Você está na página 1de 21

Analisis Simbol Babi pada cerpen B karya Rizal Afifi dan Babi karya putu

wijaya dengan menggunakan pendekatan Semiotika Pierce

Disusun Oleh :

NADILA RIZKY PTATIWI (A1A015037)

DOSEN: Emi Agustina, M.Hum

PROGRAM PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS BENGKULU
2017

1
Analisis Simbol Babi pada Cerpen B Karya Rizal Afifi dan Babi Karya
Putu Wijaya dengan Menggunakan Pendekatan Semiotika Pierce

1.PENDAHULUAN

Bagi Peirce, tanda is something which stands to somebody for something in


some respect or capacity. Sesuatu yang digunakan agar tanda bisa berfungsi, oleh
Peirce disebut ground. Konsekuensinya, tanda (sign atau representamen) selalu
terdapat dalam hubungan triadik, yakni ground, object, dan interpretant. Atas dasar
hubungan ini, Peirce mengadakan klasifikasi tanda.
Tanda yang dikaitkan dengan ground dibaginya menjadi qualisign, sinsign,
dan legisign. Qualisign adalah kualitas yang ada pada tanda, Sinsign adalah eksistensi
aktual benda atau peristiwa yang ada pada tanda. Legisign adalah norma yang
dikandung oleh tanda. Berdasarkan objeknya, Peirce membagi tanda atas icon (ikon),
index (indeks), dan symbol (simbol). Ikon adalah tanda yang hubungan antara
penanda dan petandanya bersifat bersamaan bentuk alamiah. Atau dengan kata lain,
ikon adalah hubungan hubungan antara tanda dan objek atau acuan yang bersifat
kemiripan; misalnya, potret dan peta. Indeks adalah tanda yang menunjukkan adanya
hubungan alamiah antara tanda dan petanda yang bersifat kausal atau hubungan sebab
akibat, atau tanda yang langsung mengacu pada kenyataan. Tanda dapat pula
mengacu ke denotatum melalui konvensi. Tanda seperti itu adalah tanda konvensional
yang biasa disebut simbol. Jadi, simbol adalah tanda yang menunjukkan hubungan
alamiah antara penanda dengan petandanya. Hubungan di antaranya bersifat arbriter
atau semena, hubungan berdasarkan konvensi (perjanjian) masyarakat.
Berdasarkan interpretant, tanda (sign, representamen) dibagi atas rheme,
dicent sign atau dicisign dan argument. Rheme adalah tanda yang memungkinkan
orang menafsirkan berdasarkan pilihan. Dicent sign atau dicisign adalah tanda sesuai
kenyataan. Argument adalah tanda yang langsung memberikan alasan tentang sesuatu
(Sobur, 2006: 41-42).
Karya sastra merupakan salah satu bentuk ekspresi seseorang yang di
tuangkan dalam bentuk tulisan. Karena berbentuk tulisan, terkadang isi dan makna
cerita yang ingin di sampaikan terkadang ditulis secara tersurat maupun tersirat
melalui permainan kata yang digunakan pengarang. Dan kebanyakan pengarang
menggunakan pilihan kata yang menyiratkan sebuah makna. Pemilihan kata yang
demikian akan mempersulit pembaca untuk menginterpretasikan makna sebenarnya
yang ingin disampaikan pengarang ke pada pembacanya.
Untuk itu butuh sebuah analisis yang mendalam terkait makna sebuah karya
sastra. tidak terkecuali dengan cerpen. Menurut Sumardjo & Saini, Cerpen
merupakan cerita fiktif atau tidak benar-benar terjadi akan tetapi bisa saja terjadi
kapanpun dan dimanapun yang mana ceritanya relatif pendek. Didalam sebuah
cerpen terkadang pengarang menggunakan simbol-simbol yang sebenarnya memiliki
makna mendalam yang ingin diperlihatkan pengarang. Jika kita sebagai pembaca
tidak jeli maka cerpen tersebut hanya akan menjadi cerpen biasa tanpa memberikan
kesan dan makna yang mendalam kepada pembacanya.

2
Cerpen berjudul B dan cerpen Babi memiliki judul yang bebeda. Dan
didalam kedua cerpen ini juga banyak melibatkan pemilihan kata yang unik yaitu kata
babi. Kan tetapi ketika kata babai tersebut digunakan didalam cerita yang berbeda
maka tentunya kan menghasilkan makna dan interpretasi yang berbeda pula. Jika di
analisis secara mendalam maka akan diperoleh arti kata babi. Oleh karena itu
penulis akan menganalisis Simbol Babi pada cerpen B karya Rizal Afifi dan Babi
karya putu wijaya dengan menggunakan pendekatan Semiotika Pierce.
Melalui analisis ini diharapakan dapat menambah wawasan pembaca dan
mempermudah pembaca dalam memahami simbol babi yang ingin di sampaikan
pengarang lewat cerpen yang berjudul B karya Rizal Afifi dan Babi karya
putu wijaya dengan menggunakan pendekatan Semiotika Pierce

B. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sinopsis Cerpen B karya Rizal Afifi

Cerpen B merupakan salah satu cerpen yang terdapat didalam buku kumpulan
cerpen A to Z By Request yang ditulis oleh komunitas Reaging Lights Writer.
Didalam cerpen ini penulis menyajikan sesuatu yang unik. Dengan menggunakan ke
26 abjad sebagai judul cerpen. Pada abjad kedua, yaitu huruf B terdapat sebuah
cerpen yang dibuat oleh Rizal Afifi
Cerpen ini menceritakan kisah seorang ayah yang begitu alergi dengan B.
Bahkan menyebut namanya saja ayah sudah enggan. B adalah inisial dari binatang
babi. Ayah menganggap jika babi adalah sesuatu yang begitu menjijikkan dan hingga
haram dan najis untuk disebutkan oleh bibirnya. Namun suatu hari tetangganya
memelihara seekor babi. Oleh karena itu bertambah bencilah sang ayah kepada B.
Dengan berbagai cara ia ingin menyingkirkan B. Namun keinginannya itu tidak
berani ia katakan kepada sang pemilik B, ibu Maria. Ibu Maria adalah seorang janda
yang ditinggal mati suaminya ebberapa waktu lalu. Sebelumnya ayah memang tidak
akrab dengan ibu maria dan juga memiliki hubungan yang kurang baik kepada ayah.
Hal itulah yang membuat ayah enggan berbicara kepada ibu maria.
Sebenarnya B memiliki bentuk wajah yang imut, namun entah kenapa ayah
begitu membencinya. Pendapat itu tentunya berlawanan dengan dengan ibu yang saat
ini sedang mengandung adikku. Ia begitu menyukai B dan aku pun juga mulai
menyukai B dengan memberikan beberapa remahan biskuit kepadanya. Hingga suatu
hari aku terserang penyakit, yang kemungkinan penyebabnya adalah virus yang
dibawa oleh B. Ayah pun semakin geram dan berusaha ingin menyingkirkan B.
Namun di malam buta B ditemukan sekarat dan akhirnya mati. Selepas kematian B
ayah merasa lebih tenang namun kerinduan akan sosok B juga menyelimuti hatinya.
Dan suatu malam aku bermimpi bertemu B dan B mengatakan kalau ia akan kembali
dan menjadi manjadi titisan untuk adik ku yang akan segera lahir.

2. Sinopsis Cerpen Babi karya Putu Wijaya

3
Cerpen yang berjudul babi menceritakan seorang tokoh ia yang pada akhir
cerita diketahui bernama Anwar. Ia menghadapi sebuah masalah yaitu tangannya
yang kanan tak bisa menulis namanya. Setiap kali ia menulis namanya, maka, yang
nampak adalah tulisan BABI. Oleh sebab itu, ia memutuskan untuk datang ke dokter
bedah, agar tangannya yang kanan dipotong saja karena sudah berbeda prinsip
dengan dirinya. Namun, dokter tersebut menyuruh ia untuk memikirkan terlebih
dahulu sebelum ia memutuskan. Agar nantinya ia tak menyesal. Dan, dokter pun
mempunyai pendapat yang lain yaitu bahwa yang harus dipotong itu bukan tangan
yang kanan, melainkan tangannya yang kiri. Kenapa dokter berpendapat seperti itu?
Ini politik!, jawab dokter. Menurut dokter, ini hanya strategi tangan kiri yang
merasa iri terhadap tangan kanan yang mendapat beberapa perhiasan,. Lalu, ia
menanyakan apa buktinya. Buktinyaialah sebelum tangan kanan dipotong, perhiasan
yang berada di tangan kanan dipindahkan ke tangan kiri. Untuk membuktikan hal
tersebut, maka, dokter pun menyuruh ia untuk melakukan tes lagi. Dokter menyuruh
Ia menulis kembali namanya. Awalnya ia menolak melakukan titah dokter itu.
Namun, dengan bujukan dokter itu, ia mau juga melakukan pembuktian itu meskipun
dengan perasaan terpaksa. Akhirnya ia berhasil menulis: ANWAR. Dokter pun
merasa lega melihat tulisan itu. Namun, tidak begitu dengan Anwar. Iat tetap
bergeming. Dokter pun menyuruh Ia membaca kata yang tertulis. Dengan wajah
pucat dan tubuhnya yang gemetaran, ia tetap mengatakan apa yang ia tulis adalah
BABI.

3. Analisis simbol babi pada cerpen B karya Rizal Afifi

Pada judul cerpen ini telah pembaca akan merasakan bahawa terdapat makna
dibalik pengambilan judul yang unik ini, dan ternyata judul ini di pilih karena sangat
berkaitan dengan isi cerpen yang menceritakan sosok B. Simbol Babi pada cerpen B
ini adalah sebuah simbol yang ditampilkan dalam bentuk yang unik. Arti di balik
simbol ini memiliki makna implisit dan eksplisit.
Ketika memaknai secara eksplisit, maka akan ditemukan beberapa makna
yaitu kata B (babi). Babi adalah sejenis hewan ungulata yang bermoncong panjang
dan berhidung lemper dan merupakan hewan yang aslinya berasal dari Eurasia.
binatang berkaki empat yang memiliki warna hitam, coklat dan pink. Babi juga
merupakan binatang yang sering dijadikan hewan peliharaa. Ketika kita mendengar
kata babi maka kita akn langsung berpikir bahwa ia adalah binatang yang jorok,
menjijikkan, haram,dan kotor. Namun jika kata babi tersebut dimakai secara implisit
maka akan diperoleh pemaknan yang berbeda pula.
Memang didalam cerpen B karya Rizal Afifi menceritakan sosok bintang
yang banyak tidak disukai oleh orang yaitu binatang babi. Akan tetapi sebenarnya ada
makna tersembunyi dibalik sebuah kata babi. Jika dikaitkan didalam cerita kata babi
diperoleh bahwa Babi dapat kita ibaratkan sebagai seseorang yang memilik begitu
banyak kekurangan, namun dibalik kekurangan itu setiap orang pastilah
menginginkan sebuah penghargaan. Bahkan serendah apapun martabanya.

4
Tokoh Babi didalam cerita mengajarkan kita untuk menjadi seseorang yang
dapat menghargai setiap hal disekitar kita. Menjadikan kita seseorang yang mencintai
hal-hal seburuk apa pun bentuk fisiknya. Kita harus punya rasa untuk menghargai
satu sama lain. Seperti pemaknaan dalam menghargai sebuah kehidupan akan lebih
terasa.

4. Analisi kata Babi pada cerpen Babi karya Putu Wijaya

Kata Babi dalam cerpen BABI merupakan sebuah simbolisasi. Hal tersebut
dapat diketahui dengan adanya ambiguitas makna kata Babi. Dalam cerpen ini
diceritakan bahwa ketika tokoh utama menulis namanya maka yag tertulis selalu kata
Babi. Kemudian ia pun pergi ke seorang dokter untuk memeriksakan kelainan dalam
dirinya ini. Setelah mendapat pemeriksaan oleh dokter maka ia pun dinyatakan telah
sembuh karena pada saat sang dokter memintanya menulis namanya kembali maka
nama yang muncul adalah Anwar. Namun anehnya, ketika tokoh utama itu
membaca tulisannya kembali maka yang tertulis tetap saja Babi.
Kata babi yang biasa digunakan seseorang sebagai bentuk makian terhadap
sesuatu yang membuat tidak puas atau makian terhadap seseorang yang tidak disukai.
Dapat dilihat betapa tidak kecewanya seseorang yang menganggap penting suatu
persoalan, namun hanya diberi solusi yang tidak memuaskan. Bahkan, hanya
mengulur permasalahan menjadi lebih panjang. Seseorang yang berkali-kali mencoba
menuliskan namanya namun malah keseleo menjadibabi.
Ekspresi kekecewaan tokoh penderita yang telah mengikuti pengaruh Sang
dokter. Yakni mengikuti untuk memotong tangan kiri, padahal yang menulis adalah
tangan kanan. Ternyata hasilnya sama saja. Si penderita tetap saja membaca tulisan
namanya dengan babi bahkan Ia baca dengan suara yang menggeledak, dapat
membuktikan bahwa tema dalam cerpen babi karya Putu Wijaya ini adalah tentang
ungkapan cemoohan atau makian dengan kata babi.
Kata babi pada cerpen ini malah sering dimunculkan, hal ini karena kata babi
ini secara tidak disadari selalu muncul ketika tokoh diminta untuk menuliskan
namanya. Entah kenapa hal itu dapat terjadi. Tidak dijelaskan secara pasti didalam
cerita. Akan tetapi kehadiran kata babi ini mengisyarakan bahwa putu wijaya ingin
menggambarkan konsidisi suatu masyarakat yang sedang mengalami suatu
permasalahan, ketika suatu badan organisasi tidak dapat bekerja sama maka kepala
pemimpin akan berusaha untuk menyelesaikannya, salah satunya dnegan cara
membuang penyebab masalah.
Secara jelas kata Babi menyiratkan bahwa babi adalah bentuk ungkapan
perasaan marah yang biasa dilontarkan lewat kata-kata oleh tokoh yang mengalami
gangguan ini. Ketika kata babi terbentuk terjadi permasalahan dalam diri tokoh,
dimana tangan tokoh utama yang tidak dapat menuliskan namanya sesuai dengan
kehendaknya, maka dituliskan lah kata Babi. Hal ini mengartikan bahwa ketika
terjadi sesuatu yang dianggap bertentangan dengan ideologi dan pandangan seseorang
maka cenderung orang tersebut akan berbuat satu hal yang buruk dan tidak menutup
kemungkinan mengucapkan kata-kata kotor seperti kata babi.

5
5. Persamaan dan perbedaan simbol Babi pada cerpen B karya Rizal
Afifi dan Babi karya putu wijaya dengan menggunakan pendekatan
Semiotika Pierce

Persamaan simbol babi antara kedua cerpen ini adalah sama-sama


menyiratkan bahwa babi adalah sesuatu yang berkaitan dengan hal yang buruk. Baik
itu dari bentuk dari babi, kebiasaanya, hingga penggunaannya yang biasanya
digunakan untuk mengekspresikan perasaan marah dan kesal terhadap sesuatu
sehingga keluarlah bentuk makian dengan menggunakan kata babi.
Sedangkan perbedaan Simbol Babi pada kedua cerita diperoleh bahwa Pada
simbol babi pada cerpen B memiliki makna bahwa babi diibaratkan sebagai seseorang
yang memiliki banyak kekuranga. Namun kondisi ini tidak menesampingkan
kenyataan bahwa setiap orang butuh dihargai dan dihormati. Sedangkan makna Babi
pada cerpen Babi memiliki makna bentuk sebuah kekecewaan dan kemarahan
seseorang ketika suatu organisasi mengalami permasalahan yang diakibatka oleh
ketidak sinkronan antara bidang-bidang organisai.

6. Cerpen yang terinspirasi dan menginspirasi

Berdasarkan analisis diperoleh bahwa cerpen Babi karya Putu Wijaya


merupakan cerpen yang menginspirasi cerpen B karya Rizal Afifi karena pada cerpen
Babi karya Putu Wijaya memiliki bentuk pemaknaan yang lebih luas dibandingkan
cerpen B karya Rizal Afifi.

C. PENUTUP

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh bahwa terdapat perbedaan dan persamaan


pemaknaan simbol babi antara kedua cerpen, baik makna eksplisit maupun implisit.
Dan diperoleh bahwa cerpen Babi karya Putu Wijaya merupakan cerpen yang
menginspirasi cerpen B karya Rizal Afifi karena pada cerpen Babi karya Putu
Wijaya memiliki bentuk pemaknaan yang lebih luas dibandingkan cerpen B karya
Rizal Afifi.

2. Saran

Saran untuk pembaca adalah diharapkan dapat meggali makna-makna


eksplisit maupun implisit pada setiap cerita. Hal ini dilakukan agar interpretasi
pembaca terhadap suatu sastra lebih maksimal
Saran untuk penganalisisan selanjutnya adalah diharapkan peneliti dapat
menguasai dengan baik bentuk teori yang akan digunakan dan juga dapat benar-benar
paham atas cerpen yang akan diteliti yang tentunya harus didukung dengan data-data
yang cukup. Karena dengan memahami teori serta isi cerpen maka akan

6
mempermudah peneliti dalam merumuskan pemaknaan suatu cerpen sehingga makna
cerpen akan tersampaikan dengan baik kepada pembacanya

7
Daftar Pustaka

Noth, W. (2006). Semiotik. Surabaya: Airlangga University Press.

Pena Cerpen. 1 April 2011. Kelas Virtual Pembelajaran Menulis Cerpen. 4 November 2017.
http://penacerpen.blogspot.co.id

Patra Juangga. Anin. 2013. A to Z by Request. Jakarta: PT Grasindo

8
LAMPIRAN

1. Cerpen BABI Karya Putu Wijaya

Setiap kali hendak menulis namanya sendiri, tangannlya selalu keseleo dan menulis
kata babi. Ia jadi dongkol sekali. Ia ltelah mengunjungi seorang ahi ilmu jiwa, tetapi
tidak mendapatkan hasil yang ia inginkan. Ia juga sudah datang ke depan seorang
ulama, tetapi ia hanya diasihati seupaya beristirahat. Padahal, ia yakin benar bahwa
mungkin sekali ia sedang berubah untuk menjadi gila.

Akhirnya ia datang ke dokter bedah.

Dokter, ujarnya dengan terharu, saya sudah memutuskan luntuk berpisah dengan
tangan ini. Ideologi kami tidak sama lagi. Daripada sayabosok dan diganggu terus, lebih
baik saya putuskan sekarang. Saraf saya tak kuat lagi untuk menerima
pemberontakannya. Saya minta dokter sudi memotong tangan ini.

Dokter itu seorang yang penuh pengertian. Ia mendengarkan dengan tenang,


seakan-akan ia sudah seringkali memotong tangan orang tanpa alasan-alasan medis. Ia
hanya tampak ragu-ragu, apakah ia akan emotong yang kanan atau yang kiri. Pemilik
tangan itu sendiri yakin bahwa tangan kanannyalah yang telah berontak, karena
itulah yang dipakai untuk menulis.

Jangan terburu nafsu, kata dokter, Kita jangan melupakan faktor-faktor


sampingan. Kalau tangan Saudara ini memang telah nekat untuk menganut ideologi
yang berbeda, tak akan mungkin ia bertindak dengan serampangan. Saya khawatir
kalau ia hanya sekadar pancingan.

Penderita itu tercengang.

Maksud dokter?

Maksud saya adalah bahwa, janganlah Anda begitu cepat untuk terpancing.
Berpikirlah sejenak dan renungkan apa yang hendak Anda lakukan. Jangan berkata-kata
lagi. Anda relaks saja dahulu. Saya akan berikan waaktu seperempat jam. Kemudian
saya akan kembali. Sesudah itu, kita pastikan aoa yang akan kita lakukan. Ketahuilah.
Tak ada yang sulit untuk dilakukan. Saya sudah memotong ribuan tangan orang. Saya
berani melakukan itu semua. Saya Cuma tak kuat kalau pada akhirnya saya harus
berhadapan dengan orang yang menyesal. Saudara mengerti apa yang saya katakan?

Penderita itu tidak begitu mengerti. Tetapi ia menurut.

Selama seperempat jam kemudian ia duduk beristirahat, memikirkan tingkah laku


tangannya. Ia perhatikan tangan itu. Ia bertambah yakin lagi bahwa ia harus berpisah.

9
Lalu dibukanya jam tangannya. Dibukanya cincinnya. Semua barang-barang itu
dipindahkannya ke tangan kiri. Sesudah itu ia duduk dengan tenang.

Waktu dokter datang, ia segera mengulurkan tangan kanannya. Saya kira tak ada
jalan lain harus dipotong dokter, ujarnya. Dokter memandangi tangan itu dengan hati-
hati.

Ada sesuatu yang lain pada tangan ini sekarang, ujarnya.

Penderita itu tertawa.

Tentu saja dokter, sebab jam tangan dan cincin sudah saya copot.

Kenapa?

Kan tangan ini mau dipotong?

Lalu di mana jam dan cincin itu?

Penderita itu mengulurkan tangan kirinya.

Di sini dong!

Dokter itu tiba-tiba tersenyum. Ia segera memegang tangan itu dengan gairahnya.
Sebelum penderita itu sadar, ia cepat mengikat tangan itu dan segera mengambil alat
untuk memotonya. Penderita itu tentu saja terkejut.

Dokter mau memotong tangan kiri saya?

Ya.

Kenapa?

Dokter meletakkan telunjuknya di mulut, sst!

Penderita itu menggeleng.

Kenapa mesti sst?

Sudahlah diam dulu, ini politik!

Politik bagaimana?

Dokter mendekatkan mulutnya ke telinga penderita itu, lantas berbisik, kelihatannya


saja tangan kanan Saudara yang salah. Tapi sebetulnya tangan kiri Saudara. Ini politik.
Tangan kiri Saudara iri kepada tangan kanan yang pakai jam dan cincin kawin. Lalu ia

10
mencoba membuat sabotase. Sementara Saudara menulis ia menutup muka saudara,
lalu menggosok tulisan itu menjadi, menjadi apa biasanya yang dia tulis?

Babi.

Ya babi.

Tapi Dokter.

Oke, mari kita coba sekarang!

Dokter itu kemudian mengambil kertas dan pulpen.

Sekarang coba tulis nama Anda.

Penderita itu menggeleng. Dokter menepuk-nepuk pundaknya.

Jangan takut, ini bukan eksperimen, ini hanya untuk bukti saja sehingga Saudara rela
untuk menolong tanga kiri itu. Ayo coba!

Ia segera menggenggamkan pulpen itu di tangan kanan penderita.

Tulislah sekarang nama Anda!

Penderita itu menggeleng.

Kenapa?

Nggak mau!

Ayo coba dong, jangan seperti anak kecil!

Dokter itu membujuk-bujuk. Akhirnya orang itu mau juga menulis. Tapi ia kelihatan
terpaksa sekali. Ia memejamkan matanya. Tangannya bergerak dengan lambat. Tetapi
jari-jari tangan itu tampak kaku. Urat-uratnya keluar. Dokter itu memperhatikan
dengan takjub. Ia seperti melihat sebuah pertempuran. Tetapi ia seorang yang sabar.

Hampir sepuluh menit lamanya, baru tanga itu berhasil menulis : ANWAR. Dokter itu
menarik nafas dengan lega sekali. Ia menoleh ke pasiennya, Orang itu tampak
berkeringat. Seluruh mukanya basah. Matanya masih terpejam. Dokter itu segera
mengambil sapu tangan. Ia mengusap muka pasiennya.

Ia juga sempat mengambil air dan memberi minum penderita itu. Aneh sekali
matanya masih tetap tertutup. Dokter kemudian menepuk-nepuk pundaknya.

sudah, sudah, semuanya sudah selesai. Sekarang buka matanya.

11
Penderita itu membuka matanya perlahan-lahan. Ia tampak lelah sekali. Dokter lalu
mengambil kertas dan menunjukkan kepada orang itu. Ia tersenyum simpul.

Coba baca, kata dokter dengan bangga.

Pasien itu diam saja.

Dokter segera menyalakan lampu, sehingga kertas itu jadi lebih terang.

Coba baca dong, kata dokter dengan nada kemenangan.

Pasien itu masih diam-diam saja.

Ayo baca!

Pasien itu tampak memusatkan pikirannya ke atas kertas itu. Mukanya tampak lebih
banyak mengucurkan keringat. Tubuhnya gemetar. Lalu tiba-tiba saja ia membaca
kertas itu dengan suara yang menggeledek.

Babi!

12
2. cerpen B karya Rizal Affif

13
14
15
16
17
18
19
20
21

Você também pode gostar