Você está na página 1de 34

BAB I

PENDAHULUAN

Manusia adalah mahluk hidup yang bertugas sebagai khalifatufil Arolh.


Dengan demikian manusia hendaknya memelihara apa yang telah diciptakan di
bumi ini untuk kepentingannya. Sejalan dengan hal itu, maka hendaklah manusia
melakukan suatu perencanaan yang berkenaan dengan hidupnya.
Salah satu bentuk Perencanaan yang perlu dilakukan oleh manusia
adalah berkenaan dengan lingkungan tempat tinggalnya sehingga tercipta suatu
kondisi yang aman dan nyaman . Untuk melakukan hal itu diperlukan
latarbelakang dan tujuan yang jelas dari maksud perencanaan tersebut sehingga
dapat diharapkan metodologi yang tepat untuk merencanakannya. Dalam
merencanakan sesuatu tidak lepas kaitannya dengan lahan sebagai tempat atau
wadah untuk melakukan rencana tersebut. Lahan sebagai wadah dalam
pelaksanaan perencanaan mempunyai fungsi sosial, ekonomi, politik dan
estetika.

1.1 Latar Belakang


Dalam Perencanaan suatu wilayah pada hakekatnya adalah melakukan
perubahan-perubahan pada lingkungan untuk menuju pada optimasi kondisi
lingkungan binaan yang baru. Untuk itu perlu dipertimbangkan aspek-aspek yang
menunjang pelaksanaan dari perencanaan agar dapat terbentuk dan
berkembang dengan baik sesuai dengan karakteristik wilayah masing-masing.
Terhadap alam diharapkan terdapat reaksi timbal balik yang serasi dan terpadu
karakteristik suatu lingkungan akan berbeda dengan lingkungan lain.Dalam
kelompok besar memuat ciri-ciri sasaran utamanya terhadap beberapa macam
lingkungan antara lain :
1. Lingkungan pemukiman
2. Lingkungan pertanian Lingkungan pertambangan dan industri
3. Lingkungan yang bersumber pada daya guna laut
Masing-masing lingkungan memerlukan persyaratan kondisi alam tertentu
dalam mendukung Perencanaan Wilayah. Untuk melakukan suatu Perencanaan
Wilayah dengan melakukan perubahan-perubahan terhadap berbagai aspek,

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 1


maka diperlukan analisa terhadap aspek-aspek tersebut. dan salah satu aspek
tersebut yaitu aspek fisik dengan menganalisa aspek fisik maka akan lahir suatu
arahan Pengembangan Wilayah ditinjau dari aspek fisik terutama dalam
pemanfaatan lahan seoptimal mungkin dengan memperhatikan segala potensi
yang dimiliki lahan tersebut.
Dalam memenuhi hal itu, maka diperlukan beberapa informasi geologi
yang diketahui antara lain :
a. Parameter bentang alam meliputi situasi topografi, sudut lereng dan proses-
proses geomorfologi seperti erosi, sedimentasi dan lain-lain.
b. Sifat fisik batuan (batu dan tanah) untuk berbagai keperluan antara lain
sebagai fondasi, tempat pembuangan limbah baik padat maupun cair, untuk
tanah pertanian sebagai bahan industri dan bahan bangunan.
c. Kestabilan lereng meliputi lokasi, luas daerah yang terpengaruh.
d. Penyebaran batuan dan ketebalan tanah serta struktur geologinya.
Dengan analisa terhadap aspek fisik tersebut,maka akan memberi
penilaian apakah nantinya syarat-syarat teknik pembangunan terpenuhi dalam
arti praktis, ekonomis dan aman.

1.2 Maksud dan Tujuan


Adapun maksud pembuatan makalah Analisis Kesesuaian Lahan ini
yaitu untuk mengevaluasi suatu lahan dalam kaitannya dengan kegiatan
Perencanaan Wilayah berdasarkan pengamatan aspek geologi dan memberikan
penilaian-penilaian apakah nantinya syarat-syarat teknik pembangunan secara
ekonomis, aman serta praktis dapat dipenuhi sehingga kita dapat mengetahui
kesesuaian lahan itu cocok untuk dikembangkan sebagai lahan apa sesuai
dengan potensinya. Adapun tujuan Analisis Kesesuaian Lahan ini bertujuan
untuk :
- Membuat suatu arahan pengembangan Wilayah ditinjau dari aspek fisik.
- Menciptakan suatu penataan ruang yang mensejahterakan masyarakat.

1.3 Ruang Lingkup

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 2


Adapun ruang lingkup Analisis Kesesuaian Lahan Kecamatan Sukatani


Kabupaten Purwakarta ini meliputi ruang lingkup wilayah studi dan lingkup
materi.
1.3.1 Ruang Lingkup Wilayah
Daerah studi yang akan menjadi Analisis Kesesuaian Lahan adalah Kecamatan
Sukatani Kabupaten Purwakarta yang mempunyai batas administrasi sebagai
berikut :
- sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Purwakarta
- sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Darangdan dan Plered
- sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Jatiluhur
- Sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wanayasa.
1.3.2 Ruang Lingkup Materi
Lingkup materi yang akan dibahas dalam Arahan Pengembangan Wilayah ini
adalah aspek fisik dan aspek kependudukan.
1. Aspek Kecamatan Sukatani yang terdiri dari :
a. Letak geografi dan batas administrasi
b. Topografi
c. Geologi
d. Curah Hujan
e. Hidrologi dan hidrogeologi
f. Jenis Tanah
g. Tata guna lahan, baik terbangun dan tidak terbangun

1.4 Metodologi Penelitian


Dalam penyusunan makalah analisis ini ada dua metoda yang digunakan
yaitu metoda pengumpulan data dan metoda analisis.
1.4.1 Metoda Pengumpulan Data
Metoda yang diterapkan dalam pengumpulan data ini yaitu pengumpulan data
sekunder yang diperoleh dari Studio Perencanaan tahun 1999, GTL (Geologi
Tata Lingkungan).
1.4.2 Metoda Analisis
Metoda analisis yang digunakan dalam Analisis Kesesuaian Lahan ini antara lain
a. Analsis Superimpose

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 3


Dalam analisis superimpose ini perlu disajikan data mengenai aspek fisik
yang telah diuraikan pada sub bab I diatas.
b. Analisis Pembobotan

1.5 Sistematika Pembahasan


Adapun sitematika pembahasan pada makalah ini terdiri dari :
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab Pendahuluan terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan,
ruang lingkup, metodologi penelitian dan sistematika pembahasan.

BAB II KRITERIA KESESUAIAN LAHAN


Pada bab Landasan Teori menggunakan metoda pembobotan, nilai
kemampuan, nilai kemampuan yang telah dibobotkan, persen lereng
dan kesesuaian lahan.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH DESA LINGGAMUKTI KECAMATAN


DARANGDAN KABUPATEN PURWAKARTA
Meliputi tinjauan umum mengenai letak geigrafis, kondisi penduduk,
topografi, curah hujan, geologi, hidrologi dan hidrogeologi, vegetasi
dan potensi bencana alam.

BAB IV ANALISIS KESESUAIAN LAHAN


Bab ini berisikan analisa untuk kesesuaian lahan, analisa
perkembangan penduduk.

BAB V KESIMPULAN
Bab kesimpulan berisikan kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil
analisis yang telah dilakukan pada bab sebelumnya.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 4


BAB II
KRITERIA KESESUAIAN LAHAN

Dalam membuat suatu analisis kesesuaian lahan atau arahan


pengembangan wilayah diperlukan teori-teori yang melandasi arahan tersebut.
Hal itu bertujuan untuk memperkuat pendapat atau arahan yang kita buat
sehingga dapat dipertanggung jawabkan alasannya.
Mengingat begitu pentingnya kedudukan teori dalam pembuatan suatu
arahan, berikut landasan teori yang digunakan dalam arahan pengembangan
wilayah Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta. Untuk lebih jelasnya
mengenai tahapan analisis kesesuaian lahan dapat dilihat pada bagan diberikut.

BAGAN ANALISIS KESESUAIAN LAHAN


(MODEL FAO, 1978)

FORMULASI :
- Tujuan
- Data dan asumsi
- Rencana analisis

Jenis utama penggunaan


lahan yang suitable Satuan pemetaan lahan

Analisis Land Use


dan karakteristik
lahan

Persyaratan dan
pembatas penggunaan Kualitas lahan
lahan (kriteria)

Klasifikasi
kesesuaian lahan

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 5


2.1 Pembobotan (Weighting)


Pembobotan merupakan kepentingan relatif dari faktor lingkungan yang
tergantung pada perannya terhadap tata guna lahan tersebut. Misalnya untuk
lingkungan pertanian lahan basah maka kriteria air dan tanah adalah hal utama.
Untuk prasarana jalan penilaian sudut lereng adalah yang paling utama dan
seterusnya pembobotan diberi angka 4 hingga 0, dimana :
4 = kepentingan sangat tinggi
3 = kepentingan tinggi
2 = kepentingan sedang
1 = kepentingan rendah
0 = tidak ada kepentingan
Pada tabel II.1 berikut yang merupakan pemberian bobot terhadap
informasi geologi untuk suatu kepentingan relatif lingkungan lingkungan secara
umum dari wilayah studi.

TABEL II.1
INFORMASI GEOLOGI UNTUK LINGKUNGAN SECARA UMUM
Informasi Lingkungan
Geologi Perkampunga Sawah Perkebunan Tegalan Kebun Campuran
n
Sudut Lereng 4 3 2 2 2
Curah Hujan 2 4 3 2 3
Air 4 4 3 2 3
Ketinggian 2 3 3 2 2
Bencana Alam 4 2 2 1 1
Batuan 2 2 2 2 2
Sumber : Modul Pratikum Geologi Teknik dan Tata Lingkungan.

2.2 Nilai Kemampuan


Nilai kemampuan masing-masing informasi untuk penggunaan tata guna
lahan akan berlainan, misalnya keadaan air tanah yang dangkal akan
mempunyai nilai kemampuan yang sangat tinggi untuk lahan permukiman
sederhana, demikian pula untuk sudut lereng yang rendah dan sebagainya.
Untuk contoh lihat tabel II.2 di bawah ini.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 6


TABEL II.2
NILAI KEMAMPUAN
Informasi Lingkungan
Kelas
Geologi Kampung Sawah Perkebunan Tegalan Kebun Campuran
0-7 4 4 4 4 4
8 - 15 4 4 4 4 4
Persen
16 - 23 2 3 3 3 3
lereng
24 - 31 1 3 3 3 3
(%)
32 - 40 0 3 3 3 3
100 - 179 4 4 4 4 4
180 - 259 4 4 4 4 4
Ketinggian 260 - 399 3 4 4 4 4
(mdpl) 340 - 419 3 3 3 3 3
420 - 500 3 3 3 3 2
2800 - 2859 2 2 2 2 2
Curah 2860 - 2919 2 2 2 2 2
Hujan 2920 - 2979 2 2 2 2 2
(mm/th) 2980 - 3039 2 3 2 2 2
3040 - 3100 2 3 3 3 3
Sunber : Modul Pratikum Geologi Universitas Islam Bandung, 1999.

Untuk pemberian bobot seperti di atas dapat dilakukan dengan


menggunakan metoda statistik seperti langkah-langkah berikut ini :
a. tentukan rentang, ialah data tersebar dikurangi dengan data terkecil
b. tentukan banyaknya kelas interval yang diperlukan
c. tentukan panjang kelas interval
d. pilih ujung bawah kelas interval pertama.
e. dengan p = 10 dan memulai dengan data yang lebih kecil dari data
terkecil diambil 31 maka kelas pertama berbentuk 31-40, kelas kedua 41-
50, kelas ketiga 51-60 dan seterusnya.

2.3 Nilai kemampuan yang telah dibobotkan (Weighted Capability Value)


Hasil perkalian antara bobot dan nilai kemampuan menunjukkan suatu
nilai kemampuan yang telah dibobotkan. Makin tinggi nilainya makin sesuai
kondisi alamnya untuk suatu tata guna lahan tertentu.
Keterangan :
B : Bobot
NK : Nilai kemampuan
NKB : Nilai kemampuan yang telah dibobot

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 7


2.4 Sudut Lereng


Sudut lereng disajikan dalam bentuk Peta Sudut Lereng yang
menyatakan dalam persen lereng. Persen lereng didefinisikan sebagai
perbandingan dari beda tinggi dua titik terhadap jarak mendatar antara kedua titik
tersebut. Sehingga dapat diformulasikan sebagai rumus dasar yaitu :

Persen lereng = Beda Tinggi x 100%


Jarak datar

Standar persen lereng yang dipakai dalam Perencanaan Wilayah


Kecamatan Sukatani adalah menurut Mabbery 1972. Untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel II.3 dibawah ini.

TABEL II.3
HUBUNGAN PERSEN LERENG DENGAN PERUNTUKKANNYA
(Mabbery, 1972)
Penggunaan Kelas Sudut Lereng (%)
0-5 3-5 5 10 10 - 15 15 - 30 30 70 > 70
Rekreasi umum x x X x x x x
Bangunan terstruktur x x x x x x x
Perkotaan umum
Jalan umum x x x x
Sistem septik x x x
Perumahan x x
Konvensional x x x x
Pusat perdagangan
Jalan raya x x
Lapangan terbang x x
Jalan kereta api x
Wilayah transmigrasi x

Sumber : Departemen Transmigrasi RI


Keterangan : X = menyatakan peruntukannya
2.5 Kesesuaian lahan
Pengertian tanah suatu benda alami yang terdapat dipermukaan bumi,
yang tersusun dari bahan-bahan mineral sebagai hasil pelapukan dan bahan
organik sebagai hasil pelapukan sisa tumbuhan dan hewan. Tanah merupakan
medium pertumbuhan tanaman dengan sifat-sifat tertentu yang terjadi akibat
gabungan dari faktor-faktor iklim, bahan induk, jasad hidup, bentuk wilayah dan
lama waktu pembentukan. Tanah yang dibahas saat ini sebagai lahan pertanian
dengan peranannya sebagai alat produksi pertanian :

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 8


1. Tanah sebagai alat tempat berdirinya tanaman.


2. Tanah sebagai gudang tempat unsur-unsur hara yang diperlukan tanaman.
3. Tanah sebagai tempat persediaan air bagi tanaman.
4. Tanah dengan tata udara yang baik merupakan lingkungan yang baik bagi
pertumbuhan tanaman.
Untuk lebih jelas mengenai sifat-sifat dan ciri tanah dapat dilihat pada
tabel II.4 dibawah ini.

TABEL II.4
Sifat-Sifat dan Ciri Tanah
Keterangan Podsolik Merah Regosol Latosol
Kuning
1. Tebal Solum 90 18 cm 25 cm 130 150 cm
2. Tekstur Lempung berpasir Pasir-lempung Liat
liat berdebu
3. PH 4 5,5 56 4,5 6,5
4. Permeabilitas Sedang lambat Cepat sangat Cepat lambat
cepat
5. Kemiringan 0 15% 0 35% 0 30%
6. Ketinggian 0 2000 m 10 1000 m
Sumber : Modul Pratikum Geologi Teknik Universitas Islam Bandung, 1999.

Keterangan Mediteran Merah Podsol Litosol


Kuning
1. Tebal Solum 90 120 cm 40 100 cm 50 cm
2. Tekstur Lempung liat Pasir sedang Berpasir kasar
kasar kerikil
3. PH 6 7,5 3,5 5,5 3,5 5,5
4. Permeabilitas Sedang Cepat sangat Sedang - cepat
cepat
5. Kemiringan 0 20% 0 10% < 10%
6. Ketinggian 0 400 m < 2000 m 0 500 m
Sumber : Modul Pratikum Geologi Teknik Universitas Islam Bandung, 1999.

Keterangan Planosol Hidromorf Kelabu Glei Humus


1. Tebal Solum 100 cm 0,5 100 cm < 50 cm
2. Tekstur liat Liat liat Liat Debu
berlempung
3. PH 5,5 7,5 4-6 3-6
4. Permeabilitas Lambat Rendah - lambat Lambat
5. Kemiringan 0 10% 0 15% 0 -10%
6. Ketinggian 0 400 m 0 - 1000 m 0 400 m
Sumber : Modul Pratikum Geologi Teknik Universitas Islam Bandung, 1999.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 9


Keterangan Grumosol Andosol Aluvial


1. Tebal Solum 100 200 cm 100 225 cm < 50 cm
2. Tekstur Lempung - liat Lempung debu - Liat berpasir
lempung
3. PH 6-8 5-7 7-8
4. Permeabilitas Lambat Cepat Lambat - sedang
5. Kemiringan 0 10% 0 40% 0 - 8%
6. Ketinggian 0 200 m 15 - 2000 m 0 400 m
Sumber : Modul Pratikum Geologi Teknik Universitas Islam Bandung, 1999.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 10


BAB III
GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

3.1 Letak Geografis dan Batas Administrasi


Kecamatan Sukatani terletak dijalur propinsi yang merupakan penghubung
antara Kota Bandung/Plered dan Purwakarta. Secara geografis Kecamatan
Sukatani terletak pada posisi 65332 LS 65623 LS dan 1074120 BT
1071833 BT dengan batas wilayah Kecamatan sebagai berikut :
Sebelah Utara : Kecamatan Purwakarta
Sebelah Timur : Kecamatan Wanayasa
Sebelah Selatan : Kecamatan Darangdan dan Kecamatan Plered
Sebelah Barat : Kecamatan Jatiluhur
Kecamatan Sukatani memiliki luas lahan secara keseluruhan 3.843 Ha
atau 3,95 % dari luas Kabupaten Purwakarta yang terdiri dari 10(sepuluh) desa
dengan luas terbesar Desa Cianting dengan 773 Ha atau 20,11 % dari luas
Kecamatan dan luas terkecil Desa Cianting Utara 156 Ha atau 4,06 % dari luas
Kecamatan Sukatani.
Kawasan Kecamatan Sukatani secara administrasi terbagi atas 10
(sepuluh)desa dengan urutan sebagai berikut : Desa Nagrak, Desa Cianting,
Desa Pasirmunjul, Desa Cibodas, Desa Cianting Utara, Desa Sukatani, Desa
Malanengah, Desa Cilalawi, Desa Sukamaju dan Desa Cipicung
Untuk mengetahui orientasi dan batas Administrasi Kecamatan Sukatani lebih
jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.1.

3.2 Kondisi Lingkungan Fisik Dasar


Kondisi lingkungan fisik dasar Desa Linggamukti meliputi keadaan topografi,
geologi, klimatologi, hidrologi dan hidrogeologi, jenis tanah.

3.2.1 Topografi
Wilayah Kecamatan Sukatani berada pada ketinggian kurang dari 500 Meter
dari atas permukaan laut dan secara umum mempunyai kondisi kemiringan
lereng cukup bervariasi dengan tingkat kelerengan yang dominan diatas 0 8

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 11


%, seluas 1.514 Ha atau 48,06 % dan sebagian besar di Desa Malanengah


dan Desa Sukamaju yang merupakan kawasan permukiman dan perkebunan.
Sedangkan tingkat kelerengan terkecil pada 16 25 % (berbukit) seluas
1.449,9 Ha atau (4,6 %) dari luas total Wilayah Kecamatan Sukatani dapat
dilihat pada gambar 3.2. dan tabel III.1

TABEL III.1
LUAS TIAP DESA MENURUT DOMINASI TINGKAT KELERENGAN
KECAMATAN SUKATANI TAHUN 1996
Luas Lahan (Ha) Luas Desa
No Desa
08% 9 15% 16-25% 26-40% >40% (Ha)
1. Nagrak - 40,3 60,3 140,0 343,0 583,6
2 Cianting 150,0 220,0 - - - 370,0
3. Pasirmunjul - - 4,7 50,0 350,0 404,7
4. Cibodas - - 9,0 40,0 99,0 148,0
5. Cianting Utara 103,0 30,0 0,6 - - 133,6
6. Sukatani 501,0 22,5 - - - 532,5
7. Malanengah 240,0 8,4 - - - 248,4
8. Cilalawi 170,0 8,0 0,3 - - 178,3
9. Sukamaju 150,0 100,0 20,0 8,6 - 278,6
10. Cipicung 200,0 30,0 50,0 1,2 - 281,2
Jumlah 1.514,0 459,2 144,9 239,8 792,0 3843
Sumber : BPN Kabupaten Purwakarta Tahun 1996

3.2.2 Geologi
Keadaan geologi di Kecamatan Sukatani berdasarkan peta geologi yang
dikeluarkan oleh Direktorat Geologi dari hasil pelapukan gunung api yang tidak
teruraikan. Jenis batuan yang ada di wilayah Sukatani terdiri dari sedimen klasik
yang berupa batuan pasir, batu gamping, batu pasir konglomerat, batuan
vulkanik berupa tuff,
breksi vulkanik, batuan beku teronosan yang terdiri dari batuan andesit. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3.
Kedalaman efektif merupakan batas kesuburan tanah yang dikaitkan dengan
pengolahan tanah untuk pertanian di kecamatan Sukatani dengan
pengelompokannya adalah sebagai berikut : > 90 cm dan 60 90 cm sesuai
untuk dijadikan sebagai areal persawahan (cukup subur) sedangkan 30 60 cm
dan < 30 cm kurang sesuai untuk dijadikan sebagai areal pertanian tapi masih
bisa diperbaharui (Sumber: Modul Praktikum Geologi Teknik & Tata
Lingkungan).Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel III.2.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 12


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 13


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 14


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 15


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 16


TABEL III.2
KEDALAMAN EFEKTIF TANAH DI KECAMATAN SUKATANI
TAHUN 1996
No Kedalaman Efektif Luas Lahan (Ha)
1. < 30 Cm 1.572
2. 30 60 Cm 424
3. 60 90 Cm 780
4. > 90 Cm 1.067
Jumlah (Ha) 3.843
Sumber : BAPPEDA Kabupaten Purwakarta Tahun 1999

3.2.3 Klimatologi
Suhu udara di Kecamatan Sukatani berkisar antara 220 C - 260 C pada zone
daerah yang panas. Sedangkan curah hujan berkisar antara 2800 3096
mm/th.Musim penghujan biasanya terjadi pada bulan Oktober sampai dengan
bulan Mei sedangkan Musim Kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai
dengan bulan September.

3.2.4 Hidrologi dan Hidrogeologi


Keadaan hidrologi memiki dua pengertian tempat maupun asal darimana air
tersebut berada, yang pertama sumber air permukaan yang berupa air sungai,
dan yang kedua berupa air tanah atau sumber air tanah yang sering kita kenal
sebagai air sumur.
Kondisi hidrologi yang mencakup sumber mata air dan air permukaan
sebagai sumber pemenuhan kebutuhan akan air bersih dan keperluan irigasi
areal pertanian. Sumber mata air utama yang terus mengalir sepanjang tahun di
wilayah Kecamatan Sukatani terdapat dibagian selatan, yaitu : Desa Cianting,
Desa Cianting Utara, Desa Cilalawi dan Desa Malanengah.
Penggunaan sumber air pada umumnya belum optimal, dimana
pemanfaatannya masih menggunakan air tanah dangkal dan saluran air sungai
yang ada disekitarnya. Dengan kedalaman air tanah 1 8 Meter dari atas
permukaan tanah.
Sungai utama yang melalui Kecamatan Sukatani adalah Sungai Cilalawi dan
sungai Cibarengkok dengan anak sungai yang tersebar dibeberapa desa yang
terus mengalir ke arah utara dan pemanfaatannya sebagai sumber pengairan
areal pertanian, sumber air bersih dan pemanfaatan lainnya.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 17


3.2.5 Jenis Tanah


Penggunaan lahan sangat erat kaitannya dengan jenis tanah sebagai daya
dukung dalam penggunaan lahan, misalnya penggunaan lahan untuk pertanian,
peternakan dan perkebunan. Penggunaan lahan di suatu daerah akan sangat
kecil jumlahnya jika keadaan jenis tanah di daerah tersebut berkualitas rendah.
Penggunaan lahan pertanian memerlukan jenis tanah yang subur dan kaya
akan unsur hara tanah dengan keadaan pH (derajat keasaman) tanah yang
sesuai untuk pertanian.
Jenis tanah yang ada di Kecamatan Sukatani antara lain :
a. Regosol
Terdiri dari regosol coklat dan litosol, asosiasi regosol kelabu, regosol
coklat keabuan dan latosol. Jenis ini tersebar di Kecamatan Sukatani.
b. Asosiasi Podsolik
Asosiasi atau campuran dari tanah podsolik ini terdiri dari asosiasi
podsolik kuning dan hidromorf kelabu, asosiasi podsolik merah kuning
dengan litosol merah kuning. Jenis tanah asosiasi ini tersebar di
Kecamatan Sukatani.
c. Asosiasi Andosol Coklat
Jenis tanah ini hanya sebagian kecil tersebar di Kecamatan Sukatani
dimana sifat fisiknya cukup baik, peka terhadap erosi dan kelulusan air
sedang. Jenis ini dapat dikatakan subur dan kaya akan bahan organik,
yaitu unsur N dan unsur K.
d. Latosol
Pada umumnya tersebar dibagian tengah dan selatan wilayah kecamatan
dengan kandungan bahan organik yang relatif namun cocok bagi
pemupukan yang sempurna bagi pertanian dan tahan terhadap erosi.
Untuk mengetahui sifat dan ciri tanah yang telah disebutkan diatas, maka dapat
dilihat pada tabel III.3 di bawah ini. Untuk persebaran jenis tanah di wilayah studi
dapat dilihat pada gambar 3.4

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 18


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 19


TABEL III.3
SIFAT DAN CIRI TANAH
Podsolik
Keterangan Regosol Latosol
Merah Kuning
Tebal Solum 90 18 cm < 25 Cm 130 150 Cm
Lepas/butiran
Struktur Gumpal Remah
tunggal
Tekstur Lempung pasir liat Pasr Lemoung Liat
PH 4 5,5 56 4,5 6,5
Permeabilitas Sedang Lambat Cepat-S.Cepat Cepat Lambat
Bahaya Erosi Peka Erosi Peka Erosi Erosi
Kemiringan 0 15 % 0 35% 0 30%
Ketinggian - 10 1000 m 10 10000
Kandungan
79 % 3 9% 3 9%
Organik
Kemerahan hingga Kelabu,Coklat, Merah,Coklat,
Warna
kuning dan kelabu Kekuningan Kekuningan
Sumber : Modul Geologi Teknik dan Tata Lingkungan, 1999

3.3 Pola Penggunaan lahan


Tanah merupakan sumber daya yang penting bagi kehidupan manusia,
karena tanah berfungsi sebagai medium atau perantara dalam memproduksi
bahan pangan yang dibutuhkan oleh manusia. Tanah hubungannnya sangat erat
dengan keberadaan suatu lahan, karena keberadaan suatu lahan tergantung
adanya tanah di lahan tersebut.
Penggunaan lahan di Kecamatan Sukatani terdiri dari penggunaan lahan untuk
lapang olah raga, ladang, industri, sawah, tegalan, kebun,bahan galian dan lain-
lain. Penggunaan lahan di Kecamatan Sukatani didominasi oleh penggunaan
lahan untuk pertanian lahan kering/ladang seluas 1.156,7 Ha (30,0 %), dan
permukiman seluas 751,2 Ha atau sekitar 19,55 %. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada tabel III.4 dan gambar 3.5.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 20


TABEL III.4
PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN SUKATANI
TAHUN 1998
Penggunaan Luas
No (%)
Lahan
1. Permukiman 751,20 19,55
2. Lapang olah Raga 9,70 0,25
3. Ladang 1.156,70 30,00
4. Industri 36,20 0,94
5. Sawah 534,20 13,90
6. Galian 123,80 3,20
7. Tegalan 194,80 5,06
8. Kebun Campuran 391,10 10,18
9. Hutan 241,60 6,30
10. Lain-lain 403,95 10,51
Jumlah 3.843 100
Sunber : BAPPEDA Kabupaten Purwakarta Tahun 1998

3.3.1 Lahan Terbangun


Tata guna lahan yang termasuk ke dalam lahan yang terbangun adalah
lahan yang diperuntukan untuk lahan permukiman dengan luas 751,2 Ha atau
sekitar 95,4 % dari luas lahan terbangun yang ada di kecamatan, sedangkan
untuk kegiatan industri seluas 36,2 Ha (4,6 %). Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabel III.5.

TABEL III.5
PENGGUNAAN LAHAN TERBANGUN
DI KECAMATAN SUKATANI TAHUN 1998
No Penggunaan Lahan Luas (Ha) (%)
1. Permukiman 751,2 95,4
2. Industri 36,2 4,6
Jumlah 787,4 100,0
Sumber : BPN Kabupaten Purwakarta Tahun 1998

3.3.2 Lahan Bukan Terbangun


Guna lahan yang termasuk ke dalam bukan terbangun adalah lahan
perkebunan, ladang/tegalan, hutan, kolam, dan lain-lain dengan presentase yang
paling besar diperuntukan bagi lahan pertanian lahan kering/ladang.
Lahan persawahan terluas di Desa Cianting, yaitu 91,2 Ha dari jumlah total
area persawahan sedangkan untuk penggunaan lahan yang paling kecil secara
merata tersebar di sembilan desa Sukatani, yakni : Desa Nagrak, Desa Cibodas,
Desa Cipicung, Desa Pasirmunjul, Desa Cianting Utara, Desa Sukatani, Desa
Cilalawi dan Desa Sukamaju,dengan total areal persawahan 534,2 Ha atau

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 21


sekitar 13,9 % dapat dilihat pada tabel III.6. Untuk lebih jelas mengenai
penggunaan lahan yang ada di Kecamatan Sukatani dapat dilihat pada gambar
3.5.
TABEL III.6
PENGGUNAAN LAHAN TIDAK TERBANGUN
DI KECAMATAN SUKATANI TAHUN 1998
Luas
No Penggunaan Lahan (%)
(Ha)
1. Ladang 1.156,70 30,00
2. Sawah 534,20 13,90
3. Tegalan 194,60 6,18
4. Kebun Campuran 391,10 8,60
5. Hutan 241,60 7,67
6 Galian 123,80 3,93
7. Lapang Olah Raga 9,70 0,31
8. Lain-lain 442,25 14,05
Jumlah 3.146,90 65,16
Sumber : Monografi Kecamatan SukatanTahun 1998

Secara keseluruhan aspek fisik dasar dapat dilihat pada tabel III.7.

TABEL III.7
ASPEK FISIK DASAR
KECAMATAN SUKATANI
No Jenis Fisik Keterangan

Wilayah Kecamatan secara keseluruha berada pada ketinggian > 500 m


dpl dengan kemiringan lereng hasilya bervariasi yang paling besar berada
1. Topografi
pada 0 8% sedangkan yang terkecil 16 25% dari lahan sisa seluas
144,9 atau (4,6 %)dari luas Kecamatan sukatani.

2. Geologi Hasil pelapukan Gunung Api yang tidak diuraikan


- Tanah Regosol
- Tanah Asosiasi podsolik
3. Jenis Tanah
- Asosiasi andosol coklat dan regosol coklat.
- Tanah Litosol
- Wilayah Kecamatan Sukatani dialiri oleh sungai Cilalawi dan Desa -
Cibarengkok
4. Hidrologi
- Kedalaman air tanah pada umumnya berkisar 1 8 M diatas permukaan
tanah.
- Suhu udara di Kecamatan Sukatani berkisar antara 220 C 260 C
Musim penghujan terjadi pada bulan Oktober sampai dengan bulan Mei
5. Klimatologi
dengan rata-rata tiap bulan 258 Mm/bl.
- Musim kemarau biasanya terjadi pada bulan Juni sampai bulan Oktober.
Banyaknya jenis tumbuhan yang tumbuh di hutan Kecamatan Sukatani
Vegetasi,flora
6. dengan jumlah areal 241,6 sedangkan jenis hewan yang ada merupakan
dan Fauna
binatang peliharaan
Penggunaan lahan di Kecamatan sukatani yang paling dominan adalah
Penggunaan
7. selain untuk permukiman juga untuk lahan pertanian karena berada pada
Lahan
morfologi dataran juga untuk jenis tanaman perkebunan.
.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 22


Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 23


BAB IV
ANALISA KESESUAIAN LAHAN

Analisa adalah suatu proses pengidentifikasian suatu wilayah atau lahan


yang termasuk dalam wilayah yang akan kita rencanakan. Analisa ini bertujuan
untuk menggali potensi yang dimiliki oleh wilayah yang akan kita rencanakan
khususnya wilayah studi Desa Linggamukti Kecamatan Darangdan Kabupaten
Purwakarta.
Dalam tahap analisa ini diperlukan informasi geologi dari wilayah yang
akan kita rencakan seperti data persen lereng atau kemiringan daerah,
ketinggian dan jenis tanah karena informasi geologi tersebut sangat
mempengaruhi hasil analisa terhadap wilayah yang akan analisa. Karena itu
diperlukan data yang benar-benar lengkap agar hasil dari analisa sesuai dengan
apa yang diharapkan.
Pada wilayah studi Kecamatan Sukatani Kabupaten Purwakarta ada satu
aspek yang akan dianalisa untuk pengembangan wilayah yaitu analisis
kesesuaian lahan berdasarkan potensi dan permasalahan.

4.1 Kesesuaian Lahan


Pada analisa kesesuaian lahan, teknik analisa yang digunakan ada dua
cara yang pertama dengan cara Superimpose. Cara ini dilakukan dengan
menggabungkan tiga macam peta. Peta yang diperlukan dalam Superimpose ini
adalah peta persen lereng, peta jenis tanah dan peta ketinggian. Setelah diplot
diberi tanda diberi tanda untuk memudahkan membedakan dlam
pengklasifikasian penggunaan lahan apakah cocok untuk Lahan TPSTH
(tanaman pangan sawah tadah hujan), TPLK (tanaman pangan lahan kering) dan
TT (tanaman tahunan).
Sedangkan cara yang kedua yaitu dengan cara pembobotan. Cara ini
dilakukan dengan memberikan penilaian terhadap informasi geologi yang kita
miliki dengan angka pembobotan 4 sampai dengan 0. Analisis pembobotan ini
bertujuan untuk menentukan Kesesuaian tata guna lahan apakah wilayah
tersebut cocok untuk lahan pertanian, perumahan, perkebunan dan lain-lain.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 24


TABEL 4.1
SPT PODSOLIK
TPSTH TPLK TT
Faktor Simbol
1a 1b 1c 1a 1b 1c 1a 1b 1c
Tebal Solum S S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Tekstur S N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1
Permeabilitas S S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Kesuburan N S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
PH A S3 S3 S3 N1 N1 N1 N1 N1 N1
Lereng T N1 N1 N1 S3 N1 - S1 N1 N1
Ketinggian T S1 S1 S1 - - - - - -

Keterangan :
1a : Kemiringan 0 - 8%
Ketinggian 100 - 250 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mm/th

1b : Kemiringan 9 - 25%
Ketinggian 250 - 400 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

1c : Kemiringan 26 - 40%
Ketinggian 400 - 500 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

Kesesuaian Lahan Aktual Kesesuaian Lahan Potensial


TPSTH TPSTH
1a = 3S1 2S3(sa) 2N1(st) 1a = 2N1(st)
1b = 3S1 2S3(sa) 2N1(st) 1b = 2N1(st)
1c = 2S1 2S2 1S3(n) 2N1(st) 1c = 2N1(st)

TPLK TPLK
1a = 2S1 2S3(na) 1N1(t) 1a = 1N1(t)
1b = 2S1 1S3(s) 3N1(sat) 1b = 3N1(sat)
1c = 2S1 1S3(s) 2N1(sa) 1c = 2N1(st)

TT TT
1a = 3S1 1S3(s) 2N1(sa) 1a = 3N1(ssa)
1b = 2S1 1S3(s) 3N1(sat) 1b = 3N1(sat)
1c = 2S1 1S3(s) 3N1(sat) 1c = 3N1(sat)

Kesesuaian Lahan :
1a = Tidak cocok
1b = Tidak cocok
1c = Tidak cocok

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 25


TABEL 4.2
SPT LATOSOL
TPSTH TPLK TT
Faktor Simbol
1a 1b 1c 1a 1b 1c 1a 1b 1c
Tebal Solum S S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Tekstur S S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1 S1
Permeabilitas S N1 N1 N1 - - - - - -
Kesuburan N S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
PH A S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Lereng T N1 - - S3 N1 - S1 N1 N1
Ketinggian T S1 S1 S1 - - - - - -

Keterangan :
1a : Kemiringan 0 - 8%
Ketinggian 100 - 250 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mm/th

1b : Kemiringan 9 - 25%
Ketinggian 250 - 400 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

1c : Kemiringan 26 - 40%
Ketinggian 400 - 500 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

Kesesuaian Lahan Aktual : Kesesuaian Lahan Potensial


TPSTH TPSTH
1a = 3S1 1S2 1S3(n) 2N1(st) 1a = 2N1(st)
1b = 3S1 1S2 1S3(n)1N1(s) 1b = 1N1(s)
1c = 3S1 1S2 1S3(n) 1N1(s) 1c = 1N1(s)

TPLK TPLK
1a = 2S1 3S3(nat) 1a = 3S3(nat)
1b = 2S1 2S3(na) 1N1(t) 1b = 1N1(t)
1c = 2S1 2S2 2S3(na) 1c = 2S3(na)

TT TT
1a = 3S1 2S3(na) 1a = 2S3(na)
1b = 2S1 2S3(na) 1N1(t) 1b = 1N1(t)
1c = 2S1 2S3(na) 1N1(t) 1c = 1N1(t)

Kesesuaian Lahan :
1a = TPLK, TT
1b = Tidak cocok
1c = TPLK

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 26


TABEL 4.3
SPT REGOSOL
TPSTH TPLK TT
Faktor Simbol
1a 1b 1c 1a 1b 1c 1a 1b 1c
Tebal Solum S N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1
Tekstur S N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1 N1
Permeabilitas S N1 N1 N1 - - - - - -
Kesuburan N S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3 S3
PH A S2 S2 S2 S3 S3 S3 S3 S3 S3
Lereng T N1 - - S1 N1 - S1 N1 N1
Ketinggian T S1 S1 S1 - - - - - -

Keterangan :
1a : Kemiringan 0 - 8%
Ketinggian 100 - 250 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mm/th

1b : Kemiringan 9 - 25%
Ketinggian 250 - 400 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

1c : Kemiringan 26 - 40%
Ketinggian 400 - 500 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

Kesesuaian Lahan Aktual : Kesesuaian Lahan Potensial


TPSTH TPSTH
1a = 1S1 1S2 1S3(n) 4N1(ssst) 1a = 4N1(ssst)
1b = 1S1 1S2 1S3(n) 3N1(sst) 1b = 3N1(sst)
1c = 1S1 1S2 1S3(n) 3N1(sst) 1c = 3N1(sst)

TPLK TPLK
1a = 1S1 2S3(na) 2N1(ss) 1a = 2N1(ss)
1b = 2S3(na) 3N1(sst) 1b = 3N1(sst)
1c = 2S3(na) 2N1(ss) 1c = 2N1(ss)

TT TT
1a = 1S1 2S3(na) 3N1(sst) 1a = 3N1(sst)
1b = 2S1 2S3(na) 1N1(t) 1b = 1N1(t)
1c = 2S3(na) 3N1(sst) 1b = 3N1(sst)

Kesesuaian Lahan :
1a = Tidak cocok
1b = Tidak cocok
1c = Tidak cocok

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 27


TABEL 4.4
SPT ANDOSOL
TPSTH TPLK TT
Faktor Simbol
1a 1b 1a 1b 1a 1b
Tebal Solum S S1 S1 S1 S1 S1 S1
Tekstur S S1 S1 S1 S1 N1 N1
Permeabilitas S N1 N1 - - - -
Kesuburan N S3 S3 S3 S3 S3 S3
PH A S2 S2 S3 S3 S3 S3
Lereng T N1 - S3 - S2 N1
Ketinggian T S1 - - - -

Keterangan :
1a : Kemiringan 0 - 8%
Ketinggian 100 - 250 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mm/th

1b : Kemiringan 26 - 40%
Ketinggian 400 - 500 mdpl
Curah hujan 2800 - 3096 mdpl

Kesesuaian Lahan Aktual : Kesesuaian Lahan Potensial


TPSTH TPSTH
1a = 3S1 1S2 1S3(n) 2N1(st) 1a = 2N1(st)
1b = 2S1 1S2 1S3(n) 1N1(s) 1b = 1N1(s)

TPLK TPLK
1a = 2S1 3S3(nat) 1a = 3S3(nat)
1b = 2S1 2S3(na) 1b = 2S3(na)

TT TT
1a = 1S1 1S2 2S3(na) 1N1(s) 1a = 1N1(s)
1b = 1S1 2S3(na) 1N1(t) 1b = 1N1(t)

Kesesuaian Lahan :
1a = TPLK
1b = TPLK

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 28


4.2 Pembobotan

Blok 1

Informasi Sawah Kebun Campuran


kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB B NK NKB
0-7 4 12 4 8 Sawah
8 - 15 4 12 4 8 Sawah
Persen lereng
16 - 23 3 3 9 2 3 6 Sawah
(%) 24 - 31 3 9 3 6 Sawah
32 - 40 3 9 3 6 Sawah
100 - 179 4 12 4 8 Sawah
180 - 259 4 12 4 8 Sawah
Ketinggian
260 - 399 3 4 12 2 4 8 Sawah
(mdpl) 340 - 419 3 9 3 6 Sawah
420 - 500 3 9 2 4 Sawah
2800 - 2859 2 8 2 6 Sawah
2860 - 2919 2 8 2 6 Sawah
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 4 2 8 3 2 6 Sawah
2980 - 3039 3 12 2 6 Sawah
3040 - 3100 3 12 3 9 Sawah
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Sawah

Blok 3

Informasi Permukiman Perkebunan Kebun Campuran


kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB B NK NKB B NK NKB
0-7 4 16 4 8 4 8 Kamlpung
8 - 15 4 16 4 8 4 8 Kampung
Persen lereng
16 - 23 4 2 8 2 3 6 2 3 6 Kampung
(%) 24 - 31 1 4 3 6 3 6 Perkebunan, Kebun camp.
32 - 40 0 0 3 6 3 6 Perkebunan, Kebun camp.
100 - 179 4 8 4 12 4 8 Perkebunan
180 - 259 4 8 4 12 4 8 Perkebunan
260 - 399 2 3 6 3 4 12 2 4 8 Perkebunan
Ketinggian
(mdpl)
340 - 419 3 6 3 9 3 6 Perkebunan
420 - 500 3 6 3 9 2 4 Perkebunan
2800 - 2859 2 4 2 6 2 6 Perkebunan, Kebun camp.
2860 - 2919 2 4 2 6 2 6 Perkebunan, Kebun camp.
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 2 2 4 3 2 6 3 2 6 Perkebunan, Kebun camp.
2980 - 3039 2 4 2 6 2 6 Perkebunan, Kebun camp.
3040 - 3100 2 4 3 9 3 9 Perkebunan, Kebun camp.
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Kebun campuran, perkebunan dan kampung

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 29


Blok 4

Informasi Kebun Campuran


kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB
0-7 4 8 Kebun campuran
8 - 15 4 8 Kebun campuran
Persen lereng
16 - 23 2 3 6 Kebun campuran
(%) 24 - 31 3 6 Kebun campuran
32 - 40 3 6 Kebun campuran
100 - 179 4 8 Kebun campuran
180 - 259 4 8 Kebun campuran
Ketinggian
260 - 399 2 4 8 Kebun campuran
(mdpl) 340 - 419 3 6 Kebun campuran
420 - 500 2 4 Kebun campuran
2800 - 2859 2 6 Kebun campuran
2860 - 2919 2 6 Kebun campuran
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 3 2 6 Kebun campuran
2980 - 3039 2 6 Kebun campuran
3040 - 3100 3 9 Kebun campuran
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Kebun campuran

Blok 7

Informasi Permukiman Sawah Kebun Campuran


Kelas ecenderungan
Geologi B NK NKB B NK NKB B NK NKB
0-7 4 16 4 12 4 8 Kampung
8 - 15 4 16 4 12 4 8 Kampung
Persen lereng
16 - 23 4 2 8 3 3 9 2 3 6 Sawah
(%) 24 - 31 1 4 3 9 3 6 Sawah
32 - 40 0 0 3 9 3 6 Sawah
100 - 179 4 8 4 12 4 8 Sawah
180 - 259 4 8 4 12 4 8 Sawah
260 - 399 2 3 6 3 4 12 2 4 8 Sawah
Ketinggian
(mdpl)
340 - 419 3 6 3 9 3 6 Sawah
420 - 500 3 6 3 9 2 4 Sawah
2800 - 2859 2 4 2 8 2 6 Sawah
2860 - 2919 2 4 2 8 2 6 Sawah
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 2 2 4 4 2 8 3 2 6 Sawah
2980 - 3039 2 4 3 12 2 6 Sawah
3040 - 3100 2 4 3 12 3 9 Sawah
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Sawah, kampung

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 30


Blok 9

Informasi Perkebunan Kebun Campuran


kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB B NK NKB
0-7 4 8 4 8 Perkebunan,kebun camp.
8 - 15 4 8 4 8 Perkebunan,kebun camp.
Persen lereng
16 - 23 2 3 6 2 3 6 Perkebunan,kebun camp.
(%) 24 - 31 3 6 3 6 Perkebunan,kebun camp.
32 - 40 3 6 3 6 Perkebunan,kebun camp.
100 - 179 4 12 4 8 Perkebunan
180 - 259 4 12 4 8 Perkebunan
Ketinggian
260 - 399 3 4 12 2 4 8 Perkebunan
(mdpl) 340 - 419 3 9 3 6 Perkebunan
420 - 500 3 9 2 4 Perkebunan
2800 - 2859 2 6 2 6 Perkebunan,kebun camp.
2860 - 2919 2 6 2 6 Perkebunan,kebun camp.
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 3 2 6 3 2 6 Perkebunan,kebun camp.
2980 - 3039 2 6 2 6 Perkebunan,kebun camp.
3040 - 3100 3 9 3 9 Perkebunan,kebun camp.
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Perkebunan dan kebun campuran

Blok 10

Informasi Sawah
kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB
0-7 4 12
8 - 15 4 12
Persen lereng
16 - 23 3 3 9
(%) 24 - 31 3 9
32 - 40 3 9
100 - 179 4 12
180 - 259 4 12
Ketinggian
260 - 399 3 4 12
(mdpl) 340 - 419 3 9
420 - 500 3 9
2800 - 2859 2 8
2860 - 2919 2 8
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 4 2 8
2980 - 3039 3 12
3040 - 3100 3 12
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Perkebunan dan kebun campuran

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 31


Blok 11
Informasi Sawah Kebun Campuran
kelas Kecenderungan
Geologi B NK NKB B NK NKB
0-7 4 12 4 8 Sawah
8 - 15 4 12 4 8 Sawah
Persen lereng
16 - 23 3 3 9 2 3 6 Sawah
(%) 24 - 31 3 9 3 6 Sawah
32 - 40 3 9 3 6 Sawah
100 - 179 4 12 4 8 Sawah
180 - 259 4 12 4 8 Sawah
Ketinggian
260 - 399 3 4 12 2 4 8 Sawah
(mdpl) 340 - 419 3 9 3 6 Sawah
420 - 500 3 9 2 4 Sawah
2800 - 2859 2 8 2 6 Sawah
2860 - 2919 2 8 2 6 Sawah
Curah Hujan
(mm/th)
2920 - 2979 4 2 8 3 2 6 Sawah
2980 - 3039 3 12 2 6 Sawah
3040 - 3100 3 12 3 9 Sawah
Sumber : Hasil Analisis, 1999.

Kesimpulan : Perkebunan dan kebun campuran

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 32


BAB V
KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan dengan menggunakan
metoda pembobotan, kesuaian lahan pada uraian pada bab sebelumnya
maka dapat ditarik kesimpulan, antara lain :
1. Berdasarkan hasil analisis dengan metoda super impose untuk
kesesuaian lahan ternyata seluruh wilayah Kecamatan Sukatani
cocok untuk tanaman lahan kering dan tanaman tahunan.
2. Berdasarkan hasil analisis dengan metoda pembobotan untuk tata
guna lahan ternyata sesuai penggunaannya hal ini dapat dilihat
setelah diperoleh kecenderungan pada metoda hasil pembobotan
pada masing-masing blok yang kemudian di plotkan dengan peta
persen lereng, ketinggian, curah hujan dan jenis tanah.
3. Wilayah Kecamatan Sukatani ternyata tidak cocok untuk tanaman
sawah tadah huja hal ini dikarenakan curah hujan yang terlalu rendah.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 1


DAFTAR PUSTAKA

Studio Proses Perencanaan Tahun Akademik 1999/2000.


E. Rully Imri, 1986, Penyelidikan Geolistrik di Daerah Kalianda Kab.
Lampung Selatan Prop. Lampung, Bandung.
S. Ruchijat, 1986, Catatan Penerangan Hidrogeologi Lembar Tanjung
Karang, Bandung
Komaruddin, Kusumo, 1998, Penyelidikan Geolistrik Lingkungan
Pertambangan Bahan Galian Golongan C Untuk Bahan Bangunan
Daerah Kodya Bandar Lampung dan Sebagian Daerah Kab. Lampung
Selatan Prop. Lampung, Bandung.
Diktat Penuntun Pratikum Geologi Teknik dan Geologi Lingkungan, 1999,
Bandung, Universitas Islam Bandung.

Analisis dan Evaluasi Penggunaan Lahan 2

Você também pode gostar