Você está na página 1de 5

1.

Anak Usia Prasekolah

a. Pengertian

Anak prasekolah adalah mereka yang berusia antara 3-6 tahun. Mereka biasanya

mengikuti program prasekolah dan kinderganten. Sedangkan di Indonesia, umumnya

mereka mengikuti program Tempat Penitipari Anak (3 bulan-5 tahun) dan kelompok

bermain (usia 3 tahun), sedangkan pada usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti

program Taman Kanak-Kanak (Patmonodewo, 2008).

b. Ciri Tahap Perkembangan Berdasarkan Aspek Perkembangan Anak Prasekolah

Menurut Patmonodewo (2008), ciri tahap perkembangan berdasarkan aspek

perkembangan anak prasekolah antara lain :

1) Perkembangan jasmani

Pada saat anak mencapai tahapan prasekolah (3-6 tahun) ada cirri yang jelas

berbeda antara anak usia bayi dan anak prasekolah. Perbedaannya terletak dalam

penampilan, proporsi tubuh, berat, panjang badan dan keterampilan yang mereka

miliki. Contohnya, pada anak prasekolah telah tampak otot-otot tubuh yang

berkembang dan memungkinkan bagi mereka melakukan berbagai keterampilan.

Dengan bertambahnya usia, perbandingan antar bagian tubuh, akan berubah.

Dengan bertambahnya usia, letak grativitas makin berada di bawah tubuh; dengan

demikian bagi anak yang makin berkembang usianya, keseimbangan tersebut ada

di tungkai bagian bawah.

Gerakan anak prasekolah lebih terkendali, dan terorganisasi dalam pola-pola,

seperti, menegakkan tubuh dalam posisi berdiri, tangan dapat terjuntai secara

santai, dan mampu melangkahkan kaki dengan menggerakkan tungkai dan kaki.

Terbentuknya pola-pola tingkah laku ini, memungkinkan anak untuk berespons

dalam berbagai situasi. Ketika anak usia bayi ingin meraih bola yang ada di
depannya, ia harus merayap, merangkak ataupun berjalan tetapi masih tertatih-

tatih. Tetapi, apabila anak usia prasekolah akan mengambil bola tersebut, anak

dapat mendekatinya dengan berjalan atau lari.

2) Perkembangan kognitif

Kognitif sering kali diartikan sebagai kecerdasan atau berpikir. Kognitif

adalah pengertian yang luas mengenai berpikir dan mengamati, jadi merupakan

tingkah laku yang mengakibatkan orang memperoleh pengetahuan atau yang

dibutuhkan untuk menggunakan pengetahuan. Perkembangan kognitif

menunjukkan perkembangan dari cara anak berpikir. Kemampuan anak untuk

mengkoordinasikan berbagai cara berpikir untuk menyelesaikan berbagai masalah

dapat dipergunakan sebagai tolok ukur pertumbuhan kecerdasan.

Perkembangan kognitif pada anak-anak dijelaskan dengan berbagai teori

dengan berbagai peristilahan. Pandangan aliran tingkah laku (Behaviorisme)

berpendapat bahwa pertumbuhan kecerdasan melalui terhimpunnya informasi

yang makin bertambah. Sedangkan aliran interactionisf atau

developmentalis, berpendapat bahwa pengetahuan berasal dari interaksi anak

dengan lingkungan anak. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan

kecerdasan dipengaruhi oleh faktor kematangan dan pengalaman. Perkembangan

kognitif dinyatakan dengan pertumbuhan kemampuan merancang, mengingat dan

mencari penyelesaian masalah yang dihadapi.

3) Perkembangan bahasa

Sementara anak tumbuh dan berkembang, produk bahasa mereka meningkat

dalam kuantitas, keluasan dan kerumitannya. Mempelajari


perkembangan bahasa biasanya ditujukan pada rangkaian dan percepatan

perkembangan dan faktor-faktor yang mempengaruhi pemerolehan bahasa sejak

usia bayi dan dalam kehidupan selanjutnya.

4) Perkembangan emosi dan sosial

Perkembangan emosi berhubungan dengan seluruh aspek perkembangan

anak. Setiap orang akan mempunyai emosi rasa senang, marah, jengkel dalam

menghadapi lingkungannya sehari-hari. Pada tahapan ini emosi anak prasekolah

lebih rinci, bernuansa atau disebut terdiferensiasi. Berbagai faktor yang telah

menyebabkan perubahan tersebut. Pertama kesadaran kognitifnya yang telah

meningkat memungkinkan pemahaman terhadap lingkungan berbeda dari tahapan

semula. Imajinasi atau daya khayalnya lebih berkembang.

Hal lain yang mempengaruhi perkembangan ini adalah berkembangnya

wawasan sosial anak. Umumnya mereka telah memasuki lingkungan di mana

teman sebaya mulai berpengaruh terhadap kehidupan sehari-hari. Tidak

mengherankan bahwa orang berpendapat bahwa perkembangan umumnya hidup

dalam latar belakang kehidupan keluarga, sekolah dan teman sebaya. Sementara

itu perlu diketahui bahwa setiap anak sejak usia dini menjalin kelekatan dengan

pengasuh pertamanya yang kemudian perlu diperluas hubungan tersebut apabila

dunia lingkungannya berkembang. Anak-anak perlu dibantu dalam menjamin

hubungan dengan lingkungannya agar mereka secara emosional dapat

menyesuaikan diri, menemukan kepuasan dalam hidupnya, dan sehat secara fisik

dan mental.

c. Ciri-Ciri Anak Prasekolah

Menurut Patmonodewo (2008), ciri-ciri anak prasekolah antara lain :

1) Ciri fisik
Anak prasekolah umumnya sangat aktif. Mereka telah memiliki penguasaan

(kontrol) terhadap tubuhnya dan sangat menyukai kegiatan yang dilakukan

sendiri. Berikan kesempatan kepada anak untuk lari, memanjat, dan melompat.

Usahakan kegiatan-kegiatan tersebut di atas sebanyak mungkin sesuai dengan

kebutuhan anak dan selalu di bawah pengawasan guru.

2) Ciri sosial

Umumnya anak pada tahapan ini memiliki satu atau dua sahabat, tetapi

sahabat ini cepat berganti. Mereka umumnya dapat cepat menyesuaikan diri

secara sosial, mereka mau bermain dengan teman. Sahabat yang dipilih biasanya

yang sama jenis kelaminnya, tetapi kemudian berkembang sahabat yang terdiri

dari jenis kelamin yang berbeda. Kelompok bermainnya cenderung kecil dan

tidak terlalu terorganisasi secara baik, oleh karena itu kelompok tersebut cepat

berganti-ganti.

3) Ciri Emosional

Mereka cenderung mengekspresikan emosinya dengan bebas dan terbuka.

Sikap marah sering diperlihatkan oleh anak pada usia tersebut. Iri hati pada anak

prasekolah sering terjadi. Mereka sering kali memperebutkan perhatian guru

4) Ciri Kognitif

Anak prasekolah umumnya telah terampil dalam berbahasa. Sebagian besar

dari mereka senang bicara, khususnya dalam kelompoknya. Sebaiknya anak

diberi kesempatan untuk berbicara. Sebagian dari mereka perlu dilatih untuk

menjadi pendengar yang baik.

d. Jenis Permainan Anak Prasekolah

Pada masa ini, inisiatif anak mulai berkembang dan anak ingin mengetahui lebih

banyak lagi mengenai hal-hal di sekitarnya. Anak mulai berfantasi dan mempelajari
model keluarga atau bermain peran, seperti peran guru, ibu, dan lain-lain. Dengan

demikian, isi bermain anak lebih banyak menggunakan simbol-simbol dalam

permainan atau yang sering disebut dengan permainan peran (dramatic role play).

Permainan yang meningkatkan keterampilan (skill play) juga masih berkembang pada

masa ini (Nursalam, Susilaningrum dan Utami, 2008).

Berdasarkan karakteristik sosial, anak mulai bermain bersama teman-temannya,

tetapi tidak ada tujuan kelompok (associative play). Dalam hal ini anak berinteraksi

dengan saling meminjam alat permainan. Seiring dengan bertambahnya usia, anak

mulai bermain bersama dengan tujuan yang ditetapkan, misalnya tujuan kompetisi.

Karakteristik permainan seperti ini disebut dengan permainan dengan kerja sama

(kooperatif play). Alat permainan yang dianjurkan, misalnya, buku, majalah, alat

tulis/krayon, balok, dan aktivitas berenang (Nursalam, Susilaningrum dan Utami,

2008).

Dalam bermain, anak hendaknya memiliki teman. Dan pada masa ini, bermain

mempunyai tujuan sebagai berikut mengembangkan kemampuan berbahasa,

berhitung, serta menyamakan dan membedakan, merangsang daya imajinasi,

memperkenalkan ilmu pengetahuan, suasana gotong-royong, dan kompetisi,

mengembangkan koordinasi motorik, sosialisasi, dan kemampuan untuk

mengendalikan emosi, menumbuhkan sportivitas, kepercayaan diri dan kreativitas

(Nursalam, Susilaningrum dan Utami, 2008).

Você também pode gostar