Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya, sehingga laporan ANALISIS EFEKTIVITAS
SISTEM RESI GUDANG MELALUI INTEGRASI PASAR LELANG
FORWARD KOMODITI dapat diselesaikan. Analisis ini dilatar belakangi
Pemanfaatan SRG yang kurang optimal disebabkan adanya kendala
dihadapi dalam implementasi SRG seperti kurangnya pemahaman
masyarakat terhadap mekanisme SRG, kurangnya komitmen pemerintah
daerah dalam pengembangan SRG, terbatasnya pengelola gudang yang
memiliki kecukupan modal operasional, dan terbatasnya lembaga Penguji
Mutu Komoditi tertentu di beberapa daerah. Untuk mengatasi tersebut
dibutuhkan suatu inovasi untuk pengembangan SRG guna mendorong
optimalisasi pemanfaatan SRG. Bappebti bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan SRG menyusun strategi pengembangan SRG dengan
mengembangkan model bisnis SRG integratif (pra-Resi gudang) hingga
hilir (termasuk jaringan logistik dan pemasarannya) melalui pasar lelang.
Kajian ini diselenggarakan secara swakelola oleh Pusat Kebijakan
Perdagangan Dalam Negeri, dengan tim peneliti terdiri dari Firman
Mutakin, Bagus Wicaksena, Yudha Hadian Nur, Riffa Utama dan Nasrun
serta dibantu tenaga ahli
Disadari bahwa laporan ini masih terdapat berbagai kekurangan,
maka kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun.
Dalam kesempatan ini tim mengucapkan terima kasih terhadap berbagai
pihak yang telah membantu terselesainya laporan ini. Sebagai akhir kata
semoga hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi pemimpin dalam
merumuskan kebijakan di pengembangan SRG dan Pasar Lelang di
Indonesia.
Kata kunci: Sistem Resi Gudang (SRG), Pasar Lelang Komoditi (PLK),
model bisnis Integrasi
ABSTRACT
Analysis Background of Effectiveness Warehouse Receipt System
(WRS) Through Integration to Forward Commodity Auction Market is
unoptimal utilization of WRS implementation. to overcome we need an
innovation for the development of WRS. to optimalize use of WRS. Badan
Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (Bappebti) implement
development strategy WRS developing business models WRS integrative
(pre-Receipt warehouse) to downstream (including network logistics and
marketing) through the utilization of an Auction Market (AM). This analysis
aims at reviewing the implementation of WRS and commodity AM,
Bappebti formulating integration mechanism WRS and AM then formulate
policy recommendations and the Government's strategy (Bappebti) in
order to SRG integration with PL. the results of the analysis,
Implementation of WRS and AM have not run optimally because closed
mindset of farmers and businessmen institution with the utilization of WRS
and AM in order to get a reasonable price, transparent and equitable.
WRS and AM integration requires clear mechanisms institution, security
and professionalitas of the parties involved in it. This mechanism needs to
be set in its own rules so as to avoid ambiguous in its implementation.
Untuk mencapai tujuan penelitian ini, maka ruang lingkup penelitian ini
meliputi :
a. Analisis beberapa aspek yang terkait dengan SRG dan PL seperti:
1) Aspek kebijakan : Peraturan dan kebijakan serta
implementasinya yang berkaitan dengan SRG dan PL;
Implementasi peraturan dan kebijakan yang berkaitan dengan
SRG dan PL;
2) Aspek kelembagaan dan manajemen yang terkait dengan SRG
dan PL;
3) Aspek operasonal dari SRG dan PL
4) Aspek finansial dalam implementasi SRG dan PL
Sistematika laporan hasil analisis ini terdiri dari 5 (lima) bab, yaitu sebagai
berikut :
Bab I Pendahuluan. Bab ini menguraikan tentang latar belakang
masalah sehingga perlunya analisis, tujuan dan keluaran
analisis, ruang lingkup analisis untuk membatasi permasalahan
yang diteliti serta sistematika penulisan.
Bab II Tinjauan Pustaka. Bab ini menguraikan teori dan konsep-konsep
yang menunjang terhadap permasalahan yang diteliti sebagai
dasar pemikiran dalam mengembangkan model penelitian,
Definisi Resi Gudang, Landasan hukum SRG, Kelembagaan
Sistem Resi Gudang dan penelitian sebelumnya yang relevan.
Bab III Metodologi. Dalam bab ini diuraikan metodologi penelitian yang
meliputi kerangka berpikir, metodologi analisis yang terdiri dari
teknik pengambilan data dan analisa data.
Bab IV Gambaran kondisi pelaksanaan SRG dan pasar lelang
komoditi saat ini. Bab ini menguraikan gambaran pelaksanaan
SRG dan pasar lelang komoditi saat ini untuk diketahui peta
Pembayaran/
Pasar (Spot, Pelunasan
Future)
Pembelian
Pengeluaran/ Pembeli, Pengolah,
pengambilan barang
Pedagang, Spekulan
Gudang
Penawaran jual beli di pasar lelang forward dilakukan secara terbuka dan
atas dasar contoh dana tau spesifikasi mutu yang telah ditetapkan. Hari
dan jam dulakukannya lelang setiap haru kerja atau pada waktu yang
telah ditetapkan oleh penyelenggara pasar lelang forward. Setiap lelang
diadakan dalam 2 (dua) sesi yaitu sesi pagi (pukul 09.00 12.00) dan sesi
sore (13.00 16.00) dan waktu lain sesuai kebutuhan yang ditetapkan
oleh penyelenggara pasar lelang forward.
Tercipta
Mekanisme Sistem
Perdagangan Perdagangan
yang Efektif
dan Efisien
Jumlah RG Pembiayaan
Tahun Berat (Kg) Nilai RG (Rp)
Terbit (Rp)
2010 57 2,299,936 8,678,733,500 3,015,650,000
2011 268 8,715,619 39,305,723,603 26,080,530,950
2012 383 18,281,865 93,884,855,305 59,164,986,823
2013 531 20,698,229 108,536,226,106 66,566,956,000
2014 624 22,456,626 120,570,534,600 77,692,104,400
Juni 2015 107 2,747,616 23,337,239,200 11,190,480,760
Sumber: PT. KBI, 2015
Pasar lelang Jawa Barat didirikan pada tahun 2002. Pada awal
pendirian, pasar lelang komoditi agro dikelola oleh Dinas Indag Agro
Pemprov Jawa Barat. Pada tahun 2009, pengelolaannya dialihkan ke
Dinas Indag bidang perdagangan dan pada tahun 2013 mengalami
revitalisasi. Pada saat revitalisasi, pengelolaan pasar lelang dialihkan dari
KEKUATAN (STRENGHT)
No Variabel Skor Bobot Total
1 Sarana gudang SRG memadai 2,5 0,087179 0,217949
2 Keberadaan badan pengawas yang kredibel 3,0 0,092308 0,276923
3 Keberadaan lembaga penilai kesesuaian yang efektif 3,0 0,092308 0,276923
4 Keberadaan lembaga pembiayaan yang dapat dipercaya 3,0 0,092308 0,276923
5 Keberadaan pusat registrasi yang kredibel 3,0 0,092308 0,276923
Total 0,45641 1,325641
KELEMAHAN (WEAKNESS)
No Variabel Skor Bobot Total
1 Kapasitas gudang SRG sudah proporsional 2,5 0,092308 0,230769
2 Ketersediaan jumlah SDM pengelola gudang yang berkualitas 3,0 0,087179 0,261538
3 Jumlah gudang SRG yang dapat dimanfaatkan di daerah 3,5 0,092308 0,323077
4 Sistem informasi yang terintegrasi antar kelembagaan SRG 3,0 0,087179 0,261538
5 Letak gudang SRG di daerah cukup strategis 4,0 0,092308 0,369231
6 Pengelolaan SRG sudah mendukung konsep rantai pasok 2,5 0,092308 0,230769
Total 0,54359 1,676923
Selisih S-W -0,35128
Keterangan: Untuk Kekuatan, nilai skor (persepsi) 1=sangat negatif; 4=sangat positif.
Sementara untuk Kelemahan, nilai skor (persepsi) 1=sangat positif; 4=sangat negatif
PELUANG (OPPORTUNITY)
ANCAMAN (THREAT)
No Variabel Skor Bobot Total
Peningkatan impor komoditas pertanian yang menurunkan minat menanam
1
petani 3,3 0,080808081 0,269360269
2 Peran pedagang perantara dalam tataniaga komoditas semakin besar 3,0 0,085858586 0,257575758
3 Kepastian hukum yang terjamin 2,7 0,085858586 0,228956229
Perubahan iklim yang berdampak pada penurunan produksi komoditas dalam
4
negeri 4,0 0,080808081 0,323232323
Total 0,333333333 1,079124579
Selisih O-T 0,748316498
Keterangan: nilai skor 1=sangat tidak setuju; 4=sangat setuju.
0.6
0.4
0.2
Weakness 0 Strenght
-0.5 -0.3 -0.1 0.1 0.3 0.5
-0.2
-0.4
-0.6
-0.8
Threat
KELEMAHAN (WEAKNESS)
No Variabel Skor Bobot Total
1 Keberadaan lembaga penjamin transaksi pasar lelang 3,0 0,109 0,326923077
2 Lokasi pasar lelang terhadap sentra produksi 3,0 0,115 0,346153846
3 Pemenuhan skala ekonomis pasar lelang oleh produsen (petani) 2,5 0,109 0,272435897
4 Sistem informasi yang terintegrasi 2,0 0,115 0,230769231
5 Keterkaitan pelaksanaan pasar lelang dengan APBN/APBD 3,0 0,109 0,326923077
6 Pemenuhan standar mutu produk oleh peserta lelang 2,5 0,1026 0,256410256
Total 0,558 1,503205128
Selisih S-W -0,375
Keterangan: Untuk Kekuatan, nilai skor (persepsi) 1=sangat negatif; 4=sangat positif.
Sementara untuk Kelemahan, nilai skor (persepsi) 1=sangat positif; 4=sangat negatif
ANCAMAN (THREAT)
Threat
Terkait dengan posisi SRG dan PL yang saat ini berada pada
kuadran III, maka push strategy yang dirumuskan berfokus pada upaya
meminimalisir kelemahan yang ada dengan melihat peluang yang tersedia.
Untuk itu, push strategy yang dapat dilakukan sebagai berikut:
a. Pemerintah pusat dalam hal ini Bappebti menerbitkan kebijakan
mengenai integrasi SRG dan PL yang mengatur mengenai
kelembagaan, mekanisme transaksi, hak dan kewajiban dari SRG dan
PL serta sanksi apabila terdapat wanprestasi dari salah satunya.
Peraturan ini disusun untuk memberikan kejelasan baik untuk SRG
maupun PL dalam menjalankan fungsinya di integrasi tersebut. Jika
hal ini tidak dilakukan, maka pada saat implementasinya akan
menimbulkan ambigu baik untuk SRG maupun PL yang pada akhirnya
integrasi ini tidak dapat terlaksana.
b. Mekanisme transaksi antara lain mengatur tentang:
1) Sistem terintegrasi antara SRG dan PLK baik secara online
maupun offline
2) Tempat pelaksanaan lelang
3) Komoditas yang dilelang
4) Biaya yang harus dikeluarkan untuk transaksi baik di SRG
maupun PL.
5) Initial margin untuk menjamin apabila terjadi gagal serah dan
gagal bayar.
6) Tepat penyerahan dimana gudang SRG dapat sebagai gudang
serah komoditas
c. Mengintegrasikan kelembagaan SRG dan PL sehingga biaya
operasional yang ditimbulkan dapat lebih efisien.
Pengelola Penyelenggara
Gudang SRG PL
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang terdapat pada Bab IV, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
a. Implementasi SRG dan PL belum berjalan optimal. Hal ini disebabkan
karena belum terbukanyanya mindset petani dan pelaku usaha terkait
dengan sisi positif pemanfaatan SRG dan PL dalam rangka
mendapatkan harga yang wajar, transparan dan berkeadilan.
b. Integrasi SRG dan PL memerlukan mekanisme yang jelas terkait
dengan kelembagaan, keamanan dan professionalitas dari para pihak
yang terlibat di dalamnya. Mekanisme ini perlu diatur dalam aturan
tersendiri sehingga tidak menimbulkan ambigu dalam
pelaksanaannya.
6.2 Rekomendasi
Ashari. 2012. Potensi dan Kendala Sistem Resi Gudang (SRG) Untuk
Mendukung Pembiayaan Usaha Pertanian di Indonesia. Forum
Penelitian Agro Ekonomi. Vol. 29, No. 2. Pusat Sosial Ekonomi dan
Kebijakan Pertanian.
Aviliani dan Usman Hidayat. 2005. Menuju Skim Pembiayaan Resi
Gudang yang Atraktif. Diunduh dari:
http://www.indef.or.id/xplod/upload/arts/Resi%20Gudang.HTM pada
tanggal 25 Agustus 2015
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), 2014,
Laporan Rekapitulasi Resi Gudang Tahun 2013, Kementerian
Perdagangan RI
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI), 2015,
Outlook 2015 Sistem Resi Gudang dan Pasar Lelang, Kementerian
Perdagangan RI.
Dewantoro. 2012. Petani Juga Keluhkan Resi Gudang Belum Berfungsi.
Medan Bisnis. Rabu, 8 Agustus 2012. Diunduh dari :
www.medanbisnisdaily.com pada tanggal 22 Agustus 2015
Hasan, F. 2008. Potensi Penerapan Sistem Resi Gudang di Indonesia.
Institute for Development of Economic and Financing (INDEF).
Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Sistem Resi Gudang,
Pengembangan Alternatif Pembiayaan melalui Sistem Resi
Gudang. Hotel Borobudur, tanggal 4 November 2008, Jakarta.
Muhi, H. A. 2011. Fenomena Pembangunan Desa.Institute Pemerintahan
Dalam Negeri. Jatinangor, Jawa Barat.
Pusat Pembiayaan. 2006. Pedoman Umum Sistem Tunda Jual Komoditas
Pertanian. Pusat Pembiayaan Pertanian. Departemen Pertanian.
Jakarta.