Você está na página 1de 10

Agar Futur Tidak Menghantui

Drs. Mahfudz Siddiq, M.Si 29/04/09 | 14:44 Dakwah Ada 55 komentar 23.190 Hits

juice1

Tetaplah Semangat! Layaknya Juice yang Nikmat

dakwatuna.com Dan berapa banyak Nabi yang berperang bersama-sama mereka sejumlah
besar dari pengikut (nya) yang bertaqwa. Mereka tidak menjadi lemah karena bencana yang
menimpa mereka di jalan Allah, dan tidak lesu dan tidak (pula) menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)

Saudaraku

Pengikut yang bertaqwa adalah mereka yang tidak menjadi lemah karena bencana, ujian,
ketidakberuntungan yang menimpa mereka di jalan Allah, tidak lesu dan tidak pula menyerah
kepada musuh Allah dan Allah menyukai orang-orang yang bersabar.

Ada fenomena kelesuan atau futur dalam dimensi aqidah dan umumnya terjadi karena
pergeseran orientasi hidup, lebih berorientasi pada materi duniawi an sich. Dan ada juga dalam
dimensi ibadah dengan lemahnya disiplin -indhibath- terhadap amaliyah ubudiyah yaumiyah
(harian). Adapun dalam dimensi fikriyah terlihat dengan lemahnya semangat meningkatkan ilmu.
Di sisi lain pergeseran adab islami menyelimuti akhlaq mereka, belum lagi rasa jenuh dalam
mengikuti aktivitas tarbawiyah atau pembinaan keislaman dan hubungan yang terlalu longgar
antar lawan jenis.

Dalam hidup akan banyak ditemui bermacam jalan. Kadang datar, kadang menurun, kadang pula
meninggi. Begitu pula dalam perjalanan dakwah. Ada saatnya para muharrik (orang yang
bergerak) menemui jalan yang lurus dan mudah. Namun tidak jarang menjumpai onak dan duri.
Hal demikian juga terjadi pada muharrik. Suatu saat ia memiliki kondisi iman yang tinggi. Di saat
lain, iapun dapat mengalami degradasi iman. Tabiat manusia memang menggariskan demikian.
Dalam kondisi iman yang turun ini, para muharrik kadang terkena satu penyakit yang
membahayakan kelangsungan gerang langkah dakwah. Yaitu penyakit futur atau kelesuan.

Saudaraku

Futur berarti putusnya kegiatan setelah kontinyu bergerak atau diam setelah bergerak, atau
malas, lamban dan santai setelah sungguh-sungguh.

Terjadinya futur bagi muharrik, sebenarnya merupakan hal yang wajar. Asal saja tidak
mengakibatkan terlepasnya muharrik dari roda dakwah. Hanya malaikat yang mampu kontinyu
mengabdi kepada Allah dengan kualitas terbaik.

Firman Allah, dan kepunyaan-Nyalah segala apa yang di langit dan di bumi dan malaikat-
malaikat yang di sisi-Nya, mereka tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan
tidak pula merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada hentinya. (Al-Anbiya:
19-20)

Karena itu Rasulallah sering berdoa:

Artinya: Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik umurku akhirnya. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik


amalku keridhaan-Mu. Ya Allah, jadikanlah sebaik-baik hariku saat bertemu dengan-Mu.

Penyebab Futur

Walaupun futur merupakan hal yang mungkin terjadi bagi muharrik, ada beberapa penyebab
yang dapat menyegerakan timbulnya:

Pertama, berlebihan dalam din (Bersikap keras dan berlebihan dalam beragama)
Berlebihan pada suatu jenis amal akan berdampak kepada terabaikannya kewajiban-kewajiban
lainnya. Dan sikap yang dituntut pada kita dalam beramal adalah washathiyyah atau sedang dan
tengah-tengah agar tidak terperangkap dalam ifrath dan tafrith (mengabaikan kewajiban yang
lain).

Dalam hadits yang lain Rasul bersabda:

Sesungguhnya Din itu mudah, dan tidaklah seseorang mempersulitnya kecuali akan dikalahkan
atau menjadi berat mengamalkannya. (H.R. Muslim)

Karena itu, amal yang paling di sukai Allah swt. adalah yang sedikit dan kontinyu.

Kedua, berlebih-lebihan dalam hal yang mubah. (Berlebihan dan melampaui batas dalam
mengkonsumsi hal-hal yang diperbolehkan)

Mubah adalah sesuatu yang dibolehkan. Namun para sahabat sangat menjaganya. Mereka lebih
memilih untuk menjauhkan diri dari hal yang mubah karena takut terjatuh pada yang haram.
Berlebihan dalam makanan menyebabkan seseorang menjadi gemuk. Kegemukan akan
memberatkan badan. Sehingga orang menjadi malas. Malas membuat seseorang menjadi santai.
Dan santai mengakibatkan kemunduran. Karena itu secara keseluruhan hal ini bisa menghalangi
dalam amal dakwah.

Ketiga, memisahkan diri dari kebersamaan atau jamaah (Mengedepankan hidup menyendiri dan
berlepas dari organisasi atau berjamaah)

Jauhnya seseorang dari berjamaah membuatnya mudah didekati syaitan. Rasul bersabda: Setan
itu akan menerkam manusia yang menyendiri, seperti serigala menerkam domba yang terpisah
dari kawanannya. (H.R. Ahmad)

Jika setan telah memasuki hatinya, maka tak sungkan hatinya akan melahirkan zhan (prasangka)
yang tidak pada tempatnya kepada organisasi atau jamaah. Jika berlanjut, hal ini menyebabkan
hilangnya sikap tsiqah (kepercayaan) kepada organisasi atau jamaah.

Dengan berjamaah, seseorang akan selalu mendapatkan adanya kegiatan yang selalu baru. Ini
terjadi karena jamaah merupakan kumpulan pribadi, yang masing-masing memiliki gagasan dan
ide baru. Sedang tanpa jamaah seseorang dapat terperosok kepada kebosanan yang terjadi
akibat kerutinan. Karena itu imam Ali berkata: Sekeruh-keruh hidup berjamaah, lebih baik dari
bergemingnya hidup sendiri.

Keempat, sedikit mengingat akhirat (Lemah dalam mengingat kematian dan kehidupan akhirat)

Saudaraku

Banyak mengingat kehidupan akhirat membuat seseorang giat beramal. Selalu diingat akan
adanya hisab atas setiap amalnya. Kebalikannya, sedikit mengingat kehidupan akhirat
menyulitkan seseorang untuk giat beramal. Ini disebabkan tidak adanya pemacu amal berupa
keinginan untuk mendapatkan ganjaran di sisi Allah pada hari yaumul hisab nanti. Karena itu
Rasulullah bersabda: Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau
akan banyak menangis dan sedikit tertawa.

Kelima, melalaikan amalan siang dan malam (Tidak memiliki komitmen yang baik dalam
mengamalkan aktivitas ubudiyah harian)

Pelaksanaan ibadah secara tekun, membuat seseorang selalu ada dalam perlindungan Allah.
Selalu terjaga komunikasi sambung rasa antara ia dengan Allah swt. Ini membuatnya
mempersiapkan kondisi ruhiyah atau spiritual yang baik sebagai dasar untuk bergerak dakwah.
Namun sebaliknya, kelalaian untuk melaksanakan amalan, berupa rangkaian ibadah baik yang
wajib maupun sunnah, dapat membuat seseorang terjerumus untuk sedikit demi sedikit
merenggangkan hubungannya dengan Allah. jika ini terjadi, maka sulit baginya menjaga kondisi
ruhiyah dalam keadaan taat kepada Allah. kadang hal ini juga berkaitan dengan kemampuan
untuk berbicara kepada hati. Dakwah yang benar, selalu memulainya dengan memanggil hati
manusia, sementara sedikitnya pelaksanaan ibadah membuatnya sedikit memiliki cahaya.

Allah berfirman: Barang siapa tidak diberi cahaya (petunjuk) oleh Allah, tiadalah ia mempunyai
cahaya sedikit pun. (An-Nur: 40)

Keenam, masuknya barang haram ke dalam perut (Mengkonsumsi sesuatu yang syubhat, apalagi
haram)

Ketujuh, tidak mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan. (Tidak mempersiapkan diri
untuk menghadapi berbagai rintangan dan tantangan dakwah)

Setiap perjuangan selalu menghadapi tantangan. Haq dan bathil selalu berusaha untuk
memperbesar pengaruhnya masing-masing. Akan selalu ada orang-orang Pendukung Islam. Di
lain pihak akan selalu tumbuh orang-orang pendukung hawa nafsu. Dan dalam waktu yang Allah
kehendaki akan bertemu dalam suatu fitnah. Dalam bahasa Arab, kata fitnah berasal dari
kata yang digunakan untuk menggambarkan proses penyaringan emas dari batu-batu lainnya.
Karena itu fitnah merupakan sunnatullah yang akan mengenai para pelaku dakwah. Dengan
fitnah Allah juga menyaring siapa hamba yang masuk golongan shadiqin dan siapa yang kadzib
(dusta). Dan jika fitnah itu datang, sementara ia tidak siap menerimanya, besar kemungkinan
akan terjadi pengubahan orientasi dalam perjuangannya. Dan itu membuat futur. Allah
Berfirman:

Hai orang-orang yang beriman sesungguhnya di antara istri-istrimu dan anak-anakmu ada yang
menjadi musuh bagimu. Maka hati-hatilah kamu terhadap mereka. (Al-Ahqaf: 14)

Kedelapan, bersahabat dengan orang-orang yang lemah (Berteman dengan orang-orang yang
buruk dan bersemangat rendah)

Kondisi lingkungan (biah) dapat menentukan kualitas seseorang. Teman yang baik akan
melahirkan lingkungan yang baik. Akan tumbuh suasana taawun atau tolong-menolong dan
saling menasihatkan. Sementara teman yang buruk dapat melunturkan hamasah (kemauan)
yang semula telah menjadi tekad. Karena itu Rasulullah bersabda:

Seseorang atas diri sahabatnya, hendaklah melihat salah seorang di antara kalian siapa ia
berteman. (H.R. Abu Daud)
Kesembilan, spontanitas dalam beramal (Tidak ada perencanaan yang baik dalam beramal, baik
dalam skala individu atau fardi maupun komunitas atau jamai)

Amal yang tidak terencana, yang tidak memiliki tujuan sasaran dan sarana yang jelas, tidak dapat
melahirkan hasil yang diharapkan. Hanya akan timbul kepenatan dalam berdakwah, sementara
hasil yang ditunggu tak kunjung datang. Karena itu setiap amal harus memiliki minhajiatul amal
(sistematika kerja). Hal ini akan membuat ringan dan mudahnya suatu amal.

Kesepuluh, jatuh dalam kemaksiatan (Meremehkan dosa dan maksiat)

Perbuatan maksiat membuat hati tertutup dengan kefasikan. Jika kondisi ini terjadi, sulit
diharapkan seorang juru dakwah mampu beramal untuk jamaahnya. Bahkan untuk menjaga diri
sendiri pun sulit.

Cara Mengobati Kelesuan

Saudaraku

Untuk mengobati penyakit futur ini, beberapa ulama memberikan beberapa resep.

Pertama, jauhi kemaksiatan

Kemaksiatan akan mendatangkan kemungkaran Allah. Dan pada akhirnya membawa kepada
kesesatan. Allah berfirman:

Dan janganlah kamu melampaui batas yang menyebabkan kemurkaan-Ku menimpamu. Dan
barang siapa ditimpa musibah oleh kemurkaan-Ku, maka binasalah ia. (Thaha: 81)
Jauh dari kemaksiatan akan mendatangkan hidup yang akan lebih berkah. Dengan keberkahan ini
orang dapat terhindar dari penyakit futur. Allah berfirman:

Jikalau penduduk negeri-negeri beriman dan bertaqwa, pastilah kami melimpahkan kepada
mereka keberkahan dari langit dan dari bumi. (Al-Araf: 96)

Kedua, tekun mengamalkan amalan siang dan malam

Amalan siang dan malam dapat melindungi dan menjaga pelaku dakwah untuk selalu
berhubungan dengan Allah swt. Hal ini dapat menjauhkannya dari perbuatan yang tidak
mendapat restu dari Allah.

Allah berfirman:

Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu, ialah orang berjalan di atas
bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan
kata-kata yang (mengandung) keselamatan. Dan orang-orang yang melalui malam harinya
dengan bersujud dan berdiri untuk Rabb mereka. (Al-Furqan: 63-64)

Ketiga, mengintai waktu-waktu yang baik

Dalam banyak hadits Rasulullah saw. banyak menginformasikan adanya waktu-waktu tertentu
dimana Allah swt. lebih memperhatikan doa hamba-Nya. Sepertiga malam terakhir, hari Jumat,
antara dua khutbah, bada Ashar hari Jumat, bulan Ramadhan, bulan Zulqaedah, Zulhijjah,
Muharram, rajab dll. Waktu-waktu itu memiliki keistimewaan yang dapat mengangkat derajat
seseorang di hadapan Allah.

Keempat, menjauhi hal-hal yang berlebihan.


Berlebihan dalam kebaikan bukan merupakan tindakan bijaksana. Apalagi berlebihan dalam
keburukan. Allah memerintah manusia sesuai dengan kemampuannya.

Firman Allah:

Maka bertaqwalah kamu kepada Allah sesuai dengan kesanggupanmu! (At-Taghabun: 6)

Islam adalah Din tawazun (keseimbangan). Disuruhnya pemeluknya memperhatikan akhirat,


namun jangan melupakan kehidupan dunia. Seluruh anggota tubuh dan jiwa mempunyai haknya
masing-masing yang harus ditunaikan. Dalam ayat lain Allah berfirman:

Demikianlah kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat pertengahan (adil) dan pilihan.
(Al-Baqarah: 143)

Kelima, melazimi Jamaah

Berjamaah itu rahmat, Firqah (perpecahan) itu azab. demikian sabda Rasulullah. Dalam hadits
yang lain beliau bersabda: Barangsiapa yang menghendaki tengahnya surga, hendaklah ia
melazimi jamaah.

Dengan jamaah seorang muharrik akan selalu berada dalam majelis dzikir dan pikir. Hal ini
membuatnya selalu terikat dengan komitmennya semula. Juga jamaah dapat memberikan
program dan kegiatan yang variatif. Sehingga terhindarlah ia dari kebosanan dan rutinitas.

Keenam, mengenal kendala yang akan menghadang

Saudaraku

Pengetahuan pelaku dakwah dan pejuang akan tabiat jalan yang hendak dilalui serta rambu-
rambu yang ada, akan membuatnya siap, minimal tidak gentar, untuk menjalani rintangan yang
akan datang. Allah berfirman:

Dan beberapa banyak Nabi yang berperang bersama mereka sebagian besar karena bencana
yang menimpa di jalan Allah, dan tidak pula lesu dan tidak pula menyerah (kepada musuh). Allah
menyukai orang-orang yang sabar. (Ali Imran: 146)

Ketujuh, teliti dan sistemik dalam kerja.

Dengan perencanaan yang baik, Pembagian tugas yang jelas, serta kesadaran akan tanggung
jawab yang diemban, dapat membuat harakah menjadi harakatul muntijah (harakah yang
berhasil). Perencanaan akan menyadarkan pejuang, bahwa jalan yang ditempuh amat panjang.
Tujuan yang akan dicapai amat besar. Karena itu juga dibutuhkan waktu, amal dan percobaan
yang besar. Jika ini semua telah dimengerti, insya Allah akan tercapai sasaran-sasaran yang telah
ditentukan.

Kedelapan, memilih teman yang shalih

Rasulullah bersabda:

Seseorang tergantung pada sahabatnya, maka hendaklah ia melihat dengan siapa ia berteman.
(H.R. Abu Daud)

Kesembilan, menghibur diri dengan hal yang mubah

Bercengkerama dengan keluarga, mengambil secukupnya kegiatan rekreatif serta memberikan


hak badan secara cukup mampu membuat diri menjadi segar kembali untuk melanjutkan amal
yang sedang dikerjakan.

Kesepuluh, mengingat mati, surga dan neraka


Rasulullah bersabda: Jika sekiranya engkau mengetahui apa yang aku ketahui, niscaya engkau
akan banyak menangis dan sedikit tertawa.

Saudaraku

Ketahuilah, bahwa futur menyebabkan jalan dakwah yang harus di tempuh menjadi lebih
panjang, sebab tidak mendapatkan maiyatullah (kebersamaan dan pembelaan Allah) dan daya
intilaq (lompatan) kita menjadi lebih berat, baik karena borosnya biaya dan rontoknya para
pejuang dan penyeru dakwah. Mudah-mudahan Allah selalu menjaga kita, Amin. Wallahu alam
bis shawab

Sumber: https://www.dakwatuna.com/2009/04/29/2378/agar-futur-tidak-
menghantui/#ixzz4ykv8Q9Cg

Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook

Você também pode gostar