Você está na página 1de 40

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN
HIPERTENSI

1.1 Definisi
Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan darah
sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastoliknya diatas 90 mmHg. Pada populasi
manula, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg, dan tekanan
diastolic 90 mmHg. Hipertensi merupakan penyebab utama gagal jantung, stroke, &
gagal ginjal.

Gangguan emosi, obesitas, konsumsi alcohol yang berlebihan, dan rangsangan kopi yang
berlebihan, tembakau, obat-obatan yang merangsang dapat berperan disini, tapi penyakit
ini sangat dipengaruhi factor keturunan. Tingginya tekanan darah yang lama tentu saja
akan merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, yang paling jelas pada mata, jantung,
ginjal, dan otak. Maka konsekuensi pada hipertensi yang lama tidak terkontrol adalah
gangguan penglihatan, oklusi koroner, gagal ginjal, & stroke.Selain itu jantung membesar
karena dipaksa meningkatkan beban kerja saat memompa melawan tingginya tekanan
darah.Hipertrofi ini dapat diperiksa dengan EKG atau rontgen thorak.Peningkatan
tahanan perifer yang dikontrol pada tingkat arteriola adalah dasar penyebab tingginya
tekanan darah.Penyebab tingginya tahanan tersebut belum banyak diketahui. Tetapi obat-
obatan ditujukan untuk menurunkan tahanan perifer untuk menurunkan tekanan darah &
mengurangi stress pada system vaskuler.

1.2 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak dipusat
vasomotor, pada medulla di otak.Dari pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis,
yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis ke
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam
bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia
simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai factor
seperti kecemasan dan ketakutan dapat mempengaruhi respon pembulih darah terhadap
rangsang vasokonstriktor. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.

Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis merangsang pembuluh darah sebagai
respon rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan
aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang menyebabkan
vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol dan steroid lainnya, yang dapat
memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah.Vasokontriksi yang mengakibatkan
penurunan aliran darah ke ginjal, meyebabkan pelepasan renin.Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks
adrenal.Hormone ini menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal,
menyebabkan peningkatan volume intravaskuler.Semua factor tersebut cenderung
mencetuskan keadaan hipertensi.

Pathway
1.3 Etiologi
Berdasarkan Penyebabnya Hipertensi dibagi dalam 2 Golongan yaitu :
1. Hipertensi primer / essensial
Merupakan hipertensi yang penyebabnya tidak diketahui, biasanya berhubungan
dengan faktor keturunan dan lingkungan.
2. Hipertensi sekunder
Merupakan hipertensi yang penyebabnya dapat diketahui secara pasti, seperti
gangguan pembuluh darah dan penyakit ginjal.

1.4 Faktor Pencetus terjadinya Hipertensi


1. Obesitas / kegemukan
2. Kebiasaan merokok
3. Minuman beralkohol
4. Penyakit kencing manis dan jantung
5. Wanita yang tidak menstruasi
6. Stress
7. Kurang olah raga
8. Diet yang tidak seimbang, makanan berlemak dan tinggi kolesterol

1.5 Tanda dan gejala:


Sakit kepala dan pusing
Nyeri kepala berputar
Rasa berat di tengkuk
Marah/emosi tidak stabil
Mata berkunang kunang
Telinga berdengung
Sukar tidur
Kesemutan
Kesulitan bicara
Rasa mual / muntah
F. Klasifikasi
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)

Optimal < 120 < 80

Normal < 130 < 85

Normal tinggi 130 139 85 89

Hipertensi derajat 1 140 159 90 99

derajat 2 160 179 100 109

derajat 3 180 110

Keterangan: Klasifikasi hipertensi bagi yang berumur 18 th keatas.

Hipertensi sistolik terisolasi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diastoliknya di bawah 90 mmHg.
Tekanan darah pertama kali (mmHg)
Observsi yang dianjurkan
Sistolik Diastolik
< 130 < 85 Pemeriksaan ulang dalam 2 th

130 139 85 89 Pemeriksaan ulang dalam 1 th

140 159 90 99 Dipastikan dalam 2 th

160 179 100 109 Evaluasi dalam 1 th

180 110 Evaluasi segera/dalam 1


minggu,tergantung situa si klinis.

Keterangan: Rekomendasi untuk observasi lebih lanjut setelah pengukuran tekanan


darah pertama kali.
1.6 Manifestasi Klinis
Pada pemeriksaan fisik mungkin tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan darah
yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina seperti: perdarahan,
eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada kasus berat edema
pupil dapat terjadi (edema pada diskus optikus). Gejala pada orang hipertensi biasanya
menunjukkan gejala vaskuler, dengan manifestasi yang khas sesuai system organ yang
divaskularisasi oleh system organ yang bersangkutan.Penyakit arteri koroner dengan
angina adalah gejala yang sering menyertai hipertensi.Hipertrofi ventrikel kiri terjadi
sebagai respon peningkatan beban kerja ventrikel saat dipaksa berkontraksi melawan
tekanan sistemik yang meningkat.Apabila jantung tidak lagi mampu menahan
peningkatan beban kerja, maka dapat terjadi gagal jantung kiri.

Perubahan patologis pada ginjal dapat bermanifestasi seperti nokturia (peningkatan


urinasi pada malam hari) dan azotemia (peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan
kreatinin).Keterlibatan pembuluh darah otak dapat mengakibatkan stroke atau serangan
iskemik transien yang termanifestasi sebagai paralysis sementara pada satu sisi
(hemiplegi) atau gangguan tajam penglihatan.

Faktor risiko utama Kerusakan organ target


Merokok Penyakit jantung:
Dislipidemia *Hipertrofi ventrikel kiri
DM *Angina/riwayat AMI
Umur diatas 60 th *Riwayat revaskularisasi koroner.
*Gagal jantung
Jenis kelamin (pria & wanita Stroke & serangan iskemik selintas
pasca menopause)
Riwayat penyakit kardiovaskuler Nefropati
dalam keluarga.
Wanita < 65 th atau pria < 55 th. Penyakit arteri perifer, retinopati.
Keterangan: Faktor risiko kardiovaskuler dan kerusakan organ target pada pasien
hipertensi.

1.7 Penatalaksanaan
Tujuan tiap program penanganan bagi setiap pasien adalah mencegah terjadinya
morbiditas dan mortalitas penyerta dengan mencapai dan mempertahankan tekanan darah
dibawah 140/90 mmHg.Efektifitas setiap program ditentukan oleh derajat hipertensi,
komplikasi, biaya perawatan, dan kualtas hidup sehubungan dengan terapi.

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pendekatan nonfarmakologis termasuk:


penurunan berat badan, pembatasan alcohol, natrium, tembakau, latihan dan relaksasi
merupakan intervensi wajib yang harus dilakukan pada setiap terapi antihipertensi.
Apabila penderita ringan berada dalam resiko tinggi (pria, perokok) atau bila tekanan
darah diastoliknya menetap diatas 85 atau 95 mmHg dan sistoliknya di atas 130 139
mmHg, maka perlu dimulai terapi obat-obatan.

Derajat Kelompok resiko A Kelompok risiko B Kelompok Risiko C


Hipertensi (Tak ada factor (Minimal 1 faktor (Kerusakan
(mmHg) resiko, tak ada risiko, tak termasuk organ target
kerusakan organ diabetes, tak ada dan atau
target). kerusakan organ diabetes,
target). dengan atau
tanpe factor
risiko lain).
Normal tinggi Perubahan gaya Perubahan gaya Terapi obat
(130139/85-89) hidup hidup
Derajat 1 Perubahan gaya Perubahan gaya Terapi obat
(140-159/90-99) hidup (sampai 12 hidup (sampai 6
bulan) bulan).
Derajat 2&3 Terapi obat Terapi obat Terapi obat
(160/ 100)
Keterangan: Stratifikasi risiko dan pengobatan hipertensi.

1.8 Cara Pencegahan


Ada beberapa cara untuk menghindari dari penyakit hipertensi ini, antara lain :
1.8.1. Capai Dan Pertahankan Berat Badan Ideal
Pola makan sehat bertujuan untuk menurunkan dan mempertahankan berat
badan ideal, sehingga dianjurkan untuk menyeimbangkan asupan kalori
dengan kebutuhan energi total dengan membatasi konsumsi makanan yang
mengandung kalori tinggi dan atau makanan yang kandungan gula dan
lemaknya tinggi. Disamping itu, agar melakukan aktifitas fisik yang cukup
untuk mencapai kebugaran jasmani yang baik.

1.8.2. Capai Dan Pertahankan Kadar Kolesterol


Lemak jenuh adalah penentuan utama peningkatan kadar kolesterol, sehingga
dianjurkan untuk menurunkan asupan lemak jenuh < 10% asupan total energi
dengan membatasi asupan makanan kaya asam lemak jenuh (susu tinggi lemak
dan produknya, daging berlemak serta minyak kelapa). Pada orang dengan
kadar kolesterol LDL tinggi atau dengan penyakit kardiovaskuler, lemak
jenuhnya harus lebih rendah (< 7% total energi).

1.8.3. Pertahankan Tekanan Darah Normal


Asupan garam (Natrium Chlorida) dapat meningkatkan tekanan darah.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa rata-rata penurunan asupan natrium
+ 1,8 gram/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik 4 mmHg dan
diastolik 2 mmHg pada penderita hipertensi dan penurunan lebih sedikit pada
individu dengan tekanan darah normal. Respons perubahan asupan garam
terhadap tekanan darah bervariasi diantara individu yang dipengaruhi oleh
faktor genetik dan juga faktor usia. Disarankan asupan garam < 6 gram sehari
atau kurang dari 1 sendok teh penuh. Dari berbagai penelitian, terbukti bahwa
kenaikan berat badan dapat meningkatkan tekanan darah dan terjadinya
hipertensi, walaupun pada program penurunan berat badan. Penurunan tekanan
darah dapat terjadi sebelum tercapai berat badan yang diinginkan. Penurunan
sistolik dan diastolik rata-rata per kg penurunan berat badan adalah 1,6 / 1,1
mmHg. Sehingga dianjurkan untuk selalu menjaga berat badan normal, untuk
menghindari terjadinya hipertensi. Dianjurkan untuk tidak mengkonsumsi
alkohol atau bahan makanan yang mengandung alkohol karena dapat
meningkatkan tekanan darah. Disamping itu alkohol juga dapat menyebabkan
kecanduan. Dari penelitian-penelitian klinis memperlihatkan pemberian
suplemen kalium dapat menurunkan tekanan darah. Dengan suplementasi diet
kalium 60-120 mmol/hari dapat menurunkan tekanan darah sistolik dan
diastolik 4,4 dan 2,5 mmHg pada penderita hipertensi dan 1,8 serta 1,0 mmHg
pada orang normal. Diet kaya kalium juga dihubungkan dengan penurunan
risiko stroke. Asupan diet kalium, Mg dan kalsium sebaiknya bersumber pada
bahan makanan alami. Pemberian suplemen harus dikonsultasikan ke dokter
terlebih dahulu.

1.8.4. Hentikan Minum Alkohol Dan Berhentilah Merokok


1.8.5. Meningkatkan Aktivitas Fisik Aerobik (30-45 Menit/Hari)
1.9 Rencana Asuhan Keperwatan
1.9.1 Penurunan curah jantung berhubungan dengan :
Peningkatan afterload, vasokontriksi
Iskemia miokardia
Hipertrofi/rigiditas (kekakuan) ventricular

Intervensi :
Mandiri :
a. Pantau tekanan darah. Ukur pada kedua tangan untuk evaluasi awal. Gunakan
ukuran manset yang tepat dan tehnik yang akurat
b. Catat keberadaan, kualitas denyutan sentral dan perifer
c. Auskultasi tonus jantung dan bunyi nafas
d. Amati warna kulit, kelembaban, suhu dan masa pengisian kapiler
e. Catat edema umum atau tertentu
f. Berikan lingkungan nyaman, tenang dan kurangi aktivitas keributan lingkungan
g. Pertahankan pembatasan aktivitas seperti istirahat ditempat tidur atau kursi dan
bantu pasien dalam melakukan aktivitas perawatan diri sesuai kebutuhan
h. Lakukan tindakan-tindakan yang nyaman seperti pijatan punggung dan leher,
meninggikan kepoala ditempat tidur
i. Anjurkan tehnik relaksasi dan panduan imajinasi aktivitas pengalihan
j. Pantau respon terhadap obat untuk mengontrol tekanan darah
Kolaborasi :
Berikan obat-obat sesuai indikasi, cointoh :
a. Diuretik tiazid mis. Klorotiazid (diuril) hidrok lorotiazid (esidrix/
hidroDIURIL); bendroflumentiazid (NATURETIN).
b. Diuretik loop, mis. Furusemid (l;asik) asam ewtakrinic (edecrin); bumetanid
(burmex).
c. Iretik hemat kalium, spinolakton (aldaktone); triamterene (direnium);
amilioride (midamor).
d. Ihibitor simpatis mis. Propanolol (inderalk); metoprolol (lopressor) atenolol
(tenormin); nadolol (corgard) metildopa (aldomet); reserpine (serpasil);
klonidin (catapres).
e. Aodilator mis. Minokasidil (loniten) hidralazin (apresoline); bloker saluran
kalsium, mis. Nifedipin (peocardia)verapamil(calan).
f. Agen-agen anti adrenergik -1 bloker prazosin (minipres); tetazosin hitrin).
g. Blokewr nuron adrenergic: guanadrel (hiloree): quanetidin (ismelin)reserpin
(serpasil).
h. Inhibitor adrenergic yang bekerja secara sentral: klonidin ; (catapres)
guanabenz (wytension) metaldopa (aldomet); Vasodilator kerja langsung :
hidralazin (Apresoline) minoksidil; (linoten)
i. Vasodilator oral yang bekerja langsung :diagzosid (hiperstat); nitropusid;
(nipride, Nitopress).
j. Bloker ganglion mis. Guanetidin (ismelin); trimetapan (arfonad); ACE
inhibitor , mis. Kaptropil (capoten)
k. Berikan pembatasan cairan dan diet natrium sesuai indikasi.
l. Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi.
m. Siapkan pembedahan bila ada indikasi

1.9.2 Intoleransi Aktivitas berhubungan dengan :


Ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen

Intervensi :

Mandiri :

a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas, perhatikan frekuensi nadi lebih dari 80
kali permenit diatas frekuensi istirahat; peningkatan TD yang nyata selama
atau sesudah aktivitas tekanan sistolik meningkat 40 mmHg atau tekanan
diastoliknya meningkat 20 mmHg; dispnea atau nyeri dada keletihan dan
kelemahan yang berlebihan, diaforesis; pusing atau pingsan.
b. Insuksikan pasien tentang tehnik penghematan energi, missal menggunakan
kursi saat mandi duduk saat menyisir rambut atau menyikat gigi, melakukan
aktivitas dengan perlahan.
c. Berikan dorongan untuk melakukan aktivitas atau perawatan diri bertahap jika
dapai ditoleransi. Berikan bantuan sesuai kebutuhan.

1.9.3 Nyeri (Akut), sakit kepala berhubungan dengan :


Penimgkatan tekanan vaskuler serebral
Intervensi :
Mandiri :
a. Mempertahan kan tiorah baring selama fase akut
b. Memberikaan tindakan nonfarmakologis untuk menghilangkan sakit kepala
mis. Kompres dingin pada dahi dan pijat punggung dan leher, tenang,
redupkan lampu kamar, tehnik relaksasi, panduan imajinasi, distraksi dan
aktivitas waktu senggang
c. Hilangkan aktivitas vasokontriksi yang dapat meningkatkan sakit kepala mis.
Mengejan saat BAB, batuk panjang, membungkuk
d. Bantu pasien dalam ambulasi sesuai kebutuhan
e. Berikan cairan atau makanan lunak, perawatan mulut yang teratur, bila terjadi
perdarahan hidung, kompres hidung telah dilakuakan untuk menghentikan
perdarahan
Kolaborasi :
a. Berikan sesuai indikasi :
b. Analgesik
c. Antiansietas mis. Lorazepqam (ativan) diazepam (valium)

1.9.4 Nutrisi perubahan lebih dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan :


Masukan berlebihan sehubungan dengan kebutuhan metabolic
Pola hidup monoton
Keyakinan budaya

Intervensi :

Mandiri

a. Kaji pemahaman pasien tentang hubungan langsung antara hipertensi dan


kegemukan
b. Bicarakan pentingbya menurunkan masukan kalori dan batasi masukan lemak,
garam dan gula sesuai dengan indikasi
c. Tetapka keinginan pasien untuk menurunkan berat badan
d. Kaji ulang masukan kalori harian dan pilihan diit
e. Tetapkan rencana penurunan berat badan yang realistic dengan pasien mis.
Penurunan berat badan 0.5 kg perminggu
f. Dorong pasien unruk mempertahankan masukan makanan harian termasuk
dimana makan dilakukan dan lingkungan dan perasaan sekitar saat makanan
dimakan.
g. Instruksikan dan Bantu memilih makanan yang tepat, hindari makanan dengan
kejenuhan lemak tinggi (mentega, keju, telur, eskrim, daging) dan kolesterol
(daging berlemak, kuning telur, produk kalengan jeroan)
Kolaborasi :
Rujuk ke ahli gizi sesuai indikasi

1.9.5 Koping, individual, Inefektif berhubungan dengan :


Krisis situasional
Perubahan hidup beragam
Relaksasi tidak adekuat
Sistem pendukung tidak adekuat
Nutrisi buruk
Harapan yang tak pernah terpenuh
Kerja berlebihan
Persepsi tak realistic
Metode koping tak efektif
Intervensi :
Mandiri :
a. Kaji keefektivan stategi kopingdengan observasi perilaku mis.
Kemampuan menyatakan persaan dan perhatian, keinginan berpartisipasi
dalam rencana pengobatan.
b. Catat laporan gangguan tidur, peningkatan keletihan, kerusakan
konsentrasi, peka rangsang, penurunan toleransi sakit kepala,
ketidakmampuan mengatasi masalah.
c. Bantu pasien untuk mengidentifikasi stressor spesifik dan kemungkinan
stategi untuk mengatasinya.
d. Libatkan pasien dalam perencanaan perawatan dan beri dorongan
partisipasi maksimum dalam rencana pengobatan.
e. Dorong pasien untuk mengevaluasi prioritas, tanyakan pertanyaan seperti
Apa yang anda lakukan merupakan apa yang anda inginkan ?
f. Bantu pasien untuk mengidentivikasi dan mulai merencanakan perubahan
hidup yang perlu. Bantu untuk menyesuaikan ketimbang membatalkan
tujuan diri atau keluarga
1.9.6 Kurang pengteahuan ( kebutuhan belajar), mengenai kondisi, rencana
pengobatan berhubungan dengan
Kurang pengetahuan atau daya ingat
Misinterpretasi informasi
Keterbatasan kognitif
Menyangkal diagnosa
Intervensi :
Mandiri
a. Kaji kesiapan dan hambatan dalam belajar. Termasuk orang terdekat
b. Tetapkan dan nyatakan batas TD normal. Jelaskan tentang hipertensi dan
efeknya pada jantung, pembuluh darah, ginjal dan otak
c. Hindari mengatakan tekanan darah normal dan gunakan nistilah terkontrol
dengan baik saat menggambarkan TD pasien dalam batas yang diinginkan
d. Bantu pasein dalam mengidentivikasi factor-faktor resiko kardiovaskuler
yang dapat diubah missal obesitas; diet tinggi ;lemak jenuh; dan kolesterol;
pola hidup monotoin; merokok dan minum alcohol (lebih dari 60 cc/hari
dengan teratur) pola hidup penuh stress
e. Atasi masalah dengan pasienb untuk mengidentivikasi cara dimana
perubahan gaya hidup yang tepat dapat dibuat untuk mengurangi factor-
faktor diatas
f. Bahas pentingya menghentikan merokok dan Bantu pasien dalam
membuat rencana untuk berhenti merokok
g. Beri penguatan pentingya kerjasama dalam regimen pengobatan dan
perjanjian tindak lanjut
h. Instruksikan dan tehnik pemantauan TD mandiri. Evaluasi pendengaran
ketajaman, penglihatan, dan keterampilan manual serta koordinasi pasien
i. Bantu pasien untuk mengembangkan jadwal yang sederhana, memudahkan
untuk mempertahankan minum obat
BAB II

Konsep Dasar Keluarga

2.1 Pengertian Keluarga


Menurut Duvall dan Logan (2006) yang dikutip oleh Herawati (2008:2) keluarga adalah
sekumpulan orang dengan ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk
menciptakan mempertahankan budaya, dan meningkatkan perkembangan fisik, mental,
emosional, serta sosial dari tiap anggota keluarga.

Menurut Bailon dan Maglaya (2008) yang dikutip oleh Herawati (2008:2) keluarga
adalah dua atau lebih individu yang hidup dalam satu rumah tangga karena adanya
hubungan darah, perkawinan atau adopsi. Mereka saling berinteraksi satu dengan yang
lain, mempunyai peran masing-masing dan menciptakan serta mempertahankan suatu
budaya.
Dari kedua pengertian tentang keluarga maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik
keluarga adalah :
- Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah, perkawinan atau
adopsi.
- Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka tetap
memperhatikan satu sama lain.Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan
masing-masing mempunyai peran sosial, suami, istri, anak dan adik.
Mempunyai tujuan :
a. Menciptakan dan mempertahankan budaya
b. Meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota
c. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomer 10 Tahun 1992 disebutkan
bahwa keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat, yang terdiri dari suami-istri
atau suami-istri dan anak atau ayah/ibu dan anak. Dalam konteks pembangunan,
Indonesia bertujuan ingin menciptakan keluarga yang bahagia dan sejahtera.
Keluarga sejahtera dalam UU Nomer 10 disebut sebagai keluarga yang dibentuk
berdasarkan atas perkawinan yang sah, dan mampu memenuhi kebutuhan hidup
spiritual dan materiil, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, memiliki hubungan
yang serasi, selaras dan seimbang antar anggota, dan dengan masyarakat.
Dari uraian diatas menunjukkan bahwa keluarga juga merupakan suatu sistem. Sebagai
sistem keluarga mempunyai anggota yaitu : ayah, ibu dan anak atau semua individu yang
tinggal di dalam rumah tangga tersebut. Anggota keluarga tersebut saling berinteraksi,
interelasi dan interdependensi untuk mencapai tujuan bersama. Keluarga merupakan
sistem yang terbuka sehingga dapat dipengaruhi oleh supra sistemnya, yaitu
lingkungannya (masyarakat), dan sebaliknya sebagai sun sistem dari lingkungan
(masyarakat), dan sebaliknya sebagai sub sistem dari lingkungan (masyarakat), keluarga
dapat mempengaruhi masyarakat (supra sistem).

2.2 Tipe Keluarga


Herawati (2008:3) menyebutkan bahwa terdapat 2 tipe keluarga, yaitu:

2.2.1 Tipe keluarga tradisional, terdiri dari :


2.1.1.1 Keluarga inti, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami, istri dan
anak (kandung atau angkat)
2.1.1.2 Keluarga besar, yaitu keluarga inti ditambah dengan keluarga lain yang
mempunyai hubungan darah, misalnya kakek, nenek, paman dan bibi.
2.1.1.3 Keluarga Dyad, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri
tanpa anak
2.1.1.4 Single-parent, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orangtua
dengan anak (kandung atau angkat).Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
2.1.1.5 Single adult, yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri dari seorang
dewasa
2.1.1.6 Keluarga usila, yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami-istri yang
berusia lanjut.
2.2.2 Tipe keluarga non tradisional terdiri dari :
2.2.2.1 Commune family, yaitu lebih satu keluarga tanpa pertalian darah hidup
serumah
2.2.2.2 Orangtua (ayah-ibu) yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah tangga.
2.2.2.3 Homoseksual, dua individu yang sejenis hidup bersama dalam satu
rumah tangga.
2.2.3 Fungsi Keluarga
Friedman (2008) mengidentifikasi lima fungsi dasar keluarga, yaitu :
2.2.3.1 FungsiAfektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. fungsi afektif berguna untuk
pemenuhan kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi
afektif tampak pada kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota
keluarga. Tiap anggota keluarga saling mempertahankan iklim yang
positif. Hal tersebut dipelajari dan dikembangkan melalui interaksi dan
hubungan dalam keluarga. Dengan demikian keluarga yang berhasil
melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota keluarga dapat
mengembangkan konsep diri yang positif.

Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi


afektif adalah :

Saling mengasuh. Cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling


mendukung antar anggota keluarga. Setiap anggota yang mendapatkan
kasih sayang dan dukungan dari anggota yang lain maka
kemampuannya untuk memberikan kasih sayang akan meningkat, yang
pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat dan saling mendukung.
Hubungan intim di dalam keluarga merupakan modal dasar dalam
memberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga / masyarakat.
Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan
mengakui keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu
mempertahankan iklim yang positif maka fungsi afektif akan tercapai.
Ikatan dan identifikasi. Ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan
melalui proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek
kehidupan anggota keluarga. Orangtua harus mengembangkan proses
identifikasi yang positif sehingga anak-anak dapat meniru perilaku
yang positif tersebut.
Fungsi afektif merupakan sumber energi yang menentukan
kebahagiaan keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau
masalah keluarga timbul karena fungsi afektif yang tidak terpenuhi.

2.2.3.2 Fungsi Sosialisasi


Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui
individu, yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam
lingkungan sosial. (Friedman, 2008).

Sosialisasi dimulai sejak lahir. Keluarga merupakan tempat individu untuk


belajar bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan keluarga
dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi. Anggota keluarga belajar berdisiplin,
belajar tentang norma-norma, budaya dan perilaku melalui hubungan dan
interaksi dalam keluarga.

2.2.3.3 Fungsi Reproduksi


Keluarga berfungsi untuk meneruskan kelangsungan keturunan dan
menambah sumber daya manusia. Dengan adanya program keluarga
berencana maka fungsi ini sedikit terkontrol.

2.2.3.4 Fungsi Ekonomi


Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga, seperti kebutuhan akan makanan, pakaian dan
tempat berlindung (rumah).

2.2.3.5 Fungsi Perawatan Kesehatan


Keluarga juga berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan keperawatan,
yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan / atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga melaksanakan
pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga yang
dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakan tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan keluarga.
Tugas kesehatan keluarga adalah sebagai berikut:
a. Mengenal masalah kesehatan
b. Membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat
c. Memberi perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau menciptakan suasana rumah yang sehat
e. Mempertahankan hubungan dengan (menggunakan) fasilitas kesehatan masyarakat.

2.2.4 Dimensi Dasar Struktur Keluarga


Menurut Friedman dimensi dasar struktur keluarga terdiri atas :
2.2.4.1 Pola dan Proses Komunikasi
Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur,
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga,
c. Berpikir positif, dan
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2.2.4.2 Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi
sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah
posisi sosial yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status
adalah posisi individu dalam masyarakat, misalnya status sebagai istri /
suami atau anak.
2.2.4.3 Struktur Kekuatan
Merupakan kemampuan (potensial atau aktual) dari individu untuk
mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang lain ke
arah positif.
Tipe struktur kekuatan :
a. Legitimate Power/Authority;
b. Referent Power;
c. Reward;
d. Power;
e. Coercive Power;
f. Affective Power.
2.2.4.4 Nilai-nilai Keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar
atau tidak, mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai
keluarga juga merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan
peraturan.
Norma adalah pola perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan
sistem nilai dalam keluarga.
Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.
2.2.4.5 Tahap-Tahap Perkambangan Keluarga
Tahap perkembangan keluarga dibagi sesuai dengan kurunwaktu tertentu
yang dianggap stabil, misalnya keluarga dengan anak pertama berbeda
dengan keluarga dengan remaja. Menurut Rodger (Friedman, 2008, h.
111), meskipun setiap keluarga melalui tahapan perkembangannya secara
unik, namun secara umum seluruh keluarga mengikuti pola yang sama.
Tiap tahap perkembangan membutuhkan tugas atau fungsi keluarga agar
dapat melalui tahap tersebut dengan sukses. Pada makalah ini akan
diuraikan perkembangan keluarga berdasarkan konsep Duvall dan Miller
(Friedman, 2008) :
Tahap I : Pasangan Baru (Keluarga Baru)
Keluarga baru dimulai saat masing-masing individu laki-laki (suami) dan perempuan (istri)
membentuk keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-
masing. Karena masih banyak kita temui keluarga baru yang tinggal dengan orangtua, maka
yang dimaksud dengan orangtua, maka yang dimaksud dengan meninggalkan keluarga disini
bukanlah secara fisik. Namun secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga
baru.
Dua orang yang membentuk keluarga perlu mempersiapkan kehidupan yang baru karena
keduanya membutuhkan penyesuaian peran dan fungsi sehari-hari. Masing-masing belajar
hidup bersama serta beradaptasi dengan kebiasaan sendiri dan pasangannya, misalnya
kebiasaan makan, tidur, bangun pagi dan sebagainya.
Tugas perkembangan selengkapnya sebagai berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
Pasangan Baru (Keluarga Baru) Membina hubungan intim yang
memuaskan
Membina hubungan dengan keluarga
lain, teman, kelompok sosial
Mendiskusikan rencana memiliki anak

Keluarga baru ini merupakan anggota dari tiga keluarga, yaitu : keluarga suami, istri serta
keluarga sendiri. Masing-masing pasangan menghadapi perpisahan dengan keluarga
orangtuanya dan mulai membina hubungan baru dengan keluarga dan kelompok sosial
pasangan masing-masing. Hal lain yang perlu diputuskan pada tahap ini adalah kapan waktu
yang tepat untuk mendapatkan anak dan jumlah anak yang diharapkan.

Tahap II: Keluarga Child-Bearing (Keluarga Anak Pertama)

Keluarga yang senantiasa menantikan kelahiran dimulai dari kehamilan sampai kelahiran
anak pertama dan berlanjut sampai anak pertama berusia 30 bulan. Kehamilan dan kelahiran
bayi perlu dipersiapkan oleh pasangan suami istri melalui beberapa tugas perkembangan yang
penting sebagai berikut:.

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga Child-bearing (Kelahiran Persiapan menjadi orangtua
Anak Pertama) Adaptasi dengan perubahan anggota
keluarga peran interaksi, hubungan
seksual dan kegiatan
Mempertahankan hubungan yang
memuaskan dengan pasangan

Kelahiran bayi pertama memberi perubahan besar dalam keluarga, sehingga pasangan harus
beradaptasi dengan perannya untuk memenuhi kebutuhan bayi. Sering terjadi dengan
kelahiran bayi, pasangan merasa diabaikan karena fokus perhatian kedua pasangan tertuju
pada bayi. Peran utama perawat keluarga adalah mengkaji peran orangtua; sebagaimana
orangtua berinteraksi dan merawat bayi serta bagaimana bayi berespon. Perawat perlu
memfasilitasi hubungan orangtua dan bayi yang positif dan hangat sehingga jalinan kasih
sayang antara bayi dan orangtua dapat tercapai.

Tahap III: Keluarga Dengan Anak Pra Sekolah

Tahap ini dimulai saat kelahiran anak pertama berusia 2,5 tahun dan berakhir saat anak
berusia 5 tahun. Tugas perkembangan pada tahap ini sebagai berikut:

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


Keluarga dengan anak pra sekolah Memenuhi kebutuhan anggota keluarga
seperti kebutuhan tempat tinggal, privasi
dan rasa aman
Membantu anak untuk bersosialisasi
Beradaptasi dengan anak yang baru lahir,
sementara kebutuhan anak yang lain juga
harus terpenuhi
Mempertahankan hubungan yang sehat
baik di dalam maupun di luar keluarga
(keluarga lain di lingkungan sekitar)
Pembagian waktu untuk individu,
pasangan dan anak (tahap paling repot)
Pembagian tanggung jawab anggota
keluarga
Kegiatan dan waktu untuk stimulasi
tumbuh dan kembang anak.

Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan anak sangat tergantung pada orangtua
harus mengatur waktunya sedemikian rupa sehingga kebutuhan anak, suami, istri dan
pekerjaan (purna waktu/paruh waktu) dapat terpenuhi. Orangtua menjadi arsitek keluarga
dalam merancang dan mengarahkan perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan
tetap utuh dan langgeng dengan cara menguatkan hubungan kerjasama antar suami istri.
Orangtua mempunyai peran untuk menstimulasi perkembangan individual anak khususnya
kemandirian anak agar tugas perkembangan anak pada fase ini tercapai.
Tahap IV: Keluarga Dengan Anak Sekolah
Tahap ini dimulai saat anak masuk sekolah pada usia enam tahun dan berakhir pada usia 12
tahun. Pada fase ini umumnya keluarga mencapai jumlah anggota keluarga maksimal,
sehingga keluarga sangat sibuk. Selain aktivitas di sekolah, masing-masing anak memiliki
aktivitas dan minat sendiri. Demikian pula orangtua yang mempunyai aktifitas yang berbeda
dengan anak. Untuk itu keluarga perlu bekerjasama untuk mencapai tugas perkembangan
sebagai berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
I. Keluarga dengan anak sekolah a. Membantu sosialisasi anak tetangga,
sekolah dan lingkungan
b. Mempertahankan keintiman pasangan
c. Memenuhi kebutuhan dan biaya
kehidupan yang semakin meningkat,
termasuk kebutuhan untuk
meningkatkan kesehatan anggota
keluarga

Pada tahap ini orangtua perlu belajar berpisah dengan anak, memberi kesempatan pada anak
untuk bersosialisasi baik aktifitas di sekolah maupun di luar sekolah.

Tahap V: Keluarga Dengan Anak Remaja


Tahap ini dimulai pada saat anak pertama berusia 13 tahun dan biasanya berakhir sampai 6-7
tahun kemudian, yaitu pada saat anak meninggalkan rumah orangtuanya. Tujuan keluarga ini
adalah melepas anak remaja dan memberi tanggung jawab serta kebebasan yang paling besar
untuk mempersiapkan diri menjadi dewasa. Seperti pada tahap-tahap sebelumnya, pada tahap
ini memiliki tugas perkembangan sebagai berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
II. Keluarga dengan anak remaja a. Memberikan kebebasan yang
seimbang dengan tanggungjawab
mengingat remaja sudah
bertambah dewasa dan mengingat
otonominya.
b. Mempertahankan hubungan yang
intim dalam keluarga
c. Mempertahankan komunikasi
terbuka antara anak dan orangtua.
Hindari perdebatan, kecurigaan
dan permusuhan
d. Perubahan sistem peran dan
peraturan untuk tumbuh kembang
keluarga
Ini merupakan tahapan yang paling sulit. Karena orangtua melepas otoritasnya dan
membimbing anak untuk bertanggungjawab (mempunyai otoritas terhadap dirinya sendiri
yang berkaitan dengan peran dan fungsinya). Seringkali muncul konflik antara orangtua dan
remaja karena anak menginginkan kebebasan untuk melakukan aktifitasnya sementara
orangtua mempunyai hak untuk mengontrol aktifitas anak. Dalam hal ini orangtua perlu
menciptakan komunikasi yang terbuka, menghindari kecurigaan dan permusuhan sehingga
hubungan orangtua dan remaja tetap harmonis.

Tahap VI: Keluarga Dengan Anak Dewasa (Pelepasan)

Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat
anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir pada saat anak terakhir meninggal rumah.
Lamanya tahap ini tergantung dari jumlah anak dalam keluarga atau jika ada anak yang
belum berkeluarga dan tetap tinggal bersama orangtua. Tujuan utama pada tahap ini adalah
mengorganisasi kembali keluarga untuk tetap berperan dalam melepaskan anak untuk hidup
sendiri. Tugas perkembangan sebagai berikut:

Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan


III. Keluarga Dengan Anak Dewasa a. Memperluas keluarga inti menjadi
(Pelapasan) keluarga besar
b. Mempertahankan keintiman
pasangan
c. Membantu orangtua suami/istri
yang sedang sakit dan memasuki
masa tua
d. Membantu anak untuk mandiri di
masyarakat
Keluarga mempersiapkan anaknya yang tertua untuk membentuk keluarga sendiri dan tetap
membantu anak terakhir untuk lebih mandiri. Pada saat semua anak meninggalkan rumah,
pasangan perlu menata ulang dan membina hubungan suami istri seperti pada fase awal.
Orangtua akan merasa kehilangan peran dalam merawat anak dan merasa kosong karena
anak-anak sudah tidak tinggal serumah lagi. Untuk mengatasi keadaan ini orangtua perlu
melakukan aktivitas kerja, meningkatkan peran sebagai pasangan dan tetap memelihara
hubungan dengan anak.

Tahap VII: Keluarga Usia Pertengahan


Tahap ini dimulai pada saat anak yang terakhir meninggalkan rumah dan berakhir saat
pensiun atau salah satu pasangan meninggal. Pada beberapa pasangan fase ini dirasakan sulit
karena masalah lanjut usia, perpisahan dengan anak dan perasaan gagal sebagai orangtua.
Untuk mengatasi hal tersebut keluarga perlu melakukan tugas-tugas perkembangan berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
IV. Keluarga Dengan Orang Tua a. Menyediakan lingkungan yang
Usia Pertengahan meningkatkan kesehatan
b. Mempertahankan hubungan-
hubungan yang memuaskan dan
penuh arti dengan para orang tua
lansia dan anak-anak.
c. Memperkokoh hubungan perkawinan

Tugas perkembangan yang penting pada tahap ini adalah penentuan lingkungan yang sehat.
Dalam masa inilah upaya untuk melaksanakan gaya hidup sehat menjadi lebih menonjol bagi
pasangan, meskipun kenyataannya bahwa mungkin mereka telah melakukan kebiasaan-
kebiasaan yang sifatnya merusak diri selama 45-65 tahun.

Hal ini karena adanya perasaan rentan terhadap penyakit yang dialami oleh usia pertengahan
tersebut.

Tahap VIII: Keluarga Dalam Masa Lansia dan Pensiun


Tahap ini merupakan tahap terakhir siklus kehidupan keluarga yang dimulai dengan salah
satu atau kedua pasangan memasuki masa pensiun, terus berlangsung hingga salah satu
pasangan meninggal dunia. Tugas-tugas perkembangan pada masa ini sebagai berikut:
Tahap Perkembangan Tugas Perkembangan
V. Keluarga usia lanjut a. Mempertahankan suasana rumah
yang menyenangkan
b. Adaptasi dengan perubahan
kehilangan pasangan teman,
kekuatan fisik dan pendapatan
c. Mempertahankan keakraban suami
istri dan saling merawat
d. Mempertahankan hubungan dengan
anak dan sosial masyarakat
e. Melakukan life review

Mempertahankan penataan kehidupan yang memuaskan merupakan tugas utama keluarga


pada tahap ini. Lanjut usia umumnya lebih dapat beradaptasi tinggal di rumah sendiri
daripada tinggal bersama anaknya. Menurut hasil riset Day dan Day (2003), wanita yang
tinggal dengan pasangannya memperlihatkan adaptasi yang lebih positif dalam memasuki
masa tuanya dibandingkan wanita yang tinggal dengan teman-teman sebayanya. Orangtua
juga perlu melakukan life review dengan mengenang pengalaman hidup dan keberhasilan di
masa lalu. Hal ini berguna agar orangtua merasakan bahwa hidupnya berkualitas dan berarti.

2.2.5 Konsep Dasar Keperawatan Keluarga


2.2.5.1 Pengertian Keperawatan
Menurut hasil Lokakarya Nasional Keperawatan tahun 2003 keperawatan
adalah suatu bentuk pelayanan profesional yang merupakan bagian integral
dari pelayanan kesehatan, didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan,
berbentuk peleyanan bio-psiko-sosio-spiritual yang komprehensif, ditujukan
kepada individu, keluarga, dan masyarakat, baik sakit maupun sehat yang
mencakup seluruh proses kehidupan manusia. Pelayanan keperawatan berupa
bantuan yang diberikan karena adanya kelemahan fisik dan mental,
keterbatasan pengetahuan serta kurangnya kemampuan menuju kepada
kemampuan melakukan kegiatan hidup sehari-hari secara mandiri.
2.2.5.2 Pengertian Keperawatan Kesehatan Keluarga
Menurut Bailon dan Maglaya (2008:2) keperawatan kesehatan keluarga
(Family Health Nursing) adalah tingkat perawatan kesehatan masyarakat yang
ditujukan atau dipusatkan pada keluarga sebagi unit atau satu kesatuan yang
dirawat,dengan sehat sebagai tujuannya dan melalui perawatan sebagai
sasarannya.

2.2.5.3 Peran Perawat Keluarga


Peran perawat dalam melakukan perawatan kesehatan keluarga adalah sebagai:
a.Pendidik
Perawat perlu memberikan pendidikan kesehatan kepada keluarga agar:
Keluarga dapat melakukan program asuhan kesehatan keluarga secara
mandiri
Bertanggung jawab terhadap masalah kesehatan keluarga.
b. Koordinator
Koordinasi diperlukan pada perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensive dapat tercapai. Koordinasi juga sangat diperlukan untuk
mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin ilmu agar
tidak terjadi tumpang tindih dan pengulangan
c. Pelaksana
Perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik
maupun di Rumah Sakit bertanggung jawab dalam memberikan pelayanan
langsung. Kontak pertama perawat kepada keluarga melalui anggota
keluarga yang sakit. Perawat dapat mendemonstrasikan kepada keluarga
asuhan keperawatan yang diberikan dengan harapan keluarga nanti dapat
melakukan asuhan langsung kepada anggota keluarga yang sakit.
d. Pengawas kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan home visit atau
kunjungan rumah yang teratur untuk mengidentifikasi atau melakukan
pengkajian kesehatan keluarga.
e. Konsultan (penasehat)
Perawat sebagai nara sumber bagi keluarga di dalam mengatasi masalah
kesehatan. agar keluarga mau meminta nasehat kepada perawat maka
hubungan perawat-keluarga harus dibina dengan baik, perawat harus
bersikap terbuka dan dapat dipercaya.
f. Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerjasama dengan pelayanan Rumah Sakit
atau anggota tim kesehatan yang lain untuk mencapai tahap kesehatan
keluarga yang optimal.
g. Fasilitator
Peran perawat komunitas disini adalah membantu keluarga di dalam
menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatannya. Kendala
yang sering dialami keluarga adalah keraguan di dalam menggunakan
pelayanan kesehatan, masalah ekonomi, dan sosial budaya. Agar
melaksanakan peran fasilitator dengan baik, maka perawat komunitas harus
mengetahui sistem pelayanan kesehatan, misalnya sistem rujukan dan dana
sehat.
h. Penemu kasus
Peran perawat komunitas yang juga sangat penting adalah mengidentifikasi
masalah kesehatan secara dini, sehingga tidak terjadi ledakan atau wabah.
i. Modifikasi lingkungan
Perawat komunitas juga harus dapat memodifikasi lingkungan baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat tercipta
lingkungan yang sehat.

2.2.6 Asuhan Keperawatan Keluarga


2.2.6.1 Pengertian
Asuhan keperawatan keluarga adalah suatu rangkaian kegiatan yang diberikan
melalui praktek keperawatan kepada keluarga untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga tersebut dengan menggunakan pendekatan proses
keperawatan.

2.2.6.2 Tujuan
Tujuan Umum:
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatannya
secara mandiri.
Tujuan Khusus:
a. Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam
b. Mengenal masalah kesehatan keluarga
c. Memutuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan
keluarga
d. Melakukan tindakan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit,
mempunyai gangguan fungsi tubuh dan yang membutuhkan bantuan /
Asuhan keperawatan
e. Memelihara lingkungan (fisik, psikis dan sosial) sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan keluarga
f. Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat misalnya : Puskesmas,
Puskesmas pembantu,kartu sehat dan Posyandu untuk memperoleh
pelayanan kesehatan.
2.2.6.3 Sasaran
Sasaran dari asuhan keperawatan keluarga adalah keluarga-keluarga yang
rawan kesehatan, yaitu : keluarga yang mempunyai masalah kesehatan atau
yang beresiko terhadap timbulnya masalah kesehatan.
2.2.6.4 Metode Pendekatan
Asuhan keperawatan keluarga merupakan proses yang kompleks dengan
menggunakan pendekatan sistematik untuk bekerjasama dengan keluarga dan
individu sebagai anggota keluarga.
Tahapan dari proses keperawatan keluarga meliputi :
1. Pengkajian keluarga dan individu di dalam keluarga
2. Pengkajian keluarga meliputi mengidentifikasi data demografi dan sosio
cultural, data lingkungan, struktur dan fungsi keluarga, stress dan strategi
koping yang digunakan keluarga, perkembangan keluarga.
3. Pengkajian terhadap individu sebagai anggota keluarga meliputi fisik,
mental, emosi, sosial, spiritual.
4. Perumusan diagnosis keperawatan
5. Penyusunan perencanaan dengan menyusun prioritas menetapkan tujuan,
identifikasi sumber daya keluarga dan menyeleksi intervensi keperawatan
6. Pelaksanaan asuhan keperawatan
7. Evaluasi saat perawat melakukan penilaian terhadap kegiatan yang sudah
dilaksanakan.
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth.2002. Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Doengoes ( 2000 ). Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta : EGC

Guyton, Arthur C, Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit, EGC Penerbit buku
kedokteran, Jakarta, 2007.

Smith T. 2005. Tekanan Darah Tinggi. Cetakan V. Arcan.Jakarta

Sobel, B. J. M. D. and George L. Bakris, M . D . FACP. 2009 . Pedoman KLinis diagnosa


dan Terapi Hipertensi. Penerbit Hipokrates.

Soeparman, Ilmu Penyakit Dalam, UI Press, Jakarta, 2004.


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KELURGA PADA TN. M


DENGAN DIAGNOSA HIPERTENSI

I. Data Umum
1. Nama Keluarga (KK) : Tn. M
2. Alamat dan Telepon : RT 1 Desa Karya Baru Kecamatan Barambai.
3. Komposisi Keluarga :
No. Nama JK Hub dg KK TT/Umur Pendidikan
1. 1 Tn. M L KK 55 thn SD
2 Ny. K P Ibu 73 thn -
3 Ny. A P Istri 52 thn SD
4 Ny. S P Anak 21 thn SMA
5 An. M L Cucu 4 thn -
4

Genogram

Keterangan :

: Laki-Laki

: Perempuan

X : Keluarga yang meninggal

: Klien

: Serumah
4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Tn. M adalah tipe keluarga besar yaitu terdiri dari orang tua ( mertua
) tn. M , istri tn. M dan anak beserta dengan cucu tn. M yang berjenis kelamin laki-
laki. Semua anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah menganut agama
Islam, bersuku Banjar dan berbangsa Indonesia. Tn. M beberapa bulan terakhir
sudah tidak bekerja lagi untuk mencari nafkah, Tn. M mengharapkan kiriman dari
anak-anaknya yang bekerja diluar kota untuk keperluan sehari-hari. Aktivitas
rekreasi keluarga Tn. M selama ini hanya berkumpul dan menonton TV dirumah.
5. Agama
Seluruh anggota Tn. M adalah beragama islam dan taat beribadah, sering mengikuti
Pengajian atau yasinan yang ada di Desa Karya Baru.
6. Status Sosial Keluarga
Keluarga Tn. M memiliki lingkungan yang baik, dan memiliki hubungan sosial
dengan tetangga yang baik
7. Aktivitas Rekreasi Keluarga
Aktivitas rekreasi keluarga Tn. M selama ini hanya berkumpul dan menonton TV
dirumah.

II. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga:


1. Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga yang telah terpenuhi yaitu mensosialisasikan anak
termasuk meningkatkan prestasi sekolah dan mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya sesua dengan tahap perkembangan usia anaknya. Tugas perkembangan
yang belum terpenuhi adalah memenuhi kebutuhan kesehatan fisik anggota keluarga
dikarenakan klien sibuk dan belum tau peran dan fungsi kesehatan keluarga secara
umum.
2. Rw. keluarga inti
Riwayat keluarga saat ini adalah 1 tahun terakhir Tn. M mengalami gejala
hipertensi seperti pusing saat bangun tidur dan sakit pada daerah tengkuk leher.
3. Rw. keluarga sebelumnya
Di keluarga Tn. M tidak ada yang memiliki penyakit yang sama dengan klien,hanya
klien yang memiliki penyakit hipertensi, klien tidak memiliki riwayat penyakit
TBC,ASMA, dan lain lain.
III. Lingkungan
1. Karakteristik rumah
Karakteristik rumah keluarga Tn. M adalah bangunan tidak permanen dengan luas
4x7 m2. Status kepemilikan rumah milik sendiri dengan lantai papan. Terdapat 4
jendela/ ventilasi dan selalu dibuka saat pagi hari. Keluarga memiliki WC pribadi
yang terpisah dari rumah. Terdapat teras depan. Pekarangan didepan cukup luas,
tidak digunakan untuk berkebun dan terdapat kandang ayam 3 meter dibelakang
rumah . Sumber air memasak dan minum keluarga adalah air hujan dengan system
pengolahan air minum dimasak. Sedangkan sumber air untuk mandi dan mencuci
dengan air sungai. Tempat penampungan air sementara diletakkan digentong atau
tajau tertutup dengan kondisi tidak berbau dan berasa, pengurasan dilakukan 1 bulan
sekali. Tidak terdapat jentik pada penampungan air. Keluarga tidak memiliki tempat
pembuangan sampah, keluarga membuang sampah dengan cara dibakar.
2. Karakteristik tetangga & komunikasi RW
Di sekitar lingkungan rumah Tn. M bertetangga dengan kerabat keluarganya
sendiri,sehingga hubungan Tn. M dengan warga sekitar terjalin dengan baik.
3. Mobilitas geografi keluarga
Tn M lahir didesa karya baru, Dan sekarang lebih dari 30 tahun sudah betempat
tinggal di desa Karya baru dan tidak pernah pindah rumah.
4. Perkumpulan keluarga &interaksi dengan masyarakat
Tn M mengatakan ketika pagi hari atau sore hari beliau beraktifitas mencari kayu
bakar atau membersihkan halaman sekitar rumah. Pada malam hari digunakan untuk
berkumpul bersama seluruh keluarganya.
5. Sistem pendukung keluarga
Jumlah anggota keluarga 6 orang , yaitu 1 Ayah, 1 Ibu , 1 istri, 1 Anak, 1 menantu
laki-laki, dan 1 orang cucu.

IV. Struktur Keluarga


1. Pola komunikasi keluarga
Antar anggota keluarga terbina hubungan sangat baik. Kepala keluarga selalu
mampu membuat anak dan istrinya tertawa dengan candaannya. Dalam menghadapi
setiap masalah selalu diadakan musyawarah keluarga.
2. Struktur kekuatan keluarga
Didalam beraktifitas sehari-hari keluarga saling perhatian dan merasakan bahwa
mengatasi masalah menjadi tanggung jawab bersama.
3. Struktur peran
Tn. M sebagai kepala keluarga bertugas memberi nafkah dan Ny. A sebagai IRT
yang mengurusi keperluan keluarga dirumah dan kebutuhan keluarga.
4. Nilai dan norma budaya
Keluarga Tn. M mempercayakan perawatan kesehatan kepada tenaga kesehatan,
khususnya keluarganya sendiri dan dirinya.

V. Fungsi Keluarga
1. Fungsi afektif
Keluarga Tn. M kurang memahami keadaan penyakit yang dideritanya sendiri, Jika
Tn.M mengalami gejala seperti pusing dan sakit pada tengkuk, Tn M akan membawa
ke Puskesdes untuk memeriksakan penyakit yang diderita.
2. Fungsi sosialisasi
Tn.M selalu mengajarkan kepada anak-anaknya untuk hidup rukun dan membina
hubungan yang baik dengan lingkungan sekitar
3. Fungsi perawatan keluarga (termasuk pemeriksaan fisik)
Keluarga Tn. M kurang mampu merawat anggota keluarga dengan masalah
kesehatan hipertensi. Khususnya untuk perawatan dirinya sendiri, Keluarga tidak
mampu mengenal masalah kesehatan tentang penyakit hipertensi hal ini ditunjukkan
dengan keluarga kurang menyadari dampak masalah kesehatan akibat penyakit
hipertensi. Kemampuan keluarga dalam mengambil keputusan juga terbatas karena
keluarga tidak mengetahui secara luas tentang masalah yang terjadi pada penyakit
hipertensi. Keluarga mempunyai kesadaran tentang terciptanya lingkungan yang
sehat, hal ini di buktikan dengan aktivitas anak-anaknya bila ada waktu luang
membersihkan ruangan , lingkungan sekitar rumah.Selama ini keluarga jarang
memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada, karena keluarga lebih cenderung
membeli obat bebas di toko atau mengkonsumsi obat tradisional.

Pemeriksaan Tn. M Ny. A


Kesadaran Composmentis Composmentis
Vital sign:
Tekanan Darah 140/100 mmHg 110/80 mmHg
Respirasi 18x/m 20x/m
Nadi 78x/m 90x/m

Head to toe
Kepala-rambut Mesocephal, rambut Mesocephal, rambut berwarna
Hitam agak keputihan, tidak ada keputihan,
luka tidak ada luka

Hidung Tidak ada polip Bersih tidak ada polip

Telinga Simetris, bersih Simetris, bersih

Mata Simetris, sclera tidak ikterik, Simetris, sclera tidak ikterik,


kongjungtiva tidak anemis kongjungtiva tidak anemis

Mulut & gigi Tidak ada stomatitis, gigi Tidak ada stomatitis, gigi
geraham klien lubang dan geraham berlubang dan gigi
gigi depan lengkap. depan ompong.

Leher Tidak ada pembesaran Tidak ada pembesaran


kelenjar tiroid kelenjar tiroid
Pemeriksaan
paru:
Inspeksi Pengembangan dada simetris Pengembangan dada simetris
Palpasi Taktil fremitus normal Taktil fremitus normal
Perkusi Resonan Resonan
Auskultasi Bronkovesikuler Bronkovesikuler

Pemeriksaan
jantung: Tidak ada bunyi jantung Tidak ada bunyi jantung
tambahan, irama regular tambahan, irama regular
Pemeriksaan
abdomen:
Inspeksi Tidak ada luka Tidak ada luka
Perkusi Thimpani Thimpani
Palpasi Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan
Auskultasi Bising usus 12x/m Bising usus 15x/m

Ekstremitas:
Atas Tidak ada luka, Tidak ada luka,
berfungsi dengan normal berfungsi dengan normal

Bawah Tidak ada luka, Tidak ada luka,


berfungsi dengan normal berfungsi dengan normal

VI. Stress dan koping keluarga


1. Stressor jangka pendek
jangka pendeknya adalah penyakit Tn. M yang membutuhkan pengobatan.
Keluarga sudah dapat beradaptasi dengan stressor yang ada yaitu dengan selalu
berdoa.
2. Stressor jangka panjang
stress jangka panjang yang dirasakan keluarga adalah anak yang masih kecil
3. Kemampuan keluarga berespon terhadap masalah
Keluarga Tn. M mampu untuk menyelesaikan masalah terkait kesehatan idirnya
maupun untuk keluarganya.
4. Strategi koping yang digunakan
Dalam menghadapi suatu permasalahan, biasanya keluarga Tn M
mendiskusikannya terlebih dahulu sebelum mengambil suatu keputusan. Tn M
memberikan pengertian kepada anggota keluarganya tentang masalah yang
dihadapi.
5. Strategi adaptasi disfungsional
Tn. M mengatakan apabila penyakit yang dideritanya kambuh dan tidak
tertahankan lagi baru dibawa ke Puskesdes.
VII. Harapan Keluarga
Tn. M dan keluarga berharap penyakit yang dideritanya cepat sembuh, keluarga Tn. M
juga senang dengan kehadiran mahasiswa dirumahnya, keluarga berharap mendapat
tambahan ilmu setelah kedatangan mahasiswa dirumahnya.

I. ANALISA DATA

Tipologi masalah kesehatan anggota keluarga yang menderita hipertensi

a. Ancaman kesehatan : Terjadi stroke (Ringan atau Berat)

b. Sakit atau kurang sehat : Tn. M menderita hipertensi

c. Krisis :-

No. Kelompok Data Etiologi Problem


1 1. Data Subyektif: Ketidakmampuan Kurangnya
Tn. M mengatakan sejak 1 tahun keluarga mengenal, Pengetahuan
mengalami tekanan darah tinggi.
mengambil keputusan
Tn. M mengatakan sering pusing, setelah
bangun tidur. merawat anggota
Merasa kaku didaerah tengkuk/leher
keluarga yang menderita
Tn. M menanyakan bahwa penyakitnya
disebabkan oleh apa ? penyakit hipertensi dan
Tn. M jarang berobat memeriksa
menggunakan fasilitas
kesehatannya kepuskesmas/puskesdes.
Kalau pusing cukup hanya membeli obat kesehatan secara optimal
bebas ditoko obat/warung.
Selama ini kalau sakit kepala /pusing
menggunakan obat tradisional, seperti
minum air kelapa.

Data obyektif:
Berdasarkan hasil pemeriksaan tanda-tanda
vital didaptkan :
Tekanan darah : 160/100 mmHg.
Nadi : 80 X/menit.
Pernafasan : 18 x/menit.
Suhu : 36 C
Pendidikan terakhir Tn. S (SD)
.
1. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal, mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi dan menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal
Prioritas masalah :

Kriteria Skala Bobot Skoring Pembenaran


No

1. a. Sifat 3 1 3/3x1=1 a. Ketidak tahuan keluarga tentang


masalah :
masalah penyakit hipertensi
Tidak/Berk
urang merupakan bahaya terhadap
kondisi klien.

2. b. Kemungkina 1 2 1/2x2= 1 b. Kondisi klien pada usia 55 tahun


n masalah
Respon keluarga mau menerima
dapat
diubah: masukan berupa pendidikan
Hanya sebagian
kesehatan setelah dilakukan
tindakan penyuluhan keluarga mau
menggunakan fasilitas kesehatan

3. c. Potensial 2 1 2/3x1=2/3 c. Lama penyakit sudah 1 tahun


masalah
untuk
dicegah:

tinggi
4. d. Menonjoln 2 1 2/2x1=1 d. Berdasarkan prognosa masalah
ya hipertensi hanya sebagian kecil
masalah: bisa sembuh, dan hanya bisa
dilakukan tindakan pencegahan..
Masalah Penyakit hipertensi
berat, harus memungkinkan untuk dicegah
segera dengan menghindari faktor
ditangani resiko.keluarga mau diajak
kerjasama (kooperatif). Bila tidak
segera ditanganni maka akan
terjadi komplikasi lebih lanjut,
seperti stroke, kekumpuhan.

Total 32/3

Berdasarkan rumusan prioritas di atas, maka dapat diketahui prioritas permasalahan pada
Keluarga Tn. M adalah sebagai berikut:

- Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga


mengenal, mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi dan menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal
A. PERENCANAAN KEPERAWATAN
1. Kurangnya pengetahuan keluarga berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga
mengenal, mengambil keputusan merawat anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi dan menggunakan fasilitas kesehatan secara optimal.
Tujuan :
Intervnsi keperawatan
Tujuan Kriteria Evaluasi
Intervensi
Umum Khusus Umum Khusus
Setelah Setelah Respon 1. Keluarga dapat 1. Kaji pengetahuan
mengerti keluarga tentang penyakit
dilakukan 1 dilakukan Verbal
tentang hipertensi
kali tindakan pengertian 2. Jelaskan
hipertensi pengertian,penyebab,
kunjungan keperawatan
2. Keluarga dapat tanda gejala hipertensi
rumah,klien keluarga dapat menyebutkan 3. Beri penjelasan tentang
penyebab akibat dari hipertensi
atau keluarga menyebutkan
hipertensi 4. Jelaskan bagaimana cara
dapat tentang : 3. Keluarga dapat penanganan hipertensi.
mengetahui 5. Beri informasi tentang
mengetahui Pengertian tanda gejala cara memilih makanan
mengenai hipertensi hipertensi yang menyebabkan
Penyebab 4. Keluarga hipertensi.
masalah hipertensi mengetahui
hipertensi Tanda akiat dari
gejala hipertensi
hipertensi 5. Keluarga
Penangana mengerti
n bagaimana cara
hipertensi penanganan
hipertensi
Implementasi
No. Tgl/Hari Dx Implementasi Evaluasi TTD
1 Selasa 1. Mengkaji pengetahuan S : Keluarga klien
keluarga tentang penyakit
18 Okt 2016 mengatakan tidak
hipertensi
tahu dengan
2. Jelaskan pengertian,penyebab,
hipertensi,
tanda gejala hipertensi
O : Hasil TTV
3. Beri penjelasan tentang akibat
TTD : 160/100mmHg
dari hipertensi
N : 88x/Menit
4. Jelaskan bagaimana cara
R : 20x/Menit
penanganan hipertensi.
T : 36,1 C
5. Beri informasi tentang cara
Klien tampak
memilih makanan yang
bingung
menyebabkan hipertensi.
A : Masalah belum
teratasi
P : Intervensi
dilanjutkan

2. Rabu 1. Mengkaji pengetahuan S : Klien mengatakan


19 Okt 2016 keluarga tentang penyakit sudah tahu pengertian
hipertensi
hipertensi dan
2. Jelaskan pengertian,penyebab, penyabab hipertensi
tanda gejala hipertensi
O : Klien tampak
3. Beri penjelasan tentang akibat mejelaskan tentang
dari hipertensi
pengertian hipertensi
4. Jelaskan bagaimana cara pada perawat
penanganan hipertensi. A : Masalah teratasi
5. Beri informasi tentang cara sebagian
memilih makanan yang P : Intervensi
menyebabkan hipertensi dianjutkan

Você também pode gostar