Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
ABSES HATI
I. PENDAHULUAN
Abses hati masih merupakan masalah kesehatan dan sosial pada beberapa
negara di Asia, Afrika dan Amerika Selatan. Prevalensi yang tinggi sangat erat
hubungannya dengan sanitasi yang jelek, status ekonomi yang rendah serta gizi yang
buruk. Meningkatnya arus urbanisasi menyebabkan bertambahnya kasus abses hati di
daerah perkotaan.1,2
Abses hati dibedakan atas abses hati amuba dan abses hati piogenik. Abses
hati amuba biasa disebabkan oleh Entamoeba hystolitica sedangkan abses hati
piogenik disebabkan oleh bakteri dan pada anak dan dewasa muda biasa disebabkan
oleh komplikasi appendisitis, dan pada orang tua sebagai komplikasi penyakit
saluran empedu. Di negara yang sedang berkembang, abses hati amuba lebih sering
didapatkan secara endemis dibandingkan dengan abses hati piogenik. Abses hati
piogenik merupakan 70% dari semua abses hati. Abses hati piogenik merupakan
kondisi serius dengan angka kematian tinggi bila diagnosis tidak dibuat secara dini.
Bila terapi dilakukan secara dini dan tepat, angka kematian cenderung mengecil.1,3,4,5
1
Abses Hati
dalam massa hati membentuk rangka untuk cabang-cabang vena porta, arteri hepatika dan
saluran empedu.6
Gbr 1. Gambaran makroskopik dan mikroskopik hati7
Hati tersusun menjadi unit-unit fungsional yang dikenal sebagai lobulus, yaitu
susunan heksagonal jaringan yang mengelilingi sebuah vena sentral, seperti kue
angel food bersudut enam dengan lubang mewakili vena sentral. Di tepi luar setiap
potongan lobulus terdapat tiga pembuluh: cabang arteri hepatika, cabang vena porta,
dan duktus biliaris. Darah dari cabang-cabang arteri hepatika dan vena porta tersebut
mengalir dari perifer lobulus ke dalam ruang kapiler yang melebar yang disebut
sinusoid. Sinusoid ini terdapat di antara barisan sel-sel hati ke vena sentral seperti
jari-jari pada ban sepeda. Sel-sel kuffer melapisi bagian dalam sinusoid dan
menghancurkan sel darah merah yang usang serta bakteri yang lewat bersama darah.
Hepatosit tersusun diantara sinusoid-sinusoid dalam lempeng yang tebalnya dua lapis
sel, sehingga setiap tepi lateral berhadapan dengan darah sinusoid. Vena sentral dari
semua lobulus hati menyatu untuk membentuk vena hepatika, yang menyalurkan
darah keluar dari hati. Terdapat sebuah saluran tipis penyalur empedu, kanalikulus
biliaris, yang berjalan diantara sel-sel di dalam setiap lempeng hati. Setiap hepatosit
berkontak dengan sinusoid hati di satu sisi dan dengan kanalikulus biliaris di sisi
lain.8,9
2
Abses Hati
Hati adalah organ metabolit terbesar dan terpenting di tubuh. Organ ini
penting bagi sistem pencernaan untuk sekresi garam empedu dan juga melakukan
berbagai fungsi lain, mencakup hal-hal berikut:8
1. Pengolahan metabolik kategori nutrien utama (karbohidrat, lemak dan protein)
setelah penyerapan mereka di saluran pencernaan.
2. Detoksifikasi atau degradasi zat-zat sisa dan hormon serta obat dan senyawa
asing lainnya.
3. Sintesis berbagai protein plasma, mencakup protein-protein yang penting
untuk pembekuan darah serta untuk mengangkut hormon tiroid, steroid dan
kolesterol dalam darah.
4. Penyimpanan glikogen, lemak, besi, tembaga dan banyak vitamin.
5. Pengaktifan vitamin D yang dilaksanakan oleh hati bersama ginjal.
6. Pengeluaran bakteri dan sel darah merah yang usang berkat adanya makrofag
residen.
3
Abses Hati
B. Etiopatogenesis
4
Abses Hati
5
Abses Hati
6
Abses Hati
Dibandingkan dengan abses hati piogenik, abses hati amuba sering terletak
pada lobus kanan dan sering superfisial serta tunggal. Data terakhir menunjukkan
70% sampai 90% kasus pada lobus kanan hepar, terutama bagian belakang dari
kubah. Lebih dari 85% kasus abses amuba hepar adalah tunggal. Kecenderungan
ini diperkirakan akibat penggabungan dari beberapa tempat infeksi mikroskopik.
Ukuran abses bervariasi, dari diameter 1 sampai 25 cm, dengan pertumbuhan
yang berkelanjutan karena nekrosis aktif dari jaringan sekitar hepar. Kavitas
tersebut berisi cairan kecoklatan (hasil proses lisis sel hepar), debris granuler dan
beberapa sel-sel inflamasi. Amuba bisa didapatkan ataupun tidak di dalam cairan
pus. Bila abses ini tidak diterapi akan pecah. Dari hati, abses dapat menembus
ruang subdiafragma masuk ke paru-paru dan kadang-kadang dari paru ini
menyebabkan emboli ke jaringan otak.3,11,14
C. Gambaran Klinis
Manifestasi akut lebih sering pada abses hati amuba daripada piogenik. Jarang sekali penderita dengan ruptur abses hepar
menyebabkan syok. Banyak pasien dewasa yang memiliki gejala yang sama, namun lebih berat pada abses hati piogenik. Pasien dengan abses
hati amuba sering memiliki riwayat penyakit diare (20-50%).14 Gejala klinis yang klasik pada abses hati amuba dapat berupa demam yang
tidak lebih dari 38,5 C, nyeri perut kanan atas, hepatomegali yang nyeri spontan atau nyeri tekan. Jarang sekali disertai ikterus, prekoma,
atau koma. Bila lobus kiri yang terkena, akan ditemukan massa di daerah epigastrium. Kadang-kadang gejalanya tidak khas dan timbul pelan-
pelan. Penderita tidak kelihatan sakit berat seperti pada abses karena bakteri. 1,2,3,4,10,11,
14
No Gejala Presentase (%)
1 Nyeri perut 84-93
2 Demam 80-93
3 Menggigil 41-73
4 Nausea 45-85
5 Berat badan menurun 29-45
6 Diare 17-60
7 Batuk 2-41
No Tanda Presentase (%)
1 Nyeri tekan perut kanan atas 67-80
2 Hepatomegali 18-53
3 Tanda peritoneal 18-20
4 Ikterus 4-12
Tabel 1. Gejala dan tanda Abses Hati Amuba yang diteliti
antara tahun 1986-1999 pada 241 pasien10
7
Abses Hati
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto dada
Kelainan foto dada pada abses hati amuba dapat berupa peninggian
kubah diafragma kanan, berkurangnya gerak diafragma, efusi pleura,
kolaps paru dan abses paru.1,3,10
8
Abses Hati
9
Abses Hati
d. Tomografi Computer
Sensitivitas Tomografi Computer berkisar 95-100% dan lebih baik
untuk melihat kelainan di daerah posterior dan superior. Tetapi tidak dapat
melihat integritas diafragma, sehingga tidak dapat menentukan efusi
pleura sebagai efusi reaktif atau ruptur dari diafragma.1,11,14,
e. Pemeriksaan Serologi
Membedakan abses piogenik dengan abses amuba pada hepar
seringkali tidak dapat dilakukan dengan mempergunakan kriteria klinis,
pemeriksaan laboratorium rutin dan pemeriksaan radiologis. Karena itu,
pemeriksaan serologi diperlukan untuk memastikan adanya infeksi
amuba.14 Respon antibodi bergantung pada lamanya sakit dan negatif pada
10
Abses Hati
E. Diagnosis
Diagnosis abses hati amuba di daerah endemis dapat dipertimbangkan jika
terdapat demam, nyeri perut kanan atas dan hepatomegali yang nyeri tekan. Di
samping itu, bila didapatkan leukositosis, alkali fosfatase meninggi disertai letak
11
Abses Hati
F. Diagnosis Banding
Penyakit lain yang gejala klinisnya mirip dengan abses hati amuba antara
lain kolesistitis akut, hepatitis virus akut, dan karsinoma hati primer tipe febril.
Untuk memastikan diagnostik, perlu dilihat hasil pemeriksaan ultrasonografi,
punksi, dan percobaan pengobatan dengan amubisid yang merupakan diagnosis
pereksklusionem.3,10,14
G. Penatalaksanaan
Dengan ditemukannya metronidazol, sebagian besar kasus abses hati
amuba hepar tidak lagi memerlukan tindakan bedah. Aspirasi perkutan atau
tindakan bedah diperlukan bila diagnosisnya masih belum dapat dipastikan atau
bila terjadi komplikasi.
1. Antibiotik
Golongan imidasol meliputi metronidazol, tinidazol, dan niridazol
dapat memberantas amuba pada usus maupun hepar. Metronidazol peroral,
750 mg, tiga kali sehari selama sepuluh hari, dapat menyembuhkan 95%
penderita abses amuba hepar.1,10 Pemberian intravena sama efektifnya,
diperlukan pada penderita yang mengalami rasa mual atau pada penderita
yang keadaan umumnya buruk. Hasil yang positif pada pemberian
metronidazol secara empiris dapat memperkuat diagnosis abses amuba hepar.
Perbaikan gejala klinis terjadi dalam 3 hari dan pemeriksaan radiologis
menunjukkan penurunan ukuran abses dalam 7 sampai 10 hari. Metronidazol
tidak mahal dan aman, namun merupakan kontraindikasi pada kehamilan.
Efek samping yang dapat terjadi ialah mual dan rasa logam. Neuropati perifer
jarang terjadi.1,10,11,13,14,
Emetin, dehidroemetin, dan klorokuin berguna pada abses amuba
hepar yang mengalami komplikasi atau bila pengobatan dengam metronidazol
gagal.10,14 Karena obat ini hanya memberantas amuba yang invasif, diperlukan
pemberian obat yang bekerja dalam usus secara bersamaan. Pemberian
12
Abses Hati
2. Aspirasi Jarum
Penderita yang mendapat pengobatan amubisid sistemik namun gejala
klinisnya tidak menunjukkan perbaikan lebih dari 72 jam setelah dimulainya
pengobatan, akan menunjukkan perbaikan dengan cara aspirasi rongga abses.
Dalam hal ini, aspirasi berguna tidak hanya untuk mengurangi gejala-gejala
penekanan, tetapi juga untuk menyingkirkan adanya infeksi bakteri sekunder.
Aspirasi juga mengurangi risiko ruptur pada abses yang volumenya lebih dari
250 ml, abses yang terletak pada lobus kiri hepar, atau lesi yang disertai rasa
nyeri hebat dan elevasi diafragma, dan untuk membedakan dengan abses hati
piogenik Aspirasi juga bermanfaat bila terapi dengan metronidazol merupakan
kontraindikasi seperti pada kehamilan. Tidak ada indikasi untuk melakukan
13
Abses Hati
3. Drainase Perkutan
Drainase perkutan berguna pada penanganan komplikasi paru,
peritoneum dan perikardial. Tingginya viskositas cairan abses amuba
memerlukan kateter dengan diameter yang besar untuk drainase yang adekuat.
Infeksi sekunder pada rongga abses setelah dilakukan drainase perkutan dapat
terjadi.14
4. Drainase Bedah
Pembedahan diindikasikan untuk penanganan abses yang tidak
berhasil membaik dengan terapi konservatif. Laparotomi diindikasikan untuk
perdarahan yang jarang terjadi tetapi mengancam jiwa penderita, disertai atau
tanpa adanya ruptur abses. Tindakan operasi juga dilakukan bila abses amuba
mengenai sekitarnya. Penderita dengan septikemia karena abses amuba yang
mengalami infeksi sekunder juga dicalonkan untuk tindakan bedah, khususnya
bila usaha dekompresi perkutan tidak berhasil. Laparoskopi juga
dikedepankan untuk kemungkinannya dalam mengevaluasi terjadinya ruptur
abses amuba intraperitoneal. Sepanjang tindakan ini, kateter perkutan
dimasukkan dengan tuntunan laparoskopi akan berhasil mengeluarkan abses
dan mencegah tindakan laparotomi.3,13,14
H. Komplikasi
Diperkirakan 10% pasien dengan abses amuba hati akan mengalami
komplikasi. Dari penelitian yang baru-baru ini diadakan di China dengan 503
kasus abses amuba hati yang didokumentasikan sepanjang 21 tahun, didapatkan
22% mengalami komplikasi dengan perforasi. Perforasi tersering meliputi struktur
pleura dan paru (72%), ruang subfrenik (14%), dan ruang peritoneum (10%). Pada
penelitian lain (India Selatan) dengan 200 kasus abses amuba hati yang didapati
antara tahun 1989 dan 1991, komplikasi yang didapat 4% termasuk pleural efusi
(dua kasus), konsolidasi paru (4 kasus), efusi perikardial (1 kasus), dan ascites (2
14
Abses Hati
15
Abses Hati
Pada kurang dari 2% pasien, abses hepar kiri dapat mengalami ruptur ke
dalam perikardium. Pada kebanyakan pasien, akan timbul gagal jantung kongestif.
Penanganan dari amubiasis perikardial adalah nonoperatif, dengan angka
kematian yang rendah dengan aspirasi jarum dan amubisidal sistemik dibanding
prosedur drainase terbuka.14
I. Prognosis
Tidak seperti abses hati piogenik, angka kematian pada abses amuba hepar
tercatat dalam sejarah lebih rendah. Tahun 1935, Ochner melaporkan 9% pasien
dengan abses amuba meninggal karena penyakitnya. Para peneliti mengevaluasi
pengobatan dengan antibiotik saja, antibiotik dikombinasikan dengan aspirasi
jarum, dan antibiotik dengan drainase terbuka, telah dilaporkan dengan angka
kematian yang sama antara 2% sampai 3%.14
Beberapa faktor klinis telah dikaitkan dengan prognosis yang jelek pada
pasien-pasien dengan abses amuba hepar. Peningkatan umur, manifestasi klinis
yang lambat, encephalopathy, multipel abses, volume abses > 500 ml, dan
komplikasi seperti ruptur intraperikardial atau komplikasi pulmonum
meningkatkan tiga kali angka kematian. Hiperbilirubinemia (>3,5 mg/dL) juga
termasuk faktor resiko, dengan ruptur timbul lebih sering pada pasien-pasien
dengan jaundice. Kadar hemoglobin 8 g/dL dan serum albumin <2 g/dL juga
meningkatkan resiko ruptur. Meskipun demikian, kebanyakan pasien dengan
abses amuba hepar, dengan atau tanpa komplikasi, memiliki respons yang baik
terhadap pengobatan medis dan dapat sembuh.11,14
16
Abses Hati
B. Etiopatogenesis
Abses hati piogenik dapat berasal dari radang bilier, dari daerah splanknik
melalui v. porta, atau sistemik dari manapun di tubuh melalui a. hepatika.
Sebagian sumber tidak diketahui. Kadang disebabkan oleh trauma atau infeksi
langsung dari hati atau sistem di sekitarnya.3
Abses hati piogenik dapat terjadi melalui :1,2,3,,13,18,
1. Infeksi pelvis atau gastrointestinal seperti appendisitis, diverticulitis, disentri
basiler, hemoroid yang terinfeksi dan abses perirektal bisa menyebabkan
pileflebitis perifer disertai pernanahan dan trombosis yang kemudian
menyebar melalui vena porta ke dalam hati.
2. Saluran empedu merupakan sunber infeksi tersering. Sekitar 21-30% telah
dilaporkan. Kolangitis septik dapat menyebabkan penyumbatan saluran
empedu seperti juga batu empedu, kanker, striktur saluran empedu ataupun
anomali saluran empedu kongenital. Infeksi pada saluran empedu yang
mengalami obstruksi naik ke cabang saluran empedu intrahepatik
menyebabkan kolangitis yang menimbulkan kolangiolitis dengan akibat abses
multiple.
3. Trauma tajam atau tumpul dapat menyebabkan laserasi, perdarahan dan
nekrosis jaringan hati serta ekstravasasi cairan empedu yang mudah terinfeksi.
Hematom subkapsuler dapat mengundang infeksi dan menimbulkan abses
yang soliter dan terlokalisasi.
4. Abses hati dapat terjadi akibat penyebaran langsung infeksi dari fokus septik
berdekatan seperti empiema kandung empedu, pleuritis ataupun abses
perinefrik.
5. Kriptogenik tanpa faktor predisposisi yang jelas, terutama pada orang lanjut
usia, diabetes dan kanker metastasis. Pasien dengan abses hepar piogenik
17
Abses Hati
C. Gambaran Klinis
18
Abses Hati
19
Abses Hati
2. Pemeriksaan Penunjang
a. Foto Dada
Pada foto dada didapatkan elevasi atau perubahan diafragma kanan
terlihat pada 50% kasus. Dapat dijumpai pleuritis, empiema, abses paru
dan jarang sekali fistel bronkopleural. Kadang didapati garis batas udara
dan cairan yang terdapat di dalam rongga abses.1,3,18
b. Pemeriksaan ultrasonografi, radionuclide scanning, CT dan MRI
mempunyai nilai diagnostik yang tinggi. Sekarang dapat dikatakan bahwa
pemeriksaan CT dan MRI merupakan gold standard. Pemeriksaan ini
sangat penting dalam pengelolaan abses hati terutama untuk diagnosis dini
dan dapat menetapkan lokasi abses lebih akurat terutama untuk drainase
perkutan atau tindakan bedah. USG merupakan alat diagnostik yang
berharga karena cepat, noninvasif, biaya relatif lebih murah dan tidak ada
radiasi.1,2,3,13,18
c. Bakteriologi
Pemeriksaan biakan pada permulaan penyakit sering tidak
menimbulkan kuman. Kuman yang sering ditemukan adalah kuman gram
negatif dan bakteri anaerob.1,5
E. Diagnosis
20
Abses Hati
F. Penatalaksanaan
1. Antibiotik
Pemberian antibiotik disesuaikan hasil tes kepekaan kuman. Bila hasil
tes belum ada, sedangkan pengobatan harus dimulai, dapat digunakan
kombinasi gentamisin, metronidazol atau klindamisin. Pengobatan selama 2
bulan, kecuali bila abses telah diatasi dengan pembedahan secara baik. Bila
perlu, antibiotik dapat diberikan langsung ke saluran empedu melalui kateter
yang dipasang sewaktu melakukan laparotomi atau langsung ke sistem porta
melalui v. umbilikalis. Keberhasilan pengobatan bergantung pada ukuran,
letak dan jumlah asbes.1,3,13,18
2. Pengobatan Bedah
Indikasi drainase bedah adalah:18
1. Abses yang lokasinya tidak bisa dijangkau dengan drainase
perkutaneus.
2. Adanya penyakit intraabdominal lain yang membutuhkan
tindakan pembedahan.
3. Gagal dengan terapi antibiotik.
4. Gagal dengan aspirasi perkutaneus.
Adapun kontra indikasi relatif pembedahan:18
1. Abses multipel
2. Infeksi polimikrobial.
21
Abses Hati
G. Komplikasi
Dapat terjadi penyulit berupa pecahnya abses ke organ sekitarnya atau ke
dalam rongga tubuh, seperti perut, rongga dada atau pericard. Dapat pula terjadi
septisemia atau syok.3,18 Komplikasi ke rongga paru sangat sering terjadi, sehingga
menyebabkan efusi pleura, empiema dan fistel bronkohepatik. Komplikasi ke
intrabdominal juga biasa didapatkan seperti asbes subfrenik dan ruptur ke cavum
peritoneum, perut, colon, vena cava dan ginjal. Abses besar bisa menekan vena
cava inferior dan vena hepatica sehingga mengakibatkan sindrom Budd-Chiari.
Ruptur ke perikardium dan otak melalui pembuluh darah jarang terjadi.18
H. Prognosis
Asbes hati piogenik yang tidak diterapi bisa mengakibatkan angka
kematian 100%. Pada kasus serius, telah dilaporkan angka kematian lebih dari
80%. Diagnosis cepat, drainase yang adekuat dan terapi antibiotik lama bisa
menurunkan angka kematian menjadi 15-20%. Prognosis abses hati piogenik
dipengaruhi oleh.1,18
1. Usia lebih dari 70 tahun
2. Abses multipel
22
Abses Hati
3. Infeksi polimikrobial
4. Berhubungan dengan keganasan dan penyakit imunosupresif.
5. Gangguan fungsi hati seperti ikterus dan hipoalbuminemia.
Komplikasi dengan mortalitas tinggi dapat terjadi pada keadaan sepsis
asbes subfrenik atau subhepatik, ruptur abses ke rongga peritonium, pleura, atau
ke paru, disamping komplikasi kegagalan hati, hemobilia dan perdarahan ke
dalam asbes hati.1,3
Penyakit penyerta yang dapat menyebabkan mortalitas tinggi adalah
diabetes melitus, penyakit polikistik dan sirosis hati.1
23