Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
BARANG SEADANYA
Penulis : Bahrul Ilmi (DPL 1 : Geradi Y, S. IP,. M. A, DPL 2 : Ady Guswady, SH,
Anggota Unit 153 : Novia Citra Dewi, Nadila Anindita, Eko Wisnu Mubiyardi, Elyana
Ade Pertiwi, Laela Musdawati, Amy Elfandi, Irfa Aiga Maya, Faiz Khairul Isbat)
Email : mizor22@gmail.com
Abstract
Hydroponics is a planting without using soil media. Soils that are conventionally planted
prima donnas are considered to be the cause of failure in the harvesting stage. Not
infrequently, farmers experience losses by using conventional land, whether water
shortages, seasonal nutritional nutrients, and other substances that plants need to grow.
The true soil is where the growth of plants can be replaced with inert media, such as
sand, charcoal husk, rockwool, cotton, gravel, etc. In areas with unproductive land /
margins, hydroponics can be developed as a potential resource.
Along with the development of the times, hydroponics has experienced rapid
development. Various methods have been developed such as NFT method (Nutrien Film
Technique), DFT (Deep Flow Technique), Aeroponic, Bioponic, and the simplest is the
wick system or the axis system. With this axis system, there is a container as a container
of water and nutrients and pots on it that connect to the axis so that water and nutrients
can seep up. With this simple method, the plant will always be moist and moist does not
require intensive watering every day.
In developed countries, agricultural activities can be done practically, more controlled
and scheduled. However, hydroponics also offers agricultural activities that can be well
developed to improve the economic quality of the agricultural sector. Hydroponic
agriculture is able to provide high quality production results that can increase the sale
value of the plant.
So that the welfare of society can be realized.
Hidroponik adalah suatu penanaman tanpa menggunakan media tanah. Tanah yang
secara konvensional menjadi primadona penanaman, dianggap telah menjadi penyebab
kegagalan dalam tahap pemanenan. Tak jarang dengan petani mengalami kerugian
dengan menggunakan tanah konvensional, entah kekurangan air, nutrisi pengaruh
musim, dan zat-zat lain yang dibutuhkan tanaman untuk tumbuh. Tanah yang sejatinya
merupakan tempat tumbuhnya tanaman dapat digantikan dengan media inert, seperti
pasir, arang sekam, rockwool, kapas, kerikil, dll.
Seiring perkembangan zaman, hidroponik telah mengalami perkembangan pesat.
Berbagai metode telah berkembang maju diantaranya metode NFT (Nutrien Film
Technique), DFT (Deep Flow Technique), Aeroponic, Bioponic, dan paling sederhana
yaitu system wick atau sistem sumbu. Dengan system sumbu ini, terdapat wadah sebagai
penampung air dan nutrisi dan pot diatasnya yang terhubung dengan sumbu sehingga air
dan nutrisi dapat meresap keatas. Dengan metode sederhana ini, tanaman akan selalu
basah dan lembab tidak memerlukan penyiraman intensif setiap hari.
Di Negara maju, kegiatan pertanian dapat dilakukan dengan praktis, lebih terkontrol
dan terjadwal. Namun, hidroponik pun menawarkan kegiatan pertanian yang dapat
dikembangkan dengan baik menghasilkan peningkatan mutu ekonomi sector pertanian.
Pertanian hidroponik mampu memberikan hasil produksi dengan mutu yang tinggi yang
dapat meningkatkan nilai jual tanaman tersebut. Sehingga kesejahteraan masyarakat
dapat terwujud.
1. PENDAHULUAN
Bercocok tanam merupakan kegiatan yang sejak dahulu telah dilakukan oleh
nenek moyang kita. Kegiatan bercocok tanam lebih terkhusus pada sektor pertanian yang
dapat menunjang kebutuhan ekonomi masyarakat/petani. Petani telah terbiasa melakukan
sistem konvensional dalam bertani, yaitu dengan mengolahan lahan terlebih dahulu,
kemudian menunggu hujan turun adalah waktu yang tepat untuk menanam. Jika hujan
turun, maka peluang untuk mendapat hasil pertanian cukup besar. Namun jika hujan tak
kunjung turun, maka kegagalan adalah sesuatu yang menunggu didepan mata.
Suatu metode yang tidak terpengaruh oleh musim, nutrisi yang dapat
dimodifikasi sehingga tanaman dapat terus menerus mendapat asupan yaitu system
hidroponik. Alasan memilih hidroponik tidak lain adalah karena keutamaan yang
dimilikinya dibandingkan dengan sistem konvensional. Beberapa keuntungan dengan
menerapkan sistem hidroponik adalah sebagai berikut: dapat dilakukan pada lahan
dengan tanah yang kurang bahkan tidak produktif sekalipun, karena media tumbuh
tanaman tidak menggunakan tanah, ramah lingkungan karena tidak menggunakan
pestisida yang merusak tanah, menghemat pemakaian pupuk, tidak memerlukan banyak
tenaga kerja, lebih hemat air karena tidak perlu menyiramkan air setiap hari, tidak
membutuhkan lahan yang banyak, media tanaman bisa dibuat secara bertingkat,
kebersihan lebih mudah dijaga dan terhindar dari penyakit yang berasal dari tanah,
budidaya tanaman dapat dilakukan tanpa tergantung kepada musim, larutan nutrisi
tanaman dapat dipasok sesuai dengan tingkat kebutuhan tanaman, serangan hama dan
penyakit cenderung jarang dan lebih mudah dikendalikan, jika dilakukan dengan benar
dapat mengasilkan panen yang lebih berkualitas dengan kuantitas yang lebih tinggi, dan
dapat mengatur waktu tanam dan jadwal panen sesuai dengan kebutuhan pasar atau
permintaan konsumen.
Masyarakat Jono adalah masyarakat yang agraris. Sebagian besar warganya
bermata pencaharian dibidang pertanian disamping usaha lintingan rokok. Lazim jika
pertanian menjadi sumber pokok kehidupan masyarakat Desa Jono. Tak jarang terlihat
disekitar sekeliling rumah pot-pot tanaman berisi tanaman kebutuhan sehari-hari ditanam
untuk memenuhi kebutuhan dapur pribadi maupun kebutuhan pasar. Selain pot-pot berisi
tanaman, lahan-lahan terlihat memiliki hasil dengan buah dan sayurannya. Dengan
metode konvensional menggunakan tanah, peluang masyarakat Jono menghasilkan panen
yang kontinyu kerap dipertanyakan dikarenakan lahan-lahan pertanian cenderung
terpengaruh oleh musim. Jika musim hujan, lahan-lahan desa Jono kerap kebanjiran,
namun ketika dating musim kering, lahan-lahan menjadi keras dan tandus. Selain musim,
penyakit dan hama lebih mudah menyerang tanaman pada system konvensional tanah,
sehingga masyarakat Jono kadangkala tidak maksimal dalam menikmati hasil pertanian.
Dengan pengenalan metode hidroponik, diharapkan masyarakat Jono menjadi
lebih berwawasan tentang teknik penanaman pertanian yang lebih memaksimalkan hasil
untuk mencapai kehidupan masyarakt yang lebih makmur dan sejahtera.
2. METODE PELAKSANAAN
Hidroponik berasal dari kata Hydro (air) dan Ponics (pengerjaaan), sehingga
hidroponik bisa diartikan bercocok tanam dengan media tanam air. Pada awalnya orang
mulai menggunakan air sebagai media tanam mencontoh tanaman air seperti kangkung,
sehingga kita mengenal tanaman hias yang ditanam dalam vas bunga atau botol berisi air.
Sejarah hidroponik dimulai pada 3 abad yang lalu, pada tahun 1669 di Inggris sudah
dilakukan pengujian tanaman hidroponik dalam laboratorium. Kemajuan yang sangat
berpengaruh terjadi pada tahun 1936, Dr. W.F. Gericke di California (AS) berhasil
menumbuhkan tomat setinggi 3 m dan berbuah lebat dalam bak berisi air mineral. Pada
tahun 1950 Jepang secara besar-besaran menyebarkan cara bercocok tanam hidroponik
untuk mensuplai sayuran bagi tentara pendudukan Amerika Serikat. Dari sini hidroponik
terus menyebar ke berbagai negara. Di Indonesia hidroponik mulai dikembangkan pada
sekitar tahun 1980.
Hidroponik adalah metode penanaman tanaman tanpa menggunakan media
tumbuh dari tanah. Secara harafiah hidroponik berarti penanaman dalam air yang
mengandung campuran hara. Dalam praktiknya sekarang ini, hidroponik tidak terlepas
dari penggunaan media tumbuh lain yang bukan tanah sebagai penopang pertumbuhan
tanaman.
Menurut Raffar (1993), sistem hidroponik merupakan cara produksi tanaman
yang sangat efektif. Sistem ini dikembangkan berdasarkan alasan bahwa jika tanaman
diberi kondisi pertumbuhan yang optimal, maka potensi maksimum untuk berproduksi
dapat tercapai. Hal ini berhubungan dengan pertumbuhan sistem perakaran tanaman, di
mana pertumbuhan perakaran tanaman yang optimum akan menghasilkan pertumbuhan
tunas atau bagian atas yang sangat tinggi. Pada sistem hidroponik, larutan nutrisi yang
diberikan mengandung komposisi garam-garam organik yang berimbang untuk
menumbuhkan perakaran dengan kondisi lingkungan perakaran yang ideal.
pertama kali dikenalkan oleh DR. WF. Gericke, seorang agronomis dari
5. REFERENSI
http://apandi2.blogspot.com/2012/05/kelebihan-dan-kelemahan-hidroponik.html
09 September 2017.
2017.
Anonim. 2013. Teknik Hidroponik untuk Budidaya Tanaman. Diakses di
2017.
http://indoagraris.wordpress.com/2013/04/12/hidroponik-dan-aeroponik/ pada
D., Anas Susila. 2013. Bahan Ajar Mata Kuliah Dasar-Dasar Hortikultura. Bogor:
IPB Press.