Mengenal Lebih Dini Sindroma Nefrotik pada Anak

Setiap tahun, tiap tanggal 9 Maret, masyarakat dunia ramai-ramai menggalang kampanye
kesehatan bagi ginjal. Kesadaran untuk meningkatkan kepedulian terhadap penyakit ginjal kali ini
menjadi lebih penting ketika dihadapkan pada populasi anak yang beresiko terkena penyakit ginjal di
tahap awal. Untuk itu berbagai usaha seperti promosi kesehatan, deteksi dini dan gaya hidup sehat mulai
dari lahir hingga usia tua harus terus digalakkan untuk mencegah bertambahnya penderita penyakit
ginjal.
Salah satu penyakit ginjal yang sering terjadi pada anak adalah sindroma nefrotik. Menurut
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sindroma Nefrotik merupakan penyakit ginjal paling sering
ditemukan pada anak-anak dengan Insidensi 2-7 kasus per 100.000 anak, paling sering usia 3-5 tahun.
Sindroma nefrotik adalah gangguan ginjal yang menyebabkan tubuh manusia kehilangan terlalu banyak
protein yang dibuang melalui kencing. Gejala yang muncul pada sindroma nefrotik adalah proteinuria
(urine yang berbuih), sembab yang pada awalnya berawal dari sembab mata, peningkatan kolesterol,
dan penurunan kadar albumin.
Pemeriksaan protein pada kencing dan tes darah untuk mengetahui fungsi ginjal, kolesterol,
serta albumin pada anak yang memiliki gejala diatas menjadi sangat penting dilakukan untuk
menegakan diagnosis lebih awal sehingga bisa diterapi lebih dini. Penanganan pada penyakit ini adalah
dengan menggunakan obat imunosupresan yaitu steroid.
Sindrom nefrotik yang tidak ditangani dengan efektif dapat menyebabkan berbagai
komplikasi dan beberapa di antaranya bisa berakibat fatal. Sejumlah komplikasi yang
berpotensi muncul meliputi:

Meningkatnya risiko infeksi dan penggumpalan darah

Kadar kolesterol yang tinggi dalam darah
Kekurangan gizi, misalnya defisiensi vitamin D
Gagal ginjal akut
Penyakit ginjal kronis
Jika mempunyai tanda-tanda seperti di atas tidak ada salahnya untuk memeriksaan diri ke
dokter untuk memahami penyebab penyakit ini sebelum terlambat terjadi komplikasi.