Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
+ KESPROPEDIA PKPR
9 Feb, 2014
FacebookTwitterGoogle+WhatsAppLineSkypeShare
Negara memiliki kewajiban (duty) memenuhi dan melindungi Remaja dari penyakit dan risiko
seksual dan reproduksi, termasuk di dalamnya HIV&AIDS. Menerjemahkan kewajiban ini,
Kementerian Kesehatan membuat program Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja, disingkat
PKPR. Apa itu PKPR? Mari simak informasi berikut yang dikemas dalam bentuk Question &
Answer.
PKPR singkatan dari Pelayananan Kesehatan Peduli Remaja. PKPR adalah program pemerintah
yang diampu Dinas Kesehatan di tingkat Kabupaten/Kota, dikoordinas Dinkes tingkat Provinsi,
untuk melayani kesehatan remaja. Program ini secara resmi telah berjala sejak tahun 2003. Di
tingkat lapangan, PKPR dijalankan oleh Puskesmas.
1. Pelayanan konseling kepada semua remaja yang memerlukan konseling yang kontak
dengan petugas kesehatan
2. Membina minimal 1 sekolah (sekolah umum; sekolah berbasis agama) dan Melakukan
KIE 2 kali setahun
3. Melatih KKR/konselor sebaya 10% jumlah murid di sekolah binaan
Secara umum, semua keluhan yang dapat ditangani oleh Puskesmas di tingkat pelayanan dasar
dapat dilayani di Puskesmas PKRP. Termasuk di dalamnya adalah Layanan Kesehatan
Reproduksi dan Seksual. Sebagai contoh, beberapa layanan yang dilayani PKPR adalah :
Cara mengaksesnya adalah dengan datang ke Puskesmas. Proses dimulai dari pendaftaran,
mengantri, dan mendapatkan layanan. Perlu diingat, belum semua Puskesmas PKPR
memberikan pelayanan kepada remaja secara terpisah. Sebagian besar layanan remaja masih
digabungkan dengan pelayanan umum.
Selain itu, Jam layanan Puskesmas adalah bertepatan dengan Jam sekolah. Bagi remaja yang
masih bersekolah, waktu untuk mengakses bisa menjadi kendala. Beberapa Puskesmas sudah
membuka layanan konseling lewat Alat Komunikasi, dan dapat membuat janjian untuk
mendapatkan layanan. Maka, ada baiknya telpon dulu pihak Puskesmas apakah memiliki layanan
ini atau tidak, jika kamu tidak ingin kecewa.
Program Kesehatan Peduli Remaja
Sejak tahun 2003 model pelayanan kesehatan yang ditujukan dan dapat dijangkau remaja,
menyenangkan, menerima remaja dengan tangan terbuka, menghargai remaja, menjaga
kerahasiaan, peka akan kebutuhan terkait dengan kesehatannya, serta efektif dan efisien dalam
memenuhi kebutuhan dan selera remaja diperkenalkan dengan sebutan Pelayanan Kesehatan
Peduli Remaja (PKPR).
PKPR dilaksanakan di dalam gedung atau di luar gedung Puskesmas termasuk Poskestren,
menjangkau kelompok remaja sekolah dan kelompok luar sekolah, seperti kelompok anak
jalanan, karang taruna, remaja mesjid atau gereja, dan lain-lain yang dilaksanakan oleh petugas
puskesmas atau petugas lain di institusi atau masyarakat.
Jenis kegiatan PKPR meliputi penyuluhan, pelayanan klinis medis termasuk pemeriksaan
penunjang, konseling, pendidikan keterampilan hidup sehat (PKHS), pelatihan pendidik sebaya
(yang diberi pelatihan menjadi kader kesehatan remaja) dan konselor sebaya (pendidik sebaya
yang diberi tambahan pelatihan interpersonal relationship dan konseling), serta pelayanan
rujukan.
Jumlah Puskesmas PKPR dari 33 Provinsi yang melaporkan sampai dengan bulan Desember
2010 sebanyak 2190 puskesmas dan jumlah tenaga kesehatan yang dilatih PKPR sampai
Desember 2008 sebanyak 2232 orang.
ASUHAN KESEHATAN REPRODUKSI
REMAJA
Febrina Kaban 20:31 Kesehatan Reproduksi dan KB, Materi Kuliah
Defenisi Remaja
a. Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa.
b. Batasan usia remaja menurut WHO (badan PBB untuk kesehatan dunia) adalah 12 sampai 24
tahun.
c. Namun jika pada usia remaja seseorang sudah menikah, maka ia tergolong dalam dewasa atau
bukan lagi remaja.
d. Kata remaja berasal dari bahasa latin yaitu adolescere yang berarti to grow atau to grow
maturity.
e. DeBrun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa
kanak-kanak dengan masa dewasa.
f. Papalia dan Olds (2001) tidak memberikan pengertian remaja (adolescent) secara eksplisit
melainkan secara implicit melalui pengertian masa remaja (adolescence). Masa remaja adalah
masa transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang pada umumnya
dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua
puluhan tahun.
g. Sedangkan Hurlock (1990) membagi masa remaja menjadi masa remaja awal (13 hingga 16
atau 17 tahun) dan masa remaja akhir (16 atau 17 tahun hingga 18 tahun). Masa remaja awal dan
akhir dibedakan oleh Hurlock karena pada masa remaja akhir individu telah mencapai transisi
perkembangan yang lebih mendekati masa dewasa.
2. Perubahan Internal:
Perubahan yang terjadi dalam organ dalam tubuh remaja dan tidak tampak dari luar. Perubahan
ini nantinya sangat mempengaruhi kepribadian remaja.
Perubahan kejiwaan
Proses perubahan kejiwaan berlangsung lambat yang meliputi:
1. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi :
a. sensitif ( mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa )
b. Agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar yang berpengaruh, sehingga misalnya
mudah berkelahi.
2. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi:
a. Mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik
b. Ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul prilaku ingin mencoba-coba. Prilaku ini jika
didorong oleh rangsangan sesual dapat membawa remaja masuk pada hubungan seks pranikah
dengan segala akibatnya, antara lain akibat kematangan organ seks maka dapat terjadi kehamilan
remaja putri diluar nikah, upaya abortus dan penularan penyakit kelamin, termasuk HIV/AIDS.
Masa remaja mempunyai ciri tertentu yang membedakan dengan periode sebelumnya :
Ciri-ciri remaja menurut Hurlock (1990), antara lain :
a. Masa remaja sebagai periode yang penting yaitu perubahan-perubahan yang dialami masa
remaja akan memberikan dampak langsung pada individu yang bersangkutan dan akan
mempengaruhi perkembangan selanjutnya.
b. Masa remaja sebagai periode pelatihan. Disini berarti perkembangan masa kanak-kanak lagi
dan belum dapat dianggap sebagai orang dewasa. Status remaja tidak jelas, keadaan ini memberi
waktu padanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan
sifat yang paling sesuai dengan dirinya.
c. Masa remaja sebagai periode perubahan, yaitu perubahan pada emosi perubahan tubuh, minat
dan peran (menjadi dewasa yang mandiri), perubahan pada nilai-nilai yang dianut, serta
keinginan akan kebebasan.
d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk
menjelaskan siapa dirinya dan apa peranannya dalam masyarakat.
e. Masa remaja sebagai masa yang menimbulkan ketakutan. Dikatakan demikian karena sulit
diatur, cenderung berperilaku yang kurang baik. Hal ini yang membuat banyak orang tua
menjadi takut.
f. Masa remaja adalah masa yang tidak realistik. Remaja cenderung memandang kehidupan dari
kacamata berwarna merah jambu, melihat dirinya sendiridan orang lain sebagaimana yang
diinginkan dan bukan sebagaimana adanya terlebih dalam cita-cita.
g. Masa remaja sebagai masa dewasa. Remaja mengalami kebingungan atau kesulitan didalam
usaha meninggalkan kebiasaan pada usia sebelumnya dan didalam memberikan kesan bahwa
mereka hampir atau sudah dewasa, yaitu dengan merokok, minum-minuman keras,
menggunakan obat-obatan dan terlibat dalam perilaku seks. Mereka menganggap bahwa perilaku
ini akan memberikan citra yang mereka inginkan.
Program kesehatan reproduksi remaja mulai menjadi perhatian pada beberapa tahun terakhir
ini karena beberapa alasan:
1. Ancaman HIV/AIDS menyebabkan perilaku seksual dan kesehatan reproduksi remaja muncul
ke permukaan. Diperkirakan 20-25% dari semua infeksi HIV di dunia terjadi pada remaja.
Demikian pula halnya dengan kejadian PMS yang tertinggi di remaja, khususnya remaja
perempuan, pada kelompok usia 15-292.
2. Walaupun angka kelahiran pada perempuan berusia di bawah 20 tahun menurun, jumlah
kelahiran pada remaja meningkat karena pertumbuhan populasi remaja. Diperkirakan bahwa
40% dari semua anak perempuan berusia 14 tahun yang hidup akan hamil paling tidak sekali saat
mereka berumur 20 tahun3. Selain itu, sebagian besar mereka masih belum memiliki akses untuk
mendapatkan pendidikan seksual atau kesehatan reproduksi serta pelayanan yang dibutuhkan.
3. Bila pengetahuan mengenai KB dan metode kontrasepsi meningkat pada pasangan usia subur
yang sudah menikah, tidak ada bukti yang menyatakan hal serupa terjadi pada populasi remaja.
4. Pengetahuan dan praktik pada tahap remaja akan menjadi dasar perilaku yang sehat pada
tahapan selanjutnya dalam kehidupan. Sehingga, investasi pada program kesehatan reproduksi
remaja akan bermanfaat selama hidupnya.
5. Kelompok populasi remaja sangat besar; saat ini lebih dari separuh populasi dunia berusia di
bawah 25 tahun dan 29% berusia antara 10-25 tahun.
Pelayanan kebidanan merupakan bagian integral dari pelayanan kesehatan, yang diarahkan untuk
mewujudkan kesehatan keluarga yang berkualitas. Pelayanan kebidanan merupakan layanan yang
diberikan oleh bidan sesuai dengan kewenangan yang diberikannya dengan maksud untuk
meningkatkan kesehatan ibu dan anak dalam rangka tercapainya keluarga berkualitas, bahagia dan
sejahtera.
1. Pengertian/ Definisi
Konsep merupakan kerangka ide yang mengandung suatu pengertian tertentu. Kebidanan
berasal dari kata bidan. Menurut kesepakatan antara ICM; IFGO dan WHO tahun 1993, mengatakan
bahwa bidan (midwife) adalah seorang yang telah mengikuti pendidikan kebidanan yang diakui oleh
Pemerintah setempat, telah menyelesaikan pendidikan tersebut dan lulus serta terdaftar atau
Bidan di Indonesia (IBI) adalah seorang wanita yang mendapat pendidikan kebidanan formal
dan lulus serta terdaftar di badan resmi pemerintah dan mendapat izin serta kewenangan melakukan
kegiatan praktek mandiri (50 Tahun IBI). Bidan lahir sebagai wanita terpercaya dalam mendampingi dan
menolong ibu-ibu melahirkan, tugas yang diembankan sangat mulia dan juga selalu setia mendampingi
dan menolong ibu dalam melahirkan sampai sang ibu dapat merawat bayinya dengan baik. Bidan diakui
sebagai profesional yang bertanggungjawab yang bekerja sebagai mitra prempuan dalam memberikan
dukungan yang diperlukan, asuhan dan nasihat selama kehamilan, periode persalinan dan post partum,
melakukan pertolongan persalinan di bawahtanggung jwabnya sendiri dan memberikan asuhan pada
Kebidanan (Midwifery) mencakup pengetahuan yang dimiliki dan kegiatan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi. (Syahlan, 1996 : 12). Komunitas berasal dari bahasa Latin yaitu
Communitas yang berarti kesamaan, dan juga communis yang berarti sama, publik ataupun banyak.
Dapat diterjemahkan sebagai kelompok orang yang berada di suatu lokasi/ daerah/ area tertentu
(Meilani, Niken dkk, 2009 : 1). Menurut Saunders (1991) komunitas adalah tempat atau kumpulan orang
Dari uraian di atas dapat dirumuskan definisi Kebidanan Komunitas sebagai segala aktifitas yang
dilakukan oleh bidan untuk menyelamatkan pasiennya dari gangguan kesehatan. Pengertian kebidanan
komunitas yang lain menyebutkan upaya yang dilakukan Bidan untuk pemecahan terhadap masalah
kesehatan Ibu dan Anak balita di dalam keluarga dan masyarakat. Kebidanan komunitas adalah
pelayanan kebidanan profesional yang ditujukan kepada masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi, dengan upaya mencapai derajat kesehatan yang optimal melalui pencegahan penyakit,
melibatkan klien sebagai mitra dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelayanan kebidanan
(Spradly, 1985; Logan dan Dawkin, 1987 dalam Syafrudin dan Hamidah, 2009 : 1)
Pelaksanaan pelayanan kebidanan komunitas didasarkan pada empat konsep utama dalam
pelayanan kebidanan yaitu : manusia, masyarakat/ lingkungan, kesehatan dan pelayanan kebidanan
yang mengacu pada konsep paradigma kebidanan dan paradigma sehat sehingga diharapkan
tercapainya taraf kesejahteraan hidup masyarakat (Meilani, Niken dkk, 2009 : 8).
2. Riwayat Kebidanan Komunitas di Indonesia
tombak pemberi pelayanan kebidanan komunitas. Bidan yang bekerja melayani keluarga dan
masyarakat di wilayah tertentu disebut bidan komunitas (community midwife) (Syahlan, 1996 : 12). Di
Indonesia istilah bidan komunitas tidak lazim digunakan sebagai panggilan bagi bidan yang bekerja di
luar Rumah Sakit. Secara umum di Indonesia seorang bidan yang bekerja di masyarakat termasuk bidan
Sampai saat ini belum ada pendidikan khusus untuk menghasilkan tenaga bidan yang bekerja di
komuniti. Pendidikan yang ada sekarang ini diarahkan untuk menghasilkan bidan yang mampu bekerja di
desa.
Pendidikan tersebut adalah program pendidikan bidan A (PPB A), B (PPB B), C (PPB C) dan
Diploma III Kebidanan. PPB-A,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan SPK (Sekolah Perawat
Kesehatan). PPB-B,lama pendidikan 1 tahun, siswa berasal dari lulusan Akademi Perawat. PPB-C, lama
pendidikan 3 tahun, siswa berasal dari lulusan SMP (Sekolah Menengah Pertama). Diploma III Kebidanan
: lama pendidikan 3 tahun, berasal dari lulusan SMU, SPK maupun PPB-A mulai tahun 1996. Kurikulum
pendidikan bidan tersebut diatas disiapkan sedemikian rupa sehingga bidan yang dihasilkan mampu
memberikan pelayanan kepada ibu dan anak balita di masyarakat terutama di desa. Disamping itu
Departemen Kesehatan melatih para bidan yang telah dan akan bekerja untuk memperkenalkan kondisi
dan masalah kesehatan serta penanggulangannya di desa terutama berkaitan dengan kesehatan ibu dan
anak balita. Mereka juga mendapat kesempatan dalam berbagai kegiatan untuk mengembangkan
kemampuan, seperti pertemuan ilmiah baik dilakukan oleh pemerintah maupun oleh organisasi profesi
seperti IBI. Bidan yang bekerja di desa, puskesmas, puskesmas pembantu; dilihat dari tugasnya berfungsi
Sasaran Utama
dalam komuniti terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok masyarakat. Dan
Menurut UU No. 23 tahun 1992 tentang kesehatan, yang dimaksud dengan keluarga adalah
Anak : meningkatkan kesehatan anak dalam kandungan, bayi, balita, pra sekolah dan sekolah.
Keluarga : pelayanan ibu dan anak termasuk kontrasepsi, pemeliharaan anak, pemeliharaan ibu sesudah
Sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah individu, keluarga dan masyarakat baik yang
sehat, sakit maupun yang mempunyai masalah kesehatan secara umum (Meilani, Niken dkk, 2009 : 9).
4. Tujuan Pelayanan Kebidanan Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas adalah bagian dari upaya kesehatan keluarga. Kesehatan
keluarga merupakan salah satu kegiatan dari upaya kesehatan di masyarakat yang ditujukan kepada
keluarga. Penyelenggaraan kesehatan keluarga bertujuan untuk mewujudkan keluarga kecil, sehat,
bahagia dan sejahtera. Kesehatan anak diselenggarakan untuk mewujudkan pertumbuhan dan
perkembangan anak.
Jadi tujuan dari pelayanan kebidanan komunitas adalah meningkatkan kesehatan ibu dan anak
balita di dalam keluarga sehingga terwujud keluarga sehat sejahtera dalam komunitas tertentu.
5. Bekerja di Komunitas
Pelayanan kebidanan komunitas dilakukan di luar rumah sakit dan merupakan bagian atau
kelanjutan dari pelayanan kebidanan yang di berikan rumah sakit. Misalnya : ibu yang melahirkan di
rumah sakit dan setelah 3 hari kembali ke rumah. Pelayanan di rumah oleh bidan merupakan kegiatan
kebidanan komunitas.
Pelayanan kesehatan ibu dan anak di Puskesmas, kunjungan rumah dan melayani kesehatan ibu
Sebagai bidan yang bekerja di komunitas maka bidan harus memahami perannya di komunitas,
yaitu :
a. Sebagai Pendidik
Dalam hal ini bidan berperan sebagai pendidik di masyarakat. Sebagai pendidik, bidan berupaya
merubah perilaku komunitas di wilayah kerjanya sesuai dengan kaidah kesehatan. Tindakan yang dapat
dilakukan oleh bidan di komunitas dalam berperan sebagai pendidik masyarakat antara lain dengan
memberikan penyuluhan di bidang kesehatan khususnya kesehatan ibu, anak dan keluarga. Penyuluhan
tersebut dapat dilakukan dengan berbagai cara seperti ceramah, bimbingan, diskusi, demonstrasi dan
sebagainya yang mana cara tersebut merupakan penyuluhan secara langsung. Sedangkan penyuluhan
yang tidak langsung misalnya dengan poster, leaf let, spanduk dan sebagainya.
Sesuai dengan tugas pokok bidan adalah memberikan pelayanan kebidanan kepada komunitas. Disini
bidan bertindak sebagai pelaksana pelayanan kebidanan. Sebagai pelaksana, bidan harus menguasai
2) Pemeliharaan kesehatan ibu hamil, bersalin, nifas, menyusui dan masa interval dalam keluarga.
4) Tindakan pertolongan pertama pada kasus kebidanan dengan resiko tinggi di keluarga.
c. Sebagai Pengelola
Sesuai dengan kewenangannya bidan dapat melaksanakan kegiatan praktek mandiri. Bidan dapat
mengelola sendiri pelayanan yang dilakukannya. Peran bidan di sini adalah sebagai pengelola kegiatan
kebidanan di unit puskesmas, polindes, posyandu dan praktek bidan. Sebagai pengelola bidan
memimpin dan mendayagunakan bidan lain atau tenaga kesehatan yang pendidikannya lebih rendah.
Bidan perlu mengkaji perkembangan kesehatan pasien yang dilayaninya, perkembangan keluarga dan
masyarakat. Secara sederhana bidan dapat memberikan kesimpulan atau hipotersis dan hasil
analisanya. Sehingga bila peran ini dilakukan oleh bidan, maka ia dapat mengetahui secara cepat
tentang permasalahan komuniti yang dilayaninya dan dapat pula dengan segera melaksanakan tindakan.
e. Sebagai Pemberdaya
Bidan perlu melibatkan individu, keluarga dan masyarakat dalam memecahkan permasalahan yang
terjadi. Bidan perlu menggerakkan individu, keluarga dan masyarakat untuk ikut berperan serta dalam
Peran bidan sebagai penasehat didefinisikan sebagai kegiatan memberi informasi dan sokongan kepada
seseorang sehingga mampu membuat keputusan yang terbaik dan memungkinkan bagi dirinya.
g. Sebagai Kolaborator
Kolaborasi dengan disiplin ilmu lain baik lintas program maupun sektoral.
h. Sebagai Perencana
Melakukan bentuk perencanaan pelayanan kebidanan individu dan keluarga serta berpartisipasi dalam
perencanaan program di masyarakat luas untuk suatu kebutuhan tertentu yang ada kaitannya dengan
Dalam memberikan pelayanan kesehatan masyarakat bidan sewaktu waktu bekerja dalam tim,
misalnya kegiatan Puskesmas Keliling, dimana salah satu anggotanya adalah bidan.
6. Jaringan Kerja
Beberapa jaringan kerja bidan di komunitas yaitu Puskesmas/ Puskesmas Pembantu, Polindes,
Posyandu, BPS, Rumah pasien, Dasa Wisma, PKK. (Syahlan, 1996 : 235)
Di puskesmas bidan sebagai anggota tim bidan diharapkan dapat mengenali kegiatan yang akan
dilakukan, mengenali dan menguasai fungsi dan tugas masing masing, selalu berkomunikasi dengan
pimpinan dan anggota lainnya, memberi dan menerima saran serta turut bertanggung jawab atas
Di Polindes, Posyandu, BPS dan rumah pasien, bidan merupakan pimpinan tim/ leader di mana
bidan diharapkan mampu berperan sebagai pengelola sekaligus pelaksana kegiatan kebidanan di
komunitas
Dalam jaringan kerja bidan di komunitas diperlukan kerjasama lintas program dan lintas sektor.
Kerjasama lintas program merupakan bentuk kerjasama yang dilaksanakan di dalam satu instansi terkait,
misalnya : imunisasi, pemberian tablet FE, Vitamin A, PMT dan sebagainya. Sedangkan kerjasama lintas
sektor merupakan kerjasama yang melibatkan institusi/ departemen lain, misalnya : Bulan Imunisasi
Anak Sekolah (BIAS), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), dan sebagainya