Você está na página 1de 7

ARTHROPODA

Oleh :
Nama : Adhelia Syefanis
NIM : B1A015032
Rombongan : II
Kelompok :5
Asisten : Gibran Muhammad Tri Rahmawan

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEMATIKA HEWAN II

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI, DAN PERGURUAN TINGGI


UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS BIOLOGI
PURWOKERTO
2017
I. PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Klasifikasi hewan didefinisikan sebagai penggolongan hewan ke dalam kelompok


tertentu berdasarkan kekerabatannya. Klasifikasi dapat berdasarkan hubungan evolusi,
habitat dan cara hidupnya. Pengertian klasifikasi berbeda sekali dengan pengertian
identifikasi. Identifikasi adalah tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik
individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson. Identifikasi
berhubungan dengan ciri-ciri taksonomi dalam jumlah sedikit akan membawa spesimen
ke dalam satu urutan kunci identifikasi,sedangkan klasifikasi berhubungan dengan upaya
mengevaluasi sejumlah besar ciri-ciri (Mayr, 1969). Ahli taksonomi saat ini banyak
kelompok invertebrata berdasarkan terutama pada kesamaan beberapa morfologi,
karakter, dan filogenetik. Identifikasi taksonomi spesies amphipod (Amphipoda,
crustacea) merupakan proses yang kompleks yang sering membutuhkan banyak keahlian.
Morfologi berbasis identifikasi memerlukan pemeriksaan dari sejumlah karakter
filogenetis informatif (Nurhadi & Rina, 2010).
Arthtropoda merupakan phylum terbesar dalam kingdom animalia dan kelompok
terbesar dalam phylum itu adalah Insekta. Arthropoda diperkirakan memiliki 713.500
spesies dengan jumlah tersebut diperkirakan 80% dari jenis hewan yang sudah dikenal.
Phylum Arthropoda banyak ditemukan di darat, air tawar, dan laut, serta didalam tanah.
Arthropoda tanah berperan penting dalam peningkatan kesuburan tanah dan
penghancuran serasah serta sisa-sisa bahan organik. Arthropoda tanah dikelompokkan
atas Arthropoda dalam tanah dan Arthropoda permukaan tanah (Jasin, 1989).
Arthros adalah sendi atau ruas dan podos adalah kaki sehingga memiliki arti kaki
bersendi. Arthropoda mempunyai keanekaragaman yang berkaitan dengan segmentasi,
eksoskeleton yang keras, dan tungkai yang bersendi. Arthropoda adalah nama lain hewan
berbuku-buku. Arthropoda biasa ditemukan di laut, air tawar, darat, dan lingkungan
udara, termasuk berbagai bentuk simbiosis dan parasite (Brotowidjoyo , 1994).

B. Tujuan

Tujuan dari praktikum Arthropoda, antara lain:


1. Mengenal beberapa anggota Phylum Arthropoda
2. Mengetahui beberapa karakter penting untuk identifikasi dan klasifikasi anggota
Phylum Arthropoda
II. TINJAUAN PUSTAKA

Arthropoda berasal dari bahasa Yunani, yaitu arthro yang berarti ruas dan podos
yang berarti kaki. Jadi, Arthropoda berarti hewan yang kakinya beruas-ruas. Organisme
yang tergolong filum arthropoda memiliki kaki yang berbuku-buku (Barnes, 1977).
Peranan arthropoda di alam diantaranya adalah sebagai perombak bahan organik,
penyerbuk pada (Soedijo & Pramudi, 2015). tanaman, musuh alami hama dan sebagai
perusak tanaman Ciri-ciri umum yang dimiliki arthopoda adalah tubuhnya simetri
bilateral, terdiri atas segmen-segmen yang saling berhubungan dibagian luar dan
memiliki tiga lapisan germinal sehingga merupakan hewan tripoblastik, tubuh mengalami
metamerisme yang terspesialisasi untuk fungsi tertentu atau tagmatisasi. Ciri-ciri umum
dari antropoda antara lain mempunyai anggota yang beruas, tubuhnya bilateral simetris
terdiri atas sejumlah ruas-ruas, tubuh dibungkus oleh zat kitin sehingga merupakan
rangka luar, biasanya ruas-ruas terdapat bagian-bagian yang tidak berkitin sehingga ruas-
ruas tersebut mudah digerakkan, sistem saraf berupa sistem saraf tangga tali, coelom pada
hewan dewasa adalah kecil dan merupakan satu rongga berisi darah dan disebut
haemocoel (Fortey & Thomas, 2012).
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki
panjang lebih dari 60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk
Arthropoda pun beragam . Hewan arthropoda memiliki bentuk tubuh simetri bilateral,
triploblastik selomata, dan tubuhnya bersegmen. Tubuh ditutupi lapisan kutikula yang
merupakan rangka luar (eksosketelon). Ketebalan kutikula sangan bervariasi, tergantung
dari spesies hewannya. Kutikula dihasilkan oleh epidermis yang terdiri atas protein dan
lapisan kitin. Pada waktu serangga mengadakan pertumbuhan, kutikula akan mengalami
pengelupasan. Kutikula berfungsi melindungi tubuh bagian dalam, memberi bentuk pada
tubuh serangga dan dapat menjadi tempat melekatnya otot, terutama yang berhubungan
dengan alat gerak. Otot serangga merupakan otot serat lintang yang susunannya sangat
kompleks. Otot ini diperlukan untuk melakukan gerakan yang cepat (Hegna et al., 2013).
Tubuh Arthropoda terdiri atas caput, toraks, dan abdomen yang bersegmen-
segmen. Hewan arthropoda memiliki organ sensoris yang sudan berkembang, seperti
mata, penciuman, serta antena yang berfungsi sebagai alat peraba dan pencium. Tingkat
perkembangannya sesuai dengan kondisi lingkungan tempat hidupnya. Sitem peredaran
darah terdiri atas jantung di bagian dorsal. Sistem peredaran darahnya merupakan sistem
peredaran darah terbuka yang tidak memiliki kapiler darah. Jantung berfungsi untuk
memompa darah keseluruh tubuh. Hewan arthropoda yang hidup di air ada yang bernapas
dengan menggunakan insang, sistem trakea, paru-paru buku, atau pada beberapa spesies
melalui permukaan tubuh. Sistem ekskresi menggunakan saluran malpighi. Pusat sistem
saraf terdiri dari cincin ganglia yang mengelilingi kerogkongan (Hegna et al., 2013).
Sistem saraf dinamakan sistem saraf tangga tali karena terdiri atas dua ganglion dorsal
yang memiliki dua saraf tepi. Setiap saraf trepi dihubungkan oleh saraf melintang
sehingga merupakan tangga tali. Sistem pencernaan dimulai dari mulut, usus, dan anus.
Mulut ada yang berfungsi untuk menjilat seperti pada lalat, menusuk dan menghisap
seperti pada nyamuk, serta menggigit seperti pada semut. Klasifikasi Arthropodaterdiri
dari subphylum Chelicerata, Crustacea, Hexpoda, dan Myriapoda (Campbell,2004).
Subphylum Chelicerata dicirikan dengan adanya chelicerae, yaitu sepasang organ
pertama yang berfungsi untuk memakan mangsa, tubuh anggota subphylum chelicerata
tersusun atas bagian prosoma dan ophistosoma, subphylum chelicerata memiliki organ
tubuh yang dibedakan atas dua bagian yaitu sefalotorak (prosoma) dan abdomen
(opisthosoma). Anggota dari subphylum chelicerata memiliki 6 pasang apendik dan tidak
memiliki antenna atau manibula. Anggota subphylum chelicerata umumnya memiliki
bagian mulut yang berfungsi sebagai penusuk dan beberapa diantara memiliki kelenjar
racun (Jasin, 1989).
Kebanyakan anggotanya berukuran kecil dan terdapat di daerah yang kering dan
hangat, namun beberapa hidup di peraianan. Banyak jenis chelicerata yang mempunyai
kelenjar racun yang terdapat dirahang atau taring racun sebagai sarana untuk membunuh
mangsa, kemudian menghisap cairan tubuh atau jaringan lunaknya.1ubuh biasanya terdiri
atas cephalothorax dan abdomen yang tampak jelas, kecuali pada acarina. Pada
cephalothorax terdapat enam pasang apendik bersendi, yaitu sepasang chelicerae,
sepasang pedipalpi dan empat pasang kaki. Subphylum chelicerata dibagi menjadi tiga
kelas yaitu kelas Merostomata, Archinida, dan Pygnogonida. Termasuk ke dalam anggota
subphylum chelicerata yaitu laba-laba, kalajengking, tungau (Verma, 2002).
Subphylum crustacea umumnya memiliki habitat akuatik, kepala dengan dua
pasang antena, sepasang mandibula dan dua pasang maxilla, dan alat gerak yang
biramous, segmen bercabang dua. Karakteristik subphylum crustacea yaitu memiliki
tubuh yang terdiri dari cephalothorax dan abdomen. Kerangka luar tubuhnya terdiri dari
zat kitin, memiliki kepala dengan dua pasang antenna. Subphylum crustacean dibagi
menjadi lima kelas yaitu Remipedia, Cephalocarida, Branchiopoda, Malacostraca, dan
Maxillopoda yang termasuk ke dalam anggota subphylum crustacean yaitu kepiting,
udang, lobster, teritip (Mente, 2003).
Hexapoda berarti hewan berkaki enam. hexapoda merupakan golongan hewan yang
dominan di muka bumi, dalam jumlah mereka melebihi semua hewan melata daratan
lainnya dan praktis mereka terdapat dimana-mana (Mente, 2003). Subpylum hexapoda
memiliki tubuh yang terdiri atas kepala, thoraks dan abdomen lima pasang segmen
penyusun kepala tiga pasang alat gerak yang uniramous, terdiri atas segmen yang tidak
bercabang, dan terhubung dengan bagian thoraks. Alat pernapasannya berupa trakea, alat
ekresi berupa tubulus malpighi yang terletak melekat pada bagian posterior saluran
pencernaan, sistem sirkulasinya terbuka, organ kelamin insekta berumah dua artinya
insekta jantan dan insekta betina terpisah, alat kelaminnya terletak pada segmen terakhir
dari abodemen, fertilasi terjadi secara internal, mengalami ekdisis pada tahap tertentu
selama perkembangan hidupnya yang termasuk kedalam anggota subphylum hexapoda
yaitu semua serangga (Jasin, 1989).
Berdasarkan sayap, hexapoda dibedakan menjadi dua subkelas yaitu apterigota
(tidak bersaya) dan Pterigota (bersayap). Apterigota (tidak bersayap) memiliki tubuh
berukuran kecil sekitar 0.5 cm dan memiliki antena panjang. Umumnya berkembang
secara ametabola, contoh hewan kelas ini adalah kutu buku. Pterigota (bersayap),
merupakan kelompok insecta yang sayapnya berasal dari tonjolan luar dinding tubuh
yang disebut eksopterigota. Kelompok lain yang sayapnya berasal dari tonjolan dalam
dinding tubuh disebut endopterigota (Jasin, 1989).
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan hewan
berkaki banyak. Myriapoda memiliki tubuh yang tersusun atas bagian kepala dan badan
(truncus) empat pasang segmen penyusun kepala setiap segmen terdapat lubang respirasi
yang disebut spirakel yang menuju ke trakea dan alat gerak yang uniramous. Bagian kaput
myriapoda terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula (rahang bawah), dua
pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata tunggal). Ekskresinya
dengan tubula malpighi (Brotowidjoyo, 1994).
Makanan chilopoda adalah insekta, molusca, dan bintang kecil lainnya. Alat
pencernaan makanannya sempurna artinya dari mulut sampai dengan anus ada. Kedalam
pencernaan makanan ini menempel dua buah saluran malpighi yang berfungsi sebagai
alat eksresi. Respirasi dengan menggunakan trachea yang bercabang-cabang dengan
lubang yang terbuka pada hampir setiap segmen. Alat reproduksi terpisah, pembuahan
terjadi secara internal dan alat reproduksi ini dihubungkan dengan beberapa kelenjar
accessories. Myriapoda dibedakan menjadi dua ordo, yaitu Chilopoda dan Aiplopoda.
myriapoda hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau
tumpukan kayu. Termasuk kedalam anggota subphylum myriapoda yaitu kelabang dan
kaki seribu (Brotowidjoyo, 1994).
III. MATERI DAN METODE

A. Materi

Alat-alat yang digunakan dalam acara praktikum kali ini adalah bak preparat,
pinset, kaca pembesar, mikroskop cahaya, mikroskop stereo, sarung tangan karet
(gloves), masker dan alat tulis.
Bahan-bahan yang digunakan dalam acara praktikum kali ini adalah beberapa
spesimen hewan Phylum Arthropoda.

B. Metode

Metode yang dilakukan pada acara praktikum Arthropoda yaitu :


1. Karakter pada spesimen diamati berdasarkan ciri-ciri morfologi lalu digambar dan
dideskripsikan.
2. Spesimen diidentifikasi dengan kunci identifikasi.
3. Dibuat kunci identifikasi sederhana berdasarkan karakter spesimen yang diamati.
4. Dibuat laporan sementara dari hasil praktikum.
DAFTAR REFERENSI

Barnes, R. D. 1977. Invertebrates Zoology Third Edition. USA: Nueva Editorial


Interamericana.
Brotowidjoyo, Mukayat Djarubito. 1994. Zoologi Dasar. Jakarta : Erlangga.
Campbell, N. A., J. B, Reece., L. G. Mitchell. 2004. Biologi. Edisi kelima/Jilid 2. Jakarta
: Erlangga.
Fortey, R.A. & Thomas, R.H. 2012. Arthropod Relationships. London : Springer Sciene
& Bussiness Media
Hegna, Thomas A.; Legg, David A.; Mller, Ole Sten; Van Roy, Peter & Lerosey-Aubril,
Rudy. 2013. The Correct Authorship of the Taxon Name
Arthropoda. Arthropod Systematics & Phylogeny. 71(2), pp. 7174.
Jasin, M. 1989. Sistematika Hewan Vertebrata dan Invertebrata. Surabaya : Sinar
Wijaya.
Mayr, Ernest. 1982. Principles of Systematic Zoologi. New Delhi. Tata McGraw-Hill
Publishing Company
Mente, E. 2003. Nutrition, physiology, and metabolism of crustaceans. Enfield : Science
Publisher Inc.

Moore, R.C. 1953. Treatise on Invertebrate Paleontology. California : Geological Society


of America.

Nurhadi & Rina W. 2010. Komposisi Arthropoda Permukaan Tanah Di Areal Bekas Dan
Areal Pembuangan Akhir Sampah Di Kecamatan Rambatan Tanah Datar. Jurnal
Ilmiah Ekotrans,10(1), pp. 1-1

Soedijo, S. Pramudi, I. M., 2015. Keanekaragaman Arthropoda Laba-Laba Pada


Persawahan Tadah Hujan Di Kalimantan Selatan. Pros Sem Nas Masy Biodiv
Indon. 1(6), pp. 1307-1311.

Verma, P.S. 2002. A Manual Of Practical Zoology Invertebrates. New Delhi : S. Chand
& Company LTD.

Você também pode gostar