Você está na página 1de 28

LAPORAN PENDAHULUAN DAN

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEKOMPENSASI KORDIS


DI RUANG X RSUD Y

Oleh Kelompok IV :
1. Layang Seto Sastra Pujangga
2. Maria Ulfa
3. Mia Amalia
4. Mildawati

Di susun untuk memenuhi tugas KMB 1

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
JURUSAN KEPERAWATAN
BANJARBARU
2015
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN
DEKOMPENSASI KORDIS

I. KONSEP DASAR PENYAKIT


A. DEFINISI
Dekompensasi cordis adalah kegagalan jantung dalam upaya untuk
mempertahankan peredaran darah sesuai dengan kebutuhan tubuh. (Dr. Ahmad
Romali. 2005)
Gagal jantung kongestif (decompensasi cyordis) adalah ketidakmampuan
jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi
kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan nutrien. (Diane C. Baughman dan Jo
Ann C. Hockley, 2000)
Decompensasi cordis adalah suatukeadaan patofisiologi adanya kelainan
fungsi jantung berakibat jantung gagal memompakan darah untuk memenuhi
kebutuhan metabolisme jaringan dan atau kemampuannya hanya ada kalau disertai
peninggian tekanan pengisian ventrikel kiri. (Braundwald, 2003).
Berdasarkan definisi patofisiologik gagal jantung (decompensatio cordis) atau
dalam bahasa inggris Heart Failure adalah ketidakmampuan jantung untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan pada saat istirahat atau kerja ringan.
Hal tersebut akan menyebabkan respon sistemik khusus yang bersifat patologik
(sistem saraf, hormonal, ginjal, dan lainnya) serta adanya tanda dan gejala yang
khas.

B. ETIOLOGI
Mekanisme fisiologis yang menyebabkan timbulnya dekompensasi kordis
adalah keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal, beban akhir atau yang
menurunkan kontraktilitas miokardium. Keadaan yang meningkatkan beban awal
seperti regurgitasi aorta, dan cacat septum ventrikel. Beban akhir meningkat pada
keadaan dimana terjadi stenosis aorta atau hipertensi sistemik.
Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infarkmiokard atau
kardiomiyopati.
Faktor lain yang dapat menyebabkan jantung gagal sebagai pompa adalah gangguan
pengisisan ventrikel (stenosis katup atrioventrikuler), gangguan pada pengisian dan
ejeksi ventrikel (perikarditis konstriktif dan temponade jantung). Dari seluruh
penyebab tersebut diduga yang paling mungkin terjadi adalah pada setiap kondisi
tersebut mengakibatkan pada gangguan penghantaran kalsium di dalam sarkomer,
atau di dalam sistesis atau fungsi protein kontraktil (Price. Sylvia A, 1995).
Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal jantung melalui
penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : (1) aritmia, (2) infeksi sistemik
dan infeksi paru-paru, (3) emboli paru-paru.( Menurut Arif Muttaqin 2012 : 198 )
Kondisi-kondisi penyebab gagal jantung secara umum daapat terjadi oleh
mekanisme sebagai berikut :
1. Penyempitan pembuluh darah koroner
Kelainan fungsi otot jantung disebabkan oleh penyempitan pembuluh
darah koroner. Ini mengakibatkan otot jantung tidak berfungsi karena
terganggunya darah ke otot jantung. Ketidakmampuan otot jantung untuk
melakukan gerakan memompa seperti biasanya mengakibatkan isi cira
darah dan curah jantung.
2. Tekanan darah tinggi
Penyebab utama gagal jantung adalah tekanan darah tinggi. Hipertensi
sitmik meningkatkan beban kerja jantung dan pada gilirannya
mengakibatkan kelainan serabut otot jantung.
3. Volume cairan berlebihan
Jika volume cairan maka jantung mula-mula akan meningkat sesuai
dengan besarnya regangan otot jantung tetapi bila beban terus menerus
bertambah hingga melampaui batas maka curah jantung justru menurun
4. Penyakit penurunan fungsi otot
Peradangan dan penyakit miokardium degeneratif berhubungan dengan
gagal jantung.
(Sutanto, penyakit modern 2010)
C. KLASIFIKASI
Berdasarkan bagian jantung yang mengalami kegagalan pemompaan, gagal
jantung terdiri atas gagal jantung kiri, gagal jantung kanan, dan gagal jantung
kongestif. Pada gagal jantung kiri terjadi dyspnue deffort, fatigue, ortopnea,
dispnea nocturnal paroksismal, batuk, pembesaran jantung, irama derap,
ventricular heaving, bunyi derap S3 dan S4, pernapasan cheyne stokes,
takikardi, pulsusu alternans, ronkhi dan kongesti vena pulmonalis.
Pada gagal jantung kanan timbul edema, liver engorgement, anoreksia dan
kembung. Pada pemeriksaan fisik didapatkan hipertrofi jantung kanan, heaving
ventrikel kanan, irama derap atrium kanan, murmur, tanda-tanda penyakit paru
kronik, tekanan vena jugularis meningkat, bunyi P2 mengeras, asites,
hidrothoraks, peningkatan tekanan vena, hepatomegali, dan pitting edema.
Klasifikasi fungsional gagal jantung menurut New York Heart Association
(NYHA) :
1. Kelas 1;Bila pasien dapat melakukan aktivitas berat tanpa keluhan.
2. Kelas 2;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas lebih berat dari aktivitas
sehari hari tanpa keluhan.
3. Kelas 3;Bila pasien tidak dapat melakukan aktivitas sehari hari tanpa
keluhan.
4. Kelas 4;Bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktivits apapun dan
harus tirah baring.
(Nanda Nic-Noc, 2013)

D. PATOFISIOLOGI
Jantung yang normal dapat berespons terhadap peningkatan kebutuhan
metabolisme yang menggunakan mekanisme kompensasi yang bervariasi untuk
mempertahankan kardiak output. Ini mungkin meliputi: respons sistem syaraf
simpatetik terhadap baro reseptor atau kemoreseptor, pengencangan dan pelebaran
otot jantung untuk menyesuikan terhadap peningkatan volume, vasokonstyrinksi
arteri renal dan aktivasi sistem renin angiotensin serta respon terhadap serum-
serum sodium dan regulasi ADH dari reabsorbsi cairan.
Kegagalan mekanisme kompensasi di percepat oleh adanya volume darah
sirkulasi yang di pompakan untuk menentang peningkatan resisitensi vaskuler oleh
pengencangan jantung. Kecepatan jantung memperpendeka waktu pengisian
ventrikel dan arteri koronaria, menurunnya kardiak ouput menyebabkan
berkurangnya oksigenasi pada miokard.
Peningkatan tekanan dinding pembuluh darah akibat dilatasi menyebabkan
peningkatan tunutan oksigen dan pembesaran jantung (hipertropi) terutama pada
jantung iskemik atau kerusakan, yang menyebabkan kegagalan mekanisme
pemompaan.
Secara skematis dapat digambarkan sebagai berikut:
Peningkatan metabolisme
tubuh

Jantung menggunakan
mekanisme kompensasi
Mekanisme kompensasi untuk mempertahankan
yang digunakan antara lain: kardiak output
1. Peningkatan HR.
2. Hipertropi miokard.
3. Pengaktifan sistem renin Peningkatan beban kerja
angiotensin. jantung oleh karena
4. Regulasi ADH dan peningkatan SVR
reabsorbsi cairan.
Jantung bekerja lebih keras
dengan meningkatkan HR

Memperpendek waktu
pengisian ventrikel dan
arteri koronaria

Menimbulkan injury dan


iskemi pada miokard

Menimbulkan injury dan


iskemi pada miokard

Menimbulkan kegagalan
mekanisme pemompaan
Kegaglan jantung dapat di nyatakan sebagai kegagalan sisi kiri atau sisi kanan
jantung. Kegagalan pada salah satu sisi jantung dapat berlanjut dengan kegagalan
pada sisi yang lain dan manifestasi klinis yang sering menampakan kegagalan
pemompaan total. Manifestasi klinis dari gagal jantung kanan adalah: edema, distensi
vena, asites, penambahan berat badan, nokturia, anoreksia, peningkatan tekanan
atrium kanan, peningkatan tekanan vena perifer.
Manifestasi klinis dari gagal jantung sisi kiri adalah: dispnea on effort, orthopnea,
sianosis, batuuk, dahak berdarah, lemah, peningkatan tekanan pulmonari kapiler,
peningkatan tekanan atrium kiri.

E. MANIVESTASI KLINIS
Dampak dari cardiac output dan kongesti yang terjadi system vena / system
pulmonal, antara lain:
1. Lelah
2. Angina
3. Cemas
4. Oligori, penurunan GI
5. Kulit dingin dan pucat
Tanda dan gejala yang disebabkan oleh kongesti balik dari ventrikel sinistra,
antara lain:
1. Dyspnea
2. Batuk
3. Orthopea
4. Rales paru
5. Hasil X-ray memperlihatkan kongesti paru
Tanda dan gejala kongesti balik ventrikel dextra, antara lain :
1. Edema perifer
2. Distensi vena leher
3. Hati membesar
4. Peningkatan central venous pressure (CPV)

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Berikut beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan yaitu:
1. EKG untuk mengetahui hipertropi atrial atau ventrikuler, penyimpanan
aksis, iskemia, dan kerusakan pola.
2. Rontgen dada untuk menunjukkan pembesaran jantung. Bayangan
mencerminkan dilatasi atau hipertrofi bilik atau perubahan dalam pembuluh
darah atau peningkatan tekanan pulmonal.
3. Scan jatung untuk tindakan penyuntikan fraksi dan memperkirakan gerakan
jantung
4. Kateterisasi jantung untuk mengetahui tekanan abnormal, menunjukan
indikasi, dan membantu membedakan gagal jantung sisi kanan dan kiri,
stenosis katup, serta mengkaji potensi arteri koroner.
5. Terapi diuretic, elektrolit mungkin berubah karena perpindahan cairan atau
penurunan fungsi ginjal.
6. Oksimetri arteri, saturasi oksigen mungkin rendah terutama jika chf
memperburuk ppom.
7. Agd, gagal ventrikel kiri ditandai dengan hipoksemia dengan peningkatan
tekanan karbondioksida.
8. Enzim jantung, meningkat bila terjadi kerusakan jaringan-jaringan jantung.
(Sutanto, penyakit modern 2010)

G. PENATALAKSANAAN
1. Peningkatan oksigenasi dengan pemberian oksigenasi + menurunkan
konsumsi oksigen melalui istirahat atau pembatasan aktivitas.
2. Memperbaiki kontraktilitas jantung.
Mengatasi gangguan reversible, termasuk firoksikosis, miksedemia +
aritmia
Digitalisasi
3. Menurunkan beban jantung
Diet rendah garam, diuretic, vasodilator
DAFTAR PUSTAKA
1. Aziz Alimul Hidayat, 2006 pengantar Kebutuhan Dasar Manusia apical konsep
prosedur keperawatan, Jakarta, Salemba Medika.
2. Guyton, Arthur C. 1996. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran, Jakarta EGC.
3. Nurarif, Amin Huda, dkk. 2013 NANDA NIC-NOC, aplikasi asuhan keperawatan,
Yogyakarta, MediAction publishing.
4. http://catatankecilseorangcalonperawat.blogspot.co.id/2014/09/decompensasi-
cordis.html
5. http://d3keperawatanstikesta2012.blogspot.co.id/2014/03/lp-askep-decompensasi-
cordis-rini.html
6. http://dwitasari37.blogspot.co.id/2013/09/decompensasi-cordis.html
7. http://jayao77.blogspot.co.id/2014/11/askep-decompensasi-cordis_15.html
8. http://nsyadi.blogspot.co.id/2012/01/askep-decompensasi-cordis.html
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN NY S DENGAN
DEKOMPENSASI KORDIS

I. PENGKAJIAN
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. S
Umur : 74 Th
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SD
Alamat : Jl. Kemuning RT. 2 RW. 3 Kec. Angkinang
Tanggal MRS : 5 Agustus 2015
Diagnosa Medis : Dekompensasi cordis
Keluhan utama : Sesak nafas

B. IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB


Nama : Ny. A
Umur : 35
Jenis kelamin : Perempuan
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Banjar/Indonesia
Hub. Dengan klien : Anak klien
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jl. Kemuning RT. 2 RW. 3 Kec. Angkinang
II. RIWAYAT PENYAKIT
A. Keluhan Utama
Klien datang ke RS dengan keluhan sesak nafas seperti ditekan benda
yang berat saat baru bangun tidur di rumah
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien datang ke Instalasi rawat darurat RSUD Y jam 08.00 WIB
dengan keluhan sesak nafas berat seperti ditekan benda berat berlebih
pada posisi terlentang disertai keringat yang banyak (diaporesis) dan
dada terasa berdebar-debar, badan terasa lemas dan sering terbangun
pada malam hari.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Klien sebelumnya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit, klien
termasuk orang yang sangat jarang memanfaatkan fasilitas kesehatan
yang ada, sehingga pada saat klien mengalami sakit kepala klien
biasanya membeli obat diwarung sendiri berdasarkan pengetahuan
klien dan tanpa resep dokter. Klien tidak pernah mengetahui tentang
penyakitnya.
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Klien mengatakan Ibunya memiliki riwayat penyakit hipertensi.
GENOGRAM

Keterangan :

= Perempuan normal

= Laki laki normal

= Klien

= Laki lai meinggal

= Perempuan meninggal
E. Data Psikososial
Hubungan klien dengan keluarga harmonis, pasien di temani oleh
anaknya. Hubungan klien dengan perawat baik, klien kooperatif saat
ditanya tentang perkembangan kesehatan dan klien sangat ingin
sembuh dari penyakitnya

III. AKTIVITAS SEHARI-HARI


A. Makan dan minum
a. Dirumah : Klien makan teratur 3 x sehari, klien minum
perhari sebanyak 1,5 liter air dan terbiasa
minum susu. Klien tidak pernah diet khusus,
postur tubuh gemuk
b. Dirumah sakit : klien makan tidak teratur (porsi makan tidak
dihabiskan dengan alasan ada rasa mual,
minum 5-6 gelas sehari.
B. Eliminasi
a. Dirumah : klien BAB dengan jumlah fases sedikit-sedikit,
warna fases kuning dan berbau khas, pasien
BAK dengan jumlah urine 400 ml/ 8 jam,
warna urine jernih. Pada eliminasi relatif tidak
ada gangguan. Klien buang air besar 1x/hari
b. Dirumah sakit : selama masuk RS klien belum pernah BAB dan
BAK.
C. Istirahat dan tidur
a. Dirumah : klien mempunyai kebiasaan sehari-hari klien
lebih banyak istirahat selama 6 jam mulai jam
21.00-03.00 pagi, klien mengatakan kalau
sudah bangun sulit untuk bisa tidur lagi dan
biasanya sering bangun terlalu awal. Pasien
terbiasa tidur dengan suasana tenang.
b. Dirumah sakit : klien mengatakan pada awal masuk klien tidak
dapat tidur sama sekali karena sesak yang
dialaminya, dan klien mengatakan selama
dirumah sakit ini klien tidur tidak nyenyak
karena agak ramai berhubung pasien
menempati ruang bangsal.
D. Aktivitas
a. Dirumah : untuk aktivitas sehari-hari klien mengatakan
lebih banyak dilakukan ditempat tinggalmya
bermain dengan cucu-cucunya dan melakukan
pekerjaannya sebagai ibu rumah tangga

b. Dirumah sakit : untuk aktivitas dan latihan kecendrungan lebih


kepada latihan gerak terbatas menggerakkan
tangan dan kaki sebatasnya ditempat tidur.
Aktivitas di RS lebih banyak istirahat di tempat
tidur dan aktivitas terbatas di tempat tidur.
E. Kebersihan diri
a. Dirumah : Normal mandi 2x sehari, gosok gigi 2x sehari,
dan cuci rambut 1 X/minggu

b. Dirumah sakit : Tidak ada mandi


F. Pola Seksual dan Reproduksi
Pasien sudah menikah dengan mempunyai 2orang anak, 1 orang
perempuan dan 1 orang laki-laki dan selama ini klien telah
menopouse.
IV. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum
penampilan klien cukup rapi, klien tampak agak gemuk
Tanda-tanda Vital :
a. Tingkat Kesadaran
Kualitatif : Kompos Mentis
Kuantitatif :
- Respon buka mata : Membuka mata spontan (4)
- Respon verbal : Orientasi baik dan jelas (5)
- Respon motorik : Mengikuti perintah dengan tepat (6)
Total GCS : 15
Nilai GCS:
Buka Mata (E) Respon Motorik (M) Respon Verbal
4=Spontan 6= Mengikuti perintah 5=Orientasi baik dan
3=Dengan perintah 5=Melokalisasi Nyeri sesuai
2=Dengan 4=Menghindari nyeri 4=Disorientasi tempat
rangsang nyeri 3=Fleksi abnormal dan waktu
1=Tidak ada reaksi 2=Ekstensi abnormal 3=Bicara Kacau
1=Tidak ada gerakan 2=Mengerang
1=Tidak ada suara
Kesimpulan : Kompos Mentis (kesadaran penuh)
b. Tekanan Darah : 190/135mmHg
c. Nadi : 130x/menit,
d. Suhu : 38oC
e. Respirasi : 30 x/menit
f. BB : 95 kg
g. TB : 160 cm
B. Head to Toe
1. Kepala dan rambut : Bentuk kepala simetris, kebersihan kurang
baik, tidak ada kelainan, tidak ada lesi,
warna rambut hitam, rambut terlihat pendek,
tebal, kusam, bau, dan tidak ada benjolan.
2. Kulit : Kebersihan kurang baik, kulit kering, tidak
ada lesi, turgor kulit normal, tidak ada gejala
dan tanda peradangan.
3. Mata : Bentuk mata simetris, tidak ada cairan yang
keluar, mata terlihat lelah, fungsi
penglihatan baik dan tidak menggunakan
alat bantu penglihatan, konjunctiva tidak
anemis, mata tidak strabismus, dan sklera
agak merah.
4. Hidung : Bentuk simetris, tidak ada cairan yang
keluar, tidak ada sinusitis, tidak ada tanda
adanya pilek atau alergi, fungsi penciuman
baik, tidak ada lesi, dan tidak ada
peradangan.
5. Telinga : Bentuk simetris, tidak ada serumen atau
kotoran yang keluar, fungsi pendengaran
baik,tidak ada lesi dan peradangan.
6. Mulut dan gigi : Kebersihan baik, bicara baik, fungsi
mengecap baik, tidak ada radang
gusi/sariawan, jumlah gigi normal, fungsi
mengunyah dan menelan masih baik.
7. Leher : Bentuk simetris, arteri karotis teraba, tidak
ada pembesaran tyroid, dan tidak ada
kelainan.
C. Body systems
1. Pernafasan (B1 : Breathing)
Inspeksi : Adanya takipnue pada inspirasi dan ekspirasi
pernafasan cepat, frekuensi 30x/menit,
irama teratur, terlihat gerakan cuping
hidung, terlihat pucat/ anemi pada sekitar
bibir, mulut dan dasar kuku, terdengar suara
nafas tambahan ronkhi, whizziing (-) bentuk
dada simetris, kadang-kadang batuk, klien
duduk dengan posisi setengah duduk atau
tidur dengan bantal ditinggikan.
Palpasi : Pergerakan asimetris kiri dan kanan,
fremitus raba sama pada kiri dan kanan
dinding dada
Perkusi : Adanya suara sonor pada kedua paru, suara
redup pada batas paru dan hepar
Auskultasi : Adanya terdengar suara vesikuler dikedua
lapisan paru, suara ronkhi (+) dan whizing
tidak ada
2. Cardiovascular (B 2 : Bleeding)
Inspeksi : Bentuk dada simetris kanan kiri, denyut
jantung pada ictus cordis 1 cm lateral medial
(5). Pulsasi jantung tampak
Palpasi : Frekuensi Nadi/HR 120 X/menit lemah dan
teratur, tekanan darah 190/130, suhu 36,7oC,
perfusi dingin, berkeringat adanya
peningkatan/bendungan tekanan jugularis
Perkusi : Terdengar suara pekak
Auskultasi : Cor S1 S2 tunggal. S3 S4 tidak ada. Irama
reguler, ekstra sistole/murmur tidak ada.
3. Persyarafan (B 3 : Brain)
GCSMembuka mata : kalau diajak bicara atau dipanggil nama (3).
Verbal : con fuse tidak orientasi penuh (4).
Mortorik : mampu menunjukan tepat tempat rangsang
nyeri yang dirasakan (5).
Apatis : perhatian berkurang.
Keadaan nervus I-XII : tidak ada kelainan

4 . Perkemihan- Eliminasi Urin (B.4 Bladder)

Inspeksi : jumlah urin 100ml/ 8 jam ,warna urine


kuning , gangguan perkemihan tidak ada.
Pemeriksaan genetalia ekssternal tidak ada
infeksi, jamur,ulkus, lesi dan keganasan.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar inguinalis,
nyeri tekan tidak ada.
Perkusi :tidak ada nyeri pada perkusi daerah ginjal.
5.Pencernaan-Eliminasi Alvi ( B5:Bowel)
Inspeksi : mulut dan tenggorokan tampak kering,
abdomen normaltidak ada kelainan ,
keluhan nyeri, gangguan pencernaan tidak
ada, tidak kembung, tidak terdapat
obstipasi maupun diare, klien buang air
besar 3 X/hari.
Palpasi : hepar tidak teraba, ginjal tidak teraba
.anoreksia, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara tympani(+) pada abdomen, kembung
tidak ada suara pekak pada daerah hepar.
Auskultasi : Peristaltik normal.
6.Tulang-Otot-Integumen (B6 : Bone )
Kemampuan pergerakan sendi range of motion baik, bebas.
Tonus otot pada ekstremitas baik dengan nilai 4, kekuatan kurang
dibandingkan sisi lain kanan dan kiri.
Ektremitas : Tidak ada kelainan
Atas : Tidak ada kelainan.
Bawah : Tidak ada kelainan
Tulang belakang : Tidak ada kelainan.
Warna kulit : Tidak ada kelainan.
Akral : Hangat.
Turgor : Baik.
Tidak terdapat kontraktur maupun dikubitus

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil pemeriksaan Laboratorium : 6 Agustus 2015
Pemeriksaan darah
- Hb : 13,0 mg/dl (L 13,5 18,0 P 11,5 -16,0 mg/dl)
- Leukosit : 17,2 x 109 (4000 11.000)
- Trombosit : 288 x 109 (150-350)
- PCV : 0,40 (0,40 0,47
Pemeriksaan Hasil Hasil normal
Analisa gas darah
PH 7,281 (7,35-7,45)
PCO2 49,8 35-45
PO2 62,0 80-104
HCO3 22,9 (21-25)
BE -3,8 (L 2,9 + 2,3)
02 saturasi 80,7 (P -3,3+1,2)
Haemoglobin 13,0 (13,4 - 17,7)
Leukosit 17,2 x 109 4,3-10,3
Trombosit 288 x 109 150 350
Glukosa darah sewaktu mg/dl < 200
SGOT 15 <25
BUN - (10 -20)
Kreatinin serum 0,75 L:1,5 ; P: 1,2
Kalium 3,8 3,8 5,0
Natrium 138 136 149
Krorida serum 105 97 -113

Urine profile analisis chem


SG : 1,025
PH : 5,0
Leu : 500/ul (+++)
N+T : -MG
Pro : 75 mg/dl(+)
Glo : 1000 mg/dl+++
Ket : negatif
UBG : normal
Bil : normal
Ery : 150/ ul (+++)
Warna : kuning muda
Kejernihan : agak keruh

Parameter Hasil agak keruh Nilai normal


Glukosa darah acak 427 (<140-mg/dl
Hexokinase-hitachi
Urea N (darah) 16,3 (10 20) mg/dl
Urease-hitachi
Kreatinin serum 0,75 (L : <1,5 P : <1,2)
Jaffe-hitachi
Elektrolit (ISE-AVL 9180
Kalium serum 3,8 (3,8 - 5,5) meg/L
Natrium serum 138 (136 144)
Klorida serum 105 (97 113 /mmol/L
Urine lengkap (meditron)
Analisis kimia
Sedimen
Sel lekosit 1-2 LP besar
Sel eritrosit 1-2 LP besar
Sel efitel 1-2 LP besar
Kristal Neg
Selinder Neg
Laporan elektrokardiogram
Frekuensi
Atrium : 125x/mnt
Ventrikel : 125x/mnt
P-R interval : 0,14
ORS interval : 0,06
Q-T : 0,32
Bedd frontal : 90oC
Sub lid horizontal : V3-V4
Irama Sinus
Ts : di V1 dan V2
T inversi di V3-V5
Depresi ST inversi di V5-V6
P+R interval 0,16
QRS interval 0,06
Q-T interval : 0,44
Sinus tachicardi : 104x/mnt
Ischemia anterolateral
LV strain
Terapi
- Posisi duduk diet KV 2100
- 02 k/p
- Infus RL 500 cc/24 jam
- Furosemid inj 1-0-1 (iv)
- Captopril (tab) 3 x 12,5 mg
- ISDN 3 x 1 tb
- Actrafid inj 3 x 8 unit sc
- Cefotaxim 3 x 1 gr
VI. ANALISA DATA
NO DATA ETIOLOGI PROBLEM
1. DS : Klien mengeluh lemah, cepat Dekompensasi Gangguan
lelah, sesak napas, sulit kordis pertukaran gas
melakukan aktivitas karena
lelah, terasa berdebar- penurunan
debar. Sering terbangun kontraktilitas
pada ,malam hari jantung

DO :Klien terlihat kesulitan penurunan tekanan


bernafas. darah
TD:190/135 mmHg
Nadi:130x/menit penurunan cardiak
Resp:30x/menit output
Suhu:38oC
ireguler, kulit dingin, cappilary
refill kurang dari 3 detik.

2. DS : Klien mengatakan merasa


tidak bisa melakukan Ketidak Tidak toleransi
aktivitas yang berat seimbangan antara terhadap
suplai dan aktivitas/ Intolera
DO : Klien terlihat sesak, kebutuhan akan nsi akti-fitas.
pusing, mudah lelah oksigen

3. DS : Pasien mengatakan bahwa ia Kurangnya


takut dengan penyakinya. informasi tentang Ansietas
DO: Klien terlihat sering penyakitnya
merenung dan susah
tidur, banyak bertanya , stressor
Ekpresi wajah cemas,
Nadi 130 X/menit Interpretasi yang
salah, tidak akurat,
informasi yang
didapat tidak
lengkap

Cemas

VII. DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan pertukaran gas b.d penurunan kontraksi myocard.
2. Intoleransi terhadap aktivitas b.d ketidakseimbangan antara kebutuhan
dan suplai oksigen.
3. Ansietas b.dpenyakit yang diderita.
VIII. ASUHAN KEPERAWATAN

NO DIAGNOSA TUJUAN INTERVENSI RASIONAL

1. Gangguan 1. Tekanan darah 1. Pasang alat bantu 1.Untuk membantu saat bernafas
pertukaran dalam batas oksigen
gas b.d 2.Penurunan preload sehingga
menurunnya normal (120/80 mempengaruhi reabsopsi Na dan air
kontrasi mmhg) 2. Kaji dan lapor tanda untuk meningkatkan curah jantung,
jantung penurunan CO 3. Untuk mengetahui intervensi
2.Nadi 80x/menit selanjutnya.
4. Posisi tersebut bisa
3. Kaji tanda tanda vital
mempermudah klien untuk
klien bernafas.

4. Beri klien posisi semi


fowler

2. Intoleransi Klien mampu 1. Periksa tanda vital 1. Hipotensi ortostatik dapat


aktivitas b.d berpartisipasi sebelum dan setelah terjadi dengan aktivitas karena
ketidakseimb dalam aktivitas aktivitas, khususnya bila efek obat (vasodilasi),
klien menggunakan
angan antara yang perpindahan cairan (diuretic) atau
vasodilator dan obat-obat
pemasukan diinginkan/dipe pengaruh fungsi jantung.
diuretic.
dan rlukan 2. Penurunan/ketidakmampuan
kebutuhan 2. Catat respons miokardium untuk meningkatkan
O2 kardiopulmonal terhadap volume sekuncup selama
aktivitas, catat adanya aktivitas, dapat menyebabkan
takikardi, diritmia, dyspnea,
peningkatan segera pada
berkeringat dan pucat.
frekuensi jantung dan kebutuhan
3. Evaluasi peningkatan oksigen, juga peningkatan
intoleran aktivitas. kelelahan dan kelemahan.dapat
menunjukan peningkatan
4. Implementasi program
dekompensasi jantung daripada
rehabilitasi jatung. kelebihan aktivitas.
4. Pemenuhan kebutuhan
perawatan diri klien tanpa
mempengaruhi stress
miokard/kebutuhan oksigen
berlebihan

3. Ansietas b.d Setelah di rawat 1. Kaji tingkat ansietas. 1. Mengetahui tingkat ansietas yang
penyakit ansietas diderita klien.
2. Bantu klien
yang diderita berkurang
mengungkapkan 2. Agar klien merasa nyaman
perasaannya saat ini. setelah mengungkapkan
perasaannya.
3. Dorong keluarga klien
untuk memberi dukungan 3. Utuk mengurangi kecemasan
klien.
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

NO Diagnosa Implementasi Evaluasi


keperawatan

1. Gangguan 1. Memasang alat bantu oksigen 1. Klien mau dipasang alat bantu
pertukaran gas b.d oksigen
2. Mengkaji dan lapor tanda penurunan
menurunnya
CO 2. Telah dilakukan
kontrasi jantung
3. Mengkaji tanda tanda vital klien 3. Telah dilakukan

4. Memberi klien posisi semi fowler 4. Klien mau melakukannya

2. Intoleransi 1. Memeriksa tanda vital sebelum dan 1. telah dilakukan


aktivitas b.d setelah aktivitas, khususnya bila klien
2. telah dilakukan
ketidakseimbangan menggunakan vasodilator dan obat-obat
diuretic. 3. telah dilakukan
antara pemasukan
dan kebutuhan O2 2. Mencatat respons kardiopulmonal
4. telah dilakukan
terhadap aktivitas, catat adanya takikardi,
diritmia, dyspnea, berkeringat dan pucat.

3. Mengevaluasi peningkatan intoleran


aktivitas.

4. Mengimplementasi programrehabilitasi
jatung.
3. Ansietas b.d 1. Mengkaji tingkat ansietas. 1. klien telah dikaji
penyakit yang
2.Membantu klien mengungkapkan 2. klien mau mengungkapkan
diderita
perasaannya saat ini. perasaannya.

3. Mendorong keluarga klien untuk 3. keluarga mau dan memberi


memberi dukungan dukungan

Você também pode gostar