Você está na página 1de 23

2.

1 Moral
Moral berasal dari kata Latin mores yang artinya tata cara dalam kehidupan, adat
istiadat, kebiasaan. Moral pada dasarnya merupakan rangkaian nilai tentang berbagai
macam perilaku yang harus dipatuhi. Moral merupakan kaidah norma dan pranata yang
mengatur perilaku individu dalam hubungannya dengan kelompok sosial dan
masyarakat. Moral merupakan standard baik-buruk yang ditentukan bagi individu
nilainilai sosial budaya dimana individu sebagai anggota sosial. Moralitas merupakan
aspek kepribadian yang diperlukan seseorang dalam kaitannya dengan kehidupan sosial
secara harmonis, adil, dan seimbang. Perilaku moral diperlukan demi terwujudnya
kehidupan yang damai penuh keteraturan, ketertiban, dan keharmonisan. (Ali,
Mohammad et al 2012)
Seharusnya, moral dibutuhkan pada kehidupan masyarakat dalam bersosialisasi.
Individu memandang individu atau kelompok lain berdasarkan moral. Mengenai
perilaku, kesopanan, bersikap baik merupakan beberapa sikap dari moral yang
dipandang masyarakat.Moral dapat memandang masyarakatnya memiliki nilai sosial
yang baik atau buruk. Kepribadian sesorang sangat erat kaitannya dalam kegiatan
seharihari, moral diperlukan demi kehidupan yang damai dan harmonis sesuai dengan
aturan. Dapat dipahami bahwa moral adalah keseluruhan aturan, kaidah atau hukum
yang berbentuk perintah dan larangan yang mengatur perilaku manusia dan masyarakat
di mana manusia itu berada. Karena moral merupakan pengatur perilaku individu dalam
bersosialisasi dengan kelompok masyarakat. Dengan adanya moral baik yang tumbuh
dalam masyarakat, kehidupan bersosialisasi di dalamnya akan terasa damai. Hal
tersebut harus dipatuhi, karena moral memiliki fungsi dalam mengatur, menjaga
ketertiban, dan menjaga keharmonisan antar masyarakat yang ada dalam suatu pranata
sosial.

2.1 Moral dalam Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan Islami adalah segala bentuk kegiatan asuhan medik
dan asuhan keperawatan yang dibingkai dengan kaidah-kaidah Islam. Islam telah
mengajarkan praktek hubungan sosial dan kepedulian terhadap sesama dalam suatu
ajaran khusus, yakni akhlaq, yang diamalkan/dipraktekkan harus mengandung
unsur aqidah dan syariah. Profesi dokter dan keperawatan bagi umat Islam
diyakini suatu profesi yang bernilai ibadah, mengabdi kepada manusia dan
kemanusiaan (humanistik), mendahulukan kepentingan kesehatan dari individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat di atas kepentingan sendiri dengan
menggunakan pendekatan holistik. Dengan demikian paradigma pelayanan
kesehatan Islam memiliki komponen utama, yaitu; manusia-kemanusiaan,
lingkungan, sehat-kesehatan, medis dan keperawatan. Islam telah mengajarkan
tentang pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan komprehensif baik bio-
psiko-sosiokultural maupun spritual yang ditujukan kepada individu maupun
masyarakat. (Lamsudin, 2002)) Pelayanan kesehatan dalam Islam hendaklah
memenuhi keriteria sebagai berikut :
1. Profesionalisme
Menurut Islam pelayanan kesehatan tidak boleh dilakukan oleh orang yang
bukan ahli atau bukan profesinya. Islam mengancam dengan hukuman berat
kepada orang yang membuka praktek pengobatan tanpa ada ijasah. Rasulullah
SAW. Bersabda : Barang siapa menjadi tabib (dokter) tetapi ia tidak pernah
belajar ilmu kedokteran sebelumnya maka ia akan menanggung risikonya
(ditakhrij Abu Daud dan Nasai).
Apa yang diungkapkan dalam hadis di atas merupakan apa yang oleh
masyarakat kita sekarang disebut dengan syahadah (ijasah) kedokteran, artinya jika
seseorang mengobati pasien sedang ia tidak memahami ilmu kedokteran maka ia
harus menanggung di depan Undang-Undang atas kesalahan pengobatan yang
dilakukannya.

2. Pertanggungjawaban
Hadis di atas juga memberikan pengertian lain yang tidak kalah pentingya
dengan diktum pertama, yaitu pertanggungjawaban terhadap kesalahan
pelayanan pengobatan.
Undang-Undang juga melindungi kesalahan dokter jika kesalahan itu
tidak terbukti ada unsur kesengajaannya atau keteledorannya. Hadis di atas
hanya membatasi pertanggungjawaban atas orang yang melakukan praktek
tanpa izin praktek sebelumnya.

3. Setiap penyakit ada obatnya


Apabila ada penyakit yang hingga sekarang belum bisa disembuhkan oleh
ilmu medis, oleh karena memang keterbatasan ilmu kita. Oleh karena itu Islam
menganjurkan agar kita senantiasa berupaya melakukan penelitian sehingga
menemukan obat yang dapat menyembuhkannya. Rasulullah SAW.
Bersabda: Sesungungnya Allah tidak menurunkan penyakit melainkan
menurunkan obatnya. Maka jika didapatkan obat maka sembuhlah ia dengan
izni Allah.

4. Spesialisasi
Islam mendorong spesialisasi (keahlian khusus) dalam pelayanan
kesehatan. Hal ini dimaksudkan agar setiap dokter benar-benar ahli dalam
bidang yang ditekuninya. Itulah sebabnya maka setiap kali Rasulullah melihat
beberapa dokter yang merawat pasien beliau bertanya: Siapakah di antara
kalian yang lebih menguasai spesialisasi tentang penyakit ini.
Apabila beliau melihat seorang di antara mereka yang lebih mengetahui
(ahli), maka beliau mendahulukan di antara yang lainnya.

5. Tidak mengobati sebelum meneliti secara cermat


Dilarang mengobati sebelum meneliti pasien dengan tepat sehingga akan
tahu jenis penyakit dan sebab-sebabnya.Syabardal, seorang tabib Bani Najran
datang kepada Rasulullah SAW. Berkata: Demi Bapakku, engkau dan ibuku,
wahai Rasulullah, sesungguhnya aku ini adalah seorang dokter dan tukan
tenung kaumku pada masa jahiliyah, apa yang baik bagiku. Maka Rasulullah
SAW bersabda: janganlah kamu mengobati seseorang sehingga kamu yakin
benar penyakitnya.

Setiap perbuatan manusia yang dilakukan dengan niat untuk mencari


keridhaan Tuhan, maka perbuatan itu akan menjadi ibadah di sisi Allah swt.
Dengan adanya sanksi (pahala dan dosa) atas setiap perbuatan manusia, maka
mereka yang secara konsisten melakukan segala jenis kebajikan dengan dasar
keimanan dan keikhlasan, ia pasti merasa puas dan bahagia serta memeroleh
kemantapan dan ketenangan dalam jiwanya. Jiwa yang puas, tenang dan
bahagia akan sulit berbuat pelanggaran dan penyelewengan, karena justru
perbuatan yang demikian itu, akan mengganggu ketentraman jiwanya, karena
ia merasa diri berdosa. Dan bagi seorang yang telah memiliki penghayatan dan
ketaatan yang baik dalam melaksanakan ajaran agamanya, maka berbuat
dosa, walau sekecil apapun, jiwanya pasti tidak bisa tentram kecuali setelah ia
bertobat dengan sungguh-sungguh kepada Allah swt. Dan berjanji tidak akan
mengulanginya lagi dan benar-benar selanjutnya berbuat kebajikan.Karena itu,
seorang dokter yang taat beragama, ia tidak hanya semata-mata melihat
perbuatannya itu sekedar menunaikan kewajiban, tetapi juga sekaligus menilai
perbuatannya itu sebagai ibadah kepada Allah swt.

Seorang dokter yang telah bersumpah akan membaktikan hidupnya


demi kepentingan perikemanusiaan, menjalankan tugasnya dengan cara yang
terhormat dan bersusila, kesehatan penderita senantiassa diutamakan,
menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan, tidak
mempergunakan pengetahuan kedokterannya untuk melakukan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum perikemanusiaan, begitu pula seperti yang
tercantum dalam kode Etik Kedokteran Indonesia. Semua itu dilakukan bukan
semata-mata sekedar sebagai sumpah melainkan lebih daripada itu, ia justru
melakukan itu karena dipandang dan dirasakan sebagai ibadah dan perintah dari
Allah swt. bahkan sebagai amanah yang apabila dilaksanakan dengan baik pasti
ia akan memeroleh pahala di sisi Tuhan dan kalau tidak ia akan memeroleh
murka dari pada-Nya.

Karenanya para dokter yang sungguh-sungguh menghayati sumpahnya


tidak mengherankan apabila mereka selalu siap dalam tempo 24 jam untuk
menunaikan tugas baktinya memberikan pertolongan kepada penderita dengan
tekad bahwa kesehatan penderita senantiasa ia utamakan dalam rangka
membaktikan hidupnya guna kepentingan perikemanusiaan.Seorang dokter
yang telah bersumpah menurut agama yang diyakininya, pasti akan berusaha
menjadi seorang dokter yang baik, menunaikan tugas profesinya dengan penuh
rasa tanggung jawab di hadapan Tuhan yang maha Kuasa. Dan kalau ia sudah
taat kepada agamanya pasti akan senantiasa sadar bahwa dirinya selalu dalam
control dan pengawasan Tuhannya. Ia yakin akan firman tuhan yang artinya:
apakah ia tidak mengetahui bahwa Allah senantiasa memerhatikan dia. Di
ayat lain, dikatakan: Dan Allah itu selalu beserta kamu dimana saja kamu
berada. Dan firman Tuhan: Dan kami lebih dekat dari padanya dari urat
lehernya sendiri.
Seorang dokter yang tidak bisa mengendalikan hawa nafsu, tidak
memerhatikan etika, pasti akan melakukan berbagai tindakan yang sangat
merugikan pasien, bahkan bukan tidak mungkin melakukan pemerasan
terhadap pasien demi memenuhi kesenangan hawa nafsunya yang tidak pernah
puas itu, sehingga dokter bukan lagi pemberi ketenangan, kesembuhan dan
kebahagiaan kepada pasien, melinkan penderitaan lahir batin. Sebagai contoh
dapat dilihat dalam hubungan dokter dengan pasien. Pasien membutuhkan
dokter untuk pengobatan, demi kesembuhan mereka dari penyakit yang
mereka derita. Dalam hal ini dokter membutuhkan pula uang dari pasien. Maka
sebagai orang sakit tentu dia bersedia untuk memberikan apapun asal dia dapat
disembuhkan dari penyakitnya. Ia bersedia memberikan pengorbanan apapun
demi keselamatan dan kesehatan dirinya. Dalam suasana seperti ini, bila dokter
tidak dibekali dengan etika dan agama, maka iapun dapat menghendaki
sebanyak mungkin lagi dari penderita, apatahlagi apabila dokter ini tidak
beriman da bertaqwa kepada Allah swt.
Profesi dokter yang disandang seseorang, sangat terhormat dimata
pasiennya. Oleh karena itu untuk menjaga kehormatan, nama baik maupun
keharmonisan antara dokter dan pasiennya, perlu diterapkan sikap-sikap etis
yang diemban para dokter. Berangkat dari situ, tradisi kedokteran para era
kejayaan Islam menetapkan peraturan atau kode etik yang harus diemban oleh
para dokter. Para dokter muslim diwajibkan memegang teguh etika kedokteran
dalam mengobati pasiennya. Khusu untukj kasus penyimpangan yang terjadi
berkaitan dengan etika moral yang mungkin saja bersifat individual, namun
apabila dilihat lebih lanjut, mungkin hanya karena kekhilafan dari dokter yang
bersangkutan atau dokter yang bersangkutan kurang menghayati akan etika
kedokteran dan untuk ini mungkin salah satu sebabnya adalah karena
pendidikan etika kedokteran tidak dilandasi dengan suatu kesadaran yang lebih
mendalam dan mengakar, yatitu kesadaran yang tidak hanya memperkokoh
tanggung jawab moril manusia sebagai makhluk individual dan sosial semata,
tetapi dituntut untuk memiliki tanggung jawab religius, sebuah tanggung
jawab yang tidak hanya mengacu kepada sebuah kesuksesan adminstratif,
tetapi tanggung jawab bersifat ketuhanan dengan sebuah prinsip bahwa apapun
yang diperbuat, kecil dan besar pasti akan dipertanggung jawabkan dihadapan
Allah SWT.
Tidak ada kebaikan dari banyak pembicaraan mereka, kecuali pembicaraan
rahasia dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah, atau berbuat
maruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia. Dan barangsiapa
yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami
memberi kepadanya pahala yang besar. (QS. An-nisa: 114)

Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mumin, diri dan harta
mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada
jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji
yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al-Quran. Dan siapakah
yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah
dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang
besar. (QS. At Taubah: 111)

Semua nilai minta untuk diakui dan diwujudkan. Nilai selalu mengandung
semacam undangan atau imbauan. Nilai estetis, misalnya, seolah-olah minta
supaya diwujudkan dalam bentuk lukisan, komposisi musik, atau cara lain.
Dan kalau sudah jadi, lukisan minta untuk dipamerkan dan musik minta
untuk diperdengarkan. Tapi pada nilai-nilai moral tuntutan ini lebih mendesak
dan lebih serius. Mewujudkan nilai-nilai moral merupakan imbauan dari hati
nurani. Salah satu ciri khas nilai moral adalah bahwa hanya nilai ini
menimbulkan suara dari hati nurani yang menuduh kita bila meremehkan
atau menentang nilai-nilai moral dan memuji kita bila mewujudkan nilai-nilai
moral.
1. Pengertian Nilai-nilai Keislaman Menurut Para Tokoh

Pada dasarnya konsep umum yang ada dalam masyarakat kita tentang istilah
nilai merupakan konsep ekonomi. Menurut Sidi Gazalba yang dikutip Chabib
Thoha mengartikan nilai adalah sesuatu yang bersifat abstrak, ideal, nilai
bukan benda konkrit, bukan fakta, tidak hanya persoalan benar dan salah yang
menuntut pembuktian empirik, melainkan penghayatan yang dikehendaki dan
tidak dikehendaki. Sedangkan, menurut Chabib Thoha nilai merupakan
sifat yang melekat pada sesuatu (sistem kepercayaan) yang telah
berhubungan dengan subjek yang memberi arti manusia yang meyakini
(Yusuf, 2000).
Menurut Zakiah Darajat, mendefinisikan nilai adalah suatu perangkat
keyakinan atau perasaan yang diyakini sebagai suatu identitas yang memberikan
corak yang khusus kepada pola pemikiran dan perasaan, keterikatan maupun
perilaku. Adapun definisi nilai yang benar dan dapat diterima secara universal
menurut Linda dan Ricard Eyre adalah sesuatu yang menghasilkan perilaku dan
perilaku berdampak positif baik yang menjalankan maupun bagi orang lain. Jadi,
nilai - nilai pendidikan Islam adalah sifat - sifat atau hal - hal yang melekat pada
pendidikan Islam yang digunakan sebagai dasar manusia untuk mencapai
tujuan hidup manusia yaitu mengabdi pada Allah SWT (M. Nippan, 2001).

2. Macam - Macam Nilai yang Terkandung Dalam Agama Islam

Luasnya materi ajaran agama Islam haruslah dipahami oleh seorang mukmin
yang ingin mengamalkan ajaran Islam secara kaffah, akan tetapi dari
kesemuanya itu yang juga penting untuk diketahui adalah pemahaman tentang
nilai-nilai atau unsur-unsur yang terkandung dalam agama Islam. Seorang
muslim pada hakikatnya harus mengandung nilai-nilai yang didasari atau dijiwai
oleh iman dan taqwa kepada Allah SWT sebagai sumber mutlak yang harus
ditaati (Zakiah, 2006).

Adapun dimensi kehidupan yang mengandung nilai-nilai ideal Islam dapat


dikategorikan kedalam tiga kategori, yaitu :
1) Dimensi yang mengandung nilai yang meningkatkan kesejahteraan
hidup manusia didunia.
2) Dimensi yang mengandung nilai yang mendorong manusia untuk
meraih kehidupan di akhirat yang membahagiakan.
3) Dimensi yang mengandung nilai yang dapat memadukan
antara kepentingan hidup duniawi dan ukhrawi.

Adapun nilai - nilai Islam apabila ditinjau dari sumbernya, maka dapat
digolongkan menjadi dua macam, yaitu :
1) Nilai Ilahi
Nilai Ilahi adalah nilai yang bersumber dari Al-Quran dan
hadits. Nilai ilahi dalam aspek teologi (kaidah keimanan) tidak akan
pernah mengalami perubahan, dan tidak berkecenderungan untuk
berubah atau mengikuti selera hawa nafsu manusia. Sedangkan
aspek alamiahnya dapat mengalami perubahan sesuai dengan zaman
dan lingkungannnya.

2) Nilai Insani
Nilai insani adalah nilai yang tumbuh dan berkembang atas
kesepakatan manusia. Nilai insani ini akan terus berkembang ke
arah yang lebih maju dan lebih tinggi. Nilai ini bersumber dari rayu,
adat istiadat dan kenyataan alam..

Perlu kita ketahui, sumber nilai-nilai yang tidak berasal dari Al- Quran dan
Hadits, dapat digunakan sepanjang tidak menyimpang atau dapat menunjang
sistem nilai yang bersumber pada Al-Quran dan Hadits (Yusuf, 2000).

Sedangkan, nilai bila ditinjau dari orientasinya dikategorikan kedalam empat


bentuk nilai yaitu :

1) Nilai etis
Nilai etis adalah nilai yang mendasari orientasinya pada
ukuran baik dan buruk.

2) Nilai Pragmatis
Nilai Pragmatis adalah nilai yang mendasari orientasinya
pada berhasil atau gagalnya.

3) Nilai Efek Sensorik


Nilai efek sensorik adalah nilai yang mendasari orientasinya
pada hal yang menyenangkan atau menyedihkan.

4) Nilai Religius
Nilai religius adalah nilai yang mendasari orientasinya pada
dosa dan pahala, halal dan haramnya

Kemudian, sebagian para ahli memandang bentuk nilai berdasarkan bidang


apa yang dinilainya, misalnya nilai hukum, nilai etika, nilai estetika, dan lain
sebagainya (Zakiah, 2006). Namun pada dasarnya, dari sekian nilai diatas dapat
dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu :
1) Nilai formal
Yaitu nilai yang tidak ada wujudnya, tetapi memiliki bentuk,
lambang, serta simbol-simbol. Nilai ini terbagi menjadi dua macam,
yaitu nilai sendiri dan nilai turunan.

2) Nilai material

Yaitu nilai yang berwujud dalam kenyataan pengalaman


rohani dan jasmani. Nilai ini juga terbagi menjadi dua macam, yaitu:
nilai rohani yang terdiri dari : nilai logika, nilai estetika, nilai etika,
dan nilai religi, yang kedua yakni nilai jasmani yang terdiri dari :
nilai guna, nilai hidup, dan nilai nimat.

Untuk memperjelas mengenai nilai-nilai diatas, maka akan dirinci mengenai


nilai-nilai yang mendominasi jika ditinjau dari segala sudut pandang, yaitu antara
lain :
1) Nilai etika
Nilai etika adalah nilai yang mempunyai tolak ukur baik atau
buruk. Sedangkan pandangan baik dan buruk dalam nilai etika
sangatlah beragam. Hal ini karena sudut pandang tinjauannya
berbeda.

2) Nilai estetika
Nilai estetika ini mutlak mutlak dibutuhkan oleh manusia,
karena merupakan bagian hidup manusia yang tak terpisahkan,
yang dapat membangkitkan semangat baru dan gairah berjuang.
Nilai ini merupakan fenomena sosial yang lahir dari rangsangan
cipta dalam rohani seseorang. Rangsangan tersebut untuk
memberikan ekspresi dalam bentuk cipta dari suatu emosi, sehingga
akan melahirkan rasa yang disebut dengan indah.

3) Nilai logika

Nilai logika merupakan nilai yang banyak mencakup


pengetahuan, penelitian, keputusan, penuturan, pembahasan, teori
atau cerita. Nilai ini bermuara pada pencarian kebenaran.

4) Nilai religi
Nilai religi merupakan tingkatan integritas kepribadian yang
mencapai tingkat budi, juga sifatnya mutlak kebenarannya,
universal, dan suci.

Jadi, dari sekian banyak nilai yang disebutkan, untuk mengetahui bentuk
konkrit dari nilai-nilai itu, maka kita harus dapat melihat nilai dari sudut pandang
mana kita meninjaunya. Karena hal ini mempermudah bagi kita semua untuk
mengetahui apakah sesuatu yang kita lakukan sudah mengandung nilai-nilai
Islam atau belum (M. Nippan, 2001).

Ditinjau berdasarkan kasus yang diberikan.:


Seorang dokter gigi telah melakukan perawatan dan diagnosa yang benar dan
sesuai standart, hal ini termasuk nilai etika yang baik terhadap pasien. Sebagai dokter
gigi harus melaksanakan tugas sesuai bidangnya dengan sebaik mungkin.
Niat awal dokter gigi tersebut meringankan biaya pasien dengan menurunkan harga
merupakan nilai etika yang baik. Hal ini termasuk dalam nilai sosial yang tinggi yang
harus dimiliki oleh dokter gigi ataupun pekerja medis lainnya. Hal ini juga termasuk
nilai logika yang baik, karena merupakan keputusan yang mulia dari dokter gigi
tersebut.
Namun ketika dokter gigi tersebut mengetahui pasien menggunakan asuransi dan
dapat membayar dengan biaya berapapun, dokter gigi tersebut menaikkan harga
pengobatan dengan harga yang tidak wajar. Pasien merasa keberatan dengan
kenaikan harga yang tidak wajar tersebut. Tetapi dokter gigi tersebut beralasan
kenaikan yang drastis tersebut dikarenakan penggunaan bahan dan memberikan
kualitas baik. Berdasarkan nilai etika, sikap dokter gigi yang berubah tersebut tidak
sesuai dengan etika seorang dokter gigi yang mengedepankan sosial dan kepentingan
pasien. Yang awalnya orientasi pada kepentingan, menjadi menyimpang karena
dokter lebih mementingkan keuntungan untuk dirinya. Pasien memang tidak
dirugikan secara materil karena pasien menggunakan asuransi, namun pasien akan
beranggapan bahwa keputusan tersebut kemungkinan menjadi alasan dokter mencari
keuntungan. Dokter gigi tersebut seharusnya tidak perlu menaikkan harga jika dengan
harga yang lebih rendah sebelumnya sudah dapat memberikan perawatan yang
terbaik untuk pasien. Ditinjau dari nilai religious, apabila dokter gigi tersebut mampu
memberikan pelayanan yang terbaik dengan harga sebelumnya meskipun mengetahui
bahwa pasien menggunakan asuransi, dokter gigi tersebut dapat mendapatkan balasan
terbaik dari Allah SWT karena niat tulusnya memberikan pelayanan yang ikhlas pada
pasien.
BIOETIKA

Kemajuan teknologi yang semakin pesat membuat akses informasi yang beredar
seolah tak terbendung. Masyarakat semakin cerdas dalam menentukan pilihan, salah
satunya adalah pilihan dalam urusan kesehatan. Dengan akses informasi yang tak
terbatas inilah, masyarakat semakin diperdalam pengetahuannya dalam bidang
kesehatan, terutama mengenai hak hak yang wajib mereka dapat dan bahkan mengenai
penyakit yang mereka derita. Seorang dokter yang baik tentu harus memperhatikan hal
tersebut, agar bisa mengimbangi pasien yang datang untuk berobat padanya.

Penerapan kaidah bioetik merupakan sebuah keharusan bagi seorang dokter yang
berkecimpung didalam dunia medis, karena kaidah bioetik adalah sebuah panduan
dasar dan standar, tentang bagaimana seorang dokter harus bersikap atau bertindak
terhadap suatu persoalan atau kasus yang dihadapi oleh pasiennya. Kaidah bioetik harus
dipegang teguh oleh seorang dokter dalam proses pengobatan pasien, sampai pada
tahap pasien tersebut tidak mempunyai ikatan lagi dengan dokter yang bersangkutan.
Pada makalah ini, penulis akan membahas mengenai kasus dokter gigi yang melakukan
pemasangan gigi tiruan pada pasiennya.

Definisi bioetika

Bioetika berasal dari kata bios yang berati kehidupan dan ethos yang berarti
norma-norma atau nilai-nilai moral. Bioetika merupakan studi interdisipliner tentang
masalah yang ditimbulkan oleh perkembangan di bidang biologi dan ilmu kedokteran
baik skala mikro maupun makro, masa kini dan masa mendatang. Bioetika mencakup
isu-isu sosial, agama, ekonomi, dan hukum bahkan politik. Bioetika selain
membicarakan bidang medis, seperti abortus, euthanasia, transplantasi organ, teknologi
reproduksi butan, dan rekayasa genetik, membahas pula masalah kesehatan, faktor
budaya yang berperan dalam lingkup kesehatan masyarakat, hak pasien, moralitas
penyembuhan tradisional, lingkungan kerja, demografi, dan sebagainya. Bioetika
memberi perhatian yang besar pula terhadap penelitian kesehatan pada manusia dan
hewan percobaan.

Menurut F. Abel, Bioetika adalah studi interdisipliner tentang masalah-masalah


yang ditimbulkan oleh perkembangan biologi dan kedokteran, tidak hanya
memperhatikan masalah-masalah yang terjadi pada masa sekarang, tetapi juga
memperhitungkan timbulnya masalah pada masa yang akan datang.

Kaidah dasar bioetika

Kaidah bioetik merupakah sebuah hukum mutlak bagi seorang dokter. Seorang
dokter wajib mengamalkan prinsip prinsip yang ada dalam kaidah tersebut, tetapi pada
beberapa kasus, karena kondisi berbeda, satu prinsip menjadi lebih penting dan sah
untuk digunakan dengan mengorbankan prinsip yang lain. Kondisi seperti ini disebut
Prima Facie. Konsil Kedokteran Indonesia, dengan mengadopsi prinsip etika
kedokteran barat, menetapkan bahwa, praktik kedokteran Indonesia mengacu kepada
kepada 4 kaidah dasar moral yang sering juga disebut kaidah dasar etika kedokteran
atau bioetika, yaitu:

1. Beneficence
2. Non - Maleficence
3. Justice
4. Autonomi

1. Beneficence

Dalam arti bahwa seorang dokter berbuat baik, menghormati martabat manusia,
dokter tersebut harus berusaha maksimal agar pasiennya tetap dalam kondisi sehat.
Perlakuan terbaik kepada pasien merupakan poin utama dalam kaidah ini. Kaidah
beneficence menegaskan peran dokter untuk menyediakan kemudahan dan
kesenangan kepada pasien mengambil langkah positif untuk memaksimalisasi
akibat baik daripada hal yang buruk. Prinsip prinsip yang terkandung didalam
kaidah ini adalah:

a. Mengutamakan Altruisme
b. Menjamin nilai pokok harkat dan martabat manusia
c. Memandang pasien atau keluarga bukanlah suatu tindakan yang hanya
menguntungkan seorang dokter
d. Tidak ada pembatasan goal based
e. Mengusahakan agar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan
dengan suatu keburukannya
f. Paternalisme bertanggung jawab/kasih sayang
g. Menjamin kehidupan baik-minimal manusia
h. Memaksimalisasi hak-hak pasien secara keseluruhan
i. Menerapkan Golden Rule Principle, yaitu melakukan hal yang baik seperti
yang orang lain inginkan
j. Memberi suatu resep berkhasiat namun murah
k. Mengembangkan profesi secara terus menerus
l. Minimalisasi akibat buruk

Pada kasus, terdapat kesesuaian dengan prinsip altruisme, mengusahakan a


gar kebaikan atau manfaatnya lebih banyak dibandingkan dengan suatu kebur
ukannya, dan menjamin kehidupan baik dalam kaidah Beneficence yaitu dokt
er memberi tindakan yang sesuai indikasi, menjalankan perawatan sesuai st
andard yang berlaku, berusaha memberikan bahan dan kualitas pelayanan y
ang sangat baik. Hal ini menunjukkan dokter berusaha maksimal agar kond
isi pasiennya bisa sehat dengan memberi perlakuan yang terbaik. Namun te
rdapat hal yang kurang sesuai dengan prinsip memandang pasien bukan suat
u tindakan yang hanya menguntungkan seorang dokter dan tidak memaksima
lisasi hak-hak pasien dalam kaidah Beneficence yaitu pasien yang terkejut
dengan perubahan harga sempat protes kepada dokter namun terjadi perdeb
atan sehingga pasien terpaksa membayar sesuai permintaan dokter.

2. Non Malficence

Non-malficence adalah suatu prinsip yang mana seorang dokter tidak mela
kukan perbuatan yang memperburuk pasien dan memilih pengobatan yang pal
ing kecil resikonya bagi pasien yang dirawat atau diobati olehnya. Pernyataan
kuno First, do no harm, tetap berlaku dan harus diikuti. Non-malficence me
mpunyai ciri-ciri:

a. Menolong pasien emergensi


b. Mengobati pasien yang luka
c. Tidak membunuh pasien
d. Tidak memandang pasien sebagai objek
e. Tidak menghina/mencaci maki/memanfaatkan pasien
f. Melindungi pasien dari serangan
g. Manfaat pasien lebih banyak daripada kerugian dokter
h. Tidak membahayakan pasien karena kelalaian
i. Menghindari misrepresentasi
j. Memberikan semangat hidup
k. Tidak melakukan white collar crime

Pada kasus terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip tidak memanfaatkan pasien


dalam kaidah Non Malficence yaitu dokter mengubah biaya pengobatan &
pemasangan gigi tiruan dengan biaya yang jauh lebih besar dari biasanya karena
mengetahui berapapun biaya pengobatan pasien diganti at all cost oleh pihak
asuransi.

3. Autonomi

Dalam kaidah ini, seorang dokter wajib menghormati martabat dan hak
manusia. Setiap individu harus diperlakukan sebagai manusia yang mempunyai
hak menentukan nasib sendiri. Dalam hal ini pasien diberi hak untuk berfikir secara
logis dan membuat keputusan sendiri. Autonomi bermaksud menghendaki,
menyetujui, membenarkan, membela, dan membiarkan pasien demi dirinya
sendiri. Kaidah Autonomi mempunyai prinsip prinsip sebagai berikut:

a. Menghargai hak menentukan nasib sendiri


b. Tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusan
c. Berterus terang menghargai privasi
d. Menjaga rahasia pasien
e. Menghargai rasionalitas pasien
f. Melaksanakan Informed Consent
g. Membiarkan pasien dewasa dan kompeten mengambil keputusan sendiri
h. Tidak mengintervensi atau menghalangi autonomi pasien
i. Mencegah pihak lain mengintervensi pasien dalam membuat keputusan,
termasuk keluarga pasien sendiri
j. Sabar menunggu keputusan yang akan diambil pasien pada kasus non
emergensi
k. Tidak berbohong kepada pasien meskipun demi kebaikann pasien
l. Menjaga hubungan atau kontrak

Dalam kasus terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip menghargai hak men


entukan nasib sendiri, tidak mengintervensi pasien dalam membuat keputusa
n, membiarkan pasien mengambil keputusan sendiri dalam kaidah Autonomi
yaitu terjadi perdebatan dengan dokter saat pasien protes mengenai peruba
han harga. Biaya yang dikenakan pada pasien dirasa oleh dokter tidak me
mberatkan namun pada akhirnya pasien membayar sesuai permintaan dokter
dengan terpaksa. Selain itu juga kurang sesuai dengan prinsip tidak berbo
hong kepada pasien meskipun demi kebaikan pasien karena dokter memberi
kan berbagai alasan mengapa mengubah biaya pengobatan & pemasangan g
igi tiruan dengan biaya yang lebih besar dari biasanya setelah mengetahui
berapapun biaya pengobatan pasien akan diganti at all cost oleh pihak asur
ansi.

4. Justice

Keadilan atau Justice adalah suatu prinsip dimana seorang dokter wajib
memberikan perlakuan sama rata serta adil untuk kebahagiaan dan kenyamanan
pasien tersebut. Perbedaan tingkat ekonomi, pandangan politik, agama,
kebangsaan, perbedaan kedudukan sosial, kebangsaan, dan kewarganegaraan tidak
boleh mengubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya. Justice
mempunyai ciri-ciri :

a. Memberlakukan segala sesuatu secara universal


b. Mengambil porsi terakhir dari proses membagi yang telah ia lakukan
c. Memberikan kesempatan yang sama terhadap pribadi dalam posisi yang
sama
d. Menghargai hak sehat pasien
e. Menghargai hak hukum pasien
f. Menghargai hak orang lain
g. Menjaga kelompok rentan
h. Tidak membedakan pelayanan terhadap pasien atas dasar SARA, status
social, dan sebagainya
i. Tidak melakukan penyalahgunaan
j. Memberikan kontribusi yang relatif sama dengan kebutuhan pasien
k. Meminta partisipasi pasien sesuai dengan kemampuannya
l. Kewajiban mendistribusikan keuntungan dan kerugian secara adil
m. Mengembalikan hak kepada pemiliknya pada saat yang tepat dan kompeten
n. Tidak memberi beban berat secara tidak merata tanpa alasan sah atau tepat
o. Menghormati hak populasi yang sama sama rentan penyakit atau gangguan
kesehatan
p. Bijak dalam makroalokasi

Dalam kasus terdapat ketidaksesuaian dengan prinsip tidak membedakan p


elayanan terhadap pasien atas dasar status sosial, memberi kontribusi yang
relatif sama dengan kebutuhan pasien, meminta partisipasi pasien sesuai ke
mampuannya, dan tidak memberi beban berat dalam kaidah Justice yaitu do
kter yang awalnya mengira pasien hidup pas-pasan berniat menolong denga
n mengenakan biaya di bawah pasien lainnya namun saat mengetahui biaya
pengobatan pasien akan diganti at all cost oleh pihak asuransi dokter men
gubah biaya pengobatan & pemasangan gigi tiruan dengan biaya yang lebih
besar dari biasanya dengan alasan bahan dan kualitas pelayanan yang dibe
rikan sangat baik. Seharusnya perbedaan tingkat ekonomi tidak boleh meng
ubah sikap dan pelayanan dokter terhadap pasiennya

Kaidah dasar bioetika Islam

Kaidah dasar bioetika Islam meliputi:

1. Kaidah niat (Qaidah niyyat).

Prinsip ini meminta dokter agar berkonsultasi dengan hati nuraninya. Terdapat
banyak masalah mengenai prosedur dan keputusan medis yang tidak diketahui
orang awam. Seorang dokter dapat saja melakukan suatu prosedur dengan alasan
yang mungkin masuk akal dari sudut pandang luar, namun sesungguhnya
memiliki niatan berbeda dan tersembunyi.

Dalam kasus terdapat ketidaksesuaian dengan kaidah niat yaitu dokter yang
awalnya mengira pasien hidup pas-pasan berniat menolong dengan mengenakan
biaya di bawah pasien lainnya namun saat mengetahui biaya pengobatan pasien
akan diganti at all cost oleh pihak asuransi dokter mengubah biaya pengobatan &
pemasangan gigi tiruan dengan biaya yang lebih besar dari biasanya dengan
alasan bahan dan kualitas pelayanan yang diberikan sangat baik.

2. Kaidah kepastian (Qaidah al yaqiin)

Tidak ada yang benar-benar pasti (yaqiin) dalam ilmu kedokteran, artinya
tingkat kepastian (yaqiin) dalam ilmu kedokteran tidak mencapai standar yaqiin
yang diminta oleh hukum. Meskipun demikian diharapkan dokter dalam
mengambil keputusan medis, mengambil keputusan dengan tingkat probabilitas
terbaik dari yang ada (evidence based medicine). Termasuk pula dalam hal
diagnosis, perawatan medis didasarkan dari diagnosis yang paling mungkin.

Pada kasus, terdapat kesesuaian dengan kaidah kepastian yaitu dokter


memberi tindakan yang sesuai indikasi, menjalankan perawatan sesuai standard
yang berlaku, dan berusaha memberikan bahan dan kualitas pelayanan yang
sangat baik. Hal ini menunjukkan dokter mengambil keputusan medis yang
terbaik dan melakukan perawatan medis berdasarkan diagnosis.

3. Kaidah kerugian (Qaidah al dharar)

a. Intervensi medis untuk menghilangkan al dharar (luka, kerugian,


kehilangan hari-hari sehat) pasien

b. Tidak boleh menghilangkan al dharar dengan al dharar yang sebanding

c. Keseimbangan antara kerugian dengan keuntungan.

Pada situasi intervensi medis yang diusulkan memiliki efek samping,


diikuti prinsip bahwa pencegahan penyakit memiliki prioritas yang lebih
tinggi dibandingkan keuntungan dengan nilai yang sama. Jika keuntungan
memiliki kepentingan yang jauh lebih tinggi daripada kerugian, maka
mendapatkan keuntungan memiliki prioritas yang lebih tinggi.

d. Keseimbangan antara yang dilarang dengan yang diperbolehkan.

Dokter kadang dihadapkan dengan intervensi medis yang memiliki efek


yang dilarang namun juga memiliki efek yang diperbolehkan. Petunjuk
hukum adalah bahwa yang dilarang memiliki prioritas lebih tinggi untuk
dikenali jika keduanya muncul bersamaan dan sebuah keputusan harus
diambil.

e. Pilihan antara dua keburukan.

Jika dihadapkan dengan dua situasi medis yang keduanya akan


menyebabkan kerugian dan tidak ada pilihan selain memilih salah satu
dari keduanya, dipilih yang kurang merugikan. Suatu hal yang merugikan
dilakukan untuk mencegah munculnya kerugian yang lebih besar. Dengan
cara yang sama, intervensi medis yang memiliki kepentingan umum
diutamakan di atas kepentingan individu. Individu mungkin harus
mendapatkan kerugian untuk melindungi kepentingan umum. Untuk
melawan penyakit menular, pemerintah tidak boleh melanggar /
menghilangkan hak-hak umum kecuali ada keuntungan umum yang bisa
didapatkan.

4. Kaidah kesulitan / kesukaran (Qoidah al masyaqqat)

a. Kebutuhan melegalisir yang dilarang. Dalam kondisi yang menyebabkan


gangguan serius pada kesehatan fisik dan mental, jika tidak segera
disembuhkan, maka kondisi tersebut memberikan keringanan dalam
mematuhi dan melaksanakan peraturan dan kewajiban syariah.

b. Batas-batas prinsip kesulitan: dalam melanggar syariah tersebut tidak


melewati batas-batas yang diperlukan (secukupnya saja).

c. Aplikasi sementara dari prinsip kesulitan.

Adanya suatu kesulitan tidak menghilangkan secara permanen hak-hak


pasien yang harus direkompensasi dan dikembalikan pada keadaan
semula seiring dengan waktu; kesulitan melegalisir sementara dari
tindakan medis yang melanggar, berakhir setelah kondisi yang
menyulitkan tadi berakhir. Dengan kata lain, jika hambatan telah dilewati,
tindakan medis yang dilarang kembali menjadi terlarang.

d. Kaidah Kebiasaan (Qoidah al urf)


Dalam prinsip ini, standar yang diterima secara umum, seperti standard
operational procedure (SOP/Protap) untuk perawatan klinis dianggap
sebagai hukum dan diperkuat oleh syariah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Hanafiah, J., Amri amir. 2009. Etika Kedokteran dan Hukum Kesehatan (4th ed).
Jakarta: EGC.
2. Hartono, Budiman., Salim Darminto. 2011. Modul Blok 1 Who Am I? Bioetika,
Humaniora dan Profesoinalisme dalam Profesi Dokter. Jakarta: UKRIDA.
3. Kasule OH. 2007. Aplikasi Nilai-nilai Islam pada Pengajaran Klinis
dipresentasikan di Seminar dan Lokakarya Implementasi Nilai-nilai Islam di dalam
Pendidikan Kedokteran di Indonesia. Malang:FK UNISMA.
DAFTAR PUSTAKA

M. Nippan Abdul Halim. 2001. Anak Shaleh Dambaan Keluarga. Yogyakarta : Mitra Pustaka.

Yusuf Qardawi. 2000. Merasakan Kehadiran Tuhan. Yogyakarta: Mitra Pustaka.

Zakiah Daradjat. 2006. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta : Bumu Aksara.


Daftar Pustaka:

Akbar, Haji Ali, 1981.Peranan Kode Etik Kedokteran Dalam Kehidupan Professi
Kedokteran.

Al-Suyuthi, al-Jami al-Shaghir, 1954.Qairo: Mustafa al-Halaby.

Mohammad Ali dan Mohammad Asrori, 2012Psikologi Remaja; Perkembangan Peserta


Didik. PT Bumi Aksara: Jakarta, hal.136

Ramli, Med Ahmad, 1968.Peraturan-Peraturan Untuk Memelihara Kesehatan Dalam


Hukum Syara Islam, Jakarta: Balai Pustaka.

Rusdi Lamsudin, 2002. Nuansa Pelayanan Kesehatan yang Islami di Rumah Sakit Islam,

Suara Muhammadiyah; Edisi 20 hal 20-22

Você também pode gostar

  • Dasar Teori Tradisional Lia
    Dasar Teori Tradisional Lia
    Documento6 páginas
    Dasar Teori Tradisional Lia
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Dang Shen-Alyaa
    Dang Shen-Alyaa
    Documento2 páginas
    Dang Shen-Alyaa
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Es Kelapa
    Es Kelapa
    Documento2 páginas
    Es Kelapa
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Ecluidation Lia
    Ecluidation Lia
    Documento1 página
    Ecluidation Lia
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Agama
    Agama
    Documento5 páginas
    Agama
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • D) Bab Ii
    D) Bab Ii
    Documento28 páginas
    D) Bab Ii
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Postmortem
    Postmortem
    Documento5 páginas
    Postmortem
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Cycardian Rhythm
    Cycardian Rhythm
    Documento1 página
    Cycardian Rhythm
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações
  • Faal Denyut Nadi
    Faal Denyut Nadi
    Documento28 páginas
    Faal Denyut Nadi
    Naufal Ilmi
    Ainda não há avaliações