,
b. Kompetensi profesional dari tim

audit di tingkat entitas,


c. Apakah tim audit di tingkat grup

dapat terlibat dalam pekerjaan tim


audit di tingkat entitas, dalam batas

memperoleh bukti audit yang cukup

dan tepat, dan


d. Apakah tim audit di tingkat entitas

bekerja dalam lingkungan hukum


yang secara aktif mengawasi

auditor.

Apakah resiko penugasan dapat Untuk penugasan baru, apakah KAP

diterima (acceptable) ? berkomunikasi (seperti disyaratkan oleh


ISA 300.13) dengan auditor terdahulu

untuk mengetahui apakah ada alasan


untuk tidak menerima penugasan ?

Apakah KAP melaksanakan pencarian di


internet dan membahas dengan staf
dan pihak ketiga (seperti bankir) untuk

75
PORTOFOLIO AUDIT 2015

mengetahui apakah ada alasan untuk

tidak menerima penugasan ?


Apa tone at the top dan sasaran

entitas ?
Seberapa kompeten senior

management dan staf di entitas ?


Apakah ada masalah yang sulit atau

memakan waktu untuk dipecahkan


(kebijaksanaa akuntansi, estimasi

akuntansi, kepatuhan terhadap


ketentuan perundang-undangan, dan

lain-lain)?

Apa perubahan-perubahan dalam

periode ini yang berdampak terhadap


penugasan (tren dan inisiatif bisnis,

perubahan karyawan, pelaporan


keuangan, sistem IT, jual/beli aset,

peraturan, dll) ?
Apakah ada pemeriksaan/investigasi

yang menarik perhatian masa dan


media ?

Apakah entitas dalam tingkat kesehatan


keuangan yang baik ? apakah entitas

bisa membayar professional fees


kepada KAP ?

Apakah entitas membantu KAP dalam


menyediakan informasi dan membuat
daftar, rincian, analisis saldo, dll ?

76
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Apakah klien dapat dipercaya ? Apakah ada pembatasan lingkup,

seperti tenggat waktu yang tidak


realistis atau tidak bisa memperoleh

bukti audit yang diperlukan ?


Apakah ada alasan (atau peristiwa baru)

yang menyebabkan keraguan


mengenai integritas pemilik utama,

senior management, dan TCWG di


entitas itu ? Lihat operasi entitas

termasuk praktik-praktik bisnisnya,


reputasi bisnis, dan pengalaman

melanggar ketentuan etika atau


peraturan perundang-undangan.

Apakah ada indikasi entitas terlibat


pencucian uang atau kegiatan pidana

lainnya ?

Bagaimana reputasi identitas dan bisnis


berkenaan dengan related parties ?

Apa sikap manajemen terhadap


pengendalian intren ?

Apa sikap manajemen agresif dalam


menafsirkan standar akuntansi ?

Pertimbangkan budaya perusahaan,


struktur organisasi, toleransi terhadap

resiko, kompleksitas transaksi, dll.

77
PORTOFOLIO AUDIT 2015

MEMPEROLEH INFORMASI MENGENAI LATAR BELAKANG

Memahami Bidang Usaha dan Industri Klien

Ada tiga alasan utama mengapa diperlukan pemahaman yang baik atas
industri klien. Pertama, banyak industri mempunyai aturan akuntansi yang khas yang

harus dipahami auditor untuk mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kedua, auditor sering dapat

mengidentifikasi resiko dalam industri yang akan memengaruhi penetapan resiko


audit yang dapat diterima, atau bahkan mengaudit perusahaan dalam industri

tersebut dapat dibenarkan. Seperti telah dikemukakan, industri tertentu beresiko


lebih tinggi dari yang lain, seperti industri simpan pinjam dan asuransi jiwa.

Akhirnya, terdapat resiko bawaan yang pada hakekatnya sama bagi seluruh

klien dalam industri tersebut. Pemahaman resiko tersebut menolong auditor dalam
mengidentifikasi resiko bawaan dari klien. Contohnya antara lain resiko bawaan

potensi keusangan persediaan dalam industri rumah mode, resiko bawaan


kolektibilitas piutang usaha dalam industri pinjaman konsumen, dan resiko bawaan

cadangan kerugian dalam industri asuransi kebakaran.

Arsip permanen auditor seringkali memuat sejarah perusahaan, daftar jalur


usaha utama, dan catatan kebijakan akuntansi yang paling penting dalam tahun-

tahun lalu. Penilaian atas informasi ini dan diskusi dengan karyawan klien akan
membantu dalam memahami bisnis klien yang bersangkutan. 4

Meninjau Pabrik dan Kantor

Peninjauan atas fasilitas klien bermanfaat untuk memperoleh pemahaman


yang lebih baik mengenai bidang usaha dan operasi klien karena akan diperoleh

kesempatan untuk menemui pegawai kunci dan mengamati operasi dari tangan
pertama. Diskusi dengan pegawai diluar bidang akuntansi selama peninjauan dan

4
Arens dan Loebbecke, Auditing Pendekatan Terpadu, Salemba Empat, Edisi Indonesia, hal. 191.

78
PORTOFOLIO AUDIT 2015

audit berguna dalam mendapatkan perspektif yang lebih luas. Peninjauan langsung

atas fasilitas fisik akan membantu auditor dalam memahami pengamanan fisik atas
aset dan dalam menginterpretasikan data akuntansi dengan cara memberikan

kerangka acuan dalam visualisasi aset seperti persediaan dalam proses dan peralatan
pabrik. Pengetahuan mengenai tata letak fisik juga memaudahkan auditor untuk

untuk memperoleh jawaban atas pertanyaan yang timbul kemudian dalam


pelaksanaan audit.

Menelaah Kebijakan Perusahaan

Sebagian besar kebijakan dan wewenang perusahaan yang tercermin dalam


laporan keuangan merupakan bagian dari struktur pengendalian intern, tapi tidak

tercakup dalam sistem akuntansi. Termasuk di dalamnya adalah wewenang untuk


pelepasan sebagian dari usaha, kebijakan kredit, pinjaman ke perusahaan afiliasi, dan

kebijakan akuntansi untuk mencatat aset dan pengakuan pendapatan. Keputusan


dasar yang menyangkut kebijakan harus selalu dievaluasi dengan teliti sebagai

bagian dari audit untuk menetapkan apakah manajemen memperoleh kewenangan


dari dewan komisaris untuk membuat keputusan tertentu dan untuk meyakinkan

bahwa keputusan manajemen telah tercermin dalam laporan keuangan.

Mengidentifikasi Pihak-pihak yang Mempunyai Hubungan Istimewa

Transaksi dengan perusahaan afiliasi penting bagi auditor, karena transaksi-


transaksi ini jika dianggap material harus diungkapkan dalam laporan keuangan.

Prinsip akuntansi yang berlaku umum mewajibkan pengungkapan sifat dari


hubungan istimewa; penjelasan mengenai transaksi-transaksi, termasuk jumlah

rupiah; dan jumlah uang yang diterima dan dibayarkan kepada pihak yang
mempunyai hubungan istimewa.

Hubungan istimewa dalam PSA 34 (SA 334) didefinisikan sebagai perusahaan


afiliasi, pemilik utama perusahaan klien, atau pihak lainnya yang mempengaruhi
manajemen atau kebijakan operasi pihak lainnya. Transaksi hubungan istimewa

79
PORTOFOLIO AUDIT 2015

adalah transaksi antara klien dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.

Contoh umum adalah transaksi penjualan atau pembelian antara perusahaan yang
dimiliki oleh orang yang sama, dan pinjaman kepada pegawai. Contoh yang agak

langka misalnya adanya pengaruh kuat pelanggan utama terhadap manajemen klien.

Karena transaksi hubungan istimewa harus diungkapkan, penting artinya

bahwa seluruh pihak yang mempunyai hubungan diidentifikasi dan dimasukkan


dalam arsip permanen pada awal penugasan. Jadi, dapat ditingkatkan upaya

menemukan transaksi hubungan istimewa antar perusahaan yang tidak diungkapkan.


Cara umum untuk mengidentifikasi pihak yang mempunyai hubungan istimewa

misalnya bertanya kepada manajemen, menelaah arsip pasar modal, dan memeriksa
daftar pemegang saham untuk mengidentifikasi pemegang saham utama.

Tahap-tahap Penerimaan Perikatan Audit

Di dalam memutuskan apakah suatu perikatan audit dapat diterima atau tidak,

auditor menempuh suatu proses yang terdiri dari enam tahap berikut ini.

1. Mengevaluasi integritas manajemen.

2. Mengidentifikasi keadaan khusus dan resiko luar biasa.

3. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit.


4. Menilai independensi.

5. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya


dengan kecermatan dan keseksamaan.

6. Membuat surat perikatan audit.

MENGEVALUASI INTEGRITAS MANAJEMEN

Laporan keuangan adalah tanggung jawab manajemen. Audit atas laporan


keuangna bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan yang
disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, untuk dapat menerima perikatan audit,

80
PORTOFOLIO AUDIT 2015

auditor berkepentingan untuk mengevaluasi integritas manajemen perusahaan, agar

auditor mendapatkan keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat


dipercaya, sehingga laporan keuangan yang diaudit bebas dari salah saji material

sebagai akibat dari adanya integritas manajemen.

Berbagai cara yang dapat ditempuh oleh audior dalam mengevaluasi

integritas manajemen adalah :

1. Melakukan komunikasi dengan auditor terdahulu


2. Meminta keterangan kepada pihak ketiga

3. Melakukan review terhadap pengalaman auditor di masa lalu dalam


berhubungan dengan klien yang bersangkutan.

Komunikasi dengan Auditor Pendahulu

Auditor pendahulu adalah auditor yang telah mengundurkan diri atau


diberitahu oleh klien bahwa tugasnya telah berakhir dan tidak diperpanjang dengan

perikatan baru. Auditor pengganti adalah auditor yang telah menerima suatu
perikatan atau auditor yang telah diundang untuk mengajukan proposal perikatan

audit.

Sebelum menerima perikatan suatu audit, auditor pengganti harus mencoba


melaksanakan komunikasi tertentu berikut ini :

a. Meminta keterangan kepada auditor pendahulu mengenai masalah-masalah

yang spesifik, antara lain mengenai fakta yang mungkin berpengaruh


terhadap integritas manajemen, yang menyangkut ketidaksepakatan dengan

manajemen mengenai penerapan prinsip akuntansi, prosedur audit, atau soal-


soal signifikan serupa, dan tentang pendapat auditor pendahulu mengenai

alasan klien dalam penggantian auditor.

81
PORTOFOLIO AUDIT 2015

b. Menjelaskan kepada calon klien tentang perlunya auditor pengganti

mengadakan komunikasi dengan auditor pendahulu dan meminta


persetujuan dari klien untuk melakukan hal tersebut.

c. Mempertimbangkan keterbatasan jawaban yang diberikan oleh auditor


pendahulu.

Meminta Keterangan pada Pihak Ketiga

Informasi tentang integritas manajemen dapat diperoleh dengan meminta


keterangan pada penasihat hukum, pejabat bank, dan pihak lain dalam masyarakat

keuangan dan bisnis yang mempunyai hubungna bisnis dengan calon klien. Kamar
Dagang Indonesia (KADIN) dapat juga dipakai sebagai sumber informasi untuk

mengevaluasi integritas manajemen.

Dalam melakukan audit, auditor menghadapi kemungkinan disajikannya


dengan sengaja laporan keuangan yang tidak benar untuk kepentingna pribadi

berbagai anggota manajemen. Ada berbagai motif yang melatarbelakanginya,


misalnya saja untuk menutupi penggelapan besar-besaran terhadap aset perusahaan

atau untuk menghindari akibat-akibat yang tidak diinginkan oleh manajemen seperti
turunnya nilai saham, pemecatan dari jabatan pimpinan, dan kebangkrutan
perusahaan.

Setelah melakukan evaluasi terhadap kemungkinan adanya kecurangan yang


dilakuka oleh manajemen, keputusan yang dilakukan oleh audior adalah meneruskan

melakukan audit atau mengundurkan diri dari perikatan klien.

Melakukan Review terhadap Pengalaman Auditor di Masa Lalu dalam

Berhubungan dengan Klien yang Bersangkutan

Dalam hal auditor mempertimbangkan akan melanjutkan atau menghentikan


hubungan dengan klien dalam perikatan audit, audtor harus secara seksama
mempertimbangkan pengalamannya di masa lalu dalam berhubungan dengan klien

82
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dalam perikatan audit. Dalam audit tahun yang telah lalu, auditor mengajukan

berbagai pertanyaan kepada manajemen tentang adanya hal-hal bersyarat


(contingencies), kelengkapan notulen rapat dewan komisaris, dan kepatuhan klien

terhadap peraturan pemerintah. Kebenaran jawaban yang diberikan oleh manajemen


dalam audit laporan keuangan tahun yang lalu, harus dipertimbangkan dalam

mengevaluasi integritas manajemen.

IDENTIFIKASI KONDISI KHUSUS DAN RESIKO LUAR BIASA

Berbagai faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi

khusus dan resiko luar biasa yang mungkin berdampak terhadap penerimaan
perikatan audit dari calon klien dapat diketahui dengan cara (1) megidentifikasi

pemakai laporan audit dan (2) mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan
dan legal calon klien di masa depan, (3) mengevaluasi kemungkinan dapat atau

tidaknya laporan keuangan calon klien di audit.

Mengevaluasi Kemungkinan Dapat atau Tidaknya Laporan Keuangan Calon


Klien Diaudit

Kemungkinan laporan keuangan dapat diaudit perlu diselidiki oleh auditor

sebelum auditor menerima perikatan audit atas laporan keuangan. Informasi tentang
dapat atau tidaknya laporan keuangan klien diaudit dapat diketahui dari

ketersediaan catatan akuntansi penting (jurnal, buku besar, buku pembantu),


ketersediaan dokumen pendukung transaksi yang dicatat dalam catatan akuntansi,

memadainya pengendalian intern yang diterapkan dalam perusahaan calon klien,


pembatasan-pembatasan yang akan dikenakan oleh calon klien kepada auditor

dalam proses audit yang akan dilaksanakan.

PENENTUAN KOMPETENSI AUDITOR UNTUK MELAKSANAKAN AUDIT

Sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus


mempertimbangkan apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi

83
PORTOFOLIO AUDIT 2015

memadai untuk menyelesaikan perikatan tersebut, sesuai engan standar auditing

yang ditetapkan oleh IAI. Umumnya pertimbangan tersebut dilakukan dengan


mengidentifikasi anggota kunci tim audit dan mempertimbangkan perlunya mencari

bantuan dari spesialis dalam pelaksaan audit.

Mengidentifikasi Tim Audit

Tim audit terdiri dari :

1. Seorang partner yang akan bertanggung jawab terhadap penyelesaian

keseluruhan perikatan audit.


2. Satu atau lebih manajer, yang akan mengkoordinasi dan mengawasi

pelaksanaan program audit.


3. Staf asisten, yang melaksanakan berbagai prosedur audit yang diperlukan

dalam pelaksanaan program audit.

Mempertimbangkan Kebutuhan Konsultasi dan Penggunaan Spesialis

Dalam mempertimbangkan perikatan audit ini dari calon klien, auditor

kemungkinan akan menghadapi masalah berikut ini, yang mungkin memerlukan


pekerjaan spesialis :

a. Penilaian (misalnya karya seni, obat-obatan khusus, dan restricted securities).

b. Penentuan karakteristik fisik yang berhubungan dengan kuantitas yang


tersedia atau kondisi (misalnya cadangan mineral atau tumpukan bahan baku

yang ada di gudang).


c. Penentuan nilai yang diperoleh dengan menggunakan teknik atau metode

khusus (misalnya beberapa perhitungan aktuarial).


d. Penafsiran persyaratan teknis, peraturan atau persetujuan (misalnya pengaruh

potensial suatu kontrak atau dokumen hukum lainnya, atau hak atas properti).

84
PORTOFOLIO AUDIT 2015

PEMBUATAN SURAT PERIKATAN AUDIT

Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh

klien, tujuan dan lingkup audit, lingkup tanggung jawab yang dipikul oleh auditor
bagi kliennya, kesepakatan tentang reproduksi laporan keuangan auditan, serta

bentuk laporan yang akan diterbitkan oleh auditor. Baik auditor maupun kliennya
berkepentingan terhadap surat perikatan audit, karena dalam surat tersebut berbagai

kesepakatan penting tentang perikatan audit didokumentasikan, sehingga dapat


dicegah terjadinya kesalahpahaman yang mungkin timbul antara auditor dengan

kliennya.

Isi Pokok Surat perikatan Audit

Surat perikatan audit umumnya berisi :

a. Tujuan audit atas laporan keuangan.

b. Tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan.


c. Lingkup audit, termasuk penyebutan undang-undang, peraturan, pernyataan

dari badan profesional yang harus dianut oleh auditor.

d. Bentuk laporan atau bentuk komunikasi lain yang akan digunakan oleh
auditor untuk menyampaikan hasil perikatan.

e. Bawaan bahwa kekeliruan dan kecurangan material tidak akan terdeteksi.


f. Pengaturan reproduksi laporan keuangan auditan.

g. Kesanggupan auditor untuk menyampaikan informasi tentang kelemahan


signifikan dalam pengendalian intern yang ditemukan oleh auditor dalam

auditnya.
h. Akses ke berbagai catatan, dokumentasi dan informasi lain yang diharuskan

dalam kaitannya dengan audit.


i. Dasar yang digunakan oelh auditor untuk mengitung fee audit dan
pengaturan penagihannya.

85
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Disamping itu, auditor dapat pula memasukkan hal berikut ini dalam surat

perikatan auditnya :

a. Pengaturan berkenaan dengan perencanaan auditnya.

b. Harapan untuk menerima penegasan tertulis dari manajemen tentang


representasi yang dibuat dalam hubungannya dengan audit.

c. Permintaan kepada klien untuk menegaskan bahwa syarat-syarat perikatan


telah sesuai dengan membuat tanda penerimaan surat perikatan audit.

d. Penjelasan setiap surat atau laporan yang diharapkan oleh auditor untuk
diterbitkan bagi kliennya.

Jika relevan, butir-butir berikut ini dapat pula dimasukkan dalam surat perikatan

audit :

a. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor lain dan atau tenaga ahli dalam
beberapa aspek audit.

b. Pengaturan tentang pengikutsertaan auditor intern dan staf klien yang lain.
c. Pengaturan, jika ada, yang harus dibuat dengan auditor pendahulu, dalam hal

audit tahun pertama.


d. Pembatasan atas kewajiban auditor jika kemungkinan ini ada.
e. Suatu pengacuan ke perjanjian lebih lanjut antara audit dengan kliennya.

Dalam audit yang berlangsung berulangkali, auditor dapat memutuskan untuk


tidak mengirimkan surat perikatan audit baru setiap tahun. Namun, faktor-faktor

berikut ini dapat menyebabkan auditor untuk memutuskan pengiriman surat


perikatan audit baru :

a. Adanya petunjuk bahwa klien salah paham mengenai tujuan dan lingkup
audit.

b. Adanya syarat-syarat perikatan yang direvisi atau khusus.


c. Perubahan manajemen yang terjadi akhir-akhir ini.
d. Perubahan signifikan dalam sifat dan ukuran bisnis klien.

86
PORTOFOLIO AUDIT 2015

e. Persyaratan hukum.

Memutakhirkan Surat Penugasan

KAP mungkin menerima penugasan untuk beberapa periode audit, tentunya


dengan memperhatikan ketentuan tentang rotasi KAP. Jika tidak ada perubahan,

auditor wajib menilai apakah ada kebutuhan untuk mengingatkan kembali syarat-
syarat perikatan audit yang disepakati. Syarat-syarat ini dapat ditegaskan kembali,

tanpa perlu meminta surat perikatan audit baru untuk setiap peride audit.

Namun, surat perikatan audit harus direvisi jika terjadi perubahan keadaan.
Hal-hal yang merupakan perubahan keadaan :

Setiap perubahan syarat penugasan atau diperlukannya syarat penugasan


yang khusus untuk periode tersebut;

Perubahan dalam senior management baru-baru ini;


Perubahan signifikan dalam kepemilikan entitas

Perubahan signifikan dalam sifat atau ukuran bisnis dari entitas yang
bersangkutan;

Perubahan dalam kewajiban hukum atau ketentuan perundang0undangan;

Perubahan dalam FRF (financial reporting framework) yang diadopsi, dalam


pembuatan laporan keuangan;

Perubahan lain dalam kewajiban atau persyaratan pelaporan; dan


Adanya indikasi bahwa manajemen keliru memahami tujuan dan lingkup

audit.

Perubahan Syarat Penugasan

Jika manajemen meminta perubahan dalam syarat-syarat perikatan audit,

auditor perlu mempertimbangkan apakah permintaan mempunyai dasar, dan apa


implikasinya terhadap lingkup penugasan. Permintaan untuk mengubah syarat
perikatan audit, layak dipertimbangkan, misalnya karena perubahan dalam situasi

87
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang dihadapi klien, atau kesalahpahaman mengenai sifat dari jasa yang diminta

sebelumnya.

Jika permintaan untuk merubah syarat penugasan memang layak, surat

penugasan baru (revised engagement letter) dapat dibuat atau perjanjian tertulis
lainnya diperoleh Kap. Sebaliknya, jika auditor tidak dapat menyetujui perubahan

syarat penugasan dan tidak diizinkan oleh manajemen untuk melanjutkan audit
dengan syarat semula, auditor wajib :

Mengundurkan diri (withdraw from the audit engagement), jika memang

dimungkinkan oleh hukum atau ketentuan perundang-undangan; dan


Memastikan apakah ada kewajiban berdasarkan kontrak atau kewajiban lain,

untuk melaporkan pengunduran pengunduran diri KAP kepada pihak lain,


seperti TCWG, pemilik, atau regulator.

Contoh Surat Perikatan Audit

88
PORTOFOLIO AUDIT 2015
Kertas Surat KAP Arinda, Bahtiar & Cindina

11 Oktober 20X2

Saudara I Gede Aditya

Direktur Utama

PT Bali Asri Furniture

Renong Business District

Denpasar, Bali

Saudara I Gede Aditya:

Anda meminta kami mengaudit laporan PT Bali Asri Furniture, yang terdiri atas neraca tanggal 31 desember
20X2, serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk tahun yang berakhir
pada tanggal tersebut, dan ringkasan kebijakan akuntansi penting dan informasi penjelasan lainnya. Kami
menegaskan bahwa kami menerima penugasan ini dan kami ingin menegaskan pemahaman kami mengenai
penugasan audit melalui surat ini. Audit kami dilaksanakan dengan tujuan memberikan opini atas laporan
keuangan.

Tanggung jawab kami

Kami akan mengaudit sesuai dengan International Standards on Auditing (disingkat ISAs). Standar-standar ini
mengharuskan kami mematuhi kewajiban etika serta merencanakan dan melaksanakan audit untuk
memperoleh asurans yang layak mengenai apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material. Suatu
audit meliputi pelaksanaan prosedur untuk memperoleh bukti audit mengenai jumlah/angka dan
pengungkapan dalam laporan keuangan. Prosedur yang dipilih tergantung pada pendapat auditor, termasuk
penilaian resiko salah saji material dalam laporan keuangan, apakah karena kecurangan atau kesalahan.
Suatu audit juga mencakup evaluasi mengenai tepatnya kebijakan akuntansi yang digunakan dan kelayakan
estimasi akuntansi yang dibuat manajemen, maupun evaluasi atas penyajian laporan keuangan secara
menyeluruh.

89
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Karena kendala bawaan dari suatu audit, bersama kendala bawaan dari pengendalian intern, ada resiko yang
tidak dapat dihindari bahwa beberapa salah saji material mungkin tidak terdeteksi, sekalipun audit itu
sudah direncanakan dan dilaksanakan dengan seksama sesuai Isas.

Dalam membuat penilaian resiko, kami mempertimbangkan pengendalian internal yang relevan dalam
membuat laporan keuangan untuk merancang prosedur audit yang tepat, tetapi tidak untuk memberikan
pendapat mengenai efektifnya pengendalian internal. Namun, kami akan mengomunikasikan kepada Anda
secara tertulis semua kelemahan pengendalian internal yang signifikan (yang kami temukan selama audit)
dan relevan dengan audit atas laporan keuangan.

Kecuali jika kami menemukan kesulitan, yang tidak kami antisipasi pada saat ini, laporan kami secara
substansial akan dituangkan dalam bentuk sebagai berikut :

(bentuk dan laporan isi auditor tidak disajikan disini.)

Tanggung jawab manajemen

Audit kami dilaksanakan atas dasra bahwa Direksi dan Dewan Komisaris mengakui dan memahami bahwa
mereka bertanggung jawab :

a) Atas pembuatan dan penyajian laporan keuangan secara wajar sesuai International Financial
Reporting Standards;
b) Atas pengendalian internal yang menurut manajemen diperlukan untuk membuat laporan keuangan
bebas dari salah saji material, apakah karena kecurangan atau kesalahan; dan
c) Memberikan akses kepada kami :
I. Akses kepada semua informasi yang Anda tahu adalah relevan untuk membuat laporan
keuangan seperti catatan pembukuan, dokumentasi dan hal-hal lain ;
II. Informasi tambahan yang kami minta untuk tujuan audit; dan
III. Akses yang tidak terbatas kepada orang-orang di dalam perusahaan yang menurut kami
diperlukan untuk memperoleh bukti audit.

Sebagai bagian dari proses audit kami, kami akan meminta dari manajemen dan mereka yang bertanggung
jawab terhadap governance, penegasan tertulis tentang representasi yang diberikan kepada kami
sehubungan dengan audit ini.

Kami mengharapkan kerja sama penuh dari staf Anda selama berlangsungnya audit kami.

Fee

Fee kami, yang akan dibebankan seiring dengan kemajuan pekerjaan, didasarkan pada waktu yang
diperlukan dari setiap orang yang ditugaskan ditambah out-of-pocket expenses. Beban fee per jam berbeda,
tergantung pada tingkat tanggung jawab serta pengalaman dan keterampilan yang diperlukan.

Surat ini berlaku untuk periode yang akan datang kecuali jika penugasan ini daiakhiri, diubah, atau diganti
dengan surat penugasan yang lain.

Harap tanda tangani dan kembalikan fotokopi surat ini, menyetujui bahwa isi surat ini sesuai dengan
pemahaman Anda mengenai pengaturan audit kami atas laporan keuangan.

90
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Hormat kami

Dr. Anisa Cindina

Kantor Akuntan Publik

Arinda, Bahtiar & Cindina

Disetujui a/n PT Bali Asri Furniture

Oleh I Gede Aditya

Direktur Utama

1 November 20X2

91
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB VII

PERENCANAAN AUDIT

PERENCANAAN AUDIT

Terdapat tiga alasan utama mengapa auditor harus melakukan perencanaan


penugasan dengan tepat. ketiga alasan itu adalah agar auditor mampu mendapatkan

cukup bukti yang memadai sesuai dengan kondisinya, untuk menjaga supaya biaya
audit tetap terjangkau, dan mencegah kesalahpahaman dengan klien, mendapatkan

cukup bahan bukti yang memadai penting jika KAP ingin meminimalkan kewajiban
hukum dan menjaga reputasi dalam komunitas bisnisnya. Menjaga supaya biaya

audit tetap terjangkau membantu KAP agar tetap kompetitif. Mencegah munculnya
kesalahpahaman dengan klien adalah penting untuk menjaga hubungan yang baik

dengan klien dan untuk memberikan pekerjaan yang berkualitas tinggi dengan
harga yang terjangkau.

Ada delapan bagian perencanaan audit yang utama. Masing-masing dari tujuh

bagian pertama dimaksudkan untuk membantu auditor dalam mengembangkan


bagian terakhir, serta membuat perencanaan program audit secara keseluruhan

dengan efektif dan efisien. Sebagian besar tahap awal darip perencanaan audit
berkaitan dengan perolehan informasi untuk membantu auditor dalam menilai

risiko-risiko tersebut.

a. Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) merupakan


sebuah ukuran seberapa besar auditor menerima kemungkinan adanya salah

saji dalam laporan keuangan dapat setelah pengauditan selsai dilaksanakan


dan opini wajar tanpa pengecualian (uqualified) yang diberikan.

b. Risiko bawaan (inherent risk) merupakan sebuah ukurn penilaian auditor


atas kemungkinan adanya salah saji material dalam saldo akun sebelum

mempertimbangkan efektivitas pengendalian intenal.

92
PORTOFOLIO AUDIT 2015

c. Menilai risiko audit yang dapat diterima dan risiko bawaan merupakan

sebuah bagian penting dari perencanaan audit karena hal tersebut dapat
membantu dalam menentukan jumlh bukti yang diperlukan untuk

dikumpulkan dan staf yang akan ditugaskan dalam penugasan tersebut.

MENERIMA KLIEN DAN MELAKUKAN PERENCANAAN AWAL AUDIT

Perencanaan awal audit

Perencanaan awal audit melibatkan empat hal, yang seluruhny harus dilakukan

segera dalam pengauditan. Keempat hal tersebut adalah:

a. Auditor menentukan apakah akan menerima klien baru atau melanjutkan

memberikan jasa pada klien lama.


b. Auditor mengidentifikasikan mengapa klien memerlukan atau mengiginkan

penggauditan.
c. Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman, auditor harus mendapatkan

kesepahaman dengan klien mengenai kondisi kontrak kerja.


d. Auditor mengembangkan keseluruhan strategi pengauditan, termasuk

penugasan audit dan spesialis-spesialis audit yang diperlukan.

Penerimaan klien dan keberlanjutan

Tanggung jawab hukum dan profesionalisme mengharuskan KAP selektif


dalam memilih klien, sehingga klien yang tidak memiliki integritas atau yang terus-

menerus berdebat mengenai pelaksanaan audit yang tepat dan imbal jasa audit akan
cenderung menyebabkan masalah dan tidak layak untuk diterima. Beberapa KAP

sekarang ini menolak untuk mengaudit perusahaan industry yang beresiko tinggi,
seperti simpan-pinjam dsb. Seorang auditor kemungkinan tidak akan menerima klien

baru atau melanjutkan klien lama jika risiko audit yang dapat diterima di bawah
ambang batas risiko yang dapat diterima KAP tersebut.

93
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Investigasi klien baru

KAP melakukan hal ini dengan menguji, sepanjang memungkinkan, posisi


calon kliennya dalam komunitas bisnis, stabilitas keuangan dan hubungan dengan

KAP sebelumnya. Untuk calon klien yang sebelumnya pernah diaudit oleh KAP lain,
KAP yang baru (penerus) dharuskan oleh PSA 16 (SA 315) untuk berkomunikasi

dengan auditor sebelumnya. Tujuan dari ketentuan tersebut adalah untuk membantu
auditor penerusnya untuk mengevaluasi apakah akan menerima atau menolak

kontrak kerja. Jika calon klien telah diaudit oleh KAP lain, penerusnya dapat
membuat penyelidikan-penyelidikan lainnya dengan mendapat informasi dari

penasihat hukum local, KAP-KAp lain, bank, dan bisnis lainnya.Dalam beberapa kasus,
auditor dapat menyewa penyelidik profesional untuk mendapatkan informasi

mengenai reputasi dan latar belakang dari pegawai-pegawai kunci pada manajemen
perusahaan klien.

Klien lama

Banyak KAP yang mengevaluasi klien-klien yang sudah ada setiap tahunnya

untuk menentukan apakah terdapat alasan untuk tidak melanjutkan melakukan


pengauditan. Konflik-konflik sebelumnya mengenai lingkup audit yang tepat, jenis
opini yang dikeluarkan, imbal jasa, atauh hal-hal lain yang dapat menyebabkan
auditor menghentikan hubungan dengan kliennya. Auditor juga dapat pula

menghentikan kontrak kerja dengan klien setelah mengetahui bahwa kliennya tidak
memiliki integritas. Dalam kode etik IFAC yang mengatur mengenai independensi ,

jika klien melakukan tuntutan hukum terhadap KAP atau sebaliknya, maka KAP
tersebut tidak dapat melakukan audit atas perubahan tersebut.demikian pula, jika

terdapat imbal jasa yang belum dibayar untuk jasa yang diberikan lebih dari satu
tahun sebelumnya, maka KAP tidak dapat menerima pengauditan untuk tahun

berjalan. Bahkan jika tidak ada satu pun kondisi yang disebutkan di atas ditemukan,
KAP dapat memutuskan untuk tidak melanjutkan audit atas klien lama karena adanya
risiko yang sangat besar.

94
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Jika KAP memutuskan bahwa risiko audit yang dapat diterima sangat rendah,

KAP tersebut dapat memutuskan untuk menolak kontrak kerja. Jika KAP
menyimpulkan bahwa risiko audit yang dapat diterima rendah namun klien tersebut

masih dapat diterima, KAP tersebut dapat menerima kontrak kerja namun imbalan
jasa yang diusulkan pada klien juga dinaikkan. Auditor dengan risiko audit yang

dapat diterima rendah biasanya akan menyebabkan biaya audit yang lebih tinggi,
yang tercermin dalam imbal jasa audit yang lebih tinggi.

MENGIDENTIFIKASI ALASAN KLIEN UNTUK MELAKUKAN AUDIT

Dua alasan utama yang memengaruhi risiko audit yang dapat diterima adalah
siapa para pengguna laporan tersebut dan untuk tujuan apa mereka menggunakan

laporan tersebut. kemungkinan tujuan penggunaan laporan dapat ditentukan dari


pengalaman sebelumnya dengan klien dan diskusi-diskusi dengan manajemen.

Mendapatkan Kesepahaman dengan Klien

Pemahaman yang jelas atas kondisi kontrak kerja yang akan dijalankan
harus dimiliki klien dan KAP. PSA 05 (SA 310)mengharuskan auditor

untukmendokumentasikan kesepahaman mereka dengan klien dalam


perjanjian kontrak kerja, terasuk tujuan kontrak kerja, tanggung jawab
auditor dan manajemen, dan keterbatasan-keterbatasan dalam kontrak kerja
tersebut.

Perjanjian kontrak kerja dapat juga memasukkan persetujuan untuk


memberikan jasa lainnya seperti jasa perpajakan atau konsultasi manajemen.

Perjanjian kontrak tersebut harus menyatakan hambatan-hambatan yang


mungkin ditemukan dalam pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian

audit, bantuan yang diberikan oleh pegawai klien dalam mendaptkan catatan
dan dokumen, dan jadwal yang disiapkan bagi auditor.Perjanjian kontrak

kerja juga berlaku sebaga sarana yang menginformasikan pada klien bahwa
auditor tidak dapat menjamin bahwa semua tindak kecurangan dapat
diungkap.

95
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Auditor perusahaan public sekarang ini harus mendapatkan

kesepahaman atas kondisi kontrak kerja dengan komite audit dan


mendokumentasikan kesepahaman tersebut dalam arsip audit.

Informasi dalam perjanjian kontrak kerja sangat penting dalam


melakukan perencanaan audit karena akan memengaruhi penetuan waktu

untuk melakukan pengujian-pengujian dan total jumlah waktu pengauditan


dan jasa lainnya yang akan dilakukan.

MENYUSUN STRATEGI AUDIT SECARA KESELURUHAN

Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus


menyusun strategi pengauditan awal.Strategi ini harus mempertimbangkan

keberadaan klien, termasuk bagian-bbagian yang memiliki risiko salah saji signifikan
yang lebih besar.

Memilih Staf untuk Kontrak Kerja

Auditor harus menugaskan staf yang tepat untuk kontrak kerja


agar memenuhi standar audit yang berlaku umum dan untuk

melakukan pengauditan secara efisien. Standar umum pertama


Menyatakan:
Audit harus dilakukan oleh orang atau orang-orang yang memiliki
pelatihan teknis yang memadai dan keahlian sebagai seorang auditor.

Kontrak kerja audit yang lebih besar kemungkinan akan memerlukan

satu atau lebih partner dan staf dengan beberapa tingkat pengalamn.
Pertimbangan utama dalam penugasan staf adalah kebutuhan atas

keberlanjutan dari tahun ke tahun.Keberlanjutan membantu KAP untuk


menjaga kepahaman dengan ketentuan-ketentuan teknis dan

hubungan pribadi yang lebih dekat dengan personil klien.

96
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Mengevaluasi Kebutuhan akan Para Ahli dari Pihak Luar

PSA 39 (SA 336) memuat ketentuan untuk memilih ahli dan


meneelah pekerjaanMereka.Auditor harus memiliki pemahaman yang

memadai atas bisnis klien untuk mengenali apakah dibutuhkan seorang


ahli. Auditor harus mengevaluasi kualifikasi profesional sang ahli

tersebut dan memahami tujuan dan lingkup pekerjaan sang ahli


tersebut. auditor juga harus mempertimbangkan hubungan antara

sang ahli tersebut dengan klien, termasuk kondisi-kondisi yang


mungkin dapat menurunkan objektivitas ahli tersebut.

MEMAHAMI BISNIS DAN INDUSTRI KLIEN

Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industry klien dan pengetahuan atas

operasional perusahaan merupakan hal yang penting untuk melakukan audit dengan
memadai.

Standar kedua pekerjaan lapangan menyatakan: Auditor harus mendapatkan


pemahaman yang memadai atas entitas dan lingkungannya, termasuk pengendalian
internalnya, untuk menilai risiko salah saji material dalam laporan keuangan, baik
disebabkan karena kesalahan atau kecurangan, dan untuk merancang sifat, waktu,
dan keluasan prosedur audit yang lebih lanjut.

Beberapa tahun terakhir, beberapa faktor berikut telah meningkatkan pentingnya

pemahaman atas bisnis dan industry klien.

a. Teknologi informasi menghubungkan klien perusahaan dengan


pelanggan dan pemasok utamanya. Akibatnya auditor harus memiliki

pengetahuan yang lebih luas mengenai pelanggan dan pemasok utama


dan risiko-risiko yang terkait.

97
PORTOFOLIO AUDIT 2015

b. Klien yang telah memperluas usahanya secara global, sering kali melalui

modal ventura dan aliansi strategis.


c. Teknologi informasi memengaruhi proses pengendalian internal klien,

meningkatkan kualitas dan ketepatan waktu informasi keuangan.


d. Makin pentingnya sumber daya manusia dan aset tak berwujud lainnya

telah meningkatkan kommpleksitas akuntansi dan pentingnya penilaian


estimasi manajemen.

e. Auditor perlu memiliki pemahaman yang lebih baik terhadap bisnis dan
industry klien untuk memberikan jasa yang memiliki nilai tambah pada

kliennya

Auditor mempertimbangkan faktor-faktor tersebut denggan mengggunakan suatu

pendekatan sistem strategis untuk memahami bisnis klien.

Industry dan Lingkungan Eksternal

Terdapat tiga alasan utama berikut untuk mendapatkan pemahaman yang


baik atas industry klien dan lingkungan eksternal.

a. Risiko terkait dengan industry tertentu dapat memengaruhi penilaian auditor

atas risiko bisnis klien dan risiko yang dapat diterima dan bahkan dapat
memengaruhi auditor untuk menolak kontrak kerja dalam industry-industri

yang lebih beresiko, misalnya industry simpan-pinjam dan asuransi


kesehatan.

b. Beberapa risiko bawaan biasanya umum untuk semua klien di beberapa


industry tertentu. Kepahaman atas risiko-risiko tersebut dapat membantu

auditor dalam menilai releansinya dengan klien.


c. Banyak industry yang memiliki ketentuan akuntansi yang khusus di mana

auditor harus harus memiliki pemahaman dalam hal tersebut untuk


mengevaluasi apakah laporan keuangan klien sesuai dengan prinsip
akuntansi yng berlaku umum.

98
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, termasuk kondisi

perekonomian, tingkat kompetisi dan ketentuan-ketentuan dalam peraturan


pemerintah.

Operasi Proses Bisnis

Auditor harus memahami faktor-faktor seperti sumber utama pendapatan,


pelanggan dan pemasok utama, seumber pendanaan, dan informasi mengenai

pihak yang memiliki hubungan istimewa yang dapat mengindikasikan bagian-


bagian yang dapat meningkatkan risiko bisnis klien.

a. Mengunjungi pabrik dan kantor

Dengan melihat fasilitas fisik, auditor dapat menilai keamanan fisik


terhadap aset-aset klien dan menginterpretasikan data akuntansi yang

terkait dengan aset tersebut seperti misalnya persediaan dalam proses dan
peraltan pabrik.

b. Identifikasi Pihak-Pihak yang Memiliki Hubungan Istimewa

Pihak istimewa didefinisikann dalam PSA 34 (SA 334) sebagai perusahaan


terafiliasi, pemilik utama atas perusahaan klien, atau pihak lainnya yang
memiliki kesepakatan bisnis dengan klien, di mana satu pihak dapat
mempengaruhi manajemen atau kebijakan operasi lainnya.

Karena transaksi dengan pihak istimewa yang material harus diungkapkan,


semua pihak yang memiliki hubungan istimewa harus di identifiksi dan

dimasukkan dalam arisp permanen pada awal kontrak kerja. Cara umum
untuk mengidentifikasi pihak yang memiliki hubungan istimewa termasuk

melakukan tanyajawab dengan manajemen, menelaah laporan Bapepam-LK,


dan mengamati dengan saksama daftar nama pemilik saham untuk

mengidentifikasi pemegang saham utama.

99
PORTOFOLIO AUDIT 2015

c. Manajemen dan Tata Kelolaan Perusahaan

Tata kelolaan perusahaan termasuk struktur organisasi dan juga aktivits


dewan direksi dan komite auditnya. Untuk mendapatkan pemahaman atas

sistem tata kelola klien, auditor harus memahami akta pendirian perusahaan
dan peraturan-peraturannya, serta mempertimbangkan kode etik

perusahaan dan membaca notulensi rapat perusahaan.

d. Akta Pendirian Perusahaan dan Peraturan-Peraturan


Akta pendirian perusahaan diberikan oleh pemerintah di daerah di mana

perusahaan tersebut didirikan dan merupakan dokumen legal yang penting


untuk mengakui suatu perusahaan sebagai suatu entitas yang terpisah. Akta

pendirian ini juga termasuk nama perusahaan tersebut, tanggal pendirian,


jenis dan jumlah modal saham yang disahkan oleh perusahaan untuk

diterbitkan, dan jenis aktivitas yang disahkan untuk dilakukan perusahaan


tersebut. peraturan peraturan termasuk kebijakan dan prosedur yang

diadopsi oleh para pemegang saham di perusahaan tersebut.

e. Kode Etik Perusahaan


Untuk memenuhi ketentuan dalam Sarbanes-Oxlez Act di Amerika Serikat,

SEC mengharuskan setiap perusahaan public untuk mengungkapkan apakah


mereka telah mengadopsi kode etik yang diterapkan oleh manajemen

senior, termasuk CEO,CFO dan pimpinan bagian akuntansi serta


kontrolernya. SEC juga mengharuskan perusahaan-perusahaan untuk segera

mengungkapkan perubahan-perubahan dan pengabaian kode etik yang


dilakukan oleh setiap pejabat perusahaan tersebut.

f. Notulensi Rapat

Notulensi rapat merupakan catatan resmi atas rapat yang dilakukan oleh
Dewan direksi dan pemegang saham. Notulensi rapat tersebut termasuk

100
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pengesahan-pengesahan penting dan ikhtisar topik-topik penting pada

rapat-rapat tersebut dan keputusan-keputusan ang dibuat oleh direksi dan


pemegang saham. Pengesahan umum dalam notulensi termasuk

kompensasi bagi para direktur, kontrak dan persetujuan baru, pembelian


aset tetap, pinjaman dan pembayaran dividen.

Tujuan dan Strategi Klien

Strategi merupakan pendekatan yang dilakukan oleh suatu entitas untuk


mencapai tujuan organisasi.Auditor harus memahami tujuan klien terkait dengan hal-

hal berikut.

a. Keandalan laporan keuangan


b. Efektivitas dan efisiensi operasional perusahaan

c. Kepatuhan dengan hukujm dan peraturan

Sebagai bagian dari pemahaman atas tujuan klien terkait dengan kepatuhan
terhadap hukum dan peraturan, auditor harus mengenali istilah-istilah dalam kontrak

dan kewajiban hukum lainnya. Hal ini termasuk beragam unsur seperti wesel jangka
panjang dan utang obligasi, opsi saham, rencana pension, kontrak-kontrak dengan
pemasok untuk pengiriman bahan baku di masa mendatang, kontrak pemerintah
untuk penyelesaian dan pengiriman barang produksi, persetujuan royalty, kontrak-

kontrak serikat kerja dan sewa.

Pengukuran Kinerja

Sistem pengukuran kinerja klien termasuk indikator-indikator kinerja penting

yang digunakan oleh manajemen dalam mengukur setiap kemajuan dalam mencapai
tujuan perusahaan.indikator-indikator kinerja penting misalnya adalah pangsa pasar,

penjualan per pegawai, pertumbuhan unit penjualan, pengunjung unik dalam sebuah
situs Web, penjualan di took yang sama, dan penjualan per meter persegi
preritel.pengukuran kinerja termasuk analisis rasio dan tolok ukur terhadap

101
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kompetitor-kompetitor utama. Sebagai bagian dari pemahaman terhadap bisnis

klien, auditor harus menjalankan analisis rasio atau penelaahan atas perhitungan
rasio keinerja penting klien. Melakukan prosedur analitis awal merupakan langkah

keempat dalam proses perencanaan.

MENILAI RISIKO BISNIS KLIEN

Auditor menggunakan pengetahuan yang didapatnya dari pemahaman

strategis atas bisnis dan industry klien untuk menilai risiko bisnis blien, yaitu risiko
bahwa klien akan gagal mencapai tujuannya. Risiko bisnis klien dapat muncul dar

setiap faktor yang memengaruhi klien dan lingkungannya, seperti kemajuan


teknologi baru merusak keunggulan kompetitif klien,atau klien gagal dalam

menerapkan strateginya demikian juga para kompetitornya. Perhatian utama auditor


adalah risiko salah saji material dalam laporan keuangan yan disebabkan oleh risiko

bisnis klien.

Manajemen merupakan suber utama untuk melakukan identifikasi bisnis


klien.Manajemen harus melakukan evaluasi menyeluruh atas risiko bisnis yang

relevan yang dapat memengaruhi laporan keuangan agar mampu menjamin laporan
keuangan per kuartal dan per tahun, serta untuk mengevaluasi efektivitas
pengendalian pengungkapan dan prosedur yang sekarang ini diharuskan oleh
Sarbanes-Oxley Act.

Sarbanes- Oxley Act mengharuskan manajemen untuk menyatakan bahwa

perusahaan telah merancang pengendalian pengungkapan dan prosedur untuk


meyakinkan bahwa informasi penting mengenai risiko bisnis telah dikomunikasikan

kepada manajemen. Prosedur prosedur tersebut mencakup rentang informasi yang


lebih luas daripada cakupan masalah pengendalian internal atas laporan

keuangan.Prosedur tersebut harus mengmbarkan informasi yang relevan untuk


menilai kebutuhan atas perkembangan pengungkapan dan risiko-risiko yang terkait
dengan bisnis perusahaan.

102
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Sarbanes- Oxley Act juga mengharuskan manajemen untuk mengesahkan

bahwa manajemen telah menginformasikan pada auditor dan komite audit atas
setiap kekurangan-kekurangan penting dalam pengendalian internal, termasuk

kelemahan-kelemahan pentingnya.

Program Audit

Aktivitas penyusunan atau pengembangan program audit, yaitu berbagai

pedoman kerja yang akan memudahkan tugas seluruh tim internal audit dalam
mengimplementasikan strategi keseluruh objek pengawasan. Yang termasuk

program audit ini adalah:

1) Jadwal kerja (Audit schedule) dan anggaran kerja (audit budget)


2) Panduan kerja (audit guideline) dan formulir kertas kerja audit (audit form)

3) Sumberdaya manusia (audit manpower) dan organisasi (audit organization)


4) Pengembangan Sistem aplikasi dan teknologi pendukung (audit database and

technology)

1. Pengembangan jadwal kerja (Audit schedule) dan anggaran kerja (audit


budget)

Jadwal dan anggaran kerja tahunan merupakan uraian dari hasil pemetaan audit

objek grup kedalam alokasi waktu (dana) pelaksanaan audit dari bulan ke bulan
secara komprehensif jadwl merupakan kesatuan rencana kerja setahun yang terdiri

dari:

a. Referensi kalender kerja tahunan korporasi dan setiap SBU

b. Jadwal pelaksanaan kerja internal audit


c. Rencana evaluasi dan pengembangan internal audit (SDM, organisasi,

perangkat pendukung, pengolahan data base).

103
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Demi tercapainya target pada rencana strategis internal audit, sebaiknya jadwal

audit tahun berjalan jangan terlalu sering diubah (seperti hanya ditinjau kembali
pada pertengahan tahun saja). Kecuali terjadi perubahan yang signifikan pada risk

dan control mapping atau adanya permintaan special audit dari pihak tertentunya
(komisaris, BOD, manajemen) yang jharus dipertimbangkan, maka wajar bila

dilakukan reschedule agar dapat disisipkan beberapa aktivitas pendapatan.

2. Panduan Kerja (Audit Guideline) dan Formulir Kertas Kerja Audit (Audit

Form)

Panduan kerja audit dan formulir audit adalah standar kertas kerja audit (audit
workpaper) yaitu sarana (tools) untuk memudahkan para auditor mengidentifikasi

masalah. Standarisasi kertas kerja audit ini dimaksudkan agar diperoleh sejumlah
manfaat, yaitu:

a. Sebagai media pengembangan kualitas risk manajemen dan internal control

korporasi yang akan diperjuangkan oleh internal audit melalui penetapan


persyaratan minimum (minimum requirements) pengujian masalah.

b. Sebagai media untuk menjabarkan berbagai titik kritis resiko /pengendalaian


(critical risk/ control point) setiap objek pemeriksaan pada seluruh lingkup
audit yang ditetapkan.
c. Mewujudkan kesamaan perspektif berpikir para auditor terhadap cara

memandang, mengidentifikasi, dan menggali berbagai objek pemeriksaan.


d. Sebagai alat pelatihan yang efektif dalam pembentukan auditor baru maupun

pembelajaran sebuah bidang audit baru.


e. Menekan kesenjangan kapabilitas antara auditor berpengalaman (senior)

dengan para auditor junior.


f. Sebagai dasar pengukuran sumber daya yang dibutuhkan (waktu, SDM)

untuk setiap objek pemeriksaan, sekaligus sebagai standar dan alat penilaian
kecukupan kerja setiap pelaksana tugas audit.

104
PORTOFOLIO AUDIT 2015

g. Menjadi media pembinaan bagi para auditee melalui kebijakan membagi

secara transparan, sebagai kertas kerja audit untuk kepentingan self


assessment oleh auditee.

Panduan kerja audit (audit guideline) tidak dibangun sebagai kumpulan langkah-
langkah proseduralbagaiman memeriksa suatu objek, sehingga akan menjadi begitu

tebal. Lazimnya panduan ini hanya berisi daftar risk operation control questionnaire
untuk memandu auditor dalam melakukan pengujian atas tingkat kememadaian

pengelolaan risiko dan pengendalian internal oleh auditee (compliance test).


Panduan ini dipakai dalam aktivitas mengamati proses kerja atau fakta yang terlihat

sekitar audit objek yang diperiksa.

Sementara itu, formulir audit (audit form) merupakan media untuk memandu
aktivitas kerja sekumpulan data / fakta (substantive test) dalam pengumpulan data

kuntitatif yang relevan terkait dengan objek yang diperiksa. Formulir audit ini tidak
perlu disiapkan jika data kertas kerja (laporan periodik) yang dibuat oleh auditee

dianggap sudah memadai sebagai bukti pendukung (audit evidence) dan demi
kepentingan ferifikasi / analisis. Formulir itu juga tidak perlu dibuat bilaman data

yang dihasilkan dari menu laporan atau data base sistem aplikasi komputer.

Beberapa prinsip dalam membangun panduan kerja audit dan formulir audit yang
baik, yaitu:

a. Relevant dan comparative data

Data kuantitatif yang dikumpulkan harus ada kaitannya (relevan) dengan


objek yang diperiksa, periode pemeriksaan, dan tujuan/ kebutuhan analisis.

Selain itu, data ini juga harus dapat diperbandingkan (comparative) ditinjau
dari segi antarkurun waktu, antar proses/ perubahan internal, atau antar

berbagai faktor penyebab atau dampak dari berbagai resiko.

105
PORTOFOLIO AUDIT 2015

b. Comprehensive dan significant questioner

Questioner dijabaran dalam bentuk yang lengkap (comprehensive) ditinjau


dari kecukupan titik kritis resiko dan pengendalian dalam suatu objek audit.

Setiap pernyataan dalam questioner harus memiliki tingakat signifikansi/


materialitas (layak dituangkan dalam laporan) dari segi dampak resiko

maupun dari tingkat kepentingan pengendalian.


c. Accurate and miserable workpeople

Kertas kerja harus dibuat secara tepat (akurat), yaitu tidak adanya informasi
yang kurang atau berlebihan, sehingga semua informasi yang didapat layak

dipakai untuk membuat kesimpulan masalah. Selain itu, kertas kerja juga harus
menjadi acuan untuk mengukur tingkat kemajuan tim internal audit maupun

menilai tingkat kapabilitas suatu auditor.


d. Conscised & simplified program

Program audit harus ringaks (padat), yaitu setiap objek tidak memerlukan
lembar kertas kerja (jika memungkinkan lebih banya dihasilkan dalam bentuk

soft file), sehingga efektif untuk mempercepat aktivitas audit. Selain itu, isinya
juga harus sederhana dan mudah digunakan, sehingga dapat dipelajari sendiri

tanpa banyak arahan.

3. Rencana evaluasi dan pengembangan internal audit (SDM, organisasi,


perangkat pendukung, pengolahan data base).

Head of internal audit dept wajib memiliki rencana pengembangan SDM internal

audit yang dievaluasi satu sampai dua kali setahun, yang meliputi:
a. Rencana rekrutment auditor baru, pembinaan auditor, atau promosi auditor

yang ada (disesuaikan dengan tuntutan pengembang kompetensi internal


audit).

b. Program orientasi dan pelatihan, baik bagi auditor baru maupun auditor yang
sudah ada. Program bagi auditor baru ditujukan untuk memperkenalkan

106
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan oleh pelaksana internal

audit. Program bagi auditor yang sudah ada ditujukan untuk memperbaharui
pengetahuan dan keterampilan mereka dengan metodologi , teknik atau

standar audit yang belum diterapkan selama ini.


c. Program peningkatan pengetahuan/ wawasan bisnis sesuai karakteristik

industri/ bisnis yang dihadap, seperti di bidang sales & Marketing, Leadership
& Management, Business Process & IT, dan sebagainya. Aspek-aspek tersebut

kurang mendapat perhatian dikalangan praktisi audit.


d. Program peningkatan keterampilan penunjang sesuai tuntutan pekerjaan

internal audit, seperti penguasaan aplikasi komputer (konsep kerja, fitures,


dan data base yang dimiliki), seperangkat lunak untuk statistika analysis

(seperti SPSS).

Perangkat organisasi audit diperlukan untuk menunjang independensi dan


profesionalisme kerja internal audit. Beberapa perangkat organisasi dimaksud adalah:

a. Piagam audit (audit charter) yaitu dokumen resmi yang dikeluarkan untuk
menetapkan tujuan peran serta lingkungan tanggung jawab serta wewenang

(main duty), serta acuan kerja internal audit sebagai institusi yang independen
dan profesional ditengah korporasi.

b. Kode etik audit (audit code of conduct) yaitu prinsip-prinsip kepribadian dan
etika profesional yang wajib diketahui serta mengikat setiap internal auditor.

c. Komite audit (audit committee) yaitu komite yang lazim dibentuk oleh Dewan
Komisari/ Direksi Korporasi.

d. Struktur organisasi (organization chart) yaitu unit kerja internal audit dan
deskripsi tugas (job description) setiap posisi struktural/ fungsional para

auditor.

107
PORTOFOLIO AUDIT 2015

4. Pengembangan Sistem aplikasi dan teknologi pendukung (audit

database and technology)

Audit database, (yaitu audit knowledge Datamining) dan pengembangan

teknologi pendukung merupakan hal yang umumnya terabaikan atau kurang digarap
secara optimal dalam pembuatan program audit. Disini yang dimaksud Audit

Database adalah semua data penting, baik dalam bentuk softdata maupun hardcopy,
yang dikumpulkan dan diolah secara teratur yang meliputi:

Arsip kertas kerja, kuesioner, analisis, statistic hingga laporan yang sudah di-

release oleh internal Audit selama ini.


Masterdata terkait informasi penting sekitar auditee dan perusahaan yang

dikembangkan dari hasil pengumpulan langsung melalui berbagai pihak


internal sebagai acuan audit rutin (Khususnya terkait Audit on Desk).

Hasil pengembangan dari serangkaian fitur (feature) pada sistem aplikasi


perusahaan, yang diminta khusus untuk mempermudah aktivitas audit. Fitur

tersebut bisa berupa laporan analitatif, audit trail, hingga parameter tertentu
yang di-setup dalam sistem aplikasi.

Data analisis/ statistic yang relevan dan komparatif menyangkut


industry/bisnis di mana korporasi berkecimpung. Data ini bermanfaat untuk

benchmarking dalam aktivitas risk- based Analysis.

PROSEDUR AUDIT

Pengertian

Standar pekerjaan lapangan ketiga menyebutkan beberapa prosedur audit yang

harus dilaksanakan oleh auditor dalam mengumpulkan berbagai tipe bukti audit.
Mulyadi (2001: ) prosedur audit adalah instruksi rinci untuk mengumpulkan tipe bukti

audit tertentu yang harus diperoleh pada saat tertentu dalam audit. Haryono Jusup
(2001:136) prosedur audit adalah Tindakan-tindakan yang dilakukan atau metoda
dan teknik yang digunakan oleh auditor untuk mendapatkan dan mengevaluasi bukti

108
PORTOFOLIO AUDIT 2015

audit. Prosedur audit yang disebutkan dalam standar tersebut meliputi : inspeksi,

pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi.

Disamping auditor memakai prosedur audit yang disebutkan dalam standar

tersebut, auditor melaksanakan berbagai prosedur audit lainnya untuk


mengumpulkan bukti audit yang akan dipakai sebagai dasar untuk menyatakan

pendapat atas laporan keuangan auditan. Prosedur audit lain tersebut meliputi :
penelusuran, pemerikasan bukti pendukung, penghitungan, dan scanning.

Pembagian Prosedur Audit

Boyton, William C. dkk (2003) membagi prosedur audit menjadi :

1. Prosedur Analitis (Analytical Procedures)

Prosedur ini terdiri dari kegiatan mempelajari dan membandingkan data yang
memiliki hubungan. Dalam prosedur ini digunakan data finansial dan non finansial

yang menghasilkan bukti analis meliputi perhitungan dan penggunaan rasio-rasio


sederhana, analisis vertikal atau laporan presentase, perbandingan jumlah yang

sebenarnya dengan data historis atau anggaran, serta penggunaan model matematis
dan statistik, seperti analis regresi (melibatkan penggunaan data non keuangan
(seperti data jumlah karyawan) maupun data keuangan. Prosedur analitis seringkali
meliputi juga pengukuran kegiatan bisnis yang mendasari operasi serta

membandingkan ukuran-ukuran kunci ekonomi yang menggerakkan bisnis dengan


hasil keuangan terkait.Prosedur analitis umumnya digunakan dalam pendekatan top

down untuk mengembangkan harapan atas akun laporan keuangan dan untuk
menilai kelayakan laporan keuangan dalam konteks tersebut.

2. Menginspeksi (Inspecting)

Prosedur ini melakukan pemeriksaan secara teliti atas dokumen, catatan,

pemeriksaan, fisik atas sumber berwujud.Prosedur ini digunakan secara luas dalam
auditing. Inspeksi seringkali digunakan dalam mengumpulkan dan mengevaluasi

109
PORTOFOLIO AUDIT 2015

bukti bottom-up maupun top-down. Dengan melakukan inspeksi atas dokumen,

auditor dapat menentukan ketepatan persyaratan dalam faktur atau kontrak yang
memerlukan pengujian bottom-up atas akuntansi transaksi tersebut. Pada saat yang

sama, auditor seringkali mempertimbangkan implikasi bukti dalam konteks


pemahaman faktor-faktor ekonomi dan persaingan entitas. Sebagai contoh pada

saat auditor memeriksa kontrak sewa guna usaha, mengevaluasi bagaimana sewa
usaha ini berpengaruh pada kegiataan pembiayaan dan investasi entitas, dan

akhirnya mempertimbangkan bagaimana sewa guna usaha ini dapat mempengaruhi


kemampuan entitas untuk menambah penghasilan dan bagaimana pengaruh

transaksi ini atas struktur biaya tetap entitas.

Istilah-istilah seperti me-review (reviewing), membaca (reading), dan memeriksa

(examining) adalah sinonim dengan menginspeksi dokumen dan


catatan.Menginspeksi dokumen dapat membuka membuka jalan untuk

mengevaluasi bukti dokumenter.Dengan demikian melalui inspeksi, auditor dapat


menilai keaslian dokumen, atau mungkin dapat mendeteksi keberadaan perubahan

atau item-item yang dipertanyakan. Bentuk lain dari inspeksi adalah sacanning atau

memeriksa secara tepat dan tidak terlampaui teliti dokumen dan catatan. Memeriksa
sumber daya memungkinkan auditor dapat mengetahui secara langsung keberadaan

dan kondisi fisik sumber daya tersebut. Dengan demikian, inspeksi juga memberikan
cara untuk mengevaluasi bukti fisik.

3. Mengkonfirmasi (Confirming)

Prosedur ini dilakukan melalui pengajuan pertanyaan yang memungkinkan


auditor untuk mendapatkan informasi langsung dari sumber independen di luar

organisasi klien.Dalam kasus yang lazim, klien membuat permintaan kepada pihak
luar secara tertulis, namun auditor yang mengendalikan pengiriman permintaan

keterangan tersebut.Permintaan tersebut juga harus meliputi instruksi berupa


permintaan kepada penerima untuk mengirimkan tanggapannya secara langsung
kepada auditor. Konfirmasi menyediakan bukti bottom-up penting dan digunakan

110
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dalam auditing karena bukti tersebut biasanya objektif dan berasal dari sumber yang

independen.

4. Permintaan keterangan (Inquiring)

Prosedur ini dilakukan secara lisan dan tertulis kepada sumber-sumber intern

dalam perusahaan, seperti manajemen dan karyawan umumnya berupa pertanyaan-


pertanyaan yang yang timbul setelah dilaksanakannya prosedur analitis atau

permintaan keterangan yang berkaitan dengan keusangan persediaan atau piutang


yang dapat ditagih.Auditor juga dapat langsung meminta keterangan pada pihak

eksteren, seperti permintaan keterangan langsung kepada penasehat hukum klien


tentang kemungkinan hasil litigasi.Hasil permintaan keterangan dapat berupa bukti

lisan atau bukti dalam bentuk representasi tertulis.

5. Perhitungan (Counting)

Prosedur ini dilakukan dengan dua aplikasi paling umum dari perhitungan yaitu

perhitungan fisik atas barang-barang berwujud dan perhitungan atas dokumen


bernomor urut tercetak. Yang pertama menyediakan cara untuk mengevaluasi bukti

fisik tentang jumlah yang ada, sedangkan yang kedua dapat dipandang sebagai

penyediaan cara untuk mengevaluasi pengendalian internal perusahaan melalui bukti


yang objektif tentang kelengkapan catatan akuntansi. Teknik perhitungan ini

menyediakan bukti audit bottom-up, namun auditor seringkali terdorong untuk


memperoleh bukti top-down terlebih dahulu guna mendapatkan konteks ekonomi

dari prosedur perhitungan.

6. Penelusuran (Tracing)

Prosedur ini dilakukan dengan menelusur informasi sejak awal data direkam

pertama kali pada dokumen hingga pelacakan pengolahan data tersebut dalam
proses akuntansi maka dari itu dalam penelusuran seringkali disebut sebagai
penelusuran ulang, auditor memilih dokumen yang dibuat pada saat transaksi

111
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dilaksanakan, dan menentukan bahwa informasi yang diberikan oleh dokumen

tersebut telah dicatat dengan benar dalam catatan akuntansi (jurnal dan buku besar).
Arah pengujian prosedur ini berawal dari dokumen menuju catatan akuntansi,

sehingga menelusuri kembali asal-usul aliran data melalui sistem akuntansi. Karena
prosedur ini memberikan keyakinan bahwa data yang berasal dari dokumen sumber

pada akhirnya dicantumkan dalam akun, maka secara khusus data ini sangat berguna
untuk mendeteksi terjadinya salah saji berupa penyajian yang lebih rendah dari yang

seharusnya (understatement) dalam catatan akuntansi.

7. Pemeriksaan bukti pendukung (Vouching)

Prosedur ini dilakukan dengan pencocokan dokumen untuk mendeteksi

terjadinya pencatatan di atas semestinya dalam catatan akuntansi meliputi pemilihan


ayat jurnal dalam catatan akuntansi, dan mendapatkan serta memeriksa dokumentasi

yang digunakan sebagai dasar ayat jurnal tersebut untuk menentukan validitas dan
ketelitian pencatatan akuntansi. Dalam melakukan vouching, arah pengujian

berlawanan dengan yang digunakan dalam tracing. Prosedur vouching digunakan


secara luas untuk mendeteksi adanya salah saji berupa penyajian yang lebih tinggi

dari yang seharusnya (overstatement) dalam catatan akuntansi.

8. Pengamatan (Observing)

Prosedur ini dilakukan dengan melihat pelaksanaan sejumlah kegiatan atau


proses yang terjadi dalam perusahaan. Kegiatan dapat berupa pemrosesan rutin jenis

transaksi tertentu seperti penerimaan kas, untuk melihat apakah para pekerja yang
sedang melaksanakan tugas yang diberikan sesuai dengan kebijakan dan prosedur

perusahaan.Pengamatan terutama penting untuk memperoleh pemahaman atas


pengendalian internal.Auditor juga dapat mengamati kecermatan seorang karyawan

klien dalam melaksanakan pemeriksaan tahunan atas fisik persediaan.Pengamatan


yang terakhir ini memberikan peluang untuk membedakan antara mengamati dan
menginspeksi.

112
PORTOFOLIO AUDIT 2015

9. Pelaksanaan ulang (Reperforming)

Prosedur ini dilakukan dengan menghitung ulang dan membuat rekonsilisasi


yang telah ditentukan oleh klien/perusahaan misalnya menghitung ulang total jurnal,

beban penyusutan, bunga akrual dan diskon atau premi obligasi, perhitungan
kuantitas dikalikan harga per unit pada lembar ikhtisar persediaan, seta total pada

skedul pendukung dan rekonsiliasi. Auditor juga dapat melaksanakan ulang


beberapa aspek pemrosesan transaksi tertentu untuk menentukan bahwa

pemrosesan awal telah sesuai dengan pengendalian intern yang telah dirumuskan.
Sebagai contoh, auditor dapat melaksanakan ulang pemeriksaan atas kredit

pelanggan pada transaksi penjualan untuk menentukan bahwa pelanggan memang


memiliki kredit yang sesuai pada saat transaksi tersebut di proses. Pemeriksaan ulang

biasanya memberikan bukti bottom-up, dan dengan bukti bottom-up lainnya,


auditor dapat terlebih dahulu memahami konteks ekonomi untuk pengujian audit

tersebut.

10. Teknik Audit Berbantuan Komputer (Computer Assisted Audit


Technique/CAAT)

Prosedur ini dilakukan jika perusahaan menyelenggarakan catatan akuntansi


dalam media elektronik. Teknik audit berbantuan komputer dapat membantu
melaksanakan beberapa prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Sebagai contoh,

auditor dapat menggunakan perangkat lunak komputer untuk melakukan hal-hal


sebagai berikut :

1) Melaksanakan perhitungan dan perbandingan yang digunakan dalam

prosedur analitis
2) Memilih sampek piutang usaha untuk konfirmasi

3) Mencari sebuah file dalam komputer untuk menentukan bahwa semua


dokumen yang berurutan telah dipertanggungjawabkan. Membandingkan
elemen data dalam file-file yang berbeda untuk disesuaikan (seperti harga

113
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang tercantum dalam faktur dengan master file yang memuat harga-harga

yang telah disahkan).


4) Memasukkan data uji dalam program klien untuk menentukan apakah aspek

komputer dari pengendalian intern telah berfungsi


5) Melaksanakan ulang berbagai perhitungan seperti penjumlahan buku besar

pembantu piutang usaha atau file persediaan.

Penggolongan Prosedur Audit

Haryono Jusup (2001: 142) mengklasifikasikan prosedur audit menjadi tiga macam
yaitu :

1. Prosedur untuk mendapatkan pemahaman mengenai struktur pengendalian

intern,
2. Pengujian pengendalian, dan

3. Pengujian substantif, terdiri dari :


Prosedur analitis

Pengujian substansif atas transaksi


Pengujian terinci atas saldo (Test of Details of Balances)

Menurut Arens & Lobbeck :

1. Prosedur untuk memperoleh pemahaman atas struktur pengendalian


intern.

Selama proses/tahap audit, auditor harus memusatkan perhatiannya kepada

rancangan dan operasi dari aspek-aspek struktur pengendalian intern sampai seluas
yang diperlukan guna dapat merencanakan audit dengan efektif.Tujuan pelaksanaan

prosedur selanjutnya adalah untuk memberikan pemahaman dan bahan bukti untuk
mendukung hal itu. Lima jenis prosedur audit yang berhubungan dengan
pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern ialah :

114
PORTOFOLIO AUDIT 2015

1) Pengalaman auditor pada periode sebelumnya terhadap satuan usaha

tersebut
2) Tanya jawab dengan pegawai perusahaan

3) Pemeriksaan pedoman dan kebijakan dan sistem


4) Pemeriksaan atas dokumen dan catatan

5) Pengamatan aktivitas dan operasi satuan usaha tersebut

2. Pengujian pengendalian

Penggunaan utama dari pemahaman auditor atas struktur pengendalian intern

ialah untuk menetapkan resiko pengendalian relatif terhadap berbagai tujuan audit
berkait transaksi. Jika auditor merasa yakin dan percaya bahwa kebijakan dan

prosedur pengendalian dirancang dengan efektif, dan dijalankan dengan efisien, dia
dapat menetapkan resiko pengendalian pada tingkat yang dapat mencerminkan

evaluasi tersebut.Meskipun demikian, tingkat resiko pengendalian yang ditetapkan


harus dibatasi sampai tingkat yang didukung oleh bahan bukti yang diperoleh.Dan

prosedur yang digunakan guna memeroleh bahan bukti semacam ini disebut

pengujian atas pengendalian. Pengujian ini mencakup jenis bahan bukti berikut :

1) Tanya jawab dengan pegawai klien

2) Pemeriksaan dokumen dan catatan


3) Pengamatan aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan pengendalian

4) Pelaksanaan ulang oleh auditor terhadap prosedur-prosedur klien

3. Pengujian substantif

Pengujian substantif merupakan suatu prosedur yang dirancang untuk menguji


kekeliruan atau ketidakberesan dalam bentuk uang yang langsung memengaruhi

kebenaran saldo laporan keuangan.Terdapat tiga jenis pengujian substantif, yaitu


pengujian atas transaksi, prosedur analitis, dan pengujian terperinci atas saldo.

115
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Prosedur Analitis

Prosedur analitis mencakup perbandingan jumlah yang dicatat dengan


ekspektasi yang dikembangkan oleh auditor. Ada empat tujuan penggunaan

prosedur analitis, yaitu :


1) Memahami bidang klien

2) Menetapkan kemampuan kelangsungan hidup suatu satuan usaha


3) Indikasi timbulnya kemungkinan salah saji dalam laporan keuangan,

dan
4) Mengurangi pengujian audit yang lebih rinci.

Pengujian substansif atas transaksi

Tujuan pengujian substantif atas transaksi adalah untuk menentukan apakah


transaksi akuntansi klien telah diotorisasi dengan pantas, dicatat dan

diikhtisarkan dalam jurnal dengan benar dan diposting ke buku besar dan
buku tembahan dengan benar.

Pengujian terinci atas saldo (Test of Details of Balances)

Pengujian ini menitikberatkan atau memfokuskan pada saldo akhir buku besar
baik untuk akun-akun neraca maupun laba rugi, namun penekanan utama

pada kebanyakan pengujian terinci atas saldo adalah neraca. Pengujian terinci
atasa saldo akhir ini penting dalam pelaksanaan audit, karena dalam

kebanyakan bagiannya bahan bukti diperoleh dari sumber yang independen


dari klien dan dengan demikian dinilai berkualitas tinggi.

Sementara itu pengujian terinci atas saldo ini bertujuan untuk memberikan
kebenaran moneter atas akun-akun yang berkaitan dan dengan demikian

pengujian substantif.Sebagai contoh, konfirmasi menguji salah saji dan


ketidakberesan moneter dan dengan demikian merupakan pengujian

substantif.Demikian pula perhitungan persediaan dan kas di tangan.

116
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Tipe Bukti Audit dan Prosedur Auditnya

Tipe Bukti Prosedur Audit Contoh Penerapan


Prosedur Audit

Bukti Fisik Inspeksi Inspeksi mesin pabrik

Bukti dokumenter Penghitungan Penghitungan kas


Konfirmasi Konfirmasi saldo bank

Inspeksi inspeksi faktur penjualan


Penelusuran Menelusur faktur

penjualan ke dalam
kartu piutang usaha

Wawancara Wawancara dengan


penasihat hukum klien

yang menghasilkan surat


pernyataan dari penasihat

hukum tersebut.

Bukti Perhitungan Penghitungan Kembali Footing terhadap jurnal


penjualan

Cross-footing terhadap
jurnal pembelian

Bukti lisan Wawancara Meminta keterangan


tentang tingkat keusangan

kesediaan di gudang
Bukti perbandingan Prosedur Analitik Membandingkan realisasi

penjualan dengan
anggaran

117
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Penentuan Prosedur Audit yang Akan digunakan

Untuk mengumpulkan bukti audit, auditor menggunakan prosedur audit. Contoh


prosedur audit disajikan sebagai berikut ini :

1) Hitung penerimaan kas yang belum disetor yang belum disetor pada tanggal

neraca dan awasi uang kas tersebut sampai dengan saat penyetoran ke bank.
2) Mintalah cut-off bank statement dari bank kira-kira untuk jangka waktu dua

minggu setelah tanggal neraca.


3) Lakukan pengamatan terhadap penghitungan fisik sediaan yang

diselenggarakan oleh klien. Daftar prosedur audit untuk seluruh audit unsur
tertentu disebut program audit. Pada umumnya program audit juga

menyebutkan besarnya smpel, tanggal pelaksanaan prosedur audit, dan


pelaksana proses audit tersebut.

MATERIALITAS, RISIKO, dan STRATEGI AUDIT AWAL

Materialitas

Materialitas merupakan dasar penerapan dasar auditing, terutama standar


pekerjaan lapangan dan standar pelaporan. Oleh karena itu, materialitas mempunyai
pengaruh yang mencakup semua aspek audit dalam audit atas laporan keuangan. SA
Seksi 312 Risiko Audit dan Materialitas Adit dalam PelaksanaanAudit mengharuskan

auditor untuk mempeertimbangkan materialitas dalam (1) perencanaan audit, dan (2)
penilaian terhadap kewajaran laporan keuangan secara keseluruhan sesuai dengan

prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia.

Konsep Materialitas

Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi, yang dilihat dari keadaan yang melingkupnya, dapat mengakibatkan

perubahan atas suatu pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan


kepercayaan terhadap informasi itu, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.

118
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Hal itu mengharuskan auditor untuk mempertimbangkan keadaan yang berkaitan

dengan entitas dan kebutuhan informasi pihak yang akan meletakkan kepercayaan
atas laporan keuangan auditan.

Contohnya, jumlah yang material dalam laporan keuangan entitas tertentu mungkin
tidak material dalam laporan keuangan entitas lain yang memiliki ukuran dan sifat

yang berbeda. Maka, auditor dapat menyimpulkan bahwa tingkat materialitas akun
modal kerja lebih rendah bagi perusahaan yang berada dalam situasi bangkrut bila

dibandingkan dengan suatu perusahaan yang memiliki current ratio 4 : 1.

Mengapa Konsep Materialitas Penting dalam Audit atas Laporan keuangan?

Dalam laporan audit atas laporan keuangan, auditor tidak dapat memberikan
jaminan (guarantee) bagi klien atau pemakai laporan keuangan yang lain, bahwa

laporan keuangan auditan adalah akurat. Hal ini karena akan memerlukan waktu dan
biaya yang jauh melebihi manfaat yang dihasilkan. Karena itu, dalam audit atas

laporan keuangan, auditor memberikan keyakinan berikut ini:

1. Bahwa jumlah-jumlah yang disajikan dalam laporan keuangan beserta

pengungkapannya telah dicatat, diingkas, digolongkan, dan dikompilasi.

2. Bahwa ia telah mengumpulkan bukti audit kompeten yang cukup sebagai


dasar memadai untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan.

3. Dalam bentuk pendapat atau memberikan informasi, dalam hal terdapat

perkecualian), bahwa laporan keuangan sebagai keseluruhan disajikan secara


wajar dan tidak terdapat salah saji material karena kekeliruan dan kecurangan.

Aad dua konsep yang melandasi keyakinan yang diberikan oleh auditor:

1. Konsep materialitas menunjukan seberapa besar salah saji yangdapat diterima


oleh auditor agar pemakai laporan keuangan tidak terpengaruh oleh salah saji

tersebut.

119
PORTOFOLIO AUDIT 2015

2. Konsep risiko audit menunjukan tingkat risiko kegagalan auditor untuk

mengubah pendapatnya atas laporan keuangan yang sebenarnya berisi salah


saji material.

Pertimbangan Awal tentang Materialitas

Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam


perencanaan auditnya yang disebut materialitas perencanaan, mungkin dapat

berbeda dengan tingkat materialitas yang digunakan pada saat pengambilan


kesimpulan audit dan dalam mengevaluasi temuan audit karena (1) keadaan yang

melingkupi berubah (2) informasi tambahan tentang klien dapat diperoleh selama
berlangsungnya audit.

Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif dan kualitatif

berkaitan dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan
keuangan. Pertimbangan kualitatif berkaitan dengan penyebab salah saji. Suatu salah

saji yang secara kuantitatif tidak material dapat secara kualitatif material, karena
penyebab yang menimbulkan salah saji tersebut.

Contoh pertimbangan kuantitatif dan kualitatif yang dilakukan oleh auditor adalah :

1. Hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan seperti:

o Laba bersih sebelum pajak dalam laporan keuangan

o Total aktiva dan ekiutas pemegang saham dalam neraca

2. Faktor kualitatif seperti:

o Kemungkinan terjadinya pembayaran yang melanggar hukum dan

kecurangan

o Syarat yang tercantum dalam perjanjian penarikan kredit dari bank


yang mengharuskan klien untuk mempertahankan beberapa ratio
keuangan pada tingkat minimum tertentu.

120
PORTOFOLIO AUDIT 2015

o Adanya gangguan dalam trend laba

o Sikap manajemen terhadap integritas laporan keuangan

Sebagai contoh, auditor memutuskan kombinasi salah saji berjumlah 8 % dari laba
bersih sebelum pajak dipandang material untuk laporan laba-rugi, dengan

memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji tersebut. Oleh karena itu, jika
kombinasi salah saji kurang dari 3 %, auditor akan memandang sebagai salah saji

yang tidak material, dengan memperhatikan faktor kualitatif dalam salah saji
tersebut. Salah saji berada diantara 3 % dan 8 % memerlukan pertimbangan auditor

untuk memutuskan materialitasnya. Jika misalnya, laba bersih sebelum pajak yang
dipakai sebagai jumlah kunci berjumlah Rp 100 juta, maka batas materialitas

(materiality border) untuk laporan laba-rugi berada dalam kisaran :

Rp 3.000.000 sampai Rp 8.000.000

Batas bawah dihitung 3% x Rp100.000.000 dan batas dihitung 8% x Rp 100.000.000.

Contoh berikut ini menunjukan batas materialitas yang ditentukan oleh auditor :

1. Untuk total aktiva dalam neraca Rp 41 juta s.d Rp 100 juta

2. Untuk aktiva lancar Rp 25 juta s.d Rp 60 juta

3. Untuk total ekuitas pemegang saham dalam neraca Rp 15 juta s.d Rp 45 juta

Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua
tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas laporan sebagai

keseluruhan dan tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam
mencapai kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.

Materialitas pada tingkat Laporan Keuangan

Auditor menggunakan dua cara dalam menerapkan materialitas yaitu:

121
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pertama, auditor menggunakan materialitas dalam perencanaan audit, dengan

membuat estimasi materialitas karena terdapat hubungan terbalik antara jumlah


dalam laporan keuangan yang dipandang material oleh auditor dengan jumlah

pekerjaan audit yang diperlukan untuk menyatakan kewajaran laporan keuangan.

Kedua, pada saat mengevaluasi bukti audit dalam pelaksanan audit.

Contoh panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :

1. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat

salah saji 5 % sampai 10 % dari laba sebelum pajak.

2. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat

salah saji % sampai 1 % dari total aktiva.

3. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat


salah saji 1 % dari total pasiva.

Materialitas pada Tingkat Saldo akun

Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin
terdapat dalam saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep

materialitas pada tingkat saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah

saldo akun material.

Alokasi Materialitas laporan Keuangan ke Akun

Dalam melakukan alokasi, auditor harus mempertimbangkan kemungkinan

terjadinya salah saji dalam akun tertentu dengan biaya yang harus dikeluarkan untuk
memverifikasi akun tersebut.

HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS DENGAN BUKTI AUDIT

Materialitas merupakan satu diantara berbagai faktor yang mempengaruhi


pertimbangan auditor tentang kecukupan ( kuantitas ) bukti audit. Dalam membuat

122
PORTOFOLIO AUDIT 2015

generalisasi hubungan antara materialitas dengan bukti audit, perbedaan istilah

materialitas dan saldo akun material harus tetap diperhatikan. Semakin rendah
tingkat materialitas, semakin besar jumlah bukti yang diperlukan (hubungan terbalik).

RISIKO AUDIT

Resiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak
memodifikasi pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan

yang mengandung salah saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan
pendapatnya, semakin rendah risiko audit yang auditor bersedia menanggungnya.

Jika diinginkan tingkat kepastian 99 %, risiko audit yang auditor bersedia


menanggungnya adalah 1 %,

Risiko Audit pada Tingkat Laporan Keuangan dan Tingkat Saldo Akun

Risiko audit, seperti materialitas, dibagi menjadi dua bagian :

1. Risiko audit keseluruhan yang berkaitan dengan laporan keuangan sebagai


keseluruhan (sesuai dengan definisi risiko audit yang disajikan diatas).

2. Risiko audit individual yang berkaitan dengan setiap saldo akun individual

yang dicantumkan dalam laporan keuangan.

Unsur Risiko Audit

Terdapat tiga unsur risiko audit :

1) Risiko Bawaan. Risiko bawaan adalah kerentanan suatu saldo akun atau

golongan transaksi terhadap suatu salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak
terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang terkait.

2) Risiko Pengendalian. Risiko pengendalian adalah risiko terjadinya salah saji

material dalam suatu asersi yang tidak dapat dicegah atau dideteksi secara tepat
waktu oleh pengendalian intern entitas.

123
PORTOFOLIO AUDIT 2015

3) Risiko Deteksi. Risiko deteksi adalah risiko sebagai akibat auditor tidak dapat

mendeteksi salah saji materialyang terdapat dalam suatu asersi.

Penggunaan Informasi Risiko Audit

Taksiran risiko audit pada tahap perencanaan audit dapat digunakan oleh

auditor untuk menetapkan jumlah bukti audit yang akan diperiksa untuk
membuktikan kewajaran penyajian saldo akun tertentu.

Dengan formula sebagai berikut :

Risiko Audit Individual = risiko bawaan x risiko pengendalian x risiko deteksi

Resiko Deteksi = Risiko audit individual / (Risiko bawaan x Risiko

pengendalian)

Contoh :

Dalam menaksir risiko deteksi dalam audit atas sediaan, auditor melakukan

pertimbangan:

1. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko audit individual untuk akun Sediaan

pada tingkat 5 % ( karena risiko audit secara keseluruhan juga diterapkan

sebesar 5 % )

2. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko bawaan pada tingkat 60 %, karena

akun Sediaan bersaldo besar, beberapa perhitungan rumit, frekuensi transaksi


yang berkaitan dengan akun Sediaan adalah tinggi.

3. Pertimbangan auditor, ditemukan risiko pengendalian sebesar 30 % karena

pengendalian klien efektif berdasarkan hasil pengujian pengendalian yang


dilakukan dalam audit tahun yang lalu.

124
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Hubungan antar Unsur Risiko

Risiko bawaan dan risiko pengendalian berbeda dengan risiko deteksi. Kedua
risiko yang disebut terdahulu ada, terlepas dari dilakukan atau tidaknya audit atas

laporan keuangan, sedangkan risiko deteksi berhubungan dengan prosedur audit


dan dapat diubah oleh keputusan auditor itu sendiri. Risiko deteksi mempunyai

hubungan yang terbalik dengan risiko bawaan dan risiko pengendalian. Semakin
kecil risiko bawaan dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin besar

risiko deteksi yang dapat diterima. Sebaliknya, semakin besar adanya risiko bawaan
dan risiko pengendalian yang diyakini oleh auditor, semakin kecil tingkat risiko

deteksi yang dapat diterima.

Hubungan antara Materialitas, Risiko Audit, dan Bukti Audit

Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, risiko audit, dan bukti audit
digambarkan sebagai berikut :

1. Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat materialitas


dikurangi, auditor harus menambah jumlah bukti audit yang di kumpulkan.

2. Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi


jumlah bukti audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.

3. Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat


menempuh salah satu dari tiga cara berikut ini :

Menambah tingkat materialitas, sementara itu mempertahankan jumlah bukti

audit yang dikumpulkan.

Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat

materialitas tetap dipertahankan.

Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat


materialitas secara bersama-sama.

125
PORTOFOLIO AUDIT 2015

STRATEGI AUDIT AWAL

Unsur strategi Audit Awal

Dalam mengembangkan strategi audit awal untuk suatu asersi, auditor menetapkan
empat unsur berikut ini :

1. Tingkat risiko pengendalian taksiran yang direncanakan.

2. Luasnya pemahaman atas pengendalian intern yang harus diperoleh.

3. Pengujian pengendalian yang harus dilaksanakan untuk menaksir risiko


pengendalian.

4. Tingkat pengujian substantif yang direncanakan untuk mengurangi risiko

audit ke tingkat yang cukup rendah.

Pendekatan Terutama Substantif

Auditor mengumpulkan semua atau hampir semua bukti audit dengan

menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit meletakkan kepercayaan atau


tidak mempercayai pengendalian intern. Keuntungannya:

Hanya terdapat sedikit (jika ada) kebijakan atau prosedur pengendalian intern

yang relevan dengan perikatan audit atas laporan keuangan.

Kebijakan dan prosedur pengendalian intern yang berkaitan dengan asersi


untuk akun dan golongan transaksi signifikan tidak efektif.

Peletakkan kepercayaan besar terhadap pengujian substantif lebih efisien


untuk asersi tertentu.

Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah

Auditor meletakkan kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan

penuh terhadap pengendalian, dan sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan


sedikit pengujian substantif.

126
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pebandingan Dua Strategi Audit

Pendekatan Terutama Substantif Pendekatan Risiko Pengendalian

Rendah

Auditor merencanakan taksiran resiko Auditor merencanakan taksiran resiko


pengendalian pada tingkat maksimum pengendalian pada tingkat rendah

atau mendekati maksimum

Auditor merencanakan prosedur yang Auditor merencanakan prosedur yang

kurang ekstentif untuk memperoleh lebih ekstentif untuk memperoleh


pemahaman atas pengendalian intern pemahaman atas pengendalian intern

Auditor merencanakan sedikit, jika ada, Auditor merencanakan pengujian

pengujian pengendalian. pengendalian secara luas

Auditor merencanakan akan melakukan Auditor merencanakan akan membatasi


pengujian substantif secara luas penggunaan pengujian substantif

127
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN VII
PEKERJAAN LAPANGAN

BAB 1

ALUR PENDAPATAN (KAS, PIUTANG, PENJUALAN)

Deskripsi Siklus Pendapatan


Siklus pendapatan terdiri dari transaksi penjualan barang dan jasa, baik secara kredit

maupun secara tunai, retur penjualan, pencadangan kerugian piutang, dan


penghapusan piutang. Dalam transaksi penjualan kredit, jika order dari customer

telah dipenuhi dengan pengiriman barang atau penyerahan jasa, untuk jangka waktu
tertentu perusahaan memiliki piutang kepada customernya. Transaksi penjualan

kredit dilakukan melalui sistem penjualan kredit. Dalam transaksi penjualan tunai,
barang diserahkan oleh fungsi pengiriman kepada customer atau jasa baru

diserahkan jika fungsi penerimaan kas setelah menerima uang dari customer.
Transaksi ini dilaksanakan melalui sistem penjualan tunai.

Pendapatan perusahaan dapat berkurang karena barang yang dijual dikembalikan

oleh customer ke penjual dan pencadangan kerugian akibat tidak tertagihnya


piutang usaha. Transaksi penerimaan kembali barang yang telah dijual dilaksanakan

melalui sistem retur penjualan dan transaksi pencadangan kerugian piutang usaha

dilakukan melalui sistem pencadangan kerugian piutang usaha.

Piutang yang dimiliki oleh perusahaan dapat berkurang karena debitur tidak mampu
melunasi utangnya. Transaksi penghapusan piutang ini dilaksanakan melalui sistem

penghapusan piutang.

128
PORTOFOLIO AUDIT 2015

SISTEM INFORMASI AKUNTANSI YANG MEMBENTUK SIKLUS PENDAPATAN

Siklus pendapatan terdiri dari berbagai sistem informasi akuntansi berikut ini :
a) Sistem penjualan kredit, yang terdiri dari berbagai prosedur berikut ini.

Prosedur order penjualan.


Prosedur persetujuan kredit.

Prosedur pengiriman barang.


Prosedur penagihan.

Prosedur pencatatan piutang.


Prosedur pencatatan pendapatan penjualan kredit.

Prosedur pencatatan cost produk jadi yang dijual.


b) Sistem penjualan tunai, yanng terdiri dari jaringan prosedur berikut ini.

Prosedur order penjualan.


Prosedur penerimaan kas.

Prosedur penyerahan barang.


Prosedur pencatatan penerimaan kas.

Prosedur pencatatan pendapatan penjualan tunai.


Prosedur pencatatan cost produk jadi yang dijual.

c) Sistem retur penjualan, yang terdiri dari prosedur berikut ini.


Prosedur penerimaan barang.

Prosedur pencatatan piutang usaha.


Prosedur pencatatan retur penjualan.

d) Sistem pencadangan kerugian piutang, yang terdiri dari prosedur berikut ini.
Prosedur pembuatan bukti memorial.

Prosedur pencatatan cadangan kerugian piutang.


e) Sistem penghapusan piutang, yang terdiri dari prosedur berikut ini.

Prosedur pembuatan bukti memorial.


Prosedur pencatatan pengahapusan piutang.

129
PORTOFOLIO AUDIT 2015

ASERSI
Asersi (assertion) adalah pernyataan manajemen yang terkandung di dalam

komponen laporan keuangan. Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau


eksplisit serta dapat diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Keberadaan atau Keterjadian (Existence or Occurrence).

Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah


aktiva atau utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang

dicatat telah terjadi selama periode tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat
asersi bahwa sediaan produk jadi yang tercantum dalam neraca adalah tersedia

untuk dijual. Begitu pula, manajemen membuat asersi bahwa penjualan dalam
laporan laba-rugi menunjukkan pertukaran barang atau jasa dengan kas atau aktiva

bentuk lain (misalnya piutang) dengan pelanggan.

b. Kelengkapan (Completeness).
Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi

dan akun yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di
dalamnya. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian

barang dan jasa dicatat dan dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula,
manajemen membuat asersi bahwa utang usaha di neraca telah mencakup semua

kewajiban entitas.

c. Hak dan Kewajiban (Right and Obligation).

Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva


merupakan hak entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal

tertentu. Sebagai contoh, manajemen membuat asersi bahwa jumlah sewa guna
usaha (lease) yang dikapitalisasi di neraca mencerminkan nilai pemerolehan hak

entitas atas kekayaan yang disewaguna-usahakan (leased) dan utang sewa guna
usaha yang bersangkutan mencerminkan suatu kewajiban entitas.

130
PORTOFOLIO AUDIT 2015

d. Penilaian (Valuation) atau Alokasi

Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah


komponen-komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan

dalam laporan keuangan pada jumlah yang semestinya. Sebagai contoh, manajemen
membuat asersi bahwa aktiva tetap dicatat berdasarkan harga pemerolehannya dan

pemerolehan semacam itu secara sistematik dialokasikan ke dalam periode-periode


akuntansi yang semestinya.

Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa piutang usaha yang


tercantum di neraca dinyatakan berdasarkan nilai bersih yang dapat direalisasikan.

e. Penyajian dan Pengungkapan (Presentation and Disclosure)


Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah
komponen-komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan

diungkapkan semestinya. Misalnya, manajemen membuat asersi bahwa kewajiban-


kewajiban yang diklasifikasikan sebagai utang jangka panjang di neraca tidak akan

jatuh tempo dalam waktu satu tahun. Demikian pula, manajemen membuat asersi
bahwa jumlah yang disajikan sebagai pos luar biasa dalam laporan laba rugi

diklasifikasikan dan diungkapkan semestinya.

Kesesuaian dan Kecukupan Bukti


Kecukupan bukti audit lebih berkaitan dengan kuantitas bukti audit. Faktor

yang mempengaruhi kecukupan bukti audit terdiri dari:


a. Materialitas

Auditor harus membuat pendapat pendahuluan atas tingkat materialitas


laporan keuangan. Ada hubungan terbalik antara tingkat materialitas dan kuantitas

bukti audit yang diperlukan. Semakin rendah tingkat materialitas, semakin banyak
kuantitas bukti yang diperlukan. Tingkat materialitas yang ditentukan rendah berarti

torelable missunderstatement rendah. Rendahnya salah saji dapat ditoleransi

131
PORTOFOLIO AUDIT 2015

menuntut auditor untuk menghimpun lebih banyak bukti sehingga auditor yakin

tidak ada salah saji material yang terjadi.

b. Risiko Audit
Ada hubungan terbalik antara risiko audit dengan jumlah bukti yang

diperlukan untuk mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan. Rendahnya


risiko audit berarti tingginya tingkat kepastian yang diyakini auditor mengenai

ketepatan pendapatnya. Tingginya tingkat kepastian tersebut menuntut auditor


untuk menghimpun bukti yang lebih banyak. Semakin rendah tingkat risiko audit

yang dapat diterima auditor, semakin banyak bukti audit yang diperlukan.
c. Faktor-Faktor Ekonomi

Auditor memilih keterbatasan sumber daya yang digunakan untuk


memperoleh bukti yang digunakan sebagai dasar yang memadai untuk memberikan

pendapat atas kewajaran laporan keuangan. Pelaksanaan audit menghadapi kendala


waktu dan biaya dalam menghimpun bukti. Auditor harus memperhitungkan apakah

setiap tambahan biaya dan waktu untuk menghimpun bukti seimbang dengan
keuntungan atau manfaat yang diperoleh melalui kuantitas dan kuliatas bukti yang

dihimpun.

d. Ukuran dan Karakteristik Populasi


Auditor tidak mungkin menghimpun dan mengevaluasi seluruh bukti yang

ada untuk mendukung pendapatnya. Hal tersebut sangat tidak efisien. Pengumpulan
bukti audit pemeriksaan terhadap bukti audit dilakukan atas dasar sampling.Ada

hubungan searah antara besarnya populasi dengan besar sampling yang harus
diambil dari populasi tersebut. Semakin besar populasinya, semakin besar jumlah

sampel bukti audit yang harus diambil dari populasinya.Karakteristik populasi


berkaitan dengan homogenitas atau variabilitas item individual yang menjadi

anggota populasi. Auditor memerlukan lebih banyak sampel atau informasi yang

132
PORTOFOLIO AUDIT 2015

lebih kuat atau mendukung atas populasi yang bervariasi anggotanya daripada

populasi yang seragam.

Kompetensi Bukti
Untuk dapat dikatakan kompeten, bukti audit, terlepas bentuknya, harus sah

dan relevan. Keabsahan sangat tergantung atas keadaan yang berkaitan dengan
pemerolehan bukti tersebut. Dengan demikian penarikan kesimpulan secara umum

mengenai dapat diandalkannya berbagai macam bukti audit, tergantung pada


pengecualian penting yang ada. Namun, jika pengecualian yang penting dapat

diketahui, anggapan berikut ini mengenai keabsahan bukti audit dalam audit,
meskipun satu sama lain tidak bersifat saling meniadakan, dapat bermanfaat:

a. Apabila bukti dapat diperoleh dari pihak independen di luar perusahaan,


untuk tujuan audit auditor independen, bukti tersebut memberikan jaminan
keandalan yang lebih daripada bukti yang diperoleh dari dalam perusahaan

itu sendiri.
b. Semakin efektif pengendalian intern, semakin besar jaminan yang diberikan

mengenai keandalan data akuntansi dan laporan keuangan.


c. Pengetahuan auditor secara pribadi dan langsung yang diperoleh melalui

inspeksi fisik, pengamatan, perhitungan, dan inspeksi lebih bersifat


menyimpulkan dibandingkan dengan yang diperoleh secara tidak langsung.

Kompetensi atau reliabilitas bahan bukti yang berupa catatan akuntansi


berkaitan erat dengan efektivitas pengendalian internal klien. Semakin efektif

pengendalian intern klien, semakin kompeten catatan akuntansi yang dihasilkan.


Kompetensi bukti yang berupa informasi penguat tergantung pada beberapa faktor,

yaitu:
Relevansi

Bukti yang relevan adalah bukti yang tepat digunakan untuk suatu maksud
tertentu. Sebagai contoh pengamatan fisik persediaan yang di auditor relevan

133
PORTOFOLIO AUDIT 2015

digunakan untuk menentukan keberadaan persediaan. Namun, pengamatan fisik

persediaan tidak relevan digunakan untuk menentukan apakah persediaan tersebut


benar-benar dimiliki perusahaan.

Sumber

Bukti yang diperoleh auditor secara langsung dari pihak luar perusahaan yang
independen merupakan bukti yang paling dapat dipercaya. Bukti semacam ini

memberikan tingkat keyakinan keandalan yang lebih besar daripada yang dihasilkan
dan diperoleh dari dalam perusahaan.

Ketepatan waktu

Kriteria ini berhubungan dengan tanggal pemakaian bukti tersebut. Ketepatan


waktu sangat penting terutama dalam verifikasi aktiva lancar, utang lancar, dan

rekening laporan rugi laba terkait karena hasilnya digunakan untuk mengetahui
apakah cutoff telah dilakukan secara tepat.

Objektifitas

Bukti yang objektif lebih dapat dipercaya dan kompeten daripada bukti
subjektif. Dalam menelaah bukti subjektif, seperti estimasi manajemen, auditor harus

mempertimbangkan kualifikasi dan integritas individu pembuat estimasi, dan


menentukan ketepatan proses pembuatan keputusan dalam membuat judgement.

Jenis Bukti Audit

Struktur Pengendalian Intern


Struktur pengendalian intern dapat digunakan untuk mengecek ketelitian dan

dapat dipercayainya data akuntansi. Kuat dan lemahnya struktur pengendalian intern
merupakan indikator utama untuk menentukan jumlah bukti yang harus

dikumpulkan. Oleh karena itu, struktur pengendalian intern merupakan bukti yang
kuat untuk menentukan dapat atau tidaknya informasi keuangan dipercaya.

134
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Bukti Fisik

Bukti fisik banyak dipakai dalam verifikasi saldo berwujud terutama kas dan
persediaan. Bukti ini banyak diperoleh dalam perhitungan aktiva berwujud.

Pemeriksaan langsung auditor secara fisik terhadap aktiva merupakan cara yang
paling objektif dalam menentukan kualitas aktiva yang bersangkutan. Oleh karena

itu, bukti fisik merupakan jenis bukti yang paling bisa dipercaya.Bukti fisik diperoleh
melalui prosedur auditing yang berupa inspeksi, penghitungan, dan observasi. Pada

umumnya, biaya memperoleh bukti fisik sangat tinggi. Bukti fisik berkaitan erat
dengan asersi keberadaan dan keterjadian, kelengkapan, dan penilaian atau alokasi.

Catatan Akuntansi

Catatan akuntansi seperti jurnal dan buku besar, merupakan sumber data
untuk membuat laporan keuangan. Oleh karena itu, bukti catatan akuntansi

merupakan objek yang diperiksa dalam audit laporan keuangan. Ini bukan berarti
catatan akuntansi merupakan objek audit. Objek audit adalah laporan keuangan.

Tingkat dapat dipercayainya catatan akuntansi tergantung kuat lemahnya struktur


pengendalian intern.

Konfirmasi

Konfirmasi merupakan proses pemerolehan dan penilaian suatu komunikasi


langsung dari pihak ketiga sebagai jawaban atas permintaan informasi tentang unsur

tertentu yang berdampak terhadap asersi laporan keuangan. Konfirmasi merupakan


bukti yang sangat tinggi reliabilitasnya karena berisi informasi yang berasal dari

pihak ketiga secara langsung dan tertulis. Konfirmasi sangat banyak menghabiskan
waktu dan biaya.

Terdapat tiga jenis konfirmasi yaitu:

a. Konfirmasi positif, merupakan konfirmasi yang respondennya diminta untuk


menyatakan persetujuan atau penolakan terhadap informasi yang ditanyakan.

135
PORTOFOLIO AUDIT 2015

b. Blank confirmation, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk

mengisikan saldo atau informasi lain sebagai jawaban atas suatu hal yang
ditanyakan.

c. Konfirmasi negatif, merupakan konfirmasi yang respondenya diminta untuk


memberikan jawaban hanya jika ia menyatakan ketidaksetujuannya terhadap

informasi yang ditanyakan.

Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter merupakan bukti yang penting dalam audit. Menurut

sumber dan tingkat kepercayaan bukti, bukti dokumenter dapat dikelompokkan


sebagai berikut:

a. Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar dan dikirim kepada auditor
secara langsung.
b. Bukti dokumenter yang dibuat pihak luar dan dikirim kepada auditor melalui

klien.
c. Bukti dokumenter yang dibuat dan disimpan oleh klien.

Bukti dokumenter antara lain meliputi notulen rapat, faktur penjualan,


rekening koran bank, dan bermacam-macam kontrak. Reliabilitas bukti dokumenter
tergantung sumber dokumen, cara memperoleh bukti, dan sifat dokumen itu sendiri.
Sifat dokumen mengacu tingkat kemungkinan terjadinya kesalahan atau kekeliruan

yang mengakibatkan kecacatan dokumen.

Bukti Surat Pernyataan Tertulis


Surat pernyataan tertulis merupakan pernyataan yang ditandatangani seorang

individu yang bertanggungjawab dan berpengatahuan mengenai rekening, kondisi,


atau kejadian tertentu. Bukti suatu pernyataan tertulis dapat berasal dari manajemen

atau organisasi klien maupun sumber eksternal termasuk bukti dari spesialis.
Representasi tertulis yang dibuat oleh manajemen merupakan bukti yang berasal dari

136
PORTOFOLIO AUDIT 2015

organisasi klien. Surat pernyataan konsultan hukum klien, ahli teknik yang berkaitan

dengan kegiatan teknik operasional organisasi klien merupakan bukti yang berasal
dari pihak ketiga.

Penghitungan Kembali sebagai Bukti Matematis

Bukti matematis diperoleh auditor melalui penghitungan kembali oleh auditor.


Penghitungan yang di auditor merupakan bukti audit yang bersifat kuantitatif dan

matematis. Bukti ini dapat digunakan untuk membuktikan ketelitian catatan


akuntansi klien.

Bukti Lisan

Auditor dalam melaksanakan tugasnya banyak berhubungan dengan manusia


sehingga ia mempunyai kesempatan untuk mengadakan pengajuan pertanyaan lisan.

Masalah yang dapat ditanyakan antara lain meliputi kebijakan akuntansi, lokasi
dokumen dan catatan, pelaksanaan prosedur akuntansi yang tidak lazim,

kemungkinan adanya utang bersyarat maupun piutang yang sudah lama tidak
ditagih. Jawaban atas pertanyaan yang dinyatakan merupakan bukti lisan. Bukti lisan

harus dicatat dalam kertas kerja audit.

Bukti Analitis dan Perbandingan


Bukti analitis mencakup penggunaan rasio dan perbandingan data klien

dengan anggaran atau standar prestasi, trend industri dan kondisi ekonomi umum.
Bukti analitis menghasilkan dasar untuk menentukan kewajaran suatu pos tertentu

dalam laporan keuangan. Keandalan bukti analitis sangat tergantung pada relevansi
data pembanding.

Bukti analitis meliputi juga perbandingan atas pos-pos tertentu antara laporan
keuangan tahun berjalan dengan laporan keuangan tahun-tahun sebelumnya.

Perbandingan ini dilakukan untuk meneliti adanya perubahan yang terjadi, dan untuk
menilai penyebabnya. Bukti-bukti ini dikumpulkan pada awal audit untuk

137
PORTOFOLIO AUDIT 2015

menentukan objek pemeriksaan yang memerlukan pemeriksaan yang lebih

mendalam.

Penilaian Bukti
Dalam menilai bukti audit, auditor harus mempertimbangkan apakah tujuan

audit tertentu telah tercapai. Auditor harus secara mendalam mencari bukti audit dan
tidak memihak (bias) dalam mengevaluasinya. Dalam merancang prosedur audit

untuk memperoleh bukti kompeten yang cukup, auditor harus memperhatikan


kemungkinan laporan keuangan tidak disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang

berlaku umum di Indonesia. Dalam merumuskan pendapatnya, auditor harus


mempertimbangkan relevansi bukti audit, terlepas apakah bukti audit tersebut

mendukung atau berlawanan dengan asersi dalam laporan keuangan. Bila auditor
masih tetap ragu-ragu untuk mempercayai suatu asersi yang material, maka ia harus

menangguhkan pemberian pendapatnya sampai ia mendapatkan bukti kompeten


yang cukup untuk menghilangkan keraguannya, atau ia harus menyatakan pendapat

wajar dengan pengecualian atau menolak memberikan pendapat.

PROSEDUR DAN DOKUMENTASI AUDIT


Perancangan Pengujian Substantif

Auditor harus menghimpun bukti yang cukup untuk memperoleh dasar yang
memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan klien. Pengujian

substantif menyediakan bukti mengenai kewajaran setiap asersi laporan keuangan

yang signifikan. Perancangan pengujian substantif meliputi penentuan:

a. Sifat pengujian
b. Waktu pengujian; dan

c. Luas pengujian substantif yang perlu untuk memenuhi tingkat risiko deteksi
yang dapat diterima untuk setiap asersi.

138
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Jenis Prosedur Substantif

Jika tingkat risiko deteksi yang dapat diterima rendah, maka auditor harus
menggunakan prosedur yang lebih efektif yang biasanya juga lebih mahal. Ada tiga

tipe pengujian substantif yang dapat digunakan, yaitu:

Pengujian rinci atau detail saldo


Metodologi yang digunakan oleh auditor untuk merancang pengujian detail

saldo akun beorientasi pada tujuan spesifik audit. Pengujian detail saldo akun yang
direncanakan harus memadai untuk memenuhi setiap tujuan spesifik audit dengan

memuaskan.
Metodologi perancangan pengujian detail saldo meliputi empat tahapan, yaitu:

1. Menilai materialitas dan risiko bawaan suatu akun.


2. Menetapkan risiko pengendalian.
3. Merancang pengujian transaksi dan prosedur analitis.

4. Merancang pengujian detail saldo untuk memenuhi setiap tujuan spesifik


audit secara memuaskan.

Metodologi yang digunakan untuk merancang pengujian detail saldo


tersebut, adalah sama untuk setiap akun dalam laporan keuangan. Perancangan

pengujian detail saldo pada umumnya merupakan bagian yang paling sulit
dilakukan. Hal ini disebabkan perancangan pengujian detail saldo memerlukan

pertimbangan profesional yang tinggi.Bila diantara risiko deteksi yang ditentukan


dihubungkan dengan pengujian rinci saldo yang akan dilakukan maka akan jelas

terlihat bahwa semakin rendah tingkat risiko, semakin rinci dan teliti tindakan yang
akan diambil.

139
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pengujian detail transaksi

Pengujian detail transaksi dilakukan untuk menentukan:

a. Ketepatan otorisasi transaksi akuntansi klien.


b. Kebenaran pencatatan dan peringkasan transaksi tersebut dalam jurnal.

c. Kebenaran pelaksanaan posting atas transaksi tersebut ke dalam buku besar


dan buku pembantu.

Apabila auditor mempunyai keyakinan bahwa transaksi tersebut telah dicatat

dan diposting secara tepat, maka auditor dapat meyakini bahwa saldo total buku
besar adalah benar. Pengujian detail transaksi terutama dilakukan dengan tracing

dan vouching. Pada pengujian detail transaksi ini, auditor mengarahkan pengujiannya
untuk memperoleh temuan mengenai ada tidaknya kesalahan yang bersifat moneter.

Auditor tidak mengarahkan pengujian detail transaksi ini untuk memperoleh temuan
tentang penyimpangan atas kebijakan dan prosedur pengendalian.

Pada pengujian detail transaksi ini, auditor menggunakan bukti yang


diperoleh untuk mencapai suatu kesimpulan mengenai kewajaran saldo akun.

Auditor biasanya menggunakan dokumen yang tersedia pada file klien dalam

pengujian ini. Efektivitas pengujian detail transaksi tergantung pada prosedur dan
dokumen yang digunakan.Pengujian detail transaksi pada umumnya lebih banyak

menyita waktu daripada prosedur analitis. Oleh karena itu, pengujian ini lebih banyak
membutuhkan biaya daripada prosedur analitis. Meskipun demikian, pengujian detail

transaksi lebih sedikit membutuhkan biaya daripada pengujian detail saldo.

Prosedur Analitik
Prosedur analitik meliputi perbandingan jumlah-jumlah yang tercatat atau

ratio yang dihitung dari jumlah-jumlah yang tercatat, dibandingkan dengan harapan
yang dikembangkan oleh auditor. Prosedur analitik merupakan bagian penting

dalam proses audit dan terdiri dari evaluasi terhadap informasi keuangan yang
dibuat dengan mempelajari hubungan yang masuk akal antara data keuangan yang

140
PORTOFOLIO AUDIT 2015

satu dengan data keuangan lainnya, atau antara data keuangan dengan data

nonkeuangan. Prosedur analitik mencakup perbandingan yang paling sederhana


hingga model yang rumit yang mengaitkan berbagai hubungan dan unsur data.

Asumsi dasar penerapan prosedur analitik adalah bahwa hubungan yang

masuk akal di antara data dapat diharapkan tetap ada dan berlanjut, kecuali jika
timbul kondisi yang sebaliknya. Kondisi tertentu yang dapat menimbulkan

penyimpangan dalam hubungan ini mencakup antara lain, peristiwa atau transaksi
yang tidak biasa, perubahan akuntansi, perubahan usaha, fluktuasi acak, atau salah

saji. Pemahaman hubungan keuangan adalah penting dalam merencanakan dan


mengevaluasi hasil prosedur analitik, dan secara umum juga menuntut dimilikinya

pengetahuan tentang klien dan industri yang menjadi tempat usaha klien.
Pemahaman atas tujuan prosedur analitik dan keterbatasannya juga penting. Oleh

karena itu, identifikasi hubungan dan jenis data yang digunakan, serta kesimpulan
yang diambil apabila membandingkan jumlah yang tercatat dengan yang

diharapkan, membutuhkan pertimbangan auditor.


Prosedur analitik digunakan dengan tujuan sebagai berikut:

a. Membantu auditor dalam merencanakan sifat, saat, dan lingkup prosedur


audit lainnya.
b. Sebagai pengujian substantif untuk memperoleh bukti tentang asersi tertentu

yang berhubungan dengan saldo akun atau jenis transaksi.


c. Sebagai review menyeluruh informasi keuangan pada tahap review akhir audit.

Auditor mempertimbangkan tingkat keyakinan, jika ada, yang diinginkannya


dari pengujian substantif untuk suatu tujuan audit dan memutuskan, antara lain

prosedur yang mana, atau kombinasi prosedur mana, yang dapat memberikan
tingkat keyakinan tersebut. Untuk asersi tertentu, prosedur analitik cukup efektif

dalam memberikan tingkat keyakinan memadai. Namun, pada asersi lain, prosedur

141
PORTOFOLIO AUDIT 2015

analitik mungkin tidak seefektif atau seefisien pengujian rinci dalam memberikan

tingkat keyakinan yang diinginkan.


Efektivitas dan efisiensi yang diharapkan dari suatu prosedur analitik dalam

mengidentifikasikan kemungkinan salah saji tergantung atas, antara lain:

a. Sifat asersi.
b. Kelayakan dan kemampuan untuk memprediksikan suatu hubungan.

c. Ketersediaan dan keandalan data yang digunakan untuk mengembangkan


harapan.

d. Ketepatan harapan.

Prosedur Analitik dalam Perencanaan Audit


Tujuan prosedur analitik dalam perencanaan audit adalah untuk membantu

dalam perencanaan sifat, saat, dan lingkup prosedur audit yang akan digunakan
untuk memperoleh bukti saldo akun atau golongan transaksi tertentu. Untuk maksud

ini, prosedur analitik perencanaan audit harus ditujukan untuk:

a. Meningkatkan pemahaman auditor atas bisnis klien dan transaksi atau

peristiwa yang terjadi sejak tanggal audit terakhir dan,


b. Mengidentifikasi bidang yang kemungkinan mencerminkan risiko tertentu
yang bersangkutan dengan audit. Jadi, tujuan prosedur ini adalah untuk
mengidentifikasikan hal seperti adanya transaksi dan peristiwa yang tidak

biasa, dan jumlah, rasio serta trend yang dapat menunjukkan masalah yang
berhubungan dengan laporan keuangan dan perencanaan audit.

Prosedur analitik yang diterapkan dalam perencanaan audit umumnya

menggunakan data gabungan yang digunakan untuk pengambilan keputusan di


tingkat atas. Lebih lanjut kecanggihan, lingkup, dan saat audit, yang didasarkan atas

pertimbangan auditor dapat berbeda tergantung atas ukuran dan kerumitan klien.
Untuk beberapa entitas, prosedur analitik dapat terdiri dari review atas perubahan
saldo akun tahun sebelumnya dengan tahun berjalan, dengan menggunakan buku

142
PORTOFOLIO AUDIT 2015

besar atau daftar saldo (trial balance) tahap awal yang belum disesuaikan.

Sebaliknya, untuk entitas yang lain, prosedur analitik mungkin meliputi analisis
lapotan keuangan triwulan yang ekstensif.

Program Audit Substantif

Program audit adalah dokumen yang memuat pernyataan tujuan audit dan
rencana langkah-langkah audit (biasanya dalam bentuk kalimat perintah) untuk

mencapai tujuan audit tersebut. Contoh tujuan audit: untuk mengetahui keberadaan
barang inventaris. Langkah auditnya: Lakukan inventarisasi fisik (stock opname)

barang inventaris, hasilnya dituangkan dalam berita acara.


Penyusunan program audit dilakukan pada tahap persiapan dalam rangka

pengujian dan pengendalian dan pada tahap audit pendahuluan dalam rangka
pengujian transaksi atau saldo-saldo atau pengembangan temuan, sehingga dengan

demikian program audit dapat dikelompokkan menjadi:

Program audit untuk pengujian pengendalian, yaitu program audit untuk


menguji pengendalian intern (internal control) yang dijalankan manajemen

terkait dengan informasi/kegiatan yang akan diaudit.


Program audit untuk pengujian substantif (substative test). Secara sederhana

program audit ini dapat dijelaskan sebagai rencana kerja untuk menguji
kesesuaian informasi yang diuji dengan data pendukungnya.

Pada audit keuangan, program audit untuk pengujian substantif dan


pengujian pengendalian dapat disusun sekaligus, terutama karena standar penyajian

pos-pos laporan keuangan sudah baku sifatnya. Tetapi pada audit operasional dan
audit kepatuhan, program audit substantif biasanya baru bisa dibuat setelah

pengujian pengendalian selesai dilaksanakan, yaitu setelah auditor mengetahui


kelemahan pengendalian/temuan sementara yang perlu diperdalam.

Ada delapan prosedur untuk melaksanakan pengujian substantif, yaitu:

143
PORTOFOLIO AUDIT 2015

1. Pengajuan pertanyaan kepada para karyawan terkait dengan kinerja tugas

mereka.
2. Pengamatan atau observasi terhadap personel dalam melaksanakan tugas.

3. Menginspeksi dokumen dan catatan.


4. Melakukan penghitungan kembali atau reperforming.

5. Konfirmasi.
6. Analisis.

7. Tracing atau pengusutan.


8. Vouching atau penelusuran.

Dokumentasi Audit (Kertas Kerja Audit)


Fungsi dan Sifat Kertas Kerja
Kertas kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan oleh auditor

tentang prosedur audit yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi


yang diperolehnya, dan simpulan yang dibuatnya sehubungan dengan auditnya.

Contoh kertas kerja adalah program audit, analisis, memorandum, surat konfirmasi,
representasi, ikhtisar dari dokumen-dokumen perusahaan, dan daftar atau komentar

yang dibuat atau diperoleh auditor. Kertas kerja dapat pula berupa data yang
disimpan dalam pita magnetik, film, atau media yang lain.

Auditor harus membuat dan memelihara kertas kerja, yang isi maupun
bentuknya harus didesain untuk memenuhi keadaan-keadaan yang dihadapinya

dalam perikatan tertentu. Informasi yang tercantum dalam kertas kerja merupakan
catatan utama pekerjaan yang telah dilaksanakan oleh auditor dan simpulan-

simpulan yang dibuatnya mengenai masalah-masalah yang signifikan.


Kertas kerja terutama berfungsi untuk:

a. Menyediakan penunjang utama bagi laporan auditor, termasuk representasi


tentang pengamatan atas standar pekerjaan lapangan, yang tersirat

144
PORTOFOLIO AUDIT 2015

ditunjukkan dalam laporan auditor dengan disebutkannya frasa berdasarkan

standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.


b. Membantu auditor dalam pelaksanaan dan supervisi audit.

Faktor yang mempengaruhi pertimbangan auditor mengenai kuantitas,

bentuk, dan isi kerta kerja untuk perikatan tertentu mencakup:

a. Sifat perikatan auditor.


b. Sifat laporan auditor.

c. Sifat laporan keuangan, daftar, dan keterangan yang perlu bagi auditor dalam
pembuatan laporan.

d. Sifat dan kondisi catatan clien.


e. Tingkat risiko pengendalian taksiran.

f. Kebutuhan dalam keadaan tertentu untuk mengadakan supervisi dan review


atas pekerjaan yang dilakukan para asisten.

Isi Kertas Kerja


Kuantitas, tipe, dan isi kertas kerja bervariasi dengan keadaan yang dihadapi

oleh auditor, namun harus cukup memperlihatkan bahwa catatan akuntansi cocok
dengan laporan keuangan atau informasi lain yang dilaporkan serta standar
pekerjaan lapangan yang dapat diterapkan telah diamati. Kertas kerja biasanya harus
berisi dokumentasi yang memperlihatkan:

a. Pekerjaan telah direncanakan dan disupervisi dengan baik, yang menujukan


diamatinya standar pekerjaan lapangan yang pertama.
b. Pemahaman memadai atas pengendalian intern telah diperoleh untuk

merencanakan audit dan menentukan sifat, saat, dan lingkup pengujian yang
telah dilakukan.

c. Bukti audit yang telah diperoleh, prosedur audit yang telah diterapkan, dan
pengujian yang telah dilaksanakan, memberikan bukti kompeten yang cukup

145
PORTOFOLIO AUDIT 2015

sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan

auditan, yang menujukan diamatinya standar pekerjaan lapangan ketiga.

Kepemilikan Dan Penyimpanan Kertas Kerja


Kertas kerja adalah milik auditor. Namun hak dan kepemilikan atas kertas kerja

masih tunduk pada pembatasan yang diatur dalam Aturan Etika Kompartemen
Akuntan Publik yang berkaitan dengan hubungan yang bersifat rahasia dengan klien.

Seringkali kertas kerja tertentu auditor dapat berfungsi sebagai sumber acuan bagi
kliennya, namun kertas kerja harus tidak dipandang sebagai bagian dari, atau

sebagai pengganti terhadap, catatan akuntansi klien. Auditor harus menerapkan


prosedur memadai untuk menjaga keamanan kertas kerja dan harus menyimpannya

dalam periode yang dapat memenuhi kebutuhan praktiknya dan ketentuan-


ketentuan hukum yang berlaku mengenai penyimpan dokumen.

Bukti Audit

Sebagian besar pekerjaan auditor independen dalam rangka memberikan


pendapat atas laporan keuangan terdiri dari usaha untuk mendapatkan dan

mengevaluasi bukti audit. Ukuran keabsahan (validity) bukti tersebut untuk tujuan
audit tergantung pada pertimbangan auditor independen, dalam hal ini bukti audit

(audit evidence) berbeda dengan bukti hukum (legal evidence) yang diatur secara
tegas oleh peraturan yang ketat. Bukti audit sangat bervariasi pengaruhnya terhadap

kesimpulan yang ditarik oleh auditor independen dalam rangka memberikan


pendapat atas laporan keuangan auditan. Relevansi, objektivitas, ketepatan waktu,

dan keberadaan bukti audit lain yang menguatkan kesimpulan, seluruhnya


berpengaruh terhadap kompetensi bukti.

146
PORTOFOLIO AUDIT 2015

No. Asersi Risiko Prosedur Bukti Audit

1. Exsistence and Occurence Kas tersebut tidak *Mengirimkan konfirmasi ke bank Balasan Konfirmasi dari bank
(Kas benar-benar ada) benar-benar ada lewat buku tabungan atau
(Fiktif) rekening koran.
Menelusur yang berbeda.
Membandingkan saldo per
buku dan per konfirmasi.
Membuat penyesuaian jika
terdapat selisih.
2. Completeness (semua Kas disembunyikan *Mendapatkan cut-off laporan Cut-off laporan bank
transaksi terkait kas yang atau tidak dicatat, bank untuk periode 2 minggu
terjadi telah dicatat dan salah catat, salah setelah tanggal neraca. Rekonsiliasi Bank
telah termasuk dalam penjumlahan. *Meminta atau membuat
laporan keuangan yang rekonsiliasi bank untuk semua
bersangkutan) rekening bank :
Memeriksa kebenaran
penjumlahan.

147
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Menelusur saldo per buku


ke working trial balance
(WTB).
Menelusur saldo ke cut-off
laporan bank dan ke
konfirmasi bank.
Memeriksa pos-pos
rekonsiliasi.
Menelusur cek-cek
yang masih beredar
ke cut-off laporan
bank.
Menelusur cek-cek
yang masih beredar
ke jurnal
pengeluaran kas.
Menelusur setoran
dalam cut-off
laporan bank dan
bukti ke bukti setor
bank.

148
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Menelusur setoran
dalam perjalanan ke
jurnal penerimaan
kas.
3. Right and Obligation Menggunakan kas Dalam rangka untuk Hal-hal yang relevan dengan
(hak atas aset yang telah (aset) yang bukan menentukan ketetapan pemeriksaan yang dilakukan harus
dilaporkan benar-benar hak haknya, tidak klasifikasi dan dijadikan referensi dan
perusahaan dan liabilitas mengakui adanya pengungkapan, pelajari, dimasukkan kedalam kertas kerja
yang dilaporkan dalam utang (kewajiban) kutipan rapat dewan pemeriksaan secara tepat hal
laporan keuangan benar- perusahaan. komisaris, konfirmasi bank, tersebut meliputi : Dokumen atau
benar kewajiban) dan laporan bank. bukti transaksi seperti kwitansi,
Memastikan bahwa keluar cek, faktur, invoice.
masuknya kas di kendalikan
oleh pihak yang diberi
kewenangan.
Menelusur dokumen terkait
keluar masuknya kas.
Menelusur ke buku
pembantu utang.
4. Valuation Kesalahan *Merekalkulasi perhitungan yang Hal-hal yang relevan dengan
(kas yang dilaporkan benar- dalam menagih telah dilakukan oleh klien pemeriksaan yang dilakukan harus

149
PORTOFOLIO AUDIT 2015

benar ada, lengkap, hak kita konsumen. (manajemen). dijadikan referensi dan
dan telah dinilai dengan Pencurian kas *Memastikan perhitungan yang dimasukkan kedalam kertas kerja
tepat) dengan telah dilakukan adalah benar pemeriksaan secara tepat seperti
menghambat (wajar) dan telah dibukukan bukti transaksi, jurnal, buku
pembayaran dengan semestinya ke dalam akun besar, neraca saldo, saldo, akun,
kas dari buku besar yang bersangkutan. neraca, dan catatan atas laporan
konsumen *Memastikan kas ditangan adalah keuangan.
sebelumnya wajar.
dicatat, dengan
akun dianggap
sebagai piutang
tak tertagih.
Duplikasi
pembayaran
faktur vendor.
Pembayaran
tidak benar
atas biaya
pribadi pejabat
perusahaan.
Pembayaran

150
PORTOFOLIO AUDIT 2015

atas bahan
baku yang tidak
pernah
diterima.
Pembayaran
atas
karyawan lebih
besar daripada
jam kerja
aktualnya.
Pembayaran
atas bunga
pada pihak luar
jumlahnya
lebih besar
dibandingkan
tingkat bunga
sebenarnya.

5. Presentation and 1. Kesalahan Dalam rangka untuk menentukan Hal-hal yang relevan dengan

151
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Disclosure dalam ketetapan klasifikasi dan pemeriksaan yang dilakukan harus


(pos-pos laporan keuangan memasukkan pengungkapan, pelajari, kutipan dijadikan referensi dan
telah diklasifikasikan, cek yang tidak rapat dewan komisaris, konfirmasi dimasukkan kedalam kertas kerja
dijelaskan, dan diungkapkan dicairkan bank, dan laporan bank. pemeriksaan secara tepat seperti
secara memadai) didalam daftar laporan keuangan sesuai dengan
cek beredar, IFRS (International Financial
meskipun telah Reporting Standards) yang
dicatat dalam meliputi laporan posisi keuangan,
jurnal laporan laba rugi, laporan
pengeluaran perubahan ekuitas, laporan arus
kas. kas, dan catatan atas laporan
2. Kas yang keuangan (CALK).
diterima dari
klien masih
dalam
perjalanan
pada tanggal
neraca, tetapi
sudah dicatat
dalam
penerimaan

152
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kas pada tahun


berjalan.

3. Setoran dicatat
sebagai
penerimaan
kas mendekati
akhir tahun,
disetorkan
pada bank
dibulan yang
sama, dan
dimasukan
dalam
rekonsiliasi
bank sebagai
setoran dalam
perjalanan.
4. Pembayaran
atas wesel
bayar didebet

153
PORTOFOLIO AUDIT 2015

langsung dari
saldo bank oleh
bank, tetapi
tidak
dimasukkan
dalam catatan
klien.

154
PORTOFOLIO AUDIT 2015

NO ASERSI RISIKO PROSEDUR BUKTI AUDIT

1. Exsistence and Occurence Kas kecil tersebut Print Laporan Harian Kas Bukti Kas Keluar
(Kas benar-benar ada) tidak benar-benar Besar dan Laporan Harian Kas
ada (Fiktif) Kecil dari system yang
dipergunakan.
Melakukan rekalkulasi atas kas Cek
yang tersedia.
Melakukan stock opname. Hasil rekalkulasi
Hitung fisik uang kas kecil dan
kas besar Permintaan Pengeluaran Kas
Jika uang kas besar sudah Kecil
disetorkan seluruhnya ke
bank, periksa kesesuaiannya Bukti Pengeluaran Kas Kecil
dengan bukti setoran bank
dan rekening koran harian.
Apakah penyetoran ke bank
sudah dilakukan setiap hari

155
PORTOFOLIO AUDIT 2015

(H+1). Permintaan Pengisian Kembali


Periksa penyimpanan kas kecil Kas Kecil
dan kas besar, apakah fisiknya
sudah dipisahkan.
Periksa kondisi brankas
apakah kondisinya baik.
Pastikan bahwa kunci dan
nomor kombinasi berfungsi
dengan baik.
Bandingkan mutasi transaksi
kas versi system dengan Bukti
Penerimaan Kas / Bukti
Pengeluaran Kas berikut
dengan bukti-buktinya.
Periksa apakah pengeluaran
kas dan bon sementara
nilainya sudah wajar.
Periksa apakah ada bon
sementara yang umurnya
lebih dari 3 hari.

156
PORTOFOLIO AUDIT 2015

2. Completeness (semua Kas disembunyikan Bandingkan mutasi transaksi Penerimaan kas


transaksi terkait kas yang atau tidak dicatat, kas versi system dengan Bukti Pengeluaran kas
terjadi telah dicatat dan salah catat, salah Penerimaan Kas/Bukti Surat tagihan
telah termasuk dalam penjumlahan. Pengeluaran Kas berikut
laporan keuangan yang dengan bukti-buktinya.
bersangkutan) Periksa apakah pengeluaran
kas dan bon sementara
nilainya sudah wajar.
Periksa apakah ada bon
sementara yang umurnya
lebih dari 3 hari.

3. Right and Obligation Perusahaan Bertanggung jawab terhadap Pengeluaran kas kecil
(hak atas aset yang telah merasakan kas pemakaian dana kas kecil Pencatatan penggunaan kas
dilaporkan benar-benar hak kecil yang sudah Mempertanggung jawab kan kecil
perusahaan dan liabilitas dicadangkan kepada pemegang dana kas
yang dilaporkan dalam ternyata kurang kecil jumlah yang sebenarnya.

157
PORTOFOLIO AUDIT 2015

laporan keuangan benar- memenuhi Bertanggung jawab terhadap


benar kewajiban) perhitungan dana kas kecil
(cash count) secara periodic
dan pencocokan hasil
perhitungannya dengan
catatan kas.
Bertanggung jawab mengenai
pencatatan pengeluaran,
transaksi, pengisian kembali
dana kas kecil, dan
pembuatan bukti kas keluar
yang memberikan otorisasi
kepada fungsi kas.
Bertanggung jawab untuk
mengisi cek, meminta
otorisasi terhadap cek, dan
menyerahkan cek kepada
pemegang dana kas kecil pada
saat pembentukan dan
pengisian kembali dana kas
kecil

158
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Dana kas kecil di bentuk


(disediakan) berdasarkan
surat keputusan kepala bagian
keuangan.
Dalam perusahaan yang
memiliki standar prosedur
akuntansi semua jenis
pengeluaran kas melibatkan
bagian hutang sehingga unit
organisasi yang terlibat dalam
prosedur pembentukan dana
kas kecil adalah bagian
hutang, bagian kasa, dan
bagian pemegang dana kas
kecil.

4. Valuation Terdapat Mengumpulkan bukti-bukti Pengeluaran kas kecil


(kas yang dilaporkan benar- potensi penggunaan dana kas kecil Surat permintaan pengeluaran
benar ada, lengkap, hak kita kecurangan untuk dijadikan pendukung dana
dan telah dinilai dengan transaksi jika bukti pengeluaran kas kecil. Bukti pengeluaran dana kas
tepat) dana sering Mengisi formulir bukti kecil yang telah di otorisasi

159
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dikeluarkan pengeluaran kas kecil


atau berdasarkan data bukti
digunakan. pendukung.
Menyerahkan bukti
pengeluaran kas kecil, bukti
pendukung dan surat
permintaan pengeluaran dana
kas kecil lembar 1 kepada
pemegang dana kas kecil.
Menerima surat permintaan
pengeluaran dana kas kecil
lembar ke 2 yang telah di cap
lunas dari pemegang dana kas
kecil untuk di arsipkan.
Menjumlahkan voucher
pendukung kas kecil yang
menunjukkan jumlah
pengeluaran.
Memperhatikan urutan
voucher kas kecil
Memeriksa otorisasi dan

160
PORTOFOLIO AUDIT 2015

pembatalan voucher kas


kecil
Memeriksa kewajaran
dokumen pendukung,
biasanya terdiri atas gulungan
register kas, faktur, dan bukti
penerimaan.

5. Presentation and Kesalahan Digunakannya impress fund Kuitansi bernomor urut.


Disclosure dalam system untuk mengelola kas Bukti pertanggungjawaban
(pos-pos laporan keuangan memasukkan kecil dana tetap
telah penggolongan, Jika kas kecil menggunakan
diklasifikasikan,dijelaskan, Setoran sistem dana tetap (Imprest
dan diungkapkan secara dicatat fund), teliti apakah sudah ada
memadai) sebagai petanggungjawaban dana
penerimaan tetap sebelum diadakan
kas pengisian kembali.

161
PORTOFOLIO AUDIT 2015

A
NO. ASERSI RESIKO PROSEDUR AUDIT BUKTI AUDIT
1. Existence and Occurance Deposito tidak benar- Menelusur apakah deposito Sertifikat deposito
(memastikan bahwa benar ada. pada neraca per tanggal
deposito benar-benar ada) audit dan periode audit,
diungkapkan secara wajar.
Mengirimkan konfirmasi
deposito berjangka di bank
Memeriksa sertifikat
deposito dan cocokan
dengan hasil konfirmasi
bank.
2. Completeness Terdapat kemungkinan Melakukan rekonsiliasi atas Rekonsiliasi bank
salah saji pencatatan saldo yang sudah tersedia.
deposito, deposito Melakukan stock opname
tersembunyi. atau observasi langsung.
a. Menelusur yang

162
PORTOFOLIO AUDIT 2015

berbeda.
b. Membandingkan saldo
per buku dan per
konfirmasi.
c. Membuat penyesuaian
jika terdapat selisih.
3. Right and Obligations Tidak terlalu likuid. Memahami norma dan Hasil penentuan jaminan.
aturan yang diterapkan
dalam deposito.
Apabila terjadi Memastikan bahwa Buku tabungan atas nama pemilik
sesuatu pada bank deposito dikendalikan oleh deposito.
(misalnya bangkrut) pihak yang diberi
maka uang deposito kewenangan.
bisa tidak cair.
hanya dapat Memeriksa bukti Cek pencairan deposito.
digunakan oleh satu pendukung transaksi yang
pihak saja tidak berkaitan dengan
dapat diwakilkan, pemasukan dan
dan adanya pengeluaran sebelum dan
kemungkinan pihak sesudah tanggal neraca.
yang memegang Memastikan apakah Sertifikat deposito.

163
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kuasa/wewenang terdapat jaminan mengenai


melakukan deposito yang tidak bisa di
manipulasi saldo. cairkan ketika bank
mengalami kebangkrutan.
4. Valuation Fluktuasi suku Menentukan kelayakan
bunga. deposito selama periode
Deposito tidak yang bersangkutan.
dinilai sebagaimana
mestinya.
5. Presentation and Disclosure Kesalahan dalam Melakukan vouching. Bukti transaksi dan laporan
memasukan saldo penerimaan deposito yang telah
dari bukti transaksi dicocokkan.
baik pemasukan
maupun
pengeluaran dalam
deposito.
Tidak sesuainya Mengirimkan konfirmasi. Balasan konfirmasi.
dalam
pengungkapan
deposito yang
disyaratkan oleh

164
PORTOFOLIO AUDIT 2015

aturan yang
berlaku.
Deposito tidak Melakukan penyesuaian. Laporan rekonsiliasi bank.
diklasifikasikan
sebagaimana
mestinya.

165
PORTOFOLIO AUDIT 2015

NO ASERSI RESIKO PROSEDUR BUKTI AUDIT


1 Existence and Occurence Piutang tersebut Membuat daftar umur Daftar umur piutang.
(Piutang benar-benar ada) tidak benar-benar piutang pada akhir tahun
ada (fiktif) berjalan. Working Trial Balance setelah
Memeriksa kebenaran diperiksa.
penjumlahan dan
menelusur ke Working Trial Kartu piutang.
Balance.
Menelusur saldo piutang ke Balasan konfirmasi positif atau
kartu piutang. negatif.
Lakukan pengujian
terhadap umur piutang. Laporan cut off penjualan.
Kirimkan konfirmasi positif
dan konfirmasi negatif.
Periksa surat konfirmasi
yang dikembalikan.
Periksa semua perkecualian

166
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang dilaporkan dalam


jawaban konfirmasi.
Jika terdapat konfirmasi
positif yang tidak dijawab,
tempuhlah prosedur
alternatif.
Periksa transaksi penjualan
dan pengiriman barang
untuk beberapa hari
sebelum dan setelah
tanggal neraca untuk
menentukan ketepatan cut
off penjualan.

2 Completeness Piutang Melakukan prosedur Daftar hasil perhitungan ratio.


yang terjadi analitis. Dalam prosedur
selama analitis, auditor
periode menghitung berbagai ratio:
tertentu tingkat perputaran piutang
ada yang usaha, ratio piutang usaha
tidak dengan aktiva lancar, rate

167
PORTOFOLIO AUDIT 2015

tercatat. of return on net sales, ratio


Saldo kerugian piutang usaha
piutang dengan pendapatan
tidak penjualan bersih, ratio
tercantum kerugian piutang usaha
sebagaiman dengan piutang usaha yang
a mestinya. sesungguhnya tidak tertagih

3 Right and Obligation kemugkinan Menentukan apakah Hasil penentuan


klien telah terdapat penjaminan dan penjaminan dan penjualan
menggadaik penjualan piutang untuk
anakan memenuhi kebutuhan kas.
menjual
piutang.
Tidak
melakukan
pengujian
atas hak
kepemilikan
yang sesuai.

168
PORTOFOLIO AUDIT 2015

4 Valuation Piutang Meminta atau membuat Daftar Cadangan Kerugian


tidak dinilai suatu analisis tentang Piutang.
sebagaiman beban kerugian piutang dan
a mestinya. cadangan kerugian piutang
Piutang untuk tahun berjalan.
tidak Menentukan apakah
dibukukan penghapusan piutang telah
dan dilakukan dengan tepat:
diikhtisarka Periksa persetujuan
n penghapusan
sebagaiman piutang.
a mestinya Periksa jumlah
dalam penghapusan
jurnal dan piutang.
buku besar. Menentukan kelayakan
Piutang saldo cadangan kerugian
tidak dinilai piutang pada akhir tahun
sebagaiman berjalan
a mestinya
pada nilai
bersih yang

169
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dapat
direalisasika
n

5 Presentation and Piutang Memeriksa apakah terdapat Data piutang terhadap pihak lain.
Disclosure tidak piutang kepada direksi,
diklasifikasi karyawan, pemegang Daftar piutang bersaldo kredit
kan saham, atau pihak lain. Jika yang telah diperiksa.
sebagaiman ada, harus diungkapkan
a mestinya dalam laporan keuangan.
dalam Memeriksa apakah terdapat
laporan piutang bersaldo kredit
keuangan. untuk mempertimbangkan
Pengungkap perlu tidaknya reklasifikasi.
an piutang
yang
dipersyarat
kan oleh
GAAP tidak
tercantum

170
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dalam
laporan
keuangan.

171
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Mengidentifikasi Dokumen atau Bukti Terkait Transaksi

a. Purchase Order (PO)


Di dalam proses pemesanan barang oleh customer, customer hanya memilih
produk yang akan dipesan dan membuat Purchase Order untuk selanjutnya
diproses ke Bagian Pengadaan Barang. Dalam proses ini, belum terjadi
transaksi apapun.

b. Sales Order (SO)


Dalam proses pengadaan barang, bagian terkait mengirimkan surat
konfirmasi terlebih dahulu kepada bagian Gudang untuk mengecek apakah
barang yang dipesan oleh customer tersedia ataukah tidak, apabila ternyata
persediaan barang di gudang mencukupi maka bagian gudang akan
memproses pesanan lebih lanjut, namun apabila persediaan barang yang
dipesan tidak tersedia maka pesanan customer akan dibatalkan. Dalam
proses ini sebenarnya belum terjadi transaksi penjualan, namun apabila
customer ingin membayar tagihan di muka, maka bagian akuntansi mencatat
transaksi penerimaan uang ini dengan jurnal sebagai berikut :
Jurnal :
Db. Kas Rp. 14.250.0000
Cr. Uang Muka Rp. 14.250.000

c. Packaging List
Setelah mengecek persediaan di gudang dan ternyata pesanan produk
customer tersedia, bagian gudang akan menyiapkan pesanan customer dan
mengemasnya untuk kemudian diserahkan ke bagian pengiriman. Daftar
persediaan barang yang keluar gudang dicatat pada Packaging List. Dalam
tahap ini, transaksi penjualan belum tejadi.

d. Delivery Order (DO)


Setelah disiapkan, dikemas dan akan diantarkan kepada customer, bagian
pengiriman akan membuat Delivery Order (Surat Jalan). Dalam tahap ini,
perusahaan harus memastikan siapa yang akan membayar biaya

172
PORTOFOLIO AUDIT 2015

angkut/biaya transportasi yang akan dikirimkan kepada customer. Terdapat


2 jenis FOB (free on board), yaitu :
FOB Shipping Point : Biaya Angkut dibayar oleh Pembeli
Dalam FOB ini, pembeli memiliki hak atas barang itu berada dalam
perjalanan, sehingga pembeli yang membayar biaya angkut. Freight
in merupakan bagian dari biaya persediaan dan oleh karena itu di
debet ke akun persediaan. Misalkan customer membayar ongkos
angkut sebesar Rp. 150.000, maka ayat jurnal yang dibuat adalah
sebagai berikut :

Db. Persediaan Rp. 150.000


Cr. Kas Rp. 150.000

Biaya angkut akan menambah biaya bersih persediaan menjadi Rp.


700.000 sebagai berikut :
Persediaan

Pembelian 550.000

Biaya Angkut 150.000

Pembelian Bersih 700.000

Perusahaan mencatat transaksi ini dengan jurnal :


Db. Persediaan Rp. 550.000
Db. Biaya Angkut 150.000
Cr. Piutang Dagang Rp. 700.000

FOB Destination Point : Biaya Angkut dibayar oleh Penjual


FOB destination point ini diakui perusahaan apabila pesanan yang
dikirimkan telah diterima oleh customer.

e. Laporan Penerimaan Barang


Setelah barang diterima oleh customer, bagian pengiriman akan meminta
customer untuk tanda tangan pada Delivery order sebagai bukti bahwa

173
PORTOFOLIO AUDIT 2015

barang telah dikirim dan diterima oleh customer. Setelah itu, bagian
pengiriman membuat laporan penerimaan barang dan menyerahkan ke
bagian akuntansi untuk kemudian dibuatkan invoice.

Jurnal terkait Laporan Penerimaan Barang dengan menggunakan FOB


Destination Point :

Db. Persediaan Rp. 550.000


Db. Biaya Angkut 150.000
Cr. Piutang Dagang Rp.700.000

Apabila ternyata barang yang dikirimkan cacat dan pembeli mengembalikan


barang tersebut senilai Rp. 8.500.000, maka penjual mencatat retur
penjualan ini sebagai berikut :

Jurnal :
Db. Retur dan Potongan Penjualan Rp. 8.500.000
Cr. Piutang Usaha Rp. 8.500.000
( Menerima barang yang dikembalikan )

Perusahaan menerima barang yang dikembalikan dan memperbarui catatan


persediaan. Perusahaan juga harus menurunkan harga pokok penjualan
sebagai berikut (biaya barang yang dikembalikan bagi perusahaan adalah Rp.
5.000.000) :

Jurnal :
Db. Persediaan Rp. 5.000.000
Cr. Harga Pokok Penjualan Rp. 5.000.000
( Menempatkan kembali barang dalam persediaan )

174
PORTOFOLIO AUDIT 2015

f. Invoice atau Faktur


Invoice diberikan kepada customer ketika barang pesanan telah diantarkan
dan diterima oleh pelanggan. Ketika invoice dibayar oleh customer secara
kredit dengan uang muka, maka jurnalnya adalah sebagai berikut :
Jurnal :
Db. Piutang Dagang Rp. 6.775.000
Cr. Penjualan Rp. 6.775.000

Db. Kas Rp. 14.250.000


Db. Potongan penjualan Rp. 750.000
Cr. Penjualan Rp. 15.000.000

Apabila customer membayar tagihan tanpa uang muka, maka jurnalnya


adalah sebagai berikut :

Jurnal :
Db. Piutang Dagang Rp. 21.775.000
Cr. Penjualan Rp. 21.775.000
Db. Harga Pokok Penjualan Rp. 13.000.000
Cr. Persediaan Rp. 13.000.000

g. Kwitansi atau Bukti Kas Masuk


Setelah customer membayar tagihannya, kasir menyerahkan bukti kas masuk
kepada bagian akuntansi untuk dijurnal, jurnalnya adalah sebagai berikut :
Jurnal :
Db. Kas Rp. 21.775.000
Cr. Piutang Dagang Rp. 21.775.000

175
PORTOFOLIO AUDIT 2015

3. Identifikasi akun-akun terkait transaksi


a. Kas
b. Uang muka
c. Piutang dagang
d. Persediaan
e. Retur Penjualan
f. Penjualan
g. Biaya angkut
h. Potongan Penjualan

176
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Audit Siklus Penjualan, Piutang dan Penerimaan Kas

Customer Bag. Pengadaan Bag. Gudang Bag. Pengiriman

Mulai 1 2 3

Barang
Melihat-lihat
Memeriksa Pesanan
Produk Ada No : Persediaan
Barang? Pesanan
Batal
Membuat
Daftar
Delivery Order
Produk
Packaging
Yes : List
Menanyakan ke
Bagian Gudang
Delivery Order
Memilih dan
Memesan
Menyiapkan
Produk
pesanan
Membuat surat
konfirmasi Mengirimkan
pesanan
A C
B
D

177
A PORTOFOLIO AUDIT
B C
2015 D

Beli ? (NO) Surat Mengemas


Pulang Konfirmasi Barang Menyerahkan
barang pesanan
ke customer

Membuat 3
(YES) Membuat
Sales Order
Nota Laporan
Pemesanan Penerimaan
Barang
Sales
Order
Purchase Order
4
(PO)

Barang
Pesanan

Mendapat
Invoice

178
5
5 PORTOFOLIO AUDIT 2015

Invoice

Melakukan
pembayaran

Memperoleh
bukti
pembayaran
(kwitansi)

Kwitansi

179
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Bag. Akuntansi Kasir

4 5

Membuat
Menerima
Invoice
transaksi
pembayaran

Invoice

Membuat
5 Bukti Kas
Masuk

Mendapatkan
Bukti Kas
Bukti Transaksi
Masuk

Membuat
Menyerahkan
Jurnal
ke bag.
akuntansi

E
180
6
E PORTOFOLIO AUDIT 2015

Db. Piutang dagang xxxxx

Cr. Penjualan xxxxx

Db. Harga Pokok Penjualan xxxxx

Cr. Persediaan xxxxx

Buku Besar

Neraca
Saldo

Laporan
Keuangan

Selesai

181
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 2

AUDIT SIKLUS PERSEDIAAN dan PERGUDANGAN

Siklus persediaan dan pergudangan merupakan siklus yang unik karena


berhubungan erat dengan siklus transaksi lainnya. Untuk perusahaan manufaktur,

bahan baku masuk ke siklus persediaan dan pergudangan melaluui siklus akuisisi dan
pembayaran, sedangkan tenaga kerja langsung masuk melalui siklus penggajian dan

personalia. Siklus persediaan dan pergudangan berakhir saat barang dijual pada
siklus penjualan dan penagihan.

Audit persediaan, terutama pengujian atas saldo persediaan akhir tahun,

biasanya lebih kompleks dan memakan waktu lama. Sebagaimana ditunjukkan oleh
audit Pharmor, menemukan salah saji dalam akun persediaan cukup sulit untuk

dilakukan. Faktor-faktor yang memengaruhi kompleksitas audit persediaan antara


lain :

Persediaan biasanya merupakan akun terbesar dalam neraca.

Persediaan biasanya ada di lokasi yang berbeda, sehingga pengendalian fisik


dan perhitungan cukup sulit untuk dilakukan.

Berbagai jenis persediaan seperti permata, bahan kimia, dan elektronik


biasanya sulit diamati dan dinilai oleh auditor.

Penilaiaan persediaan juga sulit dilakukan ketika keusangan persediaan perlu


diestimasi dan biaya manufaktur harus dialokasikan dalam persediaan.

Terdapat beberapa metode penilaian persediaan dan beberapa organisasi


menggunakan metode penilaian yang berbeda untuk berbagai bagian

persediaan; hal ini diperbolehkan dalam GAAP.

Siklus ini secara garis besar mencakup berbagai fungsi dan kegiatan
perusahaan yang berkaitan dengan konversi bahan baku ke barang jadi. Fungsi dan

kegiatan tersebut meliputi :

182
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Perencanaan produksi.

Pengendalian jenisa dan jumlah produk.


Pengendalian tingkat persediaan.

Berbagai transaksi maupun kejadian yang berhubungan dengan proses


produksi seperti pembebanan biaya ke harga pokok produksi.

Aliran Persediaan dan Biaya

Pemeriksaan dilakukan atas akun T dari pendebetan bahan baku, tenaga kerja
langsung, dan overhead manufaktur untuk melihat hubungna antara siklus

persediaan dan pergudangan dengan siklus akuisisi dan pembayaran serta siklus
penggajian dan personalia. Keterikatan langsung dengan siklus penjualan dan

pengaihan terjadi pada titik dimana barang jadi dikreditkan dan dibebankan dalam
harga pokok penjualan.

Siklus persediaan dan pergudangan dapat dianggap sebagai dua sistem yang

berbeda, namum berkaitan erat, yang satu mencakup aliran fisik barang dan yang
lainnya berkaitan dengan biaya. Siklus ini terdiri dari enam fungsi, dimana masing-

masing akan didiskusikan selanjutnya.

Pemrosesan Pesanan Pembelian

Siklus persediaan dan pergudangan dimulai dengan akuisisi bahan baku untuk

produksi. Pengendalian yang memadai atas akuisisi harus dilakukan untuk


persediaan bahan baku (bagi perusahaan manufaktur) dan barang jadi (bagi

pedagang). Permintaan ini biasanya diawali oleh personel di bagian persediaan


ketika bahan baku diperlukan, secara otomatis bisa juga bisa diawali oleh program

komputer saat bahan baku mnecapai tahap yang ditentukan, oleh pesanan atas
bahan baku yang diperlukan karena pesanan konsumen, ataupun oleh pesanan yang

didasarkan pada penghitungan bahan baku secara periodik.

183
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Penerimaan Bahan Baku

Penerimaan atas bahan baku yang dipesan, yang merupakan bagian dari
siklus akuisisi dan pembayaran, mencakup pemeriksaan jumlah dan kualitas bahan

baku yang diterima. Departemen penerimaan akan menyiapkan laporan penerimaan,


yang menjadi bagian dari dokumentasi sebelum dilakukan pembayaran. Setelah

diperiksa, bahan baku dikirimkan ke bagian penyimpanan, sedangkan salinan atas


dokumen penerimaan barang atau notifikasi elektronik atas penerimaan barang

dikirimkan ke bagian pembelian, bagian penyimpanan, dan utang dagang.


Pengendalian dan pertanggungjawaban sangat diperlukan untuk seluruh pengiriman.

Penyimpanan Bahan Baku

Saat diterima, bahan baku biasanya disimpan di bagian penyimpanan. Ketika

departemen lain membutuhkan bahan baku untuk produksi, personel yang


bertanggung jawab menyerahkan surat permintaan atas pengadaan bahan baku,

pesanan pekerjaan, atau dokumen dan notifikasi elektronik terkait yang


mengidentifikasi jenis dan jumlah bahan baku yang diperlukan. Dokumen

permintaan tersebut digunakan untuk memperbarui berkas utama persediaan


perpetual dan mencatat perpindahan dari bahan baku ke akun barang dalam proses.
Pembaruan ini terjadi secara otomatis bersamaan dengan manajemen persediaan
yang terintegrasi dan sistem peranti lunak akuntansi yang diterapkan.

Pemrosesan Produk

Pemrosesan persediaan bervariasi di setiap perusahaan. Perusahaan


menentukan barang jadi dan kuantitas produksi berdasarkan pesanan khusus dari

konsumen, perkiraan penjualan, tingkat persediaan barang jadi yang telah ditentukan
sebelumnya, dan aliran produksi yang ekonomis yang dijalankan. Departemen

pengendalian produksi secara terpisah bertanggung jawab atas penentuan jenis dan
jumlah produksi, pengendalian bahan sisa, pengendalian kualitas, dan perlindungan
fisik terhadap barang dalam proses. Setiap departemen produksi bertanggung jawab

184
PORTOFOLIO AUDIT 2015

menelaah proses produksi yang terkomputerisasi dan laporan atas bahan sisa, yang

akan memberikan informasi kepada bagian akuntansi untuk pencatatan pengiriman


bahan baku dan penentuan biaya produksi.

Sistem akuntansi biaya yang memadai merupakan bagian penting dari fungsi
pemrosesan barang untuk seluruh perusahaan manufaktur. Sistem ini menunjukkan

profitabilitas produk untuk perencanaan dan pengendalian produk dan penilaian


persediaan dalam menyiapkan laporan keuangan. Terdapat dua sistem biaya, yaitu:

sistem biaya pesanan dan sistem biaya proses. Pada intinya, terdapat banyak variasi
dan kombinasi dari kedua sistem tersebut. Dalam sistem biaya pesanan, biaya

diakumulasikan atas biaya setiap pekerjaan saat bahan baku dipakai dan biaya
tenaga kerja muncul. Dalam sistem biaya proses, biaya diakumulasikan berdasarkan

proses sehingga biaya unit per proses dibebankan pada produk saat produk melalui
proses tersebut.

Pencatatan akuntansi biaya terdiri atas berkas utama, lembar kerja, dan

pelaporan yang mengakumulasikan bahan baku, biata tenaga kerja, dan biaya
overhead menggunakan sistem pesanan atau proses, dimana biaya tersebut muncul.

Saat pekerjaan atau produk diselesaikan, biaya terkait dipindahkan dari barang
setengah jadi ke barang jadi berdasarkan laporan departemen produksi.

Penyimpanan Barang Jadi

Saat barang jadi diselesaikan, barang ditempatkan di ruang penyimpanan

untuk menunggu pengiriman. Perusahaan dengan pengendalian internal yang baik


akan menyimpan barang jadi dengan pengendalian fisik yang terpisah dan di wilayah

yang terbatas. Pengendalian atas barang jadi biasanya merupakan bagian dari siklus
penjualan dan penagihan.

185
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Pengiriman Barang Jadi

Pengiriman barang jadi merupakan bagian dari siklus penjualan dan


penagihan. Pengiriman aktual atas barang ke konsumen untuk dibayarkan dengan

kas atau aset lainnya seperti piutang dagang akan menciptakan pertukaran aset-aset
yang diperlukan dalam memenuhi kriteria pengakuan pendapatan. Dalam banyak

transaksi penjualan, pengiriman bahan jadi menjadi pemicu dalam pengakuan


piutang dagang dan penjualan dalam sistem akuntansi. Pengiriman barang jadi harus

diotorisasi menggunakan dokumen pengiriman yang disetujui.

Bagi sebagian besar perusahaan, terdapat perpindahan fisik barang dalam


perusahaan saat mereka memindahkan persediaan dari bahan baku ke barang

setengah jadi dan ke barang jadi. Sama halnya dengan pengiriman barang jadi,
otorisasi atas perpindahan persediaan dalam siklus persediaan dan pergudangan

harus diotorisasi menggunakan dokumentasi yang memadai untuk memastikan


pemindahan biaya antar akun persediaan dalam neraca.

Berkas Utama Persediaan Perpetual

Berkas utama persediaan perpetual biasanya mencakup informasi mengenai

unit persediaan barang yang dibeli, dijual dan disimpan. Dalam sistem
terkomputerisasi yang didesai dengan rapi, sistem ini juga memasukkan informasi

mengenai biaya unit.

Untuk pembelian bahan baku, berkas utama persediaan diperbarui secara

otomatis saat pembeliaan persediaan diproses sebagai bagian dari catatan


pembelian. Misalnya, ketika jumlah unit dan biaya unit setiap pembelian bahan baku

dimasukkan dalam sistem komputer, informasi tersebut digunakan untuk


memperbarui berkas utama persediaan perpetual dengan jurnala akuisisi dan berkas

utama utang dagang.

186
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Perpindahan bahan baku dari ruang penyimpanan harus dimasukkan secare

terpisah ke komputer untuk memperbarui pencatatan perpetual. Biasanya, hanya unit


yang dipindahkan yang perlu dimasukkan karena komputer menentukan biaya unit

dari berkas utama.

Berkas utama persediaan perpetual barang jadi mencakup jenis informasi

yang sama dengan perpetual bahan baku, tetapi lebih kompleks jika biaya
dimasukkan ke dala unit. Biaya barang jadi mencakup bahan baku, biaya tenaga kerja

langsung, dan biaya overhead manufaktur yang terkadang memerlukan alokasi dan
pencatatan terperinci. Saat perpetual barang jadi memasukkan biaya unit, pencatatn

akuntansi biaya harus diintegrasikan ke dalam sistem komputer.

BAGIAN DARI AUDIT PERSEDIAAN

Keseluruhan tujuan dalam audit siklus persediaan dan pergudangan


menyediakan kepastian bahwa laporan keuangan menyajikan informasi bahan baku,

barang setengah jadi, persediaan barang jadi, dan harga pokok penjualan secara
wajar. Audit atas siklus persediaan dan pergudangan dapat dibagi emnjadi lima

aktivitas yang berbeda, yaitu :

1. Akuisisi dan pencatatan bahan baku, biaya tenaga kerja, dan overhead.
2. Perpindahan internal atas aset dan biaya.

3. Pengiriman barang dan pencatatan pendapatan dan biaya.


4. Pengamatan fisik atas persediaan.

5. Penetapan harga dan kompilasi persediaan.

Akuisisi dan Pencatatan Bahan Baku, Tenaga Kerja, dan Overhead

Bagian audit ini meliputi tiga fungsi pertama dalam Gambar 1, yaitu

pemrosesan atas pembelian pesanan, penerimaan bahan baku, dan penyimpanan


bahan baku.

187
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Auditor mendapatkan pemahaman mengenai pengendalian internal atas

ketiga fungsi tersebut dan kemudian melakukan pengujian pengendalian dan


pengujian substantif atas transaksi baik untuk siklus akuisisi dan pembayaran dan

siklus penggajian dan personalia. Pengujian terhadap pengendalian akuisisi bahan


baku dan biaya manufaktur tersebut harus berjalan efektif dan transaksi akuisisi

dinyatakan dengan benar. Bila tenaga kerja langsung merupakan bagian penting
dalam persediaan manufaktur, maka auditor harus melakukan verifikasi proses

akuntansi yang benar atas biaya ini dalam siklus penggajian dan personalia.

Pemindahan Aset dan Biaya

Pemindahan internal alam persediaan meliputi fungsi keempat dan kelima

dalam Gambar 1; pemrosesan barang dan penyimpanan barang jadi. Klien


membukukan aktivitas tersebut dalam pencatatan akuntansi biaya, yang independen

dari siklus lain dan diuji sebagai bagian dari audit siklus persediaan dan
pergudangan.

Pengiriman Barang dan Pencatatan Pendapatan dan Biaya

Pencatatan pengiriman dan biaya terkait merupakan fungsi terakhir dalam

Gambar 2. Oleh karena proses ini merupakan bagian dari siklus penjualan dan
penagihan, maka auditor harus mendapatkan pemahaman dan menguji

pengendalian internal atas pencatatan pengiriman sebagai bagian dari audit siklus
ini, termasuk prosedur dalam verifikasi akurasi kredit atas persediaan yang dicatat

dalam berkas utama persediaan perpetual.

Pengamatan Persediaan Secara Fisik

Auditor harus mengamati klien dalam menghitung persediaan fisik untuk

menentukan apakah persediaan yang tercatat memang ada pada tanggal neraca dan
dihitung dengan benar oleh klien. Pemeriksaan fisik merupakan jenis bukti penting

188
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang dapat digunakan untuk melakukan verifikasi terhadap keberadaan dan

penghitungan persediaan.

Harga dan Kompilasi Persediaan

Biaya yang digunakan untuk menilai persediaan harus diuji untuk menentukan

apakah klien mengikuti metode persediaan yang sesuai dengan SAK dan konsisten
dengan tahun-tahun sebelumnya. Prosedur yang digunakan auditor untuk

melakukan verifikasi biaya ini disebut pengujian harga. Sebagai tambahan auditor
harus melakukan pengujian kompilasi persediaan, yaitu pengujian untuk

melakukan verifikasi apakah penghitungan fisik dilakukan dengan benar , kuantitas


dengan harga persediaan dijabarkan dengan benar, dan persediaan tersebut

dijumlahkan dengan benar untuk menghitung saldo buku besar.

Audit atas persediaan

Bagian Audit Siklus yang di Uji

Akuisisi dan pembayaran dan


akuisisi dan pencatatan bahan
baku, tenaga kerja, dan overhead penggajian dan personalia

Persediaan dan
pemindahan aset dan biaya
secara internal pergudangan

pengiriman barang dan


Penjualan dan penagihan
pencatatan pendapatan dan biaya

Persediaan dan
pengamatan fisik atas persediaan
pergudangan

Persediaan dan
penetapan harga dan kompilasi
persediaan pergudangan

189
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Aktivitas yang terkait dengan persediaan dapat dirangkum dengan skema sebagai

berikut :

Fungsi Bisnis Aktivitas Jurnal Formulir

Utama

Sumber daya yang Memelihara Harga pokok Laporan tenaga

diperoleh, catatan persediaan persediaan dalam kerja


dipergunakan dan secara perpetual proses (raw

ditransformasi material, work in


process, finished

goods)

Mencatat harga Harga pokok Formulir


pokok persediaan persediaan permintaan barang

mengontrol secara Penghapusan


fisik persediaan persediaan,

kadaluarsa, dan
rusak

Rekening-rekening yang terkait dengan siklus produksi dan persediaan, antara lain

sebagai berikut :

Persediaan bahan baku

Persediaan bahan pembantu


Persediaan barang dalam proses

Persediaan barang jadi


Biaya tenaga kerja langsung

Biaya overhead pabrik


Biaya reparasi dan perbaikan

Biaya bahan bakar atau listrik


Harga pokok produksi
Harga pokok penjualan

190
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Utang dagang

Biaya dibayar di muka


Biaya depresiasi mesin dan peralatan pabrik

Biaya deplesi persediaan


Akumulasi depresiasi mesin dan peralatan pabrik

Akumulasi deplesi persediaan

TUJUAN AUDIT SIKLUS PRODUKSI-PERSEDIAAN

Tujuan audit siklus produksi adalah untuk memperoleh bukti emngenai masing-
masing asersi signifikan yang berkaitan dengan transaksi dan saldo siklus produksi.

Tujuan audit ditentukan berdasarkan atas ke lima kategori asersi laporan keuangn
yang dinyatakan oleh manajemen

191
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Asersi Resiko Prosedur Bukti / Dokumen


Exsistence and Occurence Pembelian dicatat Memilih sample acak Daftar persediaan
Persediaan benar-benar terlalu besar. dengan nomor label barang.
ada.
Terjadi pembelian dan identifikasi label Daftar penerimaan
Persediaan dalam
barang tanpa dengan nomor barang.
daftar persediaan
diotorisasi. ditempelkan pada Voucher register.
benar-benar ada
persediaan yang

sebenarnya.

Mengamati pergerakan
persediaan selama

perhitungan.
Melakukan (tracing)

menelusur daftar
persediaan dalam

192
PORTOFOLIO AUDIT 2015

skedul ke label

persediaan dan catatan


penghitungan auditor

untuk memastikan
keberadaan dan

deskripsinya.
Completeness Barang sudah diterima Memeriksa persediaan Daftar observasi
Persediaan yang ada namun belum dicatat untuk mastikan sudah persediaan barang dan
dihitung dan diberi
sebagai pembelian. diberi label. pengujian perhitungan.
label, dan label
Pembelian dicatat Mengamati pergerakan Memo observasi
dihitung untuk
terlalu besar. persediaan selama persediaan.
memastikan tidak ada
yang hilang. Terdapat persediaan penghitungan.

Hanya persediaan yang yang hilang atau dicuri. Melakukan tanya jawab
ada yang benar-benar jika ada persediaan
dimasukkan dalam dilokasi lain.
skedul persediaan
Menghitung seluruh
label yang dipakai

maupun tidak dipakai

193
PORTOFOLIO AUDIT 2015

untuk memastikan tidak

ada yang hilang atau


dengan sengaja tidak

dimasukkan.
Mencatat nomor label

yang dipakai maupun


yang tidak dipakai untuk

tindak lanjut berikutnya.


Menghitung nomor

labe; yang tidak


digunakan dalam

dokumentasi auditor
untuk memastikan

bahwa tidak ada label


yang ditambahkan.

Menelurusi dari label


skedul persediaan dan

pastikan bahwa

194
PORTOFOLIO AUDIT 2015

persediaan yang diberi

label sudah dimasukkan.


Menghitung nomor

label untuk memastikan


tidak ada yang dibuang.
Right and Obligation Persediaan sudah Menghitung ulang Daftar persediaan
Persediaan dihitung dikirim namun belum perhitungan klien untuk barang.
secara akurat (akurasi)
dicatat. memastikan akurasi Kartu gudang.
Klien mempunyai hak
Pembelian sudah pencatatan pada label Daftar barang
atas persediaan yang
dicatat, namun (juga memeriksa konsinyasi.
tercatat dan diberi
label (hak) barangnya belum deskripsi dan unit Bukti penerimaan dan

diterima. perhitungan, seperti pengeluaran barang


lusin dan perhitungan gudang.

kotor).
Membandingkan

perhitungan fisik
dengan berkas utama

perpetual. Mencatat

195
PORTOFOLIO AUDIT 2015

perhitungan klien untuk

pengujian akhir periode.


Melakukan tanya jawab

mengenai barang
konsinyasi atau

persediaan milik
pelanggan yang

dimasukkan dalam
perhitungan klien.

Mewaspadai adanya
persediaan yang

dipinggirkan atau yang


ditandai karena

diindikasikan tidak jelas


pemiliknya.
Valuation Selalu muncul permasalahan Menguji keusangan Kuisioner
Persediaan yang usang berkaitan dengan identifikasi persediaan dengan Daftar Persediaan
dan tidak digunakan
dan pengukuran biaya-biaya tanya jawab dengan Barang
lagi tidak dimasukkan

196
PORTOFOLIO AUDIT 2015

atau di tandai (nilai persediaan seperti bahan karyawan pabrik dan Faktur persediaan.
realisasi) pembantu, tenaga kerja, manajemen dan Voucher-voucher ubtuk
overhead pabrik, biaya berhati-hati dengan pembelian barang.

bersama, disposisi variance barang yang rusak,


biaya, akuntansi untuk barang berkarat, tertutup debu,

rusak dan isu-isu akuntansi atau diletakkan di


biaya. tempat yang tidak

semestinya.
Presentation and Disclosure Diversitas persediaan Melakukan pengujian Indikator uji
Persediaan digolongkan membuat masalah pengendalian. pengendalian
sebagaimana mestinya
untuk penentuan Melakukan pengujian Kartu penghitungan
dalam neraca sebagai
kualitas dan harga substantif. fisik.
aktiva lancar.
pasarnya. Bukti memorial.
Berbagai biaya produksi
telah tepat Lokasi penempatan Daftar hasil perhitungan

dikelompokkan dalam persediaan belum tentu fisik.


laporan keuangan. di satu tempat.
Adanya pengungkapan Perbedaan lokasi ini
dasar atau metode
memperumit
penilaian persediaan

197
PORTOFOLIO AUDIT 2015

yang memadai dan pengendalian fisik


konstan. persediaan terhadap
Persediaan yang
pencurian, kerusakan,
digadaikan atau
dan perlakuan barang
diungkapkan ke
yang ada dalam transit
perusahaan lain telah
diungkapkan secara antar dua lokasi.

memadai.

198
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 3
AUDIT SIKLUS ASET TETAP

Aset tetap adalah kekayaan perusahaan yang memiliki wujud, mempunyai manfaat

ekonomis lebih dari satu tahun, dan diperoleh perusahaan untuk melaksanakan
kegiatan perusahaan, bukan untuk dijual kembali. Karena kekayaan ini mempunyai

wujud, seringkali aset tetap disebut dengan aset tetap berwujud (tangible fixed
assets). Aset tetap dalam perusahaan manufaktur umumnya digolongkan menjadi :

1. Tanah dan perbaikan tanah (land and land improvement)


2. Gedung dan perbaikan gedung (building and building improvement)

3. Mesin dan peralatan pabrik


4. Mebeul

5. Kendaraan

Pengujian substantif terhadap aset tetap dalam audit yang pertama kalinya

Adakalanya auditor menghadapi klien baru. Mungkin laporan keuangan klien ini

pernah diaudit oleh auditor independen lain dalam tahun sebelumnya, atau mungkin
juga laporan keuangan klien ini baru pertama kalinya diaudit oleh auditor

independen. Ada beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam audit terhadap
aset tetap pada audit yang pertama kalinya :

1. Apakah laporan keuangan tahun sebelumnya telah diaudit oleh auditor


independen lain?

2. Apakah klien menyelenggarakan catatan rinci untuk aset tetapnya?


3. Apakah klien mengarsipkan dokumen-dokumen yang mendukung transaksi

yang bersangkutan dengan pemrolehan dan mutasi aset tetap sampai dengan
saat audit yang pertama dilaksanakan?

Jika laporan keuangan klien belum pernah diaudit oleh auditor independen lain, dan
audit yang sekarang ini merupakan audit yang pertama kalinya, auditor mempunyai

199
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kewajiban untuk memverifikasi saldo awal aset tetap, untuk memperoleh keyakinan

mengenai kewajaran saldo tersebut. Verifikasi tersebut dilakukan oleh auditor


meliputi periode sejak saat aset tetap tersebut diperoleh sampai dengan awal tahun

yang diaudit. Semua bukti yang mendukung transaksi mutas aset tetap harus
diverifikasi oleh auditor. Oleh karena itu, tersedianya catatan aset tetap yang rinci

dan dokumen yang mendukung transaksi pemrolehan dan mutasi aset tetap di catat
didalam catatan aset tetap tersebut diperlukan oleh auditor dalam audit yang

pertama kali.

Jika laporan keuangan klien tahun sebekumnya telah diaudit oleh auditor

independen lain, kewajiban memverifikasi saldo awal aset tetap bagi auditor yang
baru menjadi lebih ringan. Jika laporan keuangan klien diberi pendapat wajar tanpa

pengecualian dari auditor independen sebelumnya, auditor yang baru dapat


langsung menggunakan saldo awal aset tetap sebagai saldo awal yang wajar. Bagi

auditor yang baru tersebut, titik berat pengujian substantifnya terhadap aset tetap
kemudian hanya dipusatkan pada transaksi mutasi aset tetap yang terjadi dalam

tahun yang diaudit.

TUJUAN PENGUJIAN SUBSTANTIF TERHADAP SALDO ASET TETAP

Tujuan pengujian substatif terhadap saldo aset tetap adalah sebagai berikut ;
1. Accuracy. Memperoleh keyakinan tentang keandalan catatan akuntansi yang

bersangkutan dengan aset tetap.


Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah melakukan rekonsiliasi antara

saldo aset tetap yang dicantumkan di dalam neraca dengan akun aset tetap
yang bersangkutan di dalam buku besar dan selanjutnya ke jurnal

pengeluaran kas, jurnal umum, dan buku pembantu aktiva tetap.

2. Existence and Occurence. Membuktikan keberadaan aset tetap dan


keterjadian transaksi yang berkaitan dengan aset tetap yang dicantumkan di
neraca.

200
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah dengan melakukan :


Pengujian analitik.

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aset


tetap.

Inspeksi terhadap aset tetap.


Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Review terhadap pembentukan akumulasi depresiasi.

3. Completeness. Membuktikan kelengkapan aset tetap yang dicantumkan di


neraca.

Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah dengan melakukan :


Pengujian analitik.

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aset


tetap.

Inspeksi terhadap aset tetap.


Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Review terhadap pembentukan akumulasi depresiasi.

4. Right and Obligation. Membuktikan hak kepemilikan klien atas aset tetap
yang dicantumkan di neraca.

Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah dengan melakukan :


Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aset

tetap.
Inspeksi terhadap aset tetap.

Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

5. Valuation. Membuktikan kewajaran penilaian aktiva tetap yang dicantumkan


di neraca.

201
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah dengan melakukan :

Prosedur audit awal.


Pengujian analitik.

Pemeriksaan bukti pendukung transaksi yang berkaitan dengan aset


tetap.

Inspeksi terhadap aset tetap.


Pemeriksaan terhadap dokumen hak milik dan kontrak.

Review terhadap pembentukan akumulasi depresiasi.

6. Presentation and Disclosure. Membuktikan kewajaran penyajian dan


pengungkapan aset tetap di neraca.

Prosedur yang dilakukan oleh auditor adalah dengan membandingkan


penyajian dan pengungkapan aset tetap di neraca yang diaudit dengan

Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum.

PROSEDUR AUDIT AWAL

Sebelum membuktikan apakah saldo aset tetap yang dicantumkan oleh klien di

dalam neraca sesuai dengan aset tetap yang benar-benar ada pada tanggal neraca,
auditor harus melakukan rekonsiliasi antara informasi aset tetap yang dicantumkan di

neraca dengan catatan akuntansi yang mendukungnya. Rekonsiliasi ini diperlukan


agar auditor memperoleh keyakinan bahwa informsi aset tetap yang di cantumkan di

neraca didukung oleh catatan akuntansi yang dapat dipercaya. Oleh karena itu,
auditor melakukan 6 prosedur audit berikut ini dalam melakukan rekonsiliasi

informasi aset tetap di neraca dengan catatan akuntansi yang bersangkutan :

1. Usut saldo aset tetap yang tercantum di neraca ke saldo akun aser tetap yang
bersangkutan di buku besar.

2. Hitung kembali saldo akun aset tetap di buku besar.


3. Usut saldo awal akun aset tetap ke kertas kerja tahun lalu.

202
PORTOFOLIO AUDIT 2015

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber posting

dalam akun aset tetap dan akumulasi depresiasinya.


5. Usut posting pendebitan dan pengkreditan akun aset tetap ke jurnal yang

bersangkutan.
6. Lakukan rekonsiliasi buku pembantu aset tetap dengan akun kontrol aset

tetap di buku besar.

PROSEDUR ANALITIK

Ratio berikut ini seringkali digunakan oleh auditor dalam melakukan pengujian

analitik terhadap aset tetap, yaitu :

RATIO FORMULA

Tingkat perputaran aset tetap Hasil penjualan bersih : Rata-rata saldo


aset tetap

Ratio laba bersih dengan aset tetap Hasil penjualan bersih : Rata-rata saldo

aset tetap

Ratio aset tetap dengan modal saham Aset tetap : Modal saham

Ratio biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan : Hasil

dengan aset tetap penjualan bersih

PENGUJIAN TERHADAP TRANSAKSI RINCI

1. Periksa tambahan aset tetap ke dokumen yang mendukung transaksi

pemrolehan aset tetap tersebut.


2. Periksa berkurangnya aset tetap ke dokumen yang mendukung transaksi

tersebut.
3. Periksa ketepatan pisah batas (cut-off) transaksi aset tetap.

4. Lakukan review terhadap akun biaya reparasi dan pemeliharaan aset tetap.

203
PORTOFOLIO AUDIT 2015

PENGUJIAN TERHADAP SALDO AKUN RINCI

1. Lakukan Inspeksi terhadap Tambahan Aset Tetap dalam Tahun yang di Audit.
Informasi mengenai tambahan aset tetap dalam tahun yang diaudit diperoleh

dari notulen rapat dewan komisaris atau direksi dan anggaran modal yang
dibuat oleh klien. Atas dasar informasi tersebut auditor kemudian

menganalisis pendebitan akun aset tetap dalam tahun yang diaudit untuk
memperoleh informasi lebih rinci mengenai tambahan aset tetap dalam tahun

yang diaudit ke dalam dokumen authorization for expenditure (AFE) dan bukti
kas keluar beserta dokumen pendukungnya (surat order pembelian, laporan

penerimaan barang, dan faktur dari pemasok). Informasi tambahan aset tetap
tersebut kemudian di inspeksi fisik aset tetapnya oleh auditor untuk

memverifikasi eksistensi tambahan aset tetap tersebut.

2. Periksa dokumen kontrak dan dokumen hak kepemilikan klien atas aset tetap.
Pembuktian hak kepemillikan atas aset tetap klien dilakukan oleh auditor

dengan :

Memeriksa dokumen yang mendukung pemrolehan dan penghentian


pemakaian aset tetap.

Memeriksa dokumen yang mendukung transaksi pembayaran sewa.


Memeriksa polis asuransi aset tetap.

Meminta informasi mengenai aset tetap yang dijaminkan dalam


penarikan utang.

Melakukan inspeksi terhadap perjanjian persewaan (leasing).

3. Lakukan Review terhadap Perhitungan Depresiasi dan Deplesi Aset Tetap.


Penilaian terhadap aset tetap yang didepresiasi atau dideplesi mengharuskan

auditor melakukan penghitungan kembali biaya depresiasi dan biaya deplesi


aset tetap dengan menggunakan metode depresiasi atau deplesi yang dipakai
oleh klien dan berdasarkan cost aset yang telah mengalami penambahan

204
PORTOFOLIO AUDIT 2015

karena transasksi pemrolehan dan pengeluaran modal serta pengurangan

karena transaksi penghentian pemakaian aset tetap dalam tahun yang diaudit
dengan melakukan prosedur berikut :

Lakukan rekonsiliasi aset tetap tertentu ke dalam buku pembantu aset


tetap.

Hitung kembali jumlah ruoiah yang dicatat dalam akun-akun yang


terkait dalam transaksi penghentian pemakaian aset tetap.

4. Verifikasi Penyajian dan Pengungkapan

Periksa Klasifikasi Aset Tetap di dalam Neraca.


Aset tetap harus disajikan di dalam neraca dalam kelompok aset tidak

lancar pada kosnya dikurangi dengan akumulasi depresiasi atau


deplesi. Auditor melakukan pemerikasaan terhadap klasifikasi aset

tetap di dalam aset tetap di dalam neraca berdasarkan Prinsip


Akuntansi yang Berterima Umum dalam penyajian aset tetap di neraca.

Periksa Pengungkapan yang Bersangkutan dengan Aset Tetap.

Menurut Prinsip Akuntansi yang Berterima Umum dalam penyajian aset


tetap di neraca, klien berkewajiban mencantumkan pengungkapan

yang memadai mengenai metode depresiasi atau deplesi yanng


dipakainya, aset tetap yang dijaminkan atau digadaikan dalam

penarikan utang, dan aset tetap yang telah habis didepresiasi namun
masih digunakan dalam kegiatan perusahaan.

205
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Bab 4

AUDIT SIKLUS PENGGAJIAN dan PERSONALIA

Mengidentifikasi dokumen atau bukti terkait transaksi

a. Dokumen pendukung perubahan gaji

Merupakan dokumen yang umumnya dikeluarkan oleh fungsi personalia yang


berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan seperti

surat keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat dan


sebagainya.

b. Kartu jam hadir


Merupakan dokumen yang digunakan oleh fungsi pencatatan waktu untuk

mencatat jam hadir tiap karyawan di perusahaan.


c. Kartu jam kerja

Merupakan dokumen yang digunakan untuk mencatat waktu yang di


konsumsi oleh tenaga kerja langsung pabrik guna mengerjakan pekerjaan.

d. Daftar gaji dan daftar upah


Merupakan dokumen yang berisi jumlah gaji dan upah bruto tiap karyawan,

dikurangi potongan-potongan berupa PPh pasal 21 utang karyawan, iuran


untuk organisasi karyawan, dan sebagainya.

e. Rekap daftar gaji dan upah


Merupakan ringkasan gaji dan upah per departemen, yang dibuat berdasarkan

daftar gaji dan upah.


f. Surat pernyataan gaji dan upah

Merupakan dokumen yang dibuat oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah
bersamaan dengan pembuatan daftar gaji dan upa atau dalam kegiatan yang

terpisah dari pembuatan daftar gaji dan upah.

206
PORTOFOLIO AUDIT 2015

g. Amplop gaji dan upah

Uang gaji dan upah yang diserahkankepada tiap karyawan dalam amplop gaji
dan upah.

h. Bukti kas keluar


Merupakan perintah pengeluaran yang dibuat oleh fungsi pencatatan utang

kepada fungsi pembayaran gaji dan upah berdasarkan informasi dalam daftar
gaji dan upah yang diterima dari pembuat daftar gaji dan upah.

207
PORTOFOLIO AUDIT 2015

NO Asersi Risiko Prosedur Bukti Audit

1 Exsistence and Occurence Penggajian tersebut *Periksa jumlah gaji dan upah untuk Daftar gaji dan upah

(Penggajian benar-benar ada) benar-benar tidak tahun berjalan , periode yang dicakup,
ada (Fiktif) dan tanggal pembayaran untuk Slip gaji

menentukan jumlah utang gaji pada


akhir tahun.

Telusur saldo awal ke kertas


kerja tahun sebelumnya.

Telusur saldo akhir ke WTB

2 Completeness (Semua transaksi Penggajian *Lakukan analisis terhadap rekening Voucher-voucher


terkait penggajian yang terjadi disembunyikan atau utang PPh. Karyawan untuk periode pembayaran

telah dicatat dan telah termasuk tidak dicatat, salah tahun berjalan yang meliputi saldo
dalam laporan keuangan yang catat, dan salah awal, PPh. Karyawan tahun berjalan,

bersangkutan) penjumlahan setoran dan saldo akhir.


Periksa kebenaran penjumlahan

208
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dan periksa ketelitian dan

lainnya untuk tiap-tiap rekening


penggajian.

Periksa voucher-voucher
pembayaran yang dibuat selama

tahun berjalan.

3 Right and Obligation Menggunakan gaji Dapatkan rincian jenis-jenis utang gaji Daftar gaji

(Hak atas gaji yang telah yang bukan haknya, yang ada pada akhir tahun berjalan.
dilaporkan benar-benar hak tidak mengakui Lakukan vouching terhadap dokumen- Dokumen yang

perusahaan dan gaji yang adanya kewajiban dokumen yang berhubungan. berhubungan dengan utang
dilaporkan dalam laporan perusahaan. gaji.

keuangan benar-benar
kewajiban)

4 Valuation Kesalahan *Merekalkulasi perhitungan yang telah Rekalkulasi perhitungan

(Gaji yang dilaporkan benar- dalam dilakukan oleh manajemen.


benar ada, lengkap, hak kita mencatat gaji. *Memastikan perhitungan yang

telah dinilai dengan tepat) Pencurian gaji dilakukan wajar.

209
PORTOFOLIO AUDIT 2015

5 Presentation and Disclosure Kesalahan Pertimbangkan pengungkapan yang Daftar gaji yang disajikan

(Pos-pos laporan keuangan dalam rinci untuk hal-hal yang berhubungan secara wajar.
telah diklasifikasikan, dijelaskan, memasukkan dengan utang gaji.

dan diungkapkan secara jumlah gaji.


memadai) Slip gaji yang

diterima belum
dicairkan.

210
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 5

AUDIT SIKLUS PENDANAAN

PROSEDUR

Pertimbangan Program Audit

Auditor dapat merancang program audit untuk mencapai tingkat resiko deteksi yang
dapat diterima untuk masing-masing asersi.

a. Prosedur Awal

1. Lakukan prosedur audit awal atas saldo akun utang jangka panjang yang

akan diuji lebih lanjut


2. Usut saldo utang jangka panjang yang tercantum di dalam neraca ke saldo

akun utang jangka panjang ybs di dalam buku besar.


3. Hitung kembali saldo akun utang jangka panjang di dalam buku besar.

4. Lakukan review terhadap mutasi luar biasa dalam jumlah dan sumber
posting dalam akun utang jangka panjang.

5. Usut saldo awal akun utang jangka panjang ke kertas kerja tahun yang lalu
6. Usut posting pendebetan dan pengkreditan akun utang jangka panjang ke
dalam jurnal yang bersangkutan.

b. Penerapan Prosedur Analitis :


1. Earning per share, yaitu laba bersih dibagi jumlah tertimbangan saham yang

beredar.
2. Divident pay out ratio, yaitu deviden kas dibagi dengan laba bersih.

Dokumen yang terkait

a. Surat Keterangan Usaha


b. Adanya suatu legalitas usaha memang diperlukan untuk mengembangkan
suatu usaha, namun dengan adanya legalitas hanya dimanfaatkan oleh

211
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kalangan birokrasi tertentu. Surat Keterangan Usaha atau biasa disingkat SKU

merupakan suatu syarat bagi pengusaha kecil dan mikro untuk mengajukan
kredit di bank atau lembaga keuangan lainnya. Dalam hal ini pihak bank atau

lembaga keuangan lainnya memberi syarat mutlak bagi pengusaha kecil dan
mikro untuk dapat memiliki Surat Keterangan Usaha jika ingin mengajukan

kredit modal kerja. Bagi pengusaha kecil dan mikro yang telah memiliki Surat
Keterang Usaha hanya berlaku 6 bualan dan 1 tahun, setelah itu mereka

diminta untuk mengurus kembali karena masa berlaku yang telah habis.
c. Rekening Tabungan

Rekening tabungan adalah rekening yang dikelola oleh nasabah pada bank

untuk tujuan mengumpulkan dana selama periode waktu tertentu. Hanya pemilik
rekening atau pihak berwenang yang dapat menarik dana yang disimpan di rekening

tabungan. Rekening ini memiliki suku bunga sederhana yang jauh lebih rendah
daripada yang berlaku pada Deposito.

d. Akad Kredit

Akad kredit adalah suatu bagian dari rangkaian proses kredit kepemilikan
dana secara keseluruhan, dalam akad kredit terdapat penjelasan dari pihak Bank
kepada calon debitur sehingga dokumen perjanjian yang akan ditandatangi benar-
benar dimengerti dan dapat disetujui kedua belah pihak. Akad kredit dilakukan

setelah Calon debitur melakukan pengajuan kredit dengan melengkapi berbagai


macam dokumen yang menjadi persyaratannya. Dokumen tersebut kemudian diteliti

dan dianalisa oleh pihak Bank sehingga dapat diputuskan siapa saja yang kreditnya
disetujui.

212
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Asersi Resiko Prosedur Bukti Audit

1. Existence and Utang jangka Lakukan Rekening yang terkait adalah sebagai berikut:

Occurance panjang prosedur audit Utang obligasi


(Utang jangka tersebut tidak awal atas saldo Utang wesel

panjang benar- benar-benar akun utang Utang atau kewajiban jangka panjang
benar ada) ada (Fiktif). jangka panjang lainnya

Saldo utang yang akan diuji Premium (diskonto) obligasi


jangka panjang lebih lanjut. Utang bunga

dan ekuiti Auditor Biaya bunga


pemegang melakukan Laba / rugi penghentian obligasi

saham tercatat rekonsiliasi Saham biasa / preferen


benar-benar antara saldo Laba ditahan

ada pada utang jangka Deviden


tanggal neraca. panjang bank, Utang Deviden

213
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Biaya bunga utang obligasi, Rekonsiliasi utang jangka panjang

obligasi dan premi dan Neraca saldo


deviden yang diskonto Buku besar

tercatat benar- obligasi, utang


benar sewa, utang

merupakan pensiun, yang


hasil transaksi dicantumkan di

yang terjadi neraca dengan


selama suatu akun utang

periode. jangka
panjang bank,

utang obligasi,
premi dan

diskonto
obligasi, utang

sewa, utang
pensiun, di

dalam buku

214
PORTOFOLIO AUDIT 2015

besar

Usut saldo utang


jangka panjang

yang tercantum
di dalam neraca

ke saldo akun
utang jangka

panjang yang
bersangkutan di

dalam buku
besar.

Hitung kembali
saldo akun utang

jangka panjang
di dalam buku

besar.
Lakukan review

terhadap mutasi

215
PORTOFOLIO AUDIT 2015

luar biasa dalam

jumlah dan
sumber posting

dalam akun
utang jangka

panjang.
Usut saldo awal

akun utang
jangka panjang

ke kertas kerja
tahun yang lalu

Usut posting
pendebetan dan

pengkreditan
akun utang

jangka panjang
ke dalam jurnal

yang

216
PORTOFOLIO AUDIT 2015

bersangkutan.

2. Completeness Saldo utang Usut penerimaan Laporan penerimaan uang dari penarikan
(Semua terkait jangka panjang uang dari utang jangka panjang

utang jangka merupakan penarikan utang


panjang yang seluruh jumlah jangka panjang. Konfirmasi utang jangka panjang.

terjadi telah yang harus dibayar Mintalah


Dokumen pembayaran bunga.
dicatat dan pada kreditur konfirmasi

telah termasuk jangka panjang mengenai utang


dalam laporan pada tanggal jangka panjang

keuangan yang neraca. dari bank dan


bersangkutan) Saldo saham trust company.

meliputi Periksa dokumen


keseluruhan yang

jumlah nilai klaim mendukung

pemilik saham atas transaksi


aset pada tanggal pembayaran
neraca. bunga.

217
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Seluruh transaksi Periksa dokumen

saham dan yang


obligasi maupun mendukung

utang jangka transaksi


panjang lainnya, pembayaran

sudah tercatat pokok pinjaman.


semua. Periksa aktiva

yang dijaminkan
dalam penarikan

utang jangka
panjang.

Periksa polis
asuransi aktiva

yang dijaminkan
dalam penarikan

utang jangka
panjang.

Periksa

218
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kepatuhan klien

terhadap
batasan-batasan

yang dikenakan
oleh kreditur.

Periksa dokumen
yang

mendukung
transaksi treasury

bond.
Verifikasi

perhitungan
bunga,

amortisasi remi
dan diskonto

obligasi, dan
utang bunga

obligasi.

219
PORTOFOLIO AUDIT 2015

3. Right and Saldo utang Pengujian


Obligation jangka panjang analitik.

(Kewajiban atas tercatat Pemeriksaan


utang jangka merupakan jumlah bukti pendukung

panjang yang yang secara legal transaksi yang


telah dilaporkan menjadi kewajiban berkaitan

benar-benar perusahaan pada dengan utang


kewajiban tanggal neraca. jangka panjang

perusahaanyang Saldo saham dan biaya bunga.


dilaporkan menggambarkan Review terhadap

dalam laporan klaim legal perjanjian utang


keuangan) pemegang saham jangka panjang

atas aset dan pelajari


perusahaan pada pasal-pasal yang

tanggal neraca terdapat di


dalamnya.
Konfirmasi dari

220
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kreditur dan

bond trustee.

4. Valuation Saldo utang .Pemeriksaan Buku besar.

(Utang jangka jangka panjang bukti pendukung Jurnal.


panjang yang dinilai secara tepat transaksi yang Laporan keuangan.

dilaporkan sesuai prinsip berkaitan dengan Surat perjanjian utang jangka panjang.
benar-benar akuntansi yang utang jangka

ada, lengkap, berterima umum. panjang dan


kewajiban Saldo saham biaya bunga.

perusahaandan saham dinilai


Review terhadap
telah dinilai secara tepat sesuai
perjanjian utang
dengan tepat) prinsip akuntansi
jangka panjang
yang berterima
dan pelajari
umum.
pasal-pasal yang

221
PORTOFOLIO AUDIT 2015

terdapat di

dalamnya.
Konfirmasi dari

kreditur dan
bond trustee.

Penghitungan
kembali biaya

bunga.

5. Presentation Saldo utang Review terhadap

and Disclosure jangka panjang perjanjian utang Surat perjanjian utang janka panjang.
(Pos-pos dan ekuiti jangka panjang Jurnal

laporan pemegang dan pelajari Buku besar


keuangan telah saham tepat pasal-pasal yang Daftar umur utang jangka panjang.

diklasifikasikan, diidentifikasi terdapat di

dijelaskan, dan dan dalamnya.


diungkapkan diklasiklasifikasi Pemeriksaan
secara memadai kan dalam terhadap

222
PORTOFOLIO AUDIT 2015

) laporan klasifikasi utang

keuangan. jangka panjang


Semua jangka yang segera

waktu, jatuh tempo di


komitmen dan dalam neraca.

provisi Pemeriksaan
penghentian terhadap

utang jangka pengungkapan


panjang yang

diungkapkan. bersangkutan
Semua fakta dengan utang

mengenai jangka panjang.


pengeluaran

saham seperti
nilai pari,

lembar, dan
bagian treasury

stock

223
PORTOFOLIO AUDIT 2015

diungkapkan.

Semua fakta
mengenai

deviden telah
diungkapkan

termasuk
adanya stock

option, deviden
saham, stock

split dan
sebagainya.

224
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAB 6

PENYELESAIAN PEKERJAAN AUDIT (TUTUP BUKU)

Langkah akhir suatu proses pemeriksaan auditor adalah penerbitan laporan

audit. Untuk itu, auditor perlu menyusun laporan keuangan auditan (audited financial
statements), penjelasan laporan keuangan (notes to financial statements), dan

pernyataan pendapat auditor.

Penyusunan laporan keuangan auditan dilakukan oleh auditor melalui lima tahap,
yaitu :

1. Membuat skedul pendukung


2. Membuat skedul utama;

3. Membuat working trial balance;


4. Membuat ringkasan jurnal adjustment; dan

5. Membuat laporan keuangan auditan.

Berdasarkan informasi yang disusun di dalam ringkasan jurnal adjustment,


laporan keuangan auditan, dan penjelasan laporan keuangan, auditor kemudian

membicarakan berbagai jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan tersebut


dengan klien, untuk diusulkan bagi adjustment terhadap catatan akuntansi dan

penjelasan laporan keuangan klien. Jika klien menyetujui semua jurnal adjustment
yang diusulkan oleh auditor, dan menyetujui semua penjelasan yang diusulkan oleh

auditor didalam penjelasan laopran keuangan, maka laporan keuangan auditan dan
penjelasan laproan keuangan akan disajikan sebagai bagian dari laporan audit. Jika

tidak semua jurnal adjustment dan penjelasan laporan keuangan disetujui oleh klien,
auditor dapat mengubah pendapatnya sedemikian rupa sehingga mencerminkan

hasil auditnya terhadap laporan keuangan auditan.

Dalam langkah akhir proses auditnya, auditor perlu memperhatikan peristiwa-


peristiwa yang terjadi dalam periode kemudian. Meskipun auditor menerima tugas

225
PORTOFOLIO AUDIT 2015

audit terhadap laporan keuangan tahun tertentu, namun tanggung jawab auditor

atas informasi tidak hanya terbatas pada tahun tersebut. Ia masih harus bertanggung
jawab atas peristiwa-peristiwa yang terjadi sesudahnya, yang jika peristiwa ini tidak

diungkapkan, akan mempengaruhi keputusan yang diambil oleh para pemakai


laporan audit. Oleh karena itu auditor bertanggung jawab atas peristiwa kemudian

yang merupakan peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca
sampai dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan.

Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak terhadap penyajian informasi di


dalam laporan keuangan klien dapat dibagi menjadi dua golongan : peristiwa

kemudian yang secara langsung memppengaruhi laporan keuangan auditan,


sehingga auditor berkewajiban mengusulkan adjustment terhadap laporan keuanga

tersebut kepada klien dan peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment
terhadap laporan keuangan auditan, tetapi memerlukan komentar dalam bentuk

catatan kaki di dalam laporan keuangan klien atau komentar di dalam laporan
keuangan audit.

Selama auditnya, auditor membuat dan mengumpulkan skedul pendukung

(supporting schedule) untuk mencatat hasil pengujian pengendalian dan hasil


pengujian substantif yang dilaksanakannya. Di samping itu, auditor juga mencatat

jurnal adjustment yang akan di usulkannya kepada klien di dalam skedul pendukung
(supporting schedule). Dalam kertas kerja ini, auditor mencantumkan penjelasan

lengkap mengapa jurnal adjustment tersebutu diusulkan kepada klien untuk


mengubah penyajian akun tertentu yang tercantum di dalam laporan keuangan klien.

Informasi yang tercantum di dalam skedul pendukung tersebut kemudian

diringkas dalam skedul utama (lead schedule), sedangkan jurnal adjustment beserta
penjelasannya yang tercantum di dalam skedul pendukung di salin ke dalam kertas

kerja yang disebut daftar ringkasan jurnal adjustment (summary of adjusting journal
entries). Di dalam daftar ringkasan jurnal adjutment ini setiap jurnal adjustment

226
PORTOFOLIO AUDIT 2015

kemudian diberi nomor urut dan diberi indeks silang untuk menunjuk skedul

pendukung yang menjadi sumber informasinya.

Informasi yang tercantum dalam skedul utama kemudian diringkas ke dalam

working trial balance, yang terdiri dari working balance sheet, dan working profit and
loss. Working balance sheet berisi akun-akun neraca, sedangkan working profit and

loss berisi akun-akun laba rugi. Working trial balance ini digunakan oleh auditor
untuk memudahkan penyusunan laporan keuangan auditan (audited financial

statements). Jika semua jurnal adjustent nanti disetujui oleh klien, maka laporan
keuangan auditan inilah yang akan melampiri laporan audit yang diterbitkan oleh

auditor.

Auditor harus mereview dengan teliti semua jurnal adjustment yang trecantum
di dalam daftar ringkasan jurnal adjustment sebelum ia meninggalkan perusahaan

klien. Yang perlu diperhatikan oleh auditor dalam mereview jurnal adjustment
tersebut adalah :

1. Kebenaran akun yang di debit dan di kredit serta ketelitian perhitungan kurnal

adjustment yang akan diusulkan tersebut.


2. Kelengkapan penjelasan jurnal adjustment.
3. Reaksi klien yang mungkin timbul atas adjustement yang diusulkan tersebut.

Penjelasan mengenai jurnal adjustment harus dibuat sejelas dan seringkas


mungkin, sehingga tidak mudah menimbulkan salah penafsiran, baik bagi auditor

berikutnya, bagi klien, dan bagi pihak lain dalam hal terjadi perkara pengadilan. Jika
auditor membatalkan pengajuan usul jurnal adjustment hanya sekadar membuat

senang hati klien, tindakan semacam ini merupakan pelanggaran terhadap etika
profesi dan kewajiban teknis auditor. Semua adjustment harus dibuat untuk

menjadikan laporan keuangan auditan menyajikan informasi yang wajar bagi


pemakai laporan tersebut.

227
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Copy daftar ringkasan jurnal tersebut diserahkan kepada klien untuk

dibicarakan. Jika klien menyetujui jurnal adjustment yang diusulkan oleh auditor
maka tidak akan disajikan di dalam laporan audit. Hanya angka yang telah dikoreksi

dengan adanya jurnal adjustment tersebut yang dicantumkan dalam laporan


keuangan auditan.

PERISTIWA KEMUDIAN (SUBSEQUENT EVENT)

Peristiwa kemudian atau subsequent event atau post-statement event adalah


peristiwa yang terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal

selesainya pekerjaan lapangan. Dalam periode peristiwa kemudian (subsequent


period) kemungkinan terjadi peristiwa-peristiwa yang mempunyai pengaruh yang

material terhadap penyajian informasi yang tercantum di dalam laporan keuangan.


Auditor berkepentingan untuk menjelaskan terjadinya peristiwa kemudian ini di

dalam laporan keuangan auditnya, jika dampak peristiwa tersebut terhadap laporan
keuangan audit material, sehingga diperkirakan jika auditor tidak berbuat demikian,

pemakai laporan keuangan akan melakukan keputusan yang salah.

Peristiwa kemudian yang perlu dijelaskan di dalam laporan keuangan audit


adalah yang :

1. Jumlahnya material.

2. Merupakan peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa.


3. Terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal selesainya

pekerjaan lapangan.

Sebelum auditor menyusun draft laporan audit, ia harus mereview peristiwa-

peristiwa kemudian. Review ini terutama bertujuan untuk menentukan apakah


peristiwa tersebut mempunyai dampak yang sedemikian material terhadap penyajian

informasi di dalam laporan keuangan klien.

228
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Peristiwa kemudian yang mempunyai dampak terhadap penyajian informasi di

dalam laporan keuangan klien dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu:

1. Peristiwa kemudian yang secara langsung mempengaruhi laporan keuangan

auditan, sehingga auditor berkewajiban mengusulkan adjustment terhadap


laporan keuangan tersebut kepada klien.

2. Peristiwa kemudian yang tidak memerlukan adjustment terhadap laporan


keuangan auditan, tetapi memerlukan komentar dalam bentuk catatan kaki di

dalam laporan keuangan klien atau komentar di dalam laporan keuangan


audit.

Peristiwa Kemudian yang Memerlukan Adjustment Terhadap Laporan

Keuangan Klien.

Peristiwa atau transaksi ini memberikan informasi tambahan bagi manajemen


untuk menentukan saldo akun penilaian (misalnya akun Cadangan Kerugian Piutang)

pada tanggal neraca dan juga kepada auditor dalam memverifikasi saldo akun
tersebut.

Contoh peristiwa kemudian yang lain yang jumlahnya material, yang

memerlukan adjustment terhadap penyajian laporan keuangan klien adalah :

1. Pengumuman kebangkrutan debitur klien karena terjadinya kesulitan

keuangan debitur tersebut, yang jumlah piutang kepada debitur tersebut


melebihi jumlah cadangan kerugian piutang yang telah dibentuk oleh klien.

2. Penyelesaian perkara pengadilan yang jumlahnya berbeda dengan jumlah


yang telah dicatat di dalam buku klien.

3. Penjualan equipment yang sudah tidak dipakai lagi dalam kegiatan usaha
klien, dengan harga dibawah bilai bukunya kini.

4. Penjualan surat berharga pada harga yang lebih rendah daripada cost yang
dicatat dalam buku klien.

229
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Peristiwa kemudian yang tidak berdampak langsung terhadap laporan

keuangan klien, namun perlu dicantumkan penjelasan untuk itu.

Penyebab terjadinya peristiwa kemudian dalam golongan ini tidak ada

sebelum tanggal neraca, tetapi peristiwa ini sangat penting sehingga memerlukan
penjelasan, meskipun tidak memerlukan adjustment terhadap laporan keuangan

klien. Umumnya peristiwa kemudian ini sudah cukup jika dijelaskan dalam catatan
kaki, tetapi kadang-kadang peristiwa ini sangat penting artinya sehingga

memerlukan tambahan penjelasan riwayat terjadinya dan pernyataan akibat peristiwa


ini seandainya terjadi pada tanggal neraca.

Berikut ini adalah contoh peristiwa kemudian yang memerlukan penjelasan di

dalam laporan keuangan klien sebagai catatan kaki atau penjelasan didalam laopran
audit:

1. Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi

sementara.
2. Pengeluaran obligasi atau saham.

3. Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah


tanggal neraca.
4. Penurunan nilai pasar persediaan sebagai akibat dari larangan pemerintah
terhadap penjualan suatu produk.

5. Kerugian akibat terbakarnya persediaan yang tidak diasuransikan.

Berikut merupakan daftar contoh peristiwa kemudian yang diklasifikasikan


menurut akun yang terpengaruh penyajiannya (pengaruh ini dapat berupa

adjustment atau penjelasan saja).

230
PORTOFOLIO AUDIT 2015

No. Akun yang Peristiwa Kemudian

Terpengaruh

1. Kas Bank klien bangkrut.


Keputusan pengadilan yang menyita dana klien.

Perampokan, pencurian, dan penggelapan kas


yang jumlahnya melebihi ganti rugi yang

diterima dari perusahaan asuransi.


2. Piutang Usaha Kegagalan penagihan piutang usaha kepada

sebagian besar pelanggan yang tidak


diperkirakan sebelumnya.

3. Investasi Penurunan drastis harga pasar surat berharga.


Kesulitan keuangan yang dialami oleh

perusahaan yang mengeluarkan surat berharga


yang dimiliki oleh klien sebagai investasi.

Kegagalan pembayaran bunga dan pokok


pinjaman oleh perusahaan yang mengeluarkan

obligasi.
Penjualan surat berharga pada harga yang jauh

diatas atau dibawah costnya.


4. Persediaan Kerugian karena kebakaran atau bencana alam

yang lain, yang tidak diasuransikan.


Kenaikan atau penurunan drastis harga pasar

persediaan.
Perubahan metode penentuan harga persediaan.

Penggunaan persediaan yang bersifat luar biasa


sebagai jaminan penarikan kredit.

5. Aktiva Tetap Kerugian karena kebakaran atau bencana alam


yang lain, yang tidak diasuransikan.

231
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Rencana perluasan usaha atau pengurangan

dana.
Penilaian aktiva tetap.

Keusangan aktiva tetap karena perubahan yang


mendadak pada permintaan atau produk yang

dihasilkan.
6. Utang Lancar Komitmen pembelian yang bersifat luar biasa,

yang disertai dengan penurunan harga jual


barang dagangan.

Pembatalan kontrak pembelian.


Kegagalan dalam pembayaran utang wesel.

7. Utang Jangka Panjang Kenaikan yang besar dalam utang jangka


panjang.

Kegagalan dalam membayar bunga dan pokok


pinjaman.

8. Modal saham Kenaikan atau penurunan jumlah lembar saham


yang beredar.

Transaksi pembelian saham sebagai treasury


stock yang bersifat luar biasa.

Reorganisasi struktur modal saham.


Pengubahan utang obligasi menjadi saham

biasa.
Perubahan bentuk badan usaha, misalnya dari

badan usaha berbentuk persekutuan (CV atau


Firma) menjadi Perseroan Terbatas (PT) atau

sebaliknya.
9. Laba ditahan Pembagian dividen yang bersifat luar biasa, yang

mengganggu modal kerja.


Penyisihan laba yang ditahan yang bersifat luar

232
PORTOFOLIO AUDIT 2015

biasa.

Laba atau rugi yanng jumlahnya material, yang


dikreditkan atau didebitkan langsung ke dalam

sakun Saldo Laba.


10. Unsur Lain Perubahan pimpinan puncak.

Perubahan kebijakan manajemen.


Perubahan undang-undang.

Tambahan pengenaan pajak atau penerimaan


penggantian pajak (tax refund) yang bersifat luar

biasa.
Persyaratan yang ditetapkan oleh pasar modal.

Prosedur Audit Terhadap Peristiwa Kemudian

Prosedur audit terhadap peristiwa kemudian adalah sebagai berikut :

1. Pelajari notulen rapat pemegang saham, dewan komisaris, dan komisi-komisi

yang dibentuk dalam periode setelah tanggal neraca.


2. Review laporan keuangan klien yang dibuat dalam jangka waktu antara
tanggal neraca auditan sampai dengan tanggal penerbitan laporan audit.
3. Adakan wawancara dengan pimpinan perusahaan mengenai peristiwa yang

kemungkinan berdampak material terhadap penyajian laporan keuangan.


4. Lakukan wawancara dengan penasihat hukum klien.

5. Review penagihan piutang usaha yang terjadi setelah tanggal neraca.


6. Review jurnal penerimaan kas terutama yang mengenai transaksi penerimaan

kas dari penarikan kredit atau dari penjualan aktiva tetap yang jumlahnya
material.

7. Review transaksi yang material jumlahnya yang dicatat di dalam buku jurnal
memorial.

233
PORTOFOLIO AUDIT 2015

BAGIAN IX

PELAPORAN AUDIT

LAPORAN AUDIT BENTUK PENDEK (SHORT-FORM AUDIT REPORT)

Proses audit berakhir dengan diterbitkannya laporan audit. Laporan audit disusun

setelah auditor menyelesaikan pekerjaan lapangan (audit field works). Terdapat dua
bentuk utama laporan audit, yaitu : laporan audit bentuk pendek dan laporan audit

bentuk panjang. Pertimbangan yang digunakan oleh auditor apakah akan


menerbitkan laporan audit bentuk pendek atau panjang tergantung pada kebutuhan

klien. Kebutuhan klien ini biasanya ditentukan oleh kebutuhan dari pemakai laporan
audit (misalnya bank dan pemegang saham). Ditinjau dari isinya, laporan audit

bentuk panjang merupakan perluasan isi laporan audit bentuk pendek.

Isi laporan audit bentuk pendek dibagi menjadi tiga bagian : (1) laporan audit,

(2) Laporsn keuangan auditan (audited financial statements), dan (3) penjelasan
laporan keuangan (notes to financial statements). Sebagaimana dijelaskan dalam

paragraf pengentar laporan audit bentuk baku, laporan keuangan auditan adalah

tanggung jawab manajemen perusahaan. Dan karena penjelasan laporan keuangan


merupakan bagian tidak terpisahkan dari laporan keuangan, maka bagian ketiga

laporan audit bentuk pendek merupakan tanggung jawab manajemen pula. Dengan
demikian, hanya laporan audit yang merupakan tanggung jawab dari auditor.

Penyusunan isi laporan audit di dasarkan pada empat standar pelaporan yang
terdapat dalam standar auditing. Isi pernyataan pendapat auditor seperti yang

terdapat dalam laoran audit bentuk pendek yang sekarang digunakan oleh profesi
akuntan publik Indonesia merupakan hasil pengembangan laporan audit yang

dilakukan oleh profesi akuntan publik di USA. Isi kalimat yang tercantum dalam
pernyataan pendapat auditor merupakan pencerminan tanggung jawab akuntan

publik, yang semula hanya terbatas pada pemberi tugas, namun akhirnya
berkembang kepada masyarakat luas.

234
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Setiap kata, frasa, dan kalimat yang dicantumkan dalam laporan audit

merupakan pencerminan sejarah perkembangan tanggung jawab akuntan publik


terhadap masyarakat pemakai jasanya. Oleh karena itu, untuk menyadarkan makna

setiap kalimat yang terdapat dalam laporan audit, profesi akuntan publik Indonesia
perlu mempelajari sejarah pengungkapan tanggung jawab profesi akuntan publik di

USA .

Pendapat auditor dipengaruhi oleh matrealitas informasi yang diperolehnya

dalam auditnya. Jika menurut pertimbangan auditor, informasi yang ditemukan


dalam auditnya tidak material, dampaknya terhadap kewajaran laporan keuangan

yang diauditnya, auditor masih dapat memebrikan pendapat wajar atas laporan
keuangan auditan dengan pengecualian. Jika menurut pertimbangan auditor,

informasi yang ditemukan dalam auditnya sangat material dampaknya terhadap


kewajaran laporan keuangan auditan, maka auditor memilih untuk tidak menyatakan

pendapat atau memberikan pendapat tidak wajar atas laporan keuangan auditan.

Susunan dan gaya kalimat yang digunakan untuk mengungkapkan pendapat


auditor telah ditentukan oleh profesi akuntan publik.

PERISTIWA KEMUDIAN (AUDIT SUBSEQUENT EVENTS)

ISA 560 alinea 5 memberikan beberapa definisi sebagai berikut.

a. Date of financial statements (tanggal laporan keuangan)Tanggal terakhir


dalam periode yang dicakup oleh laporan keuangan.

b. Date of approval of the financial statements (tanggal persetujuan atas laporan


keuangan)Tanggal pada waktu seluruh laporan keuangan, termasuk catatan

atas laporan keuangan, selesai dibuat dan mereka yang bertanggung jawab
atas laporan keuangan tersebut memeberikan persetujuannya.

c. Date of the auditors report (tanggal laporan auditor)Tanggal yang


dibubuhkan auditor pada laporannya atas laporan keuangan sesuai dengan
ISA 700.

235
PORTOFOLIO AUDIT 2015

d. Date the financial statements are issued (tanggal diterbitkannya laporan

keuangan)Tanggal pada waktu laporan auditor dan laporan keuangan yang


diaudit tersedia untuk pihak ketiga.

e. Subsequent events (peristiwa kemudian)Peristiwa antara tanggal laporan


keuangan dan tanggal laporan auditor dan fakta yang diketahui auditor

sesudah tanggal laporan auditor.

Adapun menurut IAS 10, peristiwa setelah periode pelaporan yaitu sebagai berikut :

a. Peristiwa setelah periode pelaporan (events after the reporting period).

Peristiwa yang menguntungkan dan tidak menguntungkan, yang terjadi


antara tanggal pelaporan dan tanggal bilamana laporan keuangan diotorisasi.

b. Peristiwa yang disesuaikan setelah periode pelaporan (adjusting events after


the reporting period). Peristiwa yang terjadi setelah tanggal pelaporan yang

memberikan bukti kondisi yang ada pada akhir periode pelaporan.


c. Peristiwa yang tidak disesuaikan setelah periode pelaporan (nonadjusting

events after the reporting period). Peristiwa yang terjadi setelah tanggal
pelaporan yang merupakan indikasi yang timbul setelah periode pelaporan.5

d. Tanggal otorisasi (authorization date). Tanggal di mana laporan keuangan


dapat dipertimbangkan untuk diotorisasi secara legal untuk diterbitkan. Suatu

entitas harus mengungkapkan tanggal dimana laporan keuangan diotorisasi


untuk diterbitkan dan siapa yang berhak memberikan otorisasinya.

Peristiwa Kemudian Sampai Tanggal Laporan Auditor

Di bawah ini disajikan beberapa contoh peristiwa kemudian yang terjadi

antara tanggal laporan keuangan dan tanggal laporan auditor.

Komitmen baru /tambahan dalam bidang keuangan seperti peminjaman,

penjaminan, restrukturisasi.

5
Ankarath, Mehta, Ghosh, dan Alkafaji, Memahami IFRS Standar Pelaporan Keuangan Internasional,
Penerbit Indeks, hal. 63-64.

236
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Penjualan dan akuisisi aset yang direncanakan atau telah terjadi.

Peningkatan modal atau penerbitan instrumen utang.


Perjanjian untuk penggabungan atau pembubaran usaha.

Penyitaan aset oleh lembaga keuangan, penegak hukum, atau hancur karena
bencana.

Litigasi, tuntutan hukum lainnya, dan berbagai contingencies.


Jurnal penyesuaian yang luar biasa yang sudah atau direncanakan akan

dibuat.
Setiap peristiwa yang sudah atau sangat mungkin akan terjadi yang

menimbulkan keraguan terhadap penggunaan kebijakan akuntansi lainnya.


Setiap peristiwa yang relevan untuk mengukur suatu estimasi atau penyisihan

dalam laporan keuangan.


Setiap peristiwa yang relevan dengan recoverability of assets (contoh: piutang

dapat ditagih, persediaan dapat dijual, nilai aset tidak berwujud masih bisa
dipertahankan, dan seterusnya).

Penelaahan peristiwa setelah tanggal neraca perlu dilakukan oleh auditor

untuk menentukan apakah terjadi sesuatu yang mempengaruhi penilaian atau


pengungkapan atas laporan keuangan yang sedang diaudit. Peristiwa setelah tanggal

neraca (peristiwa kemudian) yang perlu diungkapkan dalam laporan keuangan


adalah :

a. Jumlahnya material
b. Merupakan peristiwa yang penting dan bersifat luar biasa

c. Terjadi dalam periode sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal


selesainya pekerjaan lapangan.

Dampak subsequent events pada laporan keuangan :

1. Berpengaruh langsung dan memerlukan penyesuaian.


Contoh :
Pengumuman pailit pelanggan klien.

237
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Penyelesaian perkara hukum dengan jumlah yang berbeda dari jumlah yang

dicatat dalam buku.


Pengafkiran peralatan yang tidak digunakan dalam operasi pada harga di

bawah nilai buku saat ini.


Penjualan investasi pada harga di bawah harga perolehan yang dicatat.

2. Tidak memerlukan penyesuaian tetapi dianjurkan untuk diungkapkan.

Contoh :
Penurunan harga pasar surat berharga yang dimiliki klien sebagai investasi

sementara.
Penerbitan obligasi atau saham.

Penyelesaian perkara pengadilan yang peristiwa penyebabnya terjadi setelah


tanggal neraca.

Penurunan nilai pasar sediaan sebagai akibat larangan pemerintah penjualan


suatu produk.

Kerugian akibat terbakarnya sediaan yang tidak diasuransikan.

Prosedur audit :
1. Pengujian cut-off. Prosedur ini merupakan bagian dari verifikasi saldo

akun akhir tahun.


2. Tanya-jawab dengan manajemen

3. Korespondensi dengan pengacara klien


4. Menelaah laporan intern yang disiapkan setelah tanggal neraca

5. Menelaah catatan yang disiapkan setelah tanggal neraca


6. Memeriksa notulen rapat yang dibuat setelah tanggal neraca

7. Mendapatkan surat pernyataan dari klien.

238
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Tanggal Ganda (dual dating) Laporan Audit

Tanggal laporan audit digunakan tanggal selesainya pekerjaan lapangan


karena setelah pekerjaan lapangan selesai tim audit meninggalkan klien untuk

menyusun laporan audit di kantor auditor dan tim audit tidak lagi dalam posisi dapat
mengetahui dengan mudah perubahan-perubahan yang terjadi dalam perusahaan

yang diauditnya. Dengan demikian tanggung jawab auditor terhadap peristiwa


kemudian dibatasi periodenya yaitu sejak tanggal neraca sampai dengan tanggal

selesainya pekerjaan lapangan.


Jika penyesuaian atau pengungkapan peristiwa kemudian dilakukan dalam

laporan audit atau laporan keuangan maka auditor dapat memilih menggunakan
tanggal ganda atau tanggal kemudian dalam laporan auditnya.

Dalam metode tanggal ganda, tanggung jawab auditor untuk peristiwa yang
terjadi setelah tanggal selesainya pekerjaan lapangan dibatasi pada peristiwa

tertentu yang secara spesifik disebut atau diungkapkan dalam laporan audit (atau
laporan keuangan). Contoh tanggal ganda : 10 Februari 2001, kecuali untuk catatan

nomor , yang bertanggal 3 Maret 2001.


Pada metode tanggal kemudian (tanggal peristiwa yang terjadi setelah

tanggal selesainya pekerjaan lapangan), tanggung jawab auditor untuk peristiwa


kemudian diperluas sampai dengan tanggal laporan audit. Dalam hal ini auditor

mengundur tanggal laporan audit dari tanggal selesainya pekerjaan lapangan ke


tanggal terjadinya peristiwa yang menyebabkan auditor menggunakan tanggal

kemudian.
Tujuan penggunaan tanggal ganda dalam laporan audit :

a. Memungkinkan auditor menyisipkan informasi penting dalam laporan


keuangan klien yang diketahui oleh auditor setelah selesainya pekerjaan

lapangan.
b. Untuk memberitahu pemakai laporan audit bahwa auditor hanya bertanggung

jawab atas peristiwa kemudian yang terjadi setelah tanggal neraca sampai

239
PORTOFOLIO AUDIT 2015

dengan tanggal selesainya pekerjaan lapangan dan peristiwa yang

spesifik yang diungkapkan dalam laporan audit.

OPINI AUDITOR
Opini auditor terdiri atas 5 jenis (Mulyadi, 2002 :416) yaitu :

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian (Unqualified Opinion)


Dengan pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan

keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia. Laporan audit dengan pendapat

wajar tanpa pengecualian diterbitkan oleh auditor jika kondisi berikut ini terpenuhi :
1. Semua laporan neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan ekuitas, dan

laporan arus kas terdapat dalam laporan keuangan.


2. Dalam pelaksanaan perikatan, seluruh standar umum dapat dipenuhi oleh

auditor.
3. Bukti cukup dapat dikumpulkan oleh auditor, dan auditor telah melaksanakan

perikatan sedemikian rupa sehingga memungkinkan untuk melaksanakan tiga


standar pekerjaan lapangan.

4. Laporan keuangan disajikan sesuai dengan prinsip akuntansi yang diterima


umum di Indonesia.

5. Tidak ada keadaan yang mengharuskan auditor untuk menambah paragraf


penjelas atau modifikasi kata-kata dalam laporan audit.

Pendapat Wajar Tanpa Pengecualian dengan Bahasa Penjelas (Unqualified

Opinion with Explanatory Language)


Dalam keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas (atau

bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi
pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan auditan. Paragraf
penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab

240
PORTOFOLIO AUDIT 2015

utama ditambahkannya suatu paragraf penjelas atau modifikasi kata-kata dalam

laporan audit baku adalah:


1. Ketidak konsistenan penerapan prinsip akuntansi berterima umum.

2. Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.


3. Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang

dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.


4. Penekanan atas suatu hal

5. Laporan audit yang melibatkan auditor lain.

Pendapat Wajar dengan Pengecualian (Qualified Opinion)


Pendapat wajar dengan pengecualian diberikan apabila auditee menyajikan

secara wajar laporan keuangan, dalam semua hal yang material sesuai dengan
prinsip akuntansi diterima secara umum di Indonesia, kecuali untuk dampak hal-hal

yang dikecualikan. Pendapat wajar dengan pengecualian dinyatakan dalam keadaan :


1. Tidak adanya bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap

lingkup audit.
2. Auditor yakin bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari prinsip

akuntansi yang diterima umum di Indonesia, yang berdampak material, dania


berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.

Pendapat Tidak Wajar (Adverse Opinion)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee
tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan prinsip akuntansi

yang diterima secara umum.

Tidak Memberikan Pendapat (Disclaimer of Opinion)

Auditor menyatakan tidak memberikan pendapat jika ia tidak melaksanakan


audit yang auditor memberikan pendapat atas laporan keuangan. Pendapat ini juga

241
PORTOFOLIO AUDIT 2015

diberikan apabila ia dalam kondisi tidak independen dalam hubungannya dengan

klien.
Berikut ini merupakan contoh laporan audit bentuk baku.

242
PORTOFOLIO AUDIT 2015

DRS. SUSILO & CO.

REGISTERED PUBLIC ACCOUNTANT

Jl. PAPANDAYAN No. 1, YOGYAKARTA

TELP. (0274) 881295, 886003 FAX. (0274) 886003

LAPORAN AUDITOR INDEPENDEN

Kepada Yth.

Pemegang Saham, Komisaris, dan Direksi

PT Bina Citra Pesona

Kami telah mengaudit neraca PT BINA CITRA PESONA tanggal 31 Desember

2005, serta laporan laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus kas untuk
tahun yang berakhir pada tanggal tersebut. Laporan keuangan adalah tanggung

jawab manajemen perusahaan. Tanggung jawab kami terletak pada pernyataan

pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit kami.

Kami melakukan audit berdasarkan standar auditing oleh Ikatan Akuntan

Indonesia. Standar tersebut mengharuskan kami merencanakan dan melaksanakan


audit agar kami memperoleh keyakinan yang memadai bahwa laporan keuangan

bebas dari salah saji material. Audit meliputi pemeriksaan, atas dasar pengujian,
bukti-bukti yang mendukung jumlah-jumlah dan pengungkapan dalam laporan

keuangan. Audit juga meliputi penilaian atas prinsip akuntansi yang digunakan dan
estimasi signifikan yang dibuat oleh manajemen, serta penilaian terhadap penyajian

laporan keuangan secara keseluruhan. Kami yakin bahwa audit kami memberikan
dasar memadai untuk menyatakan pendapat.

243
PORTOFOLIO AUDIT 2015

Menurut pendapat kami, laporan keuangan yang sebut diatas menyajikan


secara wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan PT BINA CITRA

KEUANGAN tanggal 31 Desember 2005 dan hasil usaha serta arus kas untuk tahun
yanng berakhir pada tanggal 31 Desember 2005, sesuai dengan Standar Akuntansi

Keuangan Indonesia.

4 Februari 2006

Drs. Susilo, Akuntan

No. Register Negara : D-1811

No. Izin Akuntan Publik : 18.11.1993

No. Izin Usaha KAP : 07.03.1994

244
PORTOFOLIO AUDIT 2015

DAFTAR PUSTAKA

Tuanakotta, Theodorus M. 2013, Audit Berbasis ISA (International Standards on

Auditing), Penerbit Salemba Empat.

Sawyer, Lawrence B. 2005, Sawyers Internal Auditing, Buku 1 Edisi 5, Penerbit


Salemba Empat.

Arens, Alvin A. 2011, Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi

Indonesia), Buku 1, Penerbit Salemba Empat.

Arens, Alvin A. 2011, Jasa Audit dan Assurance Pendekatan Terpadu (Adaptasi
Indonesia), Buku 2, Penerbit Salemba Empat.

Kumaat, Valery G. 2010, Internal Audit, Penerbit Erlangga.

Akmal, 2007, Pemeriksaan Intern (Internal Audit), Penerbit PT Indeks.

Ankarath, Nandakumar. 2012, Memahami IFRS (Standar Pelaporan Keuangan

Internasional) Adaptasi Indonesia, Penerbit Indeks.

Boyton, William C. dkk. 2003. Modern Auditing. Erlangga : Jakarta

Randal J. Elder, Mark S. Beasly, Alvin A. Arens, dan Amir Abadi Jusuf, 2011, Jasa Audit

dan Assurance, Salemba Empat : Jakarta

Mulyadi, 2013, Auditing, Penerbit Salemba Empat : Jakarta

http://www.iapi.or.id/iapi/sejarah_iapi.php

http://en.wikipedia.org/wiki/Certified_Public_Accountant

http://en.wikipedia.org/wiki/Certified_General_Accountant

245
PORTOFOLIO AUDIT 2015

http://en.wikipedia.org/wiki/Chartered_Accountant

http:// perkembangan-profesi-akuntansi-di.html

http://www.iaiglobal.or.id/v02/tentang_iai.php?id=6

http://ilmuakuntansi.web.id/jenis-jenis-audit/

http://dedirisaldigemini04.wordpress.com/2012/06/02/5-pendapat-auditor/

246

Você também pode gostar