Você está na página 1de 16

Aliran Progressivisme

Aliran progressivisme adalah aliran filsafat yang berbicara tentang


hakikat manusia, dan inti ajarannya adalah tentang minat dan kebebasan dalam
teori pengetahuan. Aliran ini sangat berpengaruh dalam abad ke-20. Pengaruhnya
sangat terasa di seluruh dunia, terutama di Amerika Serikat.
Aliran progressivisme ada yang bersifat negatif dan ada pula yang positif.
Sifat negatif dalam arti, progressivisme menolak otoritarsisme dan absolutisme
dalam segala bentuk. Sedangkan sifat positif dalam arti, progressivisme menaruh
kepercayaan terhadap kekuatan alamiah pada diri manusia. Istilah filsafat yang
biasanya dipakai untuk menggambarkan pandangan hidup yang demikian disebut
pragmatisme, dan dalam lapangan pendidikan lebih lazim dipakai istilah
intsrumentalisme dan experintalisme.
Menurut teori aliran progressivisme bahwa manusia sanggup untuk
mengendalikan hubungannya dengan alam. Akan tetapi di samping keyakinan-
keyakinan ini ada juga kesangsian. Dapatkah manusia menggunakan kecakapan-
nya dalam ilmu-ilmu pengetahuan alam, juga dalam ilmu pengetahuan sosial ?.
Jawabnya adalah, bahwa pragmatisme dan atau progressivisme yakni bahwa
manusia mempunyai kesanggupan itu, akan tetapi manusia dalam memperguna-
kan kesanggupannya itu sedikit ada kesangsian. Meskipun demikian, paham
progressivisme tetap bersikap optimis, tetap percaya bahwa manusia dapat
menguasai seluruh lingkungan alam dan sosialnya.
Dengan demikian, tugas pendidikan menurut progressivisme adalah
meneliti dan menguji sejelas-jelasnya berbagai kesanggupan manusia, oleh
karena pendidikan menurut aliran ini adalah alat kebudayaan yang paling baik.
Alur perkembangan pragmatisme-progressivisme sesungguhnya telah ada sejak
zaman Yunani Purba, yakni di zaman Heraclitus (+ 544 - + 484), kemudian
berlanjut ke zaman Socrates (469-399, Pitagoras (480-410), dan aristoteles.
Seterusnya pada abad ke-16, Francis Bacon, John Locke, Rosseu, Kant dan Hegel
menyambangkan pikiran-pikiran terhadap pragmatisme-progressivisme, dan
memasuki abad ke-19 dan-20 muncul lagi tokoh-tokoh aliran pragmatisme-
progressivisme terutama di Amerika Serikat, misalnya Thomas Paine dan
Thomas Jefferson.
Pragmatisme sebagai filsafat dan progressivisme sebagai pendidikan erat sekali
hubungannya dengan kepercayaan dalam pendidikan yang bertujuan untuk
menciptakan warga masyarakat yang demokratis. Untuk mencapai tujuan
tersebut maka isi pendidikan lebih mengutamakan bidang-bidang studi seperti
IPA, sejarah keterampilan, serta hal-hal yang berguna atau langsung dirasakan
oleh masyarakat.

Aliran Esensialisme

Aliran esensialisme adalah aliran filsafat yang berpendapat bahwa hal-hal


yang esensial dari pengalaman manusia yang memiliki nilai untuk dibimbing.
Semua manusia dapat mengenal hal-hal yang esensial, apabila ia berpendidikan.
Jadi aliran esensialisme memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada dasar
nilai-nilai yang memiliki kejelasan dan tahan lama, sehingga memberikan
kestabilan dan arah yang jelas. Esensialisme didasari atas pandangan humanisme
yang merupakan reaksi terhadap hidup yang megarah pada keduniawian, serba
ilmiah dan materialistik, juga diwarnai oleh pandangan-pandangan dari paham
penganut aliran idealisme dan realisme.
Tokoh utama aliran esensialisme adalah;
1. Desiderius Ersamus (abad ke-15 dan awal abad ke-16) yang berusaha agar
kurikulum sekolah bersifat humanistis dan bersifat internasional, sehingga bisa
mencakup lapisan menenah dan kaum aristokrat.
2. Johann Amos Comenius (1592-1670) yang berpendapat bahwa pendidikan
mempunyai peranan membentuk anak sesuai dengan kehendak Tuhan.
3. John Locke (1632-1704) yang berpendapat bahwa pendidikan selalu dekat
dengan situasi dan kondisi
4. Johann Henric Pestalozzi (1746-1827) yang sangat percaya bahwa pada diri
manusia terdapat kemampuan-kemampuan sewajarnya, dan ia berkeyakinan
bahwa manusia juga mempunyai hubungan transendental dengan Tuhan
5. Johann Friederich Frobel (1782-1852) yang berpandangan bahwa manusia
tunduk dan mengikuti ketentuan-ketentuan hukum alam. Dia juga memandang
bahwa anak adalah makhluk yang berekspresi dan kreatif yang tingkah lakunya
akan nampak adanya kualitas metafisis. Tugas pendidikan menurut-nya adalah
memimpin anak didik ke arah kesadaran diri sendiri, sesuai dengan fitrah
kejadiannya.
6. Johann Friederic Herbert (1776-1841) yang berpendapat bahwa tujuan
pendidikan adalah menyesuaikan jiwa seseorang dengan kebajikan dari yang
mutlak dan inilah yang disebut proses pencapai tujuan pendidikan. Sebagai
pengajaran yang mendidik.
7. William T. Harris (1835-1909) yang bepandangan bahwa tugas pendidikan
adalah terbukanya realitas berdasarkan sususunan yang pastu berdasarkan
spiritual, dan kedudukan sekolah adalah sebagai lembaga yang memelihara nilai-
nilai yang telah turun temurun dan menjadi penuntun penyesuaian diri kepada
masyarakat.
Tokoh esensialisme dalam mempertahankan pendapat dan pahamnya,
mereka mendirikan suatu organisasi yang bernama Essentialist Committee for the
Advancement of Education pada tahun 1930, dan melalui organisasi ini,
pandangan-pandangan esensialisme dikembangkan ke dalam dunia pendidikan.
Adapun tujuan umum aliran esensialisme adalah membentuk pribadi bahagia di
dunia dan akhirat.

Aliran Perennialisme

Aliran perennialisme dalam aliran filsafat, berpegang pada nilai-nilai dan


norma-norma yang bersifat kekal abadi. Aliran ini memandang bahwa betapa
pentingnya pendidikan dalam proses mengembalikan keadaan manusia zaman
modern ini kepada kebudayaan masa lampau, karena pendidikan dianggap cukup
ideal dan telah teruji ketangguhannya.
Asas yang dianut perennialisme bersumber pada filsafat kebudayaan yang
berkiblat dua aspek. Pertama, teologis yang bernaung pada ajaran agama, dan
kedua adalah sekuler yang berpegang pada ide dan cita filosofis Plato dan cita
filosofis Aristoteles. Kedua tokoh ini, dan termasuk Thomas Aquinas memiliki
pengaruh terhadap aliran perennialisme.
Menurut Plato :
Manusia secara kodrati memiliki tiga potensi, yaitu nafsu, kemauan, dan pikiran.
Pendidikan hendaknya berorientasi pada potensi itu dan kepada masyarakat, agar
kebutuhan yang ada pada tiap lapisan masyarakat bisa terpenuhi.
Ide-ide Plato tersebut, dikembangkan oleh Aristotelss dengan lebih men-
dekatkan kepada dunia kenyataan. Menurut Aristoteles :
Tujuan pendidikan adalah kebahagiaan. Untuk mencapai tujuan pendidikan itu,
maka aspek jasmani, emosi dan intelek harus dikembangkan secara seimbang.
Selanjutnya, menurut Thomas Aquines :
Pendidikan adalah sebagai usaha mewujudkan kapasitas yang ada dalam individu
agar menjadi aktualitas aktif dan nyata. Dalam hal ini, peranan guru adalah
mengajar, memberi bantaun pada anak diri untuk mengembangkan potensi-
potensi yang ada padanya.
Prinsip-prinsip pendidikan aliran perennialisme yang telah diuraikan,
kelihatannya telah mempengaruhi sistem pendidikan modern, seperti pembagian
kurikulm untuk sekolah dasar, menengah, perguruan tinggi dan pendidikan orang
dewasa.

Aliran Rekonstruksionalisme

Aliran rekonstruksionalisme dalam aliran filsafat berusaha membina


suatu konsensus yang paling luas dan paling mungkin tentang tujuan utama dan
tertinggi dalam kehidupan manusia. Untuk mencapai tujuan tersebut, aliran
rekonstruksionalisme berusaha mencari kesepakatan semua orang mengenai
tujuan utama yang dapat mengatur tata kehidupan manusia dalam suatu tatanan
baru seluruh lingkungannya. Karena itu, melalui lembaga dan proses pendidikan,
rekonstruksionalisme ingin merombak tata susunan lama, dan membangun tata
susunan hidup kebudayaan yang sama sekali baru.
Para penganut aliran rekonstruksionalisme berkeyakinan bahwa bangsa-
bangsa di dunia mempunyai hasrat yang sama untuk menciptakan satu dunia baru,
dengan satu kebudayaan bari di bawah satu kedaulatan dunia, dalam pengawasan
mayoritas umat manusia. Pikiran-pikiran rekonstruksionalisme inilah yang
kemudian menjiwai pandangan pemuka-pemuka dunia dalam upaya menciptakan
kelestarian dunia, dan dalam rangka menanggulangi kesenjangan yang melanda
kehidupan umat manusia dewasa ini.

Aliran Eksistesialisme

Eksistensialisme adalah filsafat yang memandang segala gejala dengan


berpangkal kepada eksistensi. Dengan demikian, eksistensialisme pada hakikat-
nya bertujuan mengembalikan keberadaan umat manusia sesuai dengan keadaan
hidup asasi yang dimiliki dan dihadapinya.
Paham eksistensialisme bukan hanya satu, melainkan terdiri atas berbagai
pandangan yang berbeda-beda. Menurut Kierjegaard eksistensialisme adalah
suatu penolakan terhadap suatu pemikiran abstrak, tidak logis atau tidak ilmiah.
Jadi eksistensialisme menurutnya adalah segala bentuk kemutlakan rasional. Dari
sini dipahami bahwa aliran ini hendak memadukan hidup yang dimiliki dengan
pengalaman, dan situasi sejarah yang ia alami, dan tidak mau terikat oleh hal-hal
yang sifatnya abstrak.
Mengenai pandangannya tentang pendidikan, disimpulkan bahwa aliran
eksistensialisme tidak menghendaki adanya aturan-aturan pendidikan dalam
bentuk. Oleh sebab itu, eksistensialisme dalam hal ini menolak bentuk-bentuk
pendidikan sebagaimana yang ada sekarang. Berdasar pada pandangan aliran
eksistensialisme tersebut, maka banyak kalangan ahli pendidikan yang tidak
setuju terhadaonya, sehingga aliran eksistensialisme tidak banyak dibicarakan
dalam filsafat pendidikan.[].

ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN

Dalam filsafat pendidikan dikenal beberapa aliran, antara lain Progresivisme,


Esensialisme, Perenialisme dan Rekonstruksionisme.
1. Aliran Progresivisme

Oleh Tuatul Mahfud Pada Filsafat

Progresivisme adalah suatu gerakan dan perkumpulan yang didirikan pada


tahun 1918. Aliran ini berpendapat bahwa pengetahuan yang benar pada masa
kini mungkin tidak benar di masa mendatang. Pendidikan harus berpusat pada
anak bukannya memfokuskan pada guru atau bidang muatan.

Progresivisme mempunyai konsep yang didasari oleh pengetahuan dan


kepercayaan bahwa manusia itu mempunyai kemampuan-kemampuan yang
wajar dan dapat menghadapi dan mengatasi masalah-masalah yang bersifat
menekan mengancam adanya manusia itu sendiri ( Barnadib, 1994:28 ). Oleh
karena kemajuan atau progres ini menjadi suatu statemen progresivisme, maka
beberapa ilmu pengetahuan yang mampu menumbuhkan kemajuan dipandang
merupakan bagian utama dari kebudayaan yang meliputi ilmu-ilmu hayat,
antropologi, psikologi, dan ilmu alam.

Progresivisme berpendapat tidak ada teori realita yang umum. Pengalaman


menurut progresivisme bersifat dinamis dan temporal;menyala. Tidak pernah
sampai pada yang paling eksterm, serta pluralistis. Menurut progresivisme, nilai
berkembang terus karena adanya pengalaman-pengalaman baru antara individu
dengan nilai yang telah disimpan dalam kebudayaan. Belajar berfungsi untuk
mempertinggi taraf kehidupan sosial yang sangat kompleks. Kurikulum yang
baik adalah kurikulum yang eksperimental, yaitu kurikulum yang setiap waktu
dapat disesuaikan dengan kebutuhan.

Progresivisme merupkan pendidikan yang berpusat pada siswa dan memberi


penekanan lebih besar pada kreativitas, aktivitas, belajar naturalistik, hasil
belajar dunia nyata, dan juga pengalaman teman sebaya.

A. Tokoh-tokoh Aliran Progresivisme

1. William James ( 1842-1910 )

James berkeyakinan bahwa otak atau pikiran, seperti juga aspek dari eksistensi
organik, harus mempunyai fungsi biologis dan nilai kelanjutan hidup. Dan dia
menegaskan agar fungsi otak atau fikiran itu dipelajari sebagai bagian dari mata
pelajaran pokok dari ilmu pengetahuan alam. Jadi James menolong untuk
membebaskan ilmu jiwa prakonsepsi teologis, dan menempatkannya da atas
dasar ilmu prilaku.

2. John Dewey ( 1859-1952 )

Teori Dewey tentang sekolah adalah progresivisme yang lebih menekankan


kepada anak didik dan minatnya dari pada mata pelajarannya sendiri. Maka
muncullah Cild Centered Curiculum, dan Cild Centered School.
Progresivisme mempersiapkan anak masa kini dibanding masa depan yang belum
jelas.

3. Hans Vaihinger ( 1852-1933 )


Hans Vaihinger menurutnya tahu itu hanya mempunyai arti praktis.
Persesuaian dengan objeknya mungkin dibuktikan, satu-satunya ukuran bagi
berpikir ialah gunanya untuk mempengaruhi kejadian-kejadian didunia.

B. Pandangan Progresivisme dan Penerapannya di Bidang Pendidikan

Anak didik diberikan kebebasan secara fisik maupun cara berpikir, guna
mengembangkan bakat dan kemampuan yang terpendam dalam dirinya. Tanpa
terhambat oleh rintangan yang dibuat oleh orang lain. Oleh karena itu aliran
filsafat progresivisme tidak menyetujui pendidikan yang otoriter. Sebab,
pendidikan otoriter akan mematikan tunas-tunas para pelajar untuk hidup sebagai
pribadi-pribadi yang gembira menghadapi pelajaran. Dan sekaligus mematikan
daya kreasi baik secara fisik maupun psikis anak didik.

Filsafat progresivisme menghendaki jenis kurikulum yang bersifat luwes


(fleksibel) dan terbuka. Jadi kurikulum itu bisa diubah dan dibentuk sesuai
dengan zamannya. Sifat kurikulumnya adalah kurikulum yang dapat direvisi dan
jenisnya yang memadai, yaitu yang bersifat eksperimental atau tipe Core
Curriculum. Kurikulum

Dipusatkan pada pengalaman atau kurikulum eksperimental didasarkan atas


manusia dalam hidupnya selalu berinteraksi didalam lingkungan yang komplek.

Progresivisme tidak menghendaki adanya mata pelajaran yang diberikan terpisah,


melainkan harus terintegrasi dalam unit. Dengan adanya mata pelajaran yang
terintegrasi dalam unit, diharapkan anak dapat berkembang secara fisik mauopun
psikis dan dapat menjangkau aspek kognitif, afektif, maupun psikomotor.

2. Aliran Esensialisme
A. Hakikat dan Prinsip Esensialisme

Filsafat Esensialisme adalah pendidikan yang didasarkan pada nilai-nilai


kebudayaan yang telah ada sejak awak peradaban umat manusia. Esensialisme
memandang bahwa pendidikan harus berpijak pada nilai-nilai yang memiliki
kejelasan dan tahan lama yang memberikan kestabilan dan nilai-nilai terpilih
yang mempunyai tata yang jelas.

Dari paparan diatas dapat disimpulkan bahwa prinsp-prinsip Esensialisme


adalah :

a. Esesialisme berakar pada ungkapn realisme objektif dan idealisme


objektif yang modern, yaitu alam semesta diatur oleh hokum alam
sehingga tugas manusia memahami hokum alam adalah dalam rangka
penyesuaian diri dan pengelolaannya.
b. Sasaran pendidikan adalah mengenalkan siswa pada karakter alam dan
warisan budaya. Pendidikan harus dibangun atas nilai-nilai yang kukuh,
tetap dan stabil.
c. Nilai kebenaran bersifat korespondensi, berhubungan antara gagasan fakta
secara objektif.
d. Bersifat konservatif ( pelestarian budaya ) dengan merfleksikan
humanisme klasik yang berkembang pada zaman renaissance.

3. Aliran Perenialisme
A. Tempat Asal Aliran Perenialisme Dikembangkan

Di zaman kehidupan modern ini banyak menimbulkan krisis diberbagai


bidang kehidupan manusia, terutama dalam bidang pendidikan. Untuk
mengembalikan keadaan krisis ini, maka perenialisme memberikan jalan keluar
yaitu berupa kembali kepada kebudayaan masa lampau yang dianggap cukup
ideal dan teruji ketangguhannya. Untuk itulah pendidikan harus lebih banyak
mengarahkan pusat perhatiannya kepada kebudayaan ideal yang telah teruji dan
tangguh.

Jelaslah bila dikatakan bahwa pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali
kepada masa lampau, karena dengan mengembalikan keadaan masa lampau
ini,kebudayaan yang dianggap krisis ini dapat teratasi melalui perenialisme
karena ia dapat mengarahkan pusat perhatiannya pada pendidikan zaman dahulu
dengan sekarang. Perenialisme memandang pendidikan sebagai jalan kembali
atau proses mengembalikan keadaan sekarang. Perenialisme memberikan
sumbangan yang berpengaruh baik teori maupun peraktek bagi kebudayaan dan
pendidikan zaman sekarang.

Dari pendapat ini sangatlah tepat jika dikatakan bahwa perenialisme


memandang pendidikan itu sebagai jalan kembali yaitu sebagai suatu proses
mengembalikan kebudayaan sekarang ( zaman modern ) ini terutama pendidikan
zaman sekarang ini perlu dikembalikan ke masa lampau .

Perenialisme merupakan aliran filsafat yang susunannya mempunyai


kesatuan, dimana susunannya itu merupakan hasil pikiran yang memberikan
kemungkinan bagi seseorang untuk bersikap tegas dan lurus. Karena itulah
perenialisme berpendapat bahwa mencari dan menemukan arah tujuan yang jelas
merupakan tugas yang utama dari filsafat khususnya filsafat pendidikan .
Setelah perenialisme menjadi terdesak karena perkembangan politik industri
yang cukup berat timbullah usaha untuk bangkit kembali, dan perenialisme
berharap agar manusia kini dapat memahami ide dan cita filsafatnya yang
menganggap filsafat sebagai suatu azas yang komprehensif perenialisme dalam
makna filsafat sebagai satu pandangan hidup yang berdasarkan pada sumber
kebudayaan dan hasil-hasilnya.

B. Tokoh-Tokoh Aliran Perealisme

1. Aristoteles

Filsafat perenialisme terkenal dengan bahasa latinnya Philosofhia Perenis.


Pendiri utama dari aliran filsafat ini adalah Aristoteles sendiri, kemudian
didukung dan dilanjutkan St. Thomas Aquinas sebagai pemburu dan reformer
utama dalam abad ke-13.

Perenialisme memandang bahwa kepercayaan-kepercayaan aksiomatis zaman


kuno dan abad pertengahan perlu dijadikan dasar penyusunan konsep filsafat dan
pendidikan zaman sekarang. Sikap ini bukanlah nostalgia ( rindu akan hal-hal
yang sudah lampau semata-mata ) tetapi telah berdasarkan keyakinan bahwa
kepercayaan-kepercayaan tersebut berguna bagi abad sekarang.

Jika sikap untuk kembali kemasa lampau itu merupakan konsep bagi
perenialisme dimana pendidikan yang ada sekarang ini perlu kembali kemasa
lampau dengan berdasarkan keyakinan bahwa kepercayaan itu berguna bagi abad
sekarang ini.

C. Pandangan Perealisme Dan Penerapanya Dibidang Pendidikan


Ilmu pengetahuan merupakan filsafat yang tertinggi menurut perenialisme,
karena dengan ilmu pengetahuanlah seseorang dapat berpikir secara induktif yang
bersifat analisa. Jadi dengan berpikir maka kebenaran itu akan dapat dihasilkan
melalui akal pikiran. Menurut epistimologi thomisme sebagian besarnya berpusat
pada pengolahan tenaga logika pada pikiran manusia. Apabila pikiran itu bermula
dalam keadaan potensialitas, maka dia dapat dipergunakan untuk menampilkan
tenaganya secara penuh.

Jadi epistimologi dari perenialisme, harus memiliki pengetahuan tentang


pengertian dari kebenaran yang sesuai dengan realita hakiki, yang dibuktikan
dengan kebenaran yang ada pada diri sendiri dengan menggunakan tenaga pada
logika melalui hukum berpikir metode deduksi, yang merupakan metode filsafat
yang menghasilkan kebenaran hakiki.

Dengan pengetahuan, bahan penerangan yang cukup, orang akan mampu


mengenal faktor-faktor dengan pertautannya masing-masing memahami
problema yang perlu diselesaikan dan berusaha untuk mengadakan penyelesaian
masalahnya. Dengan demikian ia telah mampu mengembangkan suatu paham.

Anak didik yang diharapkan menurut perenialisme adalah mampu mengenal


dan mengembangkan karya-karya yang menjadi landasan pengembangan disiplin
mental. Karya-karya ini merupakan buah pikiran tokoh-tokoh besar dimasa
lampau. Berbagai buah pikiran mereka yang oleh zaman telah dicatat menonjol
dalam bidang-bidang seperti bahasa dan sastra, sejarah, filsafat, politik, ekonomi,
matematika, ilmu pengetahuan alam dan lain-lainnya, telah banyak yang mampu
memberikan ilmunisasi zaman yang sudah lampau.
Dengan mengetahui tulisan yang berupa pikiran dari para ahli yang terkenal
tersebut, yang sesuai dengan bidangnya maka anak didik akan mempunyai dua
keuntungan yakni :

1. Anak akan mengetahui apa yang terjadi pada masa lampau yang telah
dipikirkan oleh orang-orang besar.

2. Mereka telah memikirkan peristiwa-peristiwa dan karya-karya tokoh tersebut


untuk diri sendiri dan sebagai bahan pertimbangan ( reverensi ) zaman sekarang.

Jelaslah bahwa dengan mengetahui dan mengembangkan karya-karya buah


pikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka anak-anak didik dapat
mengetahui bagaimana pemikiran para ahli tersebut pada masa lampau, maka
anak-anak didik dapat mengetahui bagaimana peristiwa pada masa lampau
tersebut sehingga dapat berguna bagi mereka sendiri, dan sebagai bahan
pertimbangan pemikiran mereka pada zaman sekarang ini. Hal inilah yang sesuai
dengan aliran filsafat perenialisme tersebut.

Tugas utama pendidikan adalah mempersiapkan anak didik kearah


kemasakan. Masak dalam arti hidup akalnya. Jadi akal inilah yang perlu
mendapat tuntunan ke arah kemasakan tersebut. Sekolah rendah memberiakn
pendidikan dan pengetahuan serba dasar. Dengan pengetahuan yang tradisional
seperti membaca, menulis dan berhitung anak didik memperoleh dasar penting
bagi pengetahuan-pengetahuan yang lain.

Sekolah sebagai tempat utama dalam pendidikan yang mempersiapkan anak


didik ke arah kemasakan melalui akalnya dengan memberikan pengetahuan.
Sedangkan sebagai tugas utama dalam pendidikan adalah guru-guru, di mana
tugas pendidikanlah yang memberikan pendidikan dan pengajaran ( pengetahuan
) kepada anak didik. Faktor keberhasilan anak dalam akalnya sangat tergantung
kepada guru, dalam arti orang yang telah mendidik dan mengajarkan.

4. Aliran Rekonstruksionisme

A. Pendahuluan

Kata rekonstruksionisme dalam bahasa Inggris reconstruct yang berarti


menyusun kembali. Dalam konteks filsafat pendidikan , aliran
rekonstruksionisme adalah suatu aliran yang berusaha merombak tata susunan
lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang bercorak modern.
Aliran rekonstruksionisme, pada prinsipnya, sepaham dengan aliran
perenialisme, yaitu hendak menyatakan krisis kebudayaan modern. Kedua aliran
tersebut, memandang bahwa keadaan sekarang merupakan zaman yang
mempunyai kebudayaan yang terganggu oleh kehancuran, kebingungan dan
kesimpangsiuran.

Walaupun demikian, prinsip yang dimiliki oleh aliran rekonstruksionisme


tidaklah sama dengan prinsip yang dipegang oleh aliran perenialisme. Keduanya
memepunyai visi dan cara yang berbeda dalam pemecahan yang akan ditempuh
untuk mengembalikan kebudayaan yang serasi dalam kehidupan. Aliran
perenialisme memilih cara tersendari, yakni dengan kembali ke alam kebudayaan
lama atau di kenal dangan regressive road culture yang mereka anggap paling
ideal. Sedangkan itu aliran rekonsruksinisme menempuhnya dengan jalan
berupaya membina suatu konsensus yang paling luas dan mengenai tujuan pokok
dan tertinggi dalam kehidupan umat manusia.
Untuk mencapai tujuan tersebut, rekonstruksionisme berupaya mencari
kesepakatan antar sesama manusia, yakni agar dapat mengatur tata kehidupan
manusia dalam suatu tatanan dan seluruh lingkungannya. Maka, proses dan
lembaga pendidikan dalam pandangan rekonstruksionisme perlu merombak tata
susunan lama dan membangun tata susunan hidup kebudayaan yang baru, untuk
mencapai tujuan utama tersebut memerlukan kerjasama antar umat manusia.

B. Tokoh-Tokoh Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme dipelopori oleh George Count dan Harold Rugg pada


tahun 1930, ingin membangun masyarakat baru, masyarakat yang pantas dan adil.
Beberapa tokoh dalam aliran ini : Caroline Pratt, Geaoge Count, Harold Rugg.

C. Tempat Asal Aliran Rekonstruksionisme

Rekonstruksionisme merupakn kelanjutan dari gerakan progresivisme.


Gerakan ini lahir didasarkan atas suatu anggapan bahwa kaum progresif hanya
memikirkan dan melibatkan diri dengan masalah-masalah masyarakat yang ada
sekarang.

KESIMPULAN

Setiap aliran-aliran filsafat ini mempunyai pengertian tersendiri yang dapat


dipelajari, diamati bahkan dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.

Setiap aliran mempunyai makna yang berbeda tetapi memiliki tujuan yang sama
yaitu untuk membuat pendidikan yang lebih baik lagi, maka dari itu baik siswa
maupun guru dapat menelaah secara baik dan apa saja yang pantas untuk
dipelajari dan dikembangkan.
Aliran ini juga mengajarkan kita dapat menghargai dan mengenal nilai-nilai
budaya yang telah ada sejak peradaban umat manusia.

Você também pode gostar