Você está na página 1de 9

Korelasi antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Nilai Range of Motion pada

Sendi Lutut dan Sendi Pergelangan Kaki Siswa Laki-laki Usia 14-16 tahun di
SMA Plus Negeri 17 Palembang
Aziska Rani1, Tri Suciati2, Budi Santoso3

1. Program Studi Pendidikan Dokter,Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jln. Dr. Moh. Ali Komplek RSUP Dr.
Mohammad Hoesin Km 3,5, Palembang, 30126, Indonesia
2. Bagian Anatomi, Fakultas Kedokteran, Universitas Sriwijaya, Jln. Dr. Moh. Ali Komplek RSUP Dr. Mohammad
Hoesin Km 3,5, Palembang, 30126, Indonesia

E-mail: aziskarani@ymail.com

Abstrak
Individu dengan overweight dan obesitas cenderung mengalami keterbatasan fisik baik secara fungsional maupun
struktural yang mengakibatkan gangguan pada aktivitas sehari-hari. Range of motion (ROM) adalah pengukuran luas
gerak sendi maksimum yang dinyatakan dalam derajat (o) dan berfungsi untuk mengetahui kapabilitas fisik seseorang
dalam bergerak. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi ROM adalah IMT (Indeks Massa Tubuh) dimana
akumulasi lemak yang berada pada sekitar sendi dapat menghambat pergerakan antar-segmen sendi tersebut.
Penelitian ini merupakan studi observational analitik dengan desain cross-sectional yang dilaksanakan di SMA Plus
Negeri 17 Palembang pada bulan Oktober 2016. Subjek pada penelitian ini berjumlah 37 subjek yang telah memenuhi
kriteria inklusi dan eksklusi. Analisis data menggunakan analisis korelasi Spearman. Berdasarkan penelitian yang
dilakukan didapatkan adanya korelasi negatif antara IMT dan nilai ROM fleksi sendi lutut kanan (p=0.001; r = -0.63)
dan kiri (p=0.001; r = -0.505). Korelasi antara IMT dan ROM dorsofleksi atau gerakan plantarfleksi sendi pergelangan
kaki kanan dan kiri menghasilkan nilai p>0.05. Terdapat korelasi antara IMT dan nilai ROM fleksi sendi lutut kanan
dan kiri. Tidak terdapat korelasi antara IMT dan nilai ROM sendi pergelangan kaki pada gerakan dorsofleksi maupun
plantarfleksi kaki kanan dan kiri.

Kata kunci: Overweight, Obesitas, Indeks Massa Tubuh, ROM, Sendi Lutut, Dorsofleksi, Pl antarfleksi, Sendi
Pergelangan Kaki
Abstract

Correlation between Body Mass Index (BMI) and Range of Motion of Knee Joint and Ankle Joint of 14-16th years
old Male Students of SMA Plus Negeri 17 Palembang. Individuals with either overweight or obesity are more likely
to undergo physical limitation both functional and structural which consequently result in disruption on daily
activities. Range of motion (ROM) is a measurement of maximum movement around a specific joint expressed in
degrees (o) and has a purpose to know a persons movement capabilities. Body Mass Index (BMI) is to name one
factor that could affect the value of ROM where fat accumulation around joints could interpose and obstruct inter-
segmental movement.This study is an observational analytic study with cross-sectional design held in SMA Plus
Negeri 17 Palembang on October 2016. There are 37 subject on this study that has meet the criteria either inclusion
or exclusion. Spearmans correlation is being used to analyze the data. Based on the research that has been done,
discovered that there is negative correlation between BMI and ROM of flexion on right knee joint (p=0.001; r = -
0.63) and left (p=0.001; r = -0.505). Correlation between BMI and ROM of dorsiflexion and plantarflexion both on
right and left ankle joint is p>0.05. There is correlation between BMI and ROM of flexion of both right and left knee
joint. There is no correlation between BMI and ROM of dorsiflexion and plantarflexion on right and left ankle joint.

Keywords : Overweight, Obesiy, Body Mass Index, ROM, Knee Joint, Dorsiflexion, Plantarflexion, Ankle
Joint.
1. Pendahuluan
Indeks massa tubuh (IMT) adalah ukuran berat tungkai dapat membatasi gerakan fleksi pada
badan yang disesuaikan dengan tinggi badan, sendi panggul dan sendi lutut.18
yang dihitung dengan cara membagi berat Luas gerak sendi (ROM) kini telah menjadi
badan dalam kilogram dengan kuadrat dari topik penelitian yang penting dalam ilmu
tinggi badan dalam meter.3 ergonomik fisik dan ilmu disiplin terkait.
Semakin meningkatnya nilai IMT, maka Berdasarkan penelitian sebelumnya mengenai
kemungkinan resiko penyakit juga dapat perubahan nilai ROM seiring dengan
meningkat, salah satunya adalah gangguan meningkatnya IMT, maka pada penelitian ini
muskuloskeletal, terutama ekstremitas bawah.8 akan diteliti korelasi antara IMT dengan nilai
Beberapa penelitian bahkan ROM pada sendi lutut dan sendi pergelangan
menghubungkan keterbatasan tubuh secara kaki pada siswa laki-laki usia 14-16 tahun di
struktural dan fungsional dengan kondisi SMA Plus Negeri 17 Palembang.
kegemukan (overweight) dan obesitas. Forhan
dan Gill (2013) mengaitkan keadaan obesitas 2. Metode Penelitian
dengan pengurangan kontrol postural dan Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
stabilitas tubuh sehingga berdampak pada gaya observasional analitik dengan studi desain
jalan (gait).6 Smith (2010) mendapatkan data cross-sectional. Subjek penelitian adalah
bahwa pada dewasa dengan obesitas terjadi siswa laki-laki usia 14-16 tahun di SMA Plus
perubahan kinetik pada gaya jalan seperti, Negeri 17 Palembang yang telah memenuhi
kecepatan jalan yang melambat, langkah kaki kriteria inklusi dan eksklusi. Subjek yang
yang memendek, dan berkurangnya ROM memiliki gangguan neurologis, gangguan
pada sendi lutut (knee joint). muskuloskletal dan memiliki aktivitas fisik
Luas gerak sendi atau ROM (range of yang tinggi (olahraga >2x dalam seminggu
motion) adalah istilah yang digunakan untuk atau durasi berolahraga >3 jam dalam
menjelaskan tentang jumlah maksimum seminggu) dieksklusikan dari penelitian ini.
gerakan yang dapat dilakukan tiap sendi. Data mengenai BB dan TB didapatkan dari
Secara klinis, pengukuran ROM bertujuan data sekunder hasil pengukuran antropometri
untuk mengetahui kapabilitas fisik seorang oleh tim kesehatan puskesmas setempat yaitu
individu untuk melakukan pekerjaan dan Puskesmas Sosial, sedangkan data mengenai
aktivitas sehari-hari. Beberapa faktor-faktor ROM didapatkan dari hasil pengukuran
yang dapat mempengaruhi ROM diantaranya langsung kepada siswa dengan menggunakan
yaitu, usia, jenis kelamin dan IMT. Setiap alat goniometri oleh peneliti pada bulan
kenaikan satu unit IMT akan diiringi Oktober 2016 ROM yang diukur pada
pengurangan ROM satu derajat.16 penelitian ini adalah ROM fleksi sendi lutut,
Jaringan adiposa (lemak) yang berada di ROM dorsofleksi dan plantarfleksi sendi
sekitar sendi dapat menghambat pergerakan pergelangan kaki. Analisis data pada penelitian
antar-segmen sehingga menyebabkan ini menggunakan analisis korelasi Spearman.
pengurangan ROM.18 Joao et al. (2014)
melakukan penelitian dan mendapatkan data 3. Hasil
bahwa anak dengan obesitas juga secara Hasil penelitian ini mendeskripsikan data yang
siginifikan mengalami pengurangan ROM diperoleh dari 37 subjek siswa laki-laki usia
pada gerakan fleksi sendi panggul, adduksi 14-16 tahun di SMA Plus Negeri 17
sendi panggul dan gerakan fleksi pada sendi Palembang. Subjek paling banyak berada pada
lutut dibandingkan dengan anak non- usia 15 tahun sebanyak 26 orang (70.3%).
obesitas.12 Besarnya volume dari massa otot Subjek yang berusia 14 tahun sebanyak 10
dan jaringan adiposa pada abdomen, paha, dan orang (27%) sedangkan subjek yang berusia 16
tahun sebanyak 1 orang (2.7%). Klasifikasi sangat bermakna antara IMT dan nilai ROM
IMT merujuk pada klasifikasi IMT menurut fleksi sendi lutut kanan. Nilai korelasi
Depkes (2010) pada usia anak laki-laki 5-18 Spearman sebesar -0.63 yang menunjukkan
tahun. Tabel 14 menunjukkan bahwa subjek korelasi negatif dengan kekuatan korelasi yang
paling banyak berada pada kategori IMT kuat.
normal sebanyak 16 orang (43.24%), diikuti
oleh kategori obesitas sebanyak 9 orang Tabel 15. Distribusi Nilai Rerata ROM Sendi Rerata
(24.32%), kurus sebanyak 5 orang (13.51%) ROM Sendi Lutut dan Sendi Pergelangan Kaki
berdasarkan IMT
dan gemuk sebanyak 7 orang (18.91%).
ROM IMT
Tabel 13. Distribusi Subjek berdasarkan Usia
Kurus Normal Gemuk Obe-
(mean (mean (mean sitas
Usia n %
SD) SD) SD) (mean
14 10 27
SD)
15 26 70.3
16 1 2.7 ROM Sendi
Lutut
Total 37 100 Fleksi (Kiri) 118.40 118.31 113.29 108.3
7.09 7.31 6.62 8.29
Tabel 14. Distribusi Subjek berdasarkan Klasifikasi Fleksi 121 118.63 114.00 109.78
IMT (Kanan) 4.18 8.27 2.94 6.34
ROM Sendi
IMT n % Pergelangan
Sangat Kurus 0 0 Kaki
Kurus 5 13.51 Dorsofleksi 275.7 23.637.9 22.57 22.22
Normal 16 43.24 (kiri) 5.88 3.63
Gemuk 7 18.91 Dorsofleksi 238.36 23.138.4 18.57 23.33
Obesitas 9 24.32 (kanan) 6.28 5.59
Total 37 100 Plantarfleksi 458.66 42.505.7 42.14 42.78
(kiri) 9.94 7.94
Nilai rerata ROM pada sendi lutut dan Plantarfleksi 400.00 43.45.9 47.86 41.33
sendi pergelangan kaki dapat dilihat pada (kanan) 12.86 8.04
Tabel 15 dimana rata-rata nilai ROM pada
sendi lutut gerakan fleksi baik pada sisi kanan Tabel 16. Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi
Lutut Kanan
atau kiri menurun seiring meningkatnya nilai
IMT. Nilai rata-rata ROM sendi pergelangan ROM Fleksi Sendi Lutut Kanan
kaki pada dorsofleksi maupun plantarfleksi sisi IMT r = -0.63
kiri dan kanan memiliki nilai ROM cenderung p = 0.001
lebih bervariasi pada tiap klasifikasi IMT
dibandingkan dengan nilai ROM sendi lutut, Grafik 1 yang menunjukkan bahwa
seperti pada distribusi nilai rerata ROM semakin meningkatnya nilai IMT maka
dorsofleksi pergelangan kaki kiri pada kategori semakin menurun nilai ROM gerakan fleksi
kurus yang memiliki rerata ROM 27o, kategori pada sendi lutut kanan.
IMT normal memiliki rerata ROM 23.63o,
kategori IMT gemuk memiliki rerata ROM
22.57o dan kategori obesitas memiliki rerata
ROM 22.22o.
Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi
Lutut Kanan
Tabel 16 menunjukkan nilai p<0.05 (p =
0.001) yang berarti terdapat korelasi yang
Grafik 1. Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi Grafik 2. Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi
Lutut Kanan Lutut Kiri

Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi
Lutut Kiri Sendi Pergelangan Kaki Kiri
Nilai p<0.05 (p = 0.001) yang tertera Pada Tabel 18 dapat dilihat bahwa terdapat
pada Tabel 17 menunjukkan bahwa terdapat nilai p>0.05 (p= 0.143) yang menunjukkan
korelasi yang sangat bermakna antara IMT dan bahwa tidak terdapat korelasi yang bermakna
nilai ROM fleksi sendi lutut kiri. Nilai korelasi antara IMT dan nilai ROM dorsofleksi sendi
Spearman sebesar -0.505 yang menunjukkan pergelangan kaki kiri.
korelasi negatif dengan kekuatan korelasi
sedang. Tabel 18. Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi
Sendi Pergelangan Kaki Kiri
Tabel 17. Korelasi antara IMT dan ROM Fleksi Sendi
Lutut Kiri ROM Dorsofleksi Sendi
IMT Pergelangan Kaki Kiri
ROM Fleksi Sendi Lutut Kiri r = -0.246
IMT r = -0.505 p = 0.143
p = 0.001
Grafik 3 tidak menunjukkan adanya pola
Grafik 2 menunjukkan bahwa terdapat hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini
korelasi negatif antara IMT dengan nilai ROM menandakan bahwa tidak ada korelasi antara
fleksi sendi lutut kiri yang berarti semakin IMT dengan ROM dorsofleksi sendi
meningkatnya nilai IMT maka semakin pergelangan kaki kiri.
menurun nilai ROM gerakan fleksi pada sendi
lutut kiri. Grafik 3. Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi
Sendi Pergelangan Kaki Kiri
Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi Grafik 5 tidak menunjukkan adanya pola
Sendi Pergelangan Kaki Kanan hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini
Nilai p>0.05 (p= 0.492) pada Tabel 19 menandakan bahwa tidak ada korelasi antara
menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi IMT dan ROM plantarfleksi sendi pergelangan
yang bermakna antara IMT dan nilai ROM kaki kiri.
dorsofleksi sendi pergelangan kaki kanan. Grafik 5. Korelasi antara IMT dan ROM
Plantarfleksi Sendi Pergelangan Kaki Kiri
Tabel 19. Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi
Sendi Pergelangan Kaki Kanan
ROM Dorsofleksi Sendi
IMT Pergelangan Kaki Kanan
r = -0.117
p = 0.492
Grafik 4 tidak menunjukkan adanya pola
hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini
menandakan bahwa tidak ada korelasi antara
IMT dan ROM dorsofleksi sendi pergelangan
kaki kanan.
Grafik 4. Korelasi antara IMT dan ROM Dorsofleksi
Sendi Pergelangan Kaki Kanan Korelasi antara IMT dan ROM
Plantarfleksi Sendi Pergelangan Kaki
Kanan
Korelasi antara kedua variabel ditunjukkan
pada Tabel 21 dengan nilai p>0.05 (p= 0.876)
yang menunjukkan bahwa tidak terdapat
korelasi yang bermakna antara IMT dan nilai
ROM plantarfleksi sendi pergelangan kaki
kanan.

Tabel 21. Korelasi antara IMT dan ROM Plantarfleksi


Sendi Pergelangan Kaki Kanan
Korelasi antara IMT dan ROM
ROM Plantarfleksi Sendi
Plantarfleksi Sendi Pergelangan Kaki Kiri IMT Pergelangan Kaki Kanan
Korelasi antara kedua variabel ditunjukkan r = 0.018
pada Tabel 20 dengan nilai p>0.05 (p= 0.876) p = 0.918
yang berarti tidak terdapat korelasi yang
bermakna antara IMT dan nilai ROM Grafik 7 tidak menunjukkan adanya pola
plantarfleksi sendi pergelangan kaki kiri. hubungan linier antara kedua variabel. Hal ini
menandakan bahwa tidak ada korelasi antara
Tabel 20. Korelasi antara IMT dan ROM Plantarfleksi IMT dengan ROM plantarfleksi sendi
Sendi Pergelangan Kaki Kiri pergelangan kaki kiri.
ROM Plantarfleksi Sendi
IMT Pergelangan
Kaki Kiri
r = -0.027
p = 0.876
Grafik 7. Korelasi antara IMT dan ROM Plantarfleksi berarti semakin meningkatnya nilai IMT maka
Sendi Pergelangan Kaki Kanan semakin menurun nilai ROM fleksi pada kedua
sendi lutut. Kekuatan korelasi yang dimiliki
ROM sendi lutut kanan dengan IMT adalah
kuat. Sedangkan, kekuatan korelasi yang
dimiliki ROM sendi lutut kiri dengan IMT
adalah sedang.
Park (2010) dalam penelitiannya
menemukan adanya pengurangan ROM yang
signifikan pada individu yang obesitas
dibandingkan dengan non-obesitas walaupun
terbatas hanya pada beberapa sendi dari
4. Pembahasan seluruh sendi tubuh. Hal tersebut kemungkinan
Range of motion (ROM) adalah luas gerak terjadi akibat jaringan lemak pada individu
maksimum yang dapat dilakukan sendi dan yang obesitas terdistribusi hanya pada bagian-
dinyatakan dalam satuan derajat. Pengukuran bagian tertentu pada tubuh, seperti pada
ROM dapat dilakukan untuk menilai lengan, pinggang dan paha. Distribusi lemak
kapabilitas fisik seseorang terutama saat pada bagian paha kemungkinan menjadi
bergerak atau melakukan aktivitas. Pada penyebab mengapa terjadi pengurangan ROM
individu dengan nilai IMT yang tinggi pada sendi lutut.18
cenderung untuk mengalami reduksi pada nilai Pada kaki terdapat bagian yang disebut
ROM terutama pada sendi yang berada pada plantar fascia. Plantar fascia adalah berkas
ekstremitas bawah. Sendi-sendi yang cukup jaringan ikat kuat atau semacam ligamen yang
berperan di eksremitas bawah antara lain membentang dari tumit sampai dengan ujung
adalah sendi lutut (knee joint) dan sendi jari kaki. Berfungsi untuk menyokong bentuk
pergelangan kaki yang berfungsi untuk arkus telapak kaki dan menjadi shock-
melakukan gerakan-gerakan aktif terutama absorber.1 Beberapa penelitian menyebutkan
saat berjalan dan menaiki anak tangga. Kedua ada bukti kuat mengenai pentingnya plantar
sendi tersebut juga berperan dalam menjaga fascia terhadap stabilitas kaki. Penelitian
keseimbangan tubuh. menunjukkan bahwa plantar fascia adalah
Obesitas dan overweight adalah keadaan kontributor dalam stabilitas sendi-sendi tarsal.
dimana terjadi akumulasi lemak yang berlebih Kelebihan beban (overload) pada plantar
di dalam tubuh. Keadaan obesitas dan fascia yang diikuti dengan regangan yang
overweight sering dihubungkan dengan begitu kuat dapat menyebabkan plantar
keterbatasan fisik baik secara struktural fasciitis, yaitu kondisi dimana terjadi robekan
maupun fungsional. Individu dengan obesitas kecil pada plantar fascia dan menyebabkan
biasanya akan memiliki gangguan pada inflamasi, biasanya akan terlihat penebalan
postural, keseimbangan, cara jalan (gait) dan plantar fascia ketika dilakukan ultrasonografi
ROM. (USG). Salah satu kondisi yang dianggap
Akumulasi jaringan lemak disekitar sendi sebagai predesposisi terjadinya regangan pada
secara mekanik akan menghambat pergerakan plantar fascia yaitu berat badan yang berlebih
rotasi antar-segmen pada sendi tubuh sehingga (overweight).
dapat mengurangi nilai ROM.18 Teori ini Riddle et al (2003) menemukan bahwa
bersesuaian dengan hasil penelitian ini yang ROM dorsofleksi pada sendi pergelangan kaki
menunjukkan adanya korelasi negatif antara dapat mengalami reduksi apabila individu
IMT dan nilai ROM fleksi sendi lutut kanan tersebut telah mengalami plantar fasciitis. Hal
maupun pada sisi kiri. Korelasi negatif tersebut kemungkinan yang dapat menjelaskan
ditunjukkan dengan grafik 1 dan grafik 2 yang mengapa pada penelitian ini tidak ditemukan
adanya reduksi ROM dorsofleksi dan DAFTAR ACUAN
plantarfleksi pada pergelangan kaki pada sisi
kanan maupun pada sisi kiri pada individu 1. AAOS. 2013. Plantar Fasciitis.
yang memiliki nilai IMT tinggi, karena subjek (http://orthoinfo.aaos.org/PDFs/A0014
penelitian tidak mengalami plantar fasciitis 9.pdf, Diakses pada 10 Desember
walaupun beberapa subjek yang obesitas telah 2016).
memiliki faktor predesposisi untuk terjadinya 2. Capodaglio, P., Castelnuovo, G.,
plantar fasciitis. Semua subjek yang memiliki Brunani, A., dan Vismara, L. 2010.
gejala musculoskeletal termasuk gejala plantar Functional Limitations and
fasciitis yaitu nyeri pada tumit atau telapak Occupational Issues in Obesity 16 (4),
kaki (heel pain) telah diekslusikan dari 507523,
penelitian. Park (2010) juga tidak menemukan (http://archiwum.ciop.pl/40476,
adanya hubungan IMT dengan ROM pada Diakses pada 13 Juni 2016).
pergelangan kaki baik pada gerakan 3. CDC. 2009. BMI for Practitioners.
dorsofleksi maupun plantarfleksi tetapi tidak (http://www.cdc.gov/obesity/downloa
ada informasi yang jelas mengenai alasan d, Diakses pada 29 Juni 2016).
kedua variabel tidak berhubungan.18 4. Department of Social and Health
Secara keseluruhan, penelitian ini Services. 2014. Range of Joint
mendapatkan hasil bahwa terdapat korelasi Evaluation Chart, Washington, hal 1-2.
antara IMT dan nilai ROM pada sendi lutut (http://www.dshs.wa.gov/sites/default/
pada gerakan fleksi dan tidak menemukan files, Diakses 27 Juni 2016).
adanya korelasi antara IMT dan nilai ROM 5. Departemen Kesehatan. 2011.
pada sendi pergelangan kaki baik gerakan Pedoman dan Penanggulangan
dorsofleksi maupun plantarfleksi. Kegemukan dan Obesitas pada Anak
Sekolah. Jakarta, hal 1.
5. Kesimpulan 6. Forhan, M., Gill, S. 2013. Obesity,
Berdasarkan hasil penelitian mengenai Functional Mobility and Quality of
korelasi antara IMT dan ROM sendi lutut dan Life. 27, 129-137.
sendi pergelangan kaki pada siswa laki-laki (www.elsevier.com/locate/beem,
usia 14-16 tahun di SMA Plus Negeri 17 Diakses 2 Agustus 2016).
Palembang, dapat disimpulkan bahwa: 7. Graff, V.D. 2001. Human Anatomy.
1. Terdapat korelasi negatif antara IMT 6th ed. McGrawHill Company, hal
dengan nilai ROM fleksi pada sendi lutut 204-205.
kanan dan kiri siswa laki-laki usia 14-16 8. Hills, A.P., Bryne, N.M. 2002. The
tahun di SMA Plus Negeri 17 Palembang. Biomechanics of Adiposity Structure
2. Tidak terdapat korelasi antara IMT dengan functional limitations of obesity and
nilai ROM dorsofleksi dan plantarfleksi implications for movement. 3, 35-43,
pada sendi pergelangan kaki kanan dan kiri (https://www.researchgate.net/publicat
siswa laki-laki usia 14-16 tahun di SMA ion/11258536, Diakses 5 Agustus
Plus Negeri 17 Palembang. 2016).
3. Kekuatan korelasi antara IMT dengan 9. Huerta, J.P., Garcia, J.M.A. 2007.
nilai ROM fleksi sendi lutut kanan adalah Effect of Gender, Age, and
korelasi kuat sedangkan kekuatan korelasi Anthropometric Variables on Plantar
antara IMT dengan nilai ROM fleksi sendi Fascia Thickness at Different
lutut kiri adalah korelasi sedang. Locations in Asymptomatic Subjects.
62, 449-523.
(http://clinicadelpieembajadores.com,
Diakses pada 10 November 2016).
10. Huerta, J.P., Garcia, J.M.A. 2008. Edition. Elsevier, hal 122-123, 248-
Relationship of BMI, Ankle 251, 297-298.
Dorsiflexion and Foot Pronation on 18. Park, W., Ramachandran, J., Weisman,
Plantar Fascia Thickness in Healthy, P., Jung, E.S. 2010. Obesity Effect on
Asymptomatic Subjects. 5 (98), 379- Male Active Joint Range of Motion. 52
384, (www.japmaonline.org, Diakses (1), 102-108 (http://www.rmaoem.org,
pada 5 Desember 2016). Diakses 16 September 2016).
11. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2014. 19. Reese, N.B., dan Bandy, W.D. 2016.
Diagnosis, Tatalaksana dan Joint Range of Motion Muscle Length
Pencegahan Obesitas pada Anak dan Testing 3rd Edition. Elsevier, hal 8-10.
Remaja. 1-2. (www.idai.or.id, Diakses 20. Richey, R. 2015. Goniometric
13 Juni 2016). Assesment, (http://www.nasm.org,
12. Joao, S.M.A., Nishizaki, M.N., Diakses 28 Juni 2016).
Yamamoto, C.H; Barbosa, L.V.P., 21. Roy, S.H., Wolf, S.L., Scalzitti, D.A.
Sauer, J.F. 2014. Obesity Effect on 2012. The Rehabilitation Specialists
Children Hip and Knee Range of Handbook. F.A Davis Company,
Motion 5, 490-497, Philadelphia, hal 122.
(http://file.scirp.org/pdf/IJCM_201404 22. Snell, R.S. 2006. Anatomi Klinik.
2514562701.pdf, Diakses pada 13 Juni EGC, Jakarta, Indonesia, hal 15-17.
2016). 23. Putz, R., Pabst, R. 2003. Atlas Anatomi
13. Kosmahl, E. 2016. Goniometry. Manusia Sobotta Edisi 21. EGC,
Department of Physical Therapy Jakarta.
University of Cranton, Pennsylvannia,
USA. UCAPAN TERIMA KASIH
14. Kuni, B., Ruhling, N.E., Wagner, F.
2015. Do Overweight Children Stand Peneliti mengucapkan terima kasih
on Valgus Knees. 66, 332-336, kepada dr. Tri Suciati, M.Kes dan dr. Budi
(www.zeitschrift-sportmedizin.de, Santoso, M.Kes atas bimbingan selama
Diakses 25 Oktober 2016. penelitian. Kepada para penguji skripsi yaitu
15. Moore, K.L., Dalley, A.F., Agur, dr. Indri Seta Septadina, M.Kes dan dr.
A.M.R. 2010. Clinical Oriented
Liniyanti D Oswari, M.Sc saya mengucapkan
Anatomy. Lippincott Williams &
Wilkins, Philadelphia, USA, hal 26-28. terima kasih atas saran-saran yang diberikan
16. Norkin, C.C., White, D.J. 2003. untuk menyempurnakan penelitian ini.
Measurement of Joint Motion A Guide Terakhir peneliti mengucapkan terima kasih
to Goniometry 3rd Edition. F.A Davis kepada Wakil Kepala Sekolah, Nuraini, S,Pd
Company, Philadelphia. berserta staf guru SMA Plus Negeri 17
17. Palastanga, N., Soames, R. 2012. Palembang yang telah memberikan izin dan
Anatomy and Human Movement 6th
dukungan selama pengambilan data.

Você também pode gostar