astagfirullah sepenuh istigfar maka sudah remuk-redamlah aku dari debu kembali sezarrah debu
walau debu sudah fitrahnya hanya kelu
tapi tanggungjawab tak bisa hanya bisu katakan kata-kata yang semestinya mesti walau biar hanya kepada diri sendiri
tapi justru pada diri sendiri aku tak mampu lagi
sebab aku butuh tubuh utuh yang tak saling bunuh dan kini cerai-berai sudah jungkir-balik salah-kaprah astagfirullah astagfirullah astagfirullah astagfirullah
tak selesai pada sekedar caci-maki ataupun haru-simpati. astagfirullah jungkir-balik salah-kaprah telah berlaku. astagfirullah, telah berlaku terbeli terjual, namun bukan sekedar salah-cetak kiranya bila tiba-tiba laba jadi bala. astagfirullah bila bala jadi bola jadi loba jadi besar jadi sebar jadi kabar jadi bakar. astagfirullah. memang ragam jadi garam, tapi astagfirullah betapa perihnya teramat parah tersebab hati tertukar tahi. maka jika padat menjadi dapat tentulah alhamdulillah, tapi apa hendak dikata bila sokong ternyata kosong, bila larat tak dapat diralat, jika mahar jadi hamar, bila ramah dinyatakan marah, atau lebah menjadi belah, rekat jadi kerat, raba jadi bara, bawah jadi wabah, sahut jadi hasut, gosok jadi sogok, hingga semua hajat dan hajat semua tertukar tempat menjadi jahat maha jahat, segalanya lagi gila, dan ini semua bukan salah ketik atau salah ketuk, hingga biar gratis pun ternyata sungguh tragis muaranya, maka tak putus-putus astagfirullah kuketuk- ketuk ke segala remuk dalam diri nisbi ini, duhai diriku tangis segala tangis! READ MORE....astagfirullah, wahai diriku, diriku yang kukenal, wahai kukenal kujunjung tinggi, tapi tak kunjung kumengerti. wahai entah salah apa, salah faham atau justru saling iti-dengki bin dendam antara kalian, wahai kalian dalam diriku yang mengaku bernama otak di kepala, hati di dada, lidah di mulut, hingga kaki dan tangan dan lutut terbalut-balut tersebab bertingkai-pingkai tak terlerai, tabrak-lari tabrak- lari, baku caci-maki! otakku bilang: diabetes! mulutku bilang: dialapar! tapi lambung dan duburku koor lain lagi: diarakus diarakus! astagfirullah, begitu biankah rakus menguras segala, rakus akan kebenaran atau memang benar diarakus atas segala hal, tak peduli salah atau benar! astagfirullah! astagfirullah wahai diri, diriku, urat dan nadi, darah dan gairah tumpah di arus jutaan jaringan anatomi ini, ruh dan jasad ini, astagfirullah! astagfirullah kanal-kanal salah arus menjadi anak-anak nakal dalam diri, wahai anak-anak nakal banyak lagak salah urus jadi anak-anak galak yang tumpang tindih antara timpang dan rintih, antara sayang dan sedih, petak-umpet membangun pedih, repet-merepet tak sampai- sampai tak letih-letih, di sana dan di sini, di kamar-kamar malam di rumah diri, ekstasi saling sodomi, zalimi duhai zalim menzalimi, saling makar di kelam kamar tak terperi.
astagfirullah terbunuh sudah daku
di hari-hari huru-hara diriku di duka satu koma tiga triliyun ngilu bertimbun-timbun duhai tak usai-usai istigfarku padamu ya Allah!
astagfirullah laa haula wa laa quwwata illa billahil aliyil aziim