Você está na página 1de 13

Asuhan Keperawatan pada Presbiopi (Mata Tua) &

Astigmatisma (Mata Silinder) + Pathway


joe blackhole
Add Comment
Senin, 17 Juni 2013

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Pengertian
Presbiopia adalah kondisi di mana mata menunjukkan kemampuan yang makin
lama makin berkurang untuk melihat benda dekat dengan jelas karena penuaan.
Astigmatisma adalah suatu kelainan dimana pembiasan pada meridian yang
berbeda tidak sama. Dalam keadaan istirahat (tanpa akomodasi) sinar sejajar yang
masuk ke mata difokuskan lebih dari satu titik. Pada astigmatisma, mata menghasilkan
suatu bayangan dengan titik atau garis fokal multiple. Orang dengan astigmatisma tetap
merasa tidak nyaman walaupun sudah dikoreksi, karena bayangan yang terbentuk bukan
berupa titik, melainkan berupa garis.

3.2 Etiologi
Presbiopia dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau lensa mata tidak
kenyal atau berkurang elastisitasnya akibat sclerosis lensa (Istiqamah: 2004).
Mekanisme nyata dari presbiopia tidak diketahui kepastiannya, bukti penelitian
lebih kuat mendukung berkurangnya elastisitas daricrystalline lens, walaupun perubahan
pada kelengkungan lensa dari pertumbuhan yang terus-menerus,dan berkurangnya
kekuatan daricilliary muscles (otot yang membelokkan dan meluruskan lensa) juga
didalilkan sebagai penyebab.
Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan permukaan kornea. Bayi
yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau sferis yang di dalam
perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme with the rule
(astigmatisma lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal bertambah
atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari kelengkungan kornea di
bidang horizontal.
Astigmatisma juga sering disebabkan oleh adanya selaput bening yang tidak
teratur dan lengkung kornea yang terlalu besar pada salah satu bidangnya. Permukaan
lensa yang berbentuk bulat telur pada sisi datangnya cahaya, merupakan contoh dari
lensa astigmatisma.
Selain itu daya akomodasi mata tidak dapat mengkompensasi kelainan
astigmatisma karena pada akomodasi, lengkung lensa mata tidak berubah sama kuatnya
di semua bidang. Dengan kata lain, kedua bidang memerlukan koreksi derajat
akomodasi yang berbeda, sehingga tidak dapat dikoreksi pada saat bersamaan tanpa
dibantu kacamata. Adapaun bentuk-bentuk astigmatisma adalah sebagai berikut:
1. Astigmatisma regular: yaitu astigmatisma yang memperlihatkan kekuatan pembiasan
bertambah atau berkurang perlahan-lahan secara teratur dari satu meridian ke meridian
berikutnya.
2. Astigmatisma ireguler: astigmatisma yang terjadi tidak mempunyai dua meridian yang
saling tegak lurus. Astigmatisma ireguler dapat terjadi akibat kelengkungan kornea pada
meridian yang sama berbeda sehingga bayangan menjadi ireguler. Astigmatisma ireguler
terjadi akibat infeksi kornea, trauma dan distrofi atau akibat selaput bening.

3.3 Patofisiologi
Patofisiologi presbiopi: cahaya masuk ke mata dan dibelokkan(refraksi) ketika
melalui kornea dan struktur-struktur lain dari mata(kornea, humor aqueus, lensa, humor
vitreus) yang mempunyai kepadatan berbeda-beda untuk difokuskan di retina.
Mata mengatur (akomodasi) sedemikian rupa ketika melihat objek yang jaraknya
bervariasi dengan menipiskan dan menebalkan lensa. Penglihatan dekat memerlukan
kontraksi dari cilliary body, yang bisa memendekkan jarak antara kedua sisi cilliary
body yang diikuti relaksasi ligament pada lensa. Lensa menjadi lebih cembung agar
cahaya dapat terfokuskan pada retina (Long: 1996).
Pada mata presbiopia yang dapat terjadi karena kelemahan otot akomodasi atau
lensa mata tidak kenyal atau berkurang elastisitasnya, menyebabkan kurang bisa
mengubah bentuk lensa untuk memfokuskan mata saat melihat. Akibat gangguan
tersebut bayangan jatuh di belakang retina. Karena daya akomodasi berkurang, maka
titik dekat mata makin menjauh (Istiqamah: 2004).
Akomodasi suatu proses aktif yang memerlukan usaha otot, sehingga otot dapat
lelah. Jelas musculus cilliary salah satu otot yang terlazim digunakan dalam tubuh.
Derajat kelengkungan lensa yang dapat ditingkatkan jelas terbatas dan sinar cahaya dari
suatu objek yang sangat dekat individu tak dapat dibawa ke suatu fokus di atas retina,
bahkan dengan usaha terbesar. Titik terdekat dengan mata, tempat suatu objek dapat
dibawa ke fokus jelas dengan akomodasi dinamai titik dekat penglihatan. Titik dekat
berkurang selama hidup, mula-mula pelan-pelan dan kemudian secara cepat dengan
bertambanya usia, dari sekitar 9 cm pada usia 10 tahun sampai sekitar 83 cm pada usia
60 tahun. Pengurangan ini terutama karena peningkatan kekerasan lensa, dengan akibat
kehilangan akomodasi karena penurunan terus-menerus dalam derajat kelengkungan
lensa yang dapat ditingkatkan. Dengan berlalunya waktu, individu normal mencapai usia
40-45 tahun, biasanya kehilangan akomodasi, telah cukup menyulitkan individu
membaca dan pekerjaan dekat (Ganong: 1995).
Patofisiologi Astigmatisma: Mata seseorang secara alami berbentuk bulat. Dalam
keadaan normal, ketika cahaya memasuki mata, itu dibiaskan merata, menciptakan
pandangan yang jelas objek. Astigmatisma terjadi akibat kelainan kelengkungan
permukaan kornea. Bayi yang baru lahir biasanya mempunyai kornea yang bulat atau
sferis yang di dalam perkembangannya terjadi keadaan apa yang disebut astigmatisme
with the rule (astigmat lazim) yang berarti kelengkungan kornea pada bidang vertikal
bertambah atau lebih kuat atau jari-jarinya lebih pendek dibanding jari-jari
kelengkungan kornea di bidang horizontal. Mata seseorang dengan Silindris berbentuk
lebih mirip sepak bola atau bagian belakang sendok.. Untuk orang ini, ketika cahaya
memasuki mata itu dibiaskan lebih dalam satu arah daripada yang lain, sehingga hanya
bagian dari obyek yang akan fokus pada satu waktu.. Objek pada jarak pun dapat
muncul buram dan bergelombang.
Pada kelainan mata astigmatisma, bola mata berbentuk ellips atau lonjong,
seperti bola rugby, sehingga sinar yang masuk ke dalam mata tidak akan bertemu di satu
titik retina. Sinar akan dibiaskan tersebar di retina. Hal ini akan menyebabkan
pandangan menjadi kabur, tidak jelas, berbayang, baik pada saat untuk melihat jarak
jauh maupun dekat.

3.4 Manifestasi Klinis


Manifestasi klinis presbiopi: karena daya akomodasi berkurang, maka titik dekat
mata makin menjauh dan pada awalnya klien akan kesulitan membaca dekat. Dalam
upaya untuk membaca lebih jelas, maka klien cenderung menegakkan punggungnya atau
menjauhkan objek yang dibacanya sehingga mencapai titik dekat klien, dengan
demikian objek dapat dibaca lebih jelas. Klien akan memberikan keluhan setelah
membaca mata lelah, berair dan sering merasa pedas (Istiqamah: 2004).
Gejala umumnya adalah sukar melihat pada jarak dekat yang biasanya terdapat
pada usia 40 tahun, di mana pada usia ini amplitudo akomodasi pada klien hanya
menghasilkan titik dekat sebesar 25 cm. Pada jarak ini seseorang emetropia yang berusia
40 tahun dengan jarak baca 25 cm akan menggunakan akomodasi maksimal sehingga
menjadi cepat lelah, membaca dengan menjauhkan kertas yang dibaca, dan memerlukan
sinar yang lebih terang (Masjoer, dkk: 2001).
Ketika individu menjadi presbiopia mereka mendapati perlu memegang buku
,majalah, surat kabar, daftar menu dan bahan bacaan lain agak jauh agar focus dengan
sebaik-baiknya. Ketika mereka melakukan pekerjaan dekat,seperti menyulam atau
menulis tangan, mereka mungkin merasa sakit kepala atau kelelahan mata, atau maerasa
letih.
Gejala pertama kebanyakan orang presbiopia adalah kesulitan membaca huruf
cetak yang halus, terutama sekali dalam kondisi cahaya redup; kelelahan mata ketika
membaca dalam waktu yang lama; kabur pada jarak dekat atau pandangan dikaburkan
sebentar ketika mengalihkan di antara jarak pandang. Banyak penderitapresbiopia telah
lanjut mengeluh lengan mereka dirasa menjadi too short untuk memegang bahan bacaan
pada jarak yang nyaman.
Manifestasi klinis astigmatisma:
Pada astigmatisma rendah:
1. Mata cepat terasa lelah, terutama pada saat melakukan pekerjaan yang teliti pada jarak
fiksasi.
2. Terasa kabur sementara pada saat melihat dekat. Biasanya dikurangi dengan menutup
mata atau mengucek-ucek mata seperti pada hypermetropia. Gejala seperti ini mungkin
juga terjadi pada hypermetropia tingkat rendah. Penderita astigmatism rendah biasanya
tidak menunjukkan keluhan/gejala jika mereka tidak bekerja dengan keletihan yang
tinggi.
3. Sakit kepala bagian frontal.
Pada astigmatisma tinggi:
1. Penglihatan kabur, sedikit atau jarang ada keluhan sakit kepala maupun asthenopia, tapi
dapat terjadi setelah memakai lensa yang kurang lebih/mendekati koreksi astigmatsm
tingginya. Keluhan ini mungkin ditimbulkan oleh akomodasi, karena akomodasi tidak
dapat memberi power cylinder sehingga tidak dapat membantu astigmatism tinggi dalam
mengkoreksi kekaburan penglihatannya. Adalah tidak selalu mungkin untuk menetralisir
astigmatism sepenuhnya, sehingga astigmatism yang tersisa dapat menimbulkan
ketidaknyamanan, paling tidak di tahap awal pemakaian lensa koreksi.
2. Memiringkan kepala adalah keluhan kedua yang paling sering pada astigmatism oblik
yang tinggi.
3. Memutar-mutar kepala agar melihat lebih jelas, kadang juga pertanda akan adanya
astigmatism tinggi.
4. Menyipitkan mata seperti pada penderita myopia. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan
efek pinhole atau stenopaic. Namun, penderita astigmatisma juga menyipitkan mata
pada saat melihat dekat, tidak hanya pada waktu melihat jauh.
5. Memegang bacaan lebih mendekati mata, seperti pada myopia.
3.5 Pemeriksaan
Pemeriksaan mata harus merupakan bagian rutin dari penilaian anak secara
periodik mulai dari periode bayi baru lahir. Progam uji tapis di sekolah dan masyarakat
dapat juga dalam mendeteksi masalah awal. Pada 1992, American Academy of
Ophthalmology merekomendasikan uji tapis penglihatan sebagai suatu cara mengurangi
kehilangan penglihatan yang dapat di cegah. Bagan uji tapis yang direkomendasikan itu
tercantum pada Tabel 570-1. Uji ini harus dikerjakan oleh petugas pelayanan primer
selama kunjungan anak sehat. Anak harus diperiksa oleh ahli mata bilamana kelainan
okular atau defek penglihatan yang nyata ditemukan atau bahkan dicurigai. Idealnya,
setiap anak harus mengalami pemeriksaan oftalmologi menyeluruh di suatu saat pada
masa anak awal, lebih baik pada umur 3-4 tahun; ini adalah umur genting untuk deteksi
dan penanganan ambliopia, strabismus, kelainan refraksi berat, dan banyak gangguan
lain yang bermakna.
Pemeriksaan dasar, apakah dikerjakan oleh dokter ahli anak atau ahli mata, harus
meliputi pemeriksaan ketajaman penglihatan dan lapangan penglihatan, penilaian pupil,
motilitas dan penyejajaran okular, pemeriksaan luar umum, dan pemeriksaan
ofthalmoskopi media dan fundus. Bila ada indikasi, biomikroskopi (pemeriksaan lampu
celah, refraksi sikloplegi, dan tonometri dilaksanakan oleh dokter ahli mata. Pada
beberapa kasus prosedur diagnostik khusus, seperti pemeriksaan ultrasonic, angiografi
fluoresein, elektroretinografi (ERG), atau uji respons visual yang dibangkitkan (visual
evoked response[VER]) juga terindikasi.
Ketajaman Penglihatan. Ada banyak uji ketajaman penglihatan. Uji mana yang
digunakan tergantung pada umur dan kemampuan anak untuk kerjasama, maupun
pilihan dan pengalaman klinikus dengan masing-masing uji. Uji ketajaman penglihatan
paling umum pada bayi adalah penilaian kemampuannya untuk memfiksasi dan
mengikuti suatu sasaran. Jika sasaran yang serasi digunakan, refleks ini dapat
diperagakan pada sekitar umur 6 minggu. Uji ini dilaksanakan dengan mendudukkan
anak secara nyaman di pangkuan pengasuh. Objek dan mengikuti gerakannya.
Pemeriksa dapat menggunakan ibu jarinya untuk menutupi salah satu mata bayi untuk
menguji setiap mata secara terpisah. Meskipun objek yang menimbulkan suara dapat
mengganggu kemurnian rangsang visual, dalam praktek, mainan yang menguak atau
gemerincing mempertinggi kepedulian dan perhatian bayi dalam uji.
Meskipun objek uji sering digunakan, wajah manusia adalah sasaran yang labih
baik. Pemeriksaan dapat mengekspliotasi ini dengan menggerakkan wajahnya perlahan-
lahan di depan wajah bayi. Jika gerakan serasi yang mengikuti tidak timbul, uji harus
diulang dengan wajah pengasuh sebagai perangsang uji.
Pengukuran objektif ketajaman penglihatan biasanya dimungkinkan bila anak
mencapai usia 2,5-3 tahun. Anak pada usia ini diuji dengan menggunakan gambar
skematik atau peta yang bukan tulisan yang lain. Tiap mata harus teruji terpisah. Adalah
penting untuk menghindari anak mengintip. Pemeriksa harus memegang pemnutup pada
tempatnya dan mengamati anak selama pengujian. Selama pengujian anak harus
diyakinkan dan didorong, karena banyak anak merasa terganggu oleh prosedurnya dan
takut akan nilai jelek atau hukuman bila salah.
Uji E, dimana anak menunjukkan arah huruf, adalah uji kejaman penglihatan
yang paling luas dipakai untuk anak pra sekolah. Presentasi kanan-kiri adalah lebih
membingungkan daripada presentasi atas-bawah. Dengan latihan prauji, uji ini dapat
dilaksanakan pada kebanyakan anak umur 3-4 tahun.
Peta ketajaman penglihatan snellen model-dewasa dapat digunakan pada umur 5
atau 6 tahun jika anak mengetahui huruf. Ketajaman sebesar 20/40 biasanya sebagai
normal untuk anak umur 3 tahun. Pada umur 4 tahun,20/30 adalah biasa. Pada umur 5
atau 6 tahun, kebanyakan anak mencapai virus 20/20.
Nistagmus optokinetik (respon terhadap deretan sasaran yang bergerak :
nistagmus rel kereta api) dapat juga digunakan untuk menilai visus ; ini dapat
dikalibrasi dengan berbagai ukuran sasaran (pita atau noktah) atau gendering yang
berputar pada jarak tertentu. VER, suatu metode elektrofisiologi untuk menevaliasi
respons terhadap cahay dan rangsangan visual ytertentu, seperti pita kalibrasi atau pola
papan mainan dam, dapat juga digunakan untuk mempelajari fungsi penglihatan pada
kasus-kasus terpilih. Uji menglihat memilih juga digunakan untuk mengevaluasi
penglihatan pada bayi dan anank yang tidak dapat merespons uji ketajan baku. Ini adalah
teknik prilaku yang didasarkan pada observasi, yang member pilihan, bayi lebih memilih
melihat rangsangan yang berpola disbanding dengan yang tidak berpola.
Penilaian Lapangan Penglihatan. seperti uji ketajaman penglihatan,harus
disesuaikan deng sering dapat dilakukan pada anak usia sekolah,namun pemeriksa
sering harus mendasarkan pada teknik konfrontasi dan menghitung jari dari kuadran
lapangan prnglihatan.pada banyak hanya uji dengan menarik perhatian dapat diterapkan
pemeriksaan mengalami respons anak terhadap sasaran yang amat di kenal di bawa ke
dalam setiap bagian dari empat kuadran lapangan penglihatan secara bergantian.botol
susu anak mainan yang disukai dan gula-gula adalah obyek yang terutama efektif untuk
menarik perhatian.bahkan metode yang demian kasar sering secara diagnostik dapat
mendeteksi perubahan lapangan penglihatan yang bermakna seperti hemianopsia
bitemporal lesi khiasma atau hemianopsia homonym lesi serebral.
Uji Penglihatan Warna. ini dapat diterapkan bilamana anak telah mampu
membeli nama atau mengenali simbol uji ini dapat berupa angka atau X,O,segitiga,atau
symbol lain.uji penglihatan warna biasanya tidak diperlukan pada anak kecil,tetapi
orangtua kadang-kadang memintanya terutama jika anak sepertinya lamban dalam
belajar warna.kekurangsempurnaan penglihatan warna tidak jarang pada anak laki-laki
tetapi jarang pada wanita.kadang-kadang ada akhormatopsia defek penglihatan warna
total dengan ketajaman penglihatan subnormal,nistagmus,dan fotofobia.kelainan dalam
membedakan warna dapat merupakan tanda penyakit saraf mata atau retina.
Pemeriksaan Pupil. Ini meliputi evaluasi reaksi langsung maupun tidak
langsung terhadap cahaya reaksi waktu memandang dekat dan respons terhadap
penerangan yang dikurangi dengan mengenali ukuran dan simet dari pupil pada semua
keadaan.perhatian khusus perlu di dilakukan untuk membedakan reaksi cahaya dari
reaksi terhadap memandang dekat kecenderungan alami anak adalah melihat langsung
pada cahaya yang mendekat yang menginduksi refleks memandang dekat
ketika seseorang mencoba untuk menguji hanya reaksi terhadap cahaya karenanya harus
diupayakan benar-benar untuk mengendalikan fiksasi.uji lampu senter yang diayunkan
terutama berguna untuk mendeteksi defek eferen pre-khiasma unilateral atau asimetri
pada anak (lihat pupil marcus Gun,Bab 573).
Gerakan Bola Mata. Ini diuji dengan cara anak mengikuti sasaran dalam
berbagai posisi pandangan.gerakan tiap mata secara sendiri-sendiri (ductions)dan dua
mata bersama (version, gerakan konjugasi, dan konvergensi)dinilai.penyejajaran dinilai
dengan simetri refleks cahaya kornea dan dengan respons terhadap penutupan setiap
mata bergantian (lihat uji penutupan untuk strabismus, Bab 574).
Pemeriksaan Luar. Pemeriksaan luar dimulai dengan inpeksi umum dengan
penerangan baik,mengamati ukuran bentuk,dan simetri orbita,posisi dan gerakan
kelopak mata,melihat mata dan kelopak mata,dan posisi serta simetri bola mata.melihat
mata dan kelopak mata dari atas membantu dalam medeteksi asimetri orbita,masa
kelopak mata,prptosis (eksoftalmus),dan kelainan pulsasi.palpasi juga penting dalam
mendeteksi masa orbita an kelopak mata.
Aparatus lakrimalis dinilai dengan mencari adanya kekurangan air
mata,kelebihan air mata (epifora),dan eritema serta pembengkakan di daerah kantong
atau kelenjar air mata.kantong air mata dimassase untuk membuktikan aliran balik bila
dicurigai ada aobstruksi adanya dan posisi pungta juga di periksa.
Kelopak mata dan konjungtiva diperiksa khusus untuk lesi setempat,benda
asing dan tanda radang hilangnya dan salah arah bulu mata juga diperiksa bila perlu
kelopak mata dapat dibalik dengan cara sebagai berikut:
1. Suruh penderita melihat kebawah.
2. Pegang bulu mata dari kelopak mata atas penderita diantara ibu jari dan telunjuk dari
satu tangan.
3. Tempatkan suatu probe,suatu aplikator berujung kapas atau ibu jari tangan yang lain
pada tepi atas dari tarsal plate ,dan
4. Tarik kelopak mata kebawah dan keluar, balikkan diatas probe, dengan menggunakan
instrument sebagai titik tumpu.ketrampilan membalik kelopak mata hatus
dikuasai.benda asing biasnya tersangkut dicekungan cepat di atas tepi kelopak mata dan
terlihat hanya dengan membalik kelopak mata penuh.
Segmen depan mata kemudian dievaluasi dengan iluminasi setempat
miring,diperhatikan kilau dan kejernihan kornea kedalaman dan kejernihan kamera
anterior dan gambaran iris transiluminasi segmen depan membantu mendeteksi
kekeruhan dan memperlihatkan artropi atau hipopigmentasi dari iris tanda-tanda ini
penting bila albilisme mata dicurigai.bila perlu pewarna flurosein dapat juga digunakan
untuk membantu diagnosis abrasi,ulserasi,dan benda asing.
Biomikroskopi (Pemeriksaan Lampu Celah). Ini menyjikan pandangan yang
amat diperluas dari berbagai struktur mata dan potongan optikal melaliu media mata
yaitu kornea humor algucus,lensa,dan korpus vitreum.lesi tidak hanya dapat
diidentivikasi tetapi juga di cari lokasinya kedalamanya pada bola mata.dan resolusi itu
cukup untuk memungkinkan deteksi bahkan mengenai sel radang individu dalam aqucus
dan korpus vitreum.dengan tambahan lensa dan prisma khusus ,sudut kamera
anteriordan daerah fundus juga dapat diperiksa dengan lampu celah biomikroskopi
sering amat penting pada trauma dan pad apemeriksaan iritis ia juga membantu dalam
diagnosis berbagai penyakit metabolic pada masa anak.
Pemeriksaan Fundus (Ofthalmoskopi). Ini paling baik dikerjakan dengan pupil
yang dilebarkan kecuali bila ada kontraindukasi neurologic atau yang lain.tropikamid
(Neo-Synephirine), 2,5%, dianjurkan sebagai medriatika berjangka pendek obat-obat ini
aman pada kebnyakan anak tetapi kemungkinan pengaruh sistemik yang merugikan
harus dikenali.untuk bayi yang sangat kecil preparat yang lebih encer mungkin di
anjurkan dimulai dengan bagian belakang diskus dan macula keempat quadran diperiksa
secara sistemis dengan mengikuti tiap-tiap kelompok pembuluh darah besar keferifer
lebih banyak fundus dapat dilihat jika anak di suruh melihat keatas kebawah, ke kanan,
dan ke kiri bahkan dengan seksama hanya sejumlah terbatas dari fundus dapat dilihat
dengan oftahalmoskopi langsung atau tangan untuk memeriksa jauh keferifer fundus
harus digunakan ofthalmoskopi tidak langsung dan dilatasi penuh pupil sangat
diperlukan.
Harus dicatat bahwa retina sebelum diperiksa oftamoskop dugunakan
untuk memeriksa kejernihan media.dengan penempatan lensa positif (+8 atau
+10).ofthamoskop dapat juga digunakan untuk pemeriksaan luar lensa dan benda asing
karena ia member pembesaran dan iluminasi yang baik.
Refraksi. Ini menentukan keadaan refraksi mata yaitu derajat terang dekat,terang
jauh atau astigmatisme retinoskopi memberikan penentuan objektif besarnya koreksi
yang diperluka dan dapat dilakukan pada usia berapapun.pada anak kecil ini paling baik
dilakukan dengan siklopegia perbaikan subjektif reflaksi meliputi meminta penderita
untuk menentukan pilihan kekuatan dan aksis lensa koreksi pemeriksaan dapat
dilakukan pada banyak anak usia sekolah refraksi dan penentuan ketajaman pengglihtan
dengan menggunakan lensa koreksi yang tepat merupakan langkah penting dalam
memutuskan apakah penderita mempunyai defek visual atau ambliopia atau tidak.
Tonometri. Ini mengukur tekanan intraocular biasanya ini dikerjakan dengan
cara identasi dengan pengukur schiots atau dengan car aplanasi dengan lampu celah
cara-car alternative adalah tonometri pneumatic dan elektronik bila pengukuran tekanan
yang akurat diperlukan pada seorang anak yang tidak koperatif.pengukuran ini dapat
dilakukan dengan sedasi atau anesthesia umum taksiran kasar tekanan tekanan dapat
dibuat dengan palpasi bola mata dengan jari telunjuk yang diletakkkan berdampingan
pada kelopak mata di atas plat tartus.
Astigmatisma. Pada astigmatisme ada perbedaan dalam kekuatan reflaksi
berbagai meridian disebabkan oleh perubahan pada lensa derajat ringan arismatisme
sangat sering dan mungkin tidak menyebabkan keluhan dengan makin tingginya derajat
astigmatisme dapat terjadi distori penglihatan.dalam upaya untuk memperoleh
penglihatan yang lebih jelas orang dengannastigmatisme melakukan akomodasi atau
mengerut atau menjuling untuk memperoleh efek lubang kecil gejala meliputi tegang
mata nyeri kepal dan ras lelah menggosok-gosok mata dan kemerahan konjungtiva
kurang perhatian terhadap tugas sekolah dan memegang objek dekat-dekat adalah
manifestasi yang lazim pada masa anak lensa silinder atau sferosilinder digunakan untuk
mengoreksi digunakan bila perlu kacamata mungkinndiperlukan terus menerus atau
sebagian waktu tergantung derajat astigmatisme dan tingkat beratnya keluhan yang ada
pada beberapa kasus digunakan lensa kontak.Banyi dan anak dengan ketidakteraturan
kornea akibat dari luka hemangioma periorbia dan kelopak mata dan ptosis mempunyai
peningkatan resiko astigmatisme dan amblipia yang menyertai.
Akomosdasi. Selama akomodasi muskulus siliaris berkontraksi serabut
penyangga lensa mengendor dan lensa mengambil bentuk lebih bundar untuk membawa
bekas sinar berfokus ke retina. amplitude akomodasi adalah terbesar selama masa anak
dan bertahap mengurang selam umur penurunan fisiologis pada kemampuan akomodasi
yang terjadi bersama umur disebut presbiopia.
Gangguan akomodasi pada anak relative jarang presbiopia premature kadang-
kadang terjadi pada anak muda.penyebab yang paling lazim paralisis akomodasi pada
anak adalah penggunaan bahan siklopegia secara sengaja atau tidak sengaja secara
sistemik atau topical termasuk semua obat dan racun antikolinergik serta tumbuh-
tumbuhan dan bahan tumbuhan yang mempunyai khasiat ini penyebab neurogenik
paraliris akomodasimeliputi lesi mengenai saraf okulomotoris (syaraf cranial ke 3)pada
bagian manapun pada lintasannya diagnosis banding meliputi tumor penyakit
degenerasi,lesi vascular,trauma,dan penyakit infeksi gangguan akomodasi mungkin
terjadi pada botulismus,difteria,penyakit wilson,diabetes militus,dan sfilis dan pasca
beberapa penyakit jarang ketidakmampuan akomodasi disebabkan oleh defek
kongengetal oto siliare defek pada akomodasi yang nyata mungkin berpangkal dari
kejiwaan tidak jarang anak berpura-pura tidak mampu membaca ketika dapat diperagakn
bahwa tajam penglihatan dan kemampuan memfokuskan normal.

3.6 Penatalaksanaan
1. Kacamata
Kacamata dengan bifocal atau Progressive Addition Lenses (PALs) adalah
koreksi yang paling umum untuk presbiopia. Bifokal mempunyai dua cara untuk
pemfokusan : bagian besar dari lensa kacamata untuk nearsightedness atau
farsightedness, sedangkan bagian terbawah lensa memegang preskripsi terkuat untuk
penglihatan dekat untuk pekerjaan dekat. PALs mirip denagan lensa bifocal, tetapi PALs
memberikan transisi penglihatan yang lebih bertahap di antara preskripsi, dengan tidak
ada garis visible di antara keduanya.
Kacamata baca adalah pilihan lain. Tidak seperti bifocal atau PALs yang
sebagian besar orang menggunakannya setiap hari, kacamata baca hanya digunakan
selama pekerjaan dekat.
Biasanya diberikan kacamata baca untuk membaca dekat dengan lensa sferis
positif yang dihitung berdasarkan amplitudo akomodasi pada masing-masing kelompok
umur:
+1,0 D untuk usia 40 tahun
+1,5 D untuk usia 45 tahun
+2,0 D untuk usia 50 tahun
+2,5 D untuk usia 55 tahun
+3,0 D untuk usia 60 tahun.
(Masjoer, dkk: 2001)
2. Lensa Kontak
Ada lensa kontak untuk presbiopia, yaitumultifocal contact lenses. Kamu dapat
memperolehnya dalam bentuk gas permeable atau soft lense materials. Tipe lensa
kontak yang lain untuk koreksi presbiopiaadalah monovision, di mana satu mata
menggunakan preskripsi penglihatan jarak jauh dan mata yang lain menggunakan
perskripsi untuk penglihatan dekat. Otak belajar menyerupai satu mata atau mata lainnya
untuk perbedaan tugas yang sulit. Ketika beberapa orang menyukai solusi ini, beberapa
orang yang lainnya mengeluh pusing atau mual, atau kesalahan memperkirakan jarak
dalam hubungan benda-benda yang berjauhan satu sama lain dan jauh jarak antara benda
itu dengan orang tersebut
Vistakons Accuvue Bifocal mempunyai desain annular meliputi lima zona
konsentris. Zona pusat jarak jauh dikelilingi oleh ring dekat, ring jauh lainnya, ring
dekat kedua, dan ring jauh terluar. Karena accuvue bifocaltidak mempunyai
ketetapan untuk penglihatan intermediet, klien memerlukan tambahan kekuatan yang
tinggi sehingga dapat dipasang tambahan yang tidak sama untuk mencapai penglihatan
baik pada jarak dengan computer. Mata dominant dapat dipasang dengan tambahan
+1.00 atau +1.50, dan mata non dominant dapat dipasang dengan tambahan yang lebih
tinggi.
Bausch and Lomb Softlense Multifocal dan Ciba Visions Focus Progressive
Lenses mempunyai desain aspheric. Lensa ini mempunyai koreksi penglihatan dekat di
pusat lensa ( center near multifocal ). Kekuatan lensa berangsur-angsur menurun untuk
koreksi penglihatan jauh selama satu perpindahan ke arah lensa perifer. Desainaspheric
multifocal menyediakan penglihatan jelas pada jarak intermediet, sebagai pertimbangan
penting untuk kebanyakan klien di dunia computer sekarang ini. Klien yang
menggunakan center near bifocal / multifocalmungkin kehilangan penglihatan jauh
mereka di cahaya terang matahari, sejak konstriksi pupil terlalu berlebihan akan
membolehkan hanya sinar dekat untuk memasuki mata. Dalam situasi ini,
penggunaan sunglassesdiperlukan untuk sedikit mendilatasi pupil dan memperbaki
penglihatan jarak jauh.
3. Pembedahan
Pilihan baru pembedahan untuk pengobatanpresbiopia sedang diteliti dan telah
tersedia di banyak negara. Salah satu contohnya adalah Refratec Inc. Conductive
Keratoplasty, atau Near Vision CK Treatment, yang menggunakan gelombang
radio untuk membuat lebih melengkung kornea untuk memperbaiki penglihatan dekat.
Metode ini telah disetujui FDA pada April 2004 untuk penurunan sementara
dari presbiopia.
Highly experimental treatment adalah elastic polymer gel lembut yang diteliti,
dikatakan akan diinjeksikan ke dalam capsular bag, rongga yang terdiri dari natural
lens. Dalam teori, gel akan mengganti natural lens dan menyediakan yang baru, lensa
yang lebih elastis. Penelitian juga berfokus pada laser treatment untuk menjadikan keras
lensa mata untuk meningkatkan kelenturan/ fleksibilitas dan memperbaiki focus.
Prosedur pembedahan baru mungkin juga menyediakan solusi
untuk presbiopia yang tidak ingin menggunakan kacamata atau kontak
lensa, implantation of accommodative intraocular lenses (IOLs).

ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Demografi
a. Umur, presbiopia dapat terjadi mulai asia 40 tahun.
b. Pekerjaan, perlu dikaji terutama pada pekerjaan yang memerlukan penglihatan
ekstra dan pada pekerjaan yang membutuhkan kontak cahaya yang terlalu lama, seperti
operator computer, reparasi jam (Istiqamah: 2004).
2. Keluhan yang Dirasakan
a. Pandangan atau penglihatan kabur
b. Kesulitan memfokuskan pandangan
c. Epifora, menunjukkan adanya air mata berlebihan sehingga melimpah keluar
d. Pusing atau sakit kepala
e. Mata lelah dan mengantuk
f. Mata sering terasa pedas setelah membaca (Istiqamah: 2004).
3. Keadaan atau Status Okuler Umum
a. Apakah klien mengenakan kacamata atau lensa kontak
b. Di mana klien terakhir dikaji
c. Apakah klien sedang mendapat asuhan teratur seorang ahli oftalmologi
d. Kapan pemeriksaan mata terakhir
e. Apakah tekanan mata diukur
f. Apakah klien mengalami kesulitan membaca ( focus ) pada jarak dekat atau jauh
g. Apakah ada keluhan dalam membaca atau menonton TV
h. Bagaiman dengan masalah membedakan warna,atau masalah dengan penglihatan lateral
atau perifer
i. Apakah klien pernah mengalami cedera mata atau infeksi mata
j. Masalah mata yang tedapat pada keluarga klien
k. Penyakit mata apa yang terakhir diderita (Smletzer: 2001).
4. Pemeriksaan
Klien terlebih dahulu dikoreksi penglihatan jauhnya dengan metode trial and
error hingga visus 6/6. Dengan menggunakan koreksi, jauhnya kemudian secara
binokuler ditambahkan lensa sferis positif dan diperiksa dengan menggunakan kartu
Jaeger pada jarak 30 cm (Istiqamah: 2004).

B. Diagnosa Keperawatan
1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan (Istiqamah: 2004).

C. Intervensi Keperawatan
1. Perubahan sensori-persepsi (visual) yang berhubungan dengan perubahan kemampuan
memfokuskan sinar pada retina.
Tujuan:
a. Ketajaman penglihatan klien meningkat dengan bantuan otot
b. Klien mengenal gangguan sensori yang terjadi dan melakukan kompensasi terhadap
perubahan.
Intervensi:
a. Jelaskan penyebab gangguan penglihatan.
Rasional: Pengetahuan tentang penyebab, mengurangi kecemasan dan meningkatkan
pengetahuan klien sehingga klien kooperatif dalam tindakan keperawatan.
b. Lakukan uji ketajaman penglihatan.
Rasional: Mengetahui visus dasar klien dan perkembangannya setelah diberikan
tindakan.
c. Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian lensa kontak/ kacamata bantu atau
operasi.
2. Gangguan rasa nyaman (pusing) yang berhubungan dengan usaha pemfokusan mata.
Tujuan: Rasa nyaman klien terpenuhi.
Kriteria hasil:
a. Keluhan klien (pusing, mata lelah, berair) berkurang / hilang
b. Klien mengenal gejala gangguan sensori dan dapat berkompensasi terhadap perubahan
yang terjadi.
Intervensi:
a. Jelaskan penyebab pusing, mata lelah, berair.
Rasional: Mengurangi kecemasan dan meningkatkan pengetahuan klien sehingga klien
kooperatif dalam tindakan keperawatan.
b. Anjurkan agar klien cukup istirahat dan tidak melakukan aktifitas membaca terus-
menerus.
Rasional: Mengurangi kelelahan mata sehingga pusing berkurang.
c. Gunakan lampu atau penerangan yang cukup (dari atas dan belakang) saat membaca.
Rasional: Mengurangi silau dan akomodasi yang berlebihan.
d. Kolaborasi pemberian kacamata untuk meningkatkan tajam penglihatan klien.
3. Risiko cedera yang berhubungan dengan keterbatasan penglihatan.
Tujuan: Tidak terjadi cedera.
Kriteria Hasil:
a. Klien dapat melakukan aktivitas tanpa mengalami cedera
b. Klien dapat mengidentifikasi potensial bahaya dalam lingkungan.
Intervensi:
a. Jelaskan tantang kemungkinan yang terjadi akibat penurunan tajam penglihatan.
Rasional: Perubahan tajam penglihatan dan kedalaman persepsi dapat meningkatkan
risiko cedera sampai klien belajar untuk mengkompensasi.
b. Beritahu klien agar lebih berhati-hati dalam melakukan aktivitas.
c. Batasi aktivitas, seperti mengendarai kendaraan pada malam hari.
Rasional: Mengurangi potensial bahaya karena penglihatan kabur.
d. Gunakan kacamata koreksi / pertahankan perlindungan mata sesuai indikasi untuk
menghindari cedera (Istiqamah: 2004).
DAFTAR PUSTAKA

Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.


Istiqamah, Indriana. N. 2004. Asuhan Keperawatan KLien Gangguan Mata. Jakarta : EGC.
Long, Barbara C, 1996. Perawatan Medikal Bedah. Bandung : YIAPK Padjajaran.
Mansjoer, ASrif, dkk, 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Smletzer, Suzanne. C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddrath. Jakarta : EGC.

vvvv

Você também pode gostar