Você está na página 1de 90

SKRIPSI

HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS REGULER


DENGAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN

Oleh:
ANGELIN PUTRI GOZALI
130100379

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
HUBUNGAN ADEKUASI HEMODIALISIS REGULER
DENGAN FUNGSI KOGNITIF PASIEN DI RSUP H. ADAM
MALIK MEDAN

SKRIPSI
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh
kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:
ANGELIN PUTRI GOZALI
130100379

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
2017
i
ii

ABSTRAK

Penyakit ginjal kronik adalah salah satu penyakit yang merupakan


prioritas kesehatan publik. Salah satu dampak yang dapat timbul dari penyakit
ginjal kronik adalah penurunan fungsi kognitif. Hemodialisis merupakan terapi
pengganti ginjal yang paling banyak digunakan. Dalam tindakan hemodialisis
ditentukan nilai adekuasi hemodialisis, sehingga pasien dapat memperoleh hasil
yang adekuat ketika menjalani hemodialisis. Adekuasi hemodialisis dapat
memberikan dampak pada fungsi kognitif pasien hemodialisis.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya hubungan antara
adekuasi hemodialisis reguler dengan fungsi kognitif pasien di RSUP Haji Adam
Malik Medan. Penelitian ini dilakukan dengan metode studi cross sectional.
Sampel penelitian diambil dari pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam
Malik Medan secara consecutive sampling. Responden yang telah menjalani
hemodialisis lebih atau selama 3 bulan akan dilihat nilai adekuasi hemodialisis
dan diuji fungsi kognitif dengan tes Mini Mental State Examination (MMSE).
Data akan dianalisis dengan analisis bivariat menggunakan uji Chi Square di
SPSS.
Berdasarkan data yang didapat pada penelitian ini terdapat responden
dengan adekuasi hemodialisis yang adekuat sebanyak 70 orang, di antaranya 41
orang (58,6%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 29 orang (41,4%) yang
memiliki gangguan fungsi kognitif. Responden dengan kategori adekuasi
hemodialisis yang tidak adekuat sebanyak 23 orang, di antaranya terdapat 11
orang (47,8%) memiliki fungsi kognitif normal dan terdapat 12 orang (52,2%)
yang memiliki gangguan fungsi kognitif. Berdasarkan analisis data dengan
menggunakan uji Chi Square didapatkan nilai p = 0,306. Oleh karena itu, hasil
dikatakan tidak signifikan dan tidak terdapat hubungan antara adekuasi
hemodialisis dengan fungsi kognitif pasien hemodialisis reguler.

Kata Kunci : penyakit ginjal kronik, adekuasi hemodialisis, fungsi kognitif,


RSUP Haji Adam Malik Medan
iii

ABSTRACT
Chronic kidney disease is considered as one of the priority diseases in
public health. Cognitive function degression is one of the impacts from chronic
kidney disease. Hemodialysis is usually the most common used therapy to treat
this disease. In practicing hemodialysis, hemodialysis adequacy needs to be
assessed in order for patients to have adequate results. These adequate results are
important since hemodialysis adequacy have impacts on the patients cognitive
functions.
This research aims to discover relationship between hemodialysis
adequacy and cognitive function of patient with regular hemodialysis at RSUP
Haji Adam Malik Medan. This research was done by using cross sectional study
method. The research sample is taken from the regular hemodialysis patients by
consecutive sampling. Respondents with histories of hemodialysis practices for
more or within 3 months will have their hemodialysis adequacies observed and
their cognitive functions tested with Mini Mental State Examination (MMSE). The
collected data will be examined with bivariate analysis method using Chi Square
test in SPSS.
Based on the collected data, 70 respondents had adequate hemodialysis
adequacies, with 41 respondents (58,6%) had normal cognitive functions, while
29 others (41,4%) had impaired cognitive functions.On the other hand, there are
23 respondents who did not have adequate hemodialysis adequacy, with 11
respondents (47,8 %) had normal cognitive function, while the other 12
respondents (52,2 %) had impaired cognitive function. Using Chi Square test, the
analysis obtained a p-value of 0,368. Therefore, the result of this research was
considered as not significant and it was concluded that there is no correlation
between hemodialysis adequacy and cognitive function in regular hemodialysis
patients.

Keywords : chronic kidney disease, hemodialysis adequacy, cognitive function,


RSUP Haji Adam Malik Medan
iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis sampaikan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa
yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini, sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter
Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Adapun tujuan penulisan karya tulis ilmiah ini adalah untuk memaparkan
landasan pemikiran dan segala konsep menyangkut penelitian yang akan
dilaksanakan. Penelitian yang akan dilaksanakan ini berjudul Hubungan
Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif Pasien Hemodialisis Reguler di
RSUP Haji Adam Malik Medan Tahun 2016.
Pada kesempatan kali ini, penulis banyak menerima bantuan dari
berbagai pihak di dalam proses menyelesaikan karya tulis hasil penelitian ini.
Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan
setinggi-tingginya kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, SH, M.Hum selaku rektor Universitas
Sumatera Utara.
2. Dr. dr. Aldy S. Rambe, Sp.S (K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran
Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan izin untuk
mengadakan penelitian, sehingga dapat menyelesaikan karya tulis ilmiah
ini.
3. dr.Bayu Rusfandi Nasution,M.Ked(PD),Sp.PD selaku dosen pembimbing
I yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis
sehingga karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
4. dr.VandaVirgayanti,M.Ked(Oph),Sp.M selaku dosen pembimbing II
yang telah memberi banyak arahan dan masukan kepada penulis sehingga
karya tulis ilmiah ini dapat terselesaikan dengan baik.
5. Prof. dr. Bidasari Lubis, Sp.A(K), selaku Dosen Penguji I yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam
penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.
v

6. dr. Tri Widyawati, M.Si, Ph.D. selaku Dosen Penguji II yang telah
memberikan petunjuk-petunjuk serta nasihat-nasihat dalam
penyempurnaan penulisan karya tulis ilmiah ini.
7. Bapak/Ibu Pengurus dan suster bagian hemodialisis Rumah Sakit Umum
Pusat Haji Adam Malik Medan yang telah membantu kelancaran dan
terlaksananya penelitian ini.
8. Seluruh responden yang telah banyak berjasa secara sukarela
meluangkan waktunya mengikuti tes dan proses pengambilan data
sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar.
9. Keluarga penulis, Ayahanda Drs. Mansyur Gozali, Ibunda Dra. Ermi,
Kakak Carolina Gozali, S.I.Kom, Abang da Purwanto Gozali, S.E dan
Abang da Putranto Gozali yang telah mendukung dan mendoakan serta
memberikan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan karya tulis
dan pendidikan.
10. Rekan-rekan mahasiswa FK USU stambuk 2013 yang telah memberi
saran, kritik, dukungan moril dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis hasil penelitian ini


masih jauh dari kesempurnaan, baik dari segi materi maupun tata cara
penulisannya. Semoga karya tulis hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua
pihak.

Medan, 9 Desember 2016

Penulis
vi

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan .......................................................................................... i


Abstrak ................................................................................................................. ii
Abstract ................................................................................................................. iii
Kata Pengantar ................................................................................................... iv
Daftar Isi .............................................................................................................. vi
Daftar Tabel......................................................................................................... ix
Daftar Gambar .................................................................................................. x
Daftar Singkatan ................................................................................................ xi
Daftar Lampiran ................................................................................................ xiii

BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1


1.1.Latar Belakang ................................................................................................ 1
1.2.Perumusan Masalah ........................................................................................ 3
1.3.Tujuan Penelitian ............................................................................................ 3
1.4.Manfaat Penelitian .......................................................................................... 4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................... 5


2.1. Penyakit Ginjal Kronik .................................................................................. 5
2.1.1. Definisi ................................................................................................... 5
2.1.2. Etiologi ................................................................................................... 6
2.1.3. Klasifikasi .............................................................................................. 6
2.1.4. Gejala Klinis........................................................................................... 8
2.1.5. Patofisiologi ........................................................................................... 8
2.1.6. Komplikasi ............................................................................................. 10
2.2. Hemodialisis................................................................................................... 12
2.2.1. Definisi ................................................................................................... 12
2.2.2. Indikasi Hemodialisis ............................................................................. 12
2.2.3. Inisiasi Hemodialisis .............................................................................. 13
2.2.4. Tujuan Hemodialisis .............................................................................. 13
2.2.5. Prinsip Hemodialisis .............................................................................. 14
2.2.6. Komplikasi Hemodialisis ....................................................................... 15
2.3. Adekuasi Hemodialisis .................................................................................. 16
2.3.1. Definisi ................................................................................................... 16
2.3.2. Tujuan ..................................................................................................... 16
2.3.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Adekuasi Hemodialisis .................. 17
2.3.4. Pengukuran Adekuasi Hemodialisis ....................................................... 19
2.3.5. Kriteria Klinis Adekuasi Hemodialisis................................................... 20
2.3.6. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif .................. 21
2.4. Kognitif .......................................................................................................... 24
2.4.1. Definisi ................................................................................................... 24
2.4.2. Aspek-aspek Kognitif ............................................................................ 24
2.4.3. Faktor yang Berpengaruh pada Fungsi Kognitif .................................... 26
vii

2.5 MMSE ............................................................................................................. 27


2.5.1. Tujuan ..................................................................................................... 27
2.5.2. Gambaran ............................................................................................... 27
2.5.3 Penggunaan Klinis ................................................................................... 28

BAB 3. KERANGKA TEORI DAN KERANGKA KONSEP ....................... 29


3.1. Kerangka Teori............................................................................................... 29
3.2. Kerangka Konsep ........................................................................................... 30
3.3. Hipotesis......................................................................................................... 30

BAB 4. METODE PENELITIAN ..................................................................... 31


4.1. Jenis Penelitian ............................................................................................... 31
4.2. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................................ 31
4.3. Populasi dan Sampel Penelitian ..................................................................... 31
4.3.1.Populasi Penelitian .................................................................................. 31
4.3.2.Sampel Penelirian.................................................................................... 31
4.3.2.1. Kriteria Inklusi ............................................................................ 31
4.3.2.2. Kriteria Eksklusi ......................................................................... 32
4.3.2.3. Besar Sampel............................................................................... 32
4.4. Metode Pengumpulan Data ............................................................................ 32
4.5. Pengolahan dan Analisis Data........................................................................ 33
4.5.1. Pengolahan Data..................................................................................... 33
4.5.2. Analisis Data .......................................................................................... 33
4.6. Definisi Operasional....................................................................................... 33

BAB 5. HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36


5.1. Hasil Penelitian .............................................................................................. 36
5.1.1. Lokasi Penelitian .................................................................................... 36
5.1.2. Deskripsi Data Penelitian ....................................................................... 36
5.1.3. Analisa Univariat .................................................................................... 38
5.1.3.1. Adekuasi Hemodialisis ................................................................. 38
5.1.3.2. Fungsi Kognitif ............................................................................ 38
5.1.4. Analisa Bivariat ...................................................................................... 39
5.1.4.1. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif ........ 39
5.1.4.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif ...................... 39
5.1.4.3. Hubungan Usia dengan Fungsi Kognitif ...................................... 40
5.1.4.4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif .............. 41
5.1.4.5. Hubungan Pekerjaan dengan Fungsi Kognitif ............................. 41
5.1.5. Analisa Multivariat ................................................................................. 42
5.2. Pembahasan .................................................................................................... 43
5.2.1. Karakteristik Responden Penelitian ....................................................... 43
5.2.2. Analisa Univariat .................................................................................... 44
5.2.2.1. Adekuasi Hemodialisis ................................................................. 44
5.2.2.2. Fungsi Kognitif ............................................................................ 45
5.2.3. Analisa Bivariat ...................................................................................... 45
5.2.3.1. Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif ........ 45
viii

5.2.3.2. Hubungan Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif ...................... 47


5.2.3.3. Hubungan Usia dengan Fungsi Kognitif ...................................... 48
5.2.3.4. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif .............. 48
5.2.3.5. Hubungan Pekerjaan dengan Fungsi Kognitif ............................. 49

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 51


6.1. Kesimpulan .................................................................................................... 51
6.2. Saran ............................................................................................................... 52

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 53

LAMPIRAN
ix

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

Tabel 2.1 Kriteria penyakit ginjal kronik berdasarkan.......................................... 5


Nationaly Kidney Foundation (KDDQI)
Tabel 2.2 Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani................................................ 6
Hemodialisis di Indonesia Tahun 2014
Tabel 2.3 Klasifikasi Prognosis Penyakit Ginjal Kronik berdasarkan LFG ......... 7
dan Albuminuria menurut Kidney Disease Improving Global Outcome
(KDIGO)
Tabel 2.4 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik ...................................................... 10
Tabel 2.5 Pengelompokkan Faktor Risiko Berdasarkan Vaskular ....................... 22
dan Non-Vaskular yang Berpotensi Menyebabkan Gangguan Fungsi
Kognitif pada Pasien Hemodialisis
Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian ..................................... 37
Tabel 5.2 Distribusi Adekuasi Hemodialisis Responden Penelitian ..................... 38
Tabel 5.3 Distribusi Fungsi Kognitif Responden Penelitian................................. 38
Tabel 5.4 Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif ................. 39
Tabel 5.5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif ............................... 39
Tabel 5.6 Hubungan Usia dengan Fungsi Kognitif............................................... 40
Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif....................... 41
Tabel 5.8 Hubungan Pekerjaan dengan Fungsi Kognitif ...................................... 41
Tabel 5.9 Hasil Seleksi Bivariat untuk Uji Regresi Logistik ................................ 42
Tabel 5.10 Hasil Analisa Multivariat .................................................................... 43
x

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Perbedaan Glomerulus Normal dan Glomerulus Hiperfiltrasi ......... 9

Gambar 2.2. Sistem Hemodialisis ......................................................................... 15

Gambar 2.3 Patofisiologi Gangguan Fungsi Kognitif pada Pasien Hemodialisis 21

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian ................................................................. 29

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian ............................................................. 30


xi

DAFTAR SINGKATAN

PGK : Penyakit Ginjal Kronik


RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
HD : Hemodialisis
IRR : Indonesian Renal Registry
ESRD : End Stage Renal Disease
ARF : Acute Renal Failure
URR : Urea Reduction Rate
USRDS : United State Renal Disease System
AS : Amerika Serikat
LFG : Laju Filtrasi Glomerulus
K/DOQI : Kidney Disease Outcomes Quality Intiative
GNC : Chronic Glomerulonephritis
PNC : Chronic Pyelonephritis
SLE : Systemic Lupus Erythematous
KDIGO : Kidney Disease Improving Global Outcome
NSAID : Nonsteroidal Anti-inflammatory Drugs
TGF- : Transforming Growth Factor
Hb : Hemoglobin
EPO : Eritopoetin
PTH : Parathyroid Hormone
Da : Dalton
BUN : Blood Urea Nitrogen
RRU : Rasio Reduksi Urea
Ct : Ureum sesudah dialisis
Co : Ureum sebelum dialisis
PCR : Protein Catabolic Rate
Htn : Hypertension
DM : Diabetes Mellitus
AD : Alzheimer Disease
xii

BP : Blood Pressure
TIA : Transient Ischemic Attack
CHF : Congestive Heart Failure
CI : Cognitive Impairment
PTH : Parathyroid Hormone
RSUP : Rumah Sakit Umum Pusat
MMSE : Mini Mental State Examinantion
SPSS : Statistical Product and Service Solution
APM : Angka Partisipasi Murni
RP : Rasio Prevalensi
IK : Interval Kepercayaan
xiii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN 1 Daftar Riwayat Hidup

LAMPIRAN 2 Lembar Permohonan Menjadi Responden

LAMPIRAN 3 Lembar Persetujuan Responden

LAMPIRAN 4 Kuesioner MMSE

LAMPIRAN 5 Pengumpulan Data Adekuasi Hemodialisis

LAMPIRAN 6 Hasil Output SPSS

LAMPIRAN 7 Surat Persetujuan Komisi Etik Tentang Pelaksanaan Penelitian

Bidang Kesehatan

LAMPIRAN 8 Surat Ijin Penelitian

LAMPIRAN 9 Surat Ijin Penelitian Bagian Hemodialisis


BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyakit ginjal kronik (PGK) adalah salah satu penyakit yang merupakan
prioritas kesehatan publik di seluruh dunia, karena 10% dari populasi dunia
memiliki penyakit ginjal kronik, dan jutaan orang meninggal setiap tahunnya,
karena mereka tidak memiliki akses terhadap pengobatan yang terjangkau.1
Berdasarkan data The Global Burden of Disease Study 2013 diperkirakan pada
tahun 2013 sebanyak 956.200 kematian di seluruh dunia disebabkan oleh PGK,
yang merupakan peningkatan sebesar 134,6% dari tahun 1990, dan PGK
menduduki peringkat ke 19 sebagai penyebab kematian pada tahun 2013.2
Berdasarkan hasil penelitian di Amerika Serikat (AS), jumlah orang dewasa
berusia 30 tahun atau lebih yang memiliki PGK diperkirakan akan meningkat dari
13,2%, menjadi 14,4% pada tahun 2020 dan menjadi 16,7% pada tahun 2030.3
Prevalensi gagal ginjal kronik berdasarkan hasil diagnosis dokter di Indonesia
menurut data Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013 sebesar
0,2% dan prevalensi gagal ginjal kronik di Sumatera utara sebesar 0,2%.
Prevalensi tersebut meningkat dengan bertambahnya umur, tertinggi pada
4
kelompok umur 75 tahun yaitu sebesar 0,6%. Berdasarkan hasil survei awal
peneliti jumlah pasien yang menderita gagal ginjal kronik di RSUP Haji Adam
Malik Medan pada tahun 2016 sebanyak 330 orang.
Pasien PGK membutuhkan terapi pengganti ginjal (dialisis atau
transplantasi ginjal) seumur hidup mereka, sehingga dapat membebani anggaran
kesehatan. Di Amerika Serikat, pengobatan penyakit ginjal kronik kemungkinan
melebihi $ 48 milyar per tahun. Program penyakit gagal ginjal stadium akhir atau
End Stage Renal Disease (ESRD) mengonsumsi 6,7% dari total anggaran
kesehatan dan hanya dapat menjangkau populasi kurang dari 1%.1
Ketika hemodialisis (HD) diperkenalkan pertama kali sebagai pengobatan
yang efektif pada tahun 1943, prognosis pasien dengan gagal ginjal berubah dari

1
2

yang hanya menunggu kematian, menjadi adanya kemungkinan bagi pasien untuk
dapat bertahan hidup dengan waktu yang tidak pasti.5 Berdasarkan data dari 7th
Report of Indonesian Renal Registry (IRR) jumlah pasien yang menjalani
hemodialisis pada tahun 2014 sebanyak 17.193 pasien baru dan 11.689 pasien
aktif. Di Sumatera Utara pasien baru yang menjalani hemodialisis terdapat 628
pasien dan pasien yang aktif terdapat 329 pasien.6
Hemodialisis merupakan terapi pengganti ginjal yang paling banyak
digunakan di Indonesia. Dalam proses hemodialisis perlu ditentukan adekuasi
hemodialisis untuk mencapai kecukupan dosis hemodialisis, sehingga pasien
gagal ginjal mendapatkan hasil yang adekuat ketika menjalani hemodialisis.7
Adekuasi hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan menghitung Kt/V atau
Urea Reduction Rate (URR). Tidak adekuatnya tindakan hemodialisis dapat
meningkatkan kejadian morbiditas dan mortalitas pada pasien. Morbiditas yang
meningkat, seperti peningkatan hospitalisasi pada pasien.8
Pada pasien dengan gagal ginjal, ginjal tidak dapat berfungsi dengan baik,
sehingga terjadi penumpukan racun uremik. Efek dari racun uremik secara
langsung berkontribusi terhadap penurunan fungsi kogntif.9 Faktor risiko pasien
penyakit ginjal kronik seperti hipertensi, diabetes mellitus dan komplikasi
penyakit ginjal kronik seperti anemia dapat berkontribusi terhadap penurunan
fungsi kognitif.10 Tindakan hemodialisis dapat meningkatkan ataupun
menurunkan fungsi kognitif. Berdasarkan penelitian Madan et al. yang
mempertahankan adekuasi hemodialisis URR 70% mengambil kesimpulan
bahwa pembuangan racun uremik dengan proses hemodialisis dapat
meningkatkan proses kognitif.11 Terapi hemodialisis menginduksi cerebral
ischemia dan insidensi stroke yang tinggi saat hemodialisis dapat mempengaruhi
penurunan fungsi kognitif. Berdasarkan penelitian Murray et al. dari 181 pasien
dengan dosis Kt/V > 1,2 terdapat 40,9% pasien mengalami gangguan fungsi
kognitif berat.12
Pasien dengan fungsi kognitif yang terganggu dapat mempengaruhi
kemampuan pasien hemodialisis dalam mematuhi jadwal dialisis, tingkat
pengertian pasien dalam perawatan, penggunaan obat-obatan, pembatasan cairan,
3

penyesuaian diet dan membuat serta mengambil keputusan.1214 Gangguan fungsi


kognitif dapat mempengaruhi kualitas hidup, yang berpotensi mempengaruhi
kesehatan fisik dan mental, status fungsional, kemandirian diri pasien, hubungan
personal dan sosial serta meningkatkan kebutuhan sarana (hospitalisasi) bagi
pasien. 13,15
Mengingat besarnya jumlah pasien penyakit ginjal kronik yang menjalani
hemodialisis serta banyaknya dampak yang ditimbulkan oleh penurunan fungsi
kognitif pada pasien yang menjalani hemodialisis dan masih sedikit yang
melakukan penelitian mengenai hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi
kognitif. Maka peneliti teratarik melakukan penelitian di RSUP H. Adam Malik,
karena RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit tipe A, dimana
rumah sakit tipe ini merupakan rumah sakit pusat rujukan, serta RSUP H. Adam
Malik Medan merupakan rumah sakit pendidikan sehingga memudahkan peneliti
dalam proses pengumpulan data untuk mengetahui hubungan adekuasi
hemodialisis dan fungsi kognitif di RSUP H. Adam Malik Medan.

1.2. Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan sebagai
berikut: Apakah ada hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif
pasien hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan?

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.3. Tujuan umum


Mengetahui hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif pasien
hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.4. Tujuan khusus
1.3.4.1 Mengetahui gambaran adekuasi hemodialisis pasien yang
menjalani hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.4.2 Mengetahui gambaran fungsi kognitif pasien yang menjalani
hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan.
1.3.4.3 Menganalisis hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi
kognitif pasien hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan.
4

1.3.4.4 Mengetahui faktor-faktor resiko yang mempengaruhi fungsi


kognitif pasien hemodialisis reguler menjalani hemodialisis reguler di
RSUP H. Adam Malik Medan.

1.4. Manfaat Penelitian


1.4.1. Bidang Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat dipakai sebagai data dasar untuk
penelitian lebih lanjut mengenai hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi
kognitif.
1.4.2. Bidang Pendidikan
Penelitian ini diharapkan sebagai sarana untuk melatih melakukan
penelitian, melatih cara berpikir secara logis, dan analisis sistematis berdasarkan
metodologi penelitian serta menambah informasi mengenai hubungan adekuasi
hemodialisis dengan fungsi kognitif.
1.4.4. Bidang Pelayanan Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi kepada
pasien, keluarga, dan masyarakat mengenai masalah hubungan adekuasi
hemodialisis dengan fungsi kognitif pada pasien yang menjalani hemodialisis.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Penyakit Ginjal Kronik


2.1.1. Definisi

Penyakit Ginjal Kronik (PGK) meliputi berbagi proses patofisiologi yang


berbeda dengan fungsi ginjal yang abnormal dan penuruan progresif dari laju
filtrasi glomeruslus (LFG).16 Kriteria penyakit ginjal kronik berdasarkan National
Kidney Foundation dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Kriteria penyakit ginjal kronik berdasarkan Nationaly Kidney Foundation
(K/DOQI).17
Kriteria
1. Kerusakan ginjal yang terjadi lebih dari 3 bulan, yang didefinisikan
dengan kelainan struktural atau fungsional ginjal, dengan atau tanpa
penurunan laju filtrasi glomerulus, dengan manifestasi :
Kelainan patologis; atau
Terdapat tanda kelainan ginjal, termasuk kelainan dalam
komposisi darah atau urin, atau kelainan dalam tes
pencintraan
2. Laju filtrasi glomerulus <60 mL/min/1,73 m2 selama lebih dari 3 bulan,
dengan atau tanpa kerusakan ginjal

Penyakit ginjal kronik adalah suatu proses patofisologis dengan etiologi


yang beragam, mengakibatkan penurunan fungsi ginjal yang progresif dan pada
umumnya berakhir dengan gagal ginjal. Gagal ginjal adalah suatu keadaan klinis
yang ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang ireversibel, pada suatu derajat
yang memerlukan terapi pengganti ginjal yang tetap, berupa dialisis atau
transplantasi ginjal.18 Istilah penyakit ginjal tahap akhir (ESRD) menggambarkan
tahap dari penyakit ginjal kronik dimana LFG < 15 mL/min/1,73 m2 dan telah

5
6

terjadi akumulasi racun, cairan dan elektrolit yang biasanya diekskresi secara
normal oleh ginjal, akumulasi ini menyebabkan sindrom uremik.16
2.1.2. Etiologi

Etiologi penyakit ginjal kronik di masing-masing negara berbeda satu sama


lain. Berdasarkan Indonesian Renal Registry (IRR) tahun 2014 penyebab gagal
ginjal yang menjalani hemodialisis di Indonesia, seperti pada Tabel 2.2.6

Tabel 2.2 Penyebab Gagal Ginjal yang Menjalani Hemodialisis di Indonesia Tahun
2014.6

Penyebab Insiden
Penyakit Ginjal Hipertensi 37 %
Nefropati Diabetika 27%
Glomerulopati Primer (GNC) 10%
Sebab Lain 7%
Nefropati Obstruksi 7%
Pielonefritis Kronik (PNC) 7%
Tidak Diketahui 2%
Nefropati Lupus (SLE) 1%
Ginjal Polikistik 1%
Nefropati Asam Urat 1%
2.1.3. Klasifikasi

Klasifikasi penyakit ginjal kronik berdasarkan Kidney Disease Improving


Global Outcome (KDIGO) membagi prognosis penyakit ginjal kronik berdasarkan
kadar LFG dan albuminuria, seperti pada tabel 2.3.19
7

Tabel 2.3 Klasifikasi Prognosis Penyakit Ginjal Kronik berdasarkan LFG dan
Albuminuria menurut Kidney Disease Improving Global Outcome (KDIGO).19

Albuminuria persiten : Kategori, deskripsi


dan nilai

A1 A2 A3

Peningkatan Peningkatan Peningkatan


normal sedang berat
sampai
sedang

< 30 mg/g 30-300 mg/g >300 mg/g

<3 3-30 >30


mg/mmol mg/mmol mg/mmol

G1 Normal atau 90
Laju Filtrasi Glomerulus (mL/mnt/1,73m2) deskripsi dan

tinggi

G2 Kekurangan 60 89
ringan

G3a Kekurangan 45 59
ringan
sampai
nilai

sedang

G3b Kekurangan 30 44
sedang
sampai berat

G4 Kekurangan 15 29
berat

G5 Gagal Ginjal < 15

Hijau : risiko rendah (jika tidak terdapat tanda penyakit ginjal, tidak PGK) ;
Kuning : risiko meningkat ; Jingga = risiko tinggi ; Merah = risiko sangat
tinggi
8

2.1.4. Gejala klinis


Walaupun konsentrasi urea dan kreatinin yang selalu dihitung untuk menilai
kapasitas eksresi dari ginjal, akumulasi dari dua molekul ini sendiri tidak dapat
menyebabkan gejala-gejala yang timbul pada penyakit ginjal kronik. Ratusan racun
yang terakumulasi pada gagal ginjal yang menimbulkan gejala sindrom uremik.16
Gejala uremia berdasarkan K/DOQI, yaitu : kelelahan, kelesuan, kebingungan,
anorexia, mual, perubahan dalam indra penciuman dan rasa, cramps, restless legs
syndrome, gangguan tidur dan pruritus. Tanda uremia berdasarkan K/DOQI yang
timbul, yaitu : kejang, amenorrhea, suhu inti tubuh berkurang, protein-energy
wasting, resistan insulin, meningkatnya katabolisme, serositis (pleuritis,
pericarditis), cegukan, gangguan trombosit dan somnolen.17
Gejala sindrom uremik bukan hanya melibatkan gangguan ekskresi ginjal,
tetapi juga fungsi ginjal sendiri. Gangguan fungsi metabolisme dan endokrin yang
biasanya dilakukan oleh ginjal terganggu, menyebabkan anemia, malnutrisi, dan
metabolisme abnormal karbohidrat, lemak, dan protein. Selain itu, hilangnya fungsi
regulasi hormon dan fungsi menjaga keseimbangan cairan dan elektrolit. Pada
PGK terjadi inflamasi sistemik yang progresif dan menyebabkan gangguan pada
pembuluh darah dan nutrisi.16
2.1.5. Patofisiologi
Ginjal yang normal memiliki jumlah nefron kira-kira 1 juta dan masing-
masing berpengaruh dalam total laju filtrasi glomerulus.20 Penyakit ginjal kronik
terjadi, karena penyakit yang mendasarinya (genetik yang menyebabkan kelainan
perkembangan atau integritas ginjal, imun kompleks dan inflamasi pada jenis
glomerulonephritis tertentu) atau penyebab lain (diabetes, hipertensi). Ginjal
memiliki kemampuan untuk menjaga LFG, walaupun terjadi kerusakan nefron yang
progresif.16,20
Masing-masing penyebab penyakit ginjal kronik dalam perkembangan
selanjutnya memiliki proses yang kurang lebih sama.18 Mekanisme kompensasi
hiperfiltrasi dan hipertrofi struktural dan fungsional pada nefron yang tersisa,
terjadi oleh karena pengurangan massa ginjal dalam jangka waktu yang lama, yang
diperantai oleh molekul vasoaktif, sitokin, dan growth factors.16 Proses adaptasi
9

nefron memungkinkan terjadinya normal clearance plasma, tetapi ketika LFG


berkurang 50% maka zat-zat seperti urea dan kreatinin akan mulai meningkat.20
Proses adaptasi berlangsung singkat dan menjadi maladaptasi dengan peningkatan
tekanan dan aliran darah pada nefron yang menjadi predisposisi distorsi
glomerulus, fungsi podosit yang abnormal, dan gangguan pada filtration barrier
yang menyebabkan sklerosis dari nefron yang tersisa. Peningkatan aktivitas renin-
angiostensin-aldosteron intrarenal, memberikan kontribusi terjadinya proses adaptif
hiperfiltrasi dan maladaptif hipertrofi dan sklerosis. Aktivasi jangka panjang renin-
angiostensin-aldosteron, sebagian diperantarai oleh growth factor seperti
transforming growth factor (TGF- ). Proses ini menjelaskan mengapa terjadinya
penurunan fungsi ginjal yang progresif, walaupun penyakit dasarnya sudah tidak
aktif lagi.16,20 Gambar 2.1 menunjukkan perbedaan glomerulus normal dan
glomerulus hiperfiltrasi.

Normal Glomerulus Glomerulus Hiperfiltrasi


Ateriol Tubulus
aferen distal
Ateriol Endotelium
eferen rusak
Normal
endothelium

Membran
basal

Podosit Sclerosis
Ateriol bertambah
besar

Gambar 2.1 Perbedaan Glomerulus normal dan Glomerulus Hiperfiltrasi


Kiri: Skema dari bentuk glomerulus yang normal. Kanan: Perubahan
sekunder glomerulus dengan penurunan jumlah nefron, pembesaran lumen
kapiler, dan adhesi fokal, yang diduga terjadi karena kompensasi hiperfiltrasi
dan hipertrofi oleh nefron yang tersisa.15
10

2.1.6. Komplikasi
Penyakit ginjal kronik mengakibatkan berbagai komplikasi yang
manifestasinya sesuai dengan derajat penurunan fungsi ginjal, yang dapat dilihat
pada tabel 2.4.18
Tabel 2.4 Komplikasi Penyakit Ginjal Kronik.18
Derajat Penjelasan LFG (ml/mnt) Komplikasi
1 Kerusakan ginjal dengan 90 -
LFG normal
2 Kerusakan ginjal dengan 60 89 Tekanan darah mulai
penurunan LFG ringan meningkat
3 Penurunan LFG sedang 30 59 Hiperfosfatemia,
hipokalsemia,
hiperparatiroid,
hipertensi,
hiperhomosistinemia
4 Penurunan LFG berat 15 29 Malnutrisi, asisdosis
metabolik, cenderung
hiperkalemia,
dislipidemia
5 Gagal ginjal < 15 Gagal jantung, uremia

a. Penyakit jantung
Penyakit jantung merupakan penyebab utama mortalitas dan morbiditas
pada pasien penyakit ginjal kronik. Penyakit jantung terutama gagal
jantung, sudden cardiac death, cardiomyopathy, ischemic heart
disease, dan stroke. Penyakit jantung disebabkan oleh beberapa faktor
risiko, yaitu: hipertensi, dislipidemia, merokok, aktivitas berlebihan
dari simpatis, peningkatan abnormal volume plasma dalam tubuh,
anemia, hiperfosfatemia, hiperparatiroid, dan inflamasi. Hal ini dapat
menyebabkan gangguan perfusi, struktur jantung dan fungsi jantung.
16,21,22
11

b. Anemia
Anemia terjadi saat kadar Hb 10 g% atau hematokrit 30%.
Penurunan kadar Hb terjadi akibat proses penyakit ginjal kronik, yang
menyebabkan defisiensi produksi eritropoetion (EPO) oleh ginjal,
berkuranganya masa hidup eritrosit, meningkatnya kehilangan darah
(pendarahan sistem pencernaan, darah yang hilang saat hemodialisis
dan disfungsi trombosit), gangguan absorpsi besi, defisiensi nutrisi
seperti asam folat dan vitamin B12. Anemia dapat menyebabkan
berkurangnya penghantaran oksigen, meningkatkan cardiac output,
dilatasi ventrikel dan hipertrofi ventrikel. Gejala yang dapat muncul
yaitu kelelahan, berkurangnya aktivitas fisik, gagal jantung, dan
gangguan kognitif. 16,18,22
c. Malnutrisi
Malnutrisi khususnya terjadi kekurangan kalori dan protein pada pasien
PGK. Faktor penyebab terjadinya malnutrisi, karena meningkatnya
kebutuhan protein dan energi, menurunnya cakupan energi dan protein
yang dikonsumsi, hilangnya asam amino di dialisat, dan asidosis
metabolik serta aktivasi sitokin dapat meningkatkan katabolisme
protein.16,18
d. Gangguan kulit
Gatal-gatal (Pruritus) merupakan gangguan kulit yang umum dijumpai
pada pasien penyakit ginjal kronik. Penyebab gatal-gatal pada kulit
disebabkan oleh karena retensi sisa nitrogen, hiperkalsemia,
hiperfosfatemia, meningkatnya produk kaslium x fosfat. Pada PGK
tahap lanjut, walaupun pasien menjalani terapi dialisis, dapat terjadi
pigmentasi yang berlebihan, penyebabnya adalah deposisi pigmen
urochrome, dimana pada ginjal yang sehat dapat dibuang.16,23
e. Osteodistrofi renal
Penyakit tulang dapat diklasifikasi menjadi penggantian tulang yang
cepat dengan peningkatan tingkat PTH (termasuk osteitis fibrosa
12

cystica, hiperparatiroidisme sekunder) dan pergantian tulang yang


lambat dengan tingkat PTH normal atau rendah (penyakit tulang
adinamik dan osteomalasia).16

2.2. Hemodialisis
2.2.1. Definisi
Hemodialisis adalah proses untuk memisahkan makromolekul dari ion dan
senyawa berberat molekul rendah di dalam larutan dengan memanfaatkan
perbedaan tingkat difusinya melalui membran semipermeabel.22 Terapi
hemodialisis dilakukan pada pasien dengan gangguan ginjal akut yang memerlukan
terapi dialisis ataupun pasien gagal ginjal yang membutuhkan terapi hemodialisis
secara permanen.18
2.2.2. Indikasi hemodialisis
Indikasi pelaksanaan hemodialisis pada gagal ginjal bervariasi diantara
dokter. Secara umum indikasi untuk hemodialisis adalah: Indikasi hemodialisis
dapat dibagi menjadi dua, yaitu hemodialisis emergency atau hemodialisis segera
dan hemodialisis kronik.
1. Indikasi hemodialisis emergency atau hemodialisis segera antara lain :
a. kegawatan ginjal : keadaan uremik berat, overdehidrasi, oligouria,
anuria, hiperkalemia, asidosis berat, uremia, encephalopaty
uremikum, neuropati / miopati uremikum, perikarditis uremikum,
disnatremia berat, hipertermia.
b. Keracunan akut (alcohol, obat-obatan) yang bisa melewati membran
dialisis.24
2. Indikasi hemodialisis kronik antara lain : LFG dibawah 10
mL/mnt/1,73 m2, gejala uremia meliputi ; lethargy, anoreksia, nausea,
mual, dan muntah, adanya malnutrisi atau hilangnya massa otot,
hipertensi tak terkontrol dan adanya kelebihan cairan, komplokasi
metabolik yang refrakter, hiperkalemia yang tidak responsif terhadap
tindakan konsevatif, ekspansi volume ekstraseluler yang tetap walaupun
13

telah diberikan terapi diuretik, asidosis yang refrakter setelah diberikan


terapi, bleeding diathesis. 5,16,24

2.2.3. Inisiasi hemodialisis


Komponen yang penting dalam pelaksanaan hemodialisis adalah waktu
pelaksanaan terapi, oleh karena dapat mempengaruhi kemampuan dalam
membuang sisa metabolisme tubuh dan penumpukan cairan yang berlebihan.25
Berdasarkan K/DOQI HD Adequacy Guideline: 2015 Update inisiasi hemodialisis
dilaksanakan saat :
1. Pasien dengan penyakit ginjal kronik stadium 4 ( < LFG < 30
mL/mnt/1,73m2) , termasuk pasien yang memerlukan tatalaksana dialisis
segera pada saat pemeriksaan awal, pasien harus mendapat penjelasan
mengenai gagal ginjal dan pilihan pengobatan yang lain, termasuk
transplantasi ginjal, dialisis peritoneal, hemodialisis di rumah atau rumah
sakit, dan pengobatan konservatif. Keluarga pasien dan pengurus harus
juga dijelaskan mengenai pilihan terapi untuk gagal ginjal.
2. Keputusan untuk memulai tatalaksana dialisis pada pasien yang memilih
untuk melakukannya harus didasarkan pada tanda-tanda atau gejala
uremik, bukti adanya kekurangan protein dan energi, dan pasien memiliki
kemampuan untuk menjaga fungsi metabolik dan volume cairan tubuh
agar tetap stabil.5
2.2.4. Tujuan hemodialisis
Terapi hemodialisis dilakukan untuk menggantikan fungsi ekskresi dari
ginjal, yaitu menghilangkan gejala sindrom uremik dengan mengendalikan uremia,
menjaga keseimbangan elektrolit, dan mengembalikan cairan intraseluler dan
ekstraseluler seperti semula.23,25 Pasien dengan gagal ginjal, hemodialisis dapat
menjadi pengganti fungsi ginjal, meskipun tidak dapat menyembuhkan penyakit
ginjal dan tidak dapat mengimbangi hilangnya aktivitas endokrin ataupun
metabolisme ginjal. Pasien yang melaksanakan terapi hemodialisis harus menjalani
pengobatan untuk seumur hidup mereka atau hingga pasien sukses menjalani terap
transplantasi ginjal.26
14

2.2.5. Prinsip hemodialisis


Terdapat tiga komponen yang esensial untuk hemodialisis yaitu : 1) Mesin
hemodialisis yang terdiri dari pompa darah, sistem pengaturan dialisat dan sistem
monitoring. Pompa darah berfungsi untuk memompa darah dari pasien ke dialiser
dan kembali ke pasien. 2) Dialiser adalah tempat dimana proses hemodialisis
berlangsung dimana memungkinkan terjadinya transfer solut dan air di dalam darah
melalui membran semipermeabel dengan dialisat. 3) Dialisat adalah cairan atau
larutan yang terdiri dari air dan elektrolit yang mengalir melalui dialiser, tidak
melewati membran dan dibuang bersama dengan bahan-bahan toksik setelah
meninggalkan dialiser.16,26,27
Darah, dengan racun dan zat sisa nitrogen, dialihkan dari pasien ke mesin
(dialiser) dimana darah dibersihkan dan kemudian dikembalikan kepada pasien.
Hemodialisis merupakan gabungan dari proses difusi, osmosis dan ultrafiltrasi. 26
Difusi adalah pergerakan zat terlarut di darah melalui membran semipermeabel,
dimana zat bergerak dari konsentrasi yang tinggi (darah) ke konsentrasi rendah
yaitu dialisat.26,27 Laju difusi dipengaruhi oleh konsentrasi zat, luas permukaan
membrane dialiser dan ukuran molekul. Berdasarkan prinsip difusi, molekul yang
besar memiliki laju difusi lebih lambat. Molekul yang kecil, seperti urea (60 Da)
laju difusi lebih cepat dibandingkan kreaktinin (113 Da).16
Air yang berlebihan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses osmosis,
yaitu air bergerak dari tekanan yang lebih tinggi (darah) ke tekanan yang lebih
rendah (dialisat). Gradien tekanan dapat dimanipulasi untuk mencapai jumlah air
yang ingin dibuang dengan menambahkan tekanan negatif yang dikenal dengan
ultrafiltrasi pada mesin hemodialisis.16,27
Aliran darah masuk ke dialiser dengan laju 300-500 mL/mnt, dimana dialisat
bergerak berlawanan arah (counter-current) dengan laju 500-800 mL/mnt.16 Akses
vaskular dialisis diperlukan untuk memperoleh aliran darah yang cukup besar.
Akses ini dapat berupa fistula (arteri-vena), graft, maupun kateter intra vena.16,26,27
Antikoagulan heparin diberikan untuk mencegah terjadinya pembekuan darah di
sirkuit dialisis.26
15

Gambar 2.2 Sistem Hemodialisis.26

2.2.6. Komplikasi hemodialisis


Walaupun pasien yang menjalani hemodialisis menjadi memiliki
kemungkinan untuk dapat bertahan hidup dengan waktu yang tidak pasti, tetapi
hemodialisis tidak dapat mengobati penyakit ginjal ataupun menggantikan seluruh
fungsi ginjal.5,26 Pasien yang menjalani hemodialisis untuk mengatasi gejala
penyakit ginjal kronik dapat mengalami komplikasi dalam proses hemodialisis.
Komplikasi interdialisis yaitu :
1. Hipotensi
Merupakan komplikasi yang paling umum terjadi selama hemodialisis,
terutama pada pasien diabetes mellitus. Penyebab terjadinya hipotensi
adalah ultrafiltrasi dalam jumlah yang besar disertai kurangnya
kompensasi pengisian pembuluh darah (vascular filling), osmolar shift,
penggunaan anti hipertensi yang berlebiham, disfungsi otonom,
intoleransi asetat sebagai buffer pada dialisat (meningkatkan
vasodilatasi).16,21,23
16

2. Kram otot
Interdialytic muscle cramping, biasa terjadi pada akhir hemodialisis
dimana saat cairan elektrolit secara cepat meninggalkan cairan
ekstraseluler. Penyebab kram otot masih belum jelas. Beberapa
pencetus yang dihubungkan terjadinya kram otot adalah berkurangnya
perfusi darah ke otot, karena volume cairan yang hilang berlebih (>10-
12 ml/kg/jam).16,26
3. Sindrom Disequilibrium
Kumpulan gejala pada sindrom disequilibrium ditandai dengan mual,
muntah, sakit kepala, lemas, dan penurunan kesadaran. Sindrom
disequilibrium terjadi oleh karena pergeseran cairan serebral, umumnya
terjadi apabila kadar ureum di dalam darah > 150 mg/dL. 21,26
4. Reaksi anafilaktoid
Terjadi pada pasien terutama pada pemakaian pertama dialiser.
Biasanya terjadi pada membran bioikompatibel yang mengandung
selulosa.16
2.3. Adekuasi Hemodialisis
2.3.1. Definisi
Adekuasi hemodialisis merupakan kecukupan dosis hemodialisis yang
direkomendasikan untuk mendapatkan hasil yang adekuat pada pasien gagal ginjal
yang menjalani hemodialisis.7
2.3.2. Tujuan
Masalah utama dalam pengelolaan pasien yang menjalani perawatan
hemodialisis adalah penilaian adekuasi hemodialisis. Apabila hanya menilai
nitrogen urea darah (BUN) tidak cukup, karena BUN yang rendah dapat
mencerminkan nutrisi yang tidak memadai daripada pembuangan urea yang cukup.
Dan pemantauan gejala pasien saja tidak cukup, karena proeses dialisis dengan
pemberian erythropoietin untuk memperbaiki anemia dapat menghilangkan gejala
uremik meskipun pasien dapat dalam kondisi underdialyzed. Dengan demikian,
gejala, gizi pasien dan kelangsungan hidup pasien dicerminkan dengan adekuasi
hemodialisis.28 Adekuasi hemodialisis bertujuan untuk dapat memindahkan secara
17

adekuat akumulasi produk metabolik dan air serta menjaga keseimbangan elektrolit.
Berdasarkan penelitian sebelumnya didapati hubungan yang kuat antara tidak
adekuatnya adekuasi hemodialisis dengan morbiditas.8
2.3.3. Faktor-faktor yang mempengaruhi adekuasi hemodialisis
Untuk mencapai adekuasi hemodialisis maka harus memperhatikan hal-hal
berikut :
a Frekuensi dan lama dialisis
Berdasarkan K/DOQI HD Adequacy Guidelines 2015 disarankan
pasien dengan penyakit gagal ginjal stadium akhir (ESRD) untuk
melaksananakan hemodialisis di rumah sakit atau pusat dialisis
dengan frekuensi HD yang singkat yaitu pada siang hari, durasi
dialisis kurang dari 3 jam/sesi dan 5-7 kali seminggu, sebagai
alternatif untuk hemodialisis konvensional yang dilaksanakan pada
siang hari, durasi dialisis 3-5 jam/sesi dan 3-4 kali seminggu.4
Semakin panjang durasi atau waktu sesi hemodialisis akan semakin
mengoptimalkan bersihan ureum sehingga adekuasi dapat tercapai.7
b Aliran darah (Blood flow)
Laju aliran darah dapat berkisar 250-500 mL / menit, tergantung pada
jenis dan integritas akses vaskular.16 Pada umumnya kecepatan aliran
darah rata-rata paling tidak 4 kali berat badan dalam kilogram.29
Berdasarkan data penelitian Bouzou et al. mengkonfirmasi bahwa
peningkatan laju aliran darah sebesar 25% efektif dalam
meningkatkan adekuasi dialisis pada pasien HD. Peningkatan aliran
darah 100% dari 200 mL/menit menjadi 400 mL/menit dapat
meningkatkan pembersihan urea darah menjadi 33%. Namun, harus
diperhatikan faktor-faktor seperti toleransi pasien, status
hemodinamik, penggunaan filter yang cocok sesuai dengan berat
badan pasien, dan laju aliran darah yang tepat.30
18

c Aliran dialisat (Dialysate flow)


Besarnya aliran dialisat yang mengalir dalam arah berlawanan dengan
darah mempengaruhi tingkat bersihan yang dicapai, sehingga perlu
diatur sebesar 500-800 mL/min.16
d Karakteristik dialiser
Klirens menggambarkan kemampuan dialiser untuk membersihkan
darah dari carian dan zat terlarut, dan besarnya klirens dipengaruhi
oleh bahan, tebal dan luasnya membran.7 Berdasarkan K/DOQI HD
Adequacy Guidelines 2015 merekomendasikan penggunaan dialisier
yang biokompatibel, baik membran hemodialisis fluks tinggi atau
rendah untuk hemodialisis intermiten.5 Biokompatibel menunjukkan
adanya membran yang tidak menghasilkan toksin, injuri atau respon
imunologis saat kontak dengan darah. Luas permukaan membran
bervariasi antara 1,3 2,0 m2.27
e Tipe akses vaskular
Dialisis memerlukan darah pasien agar dapat terekspos dengan dialisat
melewati membrane semipermeabel. Hal ini dicapai dengan
menyalurkan darah keluar tubuh pasien keluar tubuh pasien ke
dialiser. Hemodialisis membutuhkan aliran darah yang tinggi antara
250-450 ml/menit. Aliran sebesar itu tidak dapat dicapai dengan vena
perifer. Sehingga dialisis membutuhkan akses vena sentral untuk
menyediakan kebutuhan aliran darah tersebut. Bila dialisis dilakukan
jangka panjang maka dibutuhkan akses permanen yang ideal (fistula,
graft atau permacath) dan kanulasi akses temporer menggunakan vena
besar (femoral, subklavian atau jugular internal).31 Fistula memiliki
patensi jangka panjang paling lama diantara semua pilihan akses
dialisis.27 Fistula merupakan proses pembedahan untuk melakukan
anastomosis arteri ke vena, sehingga terjadi arterialisasi vena.26,27
Dibutuhkan waktu 4 6 minggu sebelum fistula siap untuk digunakan.
Hal ini memberikan waktu untuk penyembuhan dan fistula vena untuk
19

melebar serta dapat mengakomodasi dua jarum berdiameter besar (14


gauge atau 16 gauge).26
2.3.4. Pengukuran adekuasi hemodialisis
Tujuan akhir dari perawatan dialisis adalah penurunan kadar zat terlarut pada
pasien, pengukuran tingkat zat terlarut menjadi tidak sesuai jika zat terlarut yang
diukur tidak mewakili semua racun uremik. Karena tidak ada zat terlarut yang
memenuhi syarat dalam hal ini, sehingga dipilih penanda suatu zat terlarut, seperti
urea, yang konsentrasinya dalam pasien menurun secara signifikan selama proses
dialisis. Urea klirens ditentukan dari rasio konsentrasi, dan bukan dari nilai absolut,
yang merupakan penanda sensitif dari zat kecil yang terdifusi di dialiser. Adekuasi
hemodialisis diukur secara kuantitatif dengan menghitung Kt/V yang merupakan
rasio dari bersihan urea dan waktu hemodialisis dengan volume distribusi urea
dalam tubuh pasien.7

Perhitungan Kt/V dapat dilakukan dengan menggunakan rumus yang dianjurkan K


/DOQI HD Adequacy Guidelines 2015 4:
BB post dialisis BB pre dialisis
Kt/ V = - ln(R 0,008 x T) + ( 4 3,5 x R) x 0,55 V

Keterangan :
K = Klirens dialiser yaitu darah yang melewati membrane dialiser dalam mL/menit
Ln = Logaritma natural
R = Ureum sesudah dialisis
Ureum sebelum dialisis
t = Lama dialisis (jam)
V = volume cairan tubuh dalam liter ( laki-laki 65% berat badan dan wanita 55%
berat badan)

K /DOQI HD Adequacy Guidelines 2015 merekomendasikan Kt / V 1,4 per


sesi hemodialisis untuk pasien yang dirawat 3 kali seminggu, dengan minimal kt/ V
1,2.5
20

Karena penurunan relatif konsentrasi urea selama terapi dialisis adalah


penentu paling signifikan dari Kt / V, terdapat cara lain untuk mengukur adekuasi
hemodialisis dengan mudah yaitu rasio reduksi ureum (RRU). RRU dihitung
dengan32 :
RRU (%) = 100 x ( 1 Ct / Co)
Keterangan :
RRU = rasio reduksi ureum
Ct = ureum sesudah dialisis
Co = ureum sebelum dialisis

Karena mudahnya perhitungan, RRU umumnya digunakan dalam studi


28
epidemiologi. Kelemahan perhitungan RRU adalah tidak memperhitungkan faktor
ultrafiltrasi, protein catabolic rate (PCR) dan sisa klirens yang masih ada. Cara ini
juga tidak dapat dipakai untuk merencanakan dosis HD.29 Untuk dialisis yang
dilakukan 3 kali seminggu kurang dari 5 jam, dosis minimum alternatif RRU adalah
65% dan target dosis RRU adalah 70%.32 Rata-rata, Kt / V 1,2 kira-kira setara
dengan URR sekitar 63 persen.33
2.3.5. Kriteria klinis adekuasi hemodialisis
Secara klinis HD reguler dikatakan adekuat jika keadaan umum dan nutrisi
penderita dalam keadaan baik, tidak ada menifestasi uremia dan diupayakan
rehabilitasi penderita kembali pada aktifitas seperti sebelum menjalani HD. Adapun
kriteria klinis adekuasi hemodialisi adalah sebagai berikut:
a Keadaan umum dan nutrisi yang baik
b Tekanan darah normal.
c Tidak ada gejala akibat anemia.
d Tercapai keseimbangan air, elektrolit dan asam basa.
e Metabolisme Ca, dan P terkendali serta tidak terjadi osteodistrofi renal.
f Tidak didapatkan komplikasi akibat uremia.
g Tercapai rehabilitasi pribadi, keluarga dan profesi.
h Kualitas hidup yang memadai.29
21

2.3.6. Hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif


Riwayat gangguan fungsi kognitif kemungkinan telah mulai terjadi tahun-
tahun sebelum penyakit ginjal kronik berkembang menjadi gagal ginjal dan
sebelum adanya gejala yang terlihat.11,34 Gangguan fungsi kognitif terutama terjadi
pada domain fungsi eksekutif, yang merupakan risiko terjadinya kematian.10,34,35

Gambar 2.3 Patofisiologi Gangguan Fungsi Kognitif pada Pasien


Hemodialisis.10
Pada gambar 2.3 menggambarkan interaksi antara faktor kronis dan faktor
akut yang berkontribusi terhadap patofisiologi gangguan kognitif pada pasien
hemodialisis. Faktor kronis menyebabkan berkurangnya kemampuan untuk proses
penyimpanan di otak, yaitu : stroke, atrofi, gangguan sawar darah otak, dan faktor
risiko penyakit jantung, yang terjadi pada sebagian besar pasien dengan penyakit
ginjal kronis stadium akhir dan pada pasien yang baru pertama kali menjalani
hemodialisis. Faktor risiko akut, seperti edema serebral dan hipoperfusi terjadi
karena efek sekunder dari dialisis berulang, infeksi, congestive heart failure
(CHF), aritmia, dan lain-lain. Faktor akut yang berinteraksi dengan penurunan
kemampuan proses penyimpanan di otak dapat menyebabkan tinggi sampai sedang
tingkat gangguan fungsi kognitif yang kronis.10 Pengelompokkan faktor risiko
yang diduga berkontribusi terhadap gangguan fungsi kognitif pada pasien
22

hemodialisis dapat juga dibagi menjadi dua kategori, yaitu: vaskular dan non-
vaskular, yang dapat dilihat pada tabel 2.5.13
Tabel 2.5 Pengelompokkan Faktor Risiko Berdasarkan Vaskular dan Non-Vaskular
yang Berpotensi Menyebabkan Gangguan Fungsi Kognitif pada Pasien
Hemodialisis.13
Faktor Risiko Vaskular Faktor Risiko Non-Vaskular
Usia lebih tua Anemia
Hipertensi Defisinesi eritropoetion
Dislipidemia Hormon paratiroid (PTH)
Diabetes Toksisitas alumunium
Merokok Gangguan psikiatrik
Hyperhomocysteinemia Faktor psikososial
Inflamasi Polypharmacy
Stres oksidatif Gangguan tidur

Umumnya pada pasien gagal ginjal dapat terjadi komplikasi uremic


encephalopathy, yang disebabkan oleh uremia, defisiensi thiamin, dialisis,
penolakkan transplantasi, hipertensi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit
atau keracunan obat.36 Uremia menginduksi oksidatif stress yang menyebabkan
reaktifasi yang berlebihan dari reseptor glutamatergic N-methyl-D-aspartate dan
peningkatan sintesis dari nitrit oxide, yang menyebabkan terbentuknya peroxinitrite
dan nitrasi protein. Perubahan patologi dari sel dapat mempengaruhi gangguan
fungsi kognitif secara signitifikan.37
Uremic encephalopathy dapat menyebabkan berbagai gejala salah satunya
adalah gangguan atensi, memori dan disorientasi. Patofisiologi dari uremic
encephalopathy belum sepenuhnya pasti, tetapi beberapa faktor diduga
berkontribusi, salah satunya adalah oksidatif stress dan akumulasi dari metabolit
(racun uremik).36 Efek dari racun uremik secara langsung berkontribusi terhadap
penurunan fungsi kogntif.9 Racun uremik merupakan akumulasi dari berbagai
substansi organik salah satu yang berpengaruh adalah komponen guanidine yaitu
asam guanidinosuccinic, yang menginhibisi transmisi eksitasi sinaps pada bagian
23

CA1 di hippocampal tikus; efek ini mungkin berkontribusi terhadap gejala fungsi
kognitif yang timbul pada uremic encephalopathy. Pada pasien uremic
encephalopathy oksidatif stress ikut terlibat dalam mekanisme inhibisi dari
kreatinin kinase di korteks prefrontal, korteks serebral dan hippocampus pada
penelitian dengan binatang. Kreatinin kinase yang berkurang dapat ikut terlibat
dalam gangguan fungsi kognitif pada pasien uremic encephalopathy.36
Berdasarkan penelitian Madan et al. proses hemodialisis yang membuang
racun uremik dengan RRU 70% meningkatkan proses kognitif.11 Menurut Umans
dan Pilskin (1998) bahwa dialisis yang adekuat dapat mengurangi efek dari racun
uremik pada otak, dan dengan demikian menyebabkan peningkatan fungsi kognitif.
Berdasarkan penelitian Egbi et all 26 pasien yang menjalani hemodialisis dengan
nilai rata-rata RRU 66% nilai fungsi kognitif membaik, sehingga mereka
berpendapat bahwa pasien dengan dialisis yang adekuat tidak mungkin untuk
memiliki gejala uremik dengan defisit neurokognitif terutama pada domain atensi
atau kecepatan pemrosesan mental.38
Tetapi, dari beberapa penelitian menunjukkan dosis dialisis (Kt/V >1,2 )
berkaitan dengan terjadinya gangguan fugnsi kognitif.10,12 Berdasarkan penelitian
Giang, et all menunjukkan tidak ada bukti bahwa tingkat adekuasi dialisis yang
rendah berhubungan dengan fungsi kognitif yang buruk pada domain memori atau
fungsi eksekutif, sedangkan pada pemeriksaan fungsi kognitif global dengan
MMSE, fungsi kognitif dijumpai sedikit lebih buruk pada mereka dengan tingkat Kt
/ V yang lebih tinggi, meskipun temuan ini tidak konsisten di seluruh domain
kognitif.39
Proses dialisis dapat langsung berkontribusi gangguan kognitif dengan
menginduksi cerebral ischemia. Oleh karena dialisis memindahkan air dalam
jumlah yang banyak, kehilangan cairan intravaskular dan pembersihan urea yang
lebih lambat di otak daripada di darah menyebabkan perbedaan gradien osmotic,
sehingga cairan mengalir ke otak dan menginduksi edema serebral.10,36 Edema
serebral menurunkan perfusi serebral dan hipotensi yang terjadi saat dialisis dapat
meningkatkan kemungkinan stroke.10 Insidensi stroke sangat tinggi saat proses
hemodialisis yang dapat mengakibatkan recurrent cerebral ischemia yang
24

menyebabkan cerebral stunning dan menginduksi gangguan fungsi kognitif.10,40


Menurut Murray et all jika faktor-faktor hemodinamik meningkatkan risiko
berulang TIA dan stroke, maka risiko tersebut mungkin meningkat dengan dosis
dialisis (Kt / V).12

2.4. Kognitif
2.4.1. Definisi
Kognitif adalah berjalannya proses pikiran yang membuat kita menjadi
waspada akan objek pikiran dan persepsi, mencakup semua aspek pengamatan,
pemikiran, dan ingatan.22 Fungsi kognitif mengacu pada kemampuan mental yang
dapat dipergunakan untuk berbagai aspek dalam kehidupan sehari-hari.41
2.4.2 Aspek-aspek Kognitif
Fungsi kognitif meliputi berbagai fungsi, antara lain :
1. Bahasa
Bahasa adalah alat dasar untuk komunikasi bagi manusia dan merupakan
komponen dasar dari berbagai kemampuan kognitif. Produksi bahasa terdiri
dari tiga tahap yaitu konseptualisasi (perkembangan dari keinginan untuk
berbicara, dan keputusan apa yang akan dikatakan), formulasi (konversi ide
menjadi kata-kata yang terstruktur) dan eksekusi (berbicara dan tergantung
oleh fungsi motorik yang berhubungan dengan berbicara).42
2. Atensi
Atensi adalah cara dimana kita memproses informasi yang terbatas dari
sejumlah informasi yang besar melalui indera, memori, dan proses kognitif
yang lain. Atensi mencakup baik secara sadar dan tidak sadar. Atensi
memungkinkan kita untuk menggunakan sumber daya mental kita yang
terbatas secara bijaksana.43 Atensi memiliki kemampuan untuk
memfokuskan terhadap stimulasi spesifik atau yang menarik perhatian kita
dan mengabaikan stimulasi dari luar (lingkungan) dan diri sendiri (pikiran
dan memori). 42,43 Berikut empat fungsi utama atensi :
a Mendeteksi sinyal dan kewasapadaan : kita berusaha untuk mendeteksi
munculnya suatu rangasangan tertentu dan harus mempertahankan
25

atensi tersebut dalam waktu yang lama (waspada). Contoh penjaga


pantai harus terus mengamati apakah ada yang hal yang tidak biasa dan
dapat bertindak cepat bilang ada keadaan gawat darurat (tenggelam),
tetapi mereka harus tetap mempertahankan atensinya dalam jangka
waktu yang lama (waspada).
b Mencari (search) : kita sering terlibat dalam pencarian aktif terhadap
rangsangan tertentu diantara hal-hal yang mengalihkan perhatian.
Contoh, kita berusaha mencari handphone yang hilang diantara barang-
barang.
c Selektif atensi (selective attention) : kita memilih untuk memperhatikan
rangsangan tertentu dan mengabaikan rangsangan yang lain. Fokus
terhadap informasi rangsangan tertentu memungkinkan kita
meningkatkan kemampuan untuk memanipulasi rangsangan tersebut
untuk proses kognitif, seperti pemahaman verbal atau pemecahan
masalah. Contoh kita fokus mendengarkan kuliah dan mengabaikan
orang lain yang mengobrol sehingga dapat mengerti kuliah yang
diberikan.
d Atensi yang terbagi (divided attention) : kita dapat mengalokasikan
perhatian kita untuk mengerjakan lebih dari satu tugas pada waktu yang
sama. Contoh kita dapat memasak dan berbicara di telepon pada waktu
yang sama.43
3. Memori
Memori atau ingatan adalah penyimpanan pengetahuan yang didapat untuk
dapat diingat kembali kemudian. Penyimpanan informasi yang diperoleh
dilakukan dalam dua cara :
a Ingatan jangka pendek : dipertahankan dalam hitungan detik sampai
jam, ingatan cepat lenyap kecuali terkonsolidasi (proses pemindahan
dan fiksasi ingatan jangka pendek menjadi ingatan jangka panjang)
menjadi ingatan jangka panjang.
b Ingatan jangka panjang : dipertahankan dalam hitungan harian
sampai tahunan.44
26

4. Visuospasial
Fungsi visuospasial memungkinkan orang untuk menyesuaikan diri pada
ruang, memungkinkan untuk melakukan gerak-gerakan yang aman,
memfasilitasi interaksi dengan individu dan benda-benda, dan
memungkinkan untuk mengekspresikan dan memahami mengenai simbol-
simbol komunikasi visual.42
5. Fungsi Eksekutif
Istilah fungsi eksekutif digunakan untuk menggambarkan pengelolaan
aktivitas. Merencanakan dan melaksanakan aktivitas bergantung pada fungsi
eksekutif pada lobus frontal otak.45 Beberapa fungsi eksekutif termasuk
mengatur gerakan tubuh (fungsi motorik), emosi, perhatian atau atensi, dan
fungsi pemikiran lain seperti pengambilan keputusan, penilaian, penalaran
abstrak, perencanaan serta penyelesaikan tugas, pemecahan masalah,
keinginan untuk mencapi tujuan dan faktor-faktor kepribadian seperti
motivasi, inhibisi dan semangat.42,45
2.4.3 Faktor yang Berpengaruh pada Fungsi Kognitif
1. Umur
Bertambahnya umur merupakan suatu proses alami, dimana otak akan
mengalami perubahan struktural. Penuaan dapat mempengaruhi fungsi
kognitif dalam beberapa cara, antara lain berkurangnya ukuran otak,
meningkatnya atrofi di otak, dan berkurangnya reseptor dopamin dengan
pertambahan usia, yang akhirnya berpengaruh dalam atensi dan respon
terhadap rangasan kontekstual.46
2. Nutrisi
Makanan yang tinggi vitamin B, antioksidan, dan omega-3 membantu
memperlambat penurunan fungsi kogntif. Vitamin B peting dalam menjaga
fungsi otak dan memori, terutama vitamin B12, B6, dan B9. Makanan yang
mengandung antioksidan (vitamin C, E, beta karoten dan flavonoids)
ditemukan di dalam buah-buahan dan sayuran akan melindungi dari zat-zat
oksidatif.46
27

3. Lingkungan
Pada orang dengan tingkat pendidikan dan kelas sosial yang lebih tinggi
ditemukan jarang mengalami penurunan kognitif. Mekanismenya
disebabkan meningkatnya penyimpanan kognitif melalui edukasi dan
pekerjaan.41,46 Semakin kompleks stimulus yang didapat (pendidikkan dan
pekerjaan) maka akan semakin berkembang pula kemampuan otak
seseorang.46
4. Penyakit Sistemik
Penyakit sistemik seperti atherosklerosis, hipertensi, stroke, anemia,
merokok menyebabkan kurangnya aliran darah ke otak, sehingga gangguan
suplai nutrisi bagi otak yang mengakibatkan penurunan fungsi kogntif.46

2.5 MMSE ( Mini Mental State Examination)


2.5.1 Tujuan
Mini-mental state exam (MMSE) awalnya di desain untuk menyediakan
penilaian singkat, terstandard dari status mental yang bisa membedakan antara
gangguan fungsional dan organik pada pasien-pasien psikiatrik. Sebagaimana
pengalaman dengan uji tersebut meningkat selama bertahun-tahun, fungsi utamanya
sekarang menjadi deteksi dan menelusuri progresi hendaya kognitif berhubungan
dengan gangguan neurokognitif seperti penyakit Alzheimer.47
2.5.2 Gambaran
MMSE merupakan suatu skala terstruktur yang terdiri dari 30 poin yang
dikelompokkan menjadi 7 kategori : orientasi terhadap tempat (negara, provinsi,
kota, gedung dan lantai), orientasi terhadap waktu (tahun, musim, bulan, hari dan
tanggal), registrasi (mengulang dengan cepat 3 kata), atensi dan konsentrasi (secara
berurutan mengurangi 7, dimulai dari angka 100, atau mengeja kata WAHYU
secara terbalik), mengingat kembali (mengingat kembali 3 kata yang telah diulang
sebelumnya), bahasa (memberi nama 2 benda, mengulang kalimat, membaca
dengan keras dan memahami suatu kalimat, menulis kalimat dan mengikuti
perintah 3 langkah), dan kontruksi visual (menyalin gambar). Skor MMSE
diberikan berdasarkan jumlah item yang benar sempurna; skor yang makin rendah
28

mengindikasikan performance yang buruk dan gangguan kognitif yang makin


parah. Skor total berkisar antara 0-30 (performance sempurna).47
2.5.3 Penggunaan Klinis
Mini-mental state exam di beri skor berdasarkan angka yang dijawab secara
lengkap dan benar; angka yang lebih rendah mengindikasikan kemampuan yang
buruk dan hendaya kognitif yang lebih besar. Skor total berkisar dari 0 hingga 30
(kemampuan sempurna).48 Data psikometri luas MMSE menunjukkkan bahwa tes
ini memiliki tes retest dan reliabilitas serta validitas sangat baik berdasarkan
diagnosis klinis independen demensia dan penyakit Alzheimer. Karena
performance pada MMSE dapat dibiaskan oleh pengaruh status pendidikan rendah
pada pasien yang sehat, beberapa pemeriksa merekomendasikan untuk
menggunakan ambang skor berdasarkan umur dan status pendidikan untuk
mendeteksi demensia.47 Pada 13 studi lebih lanjut yang memeriksa keefektifan
cutoff MMSE untuk mendeteksi demensia, sensitivitasnya berkisar dari 63% hingga
100% dan spesifisitasnya berkisar dari 52% hingga 99% ketika di ukur melawan
diagnosis klinik independen dari demensia. Keterbatasan dari MMSE yang paling
sering disebutkan adalah ketidakmampuannya untuk menilai beberapa kemampuan
kognitif yang terganggu di awal penyakit Alzheimer atau gangguan demensia lain
(misalnya, keterbatasan item kelancaran verbal dan memori dan tidak adanya
pemecahan masalah dan penilaian), ketidaksensitifnya terhadap penurunan kognitif
yang sangat ringan (khususnya pada individu dengan tingkat pendidikan tinggi),
kerentanannya terhadap floor effects dalam menelusuri progresi demensia pada
pasien dengan hendaya kognitif sedang dan berat. Walaupun keterbatasan-
keterbatasan ini menghilangkan kegunaan MMSE ke beberapa derajat tertentu, uji
ini tetap merupakan instrumen yang sangat berharga untuk penilaian penurunan
kognitif.48
BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP,
DAN HIPOTERSIS

3.1. Kerangka Teori

Penyakit ginjal tahap


Penyakit Ginjal Kronik akhir dengan LFG < 15
Terminal ml/min/1,73m2

Faktor Risiko Kronik :


Racun Uremik
Hipertensi, Diabetes Mellitus, Inflamasi, Anemia

Gangguan fungsi kognitif


pada pasien penyakit
Perfusi serebral ginjal kronik terminal Cerebral stunning

Edema Serebral Cerebral ischemia


Hemodialisis

Kehilangan cairan Stroke


intravaskular Adekuasi Hemodialisis
Komplikasi hemodialisis:
Perpindahan cairan Hipotensi
Racun Uremik

Fungi Kognitif

Bahasa Atensi Memori Visuospasial Fungsi Eksekutif

Gambar 3.1 Kerangka Teori Penelitian

29
30

3.2. Kerangka Konsep

Fungsi kognitif pasien


yang menjalani
Adekuasi Hemodialisis
hemodialisis reguler

Karakteristik Responden:

1. Jenis Kelamin
2. Usia
3. Tingkat Pendidikan
4. Pekerjaan

Gambar 3.2 Kerangka Konsep Penelitian

3.3. Hipotesis

Terdapatnya hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif


pada pasien hemodialisis reguler di RSUP H. Adam Malik Medan.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang dilakukan pada penelitian ini adalah penelitian
analitik dengan desain penelitian studi cross sectional.

4.2. Waktu dan Tempat Penelitian


4.2.1. Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan selama dua bulan, yaitu mulai bulan September
2016 sampai dengan bulan Oktober 2016.
4.2.2. Tempat penelitian
Penelitian dilakukan di bagian hemodialisis RSUP H. Adam Malik Medan.

4.3. Populasi dan Sampel Penelitian


4.3.1. Populasi penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani hemodialisis di
RSUP H.Adam Malik Medan.
4.3.2. Sampel penelitian
Sampel penelitian ini adalah pasien yang tercatat sebagai pasien
hemodialisis hingga saat dilaksanakannya penelitian di RSUP H.Adam Malik
Medan. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik
pengambilan sampel consecutive sampling, dimana sampel penelitian diambil bila
sesuai dengan kriteria, sebagai berikut:
4.3.2.1. Kriteria inklusi
1. Pasien minimal berusia 18 tahun
2. Telah menjalani terapi hemodialisis minimal 3 bulan
3. Pasien bersedia menjadi responden dan bersedia menandatangani
informed consent

31
32

4.3.2.2. Kriteria eksklusi


1. Pasien tidak dapat menyelesaikan tes MMSE
2. Pasien dengan gangguan pendengaran dan penglihatan
4.3.2.3. Besar sampel
Sesuai dengan jenis penelitian dengan sampel proporsi tunggal. Maka
digunakan rumus sampel sebagai berikut :
Z2 PQ
n=
d2
Keterangan :
n = besar sampel

Z = kesalahan tipe 1 ditetapkan 5% (1,96)

P = proporsi kategori variabel yang diteliti (40,9%).11


Q =1P
d = presisi (0,1)
1,962 0,409 (1 0,409)
=
0,12
Berdasarkan rumus sampel didapati jumlah sampel 92,8 orang dibulatkan
menjadi 93 orang.

4.4. Metode Pengumpulan Data


Jenis data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh dengan metode wawancara pada pasien di bagian hemodialisis
RSUP Haji Adam Malik Medan. Wawancara ini dilakukan untuk mengetahui
karakteristik pasien dan untuk pemeriksaan fungsi kognitif pasien dengan MMSE
(Mini Mental State Examinantion). Data sekunder diperoleh dengan rekam medik
untuk mengetahui kadar ureum sesudah dan sebelum hemodialisis.
33

4.5. Pengolahan dan Analisis Data


4.5.1. Pengolahan data
1. Editing
Memeriksa kelengkapan dan ketepatan data.
2. Coding (pengkodean)
Dilakukan dengan pemberian tanda pada masing-masing jawaban dengan
kode maupun angka, sehingga memudahkan proses pemasukan data di
komputer.
3. Entry Data
Memasukkan data ke dalam komputer.
4. Cleaning
Memeriksa kembali untuk melihat kemungkinan-kemungkinan adanya
kesalahan-kesalahan ketika memasukkan data dan kemudian dilakukan
pembetulan atau koreksi.
5. Saving
Penyimpanan data untuk siap dianalisis.
4.5.2. Analisis data
Semua data yang telah dikumpulkan, dan dikelompokkan diolah dengan
analisa univariat untuk mendeskripsikan variabel yang diteliti dan karakteristik
pasien dengan frekuensi dan presentase, kemudian menggunakan uji Chi Square
untuk analisa bivariat, untuk analisa multivariat menggunakan uji regresi logistik.
Analisis data dilakukan dengan program Statistic Package for Social Science
(SPSS). Kemudian data akan dipaparkan dalam bentuk tabel.

4.6. Definisi Operasional


a Adekuasi hemodialisis
Definisi : keberhasilan tindakan hemodialisis yang dinilai dari hasil
perhitungan RRU dengan menggunakan rumus.
Cara ukur : menghitung adekuasi dengan rumus
RRU (%) = 100 x ( 1 Ct/ Co)
Alat ukur : observasional
34

Hasil ukur : RRU adekuat 65%


RRU tidak adekuat 65%
Skala ukur : nominal
b Fungsi kognitif
Definisi : seseorang yang memiliki berbagai fungsi, yaitu : bahasa, atensi,
memori, visuospasial dan fungsi eksekutif.
Cara ukur : pasien diberikan pertanyaan berdasarkan tabel MMSE dan
masing-masing diberikan skor berdasarkan jawaban yang diberikan oleh
pasien
Alat ukur : MMSE
Hasil ukur : Fungsi kognitif pasien normal bila total nilai MMSE 24
Gangguan fungsi kognitif bila total nilai MMSE <24
Skala ukur : nominal
c Jenis Kelamin
Definisi : identitas seksual yang dibawa pasien sejak lahir.
Cara ukur : mengisi kuesioner pertanyaan jenis kelamin responden
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur : Laki laki
Perempuan
Skala ukur : nominal
d Usia
Definisi : lama hidup dalam tahun dihitung sejak lahir sampai dengan
dilakukan penelitian.
Cara ukur : mengisi kuesioner pertanyaan usia responden
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur : 50 tahun
> 50 tahun
Skala ukur : nominal
e Tingkat Pendidikan
Definisi: Jenjang sekolah formal yang telah diselesaikan dan mendapatkan
pengakuan menyelesaikan program pendidikan.
35

Cara ukur : mengisi kuesioner pertanyaan tingkat pendidikan responden


Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur : rendah (SD dan SMP)
Sedang (SMA dan SMK)
Tinggi (Diploma dan Perguruan Tinggi)
Skala ukur : ordinal
f Pekerjaan
Definisi : Segala sesuatu yang dikerjakan yang dijadikan sebagai pokok
pencarian atau kehidupan.
Cara ukur : mengisi kuesioner pertanyaan pekerjaan
Alat ukur : kuesioner
Hasil ukur : Tidak bekerja
Bekerja
Skala ukur : nominal
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian


5.1.1. Lokasi penelitian
Penelitian dilaksanakan di bagian hemodialisis RSUP Haji Adam Malik
Medan yang berlokasi di Jalan Bunga Lau No. 17, Kelurahan Kemenangan Tani,
Kecamatan Medan Tuntungan, Kotamadya Medan, Provinsi Sumatera Utara,
Indonesia yang telah ditetapkan sebagai rumah sakit pendidikan bagi mahasiswa
dimulai sejak tanggal 6 September 1991 berdasarkan Keputusan Menteri
Kesehatan RI No. 502/Menkes/IX/1991. RSUP Haji Adam Malik Medan
memiliki fasilitas pelayanan yang terdiri atas pelayanan medis dan non medis.
Selain itu, RSUP Haji Adam Malik merupakan rumah sakit kelas A sesuai
dengan SK Menkes No. 335/Menkes/SK/VII/1990 yang merupakan rumah sakit
rujukan untuk wilayah pembangunan A meliputi Provinsi Sumatera Utara,
Naggroe Aceh Darussalam, Sumatera Barat, dan Riau.
5.1.2 Desktripsi Data Penelitian
Dalam penelitian ini diambil 93 responden yang memenuhi kriteria inklusi
dan eksklusi di bagian hemodialisis RSUP Haji Adam Malik medan. Berdasarkan
data-data tersebut dapat diketahui distribusi karakteristik sampel penelitian pada
tabel 5.1 :

36
37

Tabel 5.1 Distribusi Karakteristik Responden Penelitian


Karakteristik Frekuensi (n) Persentase (%)
Jenis Kelamin
- Laki-laki 51 54,8
- Perempuan 42 45,2
Usia
- 50 tahun 43 46,2
- > 50 tahun 50 53,8
Tingkat Pendidikan
- Rendah 33 35,4
- Sedang 34 36,6
- Tinggi 26 28
Pekerjaan
- Tidak bekerja 29 31,2
- Bekerja 64 68,8

Berdasarkan Tabel 5.1 dapat dilihat dari 93 responden yang menjalani


hemodialisis, bahwa berdasarkan jenis kelamin didapati 51 orang (54,8%)
diantaranya merupakan laki-laki dan 42 orang (45,2%) diantaranya merupakan
perempuan.
Berdasarkan distribusi usia, didapati bahwa, pasien dengan usia 50 tahun
sebanyak 43 orang (46,2%) dan pasien dengan usia > 50 tahun sebanyak 50 orang
(53,8%).
Berdasarkan distribusi frekuensi tingkat pendidikan responden, dapat dilihat
bahwa pasien hemodialisis yang memiliki tingkat pendidikan rendah sebanyak 33
orang (35,4%), pasien hemodialisis yang memiliki tingkat pendidikan sedang
sebanyak 34 orang (36,6%), dan pasien hemodialisis yang memiliki tingkat
pendidikan tinggi sebanyak 26 orang (28%).
Berdasarkan tabel 5.1, diketahui jumlah responden yang tidak bekerja
terdapat 29 orang (31,2%), dan responden yang memiliki pekerjaan sebanyak 64
orang (68,8%).
38

5.1.3 Analisa Univariat


5.1.3.1 Adekuasi Hemodialisis
Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan bahwa dari 93 orang terdapat 70 orang
(75,3%) responden penelitian yang mendapatkan adekuasi hemodialisis yang
adekuat dan terdapat 23 orang (24,7%) yang mendapatkan adekuasi hemodialisis
yang tidak adekuat. Didapati rerata adekuasi hemodialisis 93 responden yaitu
71,22 (SD 12,15).
Tabel 5.2 Distribusi Adekuasi Hemodialisis Responden Penelitian
Adekuasi Hemodialisis Frekuensi (n) Persenase (%)
Adekuat 70 75,3
(URR 65)
Tidak Adekuat 23 24,7
(URR <65)
Total 93 100,0

5.1.3.2 Fungsi kognitif


Berdasarkan tabel 5.3 distribusi fungsi kognitif 93 responden terdapat 52
orang (56%) dengan fungsi kognitif normal dan terdapat 41 orang (44%) dengan
gangguan fungsi kognitif. Rata-rata skor MMSE 93 responden adalah 23,91 (SD
2,95).
Tabel 5.3 Distribusi Fungsi Kognitif Responden Penelitian
Fungsi kognitif Frekuensi (n) Persentase (%)
Normal 52 56,0
(Nilai 24)
Gangguan fungsi kognitif 41 44,0
(Nilai < 24)
Total 93 100,0
39

5.1.4 Analisa Bivariat


5.1.4.1 Hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif
Tabel 5.4 Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal Probable Total P
Gangguan
Fungsi
kognitif
N % N % n %
Adekuasi Adekuat 41 58,6% 29 41,4% 70 100%
Hemodialisis 0,368
Tidak 11 47,8% 12 52,2% 23 100%
Adekuat
Total 52 41 93

Berdasarkan Tabel 5.4 , dapat dilihat bahwa responden yang adekuasi


hemodialisisnya adekuat terdapat sebanyak 70 orang, di antaranya 41 orang
(58,6%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 29 orang memiliki gangguan
fungsi kognitif (41,4%). Responden dengan adekuasi hemodialisis yang tidak
adekuat terdapat sebanyak 23 orang, di antaranya terdapat 11 orang (47,8%)
memiliki fungsi kognitif yang normal dan terdapat 12 orang (52,2%) yang
memiliki gangguan fungsi kognitif. Hasil tabel 5.4 memperlihatkan nilai
probabilitas, yakni 0.368 yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif.

5.1.4.2 Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif


Tabel 5.5 Hubungan Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif

Fungsi Kognitif
Normal Gangguan Total P
Fungsi
kognitif
n % n % n %
Jenis Laki-laki 33 64,7% 18 35,3% 51 100%
Kelamin 0,06
Perempuan 19 45,2% 23 54,8% 42 100%
Total 52 41 93
40

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dilihat responden dengan jenis kelamin laki-laki
yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 33 orang (64,7%) dan yang
memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 18 orang (35,3%). Responden
dengan jenis kelamin perempuan yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak
19 orang (45,2%) dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 23 orang
(54,8%). Dari tabel 5.5 memperlihatkan nilai probabilitas yakni 0,06 yang
menyatakan tidak ada hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif.

5.1.4.3 Hubungan usia dengan fungsi kognitif


Tabel 5.6 Hubungan Usia dengan Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal Gangguan Total P
Fungsi
kognitif
n % n % n %
50 tahun 29 67,4% 14 32,6% 43 100%
Usia 0,038
>50 tahun 23 46% 27 54% 50 100%
Total 52 41 93

Berdasarkan tabel 5.6 dapat dilihat responden dengan usia 50 tahun


sebanyak 29 orang (67,4%) memiliki fungsi kognitif normal dan yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 14 orang (32,6%). Responden dengan usia >
50 tahun terdapat 23 orang (46%) memiliki fungsi kognitif normal dan yang
memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 27 orang (54%). Berdasarkan tabel
5.6 didapati nilai probabilitas 0,038 yang menyatakan adanya hubungan antara
kelompok usia dengan fungsi kognitif.
41

5.1.4.4 Hubungan tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif


Tabel 5.7 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal Gangguan Total P
Fungsi
kognitif
N % n % n %
Rendah 14 42,4% 19 57,6% 33 100%
Tingkat
Pendidikan Sedang 17 50% 17 50% 34 100% 0,009

Tinggi 21 80,8% 5 19,2% 26 100%


Total 52 41 93

Berdasarkan tabel 5.7 responden dengan tingkat pendidikan rendah yang


memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 14 orang (42,4%) dan yang memiliki
gangguan fungsi kognitif sebanyak 19 orang (57,6%). Responden dengan tingkat
pendidikan sedang yang memiliki fungsi kognitif normal sebanyak 17 orang
(50%) dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif sebanyak 17 orang (50%).
Responden dengan tingkat pendidikan tinggi yang memiliki fungsi kognitif
normal sebanyak 21 orang (80,8%) dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif
sebanyak 5 orang (19,2%). Dari tabel 5.7 memperlihatkan nilai probabilitas 0,009
yang menyatakan adanya hubungan tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif.

5.1.4.5 Hubungan pekerjaan dengan fungsi kognitif


Tabel 5.8 Hubungan Pekerjaan dengan Fungsi Kognitif
Fungsi Kognitif
Normal Gangguan Total P
Fungsi
kognitif
n % n % n %
Tidak 13 44,8% 16 55,2% 29 100%
Pekerjaan bekerja 0,147
Bekerja 39 60,9% 25 39,1% 64 100%
Total 52 41 93
42

Berdasarkan tabel 5.8 responden yang tidak bekerja dengan fungsi kognitif
normal sebanyak 13 orang (44,8%) dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif
sebanyak 16 orang (55,2%). Responden yang bekerja dengan fungsi kognitif
normal sebanyak 39 orang (60,9%) dan yang memiliki gangguan fungsi kognitif
sebanyak 25 orang (39,1%). Berdasarkan tabel 5.8 memperlihatkan nilai
probabilitas 0,147 yang menunjukkan tidak adanya hubungan antara pekerjaan
dengan fungsi kognitif.
5.1.5 Analisa Multivariat
Pada tabel 5.9 merupakan daftar variabel bebeas dan variabel konfounder,
yang akan diseleksi untuk menentukan variabel kandidat untuk analisis regresi
logistik berganda berdasarkan prinsip Hierarchically Well Formulated (HWF).
Masing-masing variabel bebas dan konfounder dilakukan analisis bivariat dengan
variabel terikat dengan menggunakan uji Chi Square. Bila menghasilkan p value <
0,25maka variabel tersebut dapat masuk dalam tahap multivariat, sebaliknya jika
dihasilkan p value > 0,25 maka tidak dapat masuk ke tahap multivariat.
Tabel 5.9 Hasil Seleksi Bivariat untuk Uji Regresi Logistik
Variabel P Value
Adekuasi Hemodialisis 0,368*
Jenis Kelamin 0,06
Usia 0,038
Tingkat Pendidikan 0,009
Pekerjaan 0,147
*tidak termasuk kedalam analisa selanjutnya

Berdasarkan seleksi bivariat, maka dapat dilihat bahwa variabel yang


memiliki p value < dari 0,25 adalah variabel jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan dan pekerjaan.Dengan demikian variabel yang memiliki p value > dari
0,25 yaitu adekuasi hemodialisis tidak dimasukkan pada pembuatan model
multivariat.
43

Tabel 5.10 Hasil Analisa Multivariat


Fungsi Kognitif
Normal Gangguan P RP (IK 95%)
Fungsi
kognitif
n n
Rendah 14 19 0,006 5,42 (1,61 18,29)
Tingkat Sedang 17 17 0,014 4,59 (1,36 15,48)
Pendidikan
Tinggi 21 5 Pembanding
Total 52 41

Berdasarkan hasil pada tabel 5.10 didapatkan variabel yang berhubungan


secara signifikan adalah variabel tingkat pendidikan karena nilai p < 0,05.
Variabel yang mempengaruhi fungsi kognitif pasien hemodialisis reguler
berdasarkan analisa regresi logisitik adalah tingkat pendidikan.

5.2 Pembahasan
5.2.1 Karakteristik responden penelitian
Pada tabel 5.1 berdasarkan jenis kelamin, didapatkan bahwa jumlah laki-laki
yaitu 51 orang (54,8%) yang menjalani hemodialisis lebih besar jumlahnya
dibandingkan dengan jumlah perempuan, yaitu 42 orang (45,2%). Hal ini sesuai
dengan data Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2013 yang menyatakan bahwa
prevalensi penyakit ginjal kronik pada laki-laki (0,3%) lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan (0,2%).4
Berdasarkan data Indonesian Renal Registry (IRR) distribusi usia pada
tahun 2014, yaitu kelompok usia terbanyak sebanding antara kelompok usia 45
54 tahun (31%) dan kelompok usia 55 64 tahun (31%).6 Data tersebut sesuai
dengan hasil penelitian, yaitu jumlah pasien hemodialisis terbanyak pada usia
diatas 50 tahun yaitu sebanyak 50 orang (53,8%).
Pada penelitian ini didapati distribusi tingkat pendidikan responden
terbanyak pada tingkat sedang (SMA dan SMK), yaitu 34 orang (36,6%),
44

kemudian diikuti dengan pendidikan tingkat rendah (SD dan SMP), yaitu 33 orang
(35,4%). Hal ini tidak sesuai dengan data RISKESDAS 2013, yaitu prevalensi
penyakit ginjal kronik tertinggi pada masyarakat yang tidak bersekolah (0,4%),
kemudian diikuti dengan pendidikan tingkat SD (0,3%).4 Hal ini mungkin
disebabkan, karena berdasarkan Badan Pusat Statistik, di Provinsi Sumatera Utara
terjadi peningkatan angka partisipasi murni (APM) pendidikan SMA dari 62,19
pada tahun 2013 menjadi 66,69 pada tahun 2015. Angka partisipasi murni pada
tingkat pendidikan SMP pada tahun 2013 sebesar 73,98 dan terjadi peningkatan
pada tahun 2015 sebesar 78,48, kemudian pada tingkat SD pada tahun 2013
sebesar 95,64 menjadi 96,47 pada tahun 2015.49
Berdasarkan distribusi pekerjaan, responden lebih banyak yang bekerja
yaitu sebanyak 64 orang (68,8%) dan diikuti dengan tidak bekerja, yaitu 29 orang
(31,2%). Data ini sesuai dengan data RISKESDAS 2013 prevalensi penyakit
ginjal kronik lebih tinggi pada masyarakat yang bekerja sebagai wiraswasta
(0,3%) dan petani (0,3%), kemudian diikuti dengan yang tidak bekerja (0,2%).4

5.2.2 Analisa Univariat


5.2.2.1 Adekuasi hemodialisis
Pada penelitian ini, hasil penilaian adekuasi hemodialisis menunjukkan
bahwa 70 orang (75,3%) mendapatkan adekuasi hemodialisis yang adekuat dan 23
orang (24,7%) tidak mendapatkan adekuasi hemodialisis yang adekuat. Rerata
responden tersebut mendapat adekuasi hemodialisis yang adekuat dengan nilai
71.22 (SD 12,15). NKF-DOQI merekomendasikan dialisis yang dilakukan 3 kali
seminggu dengan lama dialisis kurang dari 5 jam, dosis minimum alternatif RRU
adalah 65% dan target dosis RRU yang ingin dicapai adalah 70%.32 Dalam
penelitian ini didapati 23 orang (24,7%) yang belum mencapai dosis minimum
alternatif RRU yang direkomendasikan oleh NKF-DOQI, hal ini mungkin harus
diperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi adekuasi hemodialisis. Salah satu
faktor yang berpengaruh adalah lama hemodialisis pada pasien hemodialisis di
Indonesia, termasuk di RSUP Haji Adam Malik Medan yaitu 2 kali seminggu
dengan lama dialisis 5 jam,dan lama hemodialisis ini tidak sesuai dengan
45

rekomendasi NKF-DOQI. Karena total lama hemodialisis selama satu minggu


seharusnya 15 jam, sedangkan lama hemodialisis yang diterima oleh pasien
adalah 10 jam dalam satu minggu. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, Nunes
et al yang menyatakan bahwa adekuasi hemodialisis berhubungan dengan status
nutrisi dan dapat dipengaruhi oleh asupan protein dan komposisi tubuh.50
5.2.2.1 Fungsi kognitif
Pada penelitian ini, berdasarkan dari hasil tes MMSE, responden yang
mengalami gangguan fungsi kognitif sebanyak 41 orang (44%) dan responden
yang tidak mengalami penurunan fungsi kognitif sebanyak 52 orang (56%).
Jumlah responden yangmemiliki kognitif normal lebih banyak dibanding dengan
responden dengan gangguan fungsi kognitif. Walaupun, rerata nilai MMSE
seluruh responden adalah 23.91 (SD 2,95). Fungsi kognitif dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu kondisi kesehatan yang buruk (hipertensi, stroke,
atherosklerosis) mengakibatkan penurunan fungsi kognitif. Asupan nutrisi yang
baik (kaya vitamin B, antioxidant dan omega 3), aktivitas fisik yang aktif
(olahraga), tingkat pendidikan yang tinggi dan pekerjaan yang baik dapat
meningkatkan fungsi kognitif.46
5.2.3 Analisa Bivariat
5.2.3.1 Hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif
Pada penelitian ini telah didapatkan data mengenai adekuasi hemodialisi dan
hasil skor MMSE yang diambil dari responden di bagian hemodialisis RSUP Haji
Adam Malik Medan. Responden dengan adekuasi hemodialisis yang adekuat
sebanyak 70 orang, di antaranya 41 orang (58,6%) memiliki fungsi kognitif yang
normal dan 29 orang (41,4%) yang memiliki gangguan fungsi kognitif.
Responden dengan kategori adekuasi hemodialisis yang tidak adekuat sebanyak
23 orang, di antaranya terdapat 11 orang (47,8%) memiliki fungsi kognitif normal
dan terdapat 12 orang (52,2%) yang memiliki gangguan fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji Chi Square di SPSS,
diperoleh nilai probabilitas (p) 0,368 yang lebih besar dibandingkan nilai =0,05,
maka dengan ini H0 diterima dan 1 ditolak. Hal ini menunjukkan bahwa tidak
46

ada hubungan antara adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif pasien


hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sehgal et al
dengan 336 pasien hemodialisis yang diperiksa fungsi kognitif dengan
menggunakan MMSE, didapatkan 70% pasien dengan fungsi kognitif normal,
22% dengan probable gangguan fungsi kognitif dan 8% dengan definite gangguan
fungsi kognitif. Dari peneltian ini didapatkan tidak ada hubungan antara nilai skor
MMSE dengan adekuasi hemodialisis, yang telah dianalisa dengan Kruskall-
Wallis yang menghasilkan nilai p = 0,51.51
Berdasarkan penelitian Tamura et al dengan hasil 61 pasien (16%) memiliki
gangguan fungsi kognitif global dan 110 pasien (29%) memiliki gangguan fungsi
eksekutif. Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa gangguan fungsi kognitif tidak
dipengaruhi oleh pembersihan urea.52
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Giang et al dengan 273 pasien
yang diperiksa fungsi kognitif dengan adekuasi hemodialisis yang dipertahankan
Kt/V > 1, didapatkan bahwa tidak ada hubungan antara nilai adekuasi
hemodialisis yang rendah dengan fungsi kognitif yang lebih buruk. Dan nilai
Kt/V yang lebih tinggi memiliki fungsi kognitif yang lebih buruk pada tes MMSE
yang dianalisa dengan regresi linear, walaupun hasilnya tidak konsisten.39
Berdasarkan penelitian Churchill et al yang memeriksa kualitas hidup dan
fungsi kognitif 47 pasien hemodialisis reguler dengan 21 pasien hemodialisis
dengan adekuasi hemodialisis Kt/V > 1 yang dibandingkan dengan 19 pasien
hemodialisis dengan adekuasi hemodialisis yang tidak adekuat (Kt/V < 0,8).
Adekuasi hemodialisis pada kelompok yang tidak adekuat di tingkatkan menjadi
Kt/V > 1 dan kedua kelompok melakukan beberapa tes selama enam sampai
delapan minggu. Dan dari hasil pemeriksaan tidak dijumpai perubahan hasil tes
neurokognitif pada kelompok adekuasi hemodialisis yang stabil dan yang telah di
tingkatkan.53
Penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Murray et
al. Penelitian ini dilakukan pada 338 pasien hemodialisis yang dapat
menyelesaikan dua dari tiga pemeriksaan domain fungsi kognitif, dan didapatkan
47

hasil 13,9% diklasifikasi sebagai gangguan kognitif ringan, 36,1% dengan


gangguan kognitif sedang, 37,3 dengan gangguan kognitif berat, and 12,7%
dengan fungsi kognitif normal. Berdasarkan analisa statistik bivariat adekuasi
hemodialisis Kt/V > 1,2 berpengaruh terhadap fungsi kognitif yang buruk, karena
nilai p < 0,06 dan berdasarkan analisa regresi logistik Kt/V >1,2 nilai p = 0,05
secara signifikan mempengaruhi fungsi kognitif yang buruk. Murray berpendapat
bahwa faktor hemodinamik dapat mempengaruhi transient ischemic attack dan
stroke, maka faktor tersebut dapat di tingkatkan dengan dosis dialisis (Kt/V).12
5.2.3.2 Hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif
Responden dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 51 orang, di antaranya
33 orang (64,7%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 18 orang (35,3%)
yang memiliki gangguan fungsi kognitif. Responden dengan jenis kelamin
perempuan sebanyak 42 orang, di antaranya terdapat 19 orang (45,2%) memiliki
fungsi kognitif normal dan terdapat 23 orang (54,8%) yang memiliki gangguan
fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji Chi Square di SPSS,
diperoleh nilai probabilitas (p) 0,06 yang lebih besar dibandingkan nilai =0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara jenis kelamin dengan
fungsi kognitif pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Berdasarkan penelitian Murray et al yang menganalisis hubungan
karakteristik pasien dengan gangguan fungsi kognitif berat dari 338 pasien
hemodialisis. Didapatkan jenis kelamin tidak mempengaruhi fungsi kognitif
dalam analisis bivariat dengan p = 0,960 dan dalam analisis multivariat nilai p =
0,440.12
Berdasarkan penelitian Tamura et al dari 383 responden yang didapatkan
jenis kelamin pria sebanyak 238 orang (62%) dan jenis kelamin wanita sebanyak
145 orang (38%) tidak mempengaruhi fungsi kognitif global dan fungsi
ekeskutif.52
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian Sehgal et al yang meneliti
336 pasien hemodialisis yang diuji fungsi kognitif dengan MMSE. Didapatkan
distirbusi jenis kelamin laki-laki sebanyak 165 orang (49%) dan perempuan
48

sebanyak 171 orang (51%) yang berhubungan dengan skor MMSE dengan nilai p
= 0,02 dengan uji Kruskall-Wallis.51
5.2.3.3 Hubungan usia dengan fungsi kognitif
Responden dengan usia 50 tahun sebanyak 43 orang, di antaranya 29
orang (67,4%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 14 orang (32,6%) yang
memiliki gangguan fungsi kognitif. Responden dengan usia > 50 tahun sebanyak
50 orang, di antaranya terdapat 23 orang (46%) memiliki fungsi kognitif normal
dan terdapat 27 orang (54%) yang memiliki gangguan fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji Chi Square di SPSS,
diperoleh nilai probabilitas (p) 0,038 yang lebih kecil dibandingkan nilai =0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara usia dengan fungsi kognitif
pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Tamura et al dengan distribusi rata-
rata usia pasien adalah 51,6 13,3. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
gangguan fungsi kognitif global dan eksekutif meningkat menurut usia. Usia yang
semakin tua secara signifikan mempengaruhi gangguan fungsi kognitif global dan
fungsi eksekutif dalam analisis bivariat maupun multivariat.52
Berdasarkan penelitian Sehgal et al dengan rata-rata usia respoden 59.
Didapati meningkatnya gangguan fungsi kognitif yang disertai dengan usia.
Pasien dengan usia < 55 tahun sebanyak 7% memiliki gangguan fungsi kognitif
ringan dan pasien dengan usia 55 64 tahun sebanyak 23% memiliki gangguan
fungsi kognitif ringan. Berdasarkan analisa bivariat didapati nilai p < 0,001 dan
berdasarkan analisa multivariat usia mempengaruhi nilai MMSE kurang dari 24.51
Penelitian ini tidak sesuai dengan hasil peneilitian Murray et al yang
menyatakan tidak adanya hubungan antara usia dengan gangguan fungsi kognitif
berat.12
5.2.3.4 Hubungan tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif
Responden dengan tingkat pendidikan rendah sebanyak 33 orang, di
antaranya 14 orang (42,4%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 19 orang
(57,6%) yang memiliki gangguan fungsi kognitif. Responden dengan tingkat
pendidikan sedang sebanyak 34 orang, di antaranya terdapat 17 orang (50%)
49

memiliki fungsi kognitif normal dan terdapat 17 orang (50%) yang memiliki
gangguan fungsi kognitif. Responden dengan tingkat pendidikan tinggi sebanyak
26 orang, di antaranya 21 orang (80,8%) memiliki fungsi kognitif normal dan 5
(19,2%) orang memiliki gangguan fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji Chi Square di SPSS,
diperoleh nilai probabilitas (p) 0,009 yang lebih kecil dibandingkan nilai =0,05.
Hal ini menunjukkan bahwa adanya hubungan antara tingkat pendidikan dengan
fungsi kognitif pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Dan berdasarkan uji regresi logisitik multivariat, tingkat pendidikan tetap secara
signifikan mempengaruhi fungsi kognitif.
Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Murray et al, yang menyatakan
pendidikan lebih dari 12 tahun memiliki kemungkinan lebih kecil untuk
mengalami gangguan fungsi kognitif berat. Dengan hasil penelitian nilai p = 0,01
untuk analisis bivariat dan untuk pendidikan lebih dari 12 tahun nilai p = 0,006
dalam uji regresi logisitik.12
Berdasarkan penelitian Tamura et al menyatakan bahwa pasien yang
memiliki pendidikan yang lebih rendah memiliki 5,27 kali lebih besar
kemungkinan untuk memiliki gangguan fungsi kognitif global. Pendidikan yang
lebih rendah memiliki 3,31 kali lebih besar kemungkinan untuk memiliki
gangguan fungsi kognitif eksekutif.52
Penelitian ini sesuai dengan penelitian Sehgal et al yang menyatakan
pendidikan secara signifikan mempengaruhi fungsi kognitif dengan nilai p =
<0,001 melalui uji Mann-Whitney. Dan bermakna secara multivariat.51
5.2.3.5 Hubungan pekerjaan dengan fungsi kognitif
Responden yang tidak bekerja terdapat 29 orang, di antaranya 13 orang
(64,7%) memiliki fungsi kognitif yang normal dan 16 orang (35,3%) yang
memiliki gangguan fungsi kognitif. Responden yang bekerja sebanyak 64 orang,
di antaranya terdapat 39 orang (60,9%) memiliki fungsi kognitif normal dan
terdapat 25 orang (39,1%) yang memiliki gangguan fungsi kognitif.
Berdasarkan hasil data yang didapat, dilakukan uji Chi Square di SPSS,
diperoleh nilai probabilitas (p) 0,147 yang lebih besar dibandingkan nilai =0,05.
50

Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungan antara pekerjaan dengan fungsi
kognitif pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
Berdasarkan teori, aktivitas yang menstimulasi intelektual akan mengurangi
penurunan fungsi kognitif, yaitu mekanisme menggunakan atau hilang,
sehingga membutuhkan aktivitas yang menstimulasi fungsi kognitif. Teori ini
sesuai dengan hipotesis mekanisme penyimpanan kognitif. Individu yang aktif
secara kognitif, contohnya dengan bekerja akan meningkatkan kapasitas
penyimpanan .Semakin kompleks stimulus yang didapat melalui pekerjaan maka
akan semakin berkembang pula kemampuan otak seseorang.46
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan mengenai hubungan adekuasi
hemodialisis dengan fungsi kognitif pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji
Adam Malik Medan diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan nilai adekuasi hemodialisis, pasien hemodialisis umumnya
mendapatkan adekuasi hemodialisis yang adekuat (URR >65%) yaitu
sebanyak 70 orang (75,3%) dengan rerata 71,22 12,15.
2. Berdasarkan hasil uji MMSE, pada pasien hemodialisis didapati hasil paling
banyak yaitu fungsi kognitif normal sebanyak 52 orang (56%) dengan rerata
nilai fungsi kognitif 93 pasien yaitu pada tingkat probable gangguan fungsi
kognitif dengan rerata 23.91 2.948.
3. Tidak adanya hubungan antara adekuasi hemodialisis, jenis kelamin dan
pekerjaan dengan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis reguler di RSUP
Haji Adam Malik Medan.
4. Adanya hubungan antara usia dan tingkat pendidikan dengan fungsi kognitif
pada pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.
5. Tingkat pendidikan merupakan faktor prediktor yang mempengaruhi fungsi
kognitif pada pasien hemodialisis reguler di RSUP Haji Adam Malik Medan.

6.2 Saran
Dalam proses penulisan penelitian ini, ada beberapa saran yang akan
disampaikan oleh peneliti dengan harapan saran tersebut akan bermanfaat bagi
semua pihak yang terlibat dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut yaitu :
1. Melalui penelitian ini, disarankan kepada pihak RSUP Haji Adam Malik
Medan untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hemodialisis.
2. Diperlukannya pemeriksaan fungsi kognitif pada pasien hemodialisis untuk
dapat menanggulanginya sedini mungkin.

51
52

3. Disarankan kepada peneliti selanjutnya untuk memperluas wilayah penelitian


ataupun mempertimbangkan aspek-aspek lain yang mempengaruhi fungsi
kognitif, sehingga hasil yang disajikan akan lebih spesifik dan bermanfaat
bagi ilmu kedokteran.
DAFTAR PUSTAKA

1. Chronic Kidney Disease | World Kidney Day [Internet]. [dikutip 17 April


2016]. Diambil dari: http://www.worldkidneyday.org/faqs/chronic-kidney-
disease/
2. Mills KT, Xu Y, Zhang W, Bundy JD, Chen C-S, Kelly TN, et al. A
systematic analysis of world-wide population-based data on the global burden
of chronic kideny disease in 2010. Kidney Int. 2015;88(5):9507.
3. Chronic Kidney Disease Projected to Rise in the U.S. [Internet]. The National
Kidney Foundation. 2015 [dikutip 17 April 2016]. Diambil dari:
https://www.kidney.org/news/kidney-disease-on-the-rise
4. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan RI.
Riset Kesehatan Dasar. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia; 2013.
5. National Kidney Foundation. KDOQI clinical practice guideline for
hemodialysis adequacy: 2015 update. Am J Kidney Dis. 2015;66(5):884-930.
6. Perkumpulan. Nefrologi Indonesia. 7th Report Of Indonesian Renal Registry.
Jakarta: Perkumpulan Nefrologi Indonesia; 2014.
7. Septiwi C. Hubungan Antara Adekuasi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisis di Unit Hemodialisis RS PROF. Dr. Margono Soekarjo
Purwokerto [Internet] [Tesis]. [Depok]: Universitas Indonesia; 2010. [dikutip
17 April 2016]. Diambil dari: http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20280293-
T%20Cahyu%20Septiwi.pdf
8. Lowrie E, Laird N, Parker T, Sargent J. Effect of The Hemodialysis
Prescription on Patient Morbidity. N Engl J Med. 1981;305:117680.
9. La Stringuetta-Belik F, Martin LC, Franco RJ de S. Cognitive impaiment in
chronic kidney disease. J Bras Nefrol. 2014;36(2):1167.
10. Murray AM. Cognitive Impairment in the Aging Dialysis and Chronic Kidney
Disease Populations: An Occult Burden. Adv Chronic Kidney Dis.
2008;15(2):12332.
11. Madan P, Agarwal S, Kalra OP, Tandon OP. Effect of Hemodialysis on
Cognitive Function in ESRD Patients. Ren Fail. 2007;29:699703.
12. Murray A, Tupper D, Knopman D, Gilbertson D, Pederson S, Li S, et al.
Cognitive impairment in hemodialysis patinets is common. Neurology.
2006;(67):21623.
13. Pereira AA, Weiner DE, Scott T, Sarnak MJ. Cognitive Function in Dialysis
Patients. Am J Kidney Dis. 2005;45(3):44862.
14. Williams MA, Sklar AH, Burright RG, Donovick PJ. Temporal Effect of
Dialysis on Cognitive Functioning in Patients with ESRD. Am J Kidney Dis.
2004;43(4):70511.
15. Radi J, Ljuti D, Radi M, Kovai V, M Sin, urkovi KD. The possible
impact of dialysis modality on cognitive function in chronic dialysis patients.
Neth J Med. 2010;68(4):1537.

53
54

16. Kasper DL, Fauci AS, Hauser SL, Longo DL, Jameson JL, Loscalzo J, editor.
Harisson Principles of Internal Medicine. 19th ed. New York: Mc Graw Hill;
2015.[dikutip 7 Mei 2016]
17. National Kidney Foundation. K/DOQI Clinical Practice Guidelines for
Chronic Kidney Disease: Evaluation, Classification and Stratification. Am J
Kidney Dis 39:S1-S266,2002
18. Suwitra K. Penyakit Ginjal kronik. Dalam: Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW,
Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF, editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam II. 6th ed. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam; 2014. hal.
12858.
19. Kidney Disease: Improving Global Outcomes (KDIGO) CKD Work Group.
KDIGO 2012 Clinical Practice Guideline for the Evaluation and Management
of Chronic Kidney Disease. Kidney inter., Suppl. 2013; 3: 1-150.
20. Chronic Kidney Disease: Practice Essentials, Background, Pathophysiology
[Internet]. [dikutip 7 Mei 2016]. Diambil dari:
http://emedicine.medscape.com/article/238798-overview
21. Himmelfarb J. Hemodialysis Complications. Am J Kidney Dis.
2005;45(6):112231.
22. Dorland WAN. Kamus Saku Kedokteran Dorland. 28th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2008.
23. Kumar P, Clark M, editor. Kumar & Clarks Clinical Medicine. 7th ed.
Edinburgh: Elseiver; 2009. [dikutip 8 Mei 2016]
24. Albert AT, Hubungan Karakteristik Pasien dengan Adekuasi Hemodialisis di
Klinik Spesialis Ginjal dan Hipertensi Rasyida Medan Tahun 2014 [Internet]
[KTI]. [Medan] : Universitas Sumatera Utara; 2015. [dikutip 9 Mei
2016].Diambil dari: http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/44743
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/44743/3/Chapter%20II.pdf
25. Himmelfarb J, Ikizler TA. Hemodialysis. N Engl J Med. 2010;363:183345.
26. Smeltzer SC, Bare B. Brunner and Suddarths Textbook of Medical-Surgical
Nursing. 10th ed [internet]. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins;
2003. Chapter 44, Dialysis. [dikutip 17 April 2016]. Diambil dari:
https://metronidazole.files.wordpress.com/2010/03/medical-surgical_nursing-
10th-edition-by-brunner-suddarth.pdf
27. Suhardjono. Hemodialisis: Prinsip Dasar dan Pemakaian Kliniknya. Dalam:
Setiati S, Alwi I, Sudoyo AW, Simadibrata M, Setiyohadi B, Syam AF,
editor. Buku Ajar Penyakit Dalam Jilid II. Ed 6. Jakarta: Departemen Ilmu
Penyakit dalam, 2014; p.2192-96
28. Kt/V and the adequacy of hemodialysis [Internet]. [dikutip 8 Mei 2016].
Diambil dari:
http://cursoenarm.net/UPTODATE/contents/mobipreview.htm?17/53/18257?
source=see_link
29. Dairion G. Rasio Reduksi Ureum Dializer 0,90; 2,10 dan 2 Dializer Seri 0,90
dengan 1,20 [Internet] [Tesis]. [Medan]: Universitas Sumatera Utara; 2003.
[dikutip 8 Mei 2016] Diambil dari:
http://library.usu.ac.id/download/fk/penydalam-dairot%20gatot.pdf
55

30. Borzou S, Gholyaf M, Zandiha M, Goodarzi M, Torkman B. The Effect of


Increasing Blood Flow Rate on Dialysis Adequacy in Hemodialysis Patients.
Saudi J Kidney Dis Transpl. 2009;20(4):63942.
31. Radot OTP. Hubungan Adekuasi Hemodialisis Dengan Kualitas Hidup
Pasien Hemodialisis Di Unit Hemodialisis Klinik Spesialis Ginjal Dan
Hipertensi Rasyida Medan Tahun 2014 [Internet] [KTI]. [Medan]:
Universitas Sumatera Utara; 2015. [dikutip 10 Mei 2016] Diambil dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/43193
32. KDOQI Clinical Practice Guidelines and Clinical Practice Recommendations
for 2006 Updates: Hemodialysis Adequacy, Peritoneal Dialysis Adequacy
and Vascular Access. Am J Kidney Dis 48:S1-S322, 2006 (suppl 1).
33. Hemodialysis: Dose and Adequacy [Internet]. [dikutip 9 Mei 2016]. Diambil
dari: http://www.niddk.nih.gov/health-information/health-topics/kidney-
disease/hemodialysis-dose-and-adequacy/Pages/facts.aspx
34. Kurella M, Chertow GM, Luan J, Yaffe K. Cognitive Impairment in Chronic
Kidney Disease. J Am Geriatr Soc. 2004;52(11):18639.
35. Drew DA, Weiner DE, Tighiouart H, Scott T, Lou K, Kantor A, et al.
Cognitive Function and All-Cause Mortality in Maintenance Hemodialysis
Patients. Am J Kidney Dis. 2015;65(2):30311.
36. Tanasescu, R. Miscellanea on Encephalopathies - A Second Look. Dalam:
Dijck AV, Daele WV, Deyn PPD. Uremic Encephalopathy. Croatia: InTech,
2012; p23-38. Diambil dari :http://www.intechopen.com/books/miscellanea-
on-encephalopathies-a-second-look/uremicencephalopathy
37. Kielstein JT, Bernstein HG. The reversible part of cognitive impairment in
chronic kidney disease: can mice help men break the TEMPOLimit? Nephrol
Dial Transplant. 2013;0:13.
38. Egbi O, Ogunrin O, Oviasu E. Cognitive deficits of patients with chronic
kidney disease and effect of hemodialysis. Greener J Med Sci. 2015;5(1):19
25.
39. Giang LM, Weiner DE, Agganis B, Scott tammy, Sorensen E, Tighiouart H,
et al. Cognitive Function and Dialysis Adequacy: No Clear Relationship. Am
J Nephrol. 2011;33:338.
40. Patel M, Dasgupta I, Tadros G, Baharani J. Cognitive impairment in
hemodialysis patients: What can slow this decline? Hong Kon J Nephrol.
2016;18:410.
41. Sacuiu SF. Prodromal Cognitive Signs of Dementia [Doctoral thesis].
[Gothenburg]: University of Gothenburg; 2009. [dikutip 11 Mei 2016].
Diambil dari:
https://gupea.ub.gu.se/bitstream/2077/19395/1/gupea_2077_19395_1.pdf
42. Schapira AHV. Neurology and Clinical Neuroscience. Philadelphia: Mosby
Elsevier; 2007. [dikutip 11 Mei 2016]
43. Sternberg RJ, Sternberg K. Cognitive Psychology. 6th ed. USA: Wadsworth
Cengage Learning; 2012. [dikutip 11 Mei 2016]
56

44. Sherwood L. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. 6th ed. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC; 2011.
45. Doty L. Executive Function & Memory/Cognition Changes. Fla Dep Elder
Aff Alzheimers Dis Initiat. 2012;111.
46. Deary IJ, Corley J, Gow AJ, Harris SE, Houlihan LM, Marioni RE, et al. Age-
associated cognitive decline. Oxf Univ Press. 92:13552.
47. Mustafa MA. Gambaran Jenis Kelamin, Usia, Latar Belakang Pendidikan, dan
Durasi Penyakit Terhadap Fungsi Kognitif pada Pasien Skizofrenik [Internet]
[Tesis]. [Medan]: Universitas Sumatera Utara; 2012. [dikutip 12 Mei 2016]
Diambil dari : http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/33582
48. Anastasia EP. Hubungan Lamanya Hipertensi dengan Gangguan Fungsi
Kognitif pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Puskesmas Padang Bulan
pada Tahun 2015 [Internet] [KTI]. [Medan]: Universitas Sumatera Utara;
2016. [dikutip 12 Mei 2016] Diambil dari:
http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/56130
49. Angka Partisipasi Murni (APM) menurut Provinisi, 2011-2015 | Badan Pusat
Statistik [Internet]. [dikutip 21 November 2016]. Diambil dari :
https://www.bps.go.id/linkTableDinamis/view/id/1052
50. Nunes FT, Campos G, Xavier SM, Merhi VAL, Mclellan KCP, Motta DG, et
al. Dialysis adequacy and nutritional status of hemodialysis patients.
Hemodialysis Int. 2008; 12:45-51.
51. Sehgal AR, Grey SF, DeOreo PB, Whitehouse PJ. Prevalence, recognition,
and implications of mental impairment among hemodialysis patients. Am J
Kidney Dis. 1997;30:41-9.
52. Tamura MK, Larive B, Unruh ML, Stokes JB, Nissenson A, Mehta RL, et al.
Prevalence and Correlates of Cognitive Impairment in Hemodialysis Patents:
The Frequent Hemodialysis Network Trials. Clin J Am Soc Nephrol.
2010;5:142938.
53. Churcill DN, Wallace JE, Ludwin D, Beecroft ML, Taylor DW: A comparison
of evaluative indices of qulaity of life and cognitive function in hemodialysis
patients. Contr C/in Trials. 1991;12:159S-167S.
LAMPIRAN I

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Angelin Putri Gozali


Tempat/ Tanggal lahir : Jakarta / 19 Agustus 1995
Agama : Buddha
Alamat : Jl. Dr Picauly no. 16, Medan 20154
Riwayat Pendidikan : 1.SD IPEKA Puri Indah 2001
2. SMP IPEKA Puri Indah 2007
3. SMAN IPEKA Puri Indah 2010
4. Fakultas Kedokteran USU 2013
Riwayat Pelatihan : 1. Seminar dan Workshop Basic Surgical Skill
2. Seminar NAPZA SCORA PEMA FK USU
2014
3. Simposium dan Workshop Breast Cancer
Diagnosis and Therapy
Riwayat Organisasi : 1. Anggota bagian Minat dan Bakat Pemerintahan
Mahasiswa Fakultas Kedokteran USU periode
2013/2014
2. Panitia Management Mahasiswa Baru periode
2014/2015
3. Panitia Medical Futsal League periode
2014/2015
4. Panitia PORSENI FK USU periode 2014/2015
LAMPIRAN II

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Selamat pagi/siang Bapak/Ibu/Saudara/Saudari.

Peneliti :
Nama : Angelin Putri Gozali
Status : Mahasiswi S1 Kedokteran Universitas Sumatera Utara
Alamat : Jl. Dr Picauly no 16, Medan

Judul penelitian :
Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif Pasien Hemodialisis
Reguler di RSUP H. Adam Malik Medan Tahun 2016.

Peneliti memohon kesediaan Bapak/Ibu/Saudara/Saudari untuk berpartisipasi


menjadi responden penelitan yang bertujuan memperoleh data dan mencari
hubungan adekuasi hemodialisis dengan fungsi kognitif pasien hemodialisis
reguler.

Prosedur :

Kegiatan yang dilakukan selama penelitian adalah :

1. Mencatat nama pasien, usia, jenis kelamin, status pernikahan, pendidikan,


pekerjaan, frekuensi hemodialisis, dan telah berapa lama menjalani
hemodialisis.
2. Memeriksa fungsi kognitif pasien dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan serta melakukan perintah sesuai dengan kuesioner MMSE
(Mini Mental State Examination)
3. Mencata hasil pemeriksaan ureum sebelum dan sesudah hemodialisis dan
menghitung adekuasi hemodialisis.
Selama penelitian ini, Bapak/Ibu/Saudara/Saudari tidak dibebankan biaya
apapun. Dan semua data/keterangan dari Bapak/Ibu/Saudara/Saudari bersifat
rahasia, tidak diketahui orang lain. Dengan berpartisipasi dalam penelitian ini
Bapak/Ibu/Saudara/Saudari dapat mengetahui nilai adekuasi hemodialisis atau
kecukupan dosis hemodialisis yang diberikan. Dengan adekuasi hemodialisis yang
optimal dan tidak optimal akan dapat mempengaruhi fungsi kognitif responden.

Medan,

Peneliti,

Angelin Putri Gozali


LAMPIRAN III

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :
Umur :
Alamat :

Saya telah memahami tujuan, manfaat, prosedur dan penjaminan


kerahasiaan mengenai penelitian yang berjudul Hubungan Adekuasi Hemodialisis
dengan Fungsi Kognitif Pasien Hemodialisis Reguler di RSUP. H Adam Malik
Medan. Oleh karena itu, tanpa adanya paksaan dari pihak lain saya bersedia secara
sukarela untuk menjadi responden dalam penelitian ini, serta mengikuti semua
proses yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Jika sewaktu-waktu ingin berhenti,
saya berhak untuk tidak melanjutkan mengikuti penelitian ini tanpa ada sanksi
apapun.
Medan, ..................................

Yang menyatakan, Peneliti

( ) (Angelin Putri Gozali)


LAMPIRAN IV

Mini-Mental State Exam (MMSE)


Nomor : Nama Pasien : . ( Laki-laki /
Perempuan) Umur : ... tahun Status Pernikahan : . Pendidikan :
Pekerjan :

Pemeriksa : Tanggal :

Item Tes Nilai Nilai


maks.

ORIENTASI
1 Sekarang (tahun), (musim), (bulan), (tanggal), 5 ---
hari apa?
2 Kita berada dimana? (negara), (propinsi), 5 ---
(kota), (rumah sakit), (lantai/kamar)

REGISTRASI
3 Sebutkan 3 buah nama benda ( jeruk, uang, 3 ---
mawar), tiap benda 1 detik, pasien disuruh
mengulangi ketiga nama benda tadi. Nilai 1
untuk tiap nama benda yang benar. Ulangi
sampai pasien dapat menyebutkan dengan
benar dan catat jumlah pengulangan
ATENSI DAN KALKULASI
4 Kurangi 100 dengan 7. Nilai 1 untuk tiap 5 ---
jawaban yang benar. Hentikan setelah 5
jawaban. Atau disuruh mengeja terbalik kata
WAHYU (nilai diberi pada huruf yang benar
sebelum kesalahan; misalnya uyahw=2 nilai)
MENGINGAT KEMBALI (RECALL)
5 Pasien disuruh menyebut kembali 3 nama 3 ---
benda di atas

BAHASA
6 Pasien diminta menyebutkan nama benda yang 2 ---
ditunjukkan ( pensil, arloji)
7 Pasien diminta mengulang rangkaian kata : 1 ---
tanpa kalau dan atau tetapi
8 Pasien diminta melakukan perintah: Ambil 3 ---
kertas ini dengan tangan kanan, lipatlah
menjadi dua dan letakkan di lantai.
9 Pasien diminta membaca dan melakukan 1 ---
perintah Angkatlah tangan kiri anda
10 Pasien diminta menulis sebuah kalimat 1 ---
(spontan)

11 Pasien diminta meniru gambar di bawah ini 1 ---

Skor Total 30

Pedoman Skor kognitif global (secara umum):


Nilai: 24 -30 : normal
Nilai: 17-23 : probable gangguan kognitif
Nilai: 0-16 : definite gangguan kognitif

Contoh:

Angkatlah tangan kiri Anda


Kuesioner dikutip dari : Kolegium Psikiatri Indonesia. Program pendidikan dokter
spesialis psikiatri. Modul psikiatri geriatri. Jakarta (Indonesia): Kolegium Psikiatri
Indonesia; 2008.
LAMPIRAN V

Pengumpulan Data Adekuasi Hemodialisis

Ureum
No Nama Lama Frekuensi Pre Post RRU
HD HD HD HD
LAMPIRAN VI

Hasil Output SPSS

Jenis Kelamin

Sex

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Laki-laki 51 54.8 54.8 54.8

Perempuan 42 45.2 45.2 100.0


Total 93 100.0 100.0

Usia

kelompokumur

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid <50 43 46.2 46.2 46.2

>50 50 53.8 53.8 100.0

Total 93 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan

kelompokpendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid rendah 33 35.5 35.5 35.5

sedang 34 36.6 36.6 72.0

tinggi 26 28.0 28.0 100.0

Total 93 100.0 100.0


Pekerjaan

kerja

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Bekerja 64 68.8 68.8 68.8

Tidak bekerja 29 31.2 31.2 100.0

Total 93 100.0 100.0

Adekuasi Hemodialisis

ADH

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Adekuat 70 75.3 75.3 75.3

Tidak adekuat 23 24.7 24.7 100.0

Total 93 100.0 100.0

Statistics
Nilai ADH

N Valid 93

Missing 0
Mean 71.22
Std. Deviation 12.152
Fungsi Kognitif

Fungsi kognitif

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Fungsi kognitif normal 52 55.9 55.9 55.9

gangguan fungsi kognitif 41 44.1 44.1 100.0

Total 93 100.0 100.0

Statistics
nilai fungsi kognitif

N Valid 93

Missing 0
Mean 23.91
Std. Deviation 2.948
Hubungan Adekuasi Hemodialisis dengan Fungsi Kognitif

Crosstab

Fungsi kognitif

Fungsi kognitif gangguan


normal fungsi kognitif Total

ADH Adekuat Count 41 29 70

Expected Count 39.1 30.9 70.0

% within ADH 58.6% 41.4% 100.0%

Tidak adekuat Count 11 12 23

Expected Count 12.9 10.1 23.0


% within ADH 47.8% 52.2% 100.0%
Total Count 52 41 93

Expected Count 52.0 41.0 93.0

% within ADH 55.9% 44.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square .811 1 .368
b
Continuity Correction .434 1 .510
Likelihood Ratio .807 1 .369
Fisher's Exact Test .469 .255
N of Valid Cases 93

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 10.14.
b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan Jenis Kelamin dengan Fungsi Kognitif

Crosstab

Fungsi kognitif

Fungsi kognitif gangguan


normal fungsi kognitif Total

Sex laki-laki Count 33 18 51

Expected Count 28.5 22.5 51.0

% within Sex 64.7% 35.3% 100.0%

perempuan Count 19 23 42

Expected Count 23.5 18.5 42.0

% within Sex 45.2% 54.8% 100.0%


Total Count 52 41 93

Expected Count 52.0 41.0 93.0

% within Sex 55.9% 44.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 3.541 1 .060
b
Continuity Correction 2.795 1 .095
Likelihood Ratio 3.555 1 .059
Fisher's Exact Test .093 .047
Linear-by-Linear Association 3.503 1 .061
N of Valid Cases 93

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.52.
b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan Usia dengan Fungsi Kognitif

Crosstab

Fungsi kognitif

Fungsi kognitif gangguan


normal fungsi kognitif Total

kelompokumur <50 Count 29 14 43

Expected Count 24.0 19.0 43.0

% within kelompokumur 67.4% 32.6% 100.0%

>50 Count 23 27 50

Expected Count 28.0 22.0 50.0

% within kelompokumur 46.0% 54.0% 100.0%


Total Count 52 41 93

Expected Count 52.0 41.0 93.0

% within kelompokumur 55.9% 44.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 4.312 1 .038
b
Continuity Correction 3.486 1 .062
Likelihood Ratio 4.360 1 .037
Fisher's Exact Test .059 .031
Linear-by-Linear Association 4.265 1 .039
N of Valid Cases 93

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18.96.
b. Computed only for a 2x2 table
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Fungsi Kognitif

Crosstab

Fungsi kognitif

Fungsi kognitif gangguan


normal fungsi kognitif Total

kelompokpendidikan rendah Count 14 19 33

Expected Count 18.5 14.5 33.0

% within
42.4% 57.6% 100.0%
kelompokpendidikan

sedang Count 17 17 34

Expected Count 19.0 15.0 34.0

% within
50.0% 50.0% 100.0%
kelompokpendidikan

tinggi Count 21 5 26

Expected Count 14.5 11.5 26.0

% within
80.8% 19.2% 100.0%
kelompokpendidikan
Total Count 52 41 93

Expected Count 52.0 41.0 93.0

% within
55.9% 44.1% 100.0%
kelompokpendidikan

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2-
Value df sided)
a
Pearson Chi-Square 9.435 2 .009
Likelihood Ratio 10.043 2 .007
Linear-by-Linear Association 8.175 1 .004
N of Valid Cases 93

a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum


expected count is 11.46.
Hubungan Pekerjaan dengan Fungsi Kognitif

Crosstab

Fungsi kognitif

Fungsi kognitif gangguan


normal fungsi kognitif Total

kerja Bekerja Count 39 25 64

Expected Count 35.8 28.2 64.0

% within kerja 60.9% 39.1% 100.0%

Tidak bekerja Count 13 16 29

Expected Count 16.2 12.8 29.0

% within kerja 44.8% 55.2% 100.0%


Total Count 52 41 93

Expected Count 52.0 41.0 93.0

% within kerja 55.9% 44.1% 100.0%

Chi-Square Tests

Asymptotic
Significance (2- Exact Sig. (2- Exact Sig. (1-
Value df sided) sided) sided)
a
Pearson Chi-Square 2.101 1 .147
b
Continuity Correction 1.498 1 .221
Likelihood Ratio 2.094 1 .148
Fisher's Exact Test .179 .111
Linear-by-Linear Association 2.079 1 .149
N of Valid Cases 93
a. 0 cells (0.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 12.78.
b. Computed only for a 2x2 table
Analisa Multivariat
Variables in the Equation

95% C.I.for EXP(B)

B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper


a
Step 1 kelompokumur(1) .724 .476 2.312 1 .128 2.063 .811 5.246

kelompokpendidikan 6.526 2 .038

kelompokpendidikan(1) 1.596 .657 5.900 1 .015 4.932 1.361 17.876

kelompokpendidikan(2) 1.360 .633 4.610 1 .032 3.896 1.126 13.480

kerja(1) .811 .527 2.373 1 .123 2.251 .802 6.318

Sex(1) -.660 .484 1.861 1 .172 .517 .200 1.334

ADH(1) .362 .537 .454 1 .501 1.436 .501 4.118

Constant -1.744 .682 6.539 1 .011 .175


a
Step 2 kelompokumur(1) .766 .471 2.642 1 .104 2.151 .854 5.417
kelompokpendidikan 6.970 2 .031
kelompokpendidikan(1) 1.616 .653 6.130 1 .013 5.031 1.400 18.075
kelompokpendidikan(2) 1.427 .626 5.201 1 .023 4.167 1.222 14.208
kerja(1) .749 .518 2.090 1 .148 2.115 .766 5.839
Sex(1) -.650 .481 1.825 1 .177 .522 .203 1.340
Constant -1.691 .673 6.320 1 .012 .184
a
Step 3 kelompokumur(1) .794 .468 2.879 1 .090 2.211 .884 5.530
kelompokpendidikan 8.519 2 .014
kelompokpendidikan(1) 1.811 .638 8.046 1 .005 6.117 1.750 21.380
kelompokpendidikan(2) 1.480 .626 5.594 1 .018 4.391 1.289 14.964
kerja(1) .677 .510 1.762 1 .184 1.969 .724 5.355
Constant -2.130 .612 12.117 1 .000 .119
a
Step 4 kelompokumur(1) .896 .459 3.809 1 .051 2.451 .996 6.030

kelompokpendidikan 8.170 2 .017


kelompokpendidikan(1) 1.691 .621 7.422 1 .006 5.422 1.607 18.297

kelompokpendidikan(2) 1.524 .620 6.037 1 .014 4.591 1.361 15.482

Constant -1.945 .584 11.104 1 .001 .143

a. Variable(s) entered on step 1: kelompokumur, kelompokpendidikan, kerja, Sex, ADH.


LAMPIRAN VII
LAMPIRAN VIII
LAMPIRAN IX

Você também pode gostar