Você está na página 1de 3

PEMBAHASAN

Begitu banyak kasus penyalah gunaan jabatan serta kasus pencucian uang, yang secara umum
disebut dengan korupsi terjadi di Indonesia. Korupsi tidak mengenal jabatan, baik karyawan
biasa hingga pejabat tinggi negara bisa saja melakukan tindak kejahatan korupsi, korupsi juga
tidak mengenal instansi, korupsi dapat terjadi di instansi manapun baik instansi negeri atau
pemerintah maupun swasta.
Untuk memenuhi tugas Aspek Hukum dalam Ekonomi, saya akan membahas mengenai
pelanggaran hukum dalam bidang ekonomi yaitu kasus korupsi yang diketahui dilakukan oleh
Pegawai Golongan III-A Kementrian Keuangan Direktorat Jenderal Pajak Gayus Tambunan.
Analisis Kasus Gayus Tambunan
Setiap tahun pemerintah menyiapkan anggaran keuangan yang disebut Anggaran Pendapatan dan
Belanja yang mempunyai fungsi sebagai kebijakan keuangan pemerintahan dalam memperoleh
dan mengeluarkan uang yang digunakan untuk menjalankan pemerintahan. Anggaran ini
memperlihatkan jumlah pendapatan dan belanja yang diantisipasikan dalam tahun berikut.
Dalam unsur pendapatan yang paling utama dan penting adalah pendapatan yang berasal Pajak ,
selain dari pada itu berasal dari sumber lain yang dinamakan Pendapatan Negara Bukan Pajak
(PNBP) dan hibah. PNBP merupakan pendapatan negara yang paling banyak jenisnya termasuk
yang dinamakan retribusi.
Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) kerap mengalami kebocoran lantaran dikorup
para pejabat. Jumlahnya pun tak tanggung-tanggung hingga mencapai 30 persen. Jika APBN
minimal Rp1.400 triliun, sekitar Rp400 miliar dana APBN yang menguap setiap tahun.
Pembahasan ini difokuskan pada divonis bebasnya Gayus oleh Pengadilan Negeri Tangerang
karena tidak terbukti melakukan salah satu tindak pidana yang disangkakan, yaitu: korupsi,
Menurut anggota Komisi III DPR, Andi Anzhar Cakra Wijaya, kasus penggelapan pajak masih
belum manjur jika hanya dijerat dengan Undang Undang Tindak Pidana Korupsi.
Undang Undang Money Laundering (pencucian uang) dinilai lebih sakti menindak mafia
pajak. Para penegak hukum bisa menggunakan Undang Undang tersebut untuk membuktikan
perbuatan penggelapan pajak kasus Gayus Tambunan. Ia menyebutkan, penggelapan pajak itu
berasal dari perbuatan Gayus yang menerima suap dari perusahaan-perusahaan yang dibantunya.
Akibat suap itulah terjadi penggelapan pajak yang jumlahnya sangat besar dan merugikan
negara. Kalau ada indikasi penggelapan perpajakan ,harus digunakan Undang-Undang
Pencucian Uang.
Proses penyidikan bisa dimulai dari pencucian uang itu, tutur Andi. Setuju dengan pendapat
Andi Anzhar Cakra Wijaya, penulis berpendapat bahwa sudah seharusnya Gayus dijerat dengan
Undang-Undang Tindak Pidana Khusus, yaitu korupsi, pencucian uang dan penggelapan. Kalau
kita baca kembali kasus Gayus tersebut, jelas bahwa pada awalnya dalam berkas yang
dikirimkan penyidik Polri kepada kejaksaan, Gayus H. Tambunan dijerat dengan tiga pasal
berlapis yakni pasal korupsi, pencucian uang, dan penggelapan. Hal ini karena Gayus H.
Tambunan adalah seorang pegawai negeri dan memiliki dana Rp. 25 miliar di Bank Panin.
Sebenarnya dengan melihat besarnya dana yang dimiliki oleh seorang pegawai negeri sudah
cukup menimbulkan banyak pertanyaan darimana uang sebanyak itu mengingat Gayus hanyalah
seorang pegawai negeri dan orang tuanya juga bukan pengusaha kaya raya. Sangat mustahil dia
bisa mempunyai uang sebanyak itu di rekening banknya. Keberadaan uang dua puluh lima
milyar di rekening Gayus sudah cukup menjadi bukti permulaan untuk menelusuri darimana
uang tersebut, bagaimana cara Gayus memperolehnya, apakah ada hubungannya dengan
pekerjaannya sebagai seorang pegawai pajak dan lain-lain.
Berdasarkan Pasal 43 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan
Umum dan Tata Cara Perpajakan yang menetapkan bahwa selain dilakukan oleh pembayar
pajak (plagenataudader), tindak pidana pajakdapat melibatkan Penyerta (deelderming) seperti
wakil, kuasa atau pegawai pembayar pajak atau pihak lain yang menyuruh melakukan (doen
plegen ataumiddelijke), yang turut serta melakukan (medeplegenataumededader), yang
menganjurkan (uitlokker), atau yang membantu melakukan tindak pidana perpajakan
(medeplichtige), Gayus mungkin saja berperan sebagai medeplegen, uitlokker atau
medeplichtige. Hal ini didasarkan pada keterangan Gayus pada Satgas pemberantasan mafia
hukum bahwa dalam melakukan aksinya tersebut Gayus melibatkan sekurang-kurangnya sepuluh
rekannya. Namun apa yang terjadi? Indikasi tindak pidana perpajakan berupa penggelapan yang
dilakukan oleh Gayus terkait uang dua puluh lima milyar di rekening banknya tidak terbukti. Hal
ini sebagaimana hasil penelitian jaksa yang menyebutkan bahwa hanya terdapat satu pasal yang
terbukti terindikasi kejahatan dan dapat dilimpahkan ke Pengadilan, yaitu penggelapan namun
hal ini tidak terkait dengan uang senilai Rp. 25 milliar yang diributkan PPATK dan Polri.
Penggelapan yang dimaksud yaitu adanya aliran dana senilai Rp 370 juta di rekening Bank BCA
milik Gayus H. Tambunan. Uang tersebut diketahui berasal dari dua transaksi yaitu dari PT.
Mega Cipta Jaya Garmindo. Pada tanggal 1 September 2007 sebesar Rp. 170 juta dan 2 Agustus
2008 sebesar Rp. 200 juta. Uang tersebut dimaksudkan untuk membantu pengurusan pajak
pendirian pabrik garmen di Sukabumi. Namun setelah dicek, pemiliknya Mr Son, warga Korea,
tidak diketahui berada di mana. Uang tersebut masuk ke rekening Gayus H. Tambunan tetapi
ternyata Gayus tidak urus pajaknya. Uang tersebut tidak digunakan oleh Gayus dan tidak
dikembalikan kepada Mr. Son sehingga hanya diam di rekening Gayus. Berdasarkan penelitian
dan penyidikan, uang senilai Rp. 370 juta tersebut diketahui bukan merupakan korupsi dan
money laundring tetapi penggelapan pajak murni. Oleh karena itu, kebocoran APBN di sana sini
hampir dipastikan semakin besar ketimbang tahun-tahun sebelumnya. Sebab, semua sektor
rawan dikorupsi. Hanya, peluang beberapa pos anggaran lebih terbuka. Di antaranya, pos
penganggaran untuk bantuan sosial dan belanja modal seperti untuk pembangunan infrastruktur.
Mengacu pada sejumlah kasus korupsi yang bisa dibongkar, jika ditotal, kerugian negara
memang cukup besar. Sebut saja kasus Nazaruddin di wisma atlet yang merugikan negara
sekitar Rp25 miliar. Selain itu, kasus mafia pajak Gayus Tambunan yang merugikan keuangan
negara Rp25 miliar. Jadi, kejahatan anggaran yang belum terungkap itu sebenarnya masih sangat
banyak
Dari kasus diatas,kita dapat menjabarkan ciri ciri, jenis jenis, tipe tipe dan faktor
David M. Chalmer menguraikan pengertian korupsi dalam berbagai bidang, antara lain
menyangkut masalah penyuapan yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi dan
menyangkut bidang kepentingan umum
Syed H Menurut syed Hussein Alatas yaitu:
Tentang kasus gayus tambunan adalah Penipuan terhadap badan pemerintah, lembaga swasta,
atau masyarakat umumnya.Usaha untuk memperoleh keuntungan dengan mengatasnamakan
suatu lembaga tertentu seperti penipuan memperoleh hadiah undian dari suatu perusahaan,
padahal perusahaan yang sesungguhnya tidak menyelenggarakan undian
Dan dari kasus diatas juga terdapat jenis =jenisnya
Mercenery corruption, yakni jenis tindak pidana korupsi yang dimaksud untuk memperoleh
keuntungan pribadi melalui penyalahgunaan wewenang dan kekuasaan.
Yang termasuk dalam faktor faktor GONE Theory yang dikemukakan oleh Jack
Boulogne:

Greeds (keserakahan): berkaitan dengan adanya perilaku serakah yang secara potensial ada
di dalam diri setiap orang. keserakahan dan kerakusan para pelaku korupsi. Koruptor
adalah orang yang tidak puas akan keadaan dirinya

Você também pode gostar