Você está na página 1de 19

Apa Yang Perlu Kamu Tahu Tentang

Puskesmas PKPR (Pelayanan Kesehatan


Ramah Remaja)
2

+ KESPROPEDIA PKPR
9 Feb, 2014

FacebookTwitterGoogle+WhatsAppLineSkypeShare

Negara memiliki kewajiban (duty) memenuhi dan melindungi Remaja dari penyakit dan risiko
seksual dan reproduksi, termasuk di dalamnya HIV&AIDS. Menerjemahkan kewajiban ini,
Kementerian Kesehatan membuat program Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja, disingkat
PKPR. Apa itu PKPR? Mari simak informasi berikut yang dikemas dalam bentuk Question &
Answer.

Apa itu PKPR ?

PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja. PKPR adalah program pemerintah
yang diampu Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota, dikoordinas Dinkes tingkat Provinsi,
untuk melayani kesehatan remaja. Program ini secara resmi telah berjala sejak tahun 2003. Di
tingkat lapangan, PKPR dijalankan oleh Puskesmas.

Apa landasan Hukum Bagi Program PKPR?

1. UUD 1954, khususnya di pasal 28 B Ayat 2 dan 28 H Ayat 1


o Pasal 28B ayat 2: Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh &
berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan & diskriminasi.
o Pasal 28 H ayat 1:Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir & batin, bertempat
tinggal & mendapatkan lingkungan hidup yang baik, sehat serta berhak
memperoleh pelayanan kesehatan

2. UU Kesehatan No 36 tahun 2009, khususnya di pasal 136 dan 137


o Pasal 136 :Upaya pemeliharaan kesehatan remaja untuk mempersiapkan
menjadi orang dewasa yang sehat dan produktif baik sosial maupun
ekonomitermasuk untuk reproduksi remaja dilakukan agar terbebas dari
berbagai gangguan kesehatan yang dapat menghambat kemampuan menjalani
kehidupan reproduksi secara sehat
o Pasal 137 :Pemerintah berkewajiban menjamin agar remaja dapat memperoleh
edukasi, informasi, dan layanan mengenai kesehatan remaja agar mampu hidup
sehat dan bertanggung jawab.
3. UU Perlindungan Anak No 23 tahun 2002
4. Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor:1457/MENKES/ SK/X/2003 tentang Standar
Pelayanan MinimalBidang Kesehatan di Kabupaten / Kota
5. SKB 4 Menteri NO1/U/SKB/2003, NO.1067/MENKES/SKB/VII/2003, NO MA/230
A/2003, NO.26 tahun 2003 tentang Pembinaan dan Pengembangan UKS

Apa Saja Program yang dijalankan oleh PKPR ?

Program PKPR yang dijalankan oleh Puskesmas PKPR adalah :

1. Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak
dengan petugas kesehatan
2. Membina minimal 1 sekolah (sekolah umum; sekolah berbasis agama) dan Melakukan
KIE 2 kali setahun
3. Melatih KKR/konselor sebaya 10% jumlah murid di sekolah binaan

Di tiap Kabupaten/Kota ditergatkan mempunyai minimal 4 Puskesmas PKPR


Apa saja jenis kegiatan dalam PKPR ?

Selain memberikan layanan pencegahan (preventive), Pengobatan (kuratif), Promosi dan


Rehabilitasi, Puskesmas PKPR juga menjalankan kegiatan sebagai berikut :

1. Pemberian informasi dan edukasi


2. Pelayanan klinis medis (termasuk pemeriksaan penunjang & rujukan)
3. Konseling
4. Pendidikan Keterampilan Hidup Sehat (PKHS)
5. Pelatihan Konselor Sebaya

Layanan Kesehatan Apa Saja yang tersedia ?

Secara umum, semua keluhan yang dapat ditangani oleh Puskesmas di tingkat pelayanan dasar
dapat dilayani di Puskesmas PKRP. Termasuk di dalamnya adalah Layanan Kesehatan
Reproduksi dan Seksual. Sebagai contoh, beberapa layanan yang dilayani PKPR adalah :

1. Pemeriksaan Kehamilan bagi remaja


2. Konseling semua masalah Kesehatan Reproduksi dan Seksual
3. Konsultasi mengenai masalah kejiwaan
4. HIV&AIDS
5. Infeksi Menular Seksual (IMS)
6. Anemia

Bagaimana Remaja Mengakses Puskesmas PKPR ?

Cara mengaksesnya adalah dengan datang ke Puskesmas. Proses dimulai dari pendaftaran,
mengantri, dan mendapatkan layanan. Perlu diingat, belum semua Puskesmas PKPR
memberikan pelayanan kepada remaja secara terpisah. Sebagian besar layanan remaja masih
digabungkan dengan pelayanan umum.

Selain itu, Jam layanan Puskesmas adalah bertepatan dengan Jam sekolah. Bagi remaja yang
masih bersekolah, waktu untuk mengakses bisa menjadi kendala. Beberapa Puskesmas sudah
membuka layanan konseling lewat Alat Komunikasi, dan dapat membuat janjian untuk
mendapatkan layanan. Maka, ada baiknya telpon dulu pihak Puskesmas apakah memiliki layanan
ini atau tidak, jika kamu tidak ingin kecewa.
Program Kesehatan Peduli Remaja
Sejak tahun 2003 model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).

PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas termasuk Poskestren,
menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak
jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.

Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan pendidik sebaya
(yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya (pendidik sebaya
yang diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling), serta pelayanan
rujukan.

Jumlah Puskesmas PKPR dari 33 Provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember
2010 sebanyak 2190 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sampai
Desember 2008 sebanyak 2232 orang.
ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
Febrina Kaban 20:31 Kesehatan Reproduksi dan KB, Materi Kuliah

Survei pada 24 negara di Amerika Utara dan Eropa menunjukkan


bahwa perilaku seks remaja sudah dimulai sejak usia 15 tahun. Survei dilakukan kepada 33.943
di 24 negara dan dikerjakan Service Medical du Rectorat de Toulouse tersebut, menunjukkan
13,2 % remaja berperilaku seks aktif semenjak usia 15 tahun dan tidak menggunakan alat
kontrasepsi. Sementara 82% lainnya, menggunakan alat kontrasepsi.

Defenisi Remaja
a. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
b. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24
tahun.
c. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau
bukan lagi remaja.
d. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity.
e. DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa.
f. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun.
g. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16
atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan
akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.

Perubahan fisik selama masa remaja dibagi menjadi beberapa tahap :


1. Perubahan Eksternal
Perubahan yang terjadi dan dapat dilihat pada fisik luar anak. Perubahan tersebut ialah :
a. Tinggi Badan : Rata-rata anak perempuan mencapai tinggi matang pada usia antara tujuh belas
dan delapan belas tahun, rata-rata anak laki-laki kira-kira setahun setelahnya.
b. Berat Badan: Perubahan berat badan mengikuti jadual yang sama dengan perubahan tinggi
badan, perubahan berat badan terjadi akibat penyebaran lemak pada bagian-bagian tubuh yang
hanya mengandung sedikit lemak atau bahkan tidak mengandung lemak.
c. Proporsi Tubuh : Berbagai anggota tubuh lambat laun, mencapai perbandingan yang tubuh
yang baik. Misalnya badan melebar dan memanjang sehingga anggota badan tidak lagi kelihatan
terlalu pandang.
d. Organ Seks: Baik laki-laki maupun perempuan organ seks mengalami ukuran matang pada
akhir masa remaja, tetapi fungsinya belum matang sampai beberapa tahun kemudian.
e. Ciri ciri Seks Sekunder: Ciri ciri seks sekunder yang utama, perkembangannya matang
pada masa akhir masa remaja. Ciri sekunder tersebut antara lain ditandai dengan tumbunya
kumis dan jakun pada laki-laki sedangkan pada wanita ditanda dengan membesarnya payudara.

2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan
ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.

Perubahan yang terjadi..


1. Sistem Pencernaan: Perut menjadi lebih panjang dan tidak lagi terlampau berbentuk pipa, usus
bertambah panjang dan bertambah besar, otot-oto di perut dan dinding-dinding usus menjadi
lebih tebal dan kuat, hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
2. Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat selama masa remaja, pada usia tujuh belas
atau delapan belas, beratnya dua belas kali berat pada waktu lahir. Panjang dan tebal dinding
pembuluh darah meningkat dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.
3. Sistem Pernafasan: Kapasitas paru-paru anak perempuan hampir matang pada usia tujuh belas
tahun ; anak laki-laki mencapat tingkat kematangan baru beberapa tahun kemudian.
4. Sistem Endokrin: Kegiatan gonad yang meningkat pada masa puber menyebabkan ketidak
seimbangan sementara dari seluruh system endokrin pada masa awal puber. Kelenjar-kelenjar
seks berkembang pesat dan berfungsi, meskipun belum mencapai ukuran yang matang sampai
akhir masa remaja atau awal masa dewasa
5. Jaringan Tubuh: Perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia delapan belas tahun.
Jaringan selain tulang, khususnya bagi perkembangan otot, terus berkembang sampai tulang
mencapai ukuran yang matang.

Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya
mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba. Prilaku ini jika
didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah
dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan
remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.

Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi
dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi
waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan
sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat
dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta
keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari
kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam
usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku
ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.

Definisi Kesehatan Reproduksi Remaja


Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan
proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti
bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja


1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang
remaja)
2. mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan
agar sesuai dengan keinginnannya dan pasanganya
3. Penyakit menular seksual dan HIV/AIDS serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan
reproduksi
4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi
5. Pengaruh sosial dan media terhadap perilaku seksual
6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghindarinya
7. Mengambangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar
mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif
8. Hak-hak reproduksi
9. Manakala tubuh juga mengalami transisi, maka pada masa seperti ini, remaja sangat perlu
untuk benar-benar memperhatikan kondisi tubuh terutama organ reproduksi yang banyak
berkembang dalam fase ini.
10. Anak-anak perempuan yang dulu hanya peduli untuk membersihkan organ kewanitaannya
begitu saja tanpa ada permasalahan yang lain, pada masa remaja dan pubertas, organ kewanitaan
anak gadis mulai mengalami perubahan.
11. Tumbuhnya rambut-rambut halus disekitar organ intim juga perlu diperhatikan sehingga
kebersihanpun tetap terjaga, terutama setelah buang air kecil maupun buang air besar. Cara
mencuci pun harus perlu diperhatikan dimana arah yang sesuai (menjauhi arah kemaluan) lebih
disarankan agar bakteri dan kotoran tidak kembali bersarang.
12. Organ kewanitaan memang patut benar-benar dijaga kebersihannya terutama bagi yang
tinggal di negara tropis semcam Indonesia. Produksi keringat membuat daerah tersebut lembab
dan merupakan kondisi yang tepat untuk tumbuhnya jamur. Selain itu darah haid dan perubahan
hormon juga dapat merubah ekosistem organ kewanitaan.
13. Bekal pengetahuan seperti ini sangat mendasar dan penting yang nantinya akan sangat
berpengaruh pada perkembangan organ kewanitaan pada remaja putri.
14. Kebersihan organ reproduksi juga harus diperhatikan oleh remaja pria. Beberapa remaja pria
tidak harus mengalami pemotongan kulit pembungkus penis pada masa kanak-kanak yang sering
dikenal dengan sunatan, nah remaja pria yang memiliki organ intim seperti ini harus tetap rajin
membersihan organ intimnya dengan membersihkan daerah di dalam lipatan kulit tersebut,
karena apabila bagian di dalam lipatan kulit tidak dibersihkan, potensi untuk tumbuhnya jamur
dan hidupnya bakteri-bakteri lain akan sangat besar.
15. Seringkali karena terburu-buru, para remaja pria juga tidak memperhatikan keadaan sekitar
saat mereka beraktivitas. Padahal apabila salah sedikit saja dan organ intim mereka terantuk,
terjepit resleting ataupun terkena benda lain dengan cukup keras, organ intim tersebut dapat
mengalami cedera, pembengkakan yang akan dapat berakibat fatal dikemudian hari bahkan
sampai disfungsi ereksi.

Strategi kunci untuk menjangkau dan melayani generasi muda :


Pada tahun 1994, International Conference on Population and Development (ICPD) melakukan
upaya untuk mengembangkan program yang cocok untuk kebutuhan kesehatan reproduksi
remaja.
1. Melakukan pengembangan layanan-layanan yang ramah bagi generasi muda;
2. Melibatkan generasi muda dalam perancangan, pelaksaan, dan evaluasi program;
3. Membentuk pelatihan bagi penyedia layanan (provider) untuk dapat melayani kebutuhan dan
memperhatikan kekhawatiran-kekhawatiran khusus para remaja;
4. Mendorong upaya-upaya advokasi masyarakat untuk mendukung perkembangan generasi
muda dan mendorong munculnya perilaku kesehatan remaja yang positif;
5. Memadukan latihan-latihan membangun keterampilan ke dalam program-program yang
ditujukan untuk generasi muda agar dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka,
mengembangkan kemampuan mereka berkomunikasi mengenai seksualitas,dan memperkuat
kemampuan mereka dalam mengupayakan praktik-praktik seksual yang lebih aman.

Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir
ini karena beberapa alasan:
1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul
ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja.
Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja
perempuan, pada kelompok usia 15-292.
2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah
kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa
40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat
mereka berumur 20 tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk
mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.
3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur
yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada
tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi
remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di
bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.

Masalah-Masalah kunci dalam Kesehatan Remaja dan peran bidan


1. Melakukan advokasi untuk memperoleh dukungan masyarakat terhadap kesehatan reproduksi
remaja.
Masalah reproduksi dan kesehatan seksual remaja merupakan masalah yang kontroversial di
banyak kelompok masyarakat sehingga membuat tindakan advokasi dan mendorong munculnya
kesadaran akan masalah ini menjadi lebih penting. Upaya-upaya advokasi dapat difokuskan pada
membuat perubahan di tingkat lokal, daerah atau nasional dengan menargetkan para stake holder
yang mempengaruhi penerimaan informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi bagi para
remaja. Individu dan organisasi diposisikan dengan baik untuk membentuk persepsi publik dan
program dapat dipusatkan dalam memperkuat dukungan untuk pendanaan dan pelaksanaan
program yang relevan sehingga meningkatkan kemungkinan suksesnya program.

2. Komponen-komponen program yang berhasil


Program-program kesehatan reproduksi untuk remaja cenderung akan mencapai keberhasilan
maksimal jika program-program tersebut:
a. Secara akurat mengidentifikasi dan memahami kelompok yang akan dilayani.
b. Melibatkan remaja dalam perancangna programnya.
c. Bekerja sama dengan para pemuka masyarakat dan orang tua.
d. Melepaskan hambatan-hambatan kebijakan dan mengubah pra anggapan para pemberi layanan
(provider)
e. Membantu remaja melatih keterampilan interpersonal yang diperlukan untuk menghindari
risiko.
f. Menghubungkan informasi dan saran dengan pelayanan
g. Memberikan tokoh panutan (role model) yang membuat perilaku lebih aman menjadi perilaku
yang menarik.
h. Menginvestasikan sumber danan dan waktu dalam kerangka yang cukup panjang.

3. Melibatkan kaum remaja dalam aktivitas yang bermakna


Pendidikan oleh teman sebaya dapat merupakan pendekatan efektif untuk melibatkan para
remaja. Para pendidik/edukator remaja yang dilatih untuk membantu teman sebaya mereka
dalam hal informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi menerima pelatihan khusus dalam
pengambilan keputusan, melakukan perujukan klien dan memberikan komoditas atau pelayanan.
Program-program yang menggunakan pendidik/edukator teman sebaya didasarkan pada bukti
bahwa para remaja memiliki hubungan baik dengan orang lain yang berusia hampir sama,
dengan ketertarikan dan latar belakang serupa.

4. Pelayanan klinik yang ramah bagi remaja


Pelayanan kesehatan reproduksi yang youth friendly (ramah untuk remaja) merupakan salah satu
yang dikembangkan serta dibentuk dengan cara yang akan mengenali bahwa tantangan, kesulitan
dan hambatan yang dihadapi remaja sangat berbeda dengan orang dewasa. Pendekatan ini
mencakup memiliki petugas pelayanan kesehatan yang dilatih dengan baik, termasuk bidan dan
dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan khusus remaja secara biologis, psikologis dan kebutuhan
kesehatan remaja, memiliki rasa hormat terhadpa privasi remaja dan kerahasiaan remaja sebagai
klien, fasilitas yang dapat diakses dan lokasi yang nyaman, pelayanan dengan harga yang masuk
akal dan lingkungan yang aman dan nyaman bagi populasi remaja, termasuk kelompok remaja
pria dan wanita yang sudah menikah. Untuk membuat pelayanan menjadi ramah dan nyaman,
bidan harus mempertimbangkan masukan-masukan para remaja terhadap komponen-komponen
klinik seperti famplet informasi dan gaya ruang tunggu. Pelayanan harus diberikan di tempat-
tempat remaja biasa berkumpul untuk belajar, bersosialisasi dan bekerja dan kerahasiaan harus
dipastikan. Sikap-sikap menghakimi dan kadang-kadang bahkan kekerasan di pihak pemberi
layanan dapat menciptakan hambatan kritis dan bertahan lama terhadap pelayanan kesehatan
reproduksi. Bidan yang bersikap menghakimi dapat menghambat pelayanan kesehatan
reproduksi pada remaja.

5. Memberikan informasi dan pelayanan untuk para remaja


Remaja memerlukan informasi yang sesuai dengan usianya mengenai perkembangan fisik dan
emosional, risiko-risiko potensial dari kegiatan seksual yang tidak terlindung, kekerasan
substansial, bagaimana mengakses pelayanan kesehatan dan kesempatan-kesempatan
pendidikan, kerja dan rekreasi. Bidan sebagai penyedia layanan dapat melakukan hubungan
interaktif dengan klien remaja dengan melakukan komunikasi interpersonal. Media massa
hiburan (radio, televisi, musik, video, fil, buku komik) dapat menjadi cara yang efektif dari segi
biaya untuk mengomun ikasikan pesan-pesan yang dpat mempengaruhi pengetahuan, sikap dan
perilaku.

6. Kontrasepsi bagi remaja


Para remaja memiliki hak untuk memperoleh informasi yang jelas dan akurat mengenai
kontrasepsi termasuk pemakain yang benar, efek samping, dan bagaimana menjangkau petugas
pelayanan kesehatan untuk menjawab kekhawatiran mereka. Bidan mempunyai peranan yang
sangat besar dalam memberikan informasi tersebut serta konseling yang sesuai sangat penting
untuk membantu remaja menangani atau menyisihkan potensi efek samping. Konseling harus
mengungkapkan aspek pencegahan kehamilan sekaligus perlindungan terhadap PMS (penyakit
menular seksual).

7. HIV dan PMS di kalangan Remaja


Menurut WHO, 333 juta kasus baru PMS terjadi di seluruh dunia setiap tahun dan setidaknya
111 juta dari kasus ini terjadi pada mereka yang berusia di bawah 25 tahun. Hampir setengah
dari infeksi HIV secara keseluruhan terjadi pada pria dan wanita yang berusia di bawah 25 tahun,
dan di banyak negara berkembang data menunjukkan bahwa sampai 60% dari semua infeksi HIV
baru terjadi pada kelompok usia antara 15 samapi 24 tahun. Infeksi di kalangan perempuan
melebihi infeksi di kalangan pria, rasio 2 berbanding 1. Salah satu penelitian di Tanzania
memperlihatkan bahwa perempuan muda memiliki kemungkinan untuk terinfeksi HIV lebih dari
empat kali dibandingkan pria muda, meskipun para perempuan lebih tidak berpengalama seksual
dan memiliki pasangan seksual yang lebih sedikit dibanding pria sebayanya.

8. Kehamilan dini dan kehamilan yang tidak diinginkan


Banyak remaja aktif secara seksual ( meskipun bukan pilihan mereka sendiri. Setiap tahun
sekitar 15 juta remaja melahirkan anak. Proses persalinan selalu memiliki potensi risiko-risiko
kesehtan, tapi risiko persalinan lebih besar pada perempuan berusia di bawah 17 tahun. Remaja
dengan usia ini lebih mudah mengalami komplikasi dalam persalinan. Perempuan muda
seringkali memiliki pengetahuan terbatas atau kurang percaya diri untuk mengakses pelayanan
kesehatan sehingga mengakibatkan pelayanan prenatal yang terbatas berperan penting terhadap
terjadinya komplikasi. Peran bidan dalam asuhan prenatal sangat dibutuhkan, sehingga
menimbulkan kepercayaan diri remaja. Aborsi yang tidak aman menempati proporsi tinggi dalam
kematian ibu di antara para remaja.

9. Pendidikan seks berbasis sekolah


Evaluasi yang dilakukan di antara para kawula muda di negara-negara berkembang dan negara-
negara maju telah memperlihatkan bahwa pendidikan seks berbasis sekolah dapat membantu
menunda hubungan seksual pertama para remaja yang belum aktif secara seksual. Untuk para
remaja yang aktif secara seksual, pendidikan seksual dapat mendorong pemakaian kontrasepsi
dan perlindungan PMS yang benar dan konsisten.

10. Masalah Gender Spesifik


Generasi muda, terutama anak perempuan rentan terhadap kekerasan seksual, hubungan seksual
yang dipaksakan dan hubungan dengan kekuatan yang tidak seimbang. Beberapa budaya,
perilaku pria berisiko ditoleransi dan kadang-kadang didukung. Karena sikap-sikap gender ini
telah terbukti tidak dapat dipisahkan dari dalam banyak upaya kesehatan reproduksi remaja,
program harus secara langsung mengkonfrontasi masalah hubungan gender yang tidak setara.
Program yang meminta para perempuan muda untuk mengambil keputusan dan tindakan yang
merupakan kontradiksi dari peran perempuan yang diterima seperti menolak melakukan
hubungan seksual atau berkeras akan pemakaian kondom. Bidan harus membantu para
perempuan muda tersebut membangun keterampilan dan rasa percaya diri yang diperlukan untuk
membantu mereka membuat keputusan-keputusan.
KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

KONSEP DASAR KEBIDANAN KOMUNITAS

A. Konsep Kebidanan Komunitas

Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk

mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang

diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud untuk

meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan

sejahtera.

1. Pengertian/ Definisi

Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan

berasal dari kata bidan. Menurut kesepakatan antara ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan

bahwa bidan (midwife) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh

Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau

mendapat izin melakukan praktek kebidanan (Syahlan, 1996 : 11).

Bidan di Indonesia (IBI) adalah seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan formal

dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta kewenangan melakukan

kegiatan praktek mandiri (50 Tahun IBI). Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan

menolong ibu-ibu melahirkan, tugas yang diembankan sangat mulia dan juga selalu setia mendampingi

dan menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan diakui

sebagai profesional yang bertanggungjawab yang bekerja sebagai mitra prempuan dalam memberikan

dukungan yang diperlukan, asuhan dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum,
melakukan pertolongan persalinan di bawahtanggung jwabnya sendiri dan memberikan asuhan pada

bayi baru lahir dan bayi.

Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk

menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12). Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu

Communitas yang berarti kesamaan, dan juga communis yang berarti sama, publik ataupun banyak.

Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu

(Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang

atau sistem sosial.

Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang

dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan

komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah

kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah

pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok

resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,

peningkatan kesehatan, menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan dan

melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan

(Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)

Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam

pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan

yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan

tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
2. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia

Pelayanan kebidanan komunitas dikembangkan di Indonesia dimana bidan sebagai ujung

tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan

masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di

Indonesia istilah bidan komunitas tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di

luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan

desa dikenal sebagai bidan komunitas.

Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di

komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di

desa.

Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan

Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat

Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama

pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan

: lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum

pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu

memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu

Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi

dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan

kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi

seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi

sebagai bidan komunitas. (Syahlan, 1996 : 13)

3. Fokus/ Sasaran Kebidanan Komunitas

Sasaran Utama

Menurut ( Syahlan, 1996 : 16 ) Komuniti adalah sasaran pelayanan kebidanan komunitas. Di

dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan

sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas adalah ibu dan anak.

Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah

suami, istri, anak dan anggota keluarga lainnya. ( Syahlan, 1996 : 16 )

Ibu : pra kehamilan, kehamilan, persalinan, nifas dan masa interval.

Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.

Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah

persalinan, perbaikan gizi, imunisasi dan kelompok usila (gangrep).

Masyarakat (community): remaja, calon ibu dan kelompok ibu.

Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang

sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).
4. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan

keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada

keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat,

bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan

perkembangan anak.

Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak

balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu.

5. Bekerja di Komunitas

Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau

kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di

rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan

kebidanan komunitas.

Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu

dan anak di lingkungan keluarga merupakan kegiatan kebidanan komunitas.

Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas,

yaitu :

a. Sebagai Pendidik

Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya

merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat

dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan

memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan

sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan

yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.

b. Sebagai Pelaksana (Provider)

Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini

bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai

pengetahuan dan teknologi kebidanan serta melakukan kegiatan sebagai berikut :

1) Bimbingan terhadap kelompok remaja masa pra perkawinan.

2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga.

3) Pertolongan persalinan di rumah.

4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.

5) Pengobatan keluarga sesuai kewenangan.

6) Pemeliharaan kesehatan kelompok wanita dengan gangguan reproduksi.

7) Pemeliharaan kesehatan anak balita.

c. Sebagai Pengelola

Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat

mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan

kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan

memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.

Contoh : praktek mandiri/ BPS


d. Sebagai Peneliti

Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan

masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil

analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat

tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.

e. Sebagai Pemberdaya

Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang

terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam

upaya pemeliharaan kesehatan diri sendiri, keluarga maupun masyarakat.

f. Sebagai Pembela klien (advokat)

Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada

seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.

g. Sebagai Kolaborator

Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.

h. Sebagai Perencana

Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam

perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan

kesehatan. (Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 8)

Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu waktu bekerja dalam tim,

misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.

6. Jaringan Kerja
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes,

Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235)

Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan

dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing masing, selalu berkomunikasi dengan

pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas

keseluruhan kegiatan tim dan hasilnya.

Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di mana

bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di

komunitas

Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.

Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait,

misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas

sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi

Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya

Você também pode gostar