Você está na página 1de 30

PERTEMUAN XIII

ALTERNATIF PENYELESAIAN
SENGKETA
PENYELESAIAN SENGKETA

LITIGASI

NEGOISASI

PENYELESAI-
AN SENGKETA MEDIASI
APS / ADR
KONSILIA
SI

DI LUAR
LITIGASI

ARBITRASE
Pengertian

Pranata penyelesaian sengketa alternatif pada dasarnya


merupakan suatu bentuk penyelesaian sengketa diluar
pengadilan yang didasarkan pada kesepakatan para pihak
yang bersengketa.
Alternatif penyelesaian sengketa bersifat sukarela dan
karenanya tidak dapat dipaksakan oleh salah satu pihak.
Walau demikian, sebagai suatu bentuk perjanjian (alternatif
penyelesaian sengketa), kesepakatan yang telah dicapai
oleh para pihak untuk menyelesaikan sengketa melalui
forum diluar pengadilan harus ditaati oleh para pihak
Alternatif penyesuaian sengketa
bersifat supel dan tidak formal,
sedang litigasi prosedurnya telah
ditentukan oleh hukum/kaidah
hukum.
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
MELALUI LITIGASI
Lamanya proses beracara dipersidagan perkara perdata;
Panjang dan lamanya tahap penyelesaian sengketa dari
tingkat pengadilan negeri, pengadilan tinggi, hingga
kasasi dan peninjauan kembali di MA;
Lama dan panjangnya proses penyelesaian melalui
pengadilan membawa akibat pada tingginya biaya
penyelesaian sengketa (legal cost)
Persidangan dilakukan secara terbuka
Hakim yang melakuka persidangan seringkali dilakukan
oleh hakim yang kurang menguasai substansi
permasalahan;
Adanya citra dunia peradilan di Indonesia yang tidak
begitu baik
Pranata Alternatif Penyelesaian
Sengketa
Secara umum pranata alternatif penyelesaian
sengketa antara lain :
1. Konsultasi
2. Negosiasi dan Perdamaian
3. Mediasi
4. Konsiliasi dan Perdamaian
5. Arbitrase
PENYELESAIAN SENGKETA BISNIS
MELALUI ARBITRASE & ADR
Keahlian para arbiter memiliki integritas,
kejujuran, keahlian, dan profesionalisme di
bidangnya
Cepat dan hemat biaya;
Bersifat rahasia;
Putusan arbitrase bersifat final and binding;
Penyelesaian sengketa didasarkan pada
prinsip solusi menang-menang (win- win
solution), bukan menang kalah (win-loose)
Konsultasi

Pada prinsipnya konsultasi merupakan suatu


tindakan yang bersifat personal antara
suatu pihak tertentu (klien) dengan pihak lain
yang merupakan pihak konsultan yang
memberikan pendapatnya kepada klien
sesuai dengan keperluan dan kebutuhan
kliennya. Keputusan tetap berada di tangan
klien.
Negosiasi & Perdamaian

Negosiasi merupakan komunikasi dua arah


yang dirancang untuk mencapai kesepakatan
pada saat kedua belah pihak memiliki
kepentingan yang sama maupun berbeda.
Negosiasi merupakan sarana bagi pihak-
pihak yang bersengketa untuk mendiskusikan
penyelesaiannya tanpa melibatkan pihak
ketiga.
Pasal 6 (2) UU No. 30/1999 dikatakan bahwa
para pihak dapat dan berhak untuk
menyelesaikan sendiri sengketa yang timbul
diantara mereka, kesepakatan mengenai
penyelesaian tersebut harus dituangkan
dalam bentuk tertulis dengan melakukan
pertemuan langsung antara para pihak yang
bersengketa dengan tenggang waktu
penyelesaian paling lama 14 hari
Mediasi

Pasal 6 (3) atas kesepakatan tertulis para


pihak sengketa atau beda pendapat
diselesaikan melalui bantuan Seorang atau
lebih penasehat ahli maupun melalui
Seorang Mediator.
Mediasi adalah suatu proses alternatif
penyelesaian sengketa dimana pihak ketiga
yang dimintakan bantuannya untuk
membantu proses penyelesaian sengketa
bersifat pasif dan sama sekali tidak berhak
atau berwenang untuk memberikan suatu
masukan, terlebih lagi untuk memutuskan
perselisihan yang terjadi. Jadi mediator
hanya berfungsi sebagai penyambung lidah
dari para pihak yang bersengketa.
Mediasi merupakan salah satu bentuk
negosiasi antara para pihak yang
bersengketa, yang melibatkan pihak ketiga
dengan tujuan membantu tercapainya
penyelesaian yang bersifat kompromistis.
Pihak ketiga yang ditunjuk membantu
menyelesaikan sengketa disebut mediator.
Mediasi mengandung unsur-unsur:
1. proses penyelesaian sengketa berdasarkan
perundingan;
2. mediator terlibat dan diterima oleh para
pihak yang bersengketa di dalam
perundingan;
3. mediator bertugas membantu para pihak
yang bersengketa untuk mencari
penyelesaian;
4. tujuan mediasi untuk mencapai atau
menghasilkan kesepakatan yang dapat
diterima pihak-pihak yang bersengketa guna
mengakhiri sengketa.
Tugas Mediator:
1. bertindak sebagai seorang fasilitator
sehingga terjadi pertukaran informasi yang
dapat dilaksanakan;
2. menemukan dan merumuskan titik-titik
persamaan dari argumentasi para pihak dan
berupaya untuk mengurangi perbedaan
pendapat yang timbul.
Konsiliasi & Perdamaian

Konsiliasi dalam UU No. 30/1999 adalah suatu


tindakan atau proses untuk mencapai
perdamaian di luar pengadilan, untuk
mencegah dilaksanakannya proses litigasi
(peradilan). Namun bisa juga terjadi di tiap
tingkat peradilan yang sedang berlangsung,
baik di dalam maupun di luar pengadilan,
kecuali untuk sengketa atau hal hal yang
telah di putus dan mempunyai kekuatan
hukum tetap.
Konsiliator berkewajiban untuk
menyampaikan pendapatnya mengenai
duduk persoalan dari masalah atau sengketa
yang dihadapi, alternatif penyelesaian yang
terbaik, apa keuntungan dan kerugian para
pihak, serta akibat hukumnya.
Konsiliator tidak berhak untuk membuat
keputusan (pasif). Keputusan akan diambil
sepenuhnya oleh para pihak yang dituangkan
dalam bentuk kesepakatan.
Arbitrase

Arbitrase adalah cara penyelesaian suatu


sengketa perdata khususnya dibidang
perdagangan di luar pengadilan umum yang di
dasarkan pada perjanjian arbitrase yang dibuat
secara tertulis oleh pihak yang bersengketa (Ps 1
angka 1 UU No. 30/1999 tentang Arbitrase dan
Alternatif Penyesuaian Sengketa).
Yang termasuk ruang lingkup hukum
perdagangan adalah Perniagaan, Perbankan,
Keuangan, Penanaman modal, Industri, Haki,
dsb.
Pasal 48 UU No.1/1999 menetapkan bahwa dalam waktu
180 hari (6 bulan) pemeriksaan atas sengketa harus
diselesaikan.
Dalam hal arbiter / majelis arbitrase tanpa alasan yang sah
tidak memberikan putusan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan maka arbiter dihukum membayar denda untuk
mengganti biaya kerugian yang diakibatkan karena
keterlambatan tersebut kepada para pihak. Kadang
memang pelaksanaan arbitrase lambat tetapi tidak
selambat bila melalui proses pengadilan biasa.
Kesepakatan dalam arbitrase dapat terjadi melalui
komunikasi tertulis secara modern yang tentunya wajib
disertai suatu catatan penerimaan.
Arbitrase bersifat Final & Binding (final &
mengikat)
Pengadilan wajib karena jabatan (ex officio)
menyatakan diri tidak berwenang, bila
terdapat klausula Arbitrase dalam suatu
perjanjian. (Ps.3)
Penawaran penyelesaian sengketa melalui
arbitrase bisa melalui telex, telegram,
faximile / e-mail. (Ps.4 ayat (3))
LITIGASI ARBITRASE

Sistem Paksa Consensus


Ketepatan Hukum Pasti Adil
Publik Mengikat Privat
Banding Memenuhi Hukum Final-Mengikat
Formal Dapat Dilaksanakan Flexible
Penyederhanaan Sistem

21
Syarat utama untuk dapat dilakukan Arbitrase
adalah adanya suatu perjanjian untuk berarbitrase
(pasal 1 ayat (1)).
Perjanjian Arbitrase dibuat dengan akta Notaris yang
isinya memuat (pasal 9 ayat (3)) :
1. masalah yang dipersengketakan;
2. nama lengkap & alamat para pihak;
3. nama lengkap & alamat arbiter;
4. tempat arbitrase akan mengambil keputusan;
5. jangka waktu 6 bulan penyelesaian masalah dengan cara
arbitrase
6. pernyataan kesediaan dari para pihak yang bersengketa
untuk menanggung segala biaya yang diperlukan untuk
pemeriksaan sengketa melalui arbitrase.
Arbiter bisa tunggal atau banyak, tetapi
jumlahnya harus ganjil. Pihak yang
berkeberatan terhadap pengangkatan hakim
arbiter mengajukan hak ingkar paling lama 14
hari sejak pengangkatan
Semua pemeriksaan sengketa oleh majelis
arbiter dilakukan secara tertutup, karena
arbitrase bersifat konfindensial.
Terhadap putusan arbitrase dapat diminta
pembatalan bila diduga mengandung unsur-
unsur :
1. dipergunakan dokumen palsu dalam
persidangan.
2. telah disembunyikan dokumen yang
menentukan.
3. telah dilakukan tipu muslihat oleh lawan.
Mengapa Arbitrase

Kerahasiaan dipelihara
Relatif murah dan lebih cepat
Diputus oleh experts
Relatif lebih obyektif
Hukum acara yang lebih fleksibel
Pengadilan tidak atau kurang melengkapi dirinya
untuk mengatur masalah2 hukum spesifik
tertentu
Kesulitan badan pengadilan menentukan
yurisdiksinya
Image pengadilan yang telah menurun
Arbitrase Internasional

Arbitrase bersifat internasional apabila :


1. Para pihak yang bersengketa memiliki kebangsaan
yang berbeda yang terbukti dan dinyatakan secara
tegas;
2. Tempat penyelesaian sengketa melalui arbitrase
berada di luar domisili para pihak (sesuai kesepakatan
bersama)
3. Obyek arbitrase terletak di luar wilayah negara dimana
para pihak memiliki usaha
4. Para pihak sepakat bahwa obyeknya (sesuai klausula
arbitrase) memiliki keterkaitan dengan satu negara
atau lebih.
INTERNASIONAL
Melewati batas negara
Unsur-unsur asing
Kebangsaan & negara yang berbeda
Tempat menyelesaikan di luar negara para pihak
Objek sengketa terletak di luar negara para pihak
Objek sengketa terletak di luar wilayah negara
Para pihak memiliki keterkaitan dengan beberapa negara

27
BAGI PIHAK ASING
Para pihak meragukan pengadilan nasional,
Lawan berkebangsaan negara pengadilan nasional,
Kurang paham tata cara hukum nasional negara tsb,
Kesulitan Bahasa, dan Budaya
Eksekusi melalui New York Convention 1958
Perma No. 1/1990

28
Putusan Arbitrase
Internasional
Putusan Arbitrase Internasional baru dapat dilaksanakan di Indonesia apabila
memenuhi persyaratan sebagai berikut : Pasal 66
1. Putusan Arbitrase Internasional dijatuhkan oleh Arbiter atau Majelis
Arbitrase di suatu negara yang dengan negara Indonesia terikat pada
perjanjian, baik secara bilateral maupun multilateral, mengenai pengakuan
dan pelaksanaan purtusan Arbitrase Internasional.
2. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a
terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum Indonesia termasuk
dalam ruang lingkup hukum perdagangan.
3. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia terbatas
pada putusan yang tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Putusan Arbitrase Internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah
memperoleh eksekuatur dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan
5. Putusan Arbitrase Internasional sebagaimana dimaksud dalam huruf a yang
menyangkut Negara Republik Indonesia sebagai salah satu pihak dalam
sengketa, hanya dapat dilaksanakan setelah memperoleh eksekuatur dari
Mahkamah Agung RI yang selanjutnya dilimpahkan kepada Pengadilan
Negeri Jakarta Pusat.
Terima Kasih

Você também pode gostar