Você está na página 1de 11

Apa sebenarnya penyebab

Myanmar menindas Muslim


Rohingya?
Senin, 21 November 2016 06:35Reporter : Septian Tri Kusuma, Ramadhian Fadillah

21.6k
SHARES

Pengungsian muslim Rohingya di Myanmar terbakar. REUTERS/Soe Zeya Tun

Merdeka.com - Penindasan terhadap Muslim Rohingya masih terjadi. Baru saja


pemerintah Myanmar mengerahkan pasukannya ke Provinsi Rakhine. Puluhan
orang tewas saat pasukan pemerintah menyerbu kampung-kampung.

Konflik antara etnis Rohingya dan mayoritas penduduk Myanmar yang mayoritas
beragama Budha seolah tak berkesudahan. Puluhan ribu warga Rohingya terlunta-
lunta mengungsi ke negara lain, termasuk Indonesia.
Di Myanmar, etnis Rohingya tak diakui sebagai warga negara. Mereka kesulitan
memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan perumahan yang layak. Kekerasan
juga terus terjadi.

Sebenarnya apa pokok permasalahan di Myanmar? Apakah konflik Rohingya murni


karena agama semata?

Secara umum orang berpendapat, krisis Rohingya di Myanmar adalah masalah


agama. Tetapi menurut Kepala bidang penelitian pada South Asia Democratic
Forum, Siegfried O Wolf, krisis ini lebih bersifat politis dan ekonomis.

Dari sisi geografis, penduduk Rohingya adalah sekelompok penganut Muslim yang
jumlahnya sekitar satu juta orang dan tinggal di negara bagian Rakhine. Wilayah
Rakhine juga ditempati oleh masyarakat yang mayoritas memeluk agama Budha.

Rakhine dikenal sebagai wilayah yang kaya akan sumber daya alam. Tetapi hal itu
menjadi timpang ketika pada kenyataannya tingkat kemiskinan di sana ternyata
tinggi.

"Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi


secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang
didominasi etnis Burma. Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga
Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri.
Inilah penyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan
sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok," kata Siegfried O Wolf saat
diwawancarai oleh media Jerman Deutsche Welle (DW).

Mayoritas warga Rakhine menilai Rohingya sebagai saingan dalam hal mencari
pekerjaan maupun untuk kesempatan untuk berwirausaha. Dari permasalahan
politik, warga Rakhine merasa jika kaum Rohingya telah mengkhianati mereka
lantaran tidak memberikan suara bagi partai politik mayoritas penduduk setempat.

"Jadi bisa dibilang, rasa tidak suka warga Buddha terhadap Rohingya bukan saja
masalah agama, melainkan didorong masalah politis dan ekonomis," kata Wolf.

Hal ini diperburuk oleh sikap pemerintah Myanmar yang bukannya mendorong
rekonsiliasi, tetapi malah mendukung kelompok fundamentalis Budha.

Umat Budha di dunia sendiri mengutuk kekerasan yang dilakukan kelompok garis
keras di Myanmar. Tahun 2014 lalu, Dalai Lama meminta Umat Budha
menghentikan kekerasan di Myanmar dan Sri Lanka.

"Saya menyerukan kepada umat Buddha di Myanmar, Sri Lanka, membayangkan


wajah Buddha sebelum mereka berbuat kejahatan. Buddha mengajarkan cinta dan
kasih sayang. Jika Buddha ada di sana, dia akan melindungi muslim dari serangan
umat Buddha," pesan Dalai Lama.

Di dalam negeri Myanmar, nyaris tak ada yang membela Muslim Rohingya. Dunia
mengutuk pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi yang diam seribu bahasa soal
penindasan di Rohingya.

Nasib Muslim Rohingya pun masih jauh dari kedamaian

Kekerasan di Rakhine memburuk,


ribuan umat Muslim Rohingya
mengungsi
28 Agustus 2017
Bagikan artikel ini dengan Faceboo k

Bagikan artikel ini dengan Tw itter

Bagikan artikel ini dengan Messenger

Bagikan artikel ini dengan Email

Kirim
Hak atas fotoAFPImage captionKekerasan yang berlanjut membuat ribuan umat Muslim Rohingya
mengungsi.

Ribuan orang meninggalkan rumahnya di negara bagian Rakhine, Myanmar, karena


memburuknya kekerasan dalam dua hari belakangan ini.

Kekerasan marak dan berlanjut hingga Sabtu (26/08) setelah para pejuang Rohingya menyerang sekitar 30
kantor polisi pada Jumat sehari sebelumnya.

Penduduk sipil Muslim Rohingnya mengungsi dengan melintasi perbatasan ke Bangladesh namun penjaga
perbatasan mengusir sebagian dari mereka kembali ke wilayah Myanmar.

Di Vatikan, Paus Fransiskus, menyerukan agar kekerasan atas warga Rohingya dihentikan.
WNI simpatisan ISIS bantah berencana serang Myanmar
Utusan khusus PBB tuduh militer Myanmar lakukan "kejahatan terhadap kemanusiaan"
OKI desak Myanmar izinkan delegasi tinjau minoritas Rohingya

"Berita buruk tiba tentang penganiayaan agama minoritas, saudara-saudara kita Rohingya," tulis Paus
dalam pernyataannya.
"Saya ingin mengungkapkan kedekatan penuh dengan mereka. Mari kita minta Tuhan menyelamatkan
mereka dan memberi pria dan wanita kebaikan untuk membantu mereka, agar mereka mendapat hak-hak
penuh."

Hak atas fotoEPAImage captionPolisi bersenjata berat melakukan patroli di Rakhine.

Umat Muslim Rohingya tidak diakui sebagai warga negara di Myanmar -yang mayoritas penduduknya
beragama Budha- dan sering menjadi korban kekerasan aparat keamanan maupun kelompok militan
Budha.

Sebelum kekerasan terbaru ini, puluhan ribu warga Rohingya sudah mengungsi ke Bangladesh karena
mengaku menjadi korban penganiayaan.

Rakhine -yang merupakan negara bagian termiskin di Myanmar- menjadi tempat tinggal dari lebih dari
satu juta orang Rohingya yang beragama Islam.
Kapal pembawa bantuan Malaysia disambut unjuk rasa di Myanmar
OKI desak Myanmar izinkan delegasi tinjau minoritas Rohingya
Menengok fakta-fakta di wilayah konflik Rakhine, Myanmar

Kepolisian Bangladesh mengatakan mengusir 70 orang kembali ke Myanmar pada Sabtu (26/08) setelah
berupaya memasuki Bangladesh lewat perbatasan Ghumdhum.

Namun diperkirakan sekitar 3.000 warga Rohingya berhasil melintasi perbatasan dan masuk ke ke kamp
pengungsi maupun kampung-kampung di kawasan perbatasan Bangladesh.
Seorang warga, Mohammad Zafar -yang berusia 70 tahun- yang berada di kamp pengungsi di Balukhali
menjelaskan kepada kantor berita AFP bahwa dua anknya ditembak mati di lapangan terbuka.

"Mereka menembak begitu dekat sehingga saya tak bisa mendengar apapun sekarang."

Hak atas fotoREUTERSImage captionPemerintah Myanmar mengatakan operasi militer di negara bagian
Rakhine untuk memburu para militan Rohingya.

Warga lain yang mengungsi ke sebuah kampung di dekah Ghumdhum mengatakan akan dibunuh jika
kembali ke kampungnya. "Tolong selamatkan kami. Kami ingin tinggal di sini atau kami dibunuh,"
katanya kepada kantor berita Reuters.

Sementara itu, sekitar 4.000 penduduk Rakhine yang bukan beragama Islam sudah dievakuasi oleh tentara
Myanmar agar tidak terperangkap dalam kekerasan.

Kekerasan terbaru ini marak setelah Oktober 2016, ketika sembilan polisi tewas dalam serangan militan
Rohingya di pos perbatasan yang memicu operasi militar besar-besaran dan menyebabkan ribuan umat
Muslim Rohingya mengungsi.

Pemerintah Myanmar menegaskan operasi dilancarkan untuk memburu para militan Rohingya.
Bagaimanapun PBB sedang menyelidiki dugaan pelanggaran hak asasi manusia oleh aparat keamanan
Myanmar, yang membantah tega
Mengenal Myanmar

Myanmar adalah salah satu negara yang terletak di Asia Tenggara. Sama seperti
Indonesia, negara ini juga merupakan anggota Association of Southeast Asian
Nations (ASEAN). Bagian utara negara ini berbatasan dengan China dan India. Di
sebelah selatan, berbatasan dengan Teluk Benggala dan Thailand. Sebelah timur
berbatasan dengan wilayah China, Laos, dan Thailand. Dan sebelah barat
berbatasan dengan Teluk Benggala dan wilayah Bangladesh.

Adapun wilayah Rakhine penjajah Inggris menyebut mereka orang-orang Arakan-


terletak di barat daya wilayah Myanmar, berbatasan dengan Teluk Benggala dan
wilayah Bangladesh.

Peta Wilayah Arakan


Kurang lebih, luas wilayah Myanmar adalah 261.000 mil2. Dan wilayah Rakhine
20.000 mil2. Wilayah ini dipisahkan oleh pagar alami berupa pegunungan yang
merupakan bagian dari pegunungan Himalaya.

Jumlah penduduk Myanmar ditaksir sekitar 50 juta orang. 15% dari jumlah tersebut
adalah muslim yang mayoritasnya adalah orang-orang Arakan. 70% dari penduduk
Arakan adalah muslim. Sisanya adalah orang-orang Magh, orang-orang Arakan yang
beragama Budha Theravada. Dan kelompok-kelompok minoritas lainnya.

Myanmar merupakan wilayah yang terdiri dari banyak suku. Lebih dari 140 suku
menghuni wilayah bekas koloni Inggris tersebut. Suku mayoritasnya adalah
Bamar/Birma. Suku ini adalah suku kasta pertama dan memegang pemerintahan.
Oleh karena itu, dulu nama wilayah ini adalah Burma kemudian berganti Mynamar.
Kasta kedua adalah suku Syan, Kachin, Chin, Kayah, Magh, dan umat Islam dari
suku Rohingya. Jumlah kasta kedua ini kurang lebih 5juta jiwa.

Umat Islam Arakan

Sejarawan menyebutkan bahwa umat Islam tiba di wilayah Arakan bertepatan


dengan masa Daulah Abbasiyah yang tengah dipimpin oleh Khalifah Harun al-
Rasyid rahimahullah. Kaum muslimin tiba di wilayah tersebut melalui jalur
perdagangan. Dengan cara damai. Bukan peperangan apalagi penjajahan.
Karena umat Islam semakin banyak dan terkonsentrasi di suatu wilayah, jadilah ia
sebuah kerajaan Islam yang berdiri sendiri. Kerajaan tersebut berlangsung selama
3,5 abad. Dan dipimpin oleh 48 raja. Yaitu antara tahun 1430 1784 M. Banyak
peninggalan-peninggalan umat Islam yang terwarisi di wilayah tersebut. Ada masjid-
masjid dan madrasah-madrasah. Di antara masjid yang paling terkenal adalah
Masjid Badr di Arakan dan Masjid Sindi Khan yang dibangun tahun 1430 M.

Ekspansi Budha Terhadap Kerajaan Islam Arakan

Pada tahun 1784 M, Arakan diserang oleh raja Budha dari suku Birma yang bernama
Bodawpaya (masa pemerintahan 1782-1819 M). Kemudian ia menggabungkan
wilayah Arakan ke dalam wilayahnya, agar Islam tidak berkembang di wilayah
tersebut. Sejak saat itu bencana umat Islam Arakan pun dimulai. Peninggalan-
peninggalan Islam, masjid dan madrasah, dihancurkan. Para ulama dan dai
dibunuh. Budha dari suku Birma terus-menerus mengintimidasi kaum muslimin dan
menjarah hak milik mereka. Mereka juga memprovokasi orang-orang Magh untuk
melakukan hal yang sama. Keadaan tersebut terus berlangsung selama 40 tahun.
Sampai akhirnya berhenti dengan kedatangan penjajah Inggris.

Pada tahun 1824 M, Inggris menguasai Burma. Kemudian kerajaan Britania itu
menggabungkan wilayah itu dengan persemakmurannya di India. Pada tahun 1937
M, Inggris memisahkan Burma dan wilayah Arakan dari wilayah kekuasaannya di
India. Maka Burma menjadi wilayah kerajaan Inggris tersendiri yang bernama
Burma Britania. Tidak bernaung di wilayah India lagi.

Tahun 1942 M, bencana besar menimpa kaum muslimin Rohingya. Orang-orang


Budha Magh membantai mereka dengan dukungan senjata dan materi dari saudara
Budha mereka suku Birma dan suku-suku lainnya. Lebih dari 100.000 muslim pun
tewas dalam peristiwa itu. Sebagian besar mereka adalah wanita, orang tua, dan
anak-anak. Ratusan ribu lainnya melarikan diri dari Burma. Karena pedih dan
mengerikannya peristiwa tersebut, kalangan tua saat ini- yang menyaksikan
peristiwa itu senantiasa mengingatnya dan mengalami trauma.

Pada tahun 1947 M, Burma mempersiapkan deklarasi kemerdekaan mereka di Kota


Panglong. Semua suku diundang dalam persiapan tersebut, kecuali umat Islam
Rohingya. Pada tanggal 4 Januari 1948, Inggris memerdekakan Burma secara penuh
disertai persyaratan masing-masing suku bisa memerdekakan diri dari Burma
apabila mereka menginginkannya. Namun suku Birma menyelisihi poin perjanjian
tersebut. Mereka tetap menguasai wilayah Arakan dan tidak mendengarkan suara
masyarakat muslim Rohingya dan Budha Magh yang ingin merdeka. Mereka pun
melanjutkan intimidasi terhadap kaum muslimin.

Duka Muslim Arakan

Pemusnahan Etnis

Sejak pemerintahan militer berkuasa di Myanmar melalui kudeta Jendral Ne Win


tahun 1962 M, umat Islam Arakan mengalami berbagai bentuk kezaliman dan
intimidasi. Dibunuh, diusir, diitekan hak-hak mereka, dan tidak diakui hak-hak
kewarga-negaraannya. Mereka disamakan dengan orang-orang Bangladesh dalam
hal agama, bahasa, dan fisik.

Menghapuskan identitas Islam dan pengaruhnya:


Hal ini dilakukan dengan cara menghancurkan peninggalan-peninggalan Islam. Yaitu
menghancurkan masjid, madrasah, dan bangunan-bangunan bersejarah lainnya.
Lalu kaum muslimin dilarang sama sekali untuk membangun suatu bangunan yang
berkaitan dengan Islam. Dilarang membangun masjid, madrasah, kantor-kantor dan
perpustakaan, tempat penampungan anak yatim, dll. sebagian sekolah-sekolah
Islam yang tersisa tidak mendapatkan pengakuan dari pemerintah, dilarang untuk
dikembangkan, dan tidak diakui lulusannya.

Upaya Burmanisasi, meleburkan ajaran Islam dan menghilangkan identitasnya


dalam masyarakat Budha:

Umat Islam diusir dari kampung halaman mereka. Tanah-tanah dan kebun-kebun
pertanian mereka dirampas. Kemudian orang-orang Budha menguasainya dan
membangunnya dengan harta-harta yang berasal dari kaum muslimin. Atau
membangunnya menjadi barak militer tanpa kompensasi apapun. Bagi mereka yang
menolak, maka tebusannya adalah nyawa. Inilah militer fasis yang tidak mengenal
belas kasihan.

Pengusiran dan diskriminasi dari wilayah Myanmar secara berkesinambungan:

1. Pada tahun 1962 M, militer fasis Myanmar mengusir 300.000 orang Arakan
ke wilayah Bangladesh.
2. Pada tahun 1978 M, lebih dari 500.000 kaum muslimin diusir dan mengalami
tekanan yang sangat berat hingga hampir 400.000 orang dari mereka tewas.
Termasuk di dalamnya orang-orang tua, wanita, dan anak-anak.
3. Tahun 1988, 150.000 kaum muslimin diusir karena orang-orang Budha
hendak membangun desa mereka sebagai tempat percontohan.
4. Tahun 1991, hampir 500.0000 orang muslim diusir. Hal ini karena hukuman
atas kemenagnan partai oposisi (NLD) dalam pemilu yang mendapatkan
suara dari umat Islam. Hasil pemilu pun dibatalkan.
5. Membatalkan hak kewarganeraan umat Islam.
6. Melakukan kerja paksa dengan tanpa mendapatkan makanan, minuman, dan
transportasi.
7. Umat Islam dilarang untuk mendapatkan pendidikan yang layak. Apalagi
duduk di banguku kuliah. Bagi mereka yang berusah mendapatkan
pendidikan di luar negeri, kemudian kembali ke Myanmar dalam keadaan
terdidik, maka akan dijebloskan ke dalam penjara.
8. Secara umum, tidak boleh menjadi pegawai negera. Jika pun ada, maka tidak
akan mendapatkan hak-haknya secara penuh.
9. Dilarang melakukan perjalanan ke luar negeri, walaupun untuk beribadah
haji. Mereka hanya diperbolehkan pergi ke Bangladesh dengan ketentuan
waktu yang terbatas. Mereka tidak diperbolehkan berpergian ke Ibu Kota
Rangon dan kota-kota lainnya di Myanmar. Jika mereka hendak pindah kota,
harus mendapatkan surat izin yang jelas.
Pemusnahan
Etnis Rohingya di Myanmar
Diskrimanis dalam ekonomi:

Dibebani pajak yang tinggi dalam segala hal. Dikenakan banyak denda. Dipersulit
melakukan perdagangan. Kecuali berniaga dengan militer. Itupun dijual dengan
harga yang jauh di bawah standar atau dipaksa menjual sesuatu yang tidak ingin
mereka jual. Hal itu bertujuan agar mereka terus dalam keadaan miskin.

Penutup

Demikian gambaran singkat keadaan muslim Rohingya. Sejak lama mereka ditindas
dan menerima kekejaman umat Budha Myanmar, namun dunia enggan berbicara
membela mereka. Tidak ada atas nama kemanusiaan. Tidak pula ada belas kasihan.

Pada tahun 1970-an Raja Faisal bin Abdul Aziz rahimahullah menjadi pemimpin
dunia yang pertama membangun puluhan ribu camp pengungsi Rohingya di Arab
Saudi. Saat ini sekitar seperempat juta warga Rohingya telah tinggal aman di Arab
Saudi.

Saat ini kita melihat respon yang baik dari pemerintah Aceh, Turki, dan Arab Saudi,
untuk menolong saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingya yang tengah
tertimpa musibah. Semoga Allah meringankan beban mereka.

Read more http://kisahmuslim.com/5057-sejarah-umat-islam-rohingya-di-


myanmar.html

Você também pode gostar