Você está na página 1de 5

IPTEK: Integrasi sains dan agama

Sains dan agama merupakan dua entitas yang berbeda, namun keduanya sama-sama
memiliki peranan sangat penting dalam kehidupan manusia. Dengan lahirnya agama, menjadikan
umat manusia memiliki iman yang menjadikan hidupnya lebih terarah, berkat agama pula telah
menjadikan manusia lebih beretika, bermoral dan beradab. Sementara sains yang memberikan
banyak pengetahuan kepada manusia, dengan semakin berkembangnya sains akan memajukan
dunia dengan berbagai penemuan yang gemilang serta memberikan kemudahan fasilitas yang
sangat menunjang keberlangsungan hidup manusia.
Sains dan agama berbeda, karena mereka memiliki paradigma yang berbeda pula,
pengklasifikasian secara jelas antara sains dan agama menjadi suatu trend tersendiri di
masyarakat zaman renaissance dan trend ini menjadi dasar yang kuat hingga pada perkembangan
selanjutnya. Akibatnya, agama dan sains berjalan sendiri-sendiri dan tidak beriringan, maka tak
heran kalau kemudian terjadi pertempuran di antara keduanya. Sains menuduh agama
ketinggalan zaman, dan agama balik menyerang dengan mengatakan bahwa sains sebagai musuh
Tuhan.
Perbedaan karakteristik agama dan sains menurut (Sudjana, 2008:4-5) :

Karakteristik
N Sains Agama
Sumber
1 Akal, rasio, Royu Wahyu (Alquran
dan Hadist)
Obyek
2 fisik, sebab-akibat, makna (meaning),
kausalitas nilai (values), moral: baik-
buruk, pahala-dosa, surga-
neraka
Pertanyaan
3 how (bagaimana) why (mengapa)
Sifat
4 tertutup, terbuka,
menginformasikan, mengungkapkan,
menjelaskan mereformasi
Karakter
5 metrical, terukur dg
non-metrical
angka
Isi6 futuristiclogika,
iman, wahyu
teoretik, kaidah, predicable
Operasi
7 pengalaman, samina wa
empiric, instrumentatif athona, taken for granted
Keterlibatan
8 tidak, penonton terlibat, pelaku

Kaitannya dengan integrasi agama dan sains, yang dibutuhkan pendidikan Islam saat ini
adalah sistem pendidikan dengan sebutan Interdisplin Sains dalam Islam (Inter-discipline
Sciences in Islam). Paradigma integratif ini sudah waktunya dikembangkan dalam abad modern
ini sebagai proptotipe kebangkitan peradaban baru yang akan menggeser peradaban saat ini yang
menurut hemat penulis sudah diambang kebangkrutan dilihat dari berbagai indikator fisik dan
non-fisik. Dengan sistem pendidikan yang baru dimana kurikulum yang diajarkan merupakan
penyatuan utuh antara nilai wahyu dan sains. Maka diharapkan para alumni lembaga pendidikan
Islam mampu menjabarkan kaedah-kaedah sains dan agama dalam bentuk cara berfikir dan
tingkah laku (akhlaq) secara terpadu (integrated) dan menyeluruh (holistik) di masyarakat
sehingga dimasa depan terciptalah tatanan masyarakat yang lebih baik.
Dengan demikian, pendidikan Islam di masa mendatang harus memberi prioritas pada
materi pembelajaran yang akan membantu untuk menghasilkan ilmuan-ilmuan, teknolog-
teknolog, dan insinyur-insinyur, serta kelompok profesional lain, yang peran dan kontribusinya
sangat penting bagi kemajuan ekonomi. Tetapi hal juga berarti sebuah lembaga pendidikan Islam
tidak sekadar berkepentingan untuk menghasilkan sejenis ilmuan, teknolog, atau insinyur, yang
berbicara agama secara kualitatif, tidak berbeda dari mereka yang dihasilkan oleh kebanyakan
pendidikan umum. Tetapi, ia harus berkepentingan untuk mendidik ilmuan-ilmuan, insinyur-
insinyur, serta teknolog-teknolog jenis baru yang terinternalisasi di dalam dirinya kebijakan
dan pengetahuan, iman spiritual dan pikiran rasional, kreativitas dan wawasan moral, kekuatan
inovatif dan kebaikan etis, serta sensivitas ekologis berkembang sepenuhnya secara harmonis
tanpa meruntuhkan kemungkinan bagi mereka untuk mencapai keunggulan dan kegemilangan
dalam bidang dan spesialisasi masing-masing (Ahmad, 2001 http://blog.uin-
malang.ac.id/ahmadbarizi/2010/06/26/panduan-riset-integrasi-sains-dan-islam/).

Pemikiran tentang integrasi atau Islamisasi ilmu pengetahuan dewasa ini yang dilakukan
oleh kalangan intelektual muslim, tidak lepas dari kesadaran beragama. Secara totalitas ditengah
ramainya dunia global yang sarat dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan
sebuah konsep bahwa ummat Islam akan maju dapat menyusul menyamai orang-orang barat
apabila mampu menstransformasikan dan menyerap secara aktual terhadap ilmu pengetahuan
dalam rangka memahami wahyu, atau mampu memahami wahyu dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan.
Disamping itu terdapat asumsi bahwa ilmu pengetahuan yang berasal dari negara-negara
barat dianggap sebagai pengetahuan yang sekuler oleh karenanya ilmu tersebut harus ditolak,
atau minimal ilmu pengetahuan tersebut harus dimaknai dan diterjemahkan dengan pemahaman
secara Islami. Ilmu pengetahuan yang sesungguhnya merupakan hasil dari pembacaan manusia
terhadap ayat-ayat Allah swt, kehilangan dimensi spiritualitasnya, maka berkembangkanlah ilmu
atau sains yang tidak punya kaitan sama sekali dengan agama. Tidaklah mengherankan jika
kemudian ilmu dan teknologi yang seharusnya memberi manfaat yang sebanyak-banyaknya bagi
kehidupan manusia ternyata berubah menjadi alat yang digunakan untuk kepentingan sesaat yang
justru menjadi penyebab terjadinya malapetaka yang merugikan manusia.
Ilmu sains tergolong dalam kumpulan sains terapan yang dikaitkan dengan teori dan
dasar untuk menciptakan suatu hasil atau sesuatu yang dapat member manfaat kepada manusia.
Jelasnya sains merupakan pemahaman ilmu tentang fenomena fisik yang sesuai dengan
perspektif Islam yang digunakan di dalam teknologi dengan menggunakan kaidah yang paling
efisien dan tepat di dalam mengkaji ilmu pengetahuan.
Hal ini sejalan dengan pendapatnya Said, (2005: 67) sains adalah produk manusia seperti
halnya musik, film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya. Begitu mendengar suara alunan
musik, seseorang dapat langsung mengenali apakah ini tipe music keconcong, pop, dangdut, jaz
atau yang lainnya. Demikian pula melihat film, lukisan, bangunan dan lain sebagainya, bisa kita
identifikasi objek apa yang kita lihat.
Menurut Mahdi, (1989: 126) secara sederhana, sains dapat dikatakan sebagai produk
manusia dalam menyimak realitas. Terkait dengan pengertian ini, maka sains juga tidak menjadi
tunggal atau dengan kata lain akan ada lebih dari satu sains dan satu dengan yang lain dibedakan
pada apa makna relitas dan cara apa yang dapat diterima untuk mengetahui realitas tersebut.
Tujuan sains dalam perspektif agama adalah untuk mengetahui watak sejati segala sesuatu
sebagaimana yang telah diberikan tuhan dan memperlihatkan kesatuan hukum alam, hubungan
seluruh bagian dan aspeknya sebagai refleksi dari kesatuan prinsip ilahiah.
Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-quranul karim: Kami akan memperlihatkan
kepada mereka tanda-tanda kekuasaan kami dari segenap penjuru dan pada diri mereka sendiri
sehingga jelaslah bahwa Al-quran itu benar.. (QS Fussilat 41:53).
Disegenap penjuru itu artinya disemua bidang ilmu pengetahuan termasuk ilmu alam dan
ilmu eksakta dan masih banyak ayat-ayat al-quran yang mendorong manusia supaya berfikir dan
mengkaji serta memahami alam raya ini seperti:
maka apakah kamu tidak menggunakan akal? (QS. Al-anam 6 : 32)
maka apakah mereka tidak memikirkannya? (QS Yassin 36 : 68)
maka apakah kamu tidak memperhatikannya? (QS Al-Dhariyat 51: 21)
Maka mereka tidak memperhatikan Al-Quran? Kalau sekitranya Al-Quran bukan
dating dari Allah SWT tentulah mereka menemukan pertentangan yang banyak didalamnya.
(QS An-Nisa 4: 82)
Ditambah pula dengan hadist yang terkenal dari rasulullah saw ;
Belajar adalah suatu kewajiban atas setiap muslim, lelaki atau perempuan (HR Ibnu
Majah)
Tuntutlah ilmu sampai ke negeri Cina (HR Masyhut)
Barang siapa yang memudahkan jalan untuk mencari ilmu niscaya Allah akan
memudahkan jalannya ke Surga (HR Muslim)
barang siapa yang keluar untuk mencari ilmu ia berada di jalan Allah sehingga ia
kembali (HR At-Tirmidzi)
Berdasarkan Al-quran dan sunnah di atas memaparkan bahwa peradaban Islam harus
dibangun mulai dari individu-individu yang sadar akan eksistensinya sebagai manusia yang
memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang alam semesta, manusia dan kehidupan yang
sumber rujukannya berdasarkan Al-quran dan sunnah kemudian didukung oleh para intelektual
muslim yang telah paham dengan peradaban Islam modern dan tentunya Negara atau pemerintah
harus berperan penting di dalamnya atau bahkan harus memberikan hadiah (beasiswa) kepada
para ilmuan yang telah berhasil mendapatkan penemuan baru dibidangnya masing-masing seperti
peran pemerintah Unite State, Jerman, Rusia, China, Jepang dan Negara-negara maju lainnya
dalam mencetak para ilmuan yang menguasai bidangnya. Dan tentunya dalam membangun
peradaban islam modern di Indonesia, kita memiliki kelebihan tersendiri dibandingkan negara
nonmuslim lainnya karena kita sebagai umat muslim pernah memimpin dunia, bahkan konon
kota Bagdad dikenal dengan kota 1001 malam betapa indahnya Bagdad pada saat itu sehingga
barat belajar di dunia muslim.

Menurut Nata, dkk (2005: 53) menyatakan bahwa ilmu-ilmu itu hakekatnya berasal dari
Allah, karena sumber-sumber ilmu tersebut berupa wahyu, alam jagat raya (termasuk hukum-
hukum di dalamnya), manusia dengan perilakunya, akal pikiran dan intuisi batin seluruhnya
ciptaan dan anugerah Allah yang diberikan kepada manusia. Dengan demikian, para ilmuan
dalam berbagai bidang ilmu tersebut bukan pencitpa ilmu tapi penemu ilmu, penciptanya adalah
Tuhan. Manusia hanya melakukan percobaan dari apa yang ada pada rasa ingin tahu manusia.
Skema ilmu berasal dari Allah SWT
Menurut skema di atas, menyatakan bahwa segala ilmu yang ada di dunia ini merupakan
ciptaan dari Allah. Baik ilmu agama maupun ilmu umum yang berasal dari Al-quran dan Sunnah
berasal dari Allah SWT. Di ciptakannya ilmu tersebut tidak lain hanya untuk kemaslahatan umat
manusia agar manusia dapat hidup sejahtera dalam menjalankan segala aktivitasnya untuk
beribadah.
Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam kajian keilmuan pembagian
adanya ilmu agama dengan sains adalah kesimpulan manusia yang mengidentifikasikan ilmu
berdasarkan objek kajian akan tetapi semua ilmu itu berasal dari Tuhan pencipta semesta
Alam. Begitu pula dengan sains dan teknologi tidak pernah bertentangan dengan ajaran islam.
Itu sebabnya ilmuan muslim pada saat itu menggali inspirasinya berdasarkan Al-quran dan
sunnah Rasul saw.
Perkembangan sains menyebabkan umat islam lebih memahami dan meyakini akan
keagungan Allah swt karena semakin banyak kita menemukan pengetahuan baru maka semakin
kita merasa bahwa ilmu yang kita miliki masih sedikit dibandingan dengan ilmu Allah sehingga
bertambahlah keyakinan kita akan keagungan Allah tuhan semesta alam. Sementara jika
teknologi yang mementingkan kehidupan materelistik dan keduniaan semata tanpa dilandasi
dengan keimanan kepada Allah swt sebenarnya tidak akan memberikan manfaat kepada manusia,
malahan akan menimbulkan mudharat dan kebinasaan bagi manusia itu sendiri.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa:


1. Sains adalah Ilmu pengetahuan di pakai sebagai kata kolektif untuk menunjukan
bermacam-macam pengetahuan dan sistematik dan objektif serta dapat di teliti kebenarannya,
dapat digambarkan bahwa pengetahuan dimulai dengan rasa ingin tahu dan merupakan hasil
proses dari usaha manusia, Beranjak dari pada pengetahuan adalah kebenaran, dan kebenaran
adalah pengetahuan, maka di dalam kehidupannya manusia dapat memiliki berbagai
pengetahuan dan kebenaran.
2. Bagi kalangan Kristen kontemporer, pendekatan integrasi dipopulerkan oleh Ian
G. Barbour, yang menyebut salah satu dari empat tipologi hubungan sains-agama dengan
integrasi. Teolog-cum-fisikawan Kristen ini dianggap sebagai salah seorang peletak dasar
wacana agama dan sains yang berkembang di Barat, tetapi pengaruhnya telah menyebar berkat
penerjemahan buku-bukunya, termasuk di Indonesia. berbagai prestasi temuan di bidang iptek
tingkat dunia, khususnya sejak abad renaissance, hampir semuanya didominasi oleh para
ilmuwan Barat.
3. Dipilihnya pendekatan JAS sebagai pendekatan pembelajaran yang dianggap mampu
menciptakan siswa yang produktif dan inovatif adalah, Suatu pendekatan pembelajaran yang
tidak mengharuskan siswa menghafal fakta-fakta, tetapi dapat mendorong siswa
mengkonstruksikan fakta-fakta pengetahuan yang dia peroleh berdasarkan konsep atau prinsip
Biologi melalui proses eksplorasi dan investigasi, Pendekatan pembelajaran JAS mengutamakan
siswa belajar dari mengalami dan menemukan sendiri dengan memanfaatkan lingkungan fisik,
sosial dan budaya yang ada disekitarnya.
4. Dalam pelaksanaannya integrasi pendidikan agama islam dengan sains dan teknologi
menemui beberapa permasalahan antara lain; kualitas sumber daya manusia (sdm) umat islam,
keterbatasan sarana dan prasarana serta sumber bacaan materi keagamaan terutama yang
berkaitan dengan sains, sistem dan metode pendidikan yang diterapkan dalam proses
kependidikan Islam masih belum seluruhnya mengintegrasikan sains dan teknologi, sejauh ini
Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada peserta didik dianggap belum mampu
mengantisipasi dampak-dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi, dan belum
seluruhnya Guru Agama Islam memiliki kompetensi menjadi guru agama sebagai hasil (produk)
lembaga pendidikan profesional keguruan.
5. Perkembangan sains menyebabkan umat islam lebih memahami dan meyakini akan
keagungan Allah swt karena semakin banyak kita menemukan pengetahuan baru maka semakin
kita merasa bahwa ilmu yang kita miliki masih sedikit dibandingan dengan ilmu Allah sehingga
bertambahlah keyakinan kita akan keagungan Allah tuhan semesta alam.
Diposkan oleh Silviani Nur Azizah di 06.22
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Você também pode gostar