Você está na página 1de 10

NAMA : NURUL HIKMAH H.

NPM : 15. 0102.0220

KELAS : AKUNTANSI (PARALEL)

LEAN ACCOUNTING,
PERHITUNGAN BIAYA ANALISIS BIAYA VOLUME
TARGET DAN BALANCED LABA
SCORECARD

PENGAMBILAN KEPUTUSAN
MANAJEMEN PERSEDIAAN
TAKTIS

BIAYA KUALITAS DAN MANAJEMEN BIAYA


PRODUKTIVITAS LINGKUNGAN

1
LEAN ACCOUNTING, PERHITUNGAN BIAYA TARGET DAN BALANCED SCORECARD
MANAJEMEN BIAYA SIKLUS HIDUP DAN
LEAN MANUFACTURING AKUNTANSI LEAN PERAN DARI PERHITUNGAN BIAYA
TARGET

ANALISIS BIAYA VOLUME LABA

TITIK IMPAS DALAM UNIT ANALISIS CVP

PENGAMBILAN KEPUTUSAN TAKTIS

PENGGUNAAN SUMBER DAYA


RELEVANSI BIAYA RELEVAN PERILAKU BIAYA
AKTIVITAS

MANAJEMEN PERSEDIAAN

BIAYA KUALITAS DAN PRODUKTIVITAS

PENGGUNAAN INFORMASI BIAYA


PENGUKURAN BIAYA KUALITAS PELAPORAN INFORMASI BIAYA KUALITAS
KUALITAS

MANAJEMEN BIAYA LINGKUNGAN

BIAYA SIKLUS HIDUP AKUNTANSI PERTANGGUNGJAWABAN

2
Lean manufacturing adalah pendekatan yang dirancang untuk meniadakan buangan
dan memaksimalkan nilai bagi pelanggan. Pendekatan ini memiliki ciri pengiriman produk
yang benar dalam jumlah yang benar, dengan kualitas yang benar (tanpa cacat), pada waktu
yang tepat dengan kebutuhan pelanggan serta dengan biaya yaang serendah mungkin. Lean
manufacturing dalam intinya adalah mengejar kesempurnaan. Sistem lean manufacturing
memungkinkan manajer untuk meniadakan buangan, mengurangi biaya dan menjadi lebih
efisien. Perusahaan yang mengimplementasikan lean manufacturing mengejar strategi
pengurangan biaya dengan cara mendefinisikan ulang berbagai aktivitas yang dilaksanakan
perusahaaan. Pada intinya lean manufacturing sama prinsipnya dengan manajemen
persediaan (just in time). Yang membedakan ialah karena lean manufacturing memiliki 5
prinsip:
1. Menspesifikasikan nilai produk secara tepat.
2. Mengidentifikasikan arus nilai untuk tiap produk
3. Menciptakan arus nilai tanpa gangguan
4. Memungkinkan pelanggan mencuptakan nilai dari produsen
5. Mengejar kesempurnaan
Sehingga bisa dikatakan hubungan lean manufacturing dengan manajemen persediaan adalah
meningkatkan volume laba dan posisi persaingan perusahaan yang dicapai melalui usaha
pengendalian biaya, peningkatan kualitas, mengurangi pemborosan serta menekankan biaya
operasional.
Analisis biaya volume laba merupakan suatu alat yang sangat berguna untuk
perencanaan dan pengambilan keputusan. Analisis ini menekankan pada keterkaitan biaya,
kuantitas yang terjual dan harga. Ada beberapa isu yang disinggung dalam analisis biaya-
volume-laba diantaranya adalah jumlah unit yang harus dijual untuk mencapai titik impas,
dampak pengurangan biaya tetap terhadap titik impas dan dampak kenaikan harga terhadap
titik impas. Menurut Hansen Titik impas adalah titik dimana total pendapatan sama dengan
total biaya. Dalam Hansen dan Mowen terdapat dua pendekatan dalam menentukan nilai titik
impas yaitu titik impas dalam unit dan titik impas dalam dolar penjualan. Titik impas dalam
unit dapat diartikan jumlah atau kuantitas unit yang diproduksi untuk mencapai laba normal.
Sedangkan titik impas dalam dolar penjualan dapat diartikan konversi dari ukuran unit yang
dijual menjadi ukuran pendapatan penjualan untuk menghasilkan laba normal. Dalam Hansen
dan Mowen biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada masing-masing
alternatif. Karena hanya biaya masa depan yang relevan maka semua keputusan berhubungan
dengan masa depan. Namun, untuk menjadi relevan tidak semua biaya harus merupakan

3
biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif terhadap alternatif lain.
Sebagian besar keputusan taktis membutuhkan analisis yang rumit. Ketika terjadi perubahan
permintaan dan penawaran sumber daya aktivitas harus dipertimbangkan ketika menilai
relevansi. Menurut Hansen dan Mowen terdapat tiga kategori model penggunaan sumber
daya aktivitas :
a. Sumber daya yang diperoleh karena digunakan dan diperlukan
b. Sumber daya yang diperoleh di muka ( jangka pendek )
c. Sumber daya yang diperoleh di muka (kapasitas pelayanan multiperiode ).
Analisis biaya volume laba dalam pemanfaataannya dalam perencanaan perusahaan adalah
menganalisis target laba dan profit untuk masa yang akan datang.
Dalam hubungannya analisis CVP dan JIT adalah apabila suatu perusahaan menganut
JIT maka biaya variabel per unit yang dijual berkurang dan biaya tetap bertambah. Sebagai
contoh sekarang tenaga kerja langsung, dianggap sebagai tetap dan, dilain pihak ahan baku
langsung dianggap sebagai biaya variabel berdasarkan unit. Penekanan pada mutu total
pembelian jangka panjang sebenaarnya mengasumsikan biaya bahan baku langsung benar-
benar proorsional dengan unit yang diproduksi menjadi semakin terbukti (karena limbah, sisa
bahan, dan diskon kuantitas dieliminasi). Biaya variabel berdasarkan unit lainnya seperti
listrik dan komisi penjualan juga berlaku. Selain itu, variabel tingkat batch menjadi hilang
karena pada JIT batch-nya adalah sistem unit.
Analisis biaya volume laba dalam kaitannya dengan dunia manajerial dapat dikaitkan
dengan pengambilan keputusan taktis. Analisis ini mengharuskan adanya pemisahan biaya
berdasarkan perilakunya. Biaya-biaya yang terjadi dalam seluruh kegiatan usaha harus
dibedakan sesuai perilakunya dalam hubungannya dengan perubahan kegiatan usaha. Dengan
menggunakan metode total cost maka biaya dapat dibedakan menjadi biaya variabel dan
biaya tetap. Misal dalam perusahaan telah menghitung dan menganalisa biaya volume laba
dan membuat keputusan langkah apa yang harus diambil maka pengambilan keputusan taktis
yang berkaitan dengan biaya relevan berfungsi. Dalam Hansen dan Mowen terdapat
beberapa aplikasi yang diterapkan berdasarkan biaya relevan, yaitu :
a. Keputusan membuat atau membeli.
b. Keputusan meneruskan atau menghentikan.
c. Meneruskan atau menghentikan dengan berbagai dampak komplementer.
d. Meneruskan atau menghentikan dengan penggunaan alternatif fasilitas.
e. Keputusan pesanan khusus.
f. Keputusan menjual atau memproses lebih lanjut.

4
Dalam mengatur dan mengkoordinasi penggunaan sumber-sumber dan
mengkoordniasi penggunaan sumber-sumber daya, manajer perlu membuat keputusan-
keputusan yang berhubungan dengan upaya-upaya untuk mencapai tujuan, agar barang dan
jasa yang dihasilkan sesuai dan tepat seperti yang diharapkan yaitu tepat mutu (kualitas),
tepat jumlah (kuantitas) dan tepat waktu dengan biaya yang rendah. Ditinjau dari keputusan
yang harus diambil, terdapat empat macam pengambilan keputusan yaitu:
1. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang pasti
2. Pengambilan atas pristiwa yang mengandung risiko
3. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang tidak pasti
4. Pengambilan keputusan atas peristiwa yang timbul karena pertentangan dengan
keadaan lain
Bidang produksi mempunyai tanggung jawab keputusan utama. Yaitu proses kapasitas,
tenaga kerja , mutu/kualitas dan persediaan. Berkaitan dengan manajemen persediaan,
manajer persediaan membuat keputusan keputusan dalam bidang produksi, menyangkut apa
yang dipesan, berapa banyak pemesanan, serta kapan pemesanan dilakukan. Manajemen
persedian merupakan salah satu masalah yang paling penting dalam bidang usaha. Kebijakan
pengendalian persediaan akan berpengaruh dengan performa kinerja perusahaan dalam
mencukupi permintaan pelanggan dan mengatur persediaan perusahaan. Dua hal konsep
utama dalam manajemen persediaan adalah menentukan besarnya jumlah stock dan
menentukan waktu pemesanan yang tepat. Kekurangan persediaan dapat berakibat
terhentinya proses produksi, dan ini menunjukkan persediaan termasuk masalah yang cukup
krusial dalam operasional perusahaan. Besarnya nilai buffer stock dipengaruhi oleh besarnya
permintaan dan waktu pesan supply. Terlalu besarnya persediaan atau banyaknya persediaan
(over stock) dapat berakibat terlalu tingginya beban biaya guna menyimpan dan memelihara
bahan selama penyimpanan di gudang padahal barang tersebut masih mempunyai opportunity
cost (dana yang bisa ditanamkan / diinvestasikan pada hal yang lebih menguntungkan).
Sasaran dari perusahaan sebenarnya bukan untuk mengurangi atau meningkatkan persediaan,
tetapi untuk memaksimalkan keuntungan. Oleh karena itu harus bisa mengatasi permasalahan
persediaan yang meliputi, berapa banyak harus memesan, kapan harus memesan, berapa
banyak persediaan maksimal yang seharusnya disimpan di gudang, berapa jumlah persediaan
yang harus ada di gudang (safety stock) agar tidak terjadi kekurangan ataupun kelebihan.
Esensinya, persediaan akan tetap ada untuk mengantisipasi fluktuasi permintaan yang tidak
terduga, tapi diusahakan untuk meminimalisir jumlah stock karena persediaan yang
berlimpah akan berelevansi dengan pembekakan biaya atau pemborosan. Penerapan

5
manajemen persediaan mempengaruhi keberlangsungan proses produksi dan meningkatkan
kualitas pelayanan terhadap konsumen. Oleh karena itu pengambilan keputusan dalam
penerapan manajemen persediaan harus disesuaikan dengan kebutuhan pada masing-vmasing
perusahaaan tersebut.
Biaya kualitas (Cost of Quality) adalah biaya-biaya yang timbul karena mungkin atau
telah terdapat produk yang buruk kualitasnya. Definisi ini mengimplikasikan bahwa biaya
kualitas berhubungan dengan sub kategori dari kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan
kualitas, antara lain :
1. Kegiatan pengendalian (Control Activities) dilakukan oleh suatu perusahaan untuk
mencegah atau mendeteksi kualitas yang buruk (karena kualitas yang buruk mungkin
terjadi). Jadi, kegiatan pengendalian terdiri dari kegiatan-kegiatan pencegahan dan
penilaian. Biaya pengendalian (Control Cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan
untuk menjalankan kegiatan pengendalian.
2. Kegiatan karena kegagalan (Failure Activities) dilakukan oleh perusahaan atau oleh
pelanggannya untuk merespon kualitas yang buruk (kualitas buruk memalng telah
terjadi).
Biaya kegagalan (failure cost) adalah biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaankarena telah terjadinya kegiatan karena kegagalan.
Definisi mengenai kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan kualitas juga menunjukkan 4
kategori biaya kualitas, antara lain :
1. Biaya pencegahan (Preventional Cost)
Biaya ini digunakan untuk mencegah kualitas yang buruk pada produk atau jasa yang
dihasilkan. Sejalan dengan peningkatan biaya pencegahan, kita mengharapkan biaya
kegagalannya turun.
2. Biaya penilaian (Appraisal Cost)
Terjadi unutk menentukan apakah produk dan jasa telah sesuai dengan persyaratan atau
kebutuhan pelanggan.Contoh : biaya pemerikasaan dan pengujian bahan baku,
pemerikasaan kemasan, pengawasan kegiatan penilaian, penerimaan produk, penerimaan
proses, peralatan pengukuran (pemerikasaan dan pengujian) dan pengesahan dari pihak
luar.
3. Biaya kegagalan internal (Internal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang diinginkan tidak sesuai dengan spesifikasi kebutuhan
pelanggan. Ketidaksesuaian ini dideteksi sebelum dikirim kepihak luar. Ini adalah
kegagalan yang dideteksi oleh kegiatan penilaian

6
4. Biaya kegagalan eksternal (Eksternal Failure Cost)
Terjadi karena produk dan jasa yang dihasilkan gagal memenuhi persyaratan atau tidak
memuaskan kebutuhan pelanggan setelah produk disampaikan kepada pelanggan.
Sebuah sistem pelaporan akuntansi memiliki arti penting bagi perusahaan yang
menaruh perhatian serius pada perbaikan dan pengendalian biaya kualitas. Langkah pertama
dan paling sederhana dalam menciptakan sistem ini ialah dengan menilai biaya kualitas
aktual saat ini. Pencatatan biaya kualitas secara rinci berdasarkan kategorinya memberikan
dua masukan pandangan penting. Pertama catatan tersebut mengungkapkan besarnya biaya
kualitas setiap periode, sehingga manajer dapat menilai dampak keuangannya. Kedua catatan
tersebut menunjukkan distribusi biaya kualitas menurut kategori, sehingga para manajer
dapat menilai kepentingan relatif masing-masing kategori.
Produktivitas berkaitan dengan memproduksi output secara efisien dan spesifik yang
nantinyaakan ada kesinambungan antara output dan input yang mana nantinya digunakan
untuk memproduksi output. Dalam produktivitas ini ada juga istilah mengenai Efisiensi
Produksi Total dimana pengertiannya adalah suatu titik dimana ada dua kondisi yang
terpenuhi, yaitu : Setiap bauran input untuk memproduksi output tertentu, dimana tidak ada
satupun input yang digunakan melebihi yang diperlukan guna menghasilkan yang namanya
output. Melirik dari bauran yang ada di point pertama, dipilih bauran dengan biaya yang
paling rendah. Kondisi pada point pertama diatas tersebut digerakkan oleh hubungan teknis
dan karenanya sering disebut dengan istilah Efisiensi Teknis atau Technical Efficiency.
Berbeda dengan kondisi yang pertama, kondisi yang ada pada point dua diatas lebih pada
digerakkan oleh hubungan relative dari harga input, maka dari itu kondisi ini sering mendapat
istilah Efisiensi Trade-Off input atau Input Trade-Off Efficiency.
Peningkatan kualitas dapat meningkatkan produktivitas dan juga sebaliknya. Sebagai
contoh, jika pengerjaan ulang berkurang karena menurunnya unit produk cacat maka lebih
sedikit tenaga kerja dan bahan yang digunakan untuk menghasilkan output yang sama.
Penurunan jumlah unit cacat memperbaiki kualitas, sementara pengurangan jumlah output
yang digunakan meningkatkan produktivitas. Oleh karena sebagian besar peningkatan
kualitas mengurangi jumlah sumber daya yang digunakan untuk memproduksi dan menjual
output perusahaan, maka kebanyakan peningkatan kualitas secara umum akan tercermin pada
ukuran ukuran produktivitas. Namun, ada juga cara cara lain untuk meningkatkan
produktivitas. Sebuah perusahaan mungkin saja memproduksi barang dengan sedikit atau
tanpa cacat akan tetapi masih menjalankan proses yang tidak efisien.

7
Berkesinambungan dengan manajemen persediaan dan biaya kualitas dan
produktivitas yaitu apabila manajemen persediaannya berjalan baik maka biaya kualitas nya
akan semakin baik begitu juga dengan produktivitas, apabila nmanajemen persediaan sinkron
maka tidak ada kelebihan dan kekurangan barang dalam persediaan dan biaya kualitas dan
produktivitasnya akan sejalan.
Biaya lingkungan adalah biaya yang ditimbulkan karena adanya kualitas lingkungan
yang rendah. Biaya lingkungan pada dasarnya berhubungan dengan biaya produk, proses,
sistem atau fasilitas penting untuk pengambilan keputusan manajemenyang lebih baik.
Tujuan perolehan biaya adalah bagaimana cara mengurangi biaya-biaya lingkungan,
meningkatkan pendapatan dan memperbaiki kinerja lingkungan dengan memberi perhatian
pada situasi sekarang, masa yang akan datang dan biaya-biaya manajemen yang
Kategori biaya kualitas dibagi dalam faktor-faktor sebagai berikut:
1. Biaya pencegahan
Biaya pencegahan merupakan investasi yang dibuat dalam usaha untuk menjamin
konfirmasi yang dibutuhkan. Misalnya, kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam
orientasi anggota tim, pelatihan dan pengembangan standard perencanaan serta
prosedur.
2. Biaya penilaian
Biaya penilaian merupakan biaya yang terjadi untuk mengidentifikasi kesalahan
setelah kejadian. Misalnya, kegiatan-kegatan seperti pengujian.
3. Biaya kesalahan internal
Biaya kesalahan internal merupakan biaya memperkerjakan kembali dan biaya
perbaikan sebelum diserahkan kepada pelanggan. Misalnya adalah memperbaiki
kesalahan yang dideteksi sepanjang pengujian internal.
4. Biaya kesalahan eksternal
Biaya kesalahan eksternal merupakan biaya yang memperkerjakan kembali dan biaya
perbaikan setelah diserahkan kepada pelanggan. Satu contoh akan memperkerjakan
dan memperaiki hasil dari pengujian yang diterima. Contoh lainnya biaya aktual yang
terjadi sepanjang jaminan dukungan.
Biaya lingkungan dapat diklasifikasikan menjadi empat kategori:
1. Biaya pencegahan lingkungan (environmental prevention costs) adalah biaya-
biaya untuk aktivitas yang dilakukan untuk mencegah diproduksinya limbah dan
atau sampah yang menyebabkan kerusakan lingkungan. Contoh-contoh aktivitas
pencegahan adalah evaluasi dan pemilihan pemasok, evaluasi dan pemilihan alat

8
untuk mengendalikan polusi, desain proses dan produk untuk mengurangi atau
menghapus limbah, melatih pegawai, mempelajari dampak lingkungan, audit
risiko lingkungan, pelaksanaan penelitian lapangan, pengembangan sistem
manajemen lingkungan, daur ulang produk, dan pemerolehan sertifikasi ISO
14001.
2. Biaya deteksi lingkungan (environmental detection costs) adalah biaya-biaya
untuk yang dilakukan untuk menentukan apakah produk, proses, dan aktivitas
lainnya di perusahaan telah memenuhi standar lingkungan yang berlaku atau tidak
3. Biaya kegagalan internal lingkungan (environmental internal failure costs) adalah
biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan karena diproduksinya limbah dan
sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan luar. Jadi biaya kegagalan internal
terjadi untuk menghilangkan dan mengolah limbah dan sampah ketika diproduksi.
4. Biaya kegagalan eksternal lingkungan (environmental externl failure costs) adalah
biaya-biaya untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah atau sampah
ke dalam lingkungan.
Biaya kegagalan eksternal dapat dibagi lagi menjadi kategori yang direalisasi dan
yang tidak direalisasi. Biaya kegagalan eksternal yang direalisasi (realized external failure
cost) adalah biaya yang dialami dan dibayar oleh3 perusahaan. Biaya kegagalan yang tidak
dapat direalisasikan (unrealized external failure cost) atau biaya sosial (societal cost),
disebabkan oleh perusahaan tetapi dialami dan dibayar oleh pihakpihak di luar perusahaan.
Biaya sosial selanjutnya dapat diklasifikasikan sebagai:
1) Biaya yang berasal dari degradasi lingkungan
2) Biaya yang berhubungan dengan dampak buruk terhadap properti atau kesejahteraan
masyarakat. Dalam kasus-kasus tersebut, biaya ditanggung oleh pihak lain, bukan oleh
perusahaan, meskipun hal tersebut disebabkan oleh perusahaan. Dari keempat kategori biaya
lingkungan, kategori kegagalan eksternal adalah yang paling merusak. Contoh biaya
kegagalan eksternal yang direalisasi adalah pembersihan danau yang tercemar, pembersihan
minyak yang tumpah, pembersihan tanah yang tercemar, penggunaan bahan baku dan energi
secara tidak efisien, penyelesaian klaim kecelakaan pribadi dari praktik kerja yang tidak
ramah lingkungan, penyelesaian klaim kerusakan properti, pembaruan tanah ke keadaan
alaminya, dan hilangnya penjualan karena reputasi yang buruk. Contoh biaya sosial
mencakup perawatan medis karena udara yang terpolusi (kesejahteraan individu), hilangnya
kegunaan dana sebagai tempat rekreasi karena pencemaran (degradasi), hilangnya lapangan
pekerjaan karena pencemaran (kesejahteraan individual), dan rusaknya ekosistem karena

9
pembuangan sampah padat (degradasi). Biaya sosial sering juga disebut biaya atau
pengeluaran tidak terduga. Padahal biaya sosial tidak selalu tidak bisa diduga. Ada banyak
penelitian dalam konsep biaya sosial, tetapi pada umumnya menjelaskan makna ditempatkan
pada biaya yang berhubungan dengan masyarakat sebagai suatu hasil dari dampak
lingkungan khusus perusahaan maupun organisasi lainnya, atau suatu entitas yang tidak
ditentukan. Mungkin memang ada biaya sosial seperti sumbangansumbangan yang sifatnya
benar-benar tidak terduga. Untuk menghadapi jenis-jenis biaya social seperti ini, manajer
dapat melakukan perkiraan berapa jumlah batasan yang kira-kira akan dikeluarkan
perusahaan mengenai kegiatan konservasi lingkungan.
Biaya kualitas dan produktivitas apaila dikaitkan dengan manajemen biaya
lingkungan yaitu apabila biaya kualitas dan produktivitasnya bagus maka iaya lingkungan
semakin menurun itu artinya lingkungan kualitasnya semakin bagus sehingga apabila biaya
kualitas dan produktivitasnya meningkat maka kualitas lingkungan juga akan meningkat.
Kecuali biaya yang harus dikeluarkan diluar perkiraan.

10

Você também pode gostar