Você está na página 1de 5

BELAJAR MENYENANGKAN

Apakah Belajar Itu?

Belajar adalah suatu proses perubahan perilaku yang bersifat menetap melalui serangkaian
pengalaman. Belajar tidak sekadar berhubungan dengan buku-buku yang merupakan salah
satu sarana belajar, melainkan berkaitan pula dengan interaksi anak dengan lingkungannya,
yaitu pengalaman. Hal yang penting dalam belajar adalah perubahan perilaku, dan itu
menjadi target dari belajar. Dengan belajar, seseorang yang tadinya tidak tahu menjadi tahu,
dari tidak bisa menjadi bisa. Kita perlu memperluas pemahaman tentang belajar tidak hanya
pada pengetahuan yang bersifat konseptual, melainkan juga hal-hal yang menyangkut
keterampilan serta sikap pribadi yang mempengaruhi perilaku seseorang. Ada empat area
yang disentuh berkenaan dengan belajar yaitu:

1. Citra diri dan perkembangan kepribadian


2. Latihan keterampilan hidup
3. Cara berpikir atau pola pikir
4. Kompetensi atau kemampuan yang bersifat akademik, fisik, dan artistik.

Selain itu ada satu area lagi yang menurut penulis sangat penting yaitu area yang bersifat
rohani, yang menyangkut pengenalan seseorang terhadap Tuhan.

Tony Buzan, seorang psikolog dari Inggris, mengatakan demikian; "Pada saat seorang anak
dilahirkan, ia sebetulnya benar-benar brilian." Sebab itu, adalah salah jika orangtua
beranggapan anaknya bodoh. Bila ia dikatakan bodoh, maka kemungkinan ia akan menjadi
bodoh. Saran yang diberikan adalah agar anak mendapatkan sebanyak mungkin latihan fisik
yang menggunakan tangan dan kaki seperti merangkak, memanjat, dan sebagainya. Orangtua
perlu memberi kesempatan pada anak-anak untuk belajar dari kesalaha, yaitu melalui trial
and error (coba-salah). Anak-anak suka bereksperimen, mencipta, dan mencari tahu cara
bekerjanya sesuatu. Mereka juga suka pada tantangan. Sebab itu penting bagi orangtua untuk
memperluas dunia anak mereka, tidak terbatas hanya di rumah saja.

Anak-anak juga cenderung bertanya tentang segala hal yang tampak baru bagi mereka. Untuk
itu dibutuhkan kesabaran orangtua untuk mendengarkan dan menjawab pertanyaan mereka.
adalah kurang bijaksana jika orangtua menanggapi pertanyaan anak dengan mengatakan;
"Sudah, kamu anak kecil nggak usah tanya-tanya, bawel amat, sih, "atau; "Kamu masih kecil,
nanti sudah besar juga akan tahu sendiri." Dalam hal ini orangtua sebenarnya sedang
mematikan rasa ingin tahu anak. Padahal rasa ingin tahu ini adalah hal yang sangat penting
dalam proses belajar.

Ada orangtua yang beraksi dengan cara lain, yaitu dengan tidak menghiraukan atau
mendiamkan anak, atau hanya menjawab seadanya agar anak segera berhenti bertanya. Pola
asuh yang demikian tentu tidak mendukung metoda CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) yang
berusaha diterapkan di sekolah-sekolah sekarang ini. Sadar atau tidak, pola asuh orangtua
atau cara guru mengajar memiliki andil dalam membentuk anak-anak kita menjadi aktif atau
pasif. Bagi anak, bertanya merupakan modal dasar mereka untuk belajar.

Selain itu, anak juga banyak belajar dengan cara meniru orang dewasa. Mereka mencontoh
orang dewasa dengan melihat dan mengamati, atau dengan mendengar. Karena itulah, kita
tidak usah heran mendengar anak kita tiba-tiba mengucapkan kata-kata makian atau kata
kasar yang tidak pernah kita ajarkan. Mungkin mereka mendengar makian itu dari pembantu,
dari televisi, atau dari kita sendiri. Saat anak mengucapkan kata-kata kasar seperti itu, saat itu
juga orangtua perlu memberi penjelasan tentang arti kata-kata tersebut beserta dampaknya
dan berusaha mengoreksinya.

Usia Efektif Belajar.

Kapan waktu yang paling tepat bagi seorang anak untuk belajar secara optimal? Teori
perkembangan kognitif Piaget memberi penekanan pada faktor kematangan atau kesiapan
dalam belajar, artinya ada masanya bagi seorang anak untuk belajar sesuatu. Sebab itu adalah
sia-sia jika kita mengajarkan sesuatu kepada anak sebelum waktunya. Misalnya, anak yang
belum memasuki tahap perkembangan kognitif praoperasional (2-7 tahun) umumnya masih
akan mengalami kesulitan dalam belajar bahasa karena belum mampu menggunakan simbol-
simbol. Oleh karena itu, penganut teori Piaget berpendapat bahwa adalah sia-sia mengajar
bahasa (di luar bahasa ibu) kepada anak usia di bawah lima tahun.

Namun belakangan ini berkembang teori belajar yang bisa kita baca dalam buku Accelerated
Learning for the 21st Century oleh Colin Rose dan Malcolm J. Nitcholl, yang mengatakan
bahwa sejak lahir sampai dengan usia 10 tahun adalah masa-masa yang sangat penting dan
peka bagi anak untuk belajar. Disebutkan bahwa 50% kemampuan belajar anak
dikembangkan pada masa empat tahun pertama, 30% dikembangkan menjelang ulang
tahunnya yang ke-8, dan tahun-tahun yang amat penting tersebut merupakan landasan atau
penentu bagi semua proses belajarnya di masa depan.

Berdasarkan teori tersebut, anak perlu diberi banyak rangsangan pada masa empat tahun
pertama agar ia belajar dan menyerap banyak hal. Tahun-tahun pertama inilah yang justru
merupakan saat tepat dan ideal bagi anak untuk belajar lebih dari satu bahasa. Dikatakan juga
bahwa semua anak sebenarnya jenius di bidang bahasa. Jadi, dapat disimpulkan bahwa saat
terbaik untuk mengembangkan kemampuan belajar adalah sebelum masuk sekolah, karena
sebagian besar jalur penting di otak dibentuk pada tahun-tahun awal tersebut. Dalam hal ini,
orangtua memegang peranan sangat penting dalam meletakkan fondasi bagi pengembangan
kemampuan belajar anak.

TIPS-TIPS PRAKTIS

Berikut adalah kiat-kiat praktis agar belajar menjadi pengalaman yang menyenangkan bagi
anak.
Ciptakan Lingkungan Tanpa Stres (Rileks).

Seorang ibu mengeluh bahwa anaknya yang baru kelas 3 SD sudah dapat mengungkapkan
bahwa dirinya stres. Jika dipikir-pikir, anak-anak mendapatkan banyak tekanan, baik dari
guru-guru di sekolah maupun orangtua dengan harapan-harapan yang terkadang kurang
realistis demi terpenuhinya cita-cita orangtua yang dulu tidak berhasil dicapai.

Orangtua hendaknya tidak terlalu menekankan nilai, kelulusan, dan gelar, sebab hakekat
belajar bukan terletak pada itu semua. Saya ingat sekali pengalaman saya sewaktu di SD.
Saya sangat lemah dalam bidang matematika. Setiap kali akan ulangan matematika, orangtua
saya membuatkan soal latihan banyak sekali yang mencakup seluruh materi pelajaran yang
telah diajarkan. Pada hari itu saya pasti tidur sangat malam karena orangtua terus mendesak
saya menyelesaikan semua soal yang ada sampai saya menangis-nangis memohon agar hal ini
segera diakhiri. Hingga keesokan paginya pun, orangtua saya tetap berusaha menggunakan
menit-menit terakhir bahkan terkadang sampai di gerbang sekolah pun saya masih dijejali
rumus-rumus yang harus dihafalkan.

Tidak dapat disangkal bahwa akhirnya kepanikan orangtua juga menular pada diri saya
sehingga betapa keras pun usaha orangtua mengajar saya, nilai saya tetap jelek, kadang-
kadang pas-pasan. Yang jelas, sejak itu saya jadi agak alergi dengan pelajaran matematika.

Anak tidak bisa belajar efektif dalam keadaan stres. Syarat pembelajaran yang efektif adalah
lingkungan yang mendukung dan menyenangkan. Belajar perlu dinikmati dan timbul dari
perasaan suka serta nyaman tanpa paksaan. Untuk menciptakan lingkungan tanpa stres bagi
anak, penting bagi orangtua agar rileks dan tidak menetapkan target atau menuntut anak
melebihi kemampuannya.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan tuntutan dari orangtua dengan budaya
yang berbeda. Orangtua dari budaha Jepang dan Cina menetapkan standar yang lebih tinggi
terhadap prestasi anak, mengevaluasi dengan ketat hasil yang diperoleh, dan mendorong anak
untuk bekerja lebih keras. Sedangkan orangtua Amerika lebih menekankan kemampuan dasar
(IQ) anak daripada kerja keras dalam mencapai prestasi akademik. Sebenarnya perlu bagi
orangtua untuk merefleksi diri dan menjawab dengan jujur pertanyaan; "Apakah yang saya
lakukan ini adalah untuk kepentingan anak saya atau untuk kepentingan diri saya sendiri?"

Manfaat Sarana Bermain untuk Belajar.

Dunia anak adalah dunia bermain. Bermain adalah metode belajar yang paling efektif. Anak-
anak belajar dari segala kegiatan yang mereka lakukan. Kuncinya adalah bagaimana
mengubah kegiatan bermain menjadi pengalaman belajar. Ketika anak merasa senang dan
nyaman, ia akan mampu belajar dengan baik. Bagi anak kecil yang sedang belajar menghafal
kata-kata yang berlawanan seperti kata atas dan bawah, sambil bermain bola kita bisa
mengucapkan "jika bola dilempar ke atas pasti akan jatuh ke bawah", belajar kata nyala dan
padam dengan memainkan lampu, belajar kata buka dan tutup melalui pintu yang dubuka dan
yang ditutup, dan seterusnya. Bagi anak yang lebih besar, saat ulangan pelajaran hafalan,
orangtua dapat menanyakan kembali melalui permainan tebak-tebakan dengan sistem poin.
Jumlah poin yang diperoleh dapat ditukar dengan makanan kesukaannya. Yang ingin
ditekankan di sini bukan pada permainannya, tapi kegembiraan yang menyertai.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor emosi sangat penting dalam proses pembelajaran
dan pendidikan. Ketika suatu pelajaran melibatkan emosi positif yang kuat, umumnya
pelajaran tersebut akan terekam dengan kuat pula dalam ingatan. Untuk itu, dibutuhkan
kreatifitas guru dan orangtua untuk menciptakan permainan-permainan yang dapat menjadi
wadah dan sarana anak untuk belajar, misalnya melalui drama, warna, humor, dan lain-lain.

Gunakan Kelima Indra Anak sebagai Jalur Belajar.

Bagian neokorteks dari otak kita terbagi dalam beberapa fungsi khusus seperti fungsi
berbicara, mendengar, melihat dan meraba. Kita menyimpan memori-memori indrawati di
tempat yang berbeda. Jika ingin memiliki memori yang kuat, kita harus menyimpan informasi
dengan menggunakan semua indera kita - melihat, mendengar, berbicara, menyentuh, dan
membaui. Anak-anak umumnya belajar melalui pengalaman konkret yang aktif. Untuk
memahami kondep 'bulat' yang abstrak, seorang anak perlu bersentuhan langsung dengan
benda-benda bulat, apakah itu dengan cara melihat dan meraba benda bulat atau dengan cara
menggelindingkan bola. Menurut Vernon A. Magnesen dalam Quantum Teaching, kita
belajar 10% dari apa yang kita baca; 20% dari apa yang kita dengar; 30% dari apa yang kita
lihat; 50% dari apa yang kita lihat dan dengar; 70% dari apa yang kita katakan; dan 90% dari
apa yang kita katakan dan lakukan.

Pakailah Seluruh Dunia Sebagai Ruang Kelas.

Ubahlah segala sesuatu yang ada di sekitar kita menjadi pengalaman belajar. Marzollo dan
Lloyd berkata demikian; "Semuanya tersedia di sekitar Anda." Berikut ini adalah beberapa
ide kreatif dari buku Revolusi Cara Belajar, oleh Gordon Dryden & Dr. Jeanette Vos:
"Belajar tentang berbagai bentuk. Bentuk lingkaran bisa dilihat pada roda, balon, matahari,
bulan, kacamata, mangkok, piring, uang logam; sedangkan persegi panjang bisa dilihat pada
pintu, jendela, buku, kasur. Bujursangkar bisa dilihat di layar komputer, televisi, kotak tissu,
saputangan, taplak meja; sedangkan segitiga bisa dilihat pada pohon Natal, rumah, gunung,
dan tenda.

" Belanja di supermarket menjadi petualangan belajar. Sebelum belanja, minta anak-anak
Anda untuk mengecek kulkas dan seluruh isi rumah, kira-kira apa saja yang dibutuhkan oleh
mereka dan seluruh anggota keluarga. lalu diadakan lomba waktu berada di supermarket.
Siapa yang paling cepat dan paling banyak menemukan barang-barang yang dibutuhkan,
dialah yang menang. " Belajar menghitung benda-benda nyata Minta anak untuk menghitung
benda-benda yang dapat disentuhnya, misalnya; "Kamu punya satu hidung dan berapa mata?
Berapa jarimu?" libatkan juga anak ketika Anda menyiapkan meja untuk dua, tiga, atau
empat orang. Atau biarkan anak Anda yang menghitung uang ketika membayar di kasir.

" Belajar mengkategorikan sesuatu. Otak menyimpan informasi melalui asosiasi (persamaan)
dan penggolongan atau kategori dan Anda bisa menciptakan kegiatan bermain anak sambil
bekerja. Waktu Anda hendak membereskan pakaian, anak bisa diminta untuk memilah-milah
berdasarkan warna pakaian, jenis pakaian, maupun pemilik. Dengan demikian, Anda dapat
tetap mengerjakan tugas rumah tangga sambil anak juga belajar tentang sesuatu.

Pentingkan dorongan positif.

Berdasarkan penelitian, anak sejak usia dini rata-rata menerima enam komentar negatif untuk
satu dorongan positif yang diterimanya. Saya kira, tingkat perbandingan dorongan positif dan
negatif di Indonesia akan jauh lebih besar. Kebanyakan kita dibesarkan dalam lingkungan
dengan komentar negatif yang lebih banyak daripada yang positif. Padahal dorongan positif
memiliki kekuatan yang sangat besar untuk membangun rasa percaya diri anak dan memacu
semangat agar anak berprestasi dengan lebih baik lagi. Sebagai orangtua yang mungkin
dibesarkan dalam keluarga yang lebih banyak memberikan komentar negatif, seyogyanya kita
lebih berhati-hati agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama pada anak-anak kita.

CINTA adalah resep penting dalam pendidikan anak.

Prof. Diamond, seorang ahli saraf, mengingatkan bahwa cinta merupakan resep paling
penting dalam dunia pendidikan anak. Kehangatan dan kasih sayang adalah faktor utama
dalam mendukunga perkembangan seutuhnya. Sentuhan emosi memberikan dampak besar
dalam proses belajar anak.

Perlu diketahui bahwa kapasitas otak manusia tidak terbatas. Seseorang bisa terus belajar
sejak lahir sampai akhir hidupnya. Menurut Antonia Lopez, "Tugas utama orang dewasa
adalah menyediakan sebanyak mungkin kesempatan yang sesuai dengan tingkat umur dan
mengembangkannya secara bertahap." Otak pun akan mampu bekerja secara efektif bila
digunakan secara teratur. Ada pepatah kuno berbunyi demikian; "If you don't use it, you lose
it"-Jika tidak digunakan, Anda akan kehilangan otak Anda.

Você também pode gostar