Você está na página 1de 2

Menyambut Kembalinya Anak Muda

Kembali ke Pertanian
Pemerintah saat ini fokus pada pemerataan pertumbuhan sektor pertanian termasuk di
perbatasan. Selain memenuhi konsumsi lokal, juga membuka peluang ekspor ke negara
tetangga. Anak muda harus memanfaatkan peluang ini dengan menekuni sektor agribisnis

Peringatan Hari Pangan Sedunia (HPS) 2017 sudah berlalu. Salah satu hasil penting adalah
bagaimana mengembalikan peran pemuda dalam pembangunan pertanian dan ketahanan
pangan. Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP), Agung Hendriadi kepada Majalah Sains
Indonesia mengatakan, Indonesia perlu khawatir karena usia rata-rata petani yang makin tua.
Sekitar 55% petani saat ini berusia 55 tahun atau lebih.
Penyebab utamnya adalah migrasi anak muda pedesaan (termasuk anak petani) keluar dari
pertanian, baik migrasi fisik dari desa ke kota maupun migrasi profesi dari pertanian ke non
pertanian. Mayoritas petani, lanjut Agung, tidak mempunyai penerus usaha pertaniannya. Ini
tantangan paling serius bagi masa depan pertanian.
Namun Agung masih optimis karena saat ini mulai banyak anak-anak muda terdidik yang
menjadikan pertanian sebagai pilihan profesi dan sumber nafkah. Mereka masuk dengan cara
pandang modern. Pola usaha rintisan (start-up) yang menggabungkan teknologi informasi
dan komunikasi dalam berbagai aplikasi dengan kegiatan pertanian makin diminati.
Inovasi dan kreativitas menjadi kekuatan mereka dan berdampak memberi pendapatan yang
layak. Jumlahnya belum banyak memang, tetapi generasi baru wiratani (agripreneur) muda
mulai mewarnai khasanah pertanian Indonesia. Sesuatu yang belum pernah terjadi
sebelumnya.
Potensi sumber daya alam Indonesia yang subur membuka kesempatan kerja di bidang
pertanian secara luas bagi generasi muda. Cara pandang dan pemikiran yang baru, serta
semangat tinggi, bisa membawa pertanian Indonesia ke arah lebih baik, tegas Agung.
Mereka berinovasi dengan memadukan aktivitas pertanian dengan kegiatan wisata misalnya.
Mulai dari belajar bertani, beternak, dan berbagai aktivitas ekonomi yang mendukung desa
wisata.

Generasi Muda Dibutuhkan


Sementara itu Perwakilan FAO untuk Indonesia Mark Smulders mengatakan, generasi muda
amat dibutuhkan dalam membangun pertanian, sebab semakin sedikit kaum muda yang
tinggal di desa, maka semakin sedikit yang menggeluti sektor pertanian. Untuk menarik
minat mereka, lanjut Smulders, diperlukan akses lahan dan modal.
Kebijakan pemerintah saat ini dengan melibatkan generasi muda melalui program-program
berkelanjutan harus dilanjutkan. Untuk memperkaya pengetahuan dan keterampilan mereka,
kata Smulders.
Dekan Fakultas Pertanian Universitas Tanjung Pura, Pontianak, Radian mencontohkan
keterlibatan generasi muda di Amerika disektor pertanian patut dicontoh oleh generasi muda
di Indonesia. Hanya 5 % dari populasi penduduk yang bergerak disektor pertanian tetapi
mampu berperan sebagai produsen untuk memenuhi kebutuhan pangan dunia. Hal ini mampu
berjalan karena modernisasi alat dan mesin pertanian.

Bertani Secara Cerdas


Salah satu agripreneur itu adalah Alfi Irfan. Lulusan Institut Pertanian Bogor tahun 2014 itu
mendirikan Agrisocio dan membangun usaha pertanian dengan pendekatan social
entrepreuner dan mengadopsi teknologi pertanian. Alfi menyebut permasalahan pertanian di
Indonesia mayoritas berkaitan dengan bidang ekonomi dan sosial. Sebesar 82 persen petani
kekurangan modal untuk mengelola lahan dan kegiatan pascapanen. Terdesak kebutuhan,
mereka pun meminjam modal ke bank keliling atau menjual hasil panen dengan harga murah
ke tengkulak.
Juara 1 Tingkat Nasional Pemuda Pelopor Bidang Pangan tahun 2016 itu pun melibatkan
petani dan kelompok tani dengan terlebih dahulu memetakan kondisi sosial ekonomi keluarga
tani. Ia juga membuat kalender tanam untuk setiap komoditas agar masa tanam dan panen
tepat waktu baik dari sudut pandang iklim maupun pemasaran.
Dengan begitu, risiko iklim bisa diminimalisir. Dan panen dilakukan saat harga komoditas
bagus agar bisa untung, bebernya.
Ia pun bekerjasama dengan beberapa lembaga untuk investasi mesin, kolaborasi di bidang
pemasaran, serta penelitian dan pengembangan. Saat ini Agrisocio sudah memiliki 20-an ibu-
ibu binaan di rumah produksi, terhubung dengan 43 kelompok tani dengan lebih dari 600
buyer yang siap membeli hasil panen maupun produk olahan mitra binaan. Penghasilan
petanipun naik dua kali lipat.

Você também pode gostar