Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
sangat berpotensi untuk diobati. AKI terjadi akibat adanya gangguan dan penurunan fungsi
ginjal , yang disebabkan oleh beberapa penyakit ginjal yang spesifik seperti intersisial nepritis
akut,glomerular akut; penyakit renal vaskulitik, kondisi yang tidak spesifik seperti iskemik,
keracunan; penyebab dari extra-renal seperti azotemia pre-renal dan postrenal obstruksi
nefropati akut.
Diagnosis AKI ditegakkan dengan salah satu kriteria dibawah ini, yaitu :
- Peningkatan Serum Kreatinin >= 0.3 mg/dl (>= 26.5 mol/l) dalam waktu 48 jam.
- Peningkatan Serum Kreatinim >= 1.5 kali dari nilai sebelumnya, dimana telah diketahui atau
sudah terjadi 7 hari sebelumnya.
- Nilai urin volume < 0.5 ml/kg/h selama 6 jam.
Stadium AKI
Stadium Serum Kreatinin Urin Output
1 Meningkat 1.5-1.9 kali dari < 0.5 ml/kg/h selama 6-12
nilai sebelumnya jam.
Atau meningkat >= 0.3 mg/dl
(>=26.5 mol/l)
2 Meningkat 2.0-2.9 kali dari < 0.5 ml/kg/h selama 12 jam
nilai sebelumnya
3 Meningkat 3.0 kali dari nilai < 0.3 ml/kg/h selama >= 24
sebelumnya atau peningkatan jam
nilai serum >= 4.0 mg/dl Atau anuria selama >= 12 jam.
(353.6 mol/l) atau sudah
dilakukan inisiasi replacement
terapi hati pada pasien
berumur < 18 tahun,adanya
penurunan eGFR < 35 ml/min
per 1.73 m2
Penggunaan urin output dalam kriteria diagnosis dan penegakan stadium harus lebih
diperhatikan karena pengaruh urin output dapat dipengaruhi dari obat-obat seperti angiotensin-
converting enzyme inhibitors, dan obesitas. Pasien yang datang dengan penyakit
glomerulonepritis akut , vaskulitis interstitial nefritis, microangiopathy trombotic, obstruksi
saluran kencing harus diperiksa urine sedimen, uji serologis, hematologis tes, dan usg ginjal
dalam menentukan diagnosis AKI.
2.2 Penilaian Risiko
Prognosis AKI dipengaruhi oleh berbagai faktor. Penelitian terbaru menunjukkan 30%
pasien yang telah sembuh dari AKI mempunyai risiko untuk CKD, penyakit jantung koroner, dan
kematian sel. Untuk itu, penilaian screening awal pada pasien yang mengalami sepsi, trauma,
dan peyakit kritikal lainnya sangat penting untuk dilakukan. Penilaian screening nilai interval
serum kreatinin harus dilakukan setelah terpapar dan melihat nilai urin outputnya. Penilaian
risiko ini bertujuan untuk dapat menentukan keadaan emergensi pasien dan angka
prognosisnya.
Penilaian evaluasi klinis AKI harus memperhatikan anamesa dan pemeriksaan fisik.
Anamesa obat harus benar-benar ditanyakan seperti, konsumsi minuman herbal/ jamu-jamuan ,
obat-obatan malaria, terpapar dengan pestisida, dan lainnya. Pemeriksaan fisik harus benar-
benar dievaluasi supaya dapat menentkan status cairan pasien, gejala-gejala penyakit jantung
akut/kronis , infeksi dan sepsis. Pemeriksaan laboratorium seperti nilai kreatinin, BUN (blood
urea nitrogen), elektrolit dan pemeriksaan darah lengkap serta mikroskopis harus dilakukan.
Urinalisa urin dan pemeriksaan mikroskopis urin haru dilakukan. USG ginjal sangat penting
dilakukan untuk mengevaluasi pasien-pasien AKI. Semua hal di atas dilakukan untuk penegakan
diagnosis AKI, evaluasi penatalaksanaan dan menilai prognosis AKI. Dengan adanya evaluasi dan
penatalaksanaan yang baik, dapat mengurangi penyebab dan stadium AKI, serta mengurangi
komplikasi dari AKI menjadi CKD.