Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT. Atas berkat rahmat dan
hidayah-Nya Penulis bisa menyelasaikan makalah ini yang berjudul "Makalah
Kebijakan Yang MendukungKeselamatan Pasien". Makalah ini kami buat guna
untuk memenuhi kewajiban kami sebagaiMahasiswa yaitu mengumpulkan tugas
dari mata kuliah Manajemen Patient Safety.
Kami juga mengucapkan terimaksih banyak kepada Ibu Dosen Anita
Rosanty, SST., M.Kes. atas bimbingan dan ilmu yang telah diberikan kepada kami
sekaligus pemberian tugas ini guna untuk sebagai bekal kami dimasa yang akan
datang. Dan tidak lupa juga Penulis ucapkan terimakasih banyak kepada teman-
teman yang telah membantu dan memberikan semangatkepada kami dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari
kesempurnan oleh karena itu dengan kerendahan hati Penulis meminta kepada
para pembaca agar senantiasa dapat memberikan kritikdan saran yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan tugas ini.
Akhir kata penulis harapkan semoga tugas ini dapat bermanfaat bagi kit
semua dan semoga apa yang telah Penulis kerjakan mendapat berkah dari Allah
SWT. Aamin.
Kendari, 30 Oktober
2017
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan patient safety?
2. Kebijakan-kebijakan apa saja yang mendukung keselamatan pasien?
3. Bagaimana kewajiban perawat dalam keselamatan pasien?
C. Tujuan Makalah
1. Untuk mengetahui pengertian patient safety
2. Untuk mengetahui kebijakan-kebijakan yang mendukung keselamatan pasien.
3. Untuk mengetahui kewajiban perawat dalam keselamatan pasien.
D. Manfaat Makalah
1. Bagi pembaca, makalah ini dapat dijadikan sebagai penambah wawasan
tentang patient safety.
2. Bagi penulis, makalah ini tidak hanya sebagai pemenuhan tugas mata kuliah
tetapi juga sebagai ilmu yang berguna untuk menjadi tenaga kesehatan yang
professional.
2
BAB II
PEMBAHASAN
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit
membuat asuhan pasien lebih aman yang meliputi asesmen risiko, identifikasi dan
pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis
insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi
solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko dan mencegah terjadinya cedera yang
disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak
mengambil tindakan yang seharusnya diambii. (MenKes RI, 2011)
Patient safety adalah konsep pasien yang sedang dalam pelayanan kesehatan
dapat mencapai dampak yang diharapkan. Dalam hal injury, patient safety
didefinisikan sebagai terbebas dari accidental injury dengan menjamin keselamatan
pasien melalui penetapan sistem operasional, meminimalisasi kemungkinan
kesalahan, dan meningkatkan pencegahan agar kecelakaan tidak terjadi dalam proses
pelayanan. (Interns Patient Safety Workshop, Elrifda 2011)
Hughes (2008) menyatakan bahwa keselamatan pasien merupakan pencegahan
cidera terhadap pasien. Pencegahan cidera didefinisikan bebas dari bahaya yang
terjadi dengan tidak sengaja atau dapat dicegah sebagai hasil perawatan medis.
Praktek keselamatan pasien adalah mengurangi risikc kejadian yang tidak diinginkan
yang berhubungan dengan paparan terhadar lingkungan diagnosis atau kondisi
perawatan medis.
Dari beberapa definisi diatas dapat kami simpulkan bahw; keselamatan pasien
adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuha pasien yang lebih aman
guna meminimalkan terjadinya risiko atau kesalaha dan mencegah terjadinya cedera
pada pasien, yang berhubungan denga paparan terhadap lingkungan diagnosis atau
kondisi perawatan medis.
3
B. Kebijakan - Kebijakan yang Mendukung Keselamatan Pasien
4
i. Pasal 43 UU No.44/2009
1) Rumah sakit wajib menerapkan standar keselamatan pasien.
5
2) Jaminan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputi :
a. Ketersediaan sarana dan prasarana kesehatan dengan memperhatikan
kebutuhan khusus baik laki-laki, perempuan, anak, penyandang cacat dan
orang lanjut usia;
b. Ketersediaan perbekalan kesehatan;
c. Ketersediaan tenaga di unit-unit layanan kesehatan.
3) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (l) meliputi .
a. penyediaan ruang khusus bagi ibu menyusui dan bayi di fasilitas pelayanan
kesehatan;
b. penyediaan sarana khusus penyandang cacat di fasilitas pelayanan
kesehatan;
c. layanan konseling dan pembebasan biaya Visum et Repertum bagi korban
kekerasan seksual dan fisik;
d. penanganan Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) bagi korban kekerasan
seksual;
e. penanganan khusus bagi orang dengan penyakit IMS, HIV/AIDS (ODHA);
dan
f. penyediaan sarana khusus bagi orang lanjut usia di fasilitas pelayanan
kesehatan.
b. Pasal 13
1) Dalam keadaan darurat, fasilitas pelayanan kesehatan, baik pemerintah
maupun swasta wajib memberikan pelayanan kesehatan untuk menyelamatkan
nyawa pasien.
2) Fasilitas pelayanan kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan dalam
keadaan darurat dilarang menolak pasien dan/atau meminta uang muka
terlebih dahulu.
c. Pasal 24
1) Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan wajib menyediakan unit pengaduan
untuk masyarakat.
2) Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan wajib merespon pengaduan
masyarakat dalam waktu paling lambat 14 (empat belas) hari keija setelah
pengaduan diterima.
6
3) Setiap penyelenggara pelayanan kesehatan yang lalai da\am merespon
pengaduan masyarakat, dapat dilaporkan kepada atasannya selaku pembina,
DPRD, Ombudsman, dan/atau lembaga pengawasan dan pengaduan lainnya.
c. Merujuk Klien yang tidak dapat ditangani kepada Perawat atau tenaga
kesehatan lain yang lebih tepat sesuai dengan lingkup dan tingkat
kompetensinya;
d. MendokumentasikanAsuhan Keperawatan sesuai dengan standar;
7
e. Memberikan informasi yang lengkap, jujur, benar, jelas, dan mudah
dimengerti mengenai tindakan Keperawatan kepada Klien dan/atau
keluarganya sesuai dengan batas kewenangannya;
f. Melaksanakan tindakan pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan lain
yang sesuai dengan kompetensi Perawat; dan
g. Melaksanakan penugasan khusus yang ditetapkan oleh Pemerintah.
f) Memperbaharui data
8
BAB III
KASUS
A. Malpraktik
Malpraktik berasal dari katamalaartinya salah satu tidak
semestinya,sedangkan praktik adalah proses penanganan kasus(pasien)dari
seorang professional yang sesuai dengan prosedur kerja yang telah
ditentukan oleh kelompok profesinya. Sehingga malpraktik dapat di artikan
melakukan tindakan atau praktik yang salah satu atau yang menyimpang dari
ketentuan atau prosedur yang baku (benar). Dalam bidang kesehatan,
malpraktik adalah penyimpangan penanganan kasus atau masalah
kesehatan(termasuk penyakit)oleh petugas kesehatan, sehingga
menyebabkan dampak buruk bagi penderita pasien. (Is,2015)
Mapraktik( malpraktek ) atau malpraktik terdiri dari suku kata mal dan
praktik atau praktek. Mal berasal dari kata yunani, yang berarti buruk.
Praktik
(kamus umum bahasa Indonesia, purwardarminta,1976) atau praktik (kamus
dewan bahasa dan pustaka kementerian pendidikan Malaysia,1991) berarti
menjalankan perbuatan yang tersebut dalam teori atau menjalankan
pekerjaan (profesi). Jadi, malpraktik berarti menjalankan pekerjaan yang
buruk kualitasnya, tidak lege artis, tidak tepat. Malpraktik tidak hanya
terdapat dalam bidang kedokteran, tapi juga dalam profesi lain seperti
perbankan,pengacara,akuntan public dalam wartawan.(Hanafiah dan
Amir,2008)
Malpraktik mengacu pada tindakan kelalaian yang dilakukan oleh
seseorang yang terlibat dalam profesi atau pekerjaan yang sangat
membutuhkan keterampilan teknis atau professional. (Blais dkk,2006)
Menurut Myrtle Aydleotte(1992),keperawatan merupakan suatu seni
yang berorientasi pada manusia,perasaan untuk menghargai sesama individu
dan suatu naluri kesusilaan, serta tindakan apa yang harus dikerjakan.
9
Menurut persatuan perawat nasional Indonesia / PPNI (2016), praktik
keperawatan di artikan sebagai tindakan mandiri perawat professional
melalui kerja sama berbentuk kolaborasi dengan kilen dan tenaga kesehatan
lainnya dalam memberikan asuhan keperawatan sesuai lingkup wewenang
dan tanggung jawabnya.
Praktik keperawatan sebagai tindakan keperawatan professional
menggunakan pengetahuan teoritik yang mantap dan kokoh dari berbagai
ilmu dasar( biologi, fisika, biomedik, perilaku, social) dan ilmu keperawatan
sebagai landasan untuk melakukan asuhan keperawatan. Perawat yang baik
diasumsikan sebagai perawat yang dapat bekerja sesuai dengan harapan
klien, standard praktir dan standard kerja. Untuk dapat menjadi perawat
yang baik diperlukan kerja keras dari individu itu sendiri, peer grup, dan
pembinaan pihak manajemen.
B. Kasus Malpraktik
An. B berusia 12 tahun menderita kelumpuhan sejak 8 tahun yang lalu.
kejadian ini bermula saat An. B menjadi korban dugaan malpraktek yang
dilakukan oleh perawat. An. B dibawa orang tuanya berobat di klinik dr. F
yang baru setahun buka dengan mengontak salah satu rumah warga di
Alolama Kec. Mandonga Kota Kendari Provinsi Sulawesi Tenggara. Pada
saat itu An. B berusia 4 tahun, mengalami benjolan kelenjar sebesar telur
puyuh di bagian punggungnya. Benjolan itu sudah ada sejaka masih bayi.
Berdasarkan hasil pemeriksaan, dr. F menyarankan agar benjolan itu
sebaiknya di operasi. Orangtua pasien pun menyetujui dilakukannya
tindakan operasi dan dilakukan operasi pada tanggal 12 september 2004.
Dokter F mengatakan kepada keluarga bahwa yang melakukan tindakan
operasi bukan dirinya karena dia hanya seorang dokter umum, tetapi rekan
sejawatnya, dokter bedah di RSUD Kota Kendari yang ternyata adalah
seorang perawat. Perawat berinisial Ag melakukan operasi bersama
temannya bernama Ai. Pada saat operasi berlangsung, dr. F tidak ikut
membantu, tetapi hanya menyaksikan bersama dengan keluarga pasien.
Operasi berlangsung sekitar 30 menit. Benjolan yang ada dipunggung An. B
10
akhirnya diangkat dan dibuang, tetapi luka bedah pada benjolan yang telah
dibuang itu mengalami pendarahan, sehingga penyembuhan luka cukup
lama sampai memakan waktu 6 bulan.
Beberapa bulan setelah operasi, tubuh An. B menjadi lemas dan kaku,
bahkan kedua kakinya lumpuh dan tidak bias gerakkan. An. B hanya dapat
berbaring dan duduk dirumahnya sambil menjalani proses pengobatan.
setalah 6 bulan melakukan operasi pada An. B klinik dr. F ditutup dan tidak
beroperasi lagi. Perawat Ag sempat membantu biaya pengobatan sebanyak 2
kali, tetapi setelah itu sudah tidak pernah kelihatan lagi. Sejak saat itu, An. B
tidak bias lagi bermain dengan anak-anak seusianya. Sampai sekarang,
kedua kaki An. B lumpuh, timbul tulang ditelapak kaki kiri, telapak kaki
kanan berlubang, kencing bernanah, dan susah buang air besar. Pihak
keluarga akhirnya mengambil sikap melaporkan dr. F dan rekannya ke
Polres Kendari karena dugaan telah melakukan malpratek kepada anaknya.
Proses hukum atas kasus ini sedang dip roses dan masih dalam tahap
pemanggilan saksi.
C. Analisa Kasus
1. Berdasarkan Konsep Malpraktek
Kasus diatas merupakan salah satu bentuk malpraktik keperawatan,
karena telah memenuhi keempat criteria (duty, breach of the duty, injury,
causation) yaitu:
a. Perawat Ag berkewajiban melakukan tugasnya sebagai seorang
perawat sesuai dengan kewajibannya. Perawat tersebut melakukan
hal diluar kewenangan profesinya dan melakukan kewenangan
profesi lain (dokter)
b. Perawat Ag gagal melakukan tanggung jawabnya sesuai standard
profesi perawat dimana kewajiban perawat melaksanakan asuhan
keperawatan yang holistic.
c. Perawat Ag membuat pasien menderita cedera fisik dan pendarahan
d. Tindakan operasi mandiri perawat Ag mendatangkan akibat yang
buruk bagi pasien yaitu pasien harus menjalani pengobatan dalam
jangka waktu yang lama serta mengalami kelumpuhan.
11
2. Berdasarkan Kajian Hukum
a. UU RI No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan, BAB III Hak dan
Kewajiban dalam pasal 4 bahwa setiap orang berhak atas
kesehatan. Dalam hal ini klien berhak mendapatkan pengobatan
guna mendapatkan kesehatan dan setiap orang mempunyai hak
dalam memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, serta
terjangkau. Pada kass An. B tidak mendapatkan pelayanan kesehatan
yang aman, bermutu dan terjangkau karena klien mengalami luka
yang mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Hal ini membuat
pengobatan klien semakin lama dan biaya yang dikeluarkan semakin
besar
b. UU RI No. 38 tahun 2014 tentang Keperawatan
1) Pasal 32 ayat 2 menjelaskan bahwa pelimpahan wewenang
tindakan medis kepada perawat dapat dilakukan secara delegatif
dan mandate. Selanjutnya, pada penjelasan ayat 4 dapat diketahui
bahwa tindakan medis yang dapat dilimpahkan secara delegatif
adalah menyuntik, memasang infuse, dan memberikan imunisasi
sedangkan secara mandate yaitu pemberian terapi parental dan
penjahitan luka. Berdasarkan kasus diatas, perawat Ag telah
melakukan tindakan pembedahan, tindakan tersebutdi luar
kewenangan yang diperbolehkan dalam UU keperawatan.
2) Pasal 36 menjelaskan bahwa perawat melaksanakan praktek
keperawatan, berhak menolak keinginan klien atau pihak lain
yang bertentangan dengan kode etik, standar pelayanan, profesi,
SPO, atau ketentuan peraturan perundang-undangan. Sesuai
dengan kode etik keperawatan (PPNI, 2005), perawat juga berhak
menolak tindakan operasi secara mandiri yang bertentangan
dengan kode etik keperawatan antara perawat dan teman sejawat.
perawat harus bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan
yang memberikan pelayanan kesehatan secara tidak kompeten,
tidak etis dan illegal.
3) Pasal 37 poin (f) menjelaskan bahwa dalam melaksanakan
praktik keperawatan berkewajiban melaksanakan tindakan
pelimpahan wewenang dari tenaga kesehatan yang lain sesuai
12
dengan kompetensi perawat. Pelayanan keperawatan berdasarkan
standar kompetensi perawat Indonesia merupakan rangkaian
tindakan yang dilandasi aspek etik legal dan peka budaya untuk
memenuhi kebutuhan klien. Kegiatan tersebut meliputi kegiatan
procedural, pengembalian keputusan klinik yang memerlukan
analisi kritis serta kegiatan advokasi dengan menunjukkan
perilaku caring. Berdasrkan kasus diatas, perawat tidak
melakukan pelayana keperawatan sesuai ranah kompetensi
praktik professional, etis, legal, dan peka budaya (PPNI, 2005)
13
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Keselamatan pasien adalah suatu system dimana rumah sakit membuat asuhan
pasien yang lebih aman guna meminimalkan terjadinya risiko atau kesalahan dan
mencegah terjadinya cedera pada pasien, yang berhubungan dengan paparan
terhadap lingkungan diagnosis atau kondisi perawatan
B. Saran
Sebagai calon tenaga kesehatan maka perbanyaklah belajar agar suatu saat
bisa menjadi tenaga kesehatan yang professional yang lebih mengedepankan
kesehatan masyarakat.
14
Daftar Pustaka
Menkes RI.2011
http://73651143-PMK-No-1691-Ttg-Kesehatan-Keselamatan-Pasien-
Rumah-Sakit.pdf
Diakses Jumat 29 September 2017 pukul 13.00 WITA
UU RI, 2009
UU-No.44-Th-2009-ttg-Rumah-Sakit.pdf
UU-No.36-Th-2009-ttg-kesehatan.pdf
UU-No.38-Th-2014-ttg-keperawatan.pdf
Diakses Jumat 29 September 2017 pukul 13.15 WITA
15