Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1
Jika MVA sama dengan 0 maka perusahaan tidak meningkatkan kekayaan bagi
pemegang saham. Sehingga memaksimalkan nilai MVA seharusnya menjadi tujuan
utama perusahaan dalam meningkatkan kekayaan pemegang saham (Young, 2001:27).
2
MVA = Nilai Pasar Equity Modal Ekuitas yang Disetor Pemegang Saham
= (Jumlah Saham Beredar) (Harga Saham) Total Nilai Ekuitas
4
2.2 Perhitungan Economic Value Added (EVA)
EVA adalah ukuran nilai tambah ekonomis yang dihasilkan perusahaan sebagai
akibat dari aktivitas atau strategi manajemen. EVA dapat dihitung dengan formula
sebagai berikut :
EVA = Laba Bersih Operasional Setelah Pajak (NOPAT) Biaya Modal
Setelah Pajak yang Diperlukan Untuk Mendukung Operasi
= EBIT (1-Pajak Perusahaan) (Biaya Operasi)(Biaya Modal Setelah
Pajak
5
sebuah perusahaan. Pihak manajemen perusahaan dapat melakukan banyak hal untuk
menciptakan nilai tambah, tetapi pada prinsipnya EVA akan meningkat jika manajemen
melakukan satu dari tiga hal berikut ini (Stewart 1991) :
1) Meningkatkan laba operasi tanpa adanya tambahan modal, bebarti manajemen dapat
menggunakan aktiva perusahaan secara efisien untuk mendapatkan keuntungan yang
optimal.
2) Menginvestasikan modal baru ke dalam proyek yang mendapatakan return lebih
besar dari pada biaya modal yang ada.
3) Menarik modal dari aktivitas-aktivitas usaha yang tidak menguntungkan.
Govindarajan, penerjemah Kurniawan (2002), mengungkapkan keunggulan EVA
sebagai pengukuran kinerja keuangan perusahaan meliputi :
1) Dengan EVA, seluruh unit usaha memiliki sasaran laba untuk perbandingan
investasi yang sama. Dengan meningkatnya EVA maka investasi-investasi akan
menghasilkan laba diatas biaya modal sehingga akan lebih menarik para manajernya
untuk berinvestasi dalam perusahaan tersebut.
2) Adanya tingkat suku bunya yang berbeda dapat digunakan untuk jenis asset yang
berbeda pula.
3) EVA memiliki korelasi positif yang kuat terhadap perubahan-perubahan nilai pasar
perusahaan.
Keungguklan EVA menurut Teuku Mirza (1997) yaitu EVA memfokuskan
penilainnya pada nilai tambah dengan memperhatikan beban biaya modal sebagai
konsekuensi investasi. Dengan diperhitungkannya biaya modal maka dapat diketahui apakah
perusahaan dapat menciptakan nilai tambah atau tidak. Kelebihan EVA adalah dapat
digunakan secara mandiri tanpa memerlukan datapembanding,
Disamping beberapa keunggulan diatas, EVA juga memiliki kelemahan yaitu EVA
hanya menggambarkan penciptaan nilai pada suatu periode tahun tertentu. Padahal nilai
perusahaan merupakan akumulasi EVA selama umur perusahaan. Sehingga suatu
perusahaan mempunyai nilai EVA pada periode tertentu positif tetapi nilai perusahaan
tersebut rendah karena nilai EVA dimasa lalunya negative.
Selain EVA sebagai ukuran kinerja juga mempunyai beberapa keterbatasan antara lain:
6
1) Sebagai ukuran kinerja masa lampau EVA tidak mampu memprediksi dampak
strategi yang kini diterapkan untuk masa depan perusahaan.
2) Sifat pengukurannya merupakan potret jangka pendek, sehingga manajemen
cenderung enggan berinvestasi jangka panjang, karena bisa mengakibatkan
penurunan nilai EVA dalam periode yang bersangkutan. Hal ini bisa
mengakibatkan turunnya daya saing perusahaan di masa depan.
3) EVA mengabaikan kinerja non keuangan yang sebenarnya bisa meningkatkan
kinerja keuangan. Menurut Kaplan dan Norton (2001), tanpa balanced scorecard,
strategi value based management memang dapat menurunkan biaya dan
meningkatkan intensitas aktiva tetapi akan kehilangan kesempatan menciptakan
tambahan nilai,yaitu strategi pertumbuhan pendapatan jangka panjang melalui
investasi pelanggan, inovasi, perbaikan proses, teknologi informasi dan kemampuan
karyawan.
4) Tidak cocok diterapkan pada industry tertentu. Penggunaan EVA untuk
mengevaluasi kinerja keuangan mungkin tidak tepat untuk beberapa perusahaan,
misalkan perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi seperti pada sector
teknologi (Direks dan Patel 1997)
5) Tidak bisa diterapkan pada masa inflasi. De Villers (1997) mengidentifikasikan
bagaimana inflasi akan mengakibatkan distorsi pada EVA dan menunjukkan bahwa
EVA tidak dapat digunakan selama periode inflasi untuk mengestimasi profitabilitas
actual.
6) Memerlukan tambahan biaya. Wood (200) untuk mengatakan bahwa penggunaan
EVA mungkin akan meningkatkan auditing fees dan bisa menimbulkan potential
litigation costs.
7
kekurangan modal kerja untuk meningkatkan volume penjualan dan volume produksinya,
maka kemungkinan perusahaan akan kehilangan kesempatan memperoleh keuntungan.
Perusahaan yang tidak memiliki modal kerja yang cukup, tidak dapat membayar kewajiban
jangka pendek pada waktunya dan akan menghadapi masalah likuiditas.
Pada dasarnya modal kerja berbeda dengan aktiva tetap khususnya dalam waktu yang
diperlukan untuk memperbaharui aktiva tersebut, atau dengan kata lain aktiva tetap aktiav
tetap akan memerlukan waktu lebih dari satu periode atau satu tahun. Sedangkan investasi
modal kerja biasanya akan berputar kurang dari satu periode normal operasi perusahaan.
8
belum tentu menggambarkan jaminan kelangsungan operasi perusahaan pada
periode berikutnya.
2) Konsep Kualitatif
Menurut konsep kualitatif modal kerja merupakan selisih antara aktiva lancar
dengan utang lancar. Berdasarkan konsep ini modal kerja merupakan sebagian dari
aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi
perusahan tanpa menunggu likuiditasnya. Konsep ini biasa disebut dengan modal
kerja neto (net working capital).
Definisi ini bersifat kualitatif karena menunjukkan tersedianya aktiva lancar yang
lebih besar daripada hutang lancar dan menunjukkan tingkat keamanan bagi
kreditur jangka pendek serta menjamin kelangsungan operasi di masa mendatang
dan kemampuan perusahaan untuk memperoleh tambahan jangka pendek dengan
jaminan aktiva lancar.
3) Konsep Fungsional
Modal kerja menurut konsep inimenitik beratkan pada fungsi dari pada dana dalam
menghasilkan dana atau income dari usaha pokok perusahaan. Setiap dana yang
digunakan dlam perusahaan dimaksudkan untuk menghasilkan pendapatan. Ada
dana yang digunakan dalam satu periode akuntansi tertentu yang menghasilkan
pendapatan pada periode tersebut. Sementara itu, ada pula dan aynag dimaksudkan
utuk menghasilkan pada periode2periode selanjutnya atau dimasa yang akan
datang, misalnya bangunan, mesin-mesin, alat-alat kantor atau aktiva tetap lainnya
yang disebut future income. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah dana
digunakan untuk menghasilkan pendapata pada saat ini sesuai dengan maksud
utama didirikannya perusahaan, diantaranya kas, piutang dagang. Dan lain
sebagainya. Sedangkan efek atau surat berharga dan marjin laba dari piutang
merupakan modal kerja potensial yang akan menjadi modal kerja bila piutang sudah
dibayar dan efek sudah dijual.
9
1) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Modal kerja permanen yaitu modal kerja yang ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, modal kerja ini terdiri dari :
(1) Modal kerja primer (Primary Working Capital)
Modal kerja primer merupakan jumlah modal kerja minimum yang harus ada
pada perusahaan untuk menjaga kontinuitas usahanya atau modal kerja yang
secara terus menerus diperlukan untuk kegiatan usahanya.
(2) modal kerja normal
Modal kerja normal adalah modal kerja dibutuhkan untuk proses produksi
normal.
2) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan perubahan keadaan,
modal kerja ini terdiri dari :
(1) Modal kerja musiman (Seasonal Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi musim.
(2) Modal kerja siklis (Cyclical Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan oleh fluktuasi
konjungtur.
(3) Modal kerja darurat (Emergency Working Capital)
Modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya adanya pemogokan buruh, banjir,
perobahan keadaan ekonomi yang mendadak).
10
3) Perubahan dalam teknologi
Jika terjadi pengembangan teknologi maka akan berhubungan dengan proses
produksi dan akan membawa dampak terhadap kebutuhan akan modal kerja.
4) Kebijakan Perusahaan
Kebijakan yang diterapkan oleh perusahaan juga akan membawa dampak
terhadap kebutuhan modal kerja.
Total Aktiva
Aktiva Lancar Berfluktuasi
Aktiva Tetap
Waktu
Terdapat juga alternative pemenuhn kebutuhn dana dalam kaitannya dengan aktiva lancar
yaitu :
11
1) Marching Approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar
permanen dengan sumber jangka panjang, baik itu hutang jangka panjang maupun
modal sendiri. Hal ini dimaksudkan untuk mnghindari resiko perusahaan apabila
sumber dana yang digunakan adalah sumber dana jnagka pendek, maka saat jatuh
tempo perusahaan tidak dapat membayar kembali.
Rp
Hutang
Jangka
Aktiva Lancar Permanen Panjang
Aktiva Tetap
Waktu
2) Conservative Approach, akan membiayai investasi aktiva tetap dan aktiva lancar
permanen serta sebagian aktiva lancar yang berfluktuasi dengan hutang jangka
panjang atau modal sendiri. Proporsi hutang jangka pendek akan lebih kecil
dibandingkan matching approach. Keputusan ini dimaksudkan untuk lebih
memperkecil resiko meskipun akan memperkecil keuntungan yang diharapkan
tersedia untuk pemegang saham karena biaya hutang jangka panjang pada
umumnya lebih besar daripada biaya hutang jangka pendek.
Rp
Hutang
Jangka
Aktiva Lancar Permanen Panjang
Aktiva Tetap
12
Waktu
3) Agresive Approach, adalah pendekatan dalam pemenuhan kebutuhan dana dengan
menggunakan proporsi hutang jangka pendek yang lebih besar, jika dibandingkan
dengan pendekatan lain. Perusahaan yang menganut pendekatan ini akan
memenuhi aktiva tetap dan sebagian aktiva lancar permanen dengan hutang
jangka panjang. Sedangkan sebgaian aktiva lancar permanen dan semua aktiva
lancar variable dengan hutang jangka pendek. Oleh karena itu perusahaan yang
menggunakan pendekatan ini menanggung pengembalian hutang jangka pendek
yang lebih besar, risiko fluktuasi bunga jangka pendek juga semakin besar tetapi
dengan harapan bahwa laba yang diperoleh juga akan semakin besar dengan
demikian akan memperkecil biaya hutang jnagka pendek.
Rp
Waktu
14
Kasus
PT Serba Jaya memiliki market value of equity sebesar Rp 250.000.000 dan nilai modal
yang disetor adalah Rp 20.000.000. Maka MVA PT Serba Jaya adalah
Rp 250.000.000 Rp 20.000.000 = Rp 230.000.000
MVA PT SERBA JAYA tahun 2017 adalah Rp 550.000.000 dan tahun 2018 adalah
sebesar Rp 825.000.000. hal tersebut menunjukkan bahwa dampak dari tindakan
manajerial sejak perusahaan berdiri meningkat dari tahun 2017 sampai tahun 2018,
masing masing sebesar Rp 550.000.000 dan Rp 825.000.000
15
PT SERBA JAYA
ECONOMIC VALUE ADDED (EVA)
(Rp.000.000)
2017 2018
Perhitungan EVA
EBIT 310 290
Pajak (t) 40% 40%
NOPAT = EBIT (1-t) 186 174
Total Investor Supplied Operating Working Capital 1950 1600
Biaya Modal Setelah Pajak 10.2% 9.9%
Biaya Modal (Rp) 198.9 158.4
EVA= NOPAT- Biaya Modal -12.9 15.6
EVA tahun 2018 positif yaitu Rp 15.6 juta sedangkan tahun 2017 negatif Rp 12.9 juta.
NOPAT mengalami penurunan namun EVA mengalami peningkatan . Hal ini disebabkan
karena penurunan NOPAT Lebih kecil daripada tingkat penurunan rupiah biaya modal
sehingga penurunan biaya modal tersebut akan mengakibatkan EVA meningkat.
Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA yang telah diuraikan dapat dinyatakan
pengamatan yaitu :
1) Berdasarkan perhitungan MVA dan EVA PT SERBA JAYA tahun 2017 dan
2018, terlihat terjadi kombinasi antara peningkatan harga saham Rp 35 juta ke Rp
42 juta, dan kenaikan nilai buku modal dari Rp 1.925 menjadi Rp 2.310 sehingga
menyebabkan peningkatan MVA dan terjadi peningkatan nilai kemakmuran
pemegang saham sebesar Rp 825 Rp 550 = Rp 275 juta.
16
Kasus
Ilustrasi tiga pendekatan dalam pemenuhan modal kerja. Misalkan sebuah perusahaan
menggunakan ketiga alternative pendekatan
PT MAKMUR JAYA
Profitabilitas dan Risiko Alternatif Kebijakan
Pemenuhan Kebutuhan Dana
(Rp.000)
Pendekatan Agresive Moderat Konservatif
Aktiva Lancar
Kas 24,000 24,000 24,000
Surat-surat Berharga 12,000 12,000 12,000
Piutang Dagang 4,000 4,000 4,000
Cadangan Piutang 1,500 1,500 1,500
Asuransi Dibayar Dimuka 2,700 2,700 2,700
Sewa Dibayar Dimuka 3,600 3,600 3,600
Persediaan Barang Dagangan 7,200 7,200 7,200
Perlengkapan Toko 2,300 2,300 2,300
Perlengkapan Kantor 2,700 2,700 2,700
Total Aktiva Lancar 60,000 60,000 60,000
Aktiva Tetap
Tanah 60,000 60,000 60,000
Gedung 25,000 25,000 25,000
Akumulasi Depresiasi Gedung (11,000) (11,000) (11,000)
Peralatan Toko 15,000 15,000 15,000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Toko (2,000) (2,000) (2,000)
Peralatan Kantor 9,000 9,000 9,000
Akumulasi Depresiasi Peralatan Kantor (2,000) (2,000) (2,000)
Kendaraan 18,000 18,000 18,000
Akumulasi Depresiasi Kendaraan (4,000) (4,000) (4,000)
Total Aktiva Tetap 108,000 108,000 108,000
Total Aktiva 168,000 168,000 168,000
Pasiva
Utang Lancar
Utang Dagang 20,000 15,000 10,000
Utang Gaji 4,000 3,000 2,000
Beban yang Harus Dibayar 5,500 4,500 3,500
Utang Bunga 3,500 2,500 1,500
Utang Bank 13,000 12,000 11,000
Utang Wesel 4,000 3,000 2,000
Total Utang Lancar 50,000 40,000 30,000
17
Utang Jangka Panjang
Obligasi 35,000 42,000 48,000
Hipotik 10,000 13,000 17,000
Total Utang Jangka Panjang 45,000 55,000 65,000
Total Utang 95,000 95,000 95,000
Modal
Modal Saham 40,000 40,000 40,000
Agio Saham 18,000 18,000 18,000
Laba Ditahan 15,000 15,000 15,000
Total Ekuitas 73,000 73,000 73,000
Total Pasiva 168,000 168,000 168,000
18
PT MAKMUR JAYA
Profitabilitas dan Risiko Alternatif Kebijakan
Pemenuhan Kebutuhan Dana
(Rp.000)
Pendekatan Agresive Moderat Konservatif
Aktiva Lancar 60000 60000 60000
Aktiva Tetap 108000 108000 108,000
Total Aktiva 168000 168000 168000
Hutang Lancar 50000 40000 30000
Hutang Jangka Panjang 45000 55000 65000
Total Hutang 95000 95000 95000
Modal Saham 40,000 40,000 40,000
Agio Saham 18,000 18,000 18,000
Laba Ditahan 15,000 15,000 15,000
Total Hutang dan Modal 168,000 168,000 168,000
Berdasarkan table diatas tampak bahwa pendekatan agresive ternyata memberikan return
on equity yang paling besar yakni 21,58%. Sementara itu pendekatan konservatif sebesar
21,30%. Tetapi sebaliknya bahwa pendekaran agresive memiliki hutang jangka pendek
yang lebih besar daripada pendekatan konservatif yang nantinya akan memperbesar
resiko, begitu juga dengan net working capital pendekatan agresive adalah lebih rendah
daripada pendekatan konservatif. Dengan demikian maka profitabilitas dan resiko apabila
proporsi hutang jangka pendek juga meningkat.
19
Kasus
Penentuan Besarnya Modal Kerja
1) Untuk memberi gambaran metode ini akan lebih mudah dengan suatu contoh yang
sederhana ini :
Misalnya Pak Budi bermaksud untuk mendirikan usaha untuk embuatan berbagi
jenis permen di kotanya. Setiap harinya diperlukan uang tunai untuk membeli bahan
baku, membayartenaga kerja dan pengeluaran tunai lainnya sebesar Rp 2.000.000.
Permen hasil perusahaan dijual secara tunai dan dapat dijual seluruhnya hari itu juga
dengan pendapatan Rp 2.400.000. Kemudian malam harinya ia belanja lagi untuk
membuat roti yang akan dijual esok harinya dengan pengeluaran yang sama sebesar
Rp 2.000.000 sedangkan lebinya sebesar Rp 400.000 dikonsumsinya untuk biaya
hidup keluarganya. Apabila hal ini berlangsung terus maka dengan mudah dapat
dikkatakan bahwa kebutuhan modal kerja Pak Budi adalah sebesar Rp 2.000.000
Sekarang misalnya penjualan dilakukan secara kredit selama 6 hari artinya
penjualan tanggal 1 Januari baru akan diterima pembayarannya tanggal 7 Januari.
Kemudian penjualan tanggal 2 Januari baru akan diterima pembayarannya tanggal 8
Januari dan seterusnya.
Dengan demikian dari tanggal 1 Januari sampai dengan 7 Januari Pak Budi
menerima pemayaran atas penjualan tanggal 1 Januari. Penerimaan akhir tanggal 7
Januari dapat dipergunakan untuk membiayai usaha tanggal 8 Januari. Demikian
proses itu berlangsung seterusnya. Dalam keadaan seperti ini maka kebutuhan modal
kerja adalah 7 x Rp 2.000.000 = Rp 14.000.000 tersebut akan tertanam dalam kas atau
persediaan sebesar Rp 2.000.000 dan tertanam dalam piutang sebesar Rp 12.000.000
2) Berikut ini contoh lain penentuan kebutuhan modal kerja yang lebih kompleks.
Perusahaan Berkat memperoduksi produk X setiap harinya sebanyak 30 unit. Dalam
satu bulan perusahaan bekerja selama 28 hari. Unsur-unsur biaya yang dibebankan
untuk setiap unit produk tersebut adalah sebagai berikut
a) Bahan Mentah A seharga Rp 200.000
b) Bahan Mentah B seharga Rp 35.000
c) Tenaga Kerja Langsung Rp 85.000
20
Biaya administrasi tiap bulannya sebanyak Rp 14.000.000 Gaji pimpinan dan staf
setiap bulannya Rp 28.000.000. Untuk membeli bahan mentah A dan bahan mentah B
perusahaan memberikan uang muka kepada supplier bahan mentah tersebut rata-rata
4 hari dan 3 hari sebelum bahan mentah diterima. Waktu yang diperlukan untuk
membuat barang tersebut adalah 2 hari dan selanjutnya atas pertimbangan kualitas
barang masih harus disimpan dulu selama 1 hari. Penjualan produk dilakukan dengan
kredit dengan syarat pembayaran 4 hari sesudah barang diambil. Untuk menghadapi
pengeluaran-pengeluaran yang tidak terduga pimpinan perusahaan menetapkan
adanya persediaan minimal sebesar Rp 28.000.000
Berapa besarnya modal kerja yang diperlukan oleh perusahaan tersebut untuk
membiayai secara kontinyu.
Pertama-tama perlu diketahui periode perputaran atau waktu terikatnya dana dalam
masing-masing unsur kerja tersebut yaitu :
Bahan Mentah A
Dana terikat dalam persekot bahan 4 hari
Proses Produksi 2 hari
Barang Jadi 3 hari
Piutang 4 hari
13 hari
Bahan Mentah B
Dana terikat dalam persekot bahan 3 hari
Proses Produksi 2 hari
Barang Jadi 3 hari
Piutang 4 hari
12 hari
21
Tenaga Kerja Langsung, biaya administrasi dan gaji pemimpin
Proses produksi 3 hari
Barang Jadi 3 hari
Piutang 4 hari
10 hari
Kebutuhan dana yang akan ditanamkan dalam masing-masing unsur modal kerja
tersebut adalah sebagai berikut :
Berdasarkan hal tersebut dapat diuraikan bahwa besar kecilnya kebutuhan modal
kerja akan tergantung kepada dua factor yaitu periode perputaran atau terikatnya
modal kerja dan pengeluaran kas rata-rata setiap hari.
22
Daftar Pustaka
Wiagustini, Ni Luh Putu. 2014. Manajemen Keuangan. Bali: Udayanan University Press
23