Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
439 miliar
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Rincian Tugas dan Tanggung jawab Dewan Komisaris yang perlu dilaksanakan
Dewan Komisaris merupakan salah satu Organ Perusahaan yang berfungsi untuk
melakukan pengawasan secara umum dan/atau khusus sesuai Anggaran Dasar serta
memberikan nasihat kepada Direksi dalam menjalankan kepengurusan Perusahaan.
Dewan Komisaris juga memiliki tugas untuk melakukan pemantauan terhadap efektivitas
praktek GCG yang diterapkan Perusahaan. Dan apabila dinilai perlu, dapat dilakukan
penyesuaian sesuai dengan kebutuhan Perusahaan
Prinsip GCG dari OECD yang berkaitan dengan tanggung jawab dewan komisaris
dan direksi perusahaan menyatakan bahwa kerangka kerja tata kelola perusahaan harus
memastikan pedoman strategis perusahaan, monitoring yang efektif terhadap
manajemen oleh dewan, serta akuntabilitas dewan terhadap perusahaan dan pemegang
saham.
Berkaitan dengan adanya dua macam struktur pengawasan dan pengelolaan
perusahaan di antara anggota OECD, yaitu two tier boards dan unitary board, prinsip ini
secara umum dapat diterapkan baik pada perusahaan yang memisahkan fungsi dewan
komisaris sebagai pengawas (non-executive director) dan dewan direksi sebagai
pengurus perusahaan (executive director), maupun pada perusahaan yang menyatukan
antara pengawas dan pengurus perusahaan dalam satu dewan.
Menurut prinsip ini, tanggung jawab dewan yang utama adalah memonitor kinerja
manajerial dan mencapai tingkat imbal balik (return) yang memadai bagi pemegang
saham. Di lain pihak, dewan juga harus mencegah timbulnya benturan kepentingan dan
menyeimbangkan berbagai kepentingan di perusahaan.
Agar dewan dapat menjalankan tanggung jawab tersebut secara efektif, maka
dewan perlu dapat melakukan penilaian yang obyektif dan independen. Selain itu,
tanggung jawab lain yang tidak kalah penting yaitu memastikan bahwa perusahaan selalu
mematuhi ketentuan peraturan hukum yang berlaku, terutama di bidang perpajakan,
persaingan usaha, perburuhan, dan lingkungan hidup.
Dewan perlu memiliki akuntabilitas terhadap perusahaan dan pemegang saham
serta bertindak yang terbaik untuk kepentingan mereka. Dewan juga diharapkan
bertindak secara adil kepada pemangku kepentingan (stakeholder) lainnya, seperti
kepada karyawan, kreditur, pelanggan, pemasok dan masyarakat sekitar perusahaan.
Secara lebih rinci, prinsip tanggung jawab dewan ini dapat diuraikan menjadi enam
sub prinsip, sebagai berikut:
A. Anggota dewan harus bertindak berdasarkan informasi yang jelas, dengan itikad yang
baik, berdasarkan due diligence dan kehati-hatian, serta demi kepentingan perusahaan
dan pemegang saham.
Sub prinsip ini menyatakan dua elemen penting dari tanggung jawab pengelolaan
(fiduciary duty) dewan, yaitu kewajiban kehati-hatian (duty of care) dan kewajiban
kesetiaan (duty of loyalty). Dalam kewajiban kehati-hatian, dewan diharapkan bertindak
berdasarkan informasi yang cukup, dengan itikad baik dengan seksama (due diligent)
dan hati-hati.
Di banyak Negara, telah terdapat suatu standar yang menjadi referensi mengenai
perilaku dewan yang bagaimana yang dapat dianggap merupalan tindakan yang prudent
dalam suatu keadaan tertentu.
Kewajiban kesetiaan merupakan hal yang paling penting karena sangat berpengaruh
terhadap efektifitas penerapan prinsip-prinsip GCG yang lain. Sebagai contoh: pelayanan
yang sama kepada semua pemegang saham, pengawasan terhadap transaksi kepada
pihak terafiliasi, dan penyusunan kebijakan remunerasi bagi dewan dan manajemen
perusahaan.
B. Apabila keputusan dewan dapat mempengaruhi suatu kelompok pemegang saham
secara berbeda dengan kelompok pemegang saham lain, maka dewan harus
memperlakukan seluruh pemegang saham secara adil.
Dewan tidak dapat dipandang sebagai suatu organ yang bertindak sendiri-sendiri
mewakili kunstituen mereka masing-masing. Meskipun terdapat anggota dewan yang
dinominasikan oleh pemegang saham tertentu, akan tetapi dalam melaksanakan
tugasnya, anggota dewan harus memperlakukan setiap pemegang saham dengan
seimbang.
C. Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi dan memperhatikan kepentingan
para pemangku kepentingan. Standar etika yang tinggi merupakan kepentingan jangka
panjang perusahaan agar memperoleh kredibilitas dan kepercayaan tidak hanya dalam
kegiatan sehari-hari tapi juga terhadap komitmen-komitnmen jangka panjang yang dibuat
perusahaan. Banyak perusahaan menyusun suatu kode etik (code of conducts)
berdasarkan suatu standar profesional agar tujuan ini dapat dilaksanakan dengan jelas
dan operasional.
D. Fungsi-fungsi utama yang harus dimiliki oleh suatu dewan adalah sebagai berikut:
1) Meninjau dan mengarahkan strategi perusahaan, rencana utama, kebijakan mengenai
resiko, anggaran tahunan, dan rencana usaha, menetapkan sasaran kinerja, memonitor
penerapan dan kinerja perusahaan serta memantau belanja modal yang besar, akuisisi
dan divestasi.
2) Memantau efektifitas praktik tata kelola perusahaan serta membuat perubahan-
perubahan yang diperlukan.
3) Menyeleksi, memberikan kompensasi, memonitor serta bila perlu mengganti pejabat
eksekutif serta mengawasi perencanaan penggantian pejabat.
4) Menyesuaikan remunerasi eksekutif kunci dan dewan dengan kepentingan jangka
panjang dari perusahaan dan pemegang saham.
5) Memastikan proses nominasi dan pemilihan dewan secara transparan dan formal.
6) Memonitor dan mengelola potensi benturan kepentingan dari manajemen, anggota
Dewan serta pemegang saham, termasuk penyalahgunaan aset perusahaan dan
penyelewengan dalam transaksi dengan pihak yang mempunyai hubungan istimewa.
7) Memastikan integritas sistem pelaporan akuntasi dan keuangan perusahaan, termasuk
audit independen, serta memastikan bahwa sistem pengendalian yang tepat telah
diterapkan, khususnya mengenai sistem manajemen resiko, pengendalian keuangan dan
operasional, serta kesesuaian dengan peraturan perundangan serta standard-standard
yang berlaku.
8) Mengawasi proses keterbukaan dan komunikasi.
E. Dewan harus dapat melaksanakan penilaian yang obyektif dan independen dalam
melakukan pengurusan perusahaan.
Prinsip ini diperlukan agar dewan dapat melaksanakan tugasnya dalam memonitor
kinerja manajerial, mencegah benturan kepentingan dan menyeimbangkan kepentingan-
kepentingan dalam perusahaan. Dalam mewujudkan prinsip tersebut, beberapa hal yang
perlu diperhatikan adalah:
1) Dewan komisaris harus mempertimbangkan untuk menugaskan anggota dewan
komisaris dalam jumlah yang cukup yang mampu melakukan penilaian yang independen
untuk tugas-tugas dimana terdapat potensi benturan kepentingan. Contoh dari
tanggungjawab utama tersebut adalah memastikan integritas laporan keuangan dan non
keuangan, penelaahan transaksi dengan pihak-pihak yang memiliki hubungan istimewa,
nominasi anggota dewan dan eksekutif kunci, serta dewan remunerasi.
2) Apabila komite-komite di bawah dewan komisaris telah terbentuk, mandat, komposisi dan
prosedur kerja mereka harus ditentukan dengan baik dan diungkapkan oleh Dewan.
3) Anggota dewan harus dapat mengikatkan diri mereka secara efektif kepada tanggung
jawab mereka.
F. Dalam rangka memenuhi tanggung jawabnya, anggota dewan komisaris harus memiliki
akses terhadap infomasi yang akurat, relevan dan tepat waktu.
Informasi yang diperoleh secara akurat, relevan dan tepat waktu dibutuhkan dalam
mendukung tugas pembuatan keputusan-keputusan bagi perusahaan. Anggota dewan
komisaris pada umumnya tidak memiliki akses yang sama sebagaimana yang dimiliki
manajemen perusahaan terhadap informasi mengenai kondisi perusahaan. Untuk itu,
peran dewan pengawas ini dapat ditingkatkan dengan menyediakan akses kepada
manajer kunci tertentu seperti sekretaris perusahaan dan internal auditor ataupun
mempekerjakan penasehat independen dari luar perusahaan.
1.2 Peran Dewan Komisaris dan direksi dalam menegakkan standar etika
Peran dewan komisaris dan direksi dalam menegakan standar Etika menurut
ASEAN CG Socercard Part E, adalah sebagai berikut:
OECD Prinsip VI (C) Dewan harus menerapkan standar etika yang tinggi. Hal ini
harus mempertimbangkan kepentingan stakeholder. Dewan memiliki peran penting
dalam pengaturan nada etis dari perusahaan, tidak hanya dengan tindakan sendiri, tetapi
juga dalam penunjukan dan mengawasi eksekutif kunci dan akibatnya manajemen pada
umumnya. Standar etika yang tinggi dalam kepentingan jangka panjang perusahaan
sebagai sarana untuk membuatnya kredibel dan dapat dipercaya, tidak hanya dalam
operasi sehari- hari, tetapi juga berkaitan dengan komitmen jangka panjang. Untuk
membuat tujuan dewan yang jelas dan operasional, banyak perusahaan telah
menemukan itu berguna untuk mengembangkan kode perusahaan berdasarkan, antara
lain: standar profesi dan kode terkadang lebih luas dari perilaku perilaku. Yang terakhir
ini mungkin termasuk komitmen sukarela oleh perusahaan (termasuk anak perusahaan)
untuk mematuhi Pedoman OECD untuk Perusahaan Multinasional yang mencerminkan
semua empat prinsip yang terkandung dalam Deklarasi ILO tentang Hak Buruh
Fundamental. Kode seluruh perusahaan berfungsi sebagai standar perilaku baik oleh
dewan dan eksekutif kunci, menetapkan kerangka kerja untuk pelaksanaan penilaian
dalam berurusan dengan berbagai dan sering bertentangan konstituen. Minimal, kode
etik harus menetapkan batas yang jelas pada mengejar kepentingan pribadi, termasuk
transaksi pada saham perusahaan. Suatu kerangka menyeluruh untuk perilaku etis
melampaui kepatuhan hukum, yang harus selalu menjadi kebutuhan mendasar.
Menurut OECD proses pelaksanaan tugas dewan komisaris dan dewan direksi
adalah:
1. Tanggung jawab bersama Dewan Komisaris dan Direksi dalam menjaga kelangsungan
usaha perusahaan dalam jangka panjang tercermin pada:
a) Terlaksananya dengan baik kontrol internal dan manajemen risiko;
b) Tercapainya imbal hasil (return) yang optimal bagi pemegang saham;
c) Terlindunginya kepentingan pemangku kepentingan secara wajar;
d) Terlaksananya suksesi kepemimpinan yang wajar demi kesinambungan manajemen di
semua lini organisasi.
2. Sesuai dengan visi, misi, dan nilai-nilai perusahaan, Dewan Komisaris dan Direksi perlu
bersama-sama menyepakati hal-hal tersebut di bawah ini:
a) Rencana jangka panjang, strategi, maupun rencana kerja dan anggaran tahunan;
b) Kebijakan dalam memastikan pemenuhan peraturan perundang-undangan dan
anggaran dasar perusahaan serta dalam menghindari segala bentuk benturan
kepentingan;
c) Kebijakan dan metode penilaian perusahaan, unit dalam perusahaan dan personalianya;
d) Struktur organisasi sampai satu tingkat di bawah Direksi yang dapat mendukung
tercapainya visi, misi dan nilai-nilai perusahaan.
Menurut Rezaee, Zabihollah (2009) dalam Corporate Governance and Ethics,
proses pelaksanaan tugas dewan komisaris dan direksi adalah sebagai berikut:
Kewajiban fidusia berarti bahwa, sebagai wali pemegang saham, direksi harus
dapat dipercaya, bertindak dalam kepentingan terbaik pemegang saham, dan investor
pada gilirannya memiliki keyakinan dalam tindakan direksi. Direksi harus menyadari
tugas utama mereka adalah untuk menjadi penjaga gerbang perusahaan dengan
melindungi investor dan bekerja menuju pencapaian nilai pemegang saham penciptaan
dan perlindungan kepentingan para pemangku kepentingan.
Literatur tata kelola perusahaan menyajikan tugas fidusia dewan direksi sebagai
berikut:
A. Tugas perawatan
Tugas perawatan karena menentukan cara di mana direksi harus melaksanakan
tanggung jawab mereka. Berkaitan dengan kedua direksi pengambilan keputusan
otoritas baik keputusan bisnis rutin atau keputusan strategis dan tanggung jawab
pengawasan mereka memantau fungsi manajerial, pengawasan internal, pelaporan
keuangan, dan kegiatan audit.
Untuk secara efektif memenuhi tugas perawatan karena , direktur harus:
1) bertindak demi kepentingan terbaik dari perusahaan dan pemegang saham.
2) bertindak dengan itikad baik dengan cara yang dipercaya dan dianggap dalam
kepentingan terbaik pemegang saham perusahaan.
3) latihan bahwa perawatan yang diharapkan dari "orang yang masuk akal" di bawah
keadaan yang sama.
4) diberitahu tentang urusan bisnis perusahaan.
5) latihan fungsi pengawasan waspada.
6) menjamin informasi yang dapat dipercaya proses pelaporan.
7) memantau pemenuhan dengan hukum yang berlaku, peraturan, dan regulasi .
Kegagalan untuk menegakan ketentuan tersebut dapat merupakan pelanggaran
kewajiban fidusia perawatan diharapkan direksi.
B. Tugas loyalitas
Tugas loyalitas membutuhkan untuk pengendalian diri dalam mengejar
kepentingan mereka sendiri atas kepentingan perusahaan. Tugas loyalitas melarang
direksi melakukan transaksi diri berurusan tidak adil yang dapat menyebabkan konflik
kepentingan, bersaing dengan perusahaan, atau menggunakan aset perusahaan atau
informasi rahasia untuk keuntungan pribadi. Memang, pelanggaran loyalitas dapat terjadi
bahkan tanpa adanya konflik kepentingan jika direksi sadar mengabaikan tugas mereka
kepada perusahaan dan pemilik saham tersebut.
C. Tugas itikad baik
Tugas itikad baik merupakan elemen penting dari kewajiban fidusia direktur, dan
setiap yang tidak bertanggung jawab, sembrono, tidak rasional, dan jujur perilaku atau
tindakan oleh direksi melanggar kewajiban fidusia ini. Tugas ini tidak didefinisikan dengan
baik dalam hukum dan sastra karena patung negara alamat hanya dua tugas perawatan
dan loyalitas. Selain itu, mengabaikan disengaja (kelalaian) dan kurangnya
penerapan due diligence untuk tugas perawatan dan kesetiaan dan sadar melanggar
hukum yang berlaku , peraturan , dan ketentuan tersebut menunjukkan itikad buruk.
D. Tugas untuk mempromosikan sukses
Direksi harus bertindak dengan itikad baik dan mempromosikan keberhasilan
perusahaan untuk kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.
Tanggung jawab direktur termasuk menyetujui pembentukan tujuan strategis, tujuan, dan
kebijakan yang mempromosikan abadi nilai pemegang saham dan peningkatan serta
perlindungan nilai stakeholder lainnya. Penciptaan nilai pemegang saham dapat dicapai
ketika perusahaan terlibat dalam keputusan strategis, kegiatan, dan kinerja yang
berkelanjutan yang menghasilkan pendapatan dan memaksimalkan kekayaan pemegang
saham.
E. Kewajiban untuk melakukan uji, penilaian independen, dan keterampilan
Tanggung jawab pengambilan keputusan akhir berada di tangan dewan
perusahaan dari direksi. Jadi direksi harus melakukan due diligence, keterampilan, dan
penilaian independen dalam membuat keputusan strategis. Direksi harus memiliki
pengetahuan tentang bisnis perusahaan dan urusan, terus memperbarui pemahaman
mereka tentang kegiatan perusahaan dan kinerja, dan menggunakan ketekunan yang
wajar dan penilaian independen dalam membuat keputusan.
F. Tugas untuk menghindari konflik kepentingan
Direksi harus menghindari situasi yang dapat menyebabkan potensi konflik
kepentingan yang akan membahayakan kepercayaan investor dalam fungsi pengawasan
mereka atau mpair kemandirian mereka dalam membuat keputusan strategis. Potensi
konflik kepentingan dapat terjadi ketika seorang direktur
1) Menerima hadiah materi manfaat dari pihak ketiga yang melakukan bisnis dengan
perusahaan
2) Secara langsung atau tidak langsung masuk ke dalam transaksi atau pengaturan dengan
perusahaan
3) Memperoleh pinjaman besar dari perusahaan
4) Terlibat dalam opsi saham dihitung sejak
G. Tugas fidusia dan aturan keputusan bisnis
Direksi secara efektif memenuhi kewajiban fidusia, beroperasi di bawah doktrin
hukum yang disebut "bisnis penghakiman aturan". Di bawah hukum negara, direksi
bertanggung jawab atas tugas fidusia, dan standart penghakiman aturan bisnis biasa
dilakukan dalam bisnis, direksi yang membuat keputusan dengan itikad baik.
Berdasarkan penalaran rasional dan cara yang tepat, dapat dilindungi dari kewajiban
kepada pemegang saham perusahaan dengan alasan bahwa mereka telah tepat
memenuhi kewajiban fidusia mereka. Untuk lebih efektif melaksanakan tugas fidusia
mereka, dewan direksi harus:
1) Mengkaji dan menyetujui strategi bisnis perusahaan secara keseluruhan
2) Menunjuk kompensasi dan bila perlu , mengabaikan eksekutif senior perusahaan
3) Menunjuk, kompensasi dan mengawasi pekerjaan auditor independen perusahaan dan
memecat mereka ketika dianggap dibenarkan.
4) Mengawasi laporan keuangan perusahaan.
5) Mengawasi kinerja perusahaan yang berkelanjutan dan abadi dalam menciptakan dan
meningkatkan nilai pemegang saham sekaligus melindungi kepentingan stakeholders.
6) Mengevaluasi kinerja dewan direktur perusahaan , komite dewan , dan anggota individu
komite.
1.7 Akuntabilitas dewan komisaris dan direksi :Penilaian kinerja terhadap dewan dan
anggotanya
BAB III
PEMBAHASAN KASUS
Permasalahan lain yang menimpa adalah, dari kasus ini terdapat dugaan korupsi
antara manajemen PT Askrindo dengan perusahaan yang dijaminnya. Direksi dari PT
Tranka Kabel yang merupakan salah satu perusahaan yang dijamin PT Askrindo, Umar
Zen, yang mengetahui bahwa perusahaannya tidak memenuhi syarat untuk
mendapatkan dana dari PT Askrindo tetap bersepakat dengan Direktur Keuangan dan
Teknologi Informasi PT Askrindo Rene Setyawan dan Kadiv Keuangan dan Akuntansi PT
Askrindo, Zulfan Lubis untuk mendapatkan dana. Dari kasus di atas jelas terlihat bahwa
ada penyalahgunaan kewenangan yang dilakukan oleh jajaran direksi PT Askrindo yang
berujung terhadap kasus tindak pidana di bidang keuangan. Menurut peraturan Bapepam
LK nomor IX.I.6 seharusnya pihak direksi melakukan ganti rugi baik secara sendiri-sendiri
atau secara tanggung renteng atas kerugian yang menimpa pihak lain.
3.2.5. Peran akuntan professional dalam memfasilitasi tanggungjawab dewan
Dalam kasus PT. Askrindo merupakan gambaran kegagalan auditor internal
sehingga terjadi kebocoran dana perusahaan yang sebegitu besarnya dibobol dan
menggambarkan kegagalan semua pihak dalam lingkungan internal PT
Askrindo. Selanjutnya terkait peran auditor eksternal, penerapan tata kelola perusahaan
tentunya berbeda di berbagai negara, pembeda utamanya adalah stuktur pengurusannya
yakni one-tier atau two-tier. Bagi Indonesia yang banyak mengadopsi struktur two tier,
pemisahan fungsi pengawasan terkadang menimbulkan celah di antara dewan
komisaris dengan pihak manajemen atau dewan direksi. Oleh karena itu, dibutuhkan
komite audit untuk "menjembatani" dewan komisaris dan direksi yang bertujuan untuk
membantu dewan komisaris dalam memastikan efektivitas sistem pengendalian internal
dan efektivitas pelaksanaan tugas auditor eksternal dan internal.
3.3. Kesimpulan
Dalam kasus Aksrindo, terdapat 3 fokus utama yakni pelanggaran peraturan
perundang-undangan dan pasar modal, manipulasi laporan keuangan, serta pelanggaran
etika bisnis. Terlebih lagi ketiga fokus masalah ini "dilengkapi" dengan kecerobohan
keputusan investasi PT Askrindo. Dewan direksi cenderung lalai dalam mengambil
keputusan, terutama Direktur Keuangan dan Teknologi Informasi PT Askrindo yakni Rene
Setyawan. Kesalahan fatal terjadi saat menghadapi masalah pendebetan kas Askrindo
yang cukup signifikan oleh Bank Mandiri akibat empat nasabah, PT Tranka Kabel, PT
Vitron, PT Indowan, dan PT Multimegah, yang dijamin tidak dapat membayar L/C. Rene
berikut kadiv keuangan Askrindo, agar jaminan yang dibayarkan Askrindo pada Bank
Mandiri kembali, justru menyalurkan dana kepada nasabah melalui jasa keuangan yakni
manajer investasi dengan penenpatan dana di repo dan KPD yang jelas bukan jenis
investasi yang diperbolehkan untuk perusahaan asuransi.
Dewan lalai melaksanakan peran terpenting dalam menciptakan lingkungan
perusahaan dengan standar etika yang tinggi, sesuai dengan sub prinsip C OECD nomor
6 : bahwa dewan memiliki Tidak hanya dengan tindakan sendiri tetapi juga dengan
mengawasi key executives dan manajemen secara umum.
Askrindo dalam kasus ini melanggar etika karena menawarkan peluang investasi,
dengan mempromosikan nasabah-nasabah yang bermasalah sebagai nasabah
premium, Askrindo sama sekali tak menyebutkan jika para nasabah Askrindo ini adalah
nasabah yang gagal bayar jaminan L/C. Hal ini tentu tidak etis dalam bisnis karena
merekomendasian nasabah-nasabah yang telah diketahui bermasalah oleh Askrindo.
Tidak hanya itu, Askrindo juga melakukan rekayasa pembukuan dan sengaja melakukan
salah hitung yang dilakukan dengan tidak mengakui adanya pembayaran yang telah
diterima dari 3 nasabah kepada pihak JI. Tindakan ini merugikan pihak JI sehingga
membuat partner bisnisnya tersebut merugi hingga 148 miliar. Hal ini tentunya membuat
kredibilitas dan kepercayaan terhadap Askrindo menurun.
Fungsi dewan komisaris yakni meninjau dan mengarahkan strategi perusahaan,
kebijakan mengenai resiko dan memantau belanja modal yang besar dapat
dipertanyakan sebab beberapa investasi yang secara jelas dilarang dilakukan oleh
Askrindo sudah berlangsung cukup lama. Investasi melalui Kontrak Pengelolaan Dana
(KPD) sudah dilakukan Askrindo sejak tahun 2005, sedangkan Repurchase Agreement
(Repo) sejak tahun 2008. Penempatan investasi tidak dilakukan dengan prinsip kehati-
hatian dan tidak menghitung risiko kerugian. Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan Bapepam-LK Nurhaida mengatakan, pengusutan terhadap kasus
Askrindo telah dilakukan sejak Bapepam-LK meminta perusahaan asuransi
menghentikan dan melaporkan investasi melalui KPD pada 2008.
3.4. Saran
Terkait dengan Kasus PT. Askrindo beberapa saran yang dapat diberikan adalah:
1. Investasi dalam bentuk KPD dan Repo telah menunjukkan manajemen melanggar
peraturan yang ada, seharusnya Dewan Komisaris melakukan tindakan dengan
mengusulkan pergantian manajemen dalam RUPS.
2. Seharusnya komite audit bekerja dengan baik. Sebab adanya manipulasi laporan
keuangan membuktikan terdapat masalah yang kemudian juga luput dari pengawasan
dewan komisaris
3. Seharusnya Dewan komisaris melaksanakan fungsinya dengan baik, sehingga tindakan
ilegal ini tidak berlangsung lama, atau setidaknya setelah mendapatkan surat peringatan
dari Bapepam LK, Dewan Komisaris bertindak dengan tegas dengan mengusulkan
penggantian manajemen dalam RUPS terkait penyalanggunaan wewenang yang telah
dilakukan oleh anggota dewan direksi (Rene Setyawan).