Você está na página 1de 9

Jurnal MIPA 36 (1): 51-59 (2013)

Jurnal MIPA

http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/JM

SINTESIS DAN KARAKTERISASI BIODIESEL DARI MINYAK KEMIRI SUNAN


(Reutealis trisperma) DENGAN VARIASI KONSENTRASI KATALIS NAOH

Holilah1 TP Utami2, D Prasetyoko3

1)Laboratorioum Kimia Material dan Energi, Jurusan Kimia, FMIPA, ITS, Surabaya
2)PT Kemiri Sunan Drajat, Paciran, Lamongan, Jawa Timur
3)Laboratorium Energi dan Rekayasa, LPPM, ITS

Info Artikel Abstrak


_______________________ __________________________________________________________________________________________
Sejarah Artikel: Sintesis biodiesel dari minyak Kemiri Sunan (Reutealis trisperma) (RTO) menggunakan NaOH
Diterima 10 Januari 2013 sebagai katalis dengan variasi konsentrasi katalis yaitu 0,5; 1,0; 1,5 dan 2,0 wt% telah diteliti.
Disetujui 27 Maret 2013 Minyak kemiri sunan (Reutealis trisperma) adalah bahan baku yang menarik untuk produksi
Dipublikasikan April 2013 biodiesel. Biodiesel disintesis dengan dua tahap reaksi yaitu esterifikasi menggunakan katalis
_______________________ H2SO4 dan transesterifikasi dengan menggunakan katalis NaOH. Dalam penelitian ini, diteliti
Keywords: pengaruh konsentrasi katalis terhadap produk biodisel serta dan karakteristiknya. Hasil
bio diesel; Reutealis penelitian menunjukkan bahwa yield biodiesel meningkat seiring dengan meningkatnya
trisperma oil; konsentrasi katalis dari 0,5-1,0 wt%, selanjutnya dengan meningkatnya konsentrasi katalis dari
transesterification; yield 1,5-2,0 wt% membuat yield menurun. Yield optimum dicapai pada 84,7%. FAME (fatty acid
_____________________________ methyl ester) diperoleh dengan konsentrasi katalis 1 wt% pada kondisi reaksi 65C, waktu reaksi
1 jam dan rasio metanol minyak 1:2 (wt/wt). Karakteristik biodiesel diamati dengan uji standart
bahan bakar dan hasilnya dibandingkan dengan standart ASTM D6751-02. Karakteristik biodiesel
yang disintesis dengan konsentrasi katalis NaOH 1% adalah angka asam (0,55 mg KOH/g),
densitas (0,90 gr/cm3), viskositas pada 40C (9,2 cSt), angka setana (54,5) dan residu karbon
(0,24 wt%/wt).

Abstract
__________________________________________________________________________________________
This research was investigated bio diesel synthesis of Reutealis trisperma oil (RTO) by using NaOH as
a catalist with variation of catalyst concentration as follow 0.5; 1.0; 1.5 and 2,0 wt% . Reutealis
trisperma oil is an attractive raw material for bio diesel production. It was produced by two steps of
reactions, they are esterification by using H2SO4 catalyst and transesterification by using NaOH
catalyst. This study examined the effect of catalyst concentration on the yield of biodiesel and their
selected properties. The result showed, that the bio diesel yield with catalyst concentration
increasing from 0,5-1,0 wt%, increased, while increasing the concentration from 1,5-2,0 wt% makes
the yield decreased. The optimum yield was obtained in 84,71%, and fatty acid methyl ester (FAME)
was obtained with catalyst concentration 1,0 wt% when the reaction condition was at 65C and
time reaction was 1 hour and methanol to oil ratio was 1:2 (wt/wt). Bio diesel characteristic was
evaluated by standard fuel test and the result was compared to ASTM D6751-02 standard.
Synthesized Bio diesel characteristic with NaOH catalyst concentration of 1% resulted from acid
number (0,55 mg KOH/g), density (0,90 gr/cm3), viscosity at 40C (9,2 cSt), cetane number (54,5)
and carbon residue (0,24 wt%/wt).

2013 Universitas Negeri Semarang

Alamat korespondensi: ISSN 0215-9945


Email: holilah.chem@gmail.com

51
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 51-59 (2013)

Pendahuluan bakar diesel petroleum. Zhang (2003) telah


melaporkan bahwa 70-95% total biaya untuk
Kebutuhan energi dunia meningkat sangat produksi biodiesel berasal dari biaya bahan baku
cepat disebabkan karena adanya peningkatan dasar untuk proses produksi biodiesel tersebut,
industralisasi dan populasi yang sangat misalnya minyak tumbuhan atau lemak hewan.
membutuhan ketersediaan energi. Oleh karena itu Biaya pada produksi biodiesel dapat dikurangi jika
program energi dunia kini berfokus pada minyak yang digunakan untuk produksi tersebut
pengembangan sumber energi alternatif dengan antara lain non-edible oil, minyak sisa
karateristik ramah lingkungan, energi hijau, dan penggorengan dan minyak limbah pertanian.
lingkungan bersih. Di sisi lain, persediaan sumber Dibandingkan dengan edible oil (minyak rapeseed,
energi dari bahan bakar fosil semakin menipis dan minyak kedelai dan minyak bunga matahari) yang
diperkirakan ketersediannya hingga 50 tahun yang umumnya digunakan untuk produksi biodiesel
akan datang saja (Demirbas 2007). dari tumbuhan, terdapat pula minyak baru sebagai
Biodiesel hadir sebagai bahan bakar bahan dasar untuk produksi biodiesel yang
alternatif yang sangat diminati secara luas. menarik untuk diteliti yaitu minyak Kemiri Sunan
Biodiesel dikenal sebagai bahan bakar karbon (Reutealis trisperma) (RTO) yang merupakan non-
netral karena melepaskan polusi yang tidak edible oil, sehingga minyak tersebut lebih
berbahaya pada atmosfer lingkungan (Peterson termanfaatkan dan tidak terdapat permasalahan
1986). Selain ramah terhadap lingkungan, jika antara bahan dasar pangan dan keamanan sumber
dibandingkan bahan bakar yang berbahan dasar energi karena bahan dasar pembuatan biodiesel ini
fosil, biodiesel mempunyai banyak keuntungan tidak digunakan untuk bahan dasar makanan.
antara lain dapat diperbaharui dan biodegradable Kemiri Sunan atau Kemiri China atau Jarak
(Hu et al. 2005; Junior et al. 2009; Xue et al. 2011). Bandung (Sumedang) atau Kaliki Banten,
Biodiesel umumnya dapat diproduksi dari merupakan salah satu jenis tanaman yang
lemak, minyak nabati, lemak hewan, minyak sisa berpotensi sebagai tanaman sumber bahan bakar
peggorengan. Struktur kimia biodiesel merupakan nabati (biodiesel) selain tanaman kelapa sawit dan
asam lemak alkil ester (Demirbas 2007). Biodiesel jarak pagar. Kemiri ini menghasilkan minyak yang
dapat diproduksi dari minyak nabati seperti disebut dengan tung oil atau minyak kayu cina
minyak kedelai (Glycine max), minyak jatropha (Barley 1950; Kataren 1986). Tanaman ini berasal
(Jatropha curcas), minyak rapeseed (Brassica dari Philipina, berkembang di Indonesia
napus), minyak kelapa (Elaeis guineensis), minyak khususnya di daerah Jawa Barat. Kemiri sunan
bunga matahari (Helianthus annuus), minyak dapat ditemukan pada ketinggian hingga 1000 m
jagung (Zea mays), minyak kacang tanah (Arachis di atas permukaan laut (Maman 2009). Tanaman
hypogaea) atau minyak kapas (Gossypium spp.) Kemiri Sunan, Airy Shaw sudah tumbuh 3-4
(Pearl 2002). Beberapa minyak nabati yang akhir- generasi sebelumnya di Jawa Barat. Tanaman
akhir ini digunakan sebagai seed untuk produksi Kemiri Sunan tergolong tanaman menahun dengan
biodiesel antara lain minyak dari hazelnut (Corylus tinggi >15 meter dengan mahkota yang sangat
spp.) (Xu & Hanna 2009), yellow horn (Xanthoceras rindang, kanovi daun lebar, struktur daun sangat
sorbifolia Bunge) (Lee et al. 2002) dan (Phoenix rapat, ranting yang banyak, dan memiliki
dactylifera) yaitu kelompok dari genus Phoenix perakaran yang dalam. Tanaman ini berumur
yang merupakan jenis buah-buahan yang dapat panjang, yakni lebih dari 30 tahun usianya.
dimakan (Amani 2013). Tanaman ini dapat tumbuh di lahan datar,
Beberapa kelemahan biodiesel adalah belum bergelombang, bertebing curam, lahan kritis
dikenalnya dalam skala dunia dan hal yang paling (Wardana et al. 2009). Buah Kemiri Sunan beracun
utama dalam proses produksinya berkenaan terutama bijinya, sehingga tumbuhan ini baik
dengan bahan baku untuk sintesis biodiesel untuk pohon peneduh, konservasi alam dan bahan
tersebut yang masih terbatas. Biodiesel yang bakar nabati biodiesel. Karena jumlahnya yang
disintesis dari minyak nabati mempunyai biaya sangat melimpah di Indonesia dan pemanfaatan
yang cukup tinggi dibandingkan dengan bahan bijihnya yang kurang optimum dikarenakan sifat

52
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

biji Kemiri Sunan ini yang beracun berbeda dengan Agarwal et al. 2012). Oleh karena itu, variasi
kemiri mulaccana yang bijinya dapat digunakan konsentrasi katalis sangat penting dilakukan pada
sebagai bumbu masak, menjadikan minyak Kemiri sintesis biodiesel untuk memperoleh yield
Sunan sangat potensial untuk dijadikan bahan biodiesel yang optimum.
dasar produksi biodiesel. Pada penelitian ini, produksi biodiesel dari
Proses produksi biodiesel umumnya minyak kemiri sunan (RTEO) dilakukan melalui
dilakukan dengan proses reaksi transesterifikasi reaksi transesterifikasi menggunakan katalis basa
dengan menggunakan katalis basa. Transes- NaOH. Pengaruh variabel konsentrasi katalis
terifikasi minyak nabati menjadi biodiesel dengan terhadap yield biodiesel diamati secara seksama
metanol dapat dilakukan menggunakan katalis serta karakteristik biodiesel yang berasal dari
homogen (asam atau basa) dan heterogen. Katalis minyak Kemiri Sunan juga diteliti.
basa homogen memberikan laju reaksi lebih cepat
daripada asam homogen atau katalis heterogen Metode
dalam transesterifikasi (Dorado et al. 2004).
Namun dalam metode konvensional, penghilangan Bahan
katalis ini secara teknis sulit. Selain itu dalam Bahan-bahan yang digunakan pada
proses katalis basa, pembentukan sabun akan penelitian ini adalah minyak Kemiri Sunan yang
terjadi, bahkan jika ada sedikit air dan asam lemak disupply dari PT. Kemiri Sunan Derajat, metanol
dalam reaktan (Wang et al. 2007). Oleh karena (Merck, 98%), asam sulfat (H2SO4) (Merck, 98%),
itu, untuk produksi biodiesel menggunakan crude natrium hidroksida (NaOH) (Merck, 99%), etanol
oil atau minyak limbah/sisa sebagai feedstock, (Merck, 99%), n-heksana (Merck, 99%),
reaksi esterifikasi sangat penting untuk dilakukan. phenolphtalein, dan akuades.
FFA sebelumnya diesterifikasi terlebih dahulu
dengan alkohol seperti methanol dengan Reaksi Esterifikasi Minyak Kemiri Sunan
menggunakan katalis asam, sehingga kemungkinan Minyak Kemiri Sunan (RTO) dengan
terjadinya penyabunan untuk reaksi transes- kandungan Free Fatty Acid (FFA) sebesar 2,44 %
terifikasi selanjutnya semakin kecil (Yingying et al. dilakukan reaksi esterifikasi dengan metanol
2012). Katalis basa homogen yang umumnya dengan bantuan katalis H2SO4 menggunakan
digunakan untuk sintesis biodiesel menggunakan metode refluks. Minyak kemiri sunan dimasukkan
reaksi transesterifikasi yaitu logam alkali (Na dan kedalam labu bundar dan diletakkan di di atas
K) hidroksida (Chitra et al. 2005). penangas minyak. Pada sistem yang lain, metanol
Pada proses reaksi transesterifikasi ada dan asam sulfat dicampur dengan kondisi suhu
beberapa parameter untuk mengoptimalkan yield hampir sama dengan minyak. Setelah metanol dan
biodiesel yang diperoleh, salah satunya variasi asam sulfat tercampur sempurna, campuran
konsentrasi katalis (Vicente et al. 1998). Variasi dimasukkan ke dalam minyak secara perlahan-
konsentrasi katalis basa homogen mempunyai lahan. Reaksi esterifikasi dilakukan selama 2 jam.
peran penting pada proses reaksinya. Jumlah Minyak hasil esterifikasi ini ditandai dengan
katalis yang berbeda akan menghasilkan yield minyak Kemiri Sunan hasil esterifikasi (RTOE).
biodiesel yang berbeda pula (Kumar et al. 2012).
Semakin besar konsentrasi katalis yang digunakan Produksi Biodiesel dengan Transesterifikasi
belum tentu yield biodiesel yang dihasilkan Minyak Kemiri Sunan hasil reaksi
semakin besar, karena bergantung pada parameter esterifikasi (RTOE) dilakukan reaksi
yang lainnya juga. Pada umumnya, terdapat transesterifikasi dengan metanol menggunakan
konsentrasi katalis basa homogen tertentu untuk katalis basa NaOH 1,0 wt%. Reaksi
menghasilkan yield biodiesel yang optimum, tetapi transesterifikasi dilakukan dengan metode refluks.
semakin besar konsentrasi katalis basa yang Hasil reaksi yang diperoleh dipisahkan, lalu
digunakan pada reaksi transesterifikasi, maka yield biodiesel dicuci sampai bening dan jernih.
biodiesel semakin menurun karena proses yang Prosedur tersebut diulangi untuk variasi katalis
terjadi adalah safonifikasi (Arzamendi et al. 2007; NaOH (wt%) 0,5; 1,5 dan 2,0. Yield biodiesel

53
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

dihitung berdasarkan perbandingan berat metil tempat sampel lalu dilakukan pembakaran selama
ester yang dihasilkan dan jumlah minyak yang 30 menit. Kandungan residu karbon pada sampel
digunakan pada reaksi transesterifikasi dikalikan dapat dihitung. Karbon residu diukur sesuai
dengan konsentrasi metil ester yang terkandung dengan ASTM D-613.
pada biodiesel tersebut.
Hasil dan Pembahasan
Karakterisasi Produk Biodiesel yang
Dihasilkan Sintesis biodiesel melalui reaksi
Biodiesel hasil sintesis dikarakterisasi transesterifikasi dengan menggunakan katalis basa
dengan Gas Chromatography (GC, TECHCOMP homogen sering dilakukan untuk beberapa bahan
7900) untuk analisis metil ester yang terbentuk, dasar minyak baru (new seed), hal ini dikarenakan
dengan jenis detektor Flame Ionization Detector katalis basa homogen mampu membuat laju reaksi
(FID), kolom kapiler yang berjenis non-polar DB lebih cepat dibandingkan dengan katalis
5HT-(5% Phenyl)-methylpolysiloxane dengan heterogen, sehingga secara otomatis berdampak
panjang kolom: 15 meter, diameter kolom (id): pada yield biodiesel yang dihasilkan (Vicente et al.
320 m dan film: 0,10 (m). Kondisi operasi yang 2004), sehingga dapat diketahui yield biodiesel
digunakan adalah suhu oven: 100C (1 min) (rate: awal yang optimum untuk biodiesel yang berbahan
20C/min) 380C (5 min), suhu inlet: 300C, suhu dasar minyak (new seed) tersebut.
detektor: 350C dan running pengukuran Pada penelitian ini penggunaan minyak baru
dilakukan selama 20 menit. Biodiesel sebanyak yaitu Kemiri Sunan untuk sintesis biodiesel
150 mg dilarutkan dalam 1mL n-heksana, lalu melalui 2 proses reaksi yaitu reaksi esterifikasi
disuntikkan pada GC dengan microliter syringe. dan transesterifikasi. Reaksi esterifikasi perlu
Selain dikarakterisasi dengan GC, biodiesel dilakukan dikarenakan kandungan Free Fatty Acid
hasil sintesis dievaluasi karakteristik sifat fisik dan (FFA) sebesar 2,44% pada minyak Kemiri Sunan.
kimianya, antara lain angka asam, angka setana, Kandungan FFA dan kelembaban minyak adalah
densitas, viskositas dan kandungan residu karbon parameter terpenting untuk menentukan proses
(CCR). minyak nabati tersebut layak untuk dilakukan
Angka asam ditentukan dengan reaksi transesterifikasi (Meher et al. 2006).
menggunakan metode titrasi sesuai dengan ASTM Kandungan FFA yang tinggi pada minyak
D 664. Biodiesel sebanyak 2 gram dan etanol yang menyebabkan efisiensi konversi yang rendah
sudah netral sebanyak 50mL disiapkan. Etanol (Canakci & Gerpen 1999; Zullaikah et al. 2005).
tersebut dicampur dengan biodiesel ditambah Selain itu kemungkinan terjadinya reaksi
indikator PP (phenolphtalein) dititrasi dengan penyabunan sangat besar (Yingying et al. 2012)
NaOH 0,1 N. Dari titrasi tersebut diperoleh volume sehingga reaksi esterifikasi perlu dilakukan
NaOH yang dibutuhkan, sehingga angka asam sebelum reaksi transesterifikasi berlangsung.
dapat dihitung. Angka setana diukur dengan Reaksi esterifikasi dilakukan dengan mereaksikan
menggunakan alat Octane Meter sesuai dengan minyak Kemiri Sunan dengan metanol
ASTM D-613, biodiesel dimasukkan dalam tempat menggunakan katalis asam H2SO4 (3 wt% terhadap
sampel yang terdapat pada alat, lalu dapat terukur minyak), reaksi berlangsung pada suhu 65C
angka setana pada biodiesel tersebut. Densitas selama 2 jam. Minyak hasil reaksi esterifikasi ini
pada biodiesel diukur dengan menggunakan ditandai dengan RTEO. Kandungan FFA pada
piknometer yang diamati berat dari biodiesel minyak hasil reaksi esterifikasi (RTEO) sebesar
tersebut pada suhu 15C. Viskositas pada biodiesel 0,09%.
diamati dengan menggunakan Kinematic Langkah kedua adalah reaksi transes-
Viscometer Bath pada suhu 40C sesuai dengan terifikasi. Minyak Kemiri Sunan hasil reaksi
ASTM D 445-97 dan kandungan residu karbon esterifikasi (RTEO) direaksikan dengan metanol
pada biodiesel dukur dengan menggunakan menggunakan katalis basa NaOH dan akan
seperangkat alat CCR, dimana sampel biodiesel terbentuk gliserol serta metil ester atau yang
ditimbang sebanyak 5 gram dan diletakkan pada sering disebut biodiesel. Kondisi reaksi yang

54
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

digunakan pada sintesis biodiesel ini yaitu pada konsentrasi katalis semakin tinggi menjadi 0,9%,
suhu 65C selama 1 jam dengan rasio metanol yield biodiesel menurun.
minyak 1:2 (wt/wt). Pada reaksi transesterifikasi, Wang et al. (2007) melaporkan hal yang
ada beberapa faktor yang berpengaruh, salah sama pula berkaitan dengan pengaruh konsentrasi
satunya adalah konsentrasi katalis. Konsentrasi katalis pada yield biodiesel. Wang et al. (2007)
katalis pada penelitian ini divariasi sebesar 0,5: menggunakan crude oil rapeseed sebagai sumber
1,0: 1,5 dan 2,0 wt%. minyak dan menggunakan katalis NaOH serta
Pengaruh konsentrasi katalis (NaOH) pada mengamati kinetika laju pada transesterifikasinya.
yield metil ester dapat ditunjukkan pada Gambar 1. Hasil yang diperoleh yaitu laju transesterifikasi
Yield metil ester meningkat dari 81,24% pada meningkat saat konsentrasi katalis yang digunakan
katalis dengan konsentrasi 0,5% sampai nilai 0,2-0,5 wt%, 0,5wt% katalis membutuhkan 8
maksimum yield sebesar 84,71% untuk menit untuk konversi metil ester, tetapi saat
konsentrasi katalis 1% (terhadap berat minyak), konsentrasi katalis dinaikkan menjadi 0,8-1,0%
namun saat konsentrasi katalis dinaikkan dari laju transesterifikasi menjadi menurun atau
1,5%-2,0%, yield metil ester menjadi menurun semakin lambat. Semakin cepat laju
menjadi 74,35% dan 57,65%. Konsentrasi katalis transesterifikasi menandakan semakin banyak
NaOH 1% menghasilkam nilai yield yang paling yield biodiesel yang dihasilkan.
tinggi. Adanya kandungan katalis NaOH yang Kumar et al. (2012) melakukan sintesis
berlebih menyebabkan pembentukan sabun biodiesel menggunakan katalis NaOH dengan
melalui saponifikasi pada trigliserida. Pemben- minyak rami (linseed oil) dan melaporkan bahwa
tukan sabun meningkatkan emulsifikasi pada metil konsentrasi katalis tidak mempunyai pengaruh
ester dan gliserol dan membuat pemisahan yang signifikan pada yield biodiesel. Variasi katalis
menjadi sulit, sehingga menurunkan yield biodiesel 0,5-1,0 wt% tidak menyebabkan pergeseran
(Ikwuagwu et al. 2000). kesetimbangan pada reaksi transesterifikasi. Hal
Agarwal et al. (2012) melaporkan hasil yang ini mengindikasikan bahwa karakteristik dari
serupa yaitu sintesis biodiesel dari minyak hasil minyak rami (linseed oil) tidak membutuhkan
penggorengan menggunakan katalis basa homogen katalis dengan konsentrasi lebih dari 0,5 wt% pada
KOH, yield metil ester meningkat sampai 98,7% prosesnya.
seiring dengan meningkatnya konsentrasi katalis, Biodiesel hasil sintesis dianalisis dengan Gas
tetapi saat konsentrasi katalis lebih dari 1,0%, Chromatography (GC) untuk mengetahui biodiesel
yield metil ester mulai menurun. Hal ini yang terbentuk dibandingkan dengan standar
dikarenakan terjadinya pembentukan sabun. Saat metil ester (metil stearat, metil palmitat dan metil
pemisahan metil ester melalui pencucian, partikel arachidat). Kromatogram biodiesel yang disintesis
sabun membentuk emulsi dengan air. Yield metil menggunakan katalis NaOH dengan konsentrasi 1
ester yang menurun terjadi saat pembentukan wt% dan metil esternya ditunjukkan pada Gambar
sabun dengan meningkatnya konsentrasi katalis. 2. Dari kromatogram ke-3 metil ester tersebut
Hasil yang sama juga dilaporkan oleh Xu et al. menunjukkan bahwa metil palmitat muncul
(2009) yang telah melakukan sintesis biodiesel puncak pada menit ke-5 (a), metil stearat muncul
dari minyak hazelnut (Corylus spp.) dengan katalis puncak pada menit ke-6 (b) dan metil arachidat
NaOH. Saat konsentrasi katalis 0,1-0,7 wt% yield muncul pada menit ke-7. Hasil kromatogram untuk
biodiesel meningkat dari 67%-92%, tetapi saat biodiesel menunjukkan bahwa biodiesel yang telah
disintesis mengandung ke-3 metil ester tersebut
.

55
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

Gambar 1. Pengaruh konsentrasi katalis pada yield biodiesel minyak Kemiri Sunan. Suhu reaksi 65C,
waktu reaksi 1 jam, methanol/minyak 1:2 (wt/wt).

(a)

(b)

(c)

(d)

Gambar 2. Kromatogram metil palmitat (a), stearat (b), arachidat (c) dan hasil
biodiesel yang disintesis menggunakan katalis NaOH dengan konsentrasi
katlais 1wt% (d)

56
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

Tabel 1. Karakterisasi biodiesel dengan variasi konsentrasi katalis


Konsentrasi katalis (Wt%)
Parameter (ASTM D 675102)
0,50 1,00 1,50 2,00
Angka asam(mg KOH/g) 1,11 0,55 0,41 0,41 <0,80
Densitas (gr/cm3) 0,89 0,90 0,89 0,91 0,86-0,90
Viskositas at 40C (cSt) 6,9 9,2 7,6 10,7 1,9-6,0
Angka setana 51,0 54,5 52,4 51,8 >47,0
Residu Karbon (%wt/wt) 0,27 0,24 0,25 0,26 0,05

Karakteristik biodiesel Kemiri Sunan yang memang pada dasarnya katalis dengan konsentrasi
diperoleh dari variasi konsentrasi katalis pada 1% mempunyai yield biodiesel paling tinggi,
reaksi transesterifikasi ditunjukkan pada Tabel 1. sehingga angka setana juga paling tinggi. Angka
Karakteristik biodiesel tersebut dibandingkan setana untuk biodiesel minyak Kemiri Sunan yang
dengan standar biodiesel (ASTM D 675102). disintesis dengan katalis dengan empat variasi
Ada lima parameter yang menunjukkan konsentrasi yang berbeda sudah cocok/memasuki
karakteristik biodiesel minyak Kemiri Sunan yang range standar biodiesel ASTM D 675102.
telah diamati pada penelitian ini. Angka asam pada Angka setana digunakan sebagai indeks
biodiesel minyak Kemiri Sunan telah ditentukan untuk menentukan kualitas bahan bakar, khu-
dengan menggunakan prosedur titrasi. Hasil yang susnya kualitas pembakaran. Hal itu digunakan
diperoleh menunjukkan bahwa semakin tinggi untuk mengukur kecepatan pada bahan bakar saat
konsentrasi katalis yang digunakan maka angka proses pembakaran ketika bahan bakar tersebut
asam biodiesel tersebut semakin menurun. Hasil diinjeksikan kedalam mesin. Kualitas pembakaran
angka asam yang sangat berbeda ditunjukkan oleh adalah salah satu sifat dari biodiesel yang dapat
katalis dengan konsentrasi 0,50%, yaitu 1,1 ditentukan oleh struktur komponen metil
mgKOH/g. Hal ini dimungkinkan katalis yang ersternya (Knothe et al. 1997).
terlalu sedikit akan tidak cukup untuk Viskositas pada mesin bahan bakar adalah
menyelesaikan reaksi, sehingga sisa FFA masih ada salah satu hal yang sangat krusial. Hal itu
yang belum terkonversi. Angka asam biodiesel mempunyai peran yang signifikan dalam
minyak Kemiri Sunan dengan konsentrasi katalis penyemprotan bahan bakar, pembentukan
1,0: 1,50 dan 2,0% sesuai dengan range biodiesel campuran dan proses pembakaran. Viskositas yang
standar ASTM D 675102. tinggi mengganggu proses injeksi dan menjadikan
Biodiesel minyak Kemiri Sunan yang atomisasi bahan bakar yang tidak cukup. Selain itu,
disintesis dengan katalis NaOH dengan empat diameter rata-rata driblets bahan bakar dari
variasi konsentrasi katalis memiliki densitas yang injektor dan permeasinya meningkat dengan
hampir konstan yaitu antara 0,89-0,90 gram/mL. meningkatnya viskositas bahan bakar (Choi &
Nilai tersebut sudah cocok atau memasuki range Reitz 1999). Nilai viskositas minyak Kemiri Sunan
dari standar biodiesel ASTM D 675102. Densitas berada di luar batas standar biodiesel ASTM D
pada bahan bakar mempunyai pengaruh besar 675102, nilai viskositas terendah dimiliki oleh
pada pemecahan bahan bakar. Dengan biodiesel yang disintesis dengan katalis yang
meningkatnya densitas, diameter pada tetesan mempunyai konsentrasi 0,50 wt%.
bahan bakar meningkat, karena inersia pada Residu karbon sangat penting untuk
droplets yang besar menjadi besar (Choi & Reitz dievaluasi pada biodiesel. Semakin besar residu
1999). karbon menandakan bahwa banyaknya karbon
Angka setana biodiesel yang disintesis dari yang tidak terkonversi menjadi energi saat
minyak Kemiri Sunan hampir sama sekitar 52, pembakaran dan hal ini tidak baik untuk mesin.
tetapi paling tinggi dimiliki oleh biodiesel yang Residu karbon pada biodiesel yang disintesis dari
disintesis dengan konsentrasi katalis 1%, karena minyak Kemiri Sunan dengan variasi konsentrasi

57
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

katalis tersebut mempunyai nilai residu karbon Chitra P, Venkatachalam P & Sampathrajan A. 2005.
rata-rata sebesar 0,26 (%wt/wt). Nilai residu Optimisation of experimental conditions for
karbon terkecil dimiliki oleh biodiesel yang biodiesel production form alkali catalyzed
transesterication of Jatropha curcas oil. Energ
disintesis dengan katalis yang memiliki
Sust Dev 9: 138
konsentrasi 1% yaitu 0,24 (%wt/wt). Karakteristik
Choi CY & Reitz RD. 1999. A numerical analysis of the
residu karbon biodiesel minyak Kemiri Sunan yang emissions characteristics of biodiesel blended
disintesis menggunakan katalis dengan variasi fuels. J Eng Gas Turbine Power 121: 3137
konsentrasi tersebut tidak memasuki range Demirbas A. 2007, Recent development in biodiesel
standar biodiesel ASTM D 675102. fuels. Int J Green Energy 4: 1526. Copyright
Taylor & Francis Group LLC
Penutup Dorado MP, Ballesteros E, Lpez FJ & Mittelbach M.
2004. Optimization of alkali-catalyzed
transesterification of brassica carinata oil for
Sintesis biodiesel minyak Kemiri Sunan
biodiesel production. Energ Fuel 18: 77-83
dengan menggunakan katalis basa NaOH pada
Hu J, Du Z, Li C & Min E. 2005. Study on the
suhu reaksi 65C selama 1 jam, telah berhasil lubrication properties of biodiesel as fuel
dilakukan. Kondisi optimum yang dicapai untuk lubricity enhancers. Fuel 84: 16011606
produksi biodiesel adalah pada konsentrasi katalis Ikwuagwu OE, Ononogbu IC & Njoku OU. 2000.
1% dengan yield biodiesel sebesar 84,71%. Production of biodiesel using rubber [Hevea
Karakteristik biodiesel tersebut antara lain angka brasil-iensis (Kunth. Muell. )] seed oil. Ind Crops
asam (0,55 mgKOH/g), densitas (0,90 gr/cm3), Prod 12: 57-62
viskositas pada 40C (9,2 cSt), angka setana (54,5) Junior JS, Mariano AP & Angelis DF. 2009.
Biodegradation of biodiesel/diesel blends by
dan residu karbon (0.24 wt%/wt).
Candida viswanathii. Afr J Biotechnol 8(12):
2774-2778
Ucapan Terimakasih Kataren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan
Lemak Pangan. UI Press. Jakarta
Penulis mengucapkan terimakasih kepada Knothe G, Dunn RO & Bagb MO. 1997. Biodiesel: The
JICA (Japan International Coorporation Agency) Use of Vegetable Oils and Their Derivatives as
yang telah memberikan dana untuk Alternative Diesel Fuels and Chemicals from
terselenggaranya penelitian ini. Biomass. American Chemical Society
Symposium Series No. 666. Washington DC
USA. ACS. 172208
Daftar Pustaka
Kumar R, Tiwari P & Garg S. 2013. Alkali
transesterication of linseed oil for biodiesel
Agarwal M, Chauhan G, Chaurasia SP & Singh K. 2012.
production. Fuel 104 (February): 553560
Study of catalytic behavior of KOH as
Lee S, Tanaka D, Kusaka J & Daisho Y. 2002. Effects of
homogeneous and heterogeneous catalyst for
diesel fuel characteristics on spray and
biodiesel production, J Taiwan Inst Chem E 43:
combustion in a diesel engine. JSAE Rev 23: 407
89-94
414.
Amani MA, Davoudi MS, Tahvildari K, Nabavi SM &
Maman. 2009. Pola Penanaman Kemiri Sunan. Balai
Davoudi MS. 2013. Biodiesel production from
Penelitian Tanaman Pangan dan Industri
Phoenix dactylifera as a new feedstock. Ind Crop
Meher LC, Dharmagadda VS & Naik SN. 2006.
Prod 43: 40-43
Optimization of alkali catalyzed transes-
Arzamendi G, Campo I, Arguiarena E, Snchez M,
terication of pongamia pinnata for production
Montes M & Ganda LM. 2007. Synthesis of
of biodiesel. Bioresour Technol 97: 1392-1397.
biodiesel with heterogeneous NaOH/alumina
Pearl GG. 2002. Animal Fat Potential for Bioenergy
catalysts: Comparison with homogeneous NaOH.
Use. Bioenergy, The Biennial Bioenergy
Chem Eng J 134: 123130
Conference. Boise ID. 2226 September
Barley AE. 1950. Industrial Oil And Fat Product Inter
Peterson CL. 1986. Vegetable oil as a diesel fuel: status
Scholate Pub. Ins. New York
and research priorities. Trans ASAE 29(5): 1413-
Canakci M & Gerpen J. 1999. Biodiesel production via
1422.
acid catalysis. AmSoc Agric Eng 42: 120310
Wang L, He H, Xie Z, Yang J & Zhu S. 2007.
Transesterification of the crude oil of rapeseed

58
Holilah dkk / Jurnal MIPA 36 (1): 49-59 (2013)

with NaOH in supercriticaland subcritical Xue J, Grift TE & Hansen AC. 2011. Effect of biodiesel
methanol. Fuel Process Technol 88: 477-481. on engine performances and emissions. Renew
Wardana E. 2009. Kemiri Sunan. Balai Penelitian Sustain Energy Rev 15: 1098-1116
Tanaman Pangan dan Industri. Sukabumi Yingying L, Houfang L, Wei J, Dongsheng L, Shijie L & Bin
Vicente G, Coteron A, Martinez M & Aracil J. 1998. L. 2012. Biodiesel production from crude
Application of the factorial design of experiments Jatropha curcas L. oil with trace acid catalyst.
and response surface methodology to optimize Chinese J Chem Eng 20(4): 740-746
biodiesel production. Ind Crops Prod 8: 2935 Zhang Y, Dube MA, McLean DD & Kates M. 2003.
Vicente G, Martnez M & Aracil J. 2004. Integrated Biodiesel production from waste cooking oil:
biodiesel production: a comparison of different economic assessment and sensitivity analysis.
homogeneous catalysts systems. Bioresource Bioresour Technol 90: 229-240
Technol 92: 297-305 Zullaikah S, Lai CC, Ramjan S & Ju YSA. 2005. Two step
Xu Y & Hanna M. 2009. Synthesis and characterization of acid catalyzed process from rice bran oil.
hazelnut oil-based biodiesel. Acs Sym Ser: Papers Bioresour Technol 96: 18891896
and Publications. Paper 114

59

Você também pode gostar

  • EKSPLORASI ZAT WARNA
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Documento8 páginas
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Robin Kusmanto
    100% (1)
  • EKSPLORASI ZAT WARNA
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Documento8 páginas
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Robin Kusmanto
    100% (1)
  • EKSPLORASI ZAT WARNA
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Documento8 páginas
    EKSPLORASI ZAT WARNA
    Robin Kusmanto
    100% (1)
  • 2961 6427 1 SM
    2961 6427 1 SM
    Documento9 páginas
    2961 6427 1 SM
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 2961 6427 1 SM
    2961 6427 1 SM
    Documento9 páginas
    2961 6427 1 SM
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Drying 2
    Drying 2
    Documento4 páginas
    Drying 2
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • ecbfa1d9b27dd4ed1371b2ff8fbef3ef
    ecbfa1d9b27dd4ed1371b2ff8fbef3ef
    Documento31 páginas
    ecbfa1d9b27dd4ed1371b2ff8fbef3ef
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Welly
    Welly
    Documento66 páginas
    Welly
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 1 PB
    1 PB
    Documento9 páginas
    1 PB
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Welly
    Welly
    Documento66 páginas
    Welly
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Anna Nur H
    Anna Nur H
    Documento41 páginas
    Anna Nur H
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Persamaan Arhenius Energi Aktivasi
    Persamaan Arhenius Energi Aktivasi
    Documento7 páginas
    Persamaan Arhenius Energi Aktivasi
    Alffan Gafar Milanisty
    Ainda não há avaliações
  • Welly
    Welly
    Documento66 páginas
    Welly
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 1 PB
    1 PB
    Documento9 páginas
    1 PB
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 1 PB
    1 PB
    Documento9 páginas
    1 PB
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 1 PB
    1 PB
    Documento9 páginas
    1 PB
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 3149 6772 2 PB
    3149 6772 2 PB
    Documento9 páginas
    3149 6772 2 PB
    Rizal Aprian
    Ainda não há avaliações
  • Alat Dan Bahan
    Alat Dan Bahan
    Documento1 página
    Alat Dan Bahan
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • I0511025 Bab2
    I0511025 Bab2
    Documento34 páginas
    I0511025 Bab2
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • I0511025 Bab2
    I0511025 Bab2
    Documento34 páginas
    I0511025 Bab2
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 10 Widayat
    10 Widayat
    Documento4 páginas
    10 Widayat
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 10 Widayat
    10 Widayat
    Documento4 páginas
    10 Widayat
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Penetapan C Organik Tanah
    Penetapan C Organik Tanah
    Documento11 páginas
    Penetapan C Organik Tanah
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • Alat Dan Bahan
    Alat Dan Bahan
    Documento1 página
    Alat Dan Bahan
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações
  • 1 PB
    1 PB
    Documento9 páginas
    1 PB
    imaduddin ahsan
    Ainda não há avaliações