Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
1 Moral
Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat
istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai
macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moral merupakan standard baik-buruk yang ditentukan bagi individu
nilainilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan
aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial
secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya
kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan. (Ali,
Mohammad et al 2012)
Seharusnya, moral dibutuhkan pada kehidupan masyarakat dalam bersosialisasi.
Individu memandang individu atau kelompok lain berdasarkan moral. Mengenai
perilaku, kesopanan, bersikap baik merupakan beberapa sikap dari moral yang
dipandang masyarakat.Moral dapat memandang masyarakatnya memiliki nilai sosial
yang baik atau buruk. Kepribadian sesorang sangat erat kaitannya dalam kegiatan
seharihari, moral diperlukan demi kehidupan yang damai dan harmonis sesuai dengan
aturan. Dapat dipahami bahwa moral adalah keseluruhan aturan, kaidah atau hukum
yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat
di mana manusia itu berada. Karena moral merupakan pengatur perilaku individu dalam
bersosialisasi dengan kelompok masyarakat. Dengan adanya moral baik yang tumbuh
dalam masyarakat, kehidupan bersosialisasi di dalamnya akan terasa damai. Hal
tersebut harus dipatuhi, karena moral memiliki fungsi dalam mengatur, menjaga
ketertiban, dan menjaga keharmonisan antar masyarakat yang ada dalam suatu pranata
sosial.
2. Pertanggungjawaban
Hadis di atas juga memberikan pengertian lain yang tidak kalah pentingya
dengan diktum pertama, yaitu pertanggungjawaban terhadap kesalahan
pelayanan pengobatan.
Undang-Undang juga melindungi kesalahan dokter jika kesalahan itu
tidak terbukti ada unsur kesengajaannya atau keteledorannya. Hadis di atas
hanya membatasi pertanggungjawaban atas orang yang melakukan praktek
tanpa izin praktek sebelumnya.
4. Spesialisasi
Islam mendorong spesialisasi (keahlian khusus) dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokter benar-benar ahli dalam
bidang yang ditekuninya. Itulah sebabnya maka setiap kali Rasulullah melihat
beberapa dokter yang merawat pasien beliau bertanya: Siapakah di antara
kalian yang lebih menguasai spesialisasi tentang penyakit ini.
Apabila beliau melihat seorang di antara mereka yang lebih mengetahui
(ahli), maka beliau mendahulukan di antara yang lainnya.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada
jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah
yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (QS. At Taubah: 111)
Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung
semacam undangan atau imbauan. Nilai estetis, misalnya, seolah-olah minta
supaya diwujudkan dalam bentuk lukisan, komposisi musik, atau cara lain.
Dan kalau sudah jadi, lukisan minta untuk dipamerkan dan musik minta
untuk diperdengarkan. Tapi pada nilai-nilai moral tuntutan ini lebih mendesak
dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan imbauan dari hati
nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini
menimbulkan suara dari hati nurani yang menuduh kita bila meremehkan
atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila mewujudkan nilai-nilai
moral.
1. Pengertian Nilai-nilai Keislaman Menurut Para Tokoh
Pada dasarnya konsep umum yang ada dalam masyarakat kita tentang istilah
nilai merupakan konsep ekonomi. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib
Thoha mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai
bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan
tidak dikehendaki. Sedangkan, menurut Chabib Thoha nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti manusia yang meyakini
(Yusuf, 2000).
Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat
keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan
corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun
perilaku. Adapun definisi nilai yang benar dan dapat diterima secara universal
menurut Linda dan Ricard Eyre adalah sesuatu yang menghasilkan perilaku dan
perilaku berdampak positif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain. Jadi,
nilai - nilai pendidikan Islam adalah sifat - sifat atau hal - hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai
tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT (M. Nippan, 2001).
Luasnya materi ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang mukmin
yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan tetapi dari
kesemuanya itu yang juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang
nilai-nilai atau unsur-unsur yang terkandung dalam agama Islam. Seorang
muslim pada hakikatnya harus mengandung nilai-nilai yang didasari atau dijiwai
oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber mutlak yang harus
ditaati (Zakiah, 2006).
Adapun nilai - nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1) Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Quran dan
hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan
pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk
berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan
aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman
dan lingkungannnya.
2) Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas
kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke
arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari rayu,
adat istiadat dan kenyataan alam..
Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al- Quran dan
Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang
sistem nilai yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits (Yusuf, 2000).
1) Nilai etis
Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada
ukuran baik dan buruk.
2) Nilai Pragmatis
Nilai Pragmatis adalah nilai yang mendasari orientasinya
pada berhasil atau gagalnya.
4) Nilai Religius
Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada
dosa dan pahala, halal dan haramnya
2) Nilai material
2) Nilai estetika
Nilai estetika ini mutlak mutlak dibutuhkan oleh manusia,
karena merupakan bagian hidup manusia yang tak terpisahkan,
yang dapat membangkitkan semangat baru dan gairah berjuang.
Nilai ini merupakan fenomena sosial yang lahir dari rangsangan
cipta dalam rohani seseorang. Rangsangan tersebut untuk
memberikan ekspresi dalam bentuk cipta dari suatu emosi, sehingga
akan melahirkan rasa yang disebut dengan indah.
3) Nilai logika
4) Nilai religi
Nilai religi merupakan tingkatan integritas kepribadian yang
mencapai tingkat budi, juga sifatnya mutlak kebenarannya,
universal, dan suci.
Jadi, dari sekian banyak nilai yang disebutkan, untuk mengetahui bentuk
konkrit dari nilai-nilai itu, maka kita harus dapat melihat nilai dari sudut pandang
mana kita meninjaunya. Karena hal ini mempermudah bagi kita semua untuk
mengetahui apakah sesuatu yang kita lakukan sudah mengandung nilai-nilai
Islam atau belum (M. Nippan, 2001).
Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak
terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang
kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai
penyakit yang mereka derita. Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal
tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.
Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan
dasar dan standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak
terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus
dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada
tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai kasus dokter gigi yang melakukan
pemasangan gigi tiruan pada pasiennya.
Definisi bioetika
Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup
isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain
membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor
budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan
hewan percobaan.
Kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang
dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah
untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut
Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika
kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada
kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran
atau bioetika, yaitu:
1. Beneficence
2. Non - Maleficence
3. Justice
4. Autonomi
1. Beneficence
Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.
Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah
beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan
kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi
akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam
kaidah ini adalah:
a. Mengutamakan Altruisme
b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan yang hanya
menguntungkan seorang dokter
d. Tidak ada pembatasan goal based
e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan suatu keburukannya
f. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
g. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
h. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
i. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti
yang orang lain inginkan
j. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
k. Mengembangkan profesi secara terus menerus
l. Minimalisasi akibat buruk
2. Non Malficence
Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak mela
kukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang pal
ing kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan
kuno First, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence me
mpunyai ciri-ciri:
3. Autonomi
Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak
manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai
hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara
logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki,
menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya
sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip sebagai berikut:
4. Justice
Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib
memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan
pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama,
kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak
boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :
Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat
banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui
orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur dengan alasan
yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya
memiliki niatan berbeda dan tersembunyi.
Dalam kasus terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah niat yaitu dokter yang
awalnya mengira pasien hidup pas-pasan berniat menolong dengan mengenakan
biaya di bawah pasien lainnya namun saat mengetahui biaya pengobatan pasien
akan diganti at all cost oleh pihak asuransi dokter mengubah biaya pengobatan &
pemasangan gigi tiruan dengan biaya yang lebih besar dari biasanya dengan
alasan bahan dan kualitas pelayanan yang diberikan sangat baik.
Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin
yang diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas
terbaik dari yang ada (evidence based medicine). Termasuk pula dalam hal
diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (4th ed).
Jakarta: EGC.
2. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaniora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
3. Kasule OH. 2007. Aplikasi Nilai-nilai Islam pada Pengajaran Klinis
dipresentasikan di Seminar dan Lokakarya Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam
Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Malang:FK UNISMA.
DAFTAR PUSTAKA
M. Nippan Abdul Halim. 2001. Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta : Mitra Pustaka.
Akbar, Haji Ali, 1981.Peranan Kode Etik Kedokteran Dalam Kehidupan Professi
Kedokteran.
Rusdi Lamsudin, 2002. Nuansa Pelayanan Kesehatan yang Islami di Rumah Sakit Islam,