Você está na página 1de 28

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.

S DENGAN BPH
DI RUANG LAVENDER RSUD
Dr RADEN SOEDJATI SOEMODIARJO GROBOGAN

DISUSUN OLEH :

1. MILA RUSITA ( S12 027 )


2. SINTA WENING NUR SAHARA ( S12 042 )
3. IKHWAN RIFKY ( S12 054 )

PRODI S-1 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN

KUSUMA HUSADA SURAKARTA

2015
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.S DENGAN BPH
DI RUANG LAVENDER RSUD Dr RADEN SOEDJATI SOEMODIARJO
GROBOGAN

Tgl/Jam MRS : 22 April 2015


Tanggal/Jam Pengkajian : 29 April 2015/ 13.00 WIB
Metode Pengkajian : Autoanamnesa dan Alloanamnesa
Diagnosa Medis : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia)
No. Registrasi : 328883
I. BIODATA
1. IDENTITAS KLIEN
Nama Klien : Tn. S
Alamat : Purwodadi
Umur : 57 tahun
Agama : Islam
Status Perkawinan : Kawin
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
2. Identitas Penanggungjawab
Nama : Ny.S
Umur : 24 tahun
Pendidikan : SLTP
Pekerjaan : Wiraswasta
Alamat : Toroh
Hubungan dengan Klien : Anak

II. RIWAYAT KEPERAWATAN


1. Keluhan Utama
Perut terasa penuh dan pipis hanya menetes.
2. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien mengatakan perut bagian bawah terasa kaku sejak 4 hari yang
lalu. Pasien periksa ke sebuah klinik dokter umum, kemudian di
rujuk ke Rumah Sakit datang ke IGD RSUD R. Soedjati
Soemodiardjo Grobogan pada hari Rabu, 22 April 2015 dengan
kondisi sadar dengan keluhan kencing menetes dengan TD: 130/90
mmHg, N: 86 x/menit, RR: 22 x/menit dan S: 37 C. Mendapat terapi
cairan infus RL 10 tpm. Pasien di diagnosa BPH, kemudian pasien
di pindah ke bangsal Lavender dan dilakukan operasi (TVP) pada
tanggal 29 April 2015. Ketika di kaji post OP didapatkan data TD
100/80 mmHg, nadi 82x/menit, RR 22x/menit, dan suhu 39.5C.
Terdapat luka insisi pada suprapubis, pasien mengeluh nyeri
3. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit kronis.
4. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang memiliki riwayat
penyakit kronis.
Genogram:

Keterangan :
: Laki-laki

: Perempuan

: Menikah
: Punya anak

: Pasien perempuan berumur 52 tahun

: Tinggal serumah

: Meninggal

5. Riwayat Kesehatan Lingkungan


Pasien mengatakan tinggal di desa. Terdapat tempat pembuangan
sampah. Air minum yang digunakan adalah air sumur.

III. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN FUNGSIONAL


1. Pola Persepsi dan Pemeliharan Kesehatan
Pasien mengatakan bahwa kesehatan itu penting. Pasien juga
mengatakan bahwa penyakitnya mengganggu aktifitasnya untuk
pergi bertani. Pasien mengatakan periksa ketempat pelayanan
kesehatan (puskemas/klinik dokter umum) dengan anjuran dokter.
2. Pola Nutrisi/Metabolik
a. Sebelum Sakit
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : Nasi, lauk dan sayur, air putih, teh.
Porsi : 1 porsi habis
Keluhan :-
b. Selama Sakit
Frekuensi : 3x sehari
Jenis : Nasi, buah, air putih, dan susu
Porsi : porsi
Keluhan : Mual, muntah, nyeri abdomen.
3. Pola Eliminasi
a. BAB
1) Sebelum Sakit
Frekuensi : 2x sehari
Konsistensi : Lunak berbentuk
Warna : Kuning Kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
2) Selama Sakit
Frekuensi : 2x sehari
Konsistensi : Keras berbentuk
Warna : Kuning kecoklatan
Keluhan : Tidak ada
b. BAK
1) Sebelum Sakit
Frekuensi : 4-5x sehari
Jumlah Urine : 250 cc sekali BAK
Warna : Kuning keruh
Keluhan : Tidak ada keluhan
2) Selama Sakit
Frekuensi :-
Jumlah Urine : 500cc/7 jam
Warna : Kuning keruh
Keluhan : Tidak ada keluhan

4. Pola Aktifitas dan Latihan Selama Sakit


Kemampuan perawatan 0 1 2 3 4
diri

Makan/minum

Mandi
Toileting

Berpakaian

Mobilitas ditempat tidur

Berpindah

Ambulasi

Ket:
0: Mandiri, 1: dengan alat bantu, 2: dibantu orang lain,
3: dibantu orang lain dan alat, 4: tergantung total.
5. Pola Istirahat Tidur
a. Sebelum Sakit : 6-7 jam, tidak ada pengguanaan obat tidur,
tidak ada gangguan tidur.
b. Selama Sakit : 5-6 jam tidur malam, kadang terbangun
karena nyeri. 1-2 jam tidur siang, tidak ada gangguan.
6. Pola Kognitif Perseptual
Pasien mengatakan tidak mengetahui tentang penyakitnya. Pasien
mengatakan nyeri pada perut bagian bawah pada luka operasi
dengan skala 5. Nyeri dirasakan ketika pasien beraktivitas dan
istirahat, nyeri terasa cekit-cekit. Pasien tampak meringis kesakitan.
Pasien juga tampak gelisah. Pasien mengatakan takut ketika melihat
darah pada urine bag. Pasien takut jika terjadi apa-apa pada dirinya.
7. Pola Persepsi Konsep Diri
a. Gambaran Diri : Pasien mengatakan tidak mau sakit seperti
ini. Pasien ingin menjadi ayah yang tidak ingin merepotkan
keluarganya.
b. Ideal Diri : Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan
cepat pulang.
c. Peran Diri : Sebelum sakit, pasien adalah seorang ayah
dan kakek, bekerja sebagai petani.
d. Identitas Diri : Pasien menyadari sebagai seorang ayah dan
kepala keluarga.
e. Harga Diri : Pasien mengatakan tetap percaya diri dan
semangat untuk sembuh.
8. Pola Peran dan Hubungan
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan hubungan dengan warga
sekitar baik-baik saja dan pasien mengatakan hubungan dengan
keluarga sangat harmonis.
b. Selama Sakit : Pasien mengatakan berhubungan dengan
pasien lain maupun tetangga dan tenaga kesehatan baik-baik
saja. pasien tampak dijenguk oleh keluarga dan tetangga
9. Pola Seksualitas Reproduksi
Pasien mengatakan mempunyai 7 anak (5 anak perempuan dan 2
anak laki-laki) dan 1 istri yang sudah meninggal 3 bulan lalu.
10. Pola Mekanisme Koping
a. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan ketika ada masalah
selalu dibicaraan dengan anak-anaknya.
b. Selama Sakit : Pasien mengatakan masuk rumah sakit ingin
berobat agar cepat sembuh dari penyakitnya dan mengikuti
segala perintah dari dokter.
11. Pola Nilai dan Kepercayaan
a. Agama : Islam
b. Sebelum Sakit : Pasien mengatakan sholatnya belum
lengkap.
c. Selama Sakit : Pasien mengatakan sholatnya belum
lengkap. Pasien tampak istighfar terus.

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan/Penampilan Umum
a. Kesadaran : Compos mentis
b. Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah : 100/80 mmHg
Nadi
- Frekuensi : 82x/menit
- Irama : Teratur
- Kekuatan : Kuat
Pernafasan
- Frekuensi : 22 kali per menit
- Irama : Teratur dan cepat
Suhu : 39.5 C
Analisa : Pasien mengalami hipertermi.
Kepala
Bentuk Kepala : Mesosefal
Kulit Kepala : Bersih
Rambut : Hitam, Putih
Analisa : Tidak ada kelainan.
2. Muka
a. Mata
Palpebra : Kehitaman
Konjungtiva : Merah muda
Sclera : Putih
Pupil : Isokor
Diameter ki/ka : 3mm
Reflek Terhadap Cahaya : Ada
Penggunaan alat bantu penglihatan : Tidak ada alat bantu
b. Hidung : Simetris, bersih, tidak ada pernapasan cuping
Hidung.
c. Mulut : Bibir hitam, mukosa mulut lembab, tidak sianosis,
tidak ada stomatitis.
d. Gigi : Kotor,ompong.
e. Telinga : Simetris, bersih, tidak ada gangguan pendengaran.
Analisa : Dalam keadaan baik (tidak terjadi gangguan)
3. Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembesaran limfe, tidak ada gangguan untuk
menelan.
Analisa : Tidak terjadi gangguan atau kelainan.
4. Dada (Thorax)
a. Paru-paru
Inspeksi : Simetris, tidak ada jejas, ada tidak otot bantu
pernafasan.
Palpasi : Tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa, vocal
fremitus sama.
Perkusi : Suara sonor.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler.
Analisa : Tidak terjadi kelainan/gangguan pada paru-paru.
b. Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak, retraksi dada seimbang.
Palpasi : Ictus cordis tidak teraba.
Perkusi : Suara pekak.
Auskultasi : Bunyi B1 B2 normal tidak ada tambahan.
Analisa : Tidak ada gangguan pada jantung.
5. Abdomen
Inspeksi : Perut datar, kulit sawo matang, tidak ada strie,
umbilikus bersih, terdapat luka insisi pada
suprapubis.
Auskultasi : Bising usus 20x/menit.
Perkusi : Timpani.
Palpasi : Tidak ada distensi kandung kemih.
6. Genetalia : Bersih, terpasang DC 3 ways ( nomor 24 ) untuk
berkemih dan irigasi kandung kemih.
Analisa : Tidak terjadi gangguan saluran kemih
7. Rektum : Tidak ada hemoroid/wasir atau masalah yang lain.
Analisa : Dalam keadaan baik.
8. Ekstremitas
Atas
Kekuatan otot kanan dan kiri : Seimbang dengan skala 5. Terpasang
infus di kiri RL makro 20 TPM
ROM kanan dan kiri : ROM aktif.
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada.
Perabaan Akral : Akral hangat.
Pitting edema :-

Bawah
Kekuatan otot kanan dan kiri : Seimbang dengan skala 5.
ROM kanan dan kiri : ROM aktif.
Perubahan bentuk tulang : Tidak ada.
Perabaan Akral : Akral hangat
Pitting edema :-

V. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Hasil Laboratorium
Harga
Hari/Tan Satua Keterangan
Jenis Pemeriksaan Hasil Norma
ggal/Jam n Hasil
l
Senin, 1. Hemoglobin 16.5 U/L 12-16 Normal
22-4- 2. Lekosit 10.800 g/dl 4000- Tinggi
2015 /uL 10.000
3. Eosinofil % 0 /mm 1-3 Rendah
4. Basofil % 0 % 0-1 Normal
5. Neutrofil 0 %
Batang % %
74 50-70 Tinggi
6. Neutrofil %
Segmen 16 20-40 Normal
7. Limfosit % 10 % 2-8 Tinggi
8. Monosit % - % 6-8 -
9. Protein Plasma 289 g/dl 150- Normal
10. Trombosit 10^3/ 450
5.45 uL 4.2-5.5 Normal
11. Eritrosit 10^6/
56.7 mg/dl 10-50 Normal
12. Ureum 0.75 mg/dl 0.67- Normal
13. Creatinin 1.36
95 mg/dl 74-110 Normal
14. GDS

IV. TERAPI MEDIS


Tanggal
Jenis Terapi Dosis Fungsi
Pemberian
29-4-2015 Cairan IV 10 tpm Untuk mengembalikan
Infus RL keseimbangan elektrolit
pada keadaan dehidrasi
Ondansentron 3 x 4 mg Antimietik dan
antimuntah
Omeprazole 2 x 40 mg Untuk mengontrol asam
lambung
Dexketoprofen 3 x 25 mg Untuk mengurangi nyeri
Trometamol pasca operasi
Cefpirom 3 x 1 gr Untuk mengatasi infeksi
saluran kemih
Kalnex 3 x 100 mg Untuk fibrinolisis lokal
prostatektomi
V. ANALISA DATA
No. Hari/ Data Fokus Problem Etiologi T

Tanggal/ T

Jam D

1. Rabu, 29 DS : Nyeri akut Agen cidera


April P = Nyeri ketika fisik : insisi
2015
beraktivitas dan
12.30 istirahat.
WIB
Q = Nyeri terasa
cekit-cekit.
R = Pada perut bagian
bawah pada luka
insisi.
S = Skala 5
T = Terus menerus
DO :
Pasien tampak gelisah
meringis kesakitan.
TD: 100/80 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 39.5 C

2. Rabu, 29 DS : Risiko Infeksi Prosedur


April Pasien mengatakan infasiv
2015 pembedahan
badannya terasa
13.00 menggigil
WIB
DO :
Terdapat luka insisi
pada suprapubis.
TD: 120/80 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 22 x/menit
S: 39.5 C

3. Rabu, 29 DS : Ansietas Ancaman


April Pasien mengatakan status
2015 kesehatan
takut ketika melihat
13.00 darah pada urin bag.
WIB
Pasien takut jika
terjadi apa-apa pada
dirinya.
DO :
Pasien dilakukan
irigasi kandung
kemih.
Pasien tampak
gelisah.

VI. PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis : insisi.
2. Ansietas berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan.
3. Risiko infeksi berhubungan dengan prosedur infasiv
pembedahan.
VII. RENCANA KEPERAWATAN
No. Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi TTD
Dx.

1. Setelah dilakukan tindakan 1. Pengelolaan nyeri


keperawatan selama 2x24 jam - Kaji secara
pasien menunjukkan tingkat komprehensif tentang
kenyamanan, dengan kriteria nyeri, meliputi lokasi,
hasil : karakteristik, dan onset,
Pain Control durasi, frekuensi,
Pain Level kualitas, intensitas/
- Mampu mengontrol beratnya nyeri dan
nyeri (tahu penyebab faktor-faktor presipitasi.
nyeri, mampu - Observasi reaksi
menggunakan teknik nonverbal.
nonfarmakologi untuk - Ajarkan penggunaan
mengurangi nyeri, tehnik nonfarmakologi
mencari bantuan) (ex: relaksasi, guided
Melaporkan bahwa imagery, terapi musik,
nyeri berkurang distraksi, aplikasi panas
menjadi skala 2 dengan dingin, massage,
menggunakan hipnotis, terapi bermain,
manajemen nyeri terapi aktifitas
Mampu mengenal nyeri akupresure).
(skala, intensitas, - Kolaborasi pemberian
frekuensi dan tanda analgetik.
nyeri)

2. Setelah dilakukan tindakan Infection Control


keperawatan selama 3x24 jam
pasien tidak mengalami infeksi, - Monitor tanda dan
dengan kriteria hasil : gejala infeksi sistemik
Immune Status dan lokal
Knowledge : Infection Control - Cuci tangan setiap
Risk Control sebelum dan setelah
- Klien bebas dari tanda melakukan tindakan
dan gejala infeksi keperawatan
- Mendeskripsikan proses - Ajarkan pasien dan
penularan penyakit, keluarga tentang tanda
faktor yang dan gejala infeksi
mempengaruhi - Kolaborasi dengan
penularan serta dokter dalam pemberian
penatalaksanaannya. antibiotik
- Mencegah kemampuan
untuk mencegah
timbulnya infeksi
- Jumlah leukosit dalam
batas normal
- Menunjukkan perilaku
hidup sehat
3. Setelah dilakukan tindakan Anxiety Reduction
keperawatan selama 1 jam - Identifikasi tingkat
diharapkan masalah ansietas kecemasan
dapat teratasi dengan kriteria - Dorong keluarga untuk
hasil : menemani pasien
Anxiety self-control ; Anxiety - Instruksikan pasien
level ; Coping menggunakan teknik
Kriteria hasil : relaksasi
- Klien mampu
mengidentifikasi dan
mengungkapkan gejala
cemas
- Mengidentifikasi,
mengungkapkan dan
menunjukkan tehnik
unruk mengontrol
cemas.
- Postur tubuh, ekspresi
wajah, bahasa tubuh dan
tingkat aktivitas
menunjukkan
berkurangnya
kecemasan.
VIII. TINDAKAN KEPERAWATAN
No. Hari/ Implementasi Respon TTD
Dx. Tanggal/
Jam
1. Rabu, Mengkaji secara DS : Pasien
29/4/2015 komprehensif tentang mengatakan tidak
13.00 nyeri, meliputi lokasi, mengetahui tentang
karakteristik, dan onset, penyakitnya. Pasien
durasi, frekuensi, kualitas, mengatakan pipisnya
intensitas/ beratnya nyeri lancar. Pasien
dan faktor-faktor mengatakan nyeri
presipitasi. pada alat vital dengan
skala 5. Nyeri
dirasakan ketika
pasien beraktivitas,
nyeri seperti terbakar.
DO : Klien tampak
lemas, terpasang
selang kateter pada
alat vital pasien.
Pasien tampak
meringis kesakitan.
TD: 100/80 mmHg
N: 82 x/menit
RR: 28 x/menit
S: 39.5 C
1. Rabu, Mengobservasi reaksi DS :-
29/4/2015 nonverbal. DO : Pasien tampak
13.00 meringis kesakitan
1. Rabu, Mengajarkan penggunaan DS : Pasien
29/4/2015 tehnik nonfarmakologi mengatakan ingin
(relaksasi nafas dalam). melakukan relaksasi
13.03
nafas dalam secara
mandiri.
DO : klien tampak
mengikuti istruksi
1. Rabu, Menginjeksi Dexktoprofen DS : Pasien
29/4/2015 Trometamol 25 mg mengatakan ingin
melalui IV. nyerinya segera
13.00
berkurang.
DO : Obat telah
diinjeksi.
2. Rabu, Mengidentifikasi tingkat DS : Pasien
29/4/2015 kecemasan. mengatakan takut
ketika melihat darah
13.10
pada urin bag.
DO : Pasien tampak
gelisah.
2. Rabu, Mendorong keluarga untuk DS : Keluarga
29/4/2015 menemani pasien. mengatakan selalu
menemani pasien.
13.13
DO : Keluarga tampak
selalu duduk di dekat
pasien.
2. Rabu, Menginstruksikan pasien DS : Pasien
29/4/2015 menggunakan teknik mengatakan mampu
relaksasi (nafas dalam) melakukannya secara
13.13
mandiri.
DO : Pasien tampak
melakukan teknik
relaksasi (nafas
dalam).
3. Rabu, Memonitor tanda dan DS : Pasien
29/4/2015 gejala infeksi sistemik dan mengatakan demam.
lokal DO : Suhu 39,5 C
13.16
Tidak ada
pembengkakan
Tidak ada kemerahan.
3. Rabu, Mencuci tangan setiap DS : Pasien
29/4/2015 sebelum dan setelah mengatakan nyaman
melakukan tindakan jika perawat
13.00
keperawatan melakukan cuci tangan
sebelum dan sesudah
tindakan
DO : Pasien tanpak
tenang.
3. Rabu, Mengajarkan pasien dan DS :Pasien
29/4/2015 keluarga tentang tanda dan mengatakan ingin
gejala infeksi mengetahui tentang
13.16
tanda dan gejala
infeksi.
DO : pasien dan
keluarga tampak
mengerti apa yang di
ajarkan oleh perawat
tentang tanda-tanda
infeksi seperti
hipertemi atau demam
3. Rabu, Menginjeksi Cefpirom 1 DS : Pasien
29/4/2015 gr melalui IV mengatakan tidak
ingin terjadi infeksi.
13.00
DO : Obat telah
diinjeksi
3. Kamis, Memonitor tanda dan DS : Pasien
30/4/2015 gejala infeksi sistemik dan mengatakan tidak
lokal. terdapat terdapat
12.00
gejala infeksi.
DO : Suhu 37.5 C
3. Kamis, Mencuci tangan sebelum DS : pasien
30/4/2015 dan sesudah melakukan mengatakan lebih
tindakan keperawatan. tenang jika perawat
12.00
mencuci tangan
sebelum melakukan
tindakan.
DO : Pasien tampak
nyaman.
3. Kamis, Menginjeksi Cefpirom 1 DS : Pasien
30/4/2015 gr melalui IV mengatakan tidak
ingin terjadi infeksi
13.00
dan ingin segera
pulang.
DO : Obat telah
diinjeksi.
3. Jumat, Memonitor tanda dan DS : Pasien
1/5/2015 gejala infeksi sistemik dan mengatakan tidak
lokal. terjadi tanda dan
13.00
gejala infeksi.
DO : Suhu 37C
3. Jumat, Mencuci tangan setiap DS : Pasien
1/5/2015 sebelum dan sesudah mengatakan lebih
melakukan tindakan tenang.
13.00
keperawatan. DO : Pasien tampak
rileks.
3. Jumat, Menginjeksi Cefpirom 1 DS : Pasien
1/5/2015 gr melalui IV. mengakatan ingin
segera sembuh.
13.00
DO : Obat telah
diinjeksi.
IX. CATATAN KEPERAWATAN
No. Hari/ Evaluasi TTD
Dx. Tanggal/
Jam
1. Rabu, S: Pasien mengatakan nyeri sudah berkurang
29/4/2015 menjadi skala 2.
14.00 O : Klien tampak lebih rileks. TD : 100/80
mmHg. N : 82x/menit. RR: 20x/menit. S : 370C
A : Masalah nyeri sudah teratasi
P : Hentikan intervensi.
2. Rabu, S : Pasien mengatakan sudah lebih tenang.
29/4/2015 O : Pasien tampak lebih rileks.
14.00 A : Masalah ansietas sudah teratasi.
P : Hentikan intervensi.
3. Rabu, S : Klien mengatakan tidak ada tanda dan gejala
29/4/2015 infeksi
14.00 O : Klien tampak tenang.
A : Masalah risiko infeksi belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
2. Cuci tangan setiap sebelum dan
setelah melakukan tindakan
keperawatan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik.

3. Kamis, S: Klien mengatakan tidak terdapat tanda dan


30/4/2015 gejala infeksi.
13.00 O: Klien tampak segar. Suhu 37.5 C
A: Masalah risiko infeksi belum terjadi.
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
2. Cuci tangan setiap sebelum dan setelah
melakukan tindakan keperawatan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik.

3. Jumat, S: Pasien mengatakan tidak terdapat tanda dan


1/5/2015 gejala infeksi.
13.00 O: Klien tampak lebih segar.
A: Masalah risiko infeksi belum terjadi.
P: Lanjutkan intervensi :
1. Monitor tanda dan gejala infeksi
sistemik dan lokal.
2. Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan.
3. Kolaborasi dengan dokter dalam
pemberian antibiotik.
BAB IV
PEMBAHASAN

Setelah melakukan Praktik Klinik Koprehensif III Keperawatan Medikal Bedah II


di RSUD Dr. R. Soedjari Soemodiardjo Grobogan, kami menemukan kasus sistem
perkemihan yaitu Benigna Prostat Hiperplasia. Benigna Prostat Hiperplasia atau
orang awam biasa menyebut pembesaran prostat dapat didefinisikan sebagai
pembesanan prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atau
hiperplasia fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertropi
prostat namun secara histologi yang dominan adalah hyperplasia. Dalam
melakukan pengkajian lebih mudah melaksanakan pengkajian secara head to toe
daripada melakukan pengkajian per sistem. Pada saat mengkaji riwayat kesehatan
klien, peran keluarga klien lebih dominan daripada klien sendiri, peran keluarga
sangat kooperatif dalam memberikan berbagai informasi yang dibutuhkan untuk
menegakkan diagnosa. Disamping itu berbagai dukungan penulis dikatakan baik
dari perawat ruangan, dokter, maupun petugas kesehatan lainnya di Ruang
Lavender. Sedangkan dalam diagnosa teori, terdapat diagnosa nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik : insisi, risiko infeksi berhubungan dengan
prosedur infasiv pembedahan, kurang pengetahuan tentang penyakit, diit, dan
pengobatan berhubungan dengan kurang informasi, defisit perawatan diri
berhubungan dengan imobilisasi pasca operasi, disfungsi seksual berhubungan
dengan ketakutan akan impoten. Berdasarkan pengkajian penulis menemukan
diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik : insisi, ansietas
berhubungan dengan ancaman pada status kesehatan, risiko infeksi berhubungan
dengan prosedur infasiv pembedahan. Pada intervensi penulis mengacu pada buku
NANDA, NOC, dan NIC. Selanjutnya penulis melaksanakan asuhan keperawatan
sesuai dengan perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Beberapa faktor
mendukung terlaksananya implementasi keperawatan diantaranya peranan klien
dan keluarga yang mendukung tersedianya alat-alat serta adanya bimbingan dari
perawat ruangan, CI, pembimbing dari akademik, serta adanya peran dokter yang
menentukan diagnosa medis. Alat-alat di lapangan ada seperti sesuai teori. Di
lapangan kami juga mendapatkan pengetahuan baru yaitu tentang perawatan
kateter. Tetapi di lapangan perawatan kateter menggunakan betadine, sedangkan
secara teori betadine sudah tidak boleh digunakan. Maka kami menyimpulkan ada
kesenjangan antara teori dan praktik.
BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Penyakit BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) merupakan pembesanan
prostat yang jinak bervariasi berupa hiperplasia kelenjar atau hiperplasia
fibromuskular. Namun orang sering menyebutnya dengan hipertropi prostat
namun secara histologi yang dominan adalah hyperplasia. Pelaksanaan
asuhan keperawatan yang penulis laksanakan pada Tn. S dengan gangguan
sistem perkemihan : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) di ruang Lavender
RSUD Dr. R. Soedjati Soemodiardjo Grobogan diperoleh kesimpulan
bahwa dalam proses asuhan keperawatan dengan gangguan sistem
perkemihan : BPH (Benigna Prostat Hiperplasia) dibutuhkan suatu
koordinasi yang tepat serta menunjang ke arah tercapainya tujuan. Salah
satu koordinasi ini merupakan bentuk kerjasama tim antara perawat, dokter,
staf ruangan demi peningkatan status kesehatan klien disertai dengan
dukungan penuh dari keluarga.

B. SARAN
1. Klien dan Keluarga
a. Diharapkan klien mau memotivasi dirinya sendiri untuk pola hidup
yang menuju kearah berulangnya BPH (Benigna Prostat
Hiperplasia) misalnya, berolahraga secara teratur, relaksasi dan
mengendalikan stress, serta istirahat dengan cukup. Anjurkan untuk
selalu cek status kesehatan ke tempat pelayanan kesehatan terdekat.
b. Diharapkan keluarga memberikan support yang positif bagi klien
demi peningkatan status kesehatan klien dan diharapkan keluarga
ikut waspada terhadap risiko pada keluarga klien sendiri.
2. Mahasiswa
a. Diharapkan mahasiswa dapat lebih mempersiapkan diri baik dari
segi teori, skill, maupun mental dalam menghadapi klien agar dapat
memberikan kontribusi yang maksimal bagi peningkatan status
kesehatan klien.
b. Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif bagi klien
melihat aspek bio, psiko, sosio, spiritual.

Você também pode gostar