Você está na página 1de 94

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Seiring dengan keberhasilan pemerintah dalam pembangunan nasional,
telah mewujudkan hasil yang positif di berbagai bidang yaitu adanya
kemajuan ekonomi perbaikan lingkungan hidup, kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi terutama dibidang medis atau ilmu kedokteran, sehingga dapat
meningkatkan umur harapan hidup bangsa Indonesia.
Dengan meningkatnya populasi lansia akan menyebabkan konsekuensi
berupa besarnya biaya kesehatan karena sifat penyakitnya adalah penyakit
degenerative, kronis dengan multiple patologi sehingga memerlukan biaya
penanganan yang mahal. Adat budaya bangsa Indonesia dalam kehidupan
lansia adalah merupakan figure yang dihormati dan merupakan sumber daya
yang bernilai tentang pengetahuan dan pengalaman hidup serta kearifan yang
dimiliki masih dapat dimanfaatkan.
Saat ini diseluruh dunia jumlah lanjut usia diperkirakan ada 500 juta
dengan usia rata-rata 60 tahun dan diperkirakan pada tahun 2025 akan
mencapai 1,2 milyar. Di negara maju seperti Amerika Serikat pertambahan
lanjut usia lebih kurang 1000 orang per hari. Pada tahun 1985 dan
diperkirakan 50% dari penduduk berusia di atas 50 tahun sehingga istilah
baby bom pada masa lalu berganti menjadi ledakan penduduk lanjut usia.
Menurut Boedhi Darmojo, disebutkan bahwa orang lanjut usia (lebih dari
55 tahun), di Indonesia tahun 2000 sebanyak 22,2 juta atau sebanyak 10% dari
total penduduk dan diperkirakan jumlah tersebut meningkat pada tahun 2020
menjadi 29,12 juta atau 11,0%. Peningkatan tersebut berkaitan dengan
meningkatnya umur harapan hidup dari 65-70 tahun pada 2000 menjadi 70-75
tahun 2020.
Meningkatnya umur harapan hidup tersebut akan terwujud bila :
1. Pelayanan kesehatan efektif
2. Angka kematian bayi menurun
3. Adanya perbaikan gizi dan sanitasi serta

1
2

4. Meningkatnya pengawasan terhadap penyakit infeksi

Berbagai masalah kesehatan yang berkaitan dengan meningkatnya umur


harapan hidup akan memberikan dampak meningkatnya masalah kesehatan
terutama yang berkaitan dengan proses degeneratif. Keadaan ini akan
mempengaruhi pemenuhan kebutuhan sehari-hari secara mandiri.

Peran perawat dalam meminimalkan atau mengantisipasi masalah


kesehatan pada lansia adalah dengan memberikan asuhan keperawatan pada
lansia baik dalam keadaan sehat maupun sakit pada tingkat individu maupun
kelompok. Fokus asuhan keperawatan lansia adalah melalui peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit dan mengoptimalkan fungsi fisik dan mental.

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi merupakan salah satu


sarana pelayanan keperawatan yang komprehensif pada lansia dari individu
maupun kelompok. Berkaitan dengan kondisi diatas kami mahasiswa STIKes
Banyuwangi angkatan ke enam kelompok 5 dan 6 dalam pendidikan profesi
ingin menerapkan konsep asuhan keperawatan tentang lansia secara langsung
di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi, Jawa Timur.

1.2 Tujuan Kegiatan


1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa dapat memberikan asuhan keperawatan pada klien
lanjut usia dalam kehidupan panti secara profesional dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan secara
komprehensif.
1.2.2 Tujuan Khusus
Setelah selesai mengikuti praktik keperawatan gerontik
mahasiswa dapat :
1. Melakukan pengkajian keadaan umum panti serta mekanisme
pengelolaan panti secara keseluruhan
2. Mengidentifikasi masalah kesehatan yang timbul pada lansia
yang tinggal dalam lingkungan
3

3. Menerapkan asuhan keperawatan pada lansia yang tinggal


dalam panti sesuai konsep keperawatan gerontik

1.3 Manfaat Kegiatan


1. Bagi Mahasiswa
Dapat menerapkan konsep teori tentang asuhan keperawatan gerontik pada
lansia yang tinggal di dalam panti serta mekanisme pengelolaan panti.
2. Bagi Lansia
a. Lansia mendapatkan pelayanan keperawatan secara komprehensif
b. Lansia dapat mengenal masalah kesehatannya.
c. Lansia mendapat penjelasan tentang kesehatan secara sederhana
3. UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi
a. Dapat mengembangkan model asuhan keperawatan pada lansia
b. Mendapatkan masukan tentang masalah kesehatan pada lansia serta
alternative pemecahan
4. Bagi Institusi Pendidikan
Tercapainya tujuan pembelajaran asuhan keperawatan gerontik pada lansia
di lingkungan panti

1.4 Batasan Masalah


Untuk membatasi meluasnya masalah maka kami membahas masalah ini pada
proses asuhan keperawatan klien lansia yang bermasalah.

1.5 Sistematika Penulisan


Laporan ini disusun dengan sistematika sebagai berikut :
Bab 1 : Pendahuluan
Bab 2 : Tinjauan teori
Bab 3 : Pengkajian
Bab 4 : Perencanaan
Bab 5 : Pelaksanaan dan kegiatan
Bab 6 : Penutupan
BAB 2

KONSEP LANSIA

2.1 Konsep Usia Lanjut


2.1.1 Definisi
Usia lanjut menurut batasan usia lanjut yang dipakai dalam
program yang berdasarkan atas undang undang No 13 tahun 1998
berumur 60 tahun keatas, namun berdasarkan pendapat beberapa
ahli dalam program kesehatan usia lanjut depatermen kesehatan RI
(1995) membuat pengelompokan sebagai berikut:
1. Kelompok pertengahan umur ialah kelompok dalam masa
virilitas yaitu masa persiapan usia lanjut yang menampakkan
kematangan fisik dan memasuki jiwa (45-54)
2. Kelompok usia lanjut dini adalah kelompok masa prasenium,
yang memasuki usia 55-66 tahun
3. Kelompok usia lanjut adalah kelompok seneseans (65 tahun
keatas)
4. Kelompok usia 60 tahun (WHO 1989)
(R. budhi Darmaja dan H. Hadi martono, Geriatri, 2003; 3)
Menurut WHO yang diikuti Nugroho (2000; 19) usia lanjut
meliputi:
1. Usia pertengahan (Middle Age) antara 45-59 tahun
2. Lanjut usia (Eldely) antara 60-74 tahun
3. Lanjut usia (Old) anatara 75-90 tahun
4. Usia sangat tua (Very Old) diatas 90 tahun
2.1.2 Proses Menua
1. Pengertian proses menua
Proses menua adalah perubahan yang terjadi pada
fungsi biologis dan motorik pengamatan dan berfikir, motif-
motif dan kehidupan afektisi, hubungan sosial dan integrasi
masyarakat. Perubahan fisik yang menyebabkan seseorang
berkurang harapan hidupnya (Rahayu, 2001: 323).

4
5

2. Teori proses menua


1. Teori teori biologi
a. Teori genetik dan mutasi
Menua telah terprogram secara genetik untuk spesies
spesies tertentu, menua terjadi sebagai akibat dari
perubahan biokimia yang diprogram oleh molekul
molekul DNA dan setiap sel pula saatnya akan
mengalami mutasi.
b. Pemakaian dan rusak
Kelebihan usia stres dapat menyebabkan sel
sel tubuh telah (rusak)
c. Reaksi dari kekebalan sendiri (Autoimmune teory)
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat
di produksi suatu zat khusus, ada jaringan tubuh
tertentu yang tidak tahan terhadap zat tersebut sehingga
jaringan tubuh menjadi lemah dan sakit
d. Theory immunologi slow
Sistem imun menjadi efektrif dengan
bertambahnya usia dan masukya virus kedalam tubuh
dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh
e. Teori stress
Menua terjadi akibatnya hilangnya sel-sel yang
biasa digunakan tubuh, regenerasi jaringan tidak dapat
mempertahankan kestabilan lingkungan internal,
kelebihan usaha dan stress menyebabkan sel-sel tubuh
lelah terpakai
f. Teori radikal bebas
Teori radikal bebas dipercaya sebagai teori yang
dapat menjelaskan terjadi proses menua karena
dianggap sebagai penyebab penting terjadinya
kerusakan fungsi sel. Kerusakan fungsi sel terjadi
karena radikal bebas hidroksil bereaksi dengan asam
6

lemak tidak jenuh ganda yang menghasilkan piroksida


lemak. Selain itu, senyawa beracun hasil piroksida
lemak yang diinduksi oleh radikal bebas dapat
mengikat berbagai protein sehingga menghasilkan
perubahan fungsi protein atau antigenitas (Setiati, 200)
g. Teori rantai silang
Sel sel yang tua atau usang, reaksi kimianya
menyebabkan kurangnya elastis, kekacauan dan
hilangnya fungsi
h. Teori program
Kemampuan organisme untuk menetapkan
jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati
2. Teori kejiwaan sosial
1. Aktifitas atau kegiatan sosial
a. Ketentuan akan meningkatkan pada penurunan
jumlah kegiatan secara langsung, teori ini
menyatakan bahwa usia lanjut yang sukses adalah
mereka yang aktif dan ikut banyak dalam kegiatan
sosial
b. Ukuran optimal (pola hidup) dilanjutkan pada cara
hidup dari lanjut usia
c. Mempertahankan hubungan amtara sistem sosial
dan individu agar tetap stabilan dari usia
pertengahan kelanjut usia
2. Kepribadian berlanjut (continuty teory) atau
kesinambungan. Dasar kepribadian atau tingkah laku
yang tidak berubah pada lansia, teori ini merupakan
gabungan dari di atas, teori menyatakan bahwa
perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia
sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki
7

3. Teori pembahasan
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertumbuhannya
usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai
melepaskan diri dari kehidupan sosialnya, keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial lanjut usia menurun
baik secara kuantitas sehingga sering terjadi sosial
lanjut usia menurun baik secara kuantitas sehingga
sering terjadi kehilangan ganda (triple loss) yakni:
a. Kehilangan ganda peran
b. Hambatan kontak sosial
c. Berkurangnya kontak komitmen
2.1.3 Perubahan - perubahan yang terjadi pada lansia
Menurut Nugroho (2000; 21-26) perubahan yang terjadi pada lansia
yaitu:
1. Perubahan fisik
1. Sel
a. Lebih sedikit jumlahnya
b. Lebih besar ukurannya
c. Berkurangnya jumlah cairan tubuh berkurangnya cairan
intra seluler
d. Jumlah sel otak menurun
2. Sistem persyaratan
a. Cepat menurunnya hubungan persyarafan
b. Lambat, dalam respon dan waktu untuk bereaksi,
khususnya dengan stress
c. Mengecilnya syaraf panca indra
d. Kurang sensitive terhadap sentuhan
3. Sistem pendengaran
a. Presbiakus (gangguan pada pendengaran), hilangnya
kemampuan pendengaran pada telinga dalam
b. Membran timpani menjadi atropi
8

c. Terjadinya pengumpulan serumen, dapat mengeras


karena meningkatnya keratin
4. Sistem penglihatan
a. Spingter pupil timbul sclrerosis dan hilangnya respon
terhadap sinar
b. Kornea lebih berbentuk sferis (bola)
c. Lensa lebih suram (kekeruhan pada lensa), menjadi
katarak
d. Hilangnya daya akomodasi
5. Sistem cardiovaskuler
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kehilangan elastisitas pembuluh darah
d. Tekanan darah meninggi diakibatkan meningkatnya
resistensi dari pembuluh darah perifer
6. Sistem respirasi
a. Otot-otot pernafasan kehilangan kekuatan dan menjadi
kaku
b. Menurunnya aktifitas dari silia
c. Paru-paru kehilangan elastisitas
d. Alveoli ukurannya melebar dari biasanya, jumlahnya
berkurang
e. O2 pada arteri menurun menjadi 75 mmHg
f. CO2 pada arteri tidak berganti
g. Kemampuan untuk batuk berkurang
7. Sistem gastro intetinal
a. Kehilangan gigi, penyebabnya adalah periodontal
desease, penyebab lain meliputi kesehatan gigi yang
buruk
b. Indra pengecap menurun
c. Esophagus melebar
d. Peristaltic menurun, biasanya timbul konstipasi
9

e. Fungsi absobsi melemah


f. Liver (hati) makin mengecil dan menurunnya tempat
penyimpanan, berkurannya aliran darah
8. Sistem genitourinaria
a. Ginjal mengecil dan nefron menjadi atropi, aliran darah
ke ginjal menurun sampai dengan 50%
b. Meningkatnya retensi urine
c. Pembesaran prostat
d. Atropi vulva
9. Sistem endokrin
a. Penurunan produksi hormon dan aktifitas tiroid
b. Penurunan produksi aldosteron dan sekresi hormon
kelamin
c. Fungsi tiroid dan sekresinya tidak berubah
10. Sistem integumen
a. Kulit keriput, menurunnya respon terhadap trauma
osteoartritis
b. Berkurangnya elastisitas akibat menurunnya cairan dari
vaskularisasi
c. Kelenjar keringat berkurang jumlah dan fungsinya
11. Sistem musculoskeletal
a. Tulang makin rapuh, kifosis
b. Pinggang lutut dan jari-jari pergelangan terbatas
c. Atropi serabut otot sehingga bergerak menjadi lamban,
otot-otot kram dan jadi tremor
d. Otot-otot polos tidak begitu berpengaruh
2. Perubahan psikologis
Tidak semua fungsi-fungsi pada lansia mengalami penurunan,
adapun perubahan psikis yang terjadi secara menurut Stevens
dan Hurlock (1990) adalah:
10

1. Pengamatan
Memerlukan waktu lebih lama untuk menyimak keadaan
sekelilingnya
2. Daya ingat
Cenderung masih mengingat hal yang lama dibanding
dengan yang baru
3. Berfikir dan berargumentasi
Terjadi penurunan dalam pengambilan keputusan atau
kesimpulan
4. Belajar
Lebih berhati hati dalam belajar, memerluka waktu lebih
lama untuk mengintegrasikan jawaban, kurang mampu
mempelajari hal hal yang baru
3. Perubahan sosial
Lansia cenderung mengurangi bahkan behenti dari kegiatan
sosial atau menarik diri dari pergaulan sosialnya, keadaan ini
mengakibatkan interaksi sosial usia menurun secara kualitas
maupun kuantitas, yaitu kehilangan peran, kontak sosial, dan
berkurangnya komitmen karena merasa sudah tidak mampu
(hurlock, 1990)
4. Perubahan spiritual
Hubungan horisontal, antar pribadinya berupa menyerasikan
hubungan dengan dunia
2.1.4 Macam macam tipe lansia (Nugroho, 2000:9)
1. Tipe arif bijaksana
Kaya dengan hikmah pengalaman, menyesuaikan diri dengan
perubahan zaman, mempunyai kesibukan, bersikap ramah,
rendah hati, sederhana, dermawan, menjadi panutan
2. Tipe mandiri
Mengganti kegiatan kegiatan yang hilang dengan kegiatan-
kegiatan yang baru, selektif dalam mencari pekerjaan, teman
sepergaulan serta memenuhi undangan
11

3. Tipe tidak puas


Konflik lahir batin menentang proses penuaan, yang
menyebabkan kehilangan kecantikan, kehilangan daya tarik
jasmaniah, kehilangan kekuasaan, status, teman yang di
sayangi, pemarah, tidak sabar, mudah tersinggung, menuntut
dan mengkritik
4. Tipe pasrah
Menerima dan menunggu nasib baik, mempunyai konsep habis
gelap terbitlah terang, mengikuti kegiatan beribadah, ringan
kaki, pekerjaan apa aja yang dilakukan
5. Tipe bingung
Kaget, kehilangan kepribadian, mengasingkan diri, merasa
minder, menyesal, pasif, acuh tak acuh

2.2 Konsep dasar sistem muskuloskeletal


2.2.1 Definisi
1. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh
dan mengurus pergerakan komponen utama dari sistem
muskuluskeletal adalah jaringan ikat. Sistem ini terdiri dari
tulang, sendi, otot, tendon, ligamen, dan jaringan khusus yang
menghubungkan struktur-struktur ini (Patofisiologi, 1995)
2. Sistem muskuloskeletal merupakan penunjang bentuk tubuh
dan mengurus komponen utama, sistem ini terdiri dari tulang,
sendi, otot, ligamen, dan jaringan (Evelyn, 1990)
3. Komponen sistem muskuloskeletal
a. Tulang atau skeletal
Adalah jaringan ikat yang keras, yang zat-zat iterslulernya
keras terutama mengandung banyak mineral yang
mengandung zat perekat dan zat kapur. Macam macam
tulang adalah sebagai berikut:
12

1. Humerus: tulang lengan atas yaitu tulang yang


terpanjang dari anggota atas, terdiri atas humerus,
batang dan ujung humerus.
2. Os. Pubis: bagian dari tulang koxa, terdiri dari 2 bagian
yanitu kanan dan kiri. Tulang koxa itu bersendi satu
dengan lainnya di tempat simpisis pubis, yang
dipisahkan oleh bantalan tulang rawan.
3. Os. Cruris: merupakan tulang tibia dan fibula. Tibia
adalah tulang pipa dengan sebuah batang dari 2 ujung
fibula. Tulang betis adalah tulang lateral tungkai
bawah.
4. Os. Femur: tulang terpanjang dari tubuh, tulang
tersebut bersebdi dengan asetabulum dalam formasi
persendian panggul dan dari sini ia menjulur medikal
kerucut dan membuat sendi dengan tibia.
5. Sendi
Adalah tempat perteuan 2 tulang atau lebih, tulang
tulang ini dipadukan dengan berbagai cara, contohnya
dengan kapsul sendi petafibrosa, ligamen, tenon atau
otot.
6. Otot
Otot dibagi dalam 3 kelompok, degan fungsi utama
untuk kontraksi dan menghasilkan pergerakan dari
bagian tubuh atau seluruh tubuh.
a. Otot rangka (otot lurik): otot ini berkontraksi jika
dirangsang oleh rangsang saraf
b. Otot visceral (otot polos): otot yang dapat
berkontrasi tanpa rangsangan saraf
c. Otot jantung: otot ini dapat mengadakan kontraksi
otomatis dengan tergantung pada rangsang saraf
13

7. Tendon
Tendon adalah suatu perpanjangan dari pembukung
fibrous yang membungkus setiap otot yang berkaitan
dengan periosteum jaringa penyambung yang
mengelilingi tendin tertentu, khususnya dalam
pergelangan tangan dan tumit.
8. Ligament
Ligament adalah sekumpulan dari jaringan fibrous yang
tebal dimana merupakan akhir dari suatu otot dan
berfungsi mengikat suatu tulang
9. Bursae
Bursae adalah suatu kantong kecil berisi cairan untuk
mempermudah gesekan. Dimana digunakan di atas
bagian yang bergerak.
10. Jaringan penyambung
Jaringan yang ditemukan pada sendi dan sendi dan
daerah daerah yang berdekatan dengan jaringan
penyambung yang tersusun dari sel sel substansi
dasar.

2.3 Konsep istrahat dan tidur


2.3.1 Definisi
Istirahat adalah suatu dimana kegiatan jasmaniah menurun akibat
badan menjadi segar. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa dasar
yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus
yang berulang ulang dan masing masing menyatakan fase kegitan
otak dan badaniah yang berbeda.
2.3.2 Pengaturan tidur
Tidur merupakan aktifitas yang melibatkan susunan saraf pusat,
saat perifer, endokrin kardivaskuler, respirasi dan muskuloskeletal
(Robinson, 2000 dalam Potter) pegontrolan dan pengaturan tidur
tergantung dari hubungan antara 2 mekanisme serebral yang secara
14

bergantian mengaktifkan dan menekankan pusat otak atas diyakini


mempunyai sel sel khusus dalam mempertahankan kewaspadaan dan
kesadaran. RAS memberikan stimulus visual, audiotori, nyeri dan
sensori raba, juga menerima stimulus dari korteks serbri (emosi, proses
pikir).
Bangun dan tidurnya seseorang tergantung dari keseimbangan
impuls yang di terima dari otak, reseptor sensori perifer misalnya,
bunyi, stimulus cahaya.
2.3.3 Tahapan Tidur
Normalnya tidur dibagi menjadi dua (2) yaitu Non Rapid Eye
Movement (NREM) dan Rapid Eye Movement (REM). Selama masa
NREM seseorang dibagi menjadi 4 tahapan dan memerlukan 90 menit
sebelum tidur berakhir.
1. Tahapan tidur NREM
a. NREM tahap I
1) Tingkat transisi
2) Merespon cahaya
3) Berlangsung beberapa menit
4) Mudah terbangun dengan rangsangan
5) Aktifitas fisik menurun tanda vital dan metabolisme
menurun
6) Bila terbangun terasa sedang bermimpi
b. NREM tahap II
1) Periode suara tidur
2) Mulai relaksasi otot
3) Berlangsung 10-20 menit
4) Fungsi tubuh berlangsung
5) Dapat dibangunkan dengan mudah
c. NREM III
1) Awal tahap dari keadaan tidur nyenyak
2) Sulit dibangunkan
3) Relaksasi otot menyeluruh
15

4) Tekanan darah menurun


5) Berlangsung 15-30 menit
d. NREM tahap IV
1) Tidur nyenyak
2) Sulit untuk dibangunkan, butuh stimulus intensif
3) Usaha untuk restorasi dan istirahat, tonus otot menurun
4) Sekresi lambung menurun
5) Gerak bola mata cepat

2. Tahap REM
a. Lebih sulit dibangukan dibandingkan dengan tidur REM]
b. Pada orang dewasa normal REM 20-25 % dari tidur malamnya
c. Jika individu terbangun pada tidur REM maka biasanya terjadi
mimpi
d. Tidur REM penting untuk keseimbangan mental, emosi juga
berperan dalam belajar, memori dan adaptasi

Karakteristik Tidur REM


1. Mata Cepat menutup dan terbuka
2. Otot-otot Kejang otak kecil dan otot besar immobilisasi
3. Pernafasan Tidak teratur, kadang dengan apnea
4. Nadi Cepat dan ireguler
5. Tekanan darah Meningkat atau fluktuasi
6. Sekresi gaster Meningkat
7. Metabolisme Meningkat, temperatur tubuh naik
8. Gelombang otak EEG aktif
9. Siklus tidur Sulit dibangunkan

3. Pola tidur normal


a. Neonatus sapai 3 bulan:
1) Kira-kira membutuhkan 16 jam/hari
2) Mudah berespon terhadap stimulus
16

3) Pada minggu pertama kelahiran 50% adalah tahap REM


b. Bayi
1) Pada malam hari kira-kira tidur 8-10 jam
2) Usia 1 bulan sampai dengan 1 tahun kira-kira tidur 14 jam/hari
3) Tahap REM 20-30%
c. Toddler
1) Tidur 10-12 jam/hari
2) 25% tahap REM
d. Pre school
1) Tidur 11 jam pada malam hari
2) 20% REM
e. Usia sekolah
1) Tidur 10 jam pada malam hari
2) 18,5% tahap REM
f. Aldolesia
1) Tidur 8,5 jam pada malam hari
2) 20% tahap tidur REM
g. Dewasa muda
1) Tidur 7-9 jam pada malam hari
2) 20-25% tahap REM
h. Usia dewasa pertengahan
1) 7 jam/hari
2) 20% tahap REM
i. Usia tua
1) 6 jam tahap REM
2) 20-25% tahap REM
3) Tahap IV NREM menurun dari kadang-kadang absen
4) Sering bangun malam hari
17

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi pola tidur


a. Penyakit
Seseorang yang mengalami sakit memerlukan waktu tidur yang
banyak dari normal namun demikian keadaan sakit menjadi pasien
kurang tidur/ tidak dapat tidur.
b. Lingkungan
Pasien yang bisa tidur pada lingkungan yang tenang dan nyaman,
kemudian terjadi perubahan suasana seperti gaduh maka akan
mmenghambat tidurnya.
c. Motivasi
Motivasi dapat mempengaruhi tidur dan dapat menimbulkan
keinginan untuk tetap bangun dan waspada untuk menahan.
d. Kelelahan
Apabila mengalami kelahan dapat memperpendek periode pertama
dari tahap REM
e. Kecemasan
Pada keadaan cemas seseorang mungkin meningkatkan saraf
simpitis sehingga mengganggu tidurnya
f. Alkohol
Alkohol menekan REM secara normal, seseorang yang tahan
minum alkohol dapat mengakibatkan insomnia dan lekas marah
g. Obat-obatan
Beberapa jenis obat yang dapat menimbulkan gangguan tidur
antara lain:
1) Diuretik : menyebabkan insomnia
2) Antidepresi : supresi REM
3) Caffein : meningkatkan saraf simpatis
4) Beta bloker : menimbulkan insomnia
5) Narkotika : mensupresi REM
18

2.4 Konsep Panti Sosial Lanjut Usia


2.4.1 Pengertian
Panti sosial lanjut usia adalah unit pelaksana tekhnis pelayanan
sosial lanjut usia di bidang pembangunan kesejahteraan lanjut usia yang
memberikan pelayanan, penyantunan serta perlindungan sosial bagi
lanjut usia terlantar di dalam panti.
2.4.2 Tujuan
Tujuan pelayanan UPT adalah tercapainya kualitas dan
kesejahteraan para lansia yang layak dalam tata kehidupan masyarakat,
bangsa sehingga mereka menikmati hari tuanya dengan ketentraman
lahir dan batin. Indikator keberhasilan penyelenggraan panti sosial
lanjut usia:
1. Bagi lanjut usia
a. Terpenuhinya kebutuhan jasmani lansia yaitu kebutuhan
sandang pangan papan dan kesehatan.
b. Terpenuhinya kebutuhan rohaniah lansia yaitu kebutuhan
akan kasih sayang baik dari keluarga maupun dari
masyarakat sekitarnya dan peningkatan gairah hidup serta
kehidupan beragama sehingga lansia dapat menikmati sisa
hidupnya.
c. Meningkatnya rasa percaya diri kemandirian semangat
hidup dan produktivitas para lansia
d. Meningkatnya hubungan para lansia dengan generasi muda
yang selaras dan serasi baik dilingkungan keluarga mupun
dilingkungan masyarakat.
2. Bagi keluarga dan masyarakat
a. Terlestarikannya dan makin kuatnya nilai sosial budaya
masyarakat yang menghargai, menghormati dan membela
para lansia sehingga makin meningkat jumlah keluarga dan
masyarakat yang penuh kesadaran dan tanggung jawab
memelihara dan membahagiakan orang tuanya yang telah
19

lansia serta makin banyaknya keluarga dan masyarakat


yang memberikan santunan pada lansia.
b. Meningkatnya kemauan dan kemampuan keluarga untuk
memperhatikan kebutuhan lansia seperti kebutuhan
sandang, pangan, papan rekreasi dan kasih sayang serta
tanggap terhadap permasalahan lansia yang berada di
lingkungannya.
c. Meningkatnya jumlah anggota masyarakat yang mampu dan
yang mau menyantuni lansia.
d. Semakin meningkatnya peran serta masyarakat dalam
meningkatkan mutu pelayanan kesejahteraan sosial para
lansia dengan meluasnya penyediaan dan meningkatnya
mutu sarana dan fasilitas khusus bagi lansia.
2.4.3 Pelayanan Lansia dalam UPT
1. Sarana pelayanan:
Sasaran pelayanan kesejahteraan sosial lansia melalui UPT (Unit
Pelaksanaan Teknis) pelayan sosial Lanjut Usia Banyuwangi
adalah:
a. Berusia 60 tahun keatas
b. Tidak berdaya mencari nafkah sendiri untuk kelangsungan
hidup
c. Tidak mempunyai keluarga (terlantar) atau memiliki keluarga
tetapi tidak mampu memelihara orang tuannya lansia.
2. Tugas pokok dan fungsi
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia mempunyai tugas dinas dalam
pelayanan sosial lanjut usia terlantar. Untuk melaksanakan tugas
tersebut UPT Pelayanan Sosial mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan pelayanan
b. Pelaksanaan penyaluran dan pembinaan lanjut
c. Pelaksanaan praktik pekerjaan sosial dibidang pelayanan sosial
lanjut usia terlantar
d. Pelaksanaan ketata usahaan
20

e. Pelaksanaan tugas-tugas lain yang diberikan Kepala Dinas


3. Sistem Pelayanan
Sistem pelayanan di Panti Sosial Lanjut Usia diberikan dalam
bentuk pelayanan, penyantunan serta perlindungan sosial. Bentuk
pelayanan meliputi:
a. Pemenuhan kebutuhan fisik
b. Pemenuhan kebutuhan mental
c. Pemenuhan kebutuhan sosial
d. Kegiatan keterampilan untuk mengisi waktu luang
e. Merawat klien yang meninggal dunia
4. Prosedur pelayanan
Proses pelayanan kesejahteraan sosial bagi Lanjut Usia di Panti
Sosial Lanjut Usia terbagi dalam 4 tahap yang meliputi:
a. Tahap pendekatan
1) Menyiapkan program-program pelayanan dan penyantunan
bagi lanjut usia
2) Orientasi dan konsultasi mengenai kesiapan panti dalam
melaksanakan pelayanan dan penyantunan bagi lanjut usia
terlantar serta upaya untuk memperoleh instansi dukungan,
bantuan dan peran serta pemerintah daerah terkait, LSM
maupun masyarakat.
3) Mensosialisasikan atau menginformasikan program-program
UPT PSLU pada masyarakat dan instansiterkait, melalui
penyebaran brosur dan penyuluhan atau motivasi pada
sasaran garapan dan potensial.
4) Melaksanakan identifikasi dan motivasi agar data yang
diperoleh lebih terinci sesuai dengan persyaratan
5) Melaksanakan seleksi registrasi serta penempatan atau
pengasramaan bagi klien.
b. Tahap penerimaan
1) Registrasi yaitu penerimaan calon klien yang memenuhi
syarat seperti diatas
21

2) Assesment (peneleahan dan pengungkapan masalah klien


untk mempermudah penentuan penanganan)
c. Pemenuhan kebutuhan sosial
1) Bimbingan fisik
2) Bimbingan mental
3) Bimbingan sosial
4) Bimbingan keterampilan
5) Hiburan dan rekreasi
d. Tahap penyaluran dan Bimbingan lanjut:
Penyaluran dan pembinaan lanjut dimaksut adalah:
1) Menyalurkan atau mengembalikan klien yang telah pada
menemukan keluarganya serta mengadakan home visit klien
yang diambil atau dikembalikan pada keluarga, dengan
tujuan memantau atau memonitorperkembangan sosial klien
2) Pemakaman bagi klien yang meninggal dunia
e. Persyaratan masuk UPT
1) Calon klien lanjut usia terlantar, sehat jasmani, dan rohani
2) Calon klien sanggup atau siap di dalam asrama
3) Calon klien minmal umur 60 tahun
4) Ada surat keterangan dari dokter peerintah atau puskesmas
5) Ada surat pengantar dari Kepala Dinas atau instansi sosial
setempat
6) Ada surat pengantar dari Kepala Desa atau Kelurahan
tempat tinggal asal klien
7) Ada surat persetujuan dari keluarga atau famili jika memiliki
8) Calon klien tidak mempunyai kecacatan lain seperti:
a) Tuna netra tuna wicra
b) Tuna daksa
c) Cacat mental atau gila
d) Tuna grahita
22

9) Calon klien tidak menderita penyakit kronis seperti:


a) TBC
b) Ephilepsi
c) Penyakit menular
d) Kusta, dll
10) Calon klien mampu merawat atau melayani dirinya sendiri
dalam kegiatan sehari-hari antara lain:
a) Bisa melakukan kegiatan makan
b) Bisa melaksanakan kegiatan berpakaian
c) Bisa melakukan kegiatan penggunaan kamar mandi atau
wc dll
BAB 3

PENGKAJIAN

3.1 Pengkajian Kelompok Usia Lanjut UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Banyuwangi

Langkah pertama dalam kegiatan pelaksanaan praktek keperawatan


gerontik di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi adalah
menganalisa situasi. Hasil analisa situasi dapat menggambarkan situasi umum
tempat praktik yang selanjutnya dapat dijadikan pedoman dalam
merencanakan tindakan berikutnya, data yang diperoleh dalam pelaksanaan
analisa situasi adalah identitas panti, latar belakang pendirian panti, misi, visi
dan motto panti, hubungan lintas sektoral dan lintas sector, distribusi
pendanaan, data kesehatan yang disajikan dalam bentuk analisa SWOT.

3.1.1 Identitas Panti

Nama Panti : UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi

Alamat : Jalan Raya Jember nomor 186

Pengelola : Pemerintah Daerah Tk. I Jawa Timur

3.1.2 Latar Belakang Pendirian Panti

Pembangunan nasional bertujuan mewujudkan masyarakat adil dan


makmur berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, telah menghasilkan
kondisi masyarakat yang makin membaik dan usia harapan makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usiapun makin bertambah.

Dengan bertambahnya jumlah usia lanjut, permasalahan yang


dihadapi bertambah pula, meskipun banyak diantara lanjut usia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara namun karena usianya akan
banyak menghadapi keterbatasan sehingga memerlukan bantuan untuk
peningkatan taraf kesejahteraannya dan penanganan yang profesional agar

23
24

terpenuhi kebutuhan hidup baik jasmani, rohani dan sosial yang


memungkinkan bagi mereka memikirkan menuju lanjut usia yang
sejahtera, tua, berguna dan berkualitas sehingga mereka aman, tentram dan
sejahtera.

Sejarah berdirinya panti berawal dari tahun 1946-1960 Belanda


mendirikan markas besar untuk pusat kegiatan sosial dipimpin oleh Bapak
Ranu, pada tanggal 1961-1964 markas tersebut diserahkan ke
pemerintah/dinas sosial dan untuk panti asuhan/ multi kegiatan
permasalahan sosial dipimpin oleh Bapak Ishaji, pada tahun 1965-1969
alih fungsi menjadi panti aneka permasalahan sosial dipimpin oleh Bapak
Setiyarjo dan pada tahun 1965-1967 panti digunakan untuk memberikan
pelayanan kepada gepeng, tahun 1968-1980 dipimpin oleh Bapak
Soediboyo, tahun 1981-1986 dipimpin oleh Bapak Soeryono Sidik, tahun
1986-1987 dipimpin oleh Bapak Drs. Sukarlan Sugiarto, tahun 1988-1994
dipimpin Bapak Soeryono Sidik, tahun 1995-2002 dipimpin oleh Bapak
Soekarno, tahun 2003-2004 dipimpin oleh Bapak Joko Soediboyo, SP,
tahun 2005-2008 dipimpin oleh Bapak Drs. Sudianto. Kemudia sejak 1
Januari 2009 beralih sebagai pelayanan kesejahteraan sosial dan
rehabilitasi sosial bagi para lanjut usia yang terlanjur telah dilakukan
melalui UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi yang merupakan
UPT Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur, pada tahun 2009 sampai dengan
September 2009 dipimpin oleh Bapak Drs. Masud, Msi, tahun 2009-
Oktober 2009 dipimpin oleh Drs. Puji Riyanto, tahun 2012- Oktober 2012
s/d Desember dipimpin oleh Drs. Limbong Jabiston, MM (Plt), tahun 2013
- April 2016 dipimpin oleh Drs. Adi Siswanto, 2016 Sekarang dipimpin
oleh Drs. Agung Pambudi, M.Si.

3.1.3 Visi, Misi dan Motto Panti

1. Visi

Terwujudnya peningkatan taraf kesejahteraan dan perlindungan sosiall


bagi lanjut usia yang bertawa kepada Tuhan Yang Maha Esa.
25

2. Misi

a. Melaksanakan tugas pelayanan dan penyantunan serta rehabilitasi


sosial bagi lanjut usia dalam upaya memenuhi kebutuhan jasmani,
rohani, dan sosial sehingga dihari tua diliputi dengan rasa
kebahagiaan, ketentraman lahir batin.

b. Mengembangkan sumber potensi bagi lanjut usia sehingga dapat


berfungsi sosial secara layak.

c. Meningkatkan peran serta masyarakat dalam penanganan lanjut usia


tertentu.

3. Motto

Tua Berguna dan Berkualitas

3.1.4 Tujuan

Tujuan Umum :

Terpenuhinya kebutuhan hidup bagi lansia terlantar: kebutuhan


jasmani rohani, dan sosial dengan baik, sehingga mereka dapat menikmati
hari tuanya dengan diliputi rasa ketentraman lahir dan batin.

Tujuan Khusus :

1. Terjaminnya suatu perlindungan sosial bagi lansia terlantar.


2. Terjaminnya pemenuhan kebutuhan hidup bagi lansia terlantar.
3. Meningkatkan aksebilitas bagi lansia terlantar terhadap layanan sosial.
4. Meningkatkan kualitas dan kuantitas suatu profesionalitas pelayanan
sosial dan perlindungan sosial bagi lansia terlantar.
5. Meningkatkan kemampuan masyarakat dalam memberikan pelayanan
sosial bagi lansia terlantar.
26

6. Meningkatkan kesejahteraan sosial individu, keluarga, masyarakat


dalam rangka mencegah dan menghindari permasalahan yang dihadapi
lansia terlantar.

3.1.5 Keberhasilan

Untuk merealisasikan tujuan dimaksud, maka perlu adanya upaya


keberhasilan program kegiatan yang dilaksanakan UPT meliputi :

1. Pendekatan awal meliputi kegiatan :


a. Orientasi dan konsultasi
b. Sosialisasi
c. Identifikasi
d. Motivasi dan seleksi
2. Kegiatan penerimaan meliputi :
a. Pemanggilan
b. Penerimaan, meliputi :
1). Pendaftaran
2). Bimbingan orientasi
3). Pemahaman masalah (assessment)
3. Merencanakan program pelayanan
Yaitu untuk menetapkan jenis pelayanan yang dibutuhkan klien dalam
mendapatkan pelayanan sesuai dengan yang diinginkan :
a. Memberikan bimbingan, meliputi :
1) Bimbingan fisik dan kesehatan
a) Melaksanakan kerja bakti bersama
b) Melaksanakan senam pagi pada hari Jumat
c) Melaksanakn pemeriksaan kesehatan klien
d) Melakukan pengobatan bagi klien yang sakit
2) Bimbingan Keterampilan
a) Pembuatan keset
b) Pembuatan kemoceng
c) Pertanian
d) Pembuatan lainnya
27

3) Bimbingan sosial dan mental


4) Bimbingan lanjut

Keberhasilan dari pelaksanaan pelayanan pada UPT Pelayanan


Sosial Lanjut Usia Banyuwangi dapat dilihat dari indikator antara lain:

a. Klien lanjut usia dapat menikmati hari tuanya dengan aman,


tentram, dan layak.
b. Terpenuhinya kebutuhan lanjut usia baik jasmani, rohani, serta
sosial.
c. Menentukan peran serta dari masyarakat dan lembaga yang
menangani lanjut usia.
d. Terlaksananya pelayanan sosial bagi lanjut usia di UPT. Pelayanan
Sosial Lanjut Usia Banyuwangi sesuai dengan standard yang
ditentukan.
28

3.1.6 Struktur Organisasi

Struktur organisasi UPT. Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi sebagai


berikut :
KEPALA PSLU

Drs. AGUNG PAMBUDI,M.SI


NIP. 19670814 199303 1 011

KA. SUB. BAG. TU


Drs. EKO SUMARYANTO
NIP. 19660519 199403 1 005

1. TRI SUNU, SP (NIP. 1961120691992021001)


2. YOYOK PRIYO UTOMO (NIP. 197705282009011003)
3. DENDY SUCIPTO (NIP. 190306012009011003)
4. DORRYS. C.P (NIP. 1984198403222009010001)
5. KAMALI (NIP. 196205062008011004)
6. IMAM TEGUH SANTOSO (NIP. 102 01121976 012006 10160)
7. SARMAN (NIP. 102 04011976 012008 1017)
8. EKWANTO (NIP. 19810212 200801 1 017)

KASI PELAYANAN SOSIAL KASI BIMBINGAN DAN PEMBINAAN LANJUT USIA


Drs. SUDARMADI SAMSUL ARIF S.Sos, M.Si
NIP. 196405291993031002 NIK. 19660622 1989091001

1. SUNARTI (NIP. 1962091172007012005) 1. BAMBANG IRIANTO (NIP. 195905171983031003)


2. SUPARTI (NIP. 19730403201012001) 2. SUYANTO (NIP. 196703252007011011)
3. MARIYAM (NIP. 197903092010012002) 3. FATIMATUS SHOLIKHA (NIP. 19820510201212002)
4. SWAIBATUN NAFIAH (NIP. 102 01121976
012006 1018)
5. UMUM AZIZAH (NIP. 102 04011976 012008
1019
6. IRWAN SUSANDI
7. DIANA EFENDI
8. DENNY SOEGIHARDJO (NIP. 19650722
200701 1 008)
29

Jumlah tenaga pegawai yang ada di panti dengan perincian sebagai berikut :

1. Tenaga Organik (PNS) orang yang terdiri dari 17 orang


2. Tenaga Non PNS ada 9 orang

Jumlah hunian yang berada di wisma berdasarkan jenis kelamin

Nama Wisma Jumlah Harian


Laki-laki Perempuan
Wisma Minak Jinggo 13 12
Wisma Isolasi 1 8
Wisma Sayu Wiwit 14 2
Wisma Sritanjung - 13
Non Asrama 3 2
Total Harian 31 37

Keterangan :

Jumlah yang meninggal tahun 2015 sejumlah : 11 orang

Jumlah yang meninggal bulan Januari s/d 17 Desember 2016 sejumlah :20
orang

Jumlah lansia yang beragama Islam : 59 orang

Jumlah lansia yang beragama Kristen : 4 orang

3.1.7 Sarana dan Prasarana Panti


1. Bangunan Perumahan
Bangunan panti merupakan bangunan permanen dengan dinding tembok,
lantai keramik, atap genteng, ventilasi dan pencahayaan cukup, yang
terdiri dari :
a. Wisma sebanyak :4

b. Kantor :1

c. Aula :1
30

d. Masjid :1

e. Ruang Keterampilan :1

f. Ruang Poliklinik :1

g. Gudang :1

h. Ruang Penjagaan :1

i. Ruang Total Care (isolasi) :1

j. Rumah Pembimbing :1

k.. Garasi :1

l. Dapur :1

2. Sarana Air Bersih

Sumber air bersih dari sumur dan sumber mata air/PAM.

3. Jamban
Jamban sejumlah 19 buah, hampir keseluruhan jamban masih baik,
jamban ada yang menggunakan kloset jongkok 14 dan kloset duduk 5.
4. Sarana Pembuangan Air Limbah
Pengelolaan air limbah menggunakan SPAL tertutup dengan septic tank
menjadi satu dengan jamban.
5. Sarana Ibadah
Sarana ibadah berupa masjid
6. Model Tempat Tidur
Tempat tidur dengan panjang 1,5 m, lebar 1m, dan tinggi 30 cm tanpa
pengaman atau pembatas tempat tidur.
7. Lampu Penerangan
Lampu penerangan cukup.
8. Lantai
Kondisi lantai baik, kebersihan perlu dijaga untuk mencegah resiko
cidera.
31

9. Kamar Mandi dan WC


Kondisi kamar mandi dan WC bersih dan perlu ditambahkan pengharum
ruangan.
10. Ruang Keterampilan
Menjadi satu dengan aula pertemuan.
11. Tempat Olahraga
Olahraga dilaksanakan di depan kantor panti, pelaksanaan senam lansia
dimulai pukul 06.30-07.00 setiap hari jumat.
12. Ruang Makan
Ruang makan bersama sudah ada, beberapa lansia ada yang makan
diruang makan dan ada yang makan di kamarnya atau di wismanya
sendiri karena kelemahan fisik.
13. Transportasi
Mobil Phanter :1
Sepeda Motor :3

3.1.8 Distribusi Pendanaan

Distribusi pendanaan penghuni panti ditanggung oleh pemerintah provinsi


Jawa Timur.

3.1.9 Data Kesehatan Pertahun

1. Jumlah Kematian
Pada tahun 2011 : 13 orang
Pada tahun 2012 : 6 orang
Pada tahun 2013 : 7 orang
Pada tahun 2014 : 12 orang
Pada tahun 2015 : 11 orang
Pada tahun 2016 : 20 orang

2. Jumlah Kesakitan
Pada bulan Januari 17 Desember 2016 didapatkan sebagai berikut:
Jenis Penyakit Frekuensi
32

Rheumatic 20
Hipertensi 11
Batuk 3
Konstipasi 2
Diare 1
Jumlah 36

Dari tabel di atas didapatkan bahwa jenis penyakit yang

3. Tingkat Ketergatungan Lansia


a. Minimal Care : 45 orang
1) Wisma Sritanjung : 13 orang
2) Wisma Sayu Wiwit : 15 orang
3) Wisma Minak Jinggo : 17 orang
b. Parsial Care : 13 orang
1) Wisma Sritanjung : 0 orang
2) Wisma Sayu Wiwit : 1 orang
3) Wisma Minak Jinggo : 8 orang
4) Wisma Isolasi : 4 orang
c. Total Care : 5 orang
1) Wisma Isolasi : 5 orang
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesehatan Klien
a. Kebersihan diri yang kurang.
b. Motivasi klien yang kurang untuk menjaga kebersihan lingkungan
tempat tidur.
c. Istirahat klien yang tidak teratur.
d. Klien yang cenderung sulit untuk dinasehati/diberitahu.
e. Pola kebiasaan klien yang salah misalnya merokok.
f. Motivasi individu dalam pemenuhan nutrisi menurun.
g. Tenaga kesehatan yang minim.

3.1.10 Urutan 5 Penyakit Terbanyak


33

1. Rheumatic

2. Hipertensi

3. Batuk

4. Konstipasi

5. Diare

3.1.11 Tempat Pelayanan Kesehatan dan Perawatan

a. Rumah Sakit

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi bekerja sama dengan


Rumah Sakit Bhakti Husada apabila ada pasien yang membutuhkan
perawatan yang lebih lanjut.

b. Puskesmas

UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Banyuwangi bekerja sama dengan


puskesmas setempat sebagai rujukan lansia yang sakit dengan
pemeriksaan kesehatan serta pengobatan dan perawatan kesehatan
secara rutin.

c. Poliklinik Panti

Terdapat tenaga keperawatan lulusan D3 Keperawatan yang


memberikan pelayanan kesehatan dan keperawatan.

3.1.12 Bentuk Pelayanan Kesehatan

Disamping melakukan kegiatan lintas sector, UPT Pelayanan


Sosial Lanjut Usia mengadakan kegiatan pembinaan internal tingkat panti,
berupa penyediaan tenaga kesehatan lulusan D3 Keperawatan. Secara
umum kegiatan pelayanan kesehatan kesehatan bagi lanjut usia meliputi :

a. Pemerikaan kesehatan rutin yang dilakukan oleh tenaga kesehatan


setiap pagi yaitu berupa pemeriksaan tekanan darah, nadi, temperature
dan frekuensi pernafasan.
34

b. Pencatatan hasil pemeriksaan usia lanjut secara sederhana meliputi :


nama, umur, dan hasil pemeriksaan umum masalah kesehatan fisik
(tanda vital, keluhan umum, gejala dan tanda penyakit).
c. Pengobatan sederhana bagi lanjut usia yang mengalami sakit dengan
memberian obat sesuai keluhan lansia.
d. Pendidikan kesehatan pada lanjut usia dengan gangguan kesehatan
tertentu.
e. Penyelenggaraan rujukan medis bagi lansia, paling tidak
menyelenggarakan rujukan medis ke puskesmas.
f. Posyandu lansia yang diselenggarakan setiap 1 bulan sekali yang
bekerja sama dengan puskesmas Glenmore
3.2 Analisa SWOT Dan Rencana Strategi Pemecahan Masalah
Pada bab ini akan dibahas dan diuraikan hasil analisa kelompok
setelah melihat teori dan membandingkan dengan hasil pengamatan
yang dilakukan UPT pelayanan sosial lanjut usia. Dalam menganalisa
akan diuraikan secara sistematika mengenai kedaan panti secara umum
yang dilanjutkan dengan keadaan ideal yang diharapkan berdasarkan
permasalahan yang ada:
3.2.1 Keadaan umum
1) Kondisi geografis panti
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia yang terletak di Jln.
Jember no.186 krikilan banyuwangi merupakan lokasi yang
sangat strategis, karena mudah untuk dicapai seluruh lapisan
masyrakat dan lokasinya dekat dengan jalan raya. Luas tanah
8,450 m2, kondisi cuaca kecamatan Glenmore yang sejuk
sepanjang tahun, merupakan faktor yang sangat mendukung
bagi lansia untuk mempertahankan kenyamanan lansia,
mudahnya sumber sumber pendukung, seperti, sumber air,
sumber listrik, dan transportasi yang memadai akan sangat
mendukung dalam operasional panti.
2) Dukungan pemerintah
35

Dukungan pemerintah terhadap keberadaan UPT


Pelayanan Sosial Lanjut Usia ini sangat besar, hal ini terlihat
dari Perda Pemprov Jawa Timur yang menjadikan panti ini
sebagai suatu lembaga sosial yang berada langsung dibawah
pemerintah provinsi dengan pertimbangan untuk
mempermudah pengembangan terutama yang berhubungan
dengan pendanaan dan pegembangan sumber daya manusia.
3) Sumber daya manusia
Sumber daya manusia tenaga pengelola panti
seluruhnya berjumlah 26 orang, terdiri dari pegawai negeri
sebanyak 17 orang dan 9 orang non PNS. Jumlah tenaga yang
ada belum cukup dibandingkan dengan jumlah penghuni
panti. Belum adanya psikolog, kurangnya pekerja sosial,
tenaga medis dan ahli gizi. Serta perlu ditambahkan tenaga
khusus untuk membersihkan kamar mandi.
4) Sarana dan prasana
Secara umum sarana dan prasana di UPT Pelayanan
Sosial Lanjut Usia masih jauh dari cukup meliputi: ada
beberapa hal yang masih perlu menjadi perhatian khusus:
Belum adanya mobil ambulance
Kurangnya sarana prasarana kesehatan (klinik kesehatan)
khususnya alat kesehatan gawat darurat.
Kurangnya pengaman atau pegangan untuk berjalan,
misalkan dari wisma sritanjung kearah tempat makan.
5) Lampu penerangan
Lampu penerangan yang digunakan sudah cukup terang.
Namun perlu adanya pengawasan lebih lanjut
menindaklanjuti beberapa tempat yang lampunya redup. Hal
ini sangat mempengaruhi lansia dimana terjadi penurunan
penglihatan yang memungkinkan terjadi resiko cedera.
6) Lantai kamar
36

Lantai kamar klien dan sebagian besar lantai diseluruh


ruangan berbahan keramik, dimana pada satu sisi sebenarnya
memudahkan perawatannya karena mudah dibersihkan,
namun bagi lansia sendiri kedaan lantai berbahan keramik
tersebut kurang sesuai karena akan menjadi sangat licin bila
tertumpahi air yang akan menimbulkan resiko cidera yang
sangat tinggi pada klien lansia. Karena kondisi ini perlu
mendapat perhatian lebih agar kekhawatiran lansia cidera
tidak terjadi.
7) Kamar mandi dan WC
Kondisi umum kamar mandi dan WC sudah cukup
baik, hanya perlu dilakukan pengawasa ketat dari
pendamping wisma dan pekerja sosial serta keseluruhan staf
untuk menjaga kebersihan dan keamanan bagi lansia
pengguna kamar mandi dan WC tersebu. Dimana perlu
diadakan pembersihan sesering mungkin, karena tipe dan
lantai kamar mandi cepat sekali untuk menjadi icin.
8) Ruang sosialisasi
Ruang sosialisasi yang digunakan oleh lansia untuk
kegiatan rekreatif serta beberapa kegiatan lain sudah cukup
memadai di dukung tempat duduk, meja, serta sound sistem
untuk mendukung kegiatan kegiatan sosialisasi yang rutin
di adakan di panti.
9) Tempat sarana olah raga
Kegiatan senam lansia yang sering diadakan didepan
kantor sudah cukup baik. Tetapi untuk olahraga sebaiknya
disediakan tempat khusus.

10) Ruang makan


Ruang makan bagi lansia dimana keseluruhan lansia
dapat berkumpul bersama untuk makan sudah ada. Hal ini
37

sangat bagus karena lansia dapat bersosialisasi dan


berkomunikasi dengan sesama rekannya lebih luas.
11) Tempat ibadah
Tempat ibadah sudah cukup representatif dan bersih,
akan tetapi letaknya jauh dari wisma sehingga pada waktu
hujan di khawatirkan jalanan yang cukup licin dapat
menimbulkan cidera bagi lansia dan membuat lansia cepat
lelah karena jaraknya yang cukup jauh. Hanya saja yang
perlu ditambahkan gambar dan poster misalkan gambar
tuntunan shalat, hal ini bermanfaat untuk membantu
menstimulasi daya ingat para lansia.
12) Sumber air minum
Sumber air minum berasal dari air sumur dan pdam lalu
di masak, dengan demikian kondisinya sangat layak untuk
dikonsumsi. Serta di setiap wisma terdapat air galon siap
minum.
13) Kebersihan lingkungan kamar
Kebersihan lingkungan disekitar panti dan
keseluruhan kamar pasien masih kurang, perlu dilaksanakan
pengawasan oleh pendamping wisma karena tidak semua
klien lansia mempunyai persepsi yang sama terhadap kualitas
kebersihan kamar masing masing. Dimana sebagian besar
aktivitas lansia dilaksanakan didalam kamar dan bila kondisi
kebersihan kamar kurang kondusif akan akan mempengaruhi
kesehatan lansia terutama di ruang isolasi. Dan perlu
dijadwalkan rutin untuk pembersihan masing masing
wisma, misalkan satu bulan sekali (bongkaran).

14) Pendanaan
38

Selama ini anggaran untuk operasional di UPT Panti


Sosial Lanjut Usia Banyuwangi berasal dari sumber dana
utama yaitu APBD Pemprov Jawa Timur.
3.2.2 Lansia
1) Populasi lansia
Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 5 dan
6 di UPT Panti Sosial Lanjut Usia Banyuwangi didapatkan data
sebagai berikut: terdapat 63 lansia dan 5 lansia di luar panti
(home care)..Populasi lansia ini sangat potensia atau rawan
terhadap gangguan kesehatan sehingga klien mudah mengalami
kesakitan. Mengingat tenaga keperawatan yang tersedia hanya
dua orang sehingga kurang dapat melaksanakan perawatan
secara komprehensif secara keselurahan dari penghuni panti.
2) Kegiatan lansia
Kegiatan yang dilaksanakan bagi lansia sudah cukup
bervariasi dan memberikan manfaat yang sangat positif bagi
lansia, seperti kegiatan bimbingan sosial, sumber daya manusia,
pembinaan sosial, bimbingan mental, ketrampilan keset kain,
ketrampilan kemuceng, ketrampilan pertanian/perkebunan,
ketrampilan olah pangan dan agama, senam lansia. Adanya
kegiatan yang bersifat lintas progam dan lintas sektoral yang
dirintis oleh pengelola panti merupakan bukti nyata bahwa pola
aktivitas yang diberikan bagi lansia bersifat komprehensif namun
perlu kiranya pengelola panti lebih aktif menggali potensi
kerjasama dengan unit unit lain guna mendukung progam
kegiatan yang telah direncanakan oleh panti.
3.2.3 Kebutuhan sehari hari
1) Makan/minum
Secara garis besar kualitas dan kuantitas makanan yang
dikonsumsi oleh lansia sudah memenuhi standar gizi dengan
adanya upaya dari pihak pengelola panti untuk membuat variasi
menu. Namun beberapa lansia merasa jenuh dengan menu yang
39

disediakan. Dan belum tersedianya ahli gizi yang mengatur menu


diit yang sesuai dengan kesehatan lansia, misalnya untuk lansia
hipertensi harus diberikan diit yang sesuai dengan kesehatan
lansia, misalnya, untuk lansia hipertensi harus diberikan diit
rendah garam.
Dapur umum menyediakan 3 kali makan bagi lansia
ditambah dengan 2 kali snack tambahan dengan teh dan kopi
serta kacang hijau setiap hari jumat. Kebutuhan minum yang
disediakan oleh dapur dengan jumlah yang tidak terbatas
sehingga lansia bebas minum dan memungkinkan untuk
mencegah masalah yang berkaitan dengan hidrasi.
2) Kebersihan diri
Dari hasil pengamatan mahasiswa kelompok 5 dan 6
selama praktek dan hasil pengamatan di dapatkan dari 63 lansia
terdapat 18 lansia mandi sehari 1 kali, 63 lansia di dapatkan 13
lansia mandi tidak menggunakan sabun, 63 lansia di dapatkan 21
lansia tidak gosok gigi, 63 lansia di dapatkan 15 lansia tidak
keramas, untuk sumber air sumur dengan menggunakan
peralatan mandi yang telah disediakan oleh pihak panti,
sedangkan di ruang khusus lansia dimandikan 1 kali sehari.
Banyak lansia yang tidak gosok gigi, sehingga gigi nampak
kotor, bau mulut dan bau badan, serta rambut lansia acak
acakan dan berkutu. Akan tetapi pihak panti rupanya belum
mempertimbangkan penggunaan air hangat untuk mandi bagi
lansia karena penggunaan air dingin yang berkepanjangan
merupakan suatu precusor terjadinya penurunan integritas kulit
dan mempengaruhi fungsi muskuloskeletal dan pernafasan klien.
Dan perlunya sosialisasi dan demonstrasi tentang pentingnya
kebersihan diri terutama gosok gigi.

3) Berpakaian
40

Dari hasil pengamatan mahasiswa kelompok 5 dan 6


selama praktek dan hasil pengamatan di dapatkan 63 lansia di
dapatkan 23 lansia tidak ganti baju setelah mandi. Pihak
pengelola panti menyediakan pakaian ganti sehari hari, pakaian
olahraga dan pakaian sembahyang secara rutin, akan tetapi masih
banyak lansia yang tidak mau mengganti pakaiannya dengan
pakaian yang bersih/sudah dicuci. Ada lansia yang memakai baju
kotor, dikarenakan sulit untuk disuruh mandi. Serta ada beberapa
lansia yang berpakaian tidak sesuai/tidak rapi. Maka dari itu
perlu pengawasan dari petugas setiap wisma.
4) Pola interaksi
Dari hasil pengamatan mahasiswa kelompok 5 dan 6
selama praktek dan pengamatan, 63 lansia di dapatkan 33 lansia
(interaksi sosial kurang), 63 lansia di dapatkan 26 lansia tidak
kenal dengan lansia di wisma lain, 63 lansia di dapatkan 23
lansia interaksi dengan petugas panti kurang, 63 lansia di
dapatkan 51 lansia jarang berkunjung ke wisma lain, terlihat
antar lansia cenderung tertutup antara satu sama lain. Kurang
adanya komunikasi antar penghuni panti disetiap wisma bahkan
penghuni sesama wisma. Kerjasama sesama penghuni panti
kurang terbina. Motivasi untuk saling mengingatkan dan
membina hubungan kurang. Pola komunikasi yang diterapkan
pendamping wisma dan pekerja sosial tidak selalu menggunakan
komunikasi dua arah hal ini memungkinkan terjadinya
komunikasi yang tidak seimbang antara lansia dengan pekerja
sosial sehingga menyulitkan dalam menggali permasalahan
pribadi yang dimiliki klien. Ada 3 lansia yang lebih sering
mengurung diri dikamar sendiri, dan banyak juga lansia yang
kurang mengenal temannya meskipun satu wisma. Disamping itu
ternyata juga masih ada lansia yang bertengkar satu sama lain.
Untuk itu perlu diadakan acara Terapi Aktivitas Kelompok
41

secara rutin agar interaksi sesama penghuni panti terjalin dengan


baik.
5) Kebutuhan spiritual
Dari hasil pengamatan mahasiswa kelompok 5 dan 6
selama praktek dan hasil pengamatan didapatkan 63 lansia
terdapat 32 lansia tidak beribadah atau sholat, 63 lansia
didapatkan 11 lansia beribadah atau sholat di masing-masing
kamar, 63 lansia didapatkan 22 lansia sholat berjamaah
dimasjid, 63 lansia didapatkan 39 lansia mengalami ketakutan
terhadap kematian. Dalam seminggu diadakan 1 kali kegiatan
pengajian di aula UPT Panti Sosial Lanjut Usia. Dan perlu
ditambahkannya pembimbing spiritual untuk agama lain, karena
selama ini hanya pemuka agama islam yang datang untuk
memberikan bimbingan spiritual.
6) Biologis
Dari hasil pengamatan mahasiswa kelompok 5 dan 6
selama praktek dan hasil pengamatan didapatkan 63 lansia
terdapat hasil 20 lansia menderita penyakit rematik, 63 lansia
didapatkan 11 lansia menderita hipertensi, 63 lansia didapatkan 1
lansia menderita diare, 63 lansia didapatkan 3 lansia menderita
batuk, 63 lansia didapatkan 2 lansia menderita konstipasi dan
lain-lain. Dan untuk menjaga kesehatan lansia pihak panti
bekerja sama dengan pelayanan rumah sakit terdekat serta
puskesmas terdekat, disamping itu pihak panti mendirikan klinik
lansia yang bertujuan untuk memberikan pengobatan sementara
bagi lansia yang sakit dan pihak panti juga selalu melakukan
pemeriksaan secara berkala yang bertujuan untuk memantau
kondisi para lansia.
3.2.4 Analisa Kondisi Pelayanan Kesehatan UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Banyuwangi
Ketersediaan pelayanan kesehatan lansia sangat menunjang
kesehatan lansia dipanti, terutama bagi lansia yang membuthkan
42

perawatan khusus sehingga meningkatkan harapan hidup lansia


dan hal tersebut juga bisa menjadi salah satu indikator untuk
menilai tingkat kesehatan dan kesejahteraan bagi lansia baik
kesehatan fisik maupun psikologis. Untuk dipanti sendiri pihak
pengelola telah menyediakan fsilitas polikinik kesehatan serta
ketersediaan tenaga keperawatan sebagai pengelola klinik dan
bertanggung jawab terhadap kesehatan umum dari penghuni panti
secara keseluruhan. Namun jumalah tenaga kesehatan masih
kurang mencukupijika dibandingkan dengan jumlah lansia yang
tinggal dipanti.
Kondisi tersebut diatas merupakan suatu bukti adanya
perhatian khusus dari pemerintah khususnya penanggung jawab
pengelolaan panti serta pihak pengelola panti sendiri bhwa ada niat
yang sangat serius untuk meningkatkan derajat kesehatan penghuni
panti.
Dari sumber kekuatan yang dimiliki oleh panti tersebut
perlu kiranya dipikirkan untuk pengembangan sumber daya
manusia yang ada. Kebutuhan akan pengembangan staf khususnya
dalam bidang kesehatan/ keperawatan merupaka suatu kebutuhan
yang mendesak. Hal ini disebabkan oleh karena para lansia ada
sangat rentan dan poensial terjadi gangguan kesehatan.
Status kesehatan lansia tidak saja dipengaruhi oleh faktor
lingkungan, faktor keturunan, namun juga perlu diperhatikan faktor
perilaku dari lansia tersebut. Faktor perilaku ini meliputi pola
aktivitas, pola makan, istirahat serta pola yang lainnya. Oleh sebab
itu perlu pengawasan secara ketat terhadap perilaku para lansia
sehingga dapat memenuhi syarat kesehatan. untuk itu perlu kiranya
difikirkan pelatihan bagi pendamping wisma dan pekerja sosial,
sehingga pengawasan tidak hanya dilakukan oleh tenaga
kesehatan/keperawatan. tapi lebih ditekankan dan dilakukan secara
komprehensif serta terfokus pada permasalahan kesehatan yang
ada.
43

Seharusnya lansia yang masih mampu atau mandiri


dilibatkan dalam memenuhi kebutuhan lansia lainnya dalam hal
penanganan penyakit dan pemenuhan kebutuhan dasar lansia
lainnya yang kurang mampu.
44

Analisa SWOT

Berdasarkan analisa datyang telah dilksanakan maka kami mencoba


membuat analisa SWOT baik Strength (kekuatan), Weakness (kelemahan),
Opportunity (peluang), serta Threatened (ancaman)

Strength (S) Weakness (W) Opportunity (O) Threatened (T)


1. Memiliki visi 1. Belum semua visi 1. Adanya potensi 1. Masih ada masyarakat
dan misi dan misi dapat pengembangan ke yang tidak tahu visi,
yang jelas terlaksana arah orientasi misipanti sehingga
profit muncul persepsi yang
salah
2. Ruang 2. Jumlah tenaga 2. Peluang kerja bagi 2. Pelayanan yang
kesehatan perawat yang perawat. diberikan tidak
yang kurang maksimal
memadai 3. Perawatan yang
3. Adanya kurang pada 3. Memudahkan 3. Resiko mudah sarana
sarana dan sarana dan untuk melakukan dan prasarana mudah
prasana yang prasana tugas rusak
mendukung 4. Rendahnya 4. Meningkatnya 4. Tujuan kegiatan tidak
4. Progam partisipasi dari derajat kesehatan terealisasi
kegiatan lansia lansia
lansia
5. Lokasi panti yang jauh
berjalan rutin 5. Struktur bagunan 5. Adanya lahan
dari perkotaan
5. Tipe panti : tidak sesuai kosong yang dapat
sehingga belum
Eselon III dengan ketentuan digunakan untuk
banyak yang tau.
/UPT bangunan yang pengembangan
benar panti.
6. Adanya 6. Akses terlalu jauh 6. Menjadi sarana
6. Resiko jatuh atau
fasilitas interaksi atara
cidera
umum lansia
(masjid,
toilet, tempat
45

makan, aula,
lapangan
olahraga,
ruang
kesehatan)
7. Adanya kerja 7. Dapat
7. Dana pengelolaan 7. Tuntutan masyarakat
sama lintas meningkatkan
panti minim terhadap mutu
sektoral dan mutu pelayanan
untuk mencukupi pelayanan panti
lintas panti
kebutuhan panti
program

3.2.6 Solusi dari masalah pada analisa SWOT

1. Visi dan misi disampaikan pada agenda rapat bulanan


2. Penghitungan jumlah kebutuhan perawat dalam setiap sift menurut gillies
a. Menentukan jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari
Mandiri = 2 jam x 45 orang = 90 jam
Parsial = 3 jam x 13 orang = 39 jam
Total = 6 jam x 5 orang = 30 jam
Keperawatan tidak langsung = 63 x 1 = 63 jam
Penyuluhan kesehatan = 63 x 0,25 jam = 15,75 jam
Total keseluruhan = 237,75 jam
b. Kebutuhan perawat
Jumlah jam keperawatan 237,75 = 3,77 = 4
Jumlah klien /hari 63
46

c. Menentukan jumlah tenaga keperawatan persift


Pagi = 47 % x 4 = 1,88 = 2 perawat
Sore = 35 % x 4 = 1,4 = 1 perawat
Malam = 17 % x 4 = 0,68 = 1 perawat
Total keseluruhan 4 perawat
3. Perbaikan segera jika terjadi kerusakan pada sarana dan prasana
4. Penanggung jawab pada setiap wisma memberikan motivasi kepada lansia
untuk mengikuti semua kegiatan yang telah diadakan oleh pengurus panti.
5. Adakan renovasi bangunan yang sesuai dengan kemampuan lansia
6. Tambahkan pengaman jalan menuju masjid dan kamar mandi terutama
wisma sritanjung
7. Pengajuan dana kepada pemprov daerah jawa timur untuk memenuhi
kebutuhan lansia.
47

Analisa Data Masalah Keperawatan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan oleh kelompok 5 dan 6 didapatkan


data sebagai berikut: terdapat 63 lansia yang berada didalam panti dan 5 lansia
yang ada diluar panti yang menjadi sasaran asuhan keperawatan mahasiswa
Program Pendidikan Ilmu Keperawatan STIKes Banyuwangi, didapatkan
sebagian besar permasalahan sebagai berikut:

No Masalah Data Solusi


1 Personal 1. Dari 63 lansia 1. Penyuluhan tentang
Hygiene didapatkan 18 lansia kebersihan diri dan
mandi seharihanya 1 kali lingkungan
2. Dari 63 lansia 2. Membantu memandikan
didapatkan 13 lansia klien diruang khusus
mandi tidak 3. Perlu adanya pengawasan
menggunakan sabun dari petugas dalam
3. Dari 63 lansia pelaksanaan personal
didapatkan 21 lansia hygiene lansia
tidak gosok gigi
4. Dari 63 lansia
didapatkan 23 lansia
tidak ganti baju setelah
mandi
5. Dari 63 lansia
didapatkan 15 lansia
tidak keramas
2 Interaksi 1. Dari 63 lansia 1. Sering mengadakan TAK
Sosial didapatkan 33 lansia (Terapi Aktivitas
(interaksi kurang) Kelompok)
2. Dari 63 lansia 2. Perlu mengadakan
didapatkan 26 lansia kegiatan sosialisasi
tidak kenal dengan secara terus menerus
48

lansia di wisma lain tidak hanya keseluruhan


3. Dari 63 lansia panti tetapi juga tiap
didapatkan 23 lansia wisma
interaksi dengan petugas
panti kurang
4. Dari 63 lansia
didapatkan 51
lansiajarang berkunjung
ke wisma lain
3 Spiritual 1. Dari 63 lansia didapatkan 1. Melanjutkan kegiatan
hasil 32 lansia tidak pengajian setiap hari
beribadah/ sholat kamis
2. Dari 63 lansia didapatkan 2. Mengadakan kajian atau
11 lansia beribadah/sholat siraman rohani
di masing-masing kamar 3. Memotivasi lansia untuk
3. Dari 63 lansia didapatkan berjamaah di masjid
22 lansia sholat 4. Memasang poster dan
berjamaah di masjid gambar tentang tata cara
4. Dari 63 lansia didapatkan wudhu dan sholat
37 lansia mengikuti
pengajian ceramah di aula
5. Dari 63 lansia didapatkan
39 lansia mengalami
ketakutan terhadap
kematian
4 Biologis 1. Dari 63 lansia didapatkan 1. Penyuluhan tentang
hasil 20 lansia menderita penyakit rhematik
penyakit rhematik 2. Mengajarkan cara
2. Dari 63 lansia didapatkan mengurangi rasa nyeri
11 lansia menderita dengan kompres hangat
hipertensi pada area nyeri, kompres
3. Dari 63 lansia didapatkan jahe atau mengoleskan
49

1 lansia menderita diare balsam pada area nyeri


4. Dari 63 lansia didapatkan
3 lansia menderita batuk
5. Dari 63 lansia didapatkan
2 lansia menderita
konstipasi
BAB 4

PERENCANAAN

Berdasarkan permasalahan yang didapatkan di UPT Lanjut Usia


Bnyuwangi, sesuai dengan pengkajian yang sudah dilakukan maka dibuat
perencanaan sebagai berikut:
A. PENGORGANISASIAN
Pembimbing Klinik:
1) Drs. Eko Sumaryanto
2) Drs. Sudarmadi
3) Samsul Arif, S.Sos, M.Si
4) Irwan Amd.Kep
5) Diana Efendi Amd.Kep
Pembimbing Institusi:
1) Supriyanto S.Kep., Ners
2) Achmad Efendi, S.Kep., Ners
Ketua : Robi Dwi Cahyono
Sekretaris : Sri Utami
Bendahara : Ulzana Rachma Julia
Dokumentasi : Ilma Primadani
Sie Perlengkapan :- Nuzul Ainur - Yuni Kusuma
- Minka Aulia - Ilmi Mufida
- Devanda Faiq - Lilis Suryani
B. RENCANA STRATEGI:
Masalah Rencana Jangka Pendek Rencana Jangka Panjang

Personal 1. Kaji tingkat 1. Adakan pengarahan


Hygiene ketergantungan klien tentang personal
2. Berikan pemyuluhan hygiene secara rutin
tentang kebersihan diri setiap minggu (Mandi 2
dan lingkungan kali sehari
3. Berikan penyuluhan menggunakan sabun,

50
51

tentang cuci tangan gosok gigi


4. Bantu memandikan menggunakan sikat gigi
klien di ruang isolasi dan pasta gigi, keramas
5. Adakan demonstrasi 2 kali seminggu, ganti
cuci tangan baju setelah mandi)
6. Adakan bersih bersih 2. Adakan bimbingan
bersama sosial tentng health
education kebersihan
diri dan lingkungan
secara rutin untuk
memberikan motivasi
kepada klien
3. Adakan kegiatan jumat
bersih

Interaksi 1. Lakukan kegiatan TAK 1. Perlu mengadakan


Sosial (Terapi Aktivitas kegiatan sosialisasi
Kelompok) secara terus menerus
2. Adakan kegiatan lomba tidak hanya
lomba untuk keseluruhan panti tetapi
meningkatkan juga tiap wisma.
kemampuan sosialisasi 2. Adakan kegiatan TAK
serta kognitif lansia. (Terapi Aktivitas
Kelompok) secara rutin
3. Meningkatkan kualitas
kegiatan yang
melibatkan kerjasama
kelompok
Spiritual 1. Adakan kegiatan 1. Mengadakan kegiatan
spiritual pemutaran pengajian setiap hari
video ceramah kamis
2. Adakan kajian atau 2. Mengadakan kajian
52

siraman rohani atau siraman rohani


3. Motivasi lansia untuk 3. Datanglah pemuka
shalat berjamaah di agama untuk agama
masjid selain islam dalam
bimbingan kerohanian
4. Adakan renungan
malam setidaknya satu
bulan sekali
5. Jadwalkan untuk
latihan sholat, karena
melihat usia yang sudah
lanjut, individu sering
lupa
Biologis 1. Mengadakan 1. Perlu menambah
pemeriksaan dan tenaga kesehatan
pengobatan secara untuk
berkala memaksimalkan
2. Memberikan pelayanan misalkan
penyuluhan tentang dokter dan perawat
pentingnya 2. Bekerjasama
kesehatan dengan pihak
3. Memberikan instansi kesehatan
motivasi untuk sekitar dari
menjaga kebersihan puskesmas maupun
diri dan lingkungan rumah sakit
supaya terhindar 3. Jadwalkan untuk
dari penyakit melakukan
pemeriksaan
berkala
4. Jadwalkan untuk
kunjungan
puskesmas
53

5. Memberikan
penyuluhan tentang
pentingnya
kesehatan
6. Lakukan senam
lansia setiap jumat
BAB 5

PELAKSANAAN

Selama menjalankan praktik klinik keperawatan Gerontik selama 13 hari


mahasiswa STIKes Banyuwangi Angkatan VI Program Profesi Kelompok 5 dan
6, selain mengikuti kegiatan yang sudah terjadwal oleh panti mahasiswa juga
membuat progam beberapa kegiatan antara lain:

1. Terapi Kelompok dan Kesenian


a. Kegiatan keterampilan lansia membuat keset di UPT Pelayanan Lanjut
Lansia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 5 Desember 2016
Tempat : Di Wisma Sritanjung
Waktu : 09.00 WIB
Jenis Kegiatan : Membuat Keset
Evaluasi
Terdapat 6 lansia yang mengikuti ketrampilan membuat keset.
Kegiatan ketrampilan membuat keset rutin dilaksanakan pada hari
senin. Klien sangat terampil dan telaten dalam membuat keset dalam
proses penyelesaian membuat keset membutuhkan waktu dua hari.
b. Kegiatan hiburan karaoke di UPT Pelayanan Lanjut Lansia
Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Rabu, 07 Desember 2016
Tempat : Aula UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia
Waktu : 09.00 10.30 WIB
Jenis Kegiatan : Karaoke
Evaluasi
Terdapat 33 lansia yang mengikuti kegiatan hiburan karaoke dan 5
lansia yang selalu aktif dalam kegiatan tersebut sedangkan sebagian
lainnya turut berpartisipasi
c. Kegiatan ketrampilan membuat kemoceng di UPT Pelayanan Sosial
Lanjut Usia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :Kamis, 08 Desember 2016

54
55

Tempat :Aula UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia


Waktu : 08.30 10.30 WIB
Jenis Kegiatan : Membuat Kemoceng
Evaluasi
Terdapat 22 lansia yang mengikuti kegiatan ketrampilan membuat
kemoceng. Rutinitas tersebut dilakukan pada hari kamis. Para lansia
aktif dalam proses pembuatan kemoceng dan juga beberapa lansia
yang batu mengikuti harus diberi pembinaan terlebih dahulu.
d. Kegiatan terapi aktivitas kelompok dengan fokus sosialisasi/interaksi
antar lansia dan orientasi kelompok. Kegiatan ini bertujuan untuk
meningkatkan interaksi hubungan yang harmonis antara sesama lansia
serta meningkatkan kemampuan klien terhadap orientasi realita (orang,
tempat, dan waktu). Dalam kegiatan tersebut semua anggota kelompok
mampu melakukan kerjasama, hal ini terbukti semua kelompok
mampu melakukan kegiatan dengan baik.
Kegiatan terapi aktivitas kelompok di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Desember 2016
Tempat : Aula UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Waktu : 09.00 10.30 WIB
Jenis Kegiatan :TAK (Terapi Aktivitas Kelompok)
Jumlah Peserta : 48 (Tidak semua lansia mengikuti karena ada
sebagian yang mengalami penurunan fisik)
Evaluasi
Terdapat 48 lansia yang mengikuti kegiatan TAK. Dalam kegiatan
tersebut lansia mampu melakukan kerja sama dan interaksi satu sama
lain.
2. Kegiatan Jasmani, Personal Hygiene dan Kebersihan Lingkungan
a. Kegiatan personal Hygiene di UPT Pelayanan Lanjut Lansia
Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :Senin, 05 Desember 2016
Tempat :Ruang Isolasi
56

Waktu : 07.00 selesai WIB


Jenis Kegiatan : memandikan lansia
Terdapat 9 lansia di wisma perawatan khusus dan 5 lansia dimandikan
oleh petugas dikarenakan lansia tersebut tidak mampu melakukan
perawatan diri secara mandiri atau total care.
b. Kegiatan perawatan jenazah di UPT Pelayanan Lanjut Lansia
Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal :Selasa, 06 Desember 2016
Tempat :depan Ruang Kesehatan
Waktu : 07.00 selesai WIB
Jenis Kegiatan : perawatan jenazah
Evaluasi
Terdapat 1 lansia meninggal dunia berjenis kelamin laki laki dirawat
jenajah oleh petugas panti dengan mahasiswa mulai memandikan
sampai menghantarkan ke pemakaman.
c. Kegiatan pendidikan kesegaran jasmani di UPT Pelayanan Lanjut
Lansia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 09 Desember 2016
Tempat : Depan Kantor UPT Pelayanan Lanjut Usia
Waktu : 06.30 07.00 WIB
Jenis Kegiatan : Senam Lansia
Evaluasi
Terdapat 40 lansia yang mengikuti kegiatan pendidikan kesegaran
jasmani. Lansia mengkuti kegiatan tersebut dengan tertib sesuai
dengan gerakan instruktur senam, namun juga ada beberapa lansia
yang gerakannya tidak sesuai dengan instruktur senam.
d. Jenis kegiatan pendidikan kesehatan tentang penyakit Hipertensi di
UPT Pelayanan Lanjut Lansia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016
Tempat :Depan wisma Sritanjung dan halaman UPT
Pelayanan Lanjut Usia
Waktu : 09.00-10.00 WIB
57

Jenis Kegiatan : Penyuluhan Hipertensi


Evaluasi
Terdapat 20 lansia yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
tentang penyakit hipertensi. Lansia mengikuti penyuluhan dengan aktif
ditunjukkan dengan beberapa lansia berinteraksi langsung dengan
mahasiswa.
e. Jenis kegiatan pendidikan kesehatan tentang penyakit Rhemathoid
Atritis di UPT Pelayanan Lanjut Lansia Banyuwangi dilaksanakan
pada:
Hari/Tanggal :Senin, 12 Desember 2016
Tempat :Depan wisma Minak Jinggo dan Sayu Wiwit
Waktu : 09.00-10.00 WIB
Jenis Kegiatan : Penyuluhan Rhemathoid Atritis
Evaluasi
Terdapat 24 lansia yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
tentang penyakit rhemathoid atritis. Lansia mengikuti penyuluhan
dengan aktif ditunjukkan dengan beberapa lansia berinteraksi langsung
dengan mahasiswa.
f. Kegiatan pendidikan Kesehatan cuci tangan di UPT Pelayanan Lanjut
Lansia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Desember 2016
Tempat : Aula UPT Pelayanan Lanjut Usia
Waktu : 08.30- 09.00 WIB
Jenis Kegiatan : Cuci Tangan
Evaluasi
Terdapat 48 lansia yang mengikuti kegiatan pendidikan kesehatan
tentang cuci tangan. Lansia mengikuti penyuluhan dengan aktif
ditunjukkan dengan beberapa lansia berinteraksi langsung dengan
mahasiswa dan juga lansia mengikuti cara cuci tangan yang
diperagakan oleh mahasiswa.
58

g. Kegiatan pendidikan kebersihan lingkungan di UPT Pelayanan Lanjut


Lansia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Jumat, 16 Desember 2016
Tempat : Halaman UPT Pelayanan Lanjut Usia
Waktu :07.30 - sampai selesai
Jenis Kegiatan : Jumat bersih
Evaluasi
Terdapat 5 lansia yang melakukan kegiatan jumat bersih 5 lansia
tersebut memang sudah sangat aktif dan juga peduli akan kebersihan
namun untuk lansia yang lainnya harus diberikan intruksi untuk
melakukan kegiatan jumat bersih
3. Terapi Spiritual
a. Kegiatan terapi spiritual dilakukan pada:
Hari/Tanggal : Selasa, 13 Desember 2016
Tempat : Aula UPT Pelayanan Lanjut Usia
Waktu : 19.00 19.30 WIB
Peserta : 48 peserta (tidak semua lansia mengkuti karena
ada sebagaian lansia yang mengalami penurunan fisik)
Jenis Kegiatan : Peringatan Maulud Nabi SAW dan melihat video
tausiah bersama KH. Anwar Zahid
Evaluasi
Terdapat 48 lansia yang megikuti kegiatan terapi spiritual. Para
lansia sangat antusias dalam mengikuti kegiatan karena kegiatan
ini jarang diadakan di panti sosial.
4. Kegiatan Pengobatan
a. Kegiatan screaning kesehatan di UPT Pelayanan Soisal Lanjut Usia
Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Kamis, 08 Desember 2016
Tempat : semua wisma
Waktu : 14.00 - selesai WIB
Kegiatan : screaning Kesehatan
Jumlah peserta : 63 orang
59

Evaluasi
Terdapat 63 lansia yang telah dilakukan pemeriksaan kesehatan untuk
mengetahui data penyakit terbanyak. Data tersebut diperoleh dari hasil
pemeriksaan tekanan darah dan keluhan dari masing masing lansia.
b. Kegiatan pemeriksaan Gula Darah di UPT Pelayanan Sosial Lanjut
Usia Banyuwangi dilaksanakan pada:
Hari/Tanggal : Senin, 12 Desember 2016
Tempat : Ruang Kesehatan
Waktu :10.00 selesai WIB
Kegiatan : Pemeriksaan GDA
Jumlah peserta : 5 orang
Evaluasi
Terdapat 5 lansia yang telah dilakukan pemeriksaan gula darah.
Didapatkan 1 lansia yang hiperglikemi dan 1 lansia yang hipoglikemi
dan yang 3 lansia masih dalam batas normal.
BAB 6

PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Setelah mahasiswa STIKes Banyuwangi angkatan VI progam profesi
Kelompok 5 dan 6 melaksanakan Praktik Klinik Keperawatan Gerontik di
UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia, maka dapat kami simpulkan sebagai
berikut:
1. Masalah keperawatan yang sebagaian besar muncul yang diberikan asuhan
keperawatan oleh mahasiswa adalah personal hygiene, isolasi sosial, serta
spiritual yang kurang.
2. Kurangnya sarana prasana yang mendukung kesehatan (klinik kesehatan)
antara lain alat kebersihan diri untk lansia, poster-poster tentang kesehatan,
sarung tangan panjang, poster menu makanan bagi lansia yang menderita
hipertensi dan remathoid.
3. Kurangnya tenaga keperawatan.

6.2 Saran
1. Perlu pengawasan dan perbedaan dalam pelaksanaan menu terutama
untuk lansia yang menderita penyakit tertentu misalnya tekanan darah
tinggi.
2. Perlunya pengadaan sarung tangan panjang bagi petugas diruang
perawatan isolasi, agar terhindar dari penyakit menular.
3. Kelompok praktek selanjutnya dapat melaksanakan health education
(Pendidikan Kesehatan) tentang perawatan mandiri dan cara hidup sehat
bagi lansia baik secara individu maupun kelompok.

Perlu ditambahkan tenaga perawat di panti dengan menghitung ratio : jumlah


lansia dengan perawat yang dibutuhkan (1:10).

60
61

DAFTAR PUSTAKA

Annette G. Lueckenotte, 2006. Gerontologic Nursing, Sint Louis Mosby Year


Book. Inc.
Barbarac. Long, 2008. Perawatan Medikal Bedah (Sutu Pendekatan Proses
Keperawatan) Sint LouisMosby Year Book. Inc.
Darmojo, Boedhi dan Martono Hadi. 2009. Buku Ajar Geriatri (Ilmu
Kesehatan Usia Lanjut). Jakarta: FKUI
Depkes RI. 2010. Konsep Dan Proses Keperawatan. Jakarta: PPNI
Depkes RI. 2008. Pedoman Penerapan Keperawatan Rumah Sakit. Jakarta:
PPN
Effendy Nasrul. 2011. Pengantar Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Gaffar, La Ode Jumadi. 2006. Pengantar Keperawatan Profesional. Jakarta:
EGC
Hardywinoto dan Setiabudhi, Tony. 2009. Panduan Gerontologi: Tinjauan dari
Berbagai Aspek. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Hudak and Gallo. 2008. Keperawatan Kritis. Philadelphia Lippincott Company
Lueckenotte. 2008. Pengkajian Gerontologi. Jakarta: EGC
Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Pada Usia Lanjut dan Dimensia. Jakarta:
FKUI
Nugroho, Wahjudi. 2011. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. 2011. Praktek Keperaatan Profesional, Konsep Dasar dan
Hukum. Jakarta: EGC
Susilo, Madyo Eko dan Bambang Triyanto. 2010. Pedoman Penulisan Karya
Ilmiah. Semarang: Effhar
Wahjudi Nugroho. 2012. Perawatan Lanjut Usia. Jakarta: EGC
62

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK TAK)


DI UPT PSLU BANYUWANGI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Kelompok


Pada Program Studi Profesi (Ners) STIKES Banyuwangi

Disusun Oleh :

Kelompok 5 Kelompok 6
1. Fika Fariyanti 1. Herni Lukisanti
2. Sri Ayu Pura 2. Siska Rosyita Devi
3. Agung Dicky 3. Made Yogi Dirgha
4. Kurnia Fajriani 4. Dwi Wahyu Novita
5. Ekky Ferdiyan 5. Joni Pratitis

PROGRAM STUDI PROFESI (NERS)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI
2016
PROPOSAL TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK
SOSIALISASI

A. DESKRIPSI
Manusia adalah makhluk sosial yang terus menerus membutuhkan
orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhannya adalah sosial untuk
melakukan interaksi sesama manusia. Kebetuhan sosial yang di maksud
adalah rasa dimiliki oleh orang lain, pengakuan dari orang lain, penghargaan
orang lain, serta pernyataan diri. Interaksi yang dilakukan tidak selamanya
memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu
sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu
untuk berinteraksi dengan orang lain.
Untuk mengatasi gangguan interaksi pada klien lansia, terapi aktivitas
kelompok sering diperlukan dalam peraktik keperawatan karena merupakan
keterampilan terapeutik. Terapi aktivitas kelompok merupakan bagian dari
terapi modalitas yang berupaya meningkatkan psikoterapi dengan sejumlah
klien dalam waktu yang bersamaan.
Ada 2 tujuan umum dari terapi aktivitas kelompok ini yaitu tujuan
terapeutik dan tujuan rehabilitative. Tujuan terapeutik meliputi:
1.) Menggunakan kegiatan untuk memfasilitasi interaksi
2.) Mendorong sosialisasi dengan lingkungan (hubungan dengan luar diri
klien)
3.) Meningkatkan stimulus realitas dan respon individu
4.) Memotivasi dan mendorong fungsi kognitif dan afektif
5.) Meningkatkan rasa memiliki
6.) Meningkatkan rasa percya diri
7.) Belajar cara baru dalam menyelesaikan masalah
Sedangkan tujuan rehabilitative meliputi:
1.) Meningkatkan kemampuan untuk ekspresi diri
2.) Meningkatkan kemampuan empati
3.) Meningkatkan keterampilan sosial

63
64

4.) Meningktakan pola penyelesaian masalah

Beberapa aspek dari yang harus diperhatikan dalam penjaringan klien


yang harus diberikan aktivitas kelompok adalah:
1. Aspek emosi
Gelisah, curiga, merasa tidak berguna, tidak dicintai, tidak dihargai, tidak
diperhatikan, merasa disisihkan, merasa terpencil, klien merasakan takut
dan cemas, menyendiri, menghidar dari orang lain.
2. Aspek intelektua
Klien tidak ada inisiatif untuk memulai pembicaraan, jika ditanya klien
menjawab seperlunya, jawaban klien sesuai dengan pertanyaan perawat.
3. Aspek sosial
Klien sudah dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat,
klien mengatakan bersedia mengikuti terapi aktivitas, klien mau
berinteraksi minimal dengan satu perwat lain ke satu klien lain.
Terapi aktivitas kelompok sosialisai dan stimulasi persepsi merupakan
sebagian dari terapi aktivitas kelompok yang bisa dilaksanakan dalam praktek
keperawatan. Terapi ini diharapkan dapat memacu klien untuk melakukan
hubungan interpersonal yang adekuat dan mengidentivikasi secara benar
stimulus persepsi eksternal.
B. MASALA KEPERAWATAN
Terapi aktivitas kelompok sosialisai dan stimulus persepsi ditunjukan
pada klien dengan masalah keperawatan:
1. Isolasi soasial: menarik diri
2. Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori
C. TUJUAN
1. Tujuan umum
Klien meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota kelompok dan
memotivasi proses pikir dan afektif.
2. Tujuan khusus
a. Klien mampu menyebutkan identitas dirinya
65

b. Klien mampu menyebutkan identitas klien lain


c. Klien mampu berespon terhadap klien lain dengan mendengarkan
klien lain yang sedang berbicara
d. Klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan yang diajukan
e. Klien mampu menerjemahkan perintah sesuai dengan permainan
f. Klien mampu mengikuti aturan main yang telah ditetapkan
g. Klien mampu mengemukakan pendapat mengenai terapi aktivitas
kelompok yang dilakukan
D. PERSIAPAN
1. Analisa situasi meliputi: waktu pelaksaan, jumlah perawat, pembagian
perawat, alat bantu yang dipakai, dan persiapan ruangan.
2. Uraian tugas peawat (therapist)
a. Leader dan co-leader bertugas menganalisa dan mengobservasi pola
pola komunikasi dalam kelompok, membantu anggota kelompok
untuk menyadari dinamisasi kelompok, menjadi motivator, membantu
kelompok untuk menetapkan tujuan dan membuat peraturan.
Pemimpin dan anggota kelompok mendiskusikan apa yang harus
dilakukan selanjutnya, memotivasi kesatuan kelompok dan membantu
kelompok untuk berkembang dan bergerak secara dinamis.
b. Fasilitator bertugas memberikan stimulus kepada anggota kelompok
lain agar dapat mengikuti jalannya kegiatan dalam kelompok.
c. Observasi bertugas mencatat serta mengamati respon klien, jalannya
aktivitas terapi, peserta yng aktif dan pasif dalam kelompok serta yang
di drop out (tidak dapat mengikuti kegiatan sampai selesai).
3. Proses seleksi
a. Berdasarkan observasi perilaku sehari hari klien yang dikelola oleh
perawat
b. Berdasarkan informasi dan diskusi mengenai perilaku klien sehari
hari serta kemungkinan dilakukan terapi kelompok pada klien tersebut
dengan perawat ruagan
c. Melakukan kontak pada klien untuk mengikuti aktivitas yang akan
dilakukan
66

E. KEGIATAN
1. Perkenalan
Kelompok perawat memperkenalkan identitas diri masing-masing
dipimpin oleh leader. Leader menjelaskan peraturan kegiatan dalam
kelompok.
2. Kegiatan
Klien melakukan perkenalan di depan kelompok, melakukan perintah
permainan dan memberikan jawaban atas pertanyaan klien.
3. Evaluasi
Setelah mengikuti kegiatan klien dipersilahkan untuk mengemukakan
perasaan dan pendapatnya tentang kegiatan.
4. Terminasi/penutup
Leader menjelaskan kembali tujuan dan manfaat kegiatan, klien
menyebutkan kembali tujuan dan manfaat kegiatan.
F. KRITERIA EVALUASI
persentase jumlah klien yang mengikuti kegiatan sesuai dengan yang
direncanakan:
1. 80% dari jumlah klien mendapatkan pasangan yang tepat
2. 90% dari jumlah kliean mampu menyebutkan identitas dirinya
3. 90% dari jumlah klien mampu menyebutan identitas klien lain
4. 80% dari jumlah mampu berespon terhadap klien lain dengan
mendengarkn klien lain yang sedang berbicara
5. 80% dari jumlah klien mampu memberikan tanggapan pada pertanyaan
yang diajukan
6. 70% dari jumlah klien mampu menterjemahkan perintah permainana
7. 70% dari jumlah mampu mengikuti aturan permainan yang telah
ditentukan
8. 80% dari jumlah klien mau mengemukakan pendapat tentang terapi
aktifitas kelompok yang dilakukan
G. RENCANA PELAKSANAAN
1. Peserta: penghuni UPT PSLU Banyuwangi, Jawa Timur, selain ruang
isolasi
67

2. Persiapan
a. Analisa situasi
1.) Waktu pelaksanaan
Hari/tanggal : selasa, 13 desember 2016
Waktu : 09.00-10.30 WIB
Alokasi waktu : 60 menit
2.) Jumlah perawat
Mahaiswa : 5 orang
3.) Pembagan tugas
Leader : Sri Ayu Pura
Co-leader : Joni Pratitis
Observasi : Herni Lukisanti
Fasilitator : Agung Dicky
Dokumentasi : Ekky Ferdiyan
Alat bantu
a.) Microfon
b.) Sound
c.) Bola
b. proses pelaksanaan
1.) perkenalan
a.) kelompok perawat akan memutarkan sebuah musik dan ada
bola yang berpindah pindah dari satu LANSIA ke LANSIA
lainnya apabila musik berhentidi salah satu LANSIA maka
LANSIA tersebut akan memperkenalkan diri, kemudian leader
menjelaskan tujuan dan peraturan kegiatan dalam kelompok.
b.) Bila klien ingin keluar untuk minum, BAK/BAB harus minta
ijin pada perawat.
c.) Pada akhir perkenalan pemimpin mengevaluasi kemampuan
identifikasi terhadap perawat dengan menanyakan nama
perawat yang ditunjuk oleh leader.
68

2.) Permainan
a.) Klien dikumpulkan ditempat yang cukup luas dan duduk
membentuk lingkaran
b.) Selanjutnya peserta menerangkan pada kelompok identitas
dirinya selengkap lengkapnya
c.) Setelah selesai, leader, co-leader dan motivator memotivasi
klien lain untuk menanyakan sesuatu kepada klien yang
sedang didepan. Kemudian klien yang didepan. Kemudian
klien yang didepan menjawab pertanyaan perawat memberikan
reinforcement positif dan memperjelas apa yang
dibicarakan/dijawab oleh klien. Kemudian dilemparkan
kepada klien lagi sehingga klien memiliki persepsi yang
positif/baik tanpa dipengaruhi perawat.
d.) Selama kegiatan berlangsung observer mengamati jalannya
acara.
3.) Peer review (evaluasi kelompok)
a.) Klien dapat mengemukakan perasaanya setelah
memperkenalkan dirinya
b.) Klien mengemukakan perasaannya setelah disapa oleh klien
lain dengan menyebut nama
c.) Klien mengemukakan pendapat tentang kegiatan ini
4.) Terminasi
a.) Klien dapat menyebutkan kembali tujuan kegiatan
b.) Leader menjelaskan kembali tentang tujuan dan manfaat dari
kegiatan kelompok ini
3. Antisipasi masalah
a. Penanganan klien yang tidak aktif saat aktifitas kelompok
1.) Memanggil klien
2.) Memberi kesempatan kepada klien tersebut untuk menjawab
sapaan perawat atau klien yang lain
b. Bila klien meninggalkan permainan tanpa pamit
1.) Panggil nama klien
69

2.) Tanya alasan klien meninggalkan permainan


3.) Berikan penjelasan tentang tujuan permainan dan berikan
penjelasan pada klien bahwa melaksanakan keperluannya setelah
itu klien boleh kembali lagi
70

DAFTAR PUSTAKA

Herawaty, Netty. 2009. Materi Kuliah Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta:


FIK

Gail Wiscart Stuart, Sandra J. Sudeen. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa
Edisi 3. Jakarta: EGC
71

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

HIPERTENSI

OLEH:

MAHASISWA PROFESI

KELOMPOK 5&6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM PROFESI

BANYUWANGI

2016
72

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

Tema : Hipertensi
Sasaran : Semua klien di Wisma
Hari / Tanggal : Minggu, 11 Desember 2016
Tempat : Halaman depan Wisma
Waktu :30 menit
A. Analisa Situasi
Pengetahuan masyarakat terhadap penyakit hipertensi masih kurang
khususnya pada tingkat pemahaman, sehingga penanganan pada penyakit ini
sangat berpengaruh terhadap tingkat kesembuhan klien itu sendiri. Selain itu
tingkat pendidikan rata-rata di masyarakat masih minim yaitu SD s/d SMP.
Untuk itulah kami mahasiswa-mahasiswi STIKes Banyuwangi akan
memberikan penyuluhan tentang penyakit hipertensi.
B. Tujuan Penyuluhan
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti acara penyuluhan selama 1x30 menit diharapkan
masyarakat mampu mengerti dan memahami tentang penyakit Hipertensi.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan selama 130 menit, masyarakat di
harapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian hipertensi dengan bahasa sendiri
b. Menyebutkan1 dari 2 penyebab penyakit hipertensi
c. Menyebutkan 5 dari 8 tanda dan gejala hipertensi
d. Menjelaskan 3 dari 6 klasifikasi hipertensi
e. Menyebutkan komplikasi hipertensi
f. Menjelaskan upaya pengobatan hipertensi
g. Menjelaskan pencegahan penyakit hipertensi
h. Menyebutkan 3 dari 5 makanan yang dianjurkan untuk penyakit
hipertensi
73

i. Menyebutkan makanan yang perlu dihindari pada penderita hipertensi


j. Menjelaskan pengobatan tradisional dirumah dan mempraktekkan
cara membuat obat tradisional
C. Pokok Bahasan
1. Pengertian hipertensi
2. Penyebab hipertensi
3. Tanda dan gejala hipertensi
4. Klasifikasi hipertensi
5. Komplikasi hipertensi
6. Upaya pengobatan hipertensi
7. Upaya pencegahan hipertensi
8. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi
9. Makanan yang dihindari untuk penderita hipertensi
10. Cara membuat jus mentimun untuk penderita hipertensi
D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Demonstrasi
E. Media / Alat Bantu
1. Leaflet tentang pengertian hipertensi, jenis hipertensi, penyebab hipertensi,
tanda dan gejala hipertensi, komplikasi hipertensi, pengobatan hipertensi,
pencegahan hipertensi, makanan yang dianjurkan untuk penderita
hipertensi, makanan yang perlu dihindari, cara pengobatan tradisional
untuk penderita hipertensi.
2. Mentimun, alat penyaring, serutan, gelas/tempat jus untuk membuat obat
tradisional jus mentimun.
74

F. Kegiatan Penyuluhan

No Fase Waktu KegiatanFasilitator KegiatanAudien


1 Pembukaan 3-5 Mengucapkan salam Menjawab salam
menit
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan maksud dan tujuan Memperhatikan
Melakukan kontrak waktu yang Memperhatikan
akan digunakan

2 Isi 50 Menjelaskan pengertian, penyebab, Memperhatikan


menit
sertatandadangejalahipertensi
Tanya jawab
Menjelaskan klasifikasi dan Bertanya dan menjawab
komplikasi yang terjadi pada Memperhatikan
hipertensi
Tanya jawab
Menyebutkan upaya pengobatan Bertanya dan menjawab
hipertensi Memperhatikan
Tanya jawab
Demonstrasi Bertanya dan menjawab
Memperhatikan
3 Penutup 5 Mereview kembali materi yang telah Menjawab
menit
diberikan
Memberikan kesimpulan Mendengarkan
Memberikan saran Mendengarkan
Ucapakan terimakasih memperhatikan
Memberikan salam Menjawab salam
75

G. Evaluasi

1. Masyarakat dapat menjelaskan pengertian hipertensi dengan bahasa


sendiri
2. Masyarakat dapat menjelaskan penyebab hipertensi
3. Masyarakat dapat menjelaskan tanda dan gejala hipertensi
4. Masyarakat dapat menjelaskan klasifikasi hipertensi
5. Masyarakat dapat menjelaskan komplikasi hipertensi
6. Masyarakat dapat menjelaskan pengobatan hipertensi
7. Masyarakat dapat menjelaskan pencegahan hipertensi
8. Masyarakat dapat menjelaskan makanan yang dianjurkan untuk
penderita hipertensi
9. Masyarakat dapat menjelaskan makanan yang perlu dihindari
10. Masyarakat dapat mendemonstrasikan cara membuat jus mentimun
untuk penderita hipertensi
H. Lampiran

- Materi

- Leaflet
76

MATERI PENYULUHAN
A. Definisi hipertensi
Hipertensi adalah tekanan darah sistolik 40 mmHg dan tekanan
darah diatolik 90 mmHg atau tekanan darah yang melebihi batas
normal yang terjadi sebagai akibat mekanisme kompensasi jantung dalam
mempertahankan metabolisme tubuh normal (Kapita Selekta, 2001).
B. Penyebab hipertensi
Sembilan puluh persen penderita hipertensi tidak mengetahui
penyebabnya. Berdasarkan penyebabnya hipertensi dapat dibagi menjadi
2 yaitu hipertensi primer adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya atau hidiopatik. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang
disebabkan oleh penyakit lain, antara lain penyakit ginjal, sindrom
cushing, koarktrasiodorta dan penyakit tiroid.
Penyebab hipertensi antara lain adalah stress, usia, merokok,
obesitas (kegemukan), alkohol, factor keturunan, factor lingkungan
(gaduh/bising)
C. Tanda-tanda hipertensi
Peningkatan tekanan darah adalah tanda paling utama dari penyakit
hipertensi, kadang-kadang terjadi tanpa gejala dan baru timbul gejala
komplikasi pada organ target seperti pada ginjal, mata, otak, jantung, gejala
yang dapat menyertai hipertensi yaitu :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Mimisan
5. Sukar tidur
6. Sesak nafas
7. Rasa berat ditengkuk
8. Mata berkunang-kunang
77

D. Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi menurut WHO

Klasifikasi tekanan darah orang dewasa usia 18 tahun keatas

Kategori TD Sistolik TD Diastolik


Normal < 180 < 85
Normal tinggi 130 139 85 89
Hipertensi stadium I (ringan) 140 159 90 99
Hipertensi stadium II (sedang) 150 179 100 109
Hipertensi stadium III (berat) 180 209 110 119
Hipertensi stadium IV (sangat > 210 > 210
berat)

E. Komplikasi Hipertensi
1. Penyakit jantung koroner
Penyakit ini sering dialami penderita hipertensi sebagai akibat terjdinya
pengapuran pada dinding pembuluh darah jantung penyempita lubang
pembuluh darah jantung penyebabnya berkurangnya aliran dari pada
beberapa bagian otot jantung. Hal ini menyebabkan rasa nyeri di dada dan
dapat mengakibatkan gangguan pada otot jantung dapat menyediakan
timbulnya serangan jantung (Setiawan Dalimartha, dkk, 2008 : 13).
2. Gagal jantung
Tekanan darah tinggi memaksa otot jantung bekerja lebih berat untuk
memompa darah. Kondisi ini berakibat otot jantung akan menebal dan
menegang sehingga daya pompa jantung menurun. Pada akhirnya dapat
terjadi kegagalan kerja jantung secara umum, tanda-tanda adanya
komplikasi yaitu :sesak nafas, nafas pendek dan terjadi pembengkakan
pada tungkai bawah serta kaki.
3. Kerusakan pembuluh darah otak
Beberapa penelitian diluar negeri mengungkapkan bahwa hipertensi
menjadi penyebab utama pada kerusakan pembuluh darah otak. Ada dua
jenis keruskan yang ditimbulkan yaitu pecahnya pembuluh darah dan
rusaknya dinding pembuluh darah. Dampak akhirnya, seseorang bias
mengalami stroke dan kematian.
78

4. Gagal ginjal
Gagal ginjal merupakan peristiwa dimana ginjal tidak dapat berfungsi
sebagai mestinya. Ada dua jenis kelainan ginjal akibat hipertensi yaitu
nefrosklerosis benigna dan nefoskelrosis maligna. Nefosklerosis benigna
yaitu terjadi pada hipertensi yang berlangsung lama sehingga terjadi
pengendapan fraksi-fraksi plasma pada pembuluh-pembuluh darah akibat
proses menua. Hal ini akan menyebabkan daya permeabilitas dinding
pembuluh darah berkurang. Nefrosklerosis maligna merupakan kelainan
ginjal yang ditandai dengan naiknya tekanan sistol diatas 130 mmHg yang
disebabkan tegangnya funsi ginjal.
F. Pengobatan
Pengobatan hipertensi untuk mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut:

1. Pengobatan farmakologis yaitu dengan menggunakan obat-obatan atas ijin


dokter
2. Pengobatan non farmakologis yaitu dengan
Mengurangi asupan garam dan lemak
Mengurangi atau menghilangkan kebiasaan minum alcohol bagi yang
mengkonsumsinya
Berhenti merokok bagi yang merokok
Menurunkan berat badan bagi yang kegemukan
Olah raga teratur seperti joging, jalan cepat, bersepeda, berenang
Menghindari ketegangan
Istirahat cukup
Hidup tenang
G. Pencegahan agar tidak terjadi komplikasi dari hipertensi
1. Kontrol teratur
2. Minum obat teratur
3. Diit rendah garam dan lemak
H. Makanan yang dianjurkan untuk penderita hipertensi antara lain:
1. Sayur-sayuran hijau kecuali daun singkong, daun melinjo dan melinjonya
2. Buah-buahan keculi buah durian
3. Ikan laut tidak asin terutama ikan laut air dalam seperti kakap dan tuna
79

4. Telur boleh dikonsumsi maksimal 2 butir dalam 1 minggu dan diutamakan


putih telurnya saja
5. Daging ayam (kecuali kulit, jerohan dan otak karena banyak mengandung
lemak)
I. Makanan yang perlu dihindari
1. Makanan yang di awetkan seperti makanan kaleng, mie instant, minuman
kaleng
2. Daging merah segar seperti hati ayam, sosissapi, daging kambing
3. Makanan berlemak dan bersantan tinggi serta makanan yang terlalu asin

J. Pengobatan tradisional yang dapat dibuat dirumahan taralain dengan


mengkonsumsi secara teratur jus:
1. Buah mentimun
2. Buah belimbing
3. Daun seledri
Sedangkan cara membuat obat tradisional seperti jus mentimun adalah

1. kg buah mentimun dicuci bersih


2. Dikupas kulitnya kemudian diparut
3. Saring airnya menggunakan penyaring/kain bersih
4. Diminum setiap hari 1 kg untuk 2 kali minum pagi dan sore hari
80

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)
REUMATHOID ATRITIS

OLEH:

MAHASISWA PROFESI

KELOMPOK 5 & 6

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM PROFESI

BANYUWANGI

2016
81

SATUAN ACARA PENYULUHAN

PokokPembahasan : Rematik (Artritisreumatoid)


Hari / Tanggal : Senin, 12 Desember 2016
Sasaran : Klien di semuawisma PSLU Glenmore
Waktu : 30menit

1. Tujuan umum
Setelah dilakukan penyuluhan tentang Rematik (Artritis reumatoid)
selama 45 menit klien di semua wisma PSLU Glenmore dapat menerapkan
cara mencegah dan penaktalaksanaan dari rematik (Artritis reumatoid).
2. Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan tentang rematik (Artritis reumatoid)
selama 30 menit pengunjung mengerti mengenai:
1. Klien di semua wisma PSLU Glenmore dapat menyebutkan pengertian
dari rematik (Artritis reumatoid).
2. Klien di semua wisma PSLU Glenmore dapat menjelaskan penyebab
rematik (Artritis reumatoid).
3. Klien di semua wisma PSLU Glenmore mengetahui dan mengerti
manifestasi klinis dari rematik (Artritis reumatoid).
4. Klien di semua wisma PSLU Glenmore Kelurahan Mojo dapat
mengetahui bagaimana cara mencegah dan penatalaksanaan mandiri dari
rematik (Artritis reumatoid).
3. Sasaran
Klien di semua wisma PSLU Glenmore
4. Materi
1. Pengertian rematik (Artritis reumatoid
2. Penyebab rematik (Artritis rheumatoid)
3. Manifistasi klinik rematik (Artritis rheumatoid)
82

4. Pencegahan dan penatalaksanaan mandiri tenatang rematik (Artritis


rheumatoid)
5. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
6. Media
1. Leaflet
2. LCD/Laptop
7. Kegiatan Penyuluhan
Pembukaan:
1. Membuka kegiatan dengan
2. Mengucapkan salam
3. Memperkenalkan diri
4. Menjelaskan tujuan dari penyuluhan
5. Menyebutkan materi yang akan diberikan
Menjawab salam
Mendengarkan
Memperhatikan
Memperhatikan
Pelaksanaan:
1. Menjelaskan tentang :
a. Pengertian rematik (Artritis reumatoid).
b. Penyebab rematik (Artritis reumatoid).
c. Manifistasi klinik rematik (Artritis reumatoid).
d. Pencegahan dan penatalaksanaan mandiri tentang rematik (Artritis
reumatoid).
2. Memberi kesempatan kepada peserta untuk bertanya
Memperhatikan
Bertanya dan menjawab pertanyaan yang diajukan
Evaluasi:
Menanyakan kepada peserta tentang materi yang telah diberikan dan rein
forcement kepada pengunjung yang dapat menjawab pertanyaan.
83

Menjawab pertanyaan
Terminasi:
Mengucapkan terima kasih atas
Peran serta peserta.
Mengucapkansalampenutup
Mendengarkan
Menjawabsalam
8. Kriteria Evaluasi
1. Kriteria Struktur
a. Klien di semua wisma PSLU Glenmore
b. Penyelenggaraan penyuluhan dilaksanakan di wisma PSLU Glenmore
c. Pengorganisasian penyelenggaraan penyuluhan dilakukan
sebelumnya.
d. Kriteria Proses
e. Klien di semua wisma PSLU Glenmore antusias terhadap materi
penyuluhan.
f. Klien di semua wisma PSLU Glenmore tidak meninggalkan tempat
penyuluhan.
g. Klien di semua wisma PSLU Glenmore mengajukan pertanyaan dan
menjawab pertanyaan secara benar.
2. Kriteria Hasil
a. Klien di semua wisma PSLU Glenmore mengetahui tentang penyaki
trematik dan hal-hal apa saja yang dapat dilakukan dalam
menanggulangi penyakit reamatik.
b. Klien di semua wisma PSLU Glenmore hadir saat pertemuan.
9. Pengorganisasian dan Uraian Tugas
10. Pengorganisasian
11. Penyaji : Fika Fariyanti
12. Fasilitator : Siska Rosyita D.
13. Observer : Herni Lukisanti
14. Moderator : Made Yoghi D. N.
15. Operator : Ekky Ferdian
84

16. Uraian Tugas


Protokol/ Pembawaacara :
Uraiantugas :
1. Membukaacarapenyuluhan, memperkenalkandiridantimkepadapeserta.
2. Mengatur proses dan lama penyuluhan.
3. Menutupacarapenyuluhan.
4. Penyuluh / Pengajar :
Uraian tugas :
1. Menjelaskan materi penyuluhan dengan jelas dan dengan bahasa yang
mudah dipahami oleh peserta.
2. Memotivasi peserta untuk tetap aktif dan memperhatikan proses
penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya.
4. Fasilitator
Uraian tugas :
1. Ikut bergabung dan duduk bersama di antara peserta.
2. Mengevaluasi peserta tentang kejelasan materi penyuluhan.
3. Memotivasi peserta untuk bertanya materi yang belum jelas.
4. Menginterupsi penyuluh tentang istilah atau hal-hal yang dirasa kurang
jelas bagi peserta.
5. Observer
Uraian tugas :
1. Mencatat nama, alamat dan jumlah peserta, serta menempatkan diri
sehingga memungkinkan dapat mengamankan jalannya proses
penyuluhan.
2. Mencatat pertanyaan yang diajukan peserta.
3. Mengamati perilaku verbal dan non verbal peserta selama proses
penyuluhan.
4. Mengevaluasi hasil penyuluhan dengan rencana penyuluhan.
5. Menyampaikan evaluasi langsung kepada penyuluh yang dirasa tidak
sesuai dengan rencana penyuluhan.
85

Materi :
REUMATIK
1. Definisi Reumatik
Reumatik bukan merupakan suatu penyakit, tapi merupakan suatu
sindrom. Dan golongan penyakit yang menampilkan perwujudan
sindroma reumatik cukup banyak namun semuanya menunjukkan adanya
persamaan ciri. Menurut kesepakatan para ahli di bidang rematologi,
reumatik dapat terungkap sebagai keluhan dan/atau tanda. Dari
kesepakatan, dinyatakan ada tiga keluhan utama pada system
musculoskeletal yaitu: nyeri, kekakuan (rasa kaku) dan kelemahan, serta
adanya tiga tanda utama yaitu: pembengkakan sendi, kelemahan otot, dan
gangguan gerak.
Reumatik dapat terjadi pada semua umur dari kanak-kanak sampai
usia lanjut, atau sebagai kelanjutan sebelum usia lanjut. Dan gangguan
reumatik akan meningkat dengan meningkatnya umur. Lebih dari 150
jenis rematik diantaranya adalah Artritis reumatoid.
Artritis Reumatoid merupakan radang yang umumnya menyerang
pada sendi-sendi tangan dan kaki, yang semakin lama semakin bertambah
berat sakitnya.
1. Penyebab Reumatik
Atritis rheumatoid
Dapat berasal dari factor genetic atau factor resiko lingkungan
tertentu yang dapat menyebabkan kekacauan daya tahan tubuh atau
gangguana utoimun.
2. Pencegahaanya :Hindari kegiatan tertentu apabila sendi sudah terasa nyeri,
sebaiknya berat badan diturunkan, sebab bila kegemukan mengakibatkan
beban pada sendil utut atau tulang pinggul terlalu berat.
3. Faktor Resiko
Faktor resiko itu antara lain pertambah anusia. Pada mereka yang
sudah berusia lanjut, lapisan pelindung persendian mulai menipis dan
cairan tulang mulai mengental, menyebabkan tubuh menjadi kaku dan
sakit saat digerakkan. Mutu tulang rawan dan kelebihan bera tbadan
86

Tulang rawan yang bagus akan lebih tahan terhadap kondisi aus. Ibarat
ban mobil kalau kualitasnya bagus maka persendian tidak mudah aus
walau dipakai lama. Pada factor kedua, berat badan yang berlebih akan
memberi beban pada jaringan tulang rawan di sendi lutut. Menganalogikan
ban truk yang sering dipaka imengangkut beban berat lebih mudah aus dari
pada ban yang jarang mengangkut beban.
4. Manifestasi klinik
Artritus rematoid
1. Sendi terasa kaku di pagi hari
2. Sendi bengkak tanpa sebab yang jelas
3. Gerak terbatas. Misalnya sulit bangun dan memakai pakaian
4. Merasa nyeri di persendian, terutama di pagi hari dan membaik
disiang hari
5. Pencegahan dan Penatalaksanaan Mandiri
1. Mengurangi asupan lemak hewani dan melakukan sesuatusesuai
dengan kemampuan fisik
2. Memilih olahraga yang aman dan selalu melakukan pemanasan
sebelumnya
3. Terus berupaya mencapai dan mempertahan kanberat badan ideal
4. Penatalaksanaan Mandiri
5. Konsultasikan penyaki trematik dengan dokter ahli reumatologi. Hal
ini sangat penting untuk menentukan penyebab rematik dan
pengobatan mana yang tepat untuk anda. Apabil aanda sudah
mendapatkan pengobatan yang tepat, tetapteruskan obat-obatan sesuai
dengan indikasi.
6. Jangan ragu-ragu untu kmeminta bantuan orang lain bila sedang
mengalami nyeri atau lainnya.
7. Tetap melakukan olah raga. Olah raga merupakan satuhal yang penting
untuk menjaga anda tetap mobil (bergerak). Saat anda menggerakkan
sendi, anda sudah menjaga sendi anda kuat dan fleksibel
8. Gunakan alat bantu bila perlu. Untuk usia lanjut disarankan untuk
menggunakan tongkat pada sendi yang sakit. Selain itu gunakan sepatu
87

yang cocok untuk kaki anda. Dengan menggunakan sepatu yang cocok
untuk menopang anda akan mengurangi nyeri dan jatuh.
9. Istirahat yang cukup. Peneliti menganjurkan jika kita tidur yang cukup
dapat mecegah kelelahan dan nyeri.
10. Makan makanan yang sehat. Masih banyak penelitian yang dikerjakan
mengenai hubungan makanan dan arthritis reumatoid (rematik). Anda
dianjurkan untuk mengurangi makan makanan yang rendah lemak dan
kalori, kaya akan buah, sayuran dan gandum dan juga rendah purin
seperti kacang kacangan, bayam, dan jeroan.
11. Terapi panas dan dingin. Terapi panas dan dingin dianjurkan untuk
menghilangkan nyeri dan meningkatkan mobilitas sementara pada
sendi yang kaku. Kompres panas dapat menurunkan ketegangan otot
dan melancarkan sirkulasi darah. Sedangkan kompress dingin dapat
mengurangi peradangandan pembengkakan dan sangat membantu
mengurangi rasa nyeri.
88

DAFTAR PUSTAKA

Doenges E Marilynn. (2009). RencanaAsuhanKeperawatan.Jakarta : EGC


Kalim, Handono. (2006). IlmuPenyakitDalam.Jakarta :BalaiPenerbit FKUI
Mansjoer, Arif. (2007). KapitaSelektaKedokteran.Jakarta : Media Aesculaapius
FKUI
Prince, Sylvia Anderson. (2011). Patofisiologi: KonsepKlinis Proses-Proses
Penyakit Ed.4. Jakarta : EGC
89

SATUAN ACARA PENYULUHAN


(SAP)

CARA MENCUCI TANGAN

OLEH:

MAHASISWA PROFESI

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BANYUWANGI

PROGRAM PROFESI

BANYUWANGI

2016
90

MATERI PENYULUHAN

CARA MENCUCI TANGAN YANG BAIK

A. Pengertian
Mencuci tangan adalah menggosok air dengan sabun secara bersama-
sama seluruh kulit permukaan tangan dengan kuat dan ringkas kemudian
dibilas dibawah aliran air. Cuci tangan merupakan salah satu tindakan yang
mudah dan murah untuk mencegah penyebaran penyakit.
B. Tujuan

1. Supaya tangan bersih

2. Membebaskan tangan dari kuman dan mikroorganisme

3. Menghindari masuknya kuman kedalam tubuh

C. Mengapa Harus Cuci Tangan Dan Kapan Harus Mencuci Tangan?

Bagi setiap orang, mencuci tangan adalah satu tindakan yang takkan
lepas kapanpun. Karena merupakan proteksi diri terhadap lingkungan luar.

D. Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Melakukan Cuci Tangan

1. Sebelum dan sesudah makan


Untuk menghindari masuknya kuman kedalam tubuh saat kita makan
2. Setelah buang air besar
Besar kemungkinan tinja masih tert-empel di tangan, sehingga diharuskan
untuk mencuci tangan
3. Setelah aktivitas
Kebiasaan dari klien setelah aktivitas tidak langsung mencuci tangan.
Seperti setelah berkebun atau membersihkan ruangan
E. Langkah-Langkah Dalam Mencuci Tangan

1. Gulung lengan baju sampai atas pergelangan tangan, lepaskan cincin, jam
tangan dan perhiasan tangan lain
2. Basahi tangan sampai sepertiga lengan dibawah air mengalir
3. Ambil sabun cair kira-kira 5 ml,ratakan pada tangan yang telah dibasahi
91

4. Gosok bagian telapak tangan dengan telapak tangan satunya lalu masukan
jari-jari tangan kanan ke sela-sela jari-jari tangan kiri
5. Pindahkan telapak tangan kanan ke punggung tangan kiri gosokan, tanpa
saling melepaskan lalu masukan jari-jari tangan kanan ke sela-sela tangan
6. Lakukan penggosokan kuku-kuku
7. Bersihkan jempol tangan kanan dengan menggegamnya dengan tangan kiri
lalu diputar-putar, lakukan pada tangan yang satunya.
8. Kadang perlu menggosok garis telapak tangan
9. Bersihkan dengan air mengalir lalu keringkan.
92

SATUAN ACARA PENYULUHAN

(SAP)

Tema : Cara cuci tangan yang baik

Sasaran : Semua klien di wisma

Hari / Tanggal : Selasa, 13 Desember 2016

Tempat : Aula PSLU Glenmore Banyuwangi

Waktu : 30 menit

A. ANALISA SITUASI

Kebanyakan klien kurang memahami dan melaksanakana kesehatan


khususnya mengenai kesehatan diri sendiri (personal hygiene), kebiasaan
yang ada di masyarakat dari mereka setelah aktivitas langsung saja menyantap
makanan sehingga dimungkinkan banyak bakteri yang menempel di makanan,
yang akhirnya akan dapat menimbulkan masalah kesehatan. Untuk itulah kami
mahasiswa-masiswi Profesi Ners STIKes Banyuwangi akan memberikan
penyuluhan pada semua klien tentang pentingnya mencuci tangan dengan baik
dan benar.

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit, diharapkan semua
klien dapat memahami tentang pentingnya mencuci tangan sehingga dapat
meningkatkan derajat kesehatan.
2. Tujuan Khusus
Setelah mengikuti penyuluhan, diharapkan mampu :
a. Menjelaskan pengertian mencuci tangan
b. Menyebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar
93

c. Menjelaskan mengapa harus cuci tangan dan kapan harus mencuci


tangan
d. Menyebutkan kapan waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan
e. Menjelaskan langkah-langkah dalam mencuci tangan.
C. POKOK BAHASAN
1. Pengertian mencuci tangan
2. Tujuan mencuci tangan
3. Mengapa cuci tangan dan kapan cuci tangan
4. Kapan waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan
5. Langkah-langkah dalam mencuci tangan
D. METODE
1. Ceramah
2. Tanya jawab
E. ALAT BANTU

Lembar Balik

F. KEGIATAN PENYULUHAN

No Tahap Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Audien


1 Pembukaan 5 menit Salam, perkenalan Mejawab salam
Memperkenalkan diri Memperhatikan
Menjelaskan maksud dan Memperhatikan
tujuan Memperhatikan
Menjelaskan topik bahasan

2 Isi 20 menit Menjelaskan tentang penger- Memperhatikan dan
tian mencuci tangan mendengarkan
Menyebutkan tujuan mencuci Memperhatikan dan
tangan mendengarkan
Menjelaskan mengapa harus Memperhatikan dan
cuci tangan dan kapan harus mendengarkan
mencuci tangan
Menyebutkan kapan waktu
yang tepat untuk melakukan Memperhatikan dan
cuci tangan mendengarkan
Menjelaskan langkah-langkah
dalam mencuci tangan Memperhatikan dan
94

Tanya jawab mendengarkan


Bertanya/ men-
jawab
Menjelaskan jawaban Memperhatikan dan
mendengarkan
3 Penutup 10 menit Mereview kembali materi yang Menjawab
telah diberikan
Memberikan kesimpulan
Memberikan saran Mendengarkan
Ucapan terima kasih Mendengarkan
Memberikan salam Memperhatikan
Menjawab salam

G. EVALUASI

a. Jelaskan pengertian mencuci tangan yang baik dan benar?

b. Sebutkan tujuan mencuci tangan dengan benar?

c. Jelaskan mengapa harus cuci tangan dan kapan harus mencuci tangan?

d. Sebutkan kapan waktu yang tepat untuk melakukan cuci tangan?

e. Jelaskan langkah-langkah dalam mencuci tangan?

H. LAMPIRAN

1. Materi

2. Lembar balik

Você também pode gostar