Você está na página 1de 14

PEMBELAJARAN MENGIDENTIFIKASI KONJUNGSI TEMPORAL

SEBAGAI SARANA PEMBENTUK KOHERENSI KALIMAT DALAM


TEKS PROSEDUR KOMPLEKS DENGAN MENGGUNAKAN METODE
DISCOVERY LEARNING PADA SISWA KELAS X MIA-5 SMAN 1
SOREANG
TAHUN PELAJARAN 2014/2015

oleh
Fitri Rizkia Azizah

Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia dan Daerah,


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Pasundan

Pembelajaran Bahasa Indonesia di sekolah sangat penting. Guru harus memiliki


strategi mengajar yang sesuai dan kreatif, misalnya dengan menggunakan metode
discovery learning. Oleh karena itu, penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana pembentuk koherensi
kalimat dalam teks prosedur kompleks dengan menggunnakan metode discovery
learning. Permasalahan yang penulis rumuskan adalah: (1) Apakah penulis
mampu melaksanakan pembelajaran mengidentifikasi konjungsi temporal untuk
membentuk koherensi kalimat dalam teks prosedur kompleks pada siswa kelas X
Mia 5 SMAN 1 Soreang dengan menggunakan metode discovery learning? (2)
Bagaimanakah kemampuan siswa kelas X Mia 5 SMAN 1 Soreang mengikuti
pembelajaran mengidentifikasi konjungsi temporal untuk membentuk koherensi
kalimat dalam teks prosedur kompleks dengan metode discovery learning? (3)
Efektifkah metode discovery learning digunakan untuk mengidentifikasi
konjungsi temporal dalam teks prosedur kompleks?
Hipotesis yang penulis rumuskan adalah: (1) Penulis mampu melaksanakan
kegiatan pembelajaran mengidentifikasi Konjungsi temporal sebagai sarana
pembentuk koherensi kalimat dalam teks prosedur kompleks dengan
menggunakan metode discovery learning pada siswa kelas X SMAN 1 Soreang.
(2) Siswa kelas X mampu mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana
pembentuk koherensi kalimat dengan menggunakan metode discovery leraning.
(3) Metode discovery learning efektif digunakan dalam pembelajaran
mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana pembentuk koherensi kalimat
dalam teks prosedur kompleks terhadap siswa kelas X SMAN 1 Soreang.
penulis dapat mengambil simpulan sebagai berikut.
1. Penulis mampu melaksanakan pembelajaran mengidentifikasi konjungsi
temporal dalam teks prosedur kompleks dengan metode discovery
learning pada siswa kelas X SMAN 1 Soreang. Hal ini terbukti
berdasarkan hasil penilaian perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran
oleh guru bahasa sastra Indonesia dengan nilai 3,81. Jadi, dalam hal ini
penulis berhasil mengadakan penelitian tentang pembelajaran
mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana pembentuk koherensi
kalimat dalam teks prosedur kompleks pada siswa kelas X SMAN 1
Soreang.
2. Siswa kelas X MIA 5 SMAN 1 Soreang, mampu melaksanakan
pembelajaran mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana
pembentuk koherensi kalimat dalam teks prosedur kompleks denagn
metode discovery learning. Hal ini terbukti dari nilai rata-rata prates dan
pascates. Nilai rata-rata prates yaitu 3,42 dan nilai rata-rata pascates yaitu
8,87 selisih nilai rata-rata prates dan pasca tes yaitu 5,4 atau 21,6%. hasil
ini membuktikan bahwa kemampuan pembelajaran mengidentifikasi
konjungsi temporal sebagai sarana pembentuk koherensi kalimat dalam
teks prosedur kompleks dengan metode discovery learning pada siswa
kelas X SMAN 1 Soreang mengalami peningkatan.
3. Metode discovery learning tepat digunakan dalam pembelajaran
mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana pembentuk koherensi
kalimat pada siswa kelas X MIA5 Hal ini terbukti dari hasil perhitungan
statistik dengan hasil thitung t tabel yaitu 6,81 2,6 pada tingkat
kepercayaan 95%. Dengan demikian, penulis menyimpulkan bahwa
pembelajaran mengidentifikasi konjungsi temporal sebagai sarana
pembentuk koherensi kalimat pada siswa kelas X MIA 5 berhasil dengan
baik.
Kata kunci: Pembelajaran, Mengidentifikasi konjungsi temporal , Discovery
Learning.

Pendahuluan
Salah satu keterampilan berbahasa http://burahkencana.blogspot.com/20
yaitu membaca, Tarigan (2008:7) 13/11/problematika-minat-baca-
mengatakan bahwa membaca anak-didik-pada.html menyatakan
merupakan suatu proses yang sebagai berikut, Kemampuan dan
dilakukan serta dipergunakan oleh kemauan membaca akan
pembaca untuk memperoleh pesan, mempengaruhi pengetahuan dan
yang hendak disampaikan oleh keterampilan (skill) seseorang.
penulis melalui media kata-kata atau Semakin banyak membaca dapat
bahasa tulis. Suatu proses yang dipastikan seseorang akan semakin
menuntut agar kelompok kata yang banyak tahu dan banyak bisa, artinya
merupakan suatu kesatuan akan banyaknya pengetahuan seseorang
terlihat dalam suatu pandangan akan membantu dirinya dalam
sekilas dan makna kata-kata secara melakukan banyak hal yang
individual hakan dapat diketahui. sebelumnya tidak dikuasainya,
Kalau hal ini tidak terpenuhi, pesan sehingga seseorang yang banyak
yang tersurat dan tersirat tidak akan membaca memiliki kualitas yang
tertangkap atau dipahami, dan proses lebih dari orang yang sedikit
membaca itu tidak terlaksana dengan membaca. sejauh ini pengajaran
baik. dalam membaca didunia pendidikan
Kusnadi, (2013) dalam laman masih saja belum ada suatu
webnya yang diakses oleh penulis perubahan yang nyata dan signifikan
pada tanggal 23 April dari: dalam penerapannya dalam
pembelajaran pada tiap tingkatan Keterampilan berbahasa
jenjang pendidikan. pendidikan yang Indonesia telah tertuang dan
mengajarkan tentang pembelajaran dijabarkan dalam sebuah kurikulum.
membaca dalam bahasa Indonesia Seiring dengan perkembangan zaman
merupakan suatu hal yang masih dan perkembangan tekhnologi, pada
sangat langka. Selama ini, salah satu tahun 2013 pemerintah telah
problematika yang terjadi dalam memberlakukan penggunaan
kegiatan membaca salah satunya kurikulum 2013 sebagai
disebabkan oleh pembaca itu sendiri, penyempurna kurikulum KTSP, yang
yaitu tidak dimilikinya minat. pada saat itu masih digunakan dan
kemudian diganti oleh kurikulum
Banyak hal yang mempengaruhi 2013.
kegagalan seseorang dalam Pada penelitian ini, penulis
membaca, termasuk kegagalan memilih judul mengidentifikasi dan
membaca yang sering dialami oleh teks yang akan diidentifikasi adalah
siswa di sekolah. Julianti, dkk. teks prosedur kompleks. Kegiatan
(2012) dalam laman webnya yang pembelajaran megidentifikasi
diakses oleh penulis pada tanggal 11 sangatlah berkaitan erat dengan
April 2015 dari: kegiatan membaca. Oleh karena itu,
http://jalboeghiz.blogspot.com//2012/ agar kita mampu melakukan kegiatan
12-problematika-dalam-pembela- mengidentifikasi kita perlu berkon-
jaran.html menyatakan, bahwa sentrasi penuh agar dapat memahami
motivassi siswa untuk membaca isi teks yang kita baca.
masih kurang, kemampuan siswa Berdasarkan latar belakang di
memahami wacana sangatlah rendah. atas, penulis tertarik mengadakan
Siswa masih kurang mampu penelitian berjudul Pembelajaran
menentukan informasi global, Mengidentifikasi Konjungsi
informasi selektif dan informasi rinci Temporal sebagai Sarana Pembentuk
yng terdapat dalam wacana dan Koherensi Kalimat dalam Teks
memaknai kosakata dalam kalimat Prosedur Kompleks pada Siswa
meskipun telah mengalami proses Kelas X Mia 5 SMAN 1 Soreang
pembelajaran dengan menggunakan dengan Menggunakan Metode
alokasi waktu yang maksimal. Discovery Learning.
Kajian Teori pokok, dan merupakan satu bagian
A. Pengertian Membaca atau komponen dari komunikasi
tulisan
Tarigan (2008: 7) menyatakan, Berdasarkan uraian di atas,
bahwa membaca adalah suatu proses Penulis menarik kesimpulan
yang dilakukan serta dipergunakan membaca adalah suatu proses yang
oleh pembaca untuk memperoleh dilakukan oleh pembaca untuk
pesan yang hendak disampaikan oleh memperoleh pesan. Membaca
penulis melalui media atau kata- merupakan satu bagian atau
kata/bahasa tulis. komponen dari komunikasi tulisan.
Ditambahkan Tampubolon
(2008:5), bahwa membaca adalah
satu dari empat kemampuan bahasa
Tujuan Membaca Pengertian Konjungsi Temporal
secara umum bahwa tujuan Konjungsi temporal atau biasa
membaca adalah mendapatkan infor- disebut juga sebagai konjungsi yang
masi, memperoleh pemahaman, mem- menyatakan pengurutan waktu.
peroleh kesenangan. Menurut Chaer (2009:92), konjungsi
Nurhadi (2008:11), menyebutkan pengurutan adalah konjungsi yang
bahwa tujuan membaca yaitu sebagai digunakan untuk menghubungkan
berikut. klausa dengan klausa dalam urutan
a. Mendapat alat atau cara beberapa kejadian atau peristiwa
praktis mengatasi masalah. secara kronologis. Yang termasuk
b. Memperkuat nilai pribadi atau konjungsi pengurutan ini adalah kata-
keyakinan. kata sesudah, sebelum, lalu, mula-
c. Menghindarkan diri dari mula, kemudian, selanjutnya, setelah
kesulitan, ketakutan, atau itu, atau kata-kata pertama, kedua,
penyakit tertentu. ketiga, dan seterusnya.konjungsi
pengurutan ini bisa digunakan satu,
Tujuan membaca akan dua, tiga, atau beberapa sekaligus
mempengaruhi pemerolehan tergantung pada jumlah klausa yang
pemahaman bacaan. Hal ini dapat membentuk kalimat itu. Bagaimana
diartikan bahwa semakin kuat tujuan penggunaannya simak contoh-contoh
seseorang dalam membaca, maka berikut.
semakin tinggi pula kemampuan 1) Sebelum makan, dia mencuci
orang itu dalam memahami tangan dulu.
bacaannya. 2) Mula-mula kami dipersilakan
masuk, lalu dipersilakan nya
B. Konjungsi Temporal
Pengertian Konjungsi C. Koherensi
Menurut Bagus, (2010:62) Pengertian Koherensi
konjungsi adalah kategori yang Menurut (Zaimar:2011:89),
berfungsi untuk meluaskan satuan Koherensi adalah keterkaitan antara
yang lain dalam kontruksi hipotaksis unsur-unsur teks, misalnya susunan
dan selalu menghubungkan dua konsep atau gagasan yang terdapat
satuan lain atau lebih dalam dalam sebuah teks, dan berkat
kontruksi. hubungan-hubungan yang menggaris
Ditambahkan Chaer (2009:81), bawahi hal tersebut, isi teks dapat
bahwa konjungsi adalah kategori dipahami dan relevan. Pemaha-
yang menghubungkan kata, klausa mannya tergantung dari kondisi
dengan klausa, atau kalimat dengan interpretasi serangkaian ujaran
kalimat; bisa juga antara paragraf menurut konteksnya, karena itu,
dengan paragraf. Konjungsi dapat koherensi tidak secara otomatis
disebut kata hubung atau kata tunduk pada lingkup linguistik
sambung dalam sebuah kalimat. tekstual. Hanya penerimalah yang
Sebuah kalimat yang dihubungkan dapat menilai kesesuaiannya dengan
dengan menggunakan kata konjungsi situasi komunikasi. Contoh kalimat
maka kalimat tersebut adalah kalimat yang koherensi dan yang tidak
majemuk. koheren:
1) Bu Mira pergi ke pasar koherensinya tidak baik. koherensi
bersama putrinya tadi pagi. Di dapat dikatakan rusak apabila:
sana, ia kehilangan a. Koherensi rusak karena
dompetnya. tempat kata dalam kalimat
2) Bu mira pergi ke pasar tidak sesuai dengan pola
membeli buah-buahan. kalimat.
Pemain bulu tangkisnya hebat b. Kepaduan sebuah kalimat
pula. akan rusak pula karena salah
Contoh yang ke-1 merupakan teks mempergunakan kata-kata
yang koheren, karena tampak depan, kata penghubung, dan
hubungan antar konsep, atau gagasan sebagainya.
yang terdapat di dalamnya konsisten,
sehingga dapat dipahami. Sebaliknya, D. Teks Prosedur Kompleks
di dalam teks yang kedua, tidak Pengertian Teks Prosedur
tampak adanya konsisten pikiran, Kompleks
tidak ada hubungan antara gagasan Menurut Kosasih (2014:67),
yang satu dengan yang lain. Dengan teks prosedur kompleks merupakan
demikian, teks ini tidak koheren. teks yang menjelaskan langkah-
Ditambahkan Keraf (1994: 38), langkah secara lengkap, jelas, dan
bahwa yang dimaksud dengan terperinci tentang cara melakukan
koherensi atau kepaduan yang baik sesuatu.
dan kompak adalah hubungan timbal Ditambahkan Mulyadi dan
balik yang baik dan jelas antara Danaira (2014:159), bahwa prosedur
unsur-unsur (kata atau kelompok kompleks merupakan teks yang berisi
kata) yang membentuk kalimat itu. petunjuk dan langkah-langkah
Bagaimana hubungan subyek dan melakukan sesuatu kegiatan.
predikat, hubungan predikat dan E. Metode Discovery Learning
obyek, serta keterangan keterangan Pengertian Metode Discovery
lain yang menjelaskan tiap-tiap unsur Learning
tadi. Menurut Roestiyah (2012:20),
Ditambahkan Keraf (1994: 39), Metode discovery learning adalah
bahwa Sebagai sudah dikatakan di teori belajar yang didefinisikan
atas, bilamana gagasan yang tidak sebagai proses pembelajaran yang
berhubungan satu sama lain terjadi jika peserta didik tidak
disatukan, maka selain merusak disajikan dengan pelajaran dalam
kesatuan pikiran, juga akan merusak bentuk finalnya, tetapi diharapkan
koherensi kalimat yang bersangkutan. siswa mengorganisasinya sendiri.
Dalam kesatuan pikiran lebih Sebagai strategi belajar,
ditekankan adanya isi pikiran, discovery learning mempunyai
sedangkan dalam koherensi lebih prinsip yang sama dengan inkuiri
ditekankan segi struktur, atau (inquiry) dan problem solving. Tidak
interrelasi antara kata-kata yang ada perbedaan yang prinsip pada
menduduki sebuah tugas dalam ketiga istilah ini, Pada discovery
kalimat. sebab itu bisa terjadi bahwa masalah yang dihadapkan kepada
sebuah kalimat dapat mengandung siswa masalahnya direkayasa oleh
sebuah kestuan pikiran namun guru.
Kerangka Pemikiran tanpa adanya kelompok control dan
Kerangka pemikiran dalam pembanding.
suatu penelitian adalah proses Penelitian metode ini disesuaikan
tingkat keberhasilan dengan tujuan yang hendak dicapai,
pembelajaran. Selain itu, dalam yaitu menguji penggunaaan metode
kerangka pemikiran juga discovery learning dalam
membahas permasalahan- pembelajaran mengidentifikasi
permasalahan yang dihadapi konjungsi temporal sebagai sarana
oleh penulis dan juga oleh siswa. pembentuk koherensi kalimat disatu
Permasalahan yang dihadapi kelas atau dengan kata lain untuk
oleh penulis yaitu masih banyak melihat dari akibat dari suatu
siswa yang menganggap bahwa perlakuan. Senada dengan pendapat
kegiatan mengidentifikasi Sugiyono (2013:74), bahwa, hasil
merupakan suatu kegiatan yang perlakuan dapat diketahui lebih
rumit dan tidak menyenangkan. akurat, karena dapat membandingkan
Hal tersebut dikarenakan dengan keadaaan sebelum diberi
kurangnya minat membaca pada perlakuan.
siswa.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Metode Penelitian Berdasarkan semua data-data yang
Metode Penelitian merupakan diperoleh, maka penulis telah
cara utama yang dipergunakan untuk mendapatkan jawaban dari hipotesis
mencapai tujuan. Menurut Sugiyono yang penulis buat sebelum penelitian
(2013:3), metode penelitian diartikan dilaksanakan, yakni sebagai berikut:
sebagai cara ilmiah untuk 1) penulis mampu melaksanakan
mendapatkan data dengan tujuan dan pembelajaran
kegunaan tertentu. mengidentifikasi konjungsi
Ditambahkan Sugiyono (2013: temporal sebagai sarana
74), bahwa, metode penelitian yang pembentuk koherensi kalimat
digunakan oleh penulis dalanm dalam teks prosedur kompleks
penelitian ini adalah metode dengan menggunakan metode
penelitian one-goup pretest-postest discovery learning tahun
design. one-goup pretest-postest ajaran 2014/2015.
design ini termasuk kedalam jenis
metode penelitian pre-experi-mental 2) siswa kelas X SMAN 1
designs (nondesign). Soreang tahun pelajaran
pre-experimental designs 2014/2015 mampu
(nondesign) desain yang belum mengidentifikasi konjungsi
merupakan eksperimen sungguh- temporal sebagai sarana
sungguh, karenha masih terdapat pembentuk koherensi kalimat
variabel luar yang ikut berpengaruh dalam teks prosedur kompleks
terhadap terbentuknya variabel dengan menggunakan metode
dependen, metode penelitian one discovery learning.
group pretest-postest design ini
3) metode discovery learning
dilakukan terhadap satu kelompok
efektif dalam pembelajaran
mengidentifikasi konjungsi
temporal sebagai sarana sebesar 5,4 atau setara dengan
pembentuk koherensi kalimat 21,6%. Berdasarkan hal
dalam teks prosedur kompleks tersebut, Siswa Kelas X MIA
dengan menggunakan metode 5 SMAN 1 Soreang tahun
discovery learning pada siswa pelajaran 2014/2015 mampu
kelas X SMAN 1 Soreang pembelajaran
tahun ajaran 2014/2015. mengidentifikasi konjungsi
Berdasarkan hasil analisis yang temporal sebagai sarana
penulis laksanakan, maka hipotesis pembentuk koherensi kalimat
yang diajukan sebagai berikut. dalam teks prosedur kompleks
a. Hipotesis pertama diterima. dengan menggunakan metode
Hal ini dapat dibuktikan pada discovery learning.
hasil penilaian guru Bahasa c. Hipotesis ketiga diterima. Hal
Indonesia mengenai persiapan ini dapat dibuktikan dengan
dan pelaksanaan pembelajaran hasil uji statistik thitung>ttabel,
pada siswa kelas X MIA 5 yakni 6,81 > 2,06 dalam
SMAN 1 Soreang tahun tingkatan kepercayaan 95%
pelajaran 2014/2015, penulis dengan taraf signifikan 5%
mendapatkan nilai rata-rata dan derajat kebebasan 24.
untuk persiapan dan Dengan demikian metode
pelaksanaan pembelajaran discovery learning efektif
sebesar 3,81 dengan kategori digunakan dalam
amat baik. Hal tersebut pembelajaran
membuktikan bahwa penulis mengidentifikasi konjungsi
mampu merencanakan dan temporal sebagai Sarana
melaksanakan pembelajaran pembentuk koherensi kalimat
mengidentifikasi konjungsi dalam teks prosedur kompleks
temporal sebagai Sarana Siswa Kelas X MIA 5 SMAN
pembentuk koherensi kalimat 1 Soreang tahun pelajaran
dalam teks prosedur kompleks 2014/2015.
dengan menggunakan metode Demikian hasil evaluasi yang
discovery learning pada Siswa telah penulis analisis. Berdasarkan
Kelas X MIA 5 SMAN 1 data tersebut, dapat disimpulkan
Soreang tahun ajaran bahwa ketiga hipotesis yang penulis
2014/2015 tahun ajaran ajukan dapat diterima.
2014/2015.
b. Hipotesis kedua dapat A. Analisis Data Hasil Pretes
diterima. Hal tersebut
dibuktikan dengan hasil nilai Na Sko
prates dengan rata-rata sebesar N ma r Nilai
Nilai
3,42 dan hasil pascates dengan o Sisw Soa Akhir
rata-rata sebesar 8,87. a l
Perbedaan ini menunjukkan
1 1-X 6 24 2,4
selisih 5,4, sehingga
menghasilkan peningkatan 2 2-X 9 36 3,6
dari prates dan pascates
3 3-X 5 20 2,0 2 22- 36 3,6
2 X 9
4 4-X 7 24 2,4
2 23- 36 3,6
5 5-X 11 44 4,4 3 X 9
6 6-X 8 32 3,2 2 24- 48 4,8
4 X 12
7 7-X 3 12 1,2
2 25- 40 4,0
8 8-X 11 44 4,4
5 X 10
9 9-X 11 44 4,4 JUMLAH 8 85
1 10- 36 3,6 KESELURUHAN 5 ,6
0 X 10 6
RATA-RATA 34,24 3,42
1 11- 28 2,8
1 X 7
Melihat data prates, dapat
1 12- 24 2,4 diketahui bahwa siswa kesulitan
2 X 7 dalam mengidentifikasi Konjungsi
Temporal sebagai sarana pembentuk
1 13- 28 2,8 koherensi kalimat dalam teks
3 X 7 prosedur kompleks. Penulis
menyiapkan instrumen penilaian
1 14- 44 4,4 dalam mengidentifikasi Konjungsi
4 X 11 Temporal sebagai sarana pembentuk
koherensi kalimat dalam teks
1 15- 36 3,6
prosedur kompleks berupa soal
5 X 9
pilihan ganda sebanyak 25 soal.
1 16- 44 4,4 Kriteria penilaian yang digunakan
6 X 11 adalah jika menjawab benar
mendapatkan skor 1, jika menjawab
1 17- 28 2,8 salah mendapatkan skor 0.
7 X 7 Berdasarkan data di atas, diperoleh
nilai rata-rata prates sebagai berikut.
1 18- 32 3,2 Rata-rata Prates = Jumlah
8 X 8 Nilai Keseluruhan
1 19- 28 2,8
Jumlah Siswa
9 X 7
= 85,6
2 20- 40 4,0 25
0 X 10

2 21- 48 4,8 = 3,4


1 X 12
B.Analisis Data Hasil Pascates 18- 96 9,6
18 23
Y
Na Sk 19- 86 8,6
19
ma or Nilai Y
No Nilai
Sisw So Akhir
a al 20- 88 8,8
20 22
Y
1 1-Y 21 84 8,4
21- 80 8,0
21 20
2 2-Y 25 100 10 Y
3 3-Y 23 96 9,6 22- 96 9,6
22 23
Y
4 4-Y 25 100 10
23- 84 8,4
5 5-Y 23 96 9,6 23 21
Y
6 6-Y 17 72 7,2 24- 100 10
24 25
Y
7 7-Y 19 76 7,6
25- 80 8,0
8 8-Y 21 84 8,4 25 20
Y
9 9-Y 21 84 8,4
JUMLAH 2218 22
10- 92 9,2 KESELURUH 1,
10 22 AN 8
Y
RATA-RATA 88,7 8,
11- 96 9,6 2 87
11 23
Y
Setelah data diurutkan, dapat
12- 68 6,8 diketahui nilai terendah dan tertinggi
12 16
Y dan terlihat adanya peningkatan
dalam menganalisis nilai-nilai dalam
13- 100 10 cerpen setelah diberikan materi oleh
13 25
Y penulis. Berdasarkan data di atas,
14- 84 8,4 diperoleh nilai rata-rata pascates
14 21 sebagai berikut.
Y
Rata-rata Pascates = Jumlah
15- 88 8,8 Nilai Keseluruhan
15 22
Y
Jumlah Siswa
16- 92 9,2 = 221,8
16 22
Y 25
= 8,8
17- 96 9,6
17 23
Y
C. Analisis Hasil Pembelajaran ()2
Menghitung Mean dari Selisih 2 = 2

2
Mean Hasil Prates dan Pascates ()
2 = 2
(Md)
Mean dari Selisih Mean Hasil (136,2)2
2 = 779,69
Prates dan Pascates (Md) 25
pembelajaran Mengidentifikasi 18550,44
2 = 779,69
Konjungsi Temporal sebagai Sarana 25
Pembentuk Koherensi Kalimat dalam 2 = 779,69 742,01
Teks Prosedur Kompleks dengan 2 = 37,68
Menggunakan Metode Discovery b. Menghitung Koefisien
Learning pada siswa kelas X MIA 5 Menghitung koefisien dari
SMAN 1 Soreang tahun ajaran pembelajaran Mengidentifikasi
2014/2015, dapat dihitung dengan Konjungsi Temporal sebagai Sarana
rumus sebagai berikut. Pembentuk Koherensi Kalimat dalam
Teks Prosedur Kompleks dengan
= Menggunakan Metode Discovery

Keterangan: Learning pada siswa kelas X MIA 5
Keterangan: SMAN 1 Soreang tahun ajaran
Md = Mean dari deviasi Hasil Prates 2014/2015, dapat dihitung dengan
dan Pascates rumus sebagai berikut.
= Jumlah selisih dari Mean Hasil
=
Prates dan Pascates 2
= Jumlah Siswa
( 1)
Mean dari deviasi Hasil Prates dan Keterangan:
Pascates (MD): t = Koefisien
= 136,2 Md = Mean dari deviasi antara prates
= 25 dan pascates
N = Jumlah Siswa
=
Koefisien:
136,2 5,4
= ,
25
= 5,4 atau 5 (dibulatkan) 37,68

25(25 1)
a. Menghitung Jumlah Kuadrat 5,4
=
Deviasi 37,68
Jumlah Kuadrat Deviasi dari
25(24)
pembelajaran Mengidentifikasi Kon- 5,4
jungsi Temporal sebagai Sarana =
Pembentuk Koherensi Kalimat dalam 37,68
600
Teks Prosedur Kompleks dengan 5,4
Menggunakan Metode Discovery =
Learning pada siswa kelas X MIA 5 0,628
5,4
SMAN 1 Soreang tahun ajaran = 0,792 = 6,81 thitung
2014/2015, dapat dihitung dengan
rumus sebagai berikut.
c. Menghitung Nilai pada Tabel mengidentifikasi konjungsi
dengan Taraf Signifikan 5% temporal sebagai sarana
pada Tingkat Kepercayaan pembentuk koherensi kalimat
95% Terlebih Dahulu dalam teks prosedur kompleks
Menetapkan Derajat db dengan menggunakan metode
(derajat kebebasan) discovery learning . adapun
Penulis menghitung nilai pada hasil penilaian perencanaan
tabel dengan taraf signifikan 5% pada dan pelaksanaan pembelajaran
tingkat kepercayaan 95% terlebih penulis yaitu 3,81 Dengan
dahulu, kemudian menetapkan derajat kategori nilai (A). Sesuai
d.b (derajat kebebasan) sebagai dengan kategori penilaian
berikut. yang telah ditetapkan, maka
1 pelaksanaan pembelajaran
t tabel = (1 ) (. ) yang telah dilaksanakn penulis
2
dapat dinayatakan baik.
d.b = N 1 artinya penulis berhasil
= 25 1 melaksanakan pembelajaran
= 24 mengidentifikasi konjungsi
Taraf signifikan ( a ) 5% = 0,05 temporal sebagai sarana
Taraf kepercayaan 95% = 0,95 pembentuk koherensi kalimat
1 dalam teks prosedur kompleks
t tabel = (1 ) (. )
2 dengan menggunakan metode
= (1- 0,05) (24) discovery learning.
= (1- 0,025) (24) b. Siswa kelas X SMAN 1
= (0,975) (24) Soreang mampu
= 2,06 mengidentifikasi konjungsi
temporal sebagai sarana
Simpulan dan Saran pembentuk koherensi kalimat
A. Simpulan dalam teks prosedur
Pada bab ini penulis akan kompleks dengan
mengemukakan beberapa kseimpulan menggunakan metode
berkaitan dengan penelitian yang discovery learning. Hal ini
telah dilakukan. Adapun kesimpulan- terbukti dengan adanya
nya sebagai berikut. perbedaan nilai rata-rata
a. Penilaian perencanaan dan prates dan pascatest, yaitu
pelaksanaan pembelajaran nilai rata-rata prates sebesar
mengidentifikasi konjungsi 3,42, sedangkan nilai rata-rata
temporal sebagai sarana pascates sebesar 8,87 jadi,
pembentuk koherensi kalimat selisih nilai rata-rata prates
dalam teks prosedur kompleks dan pascates sebesar 5,4 atau
dengan menggunakan meto-de 21,6% hasil ini membuktian
discovery learning pada siswa bahwa kemampuan siswa
kelas X SMAN 1 Soreang. kelas X SMAN 1 Soreang
Hal ini terbukti berdasarkan dalam mengidentifikasi
hasil penelitian dan konjungsi temporal sebagai
pelaksanaan pembelajaran sarana pembentuk koherensi
kalimat dalam teks prosedur discovery learning
kompleks mengalami menunjukkan berhasil.
peningkatan.
c. Metode discovery learning B. Saran
tepat digunakan untuk Saran
pembelajaran Berdasarkan hasil peneli-
mengidentifikasi konjungsi tian, ada saran yang disam-
temporal sebagai sarana paikan oleh penulis. Saran-
pembentuk koherensi kalimat saran ini diharapkan dapat
dalam teks prosedur kompleks bermanfaat bagi keberhasilan
pada siswa kelas X SMAN 1 pembelajaran
Soreang. Hal ini terbukti mengidentifikasi konjungsi
dengan adanya peningkatan temporal sebagai sarana
hasil prates dan pascates pembentuk koherensi kalimat
diperoleh siswa sebelum dan dalam teks prosedur kompleks
sesudah menggunakan metode dengan menggunakan metode
discovery learning. Sebelum discovery learning. Selain itu,
menggunakan metode dapat membantu para guru
discovery learning nilai rata- untuk meningkatkan kualitas
rata prates sebesar 3,42 pembelajaran siswa dalam
sedangkan setelah mengguna- mengidentifikasi konjungsi
kan metode discovery temporal sebagai sarana
learning hasil yang diperoleh pembentuk koherensi kalimat
pada pascates nilai rata- dalam teks prosedur
ratanya 8,87 berdasarkan uji kompleks. Adapun saran-
thitung t tabel yaitu 6,81 2,06 saran yang penulis ajukan
pada tingkat kepercayaan 95% sebagai berikut.
. hasil thitung lebih besar a. dalam pembelajaran
daripada ttable menunjukkan mengidentifikasi
bahwa metode discovery konjungsi temporal
learning dianggap tepat sebagai sarana pembentuk
diterapkan pada pembelajaran koherensi kalimat dalam
mengidentifikasi konjungsi teks prosedur kompleks
temporal sebagai sarana dengan menggunakan
pembentuk koherensi kalimat metode discovery
dalam teks prosedur learning, telah teruji
kompleks. memiliki kelebihan dapat
Berdasarkan fakta-fakta menciptakan pembelajaran
tersebut, dapat disimpulkan yang kreatif dan variatif.
bahwa pembelajaran mengi- Alat pembelajaran melalui
dentifikasi konjungsi temporal powerpoint membantu
sebagai sarana pembentuk siswa memetrakan pikiran
koherensi kalimat dalam teks dalam belajar. Oleh karena
prosedur kompleks dengan itu, guru Bahasa Sastra
menggunakan metode Indonesia hendaknya
menguasai metode ini
sekaligus bisa menerap- Arifia, Leni. (2014). Skripsi.
kannya dalam pembela- Pembelajaran Memproduksi Teks
jaran Karena metode ini Prosedur Kompleks dengan Model
siswa dituntut untuk The Great Wind Blow. Bandung:
menemukan sendiri, khu- Universitas Pasundan.
susnya mengidentifikasi
konjungsi temporal. Arikunto, S. (2013). Prosedur
b. Selain untuk pembelajaran Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.
mengidentifikasi
Arikunto, S. (2010). Prosedur
konjungsi temporal
Penelitian sutau pendekatan praktik.
sebagai sarana pembentuk
Jakarta: Rineka Cipta.
koherensi kalimat dalam
teks prosedur kompleks, Bagus, I. (2010). Kajian Morfologi.
metode discovery learning Bandung: Refika Aditama.
pun bisa dijadikan guru
sebagai metode Chaer, A. (2009). Sintaksis Bahasa
pembelajaran lainnya. Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
c. Penggunaan media belajar
yang menarik dapat Fadillah, M. (2014). Implementasi
memotivasi siswa agar Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz
belajar dengan aktif, media.
kreatif dan komunikatif. Huda, M. (2014). Model-Model
Oleh karena itu, guru Pengajaran dan Pembelajaran.
Bahasa Sastra Indonesia Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
hendaknya harus pandai
membuat media Julianti, (2012). Problematika dalam
pembelajaran yang Pembelajaran. (dalam
menarik sehingga dapat http://jalboeghiz.blogs-
memberikan kemudahan pot.com//2012/12-problematika-
kepada guru untuk dalam-pembelajaran.html. yang
menyampaikan materi dan diakses dari laman web tanggal 11
kemudahan bagi siswa April 2015)
untu memahami materi.
Demikian saran yang Kusnadi, (2013). Problematika Minat
dapat penulis kemukakan, Baca (dalam
semoga dapat bermanfaat bagi http://burahkencana.blog-
pembaca, khususnya guru spot.com/2013/11/problematika-
Mata Pelajaran Bahasa dan minat-baca-anak-didik-pada.html.
Sastra Indonesia dan penulis. diakses dari laman web tanggal 23
April 2015)
DAFTAR PUSTAKA
Keraf, G. (1994). Komposisi. Jakarta:
AR, Syamsudin. (2011). Metode Nusa Indah.
Penelitian Pendidikan Bahasa:
Bandung: Remaja Rosdakarya. Kosasih, E. (2004). Jenis-jenis Teks.
Bandung: Yrama Widya.
Majid, A. (2013). Perencanaan Sugiyono, (2010). Statistik untuk
Pembelajaran. Bandung: Remaja Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Rosdakarya.
Sugiyono, (2013). Metode penelitian.
Mazhend, (2013). Kompetensi Inti Bandung: Alfabeta.
dan Kompetensi dasar (Dalam
http://www.slidershare.net/Mazh Tampubolon, DP. (2008).
end/- Kemampuan Membaca Teknik
kompetensiintidankompetensidas Membaca Efektif dan Efisien.
arsdrev9feb13. diakses dari Bandung: Angkasa.
laman web tanggal 2 Mei 2015)
Tarigan, H.G. (2008). Membaca
Mulyasa, E. (2013). Kurikulum 2013 Sebagai Suatu Keterampilan
Konsep dan Penerapan. Bandung. Berbahasa. Bandung: Angkasa.
Rosda. Tim Depdiknas. (2008). Kamus Besar
Mulyasa, E. (2008). Kurikulum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Pustaka.
PT. Remaja Rosdakarya.
Tim, Panduan Penyusunan Proposal
Nurgiyantoro, B. (2010). Penilaian Skripsi, Skripsi dan Artikel
Pembelajaran Bahasa Berbasis Jurnal Ilmiah . (2014).
Kompetensi. Yogyakarta: BPFE Bandung: Pelangi Press.
Yogyakarta.
Zaimar, O.K.S (2009). Telaah
Nurhadi, (2008). Bagaimana Wacana Teori dan Penerapannya.
Meningkatkan Kemampuan Jakarta: Komodo books.
Membaca. Bandung: Sinar Baru
Algesindo.
Nurhayati, (2014). Skripsi.
Pembelajaran Menganalisis Teks
Laporan Hasil Observasi dengan
Menggunakan Metode Discovery
Learning. Bandung: Universitas
Pasundan.
Nurhayatin, T. (2009). Penilaian
Pembelajaran Bahasa dan
sastra Indonesia Berbasis
Kelas. Bandung: Prisma Press
Prodaktama.
Roestiyah. (2012). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Subana, (2011). Dasar-dasar
Penelitian Ilmiah. Bandung: Pustaka
Setia.

Você também pode gostar