Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Oleh :
Masatul Jennah (1150015006) Ati fatur rohmaniya (1150015046)
Salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki
status gizi masyarakat terlebih pada balita. Balita termasuk kelompok paling
rentan terhadap masalah gizi jika ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi.
Sedangkan pada masa ini mereka mengalami siklus pertumbuhan dan
perkembangan yang relatif pesat. Akibat dari kurang gizi ini kerentanan terhadap
penyakit-penyakit infeksi terlebih pada kasus gizi buruk, gizi buruk seperti
fenomena gunung es dimana kejadian gizi buruk dapat menyebabkan kematian
(Notoatmodji, 2003; Sediaoetama, 2000). Di Indonesia jumlah kasus gizi buruk
pada tahun 2012 sebanyak 42.702 kasus kurang lebih mengalami penurunan
sebesar 14%, namun dalam beberapa tahun terakhir penurunannya saangat landai
(Kementrian Kesehatan RI, 2013). Berdasarkan PSG (Pemantauan Status Gizi)
tahun 2012 untuk Provinsi Jawa Timur, angka gizi buruk pada balita berdasarkan
BB/U (Berat Badan Dibandingkan Dengan Umur) sebesar 2,35% (Dinas
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, 2013).
Dampak dari seseorang yang mengabaikan masalah gizi pada balita adalah
masalah kesehatan di indonesia. Pemberian asupan makan sehari-hari harus
seimbang dan sesuai kebutuhan. Seseorang yang mengabaikan masalah gizi pada
balitanya akan menyebabkan malnutrisi, dimana pengertian malnutrisi itu sendiri
bukan hanya kurangnya nutrisi tetapi bisa jadi kelebihan nutrisi sehingga
menyebabkan obesitas atau kegemukan. Pada usia balita, apabila kekurangan gizi
akan berakibat buruk terhadap kesehatan dan perkembangannya di masa
mendatang. Saat ini malnutrisi (kurang nutrisi) di indonesia 6% balita kurang gizi
dan 37% balita mengalami gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Menurut
Dr.dr.Inge Permadhi, MS, SpGK, (spesialis gizi klinik) Gizi tidak boleh
kekurangan maupun berlebihan karena keduanya dapat mengganggu kesehatan.
Data riskesdas tahun 2013 mengungkapkan bahwa satu dari tiga balita yang
berusia 2-3 tahun bertubuh kecil (pendek)/sama dengan usia dibawah 2 tahun. Hal
ini merupakan indikasi kekurangan gizi menahun yang dapat beresiko pada
pertumbuhan dan perkembangan balita. Data lain menunjukkan bahwa 45%
wanita di Indonesia usia produktif (termasuk ibu hamil) mengalami Kurang
Energi Kronis (KEK) yang dapat mempengaruhi produktivitas dan beresiko
mengalami gangguan pada kehamilan nantinya. Sedangkan situasi malnutrisi
(kelebihan gizi) berat badan lebih sebesar 13,5%, obesitas 15,4%. Anak usia 1-3
tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak menerima makanan dari apa yang
di sediakan ibunya. Dengan kondisi demikian, sebaiknya anak balita
diperkenalkan dengan berbagai bahan makanan. Laju pertumbuhan balita lebih
besar dari masa usia prasekolah sehingga diperlukan jumlah makanan yang relatif
lebih besar. Namun, perut yang masih lebih kecil menyebabkan jumlah makanan
yang mampu diterimanya dalam sekali makan lebih kecil daripada anak yang
usianya lebih besar. Oleh karena itu, pola makan yang diberikan adalah porsi kecil
dengan frekuensi sering.
Bahwa potensi anak sangat dipengaruhi oleh faktor gizi yang baik. Gizi yang baik
akan meningkatkan potensi anak, untuk itu peran ibu sangat penting dalam
memperhatikan pola makan anak ataupun sebagai penyedia bahan pangan dalam
rumah tangga. Dan masalah gizi buruk juga dapat diantisipasi dengan upaya
pencegahan dan penanggulangan secara terpadu disetiap tingkat pelayanan
kesehatan, termasuk pada sarana kesehatan seperti rumah sakit, puskesmas
perawatan, puskesmas, balai pengobatan, puskesmas pembantu, pos pelayanan
terpadu, dan pusat pemulihan gizi yang disertai peran aktif masyarakat, sehingga
dampak negatif kekurangan pangan dan gizi dapat dicegah dan ditanggulangi
secara cepat apabila gejala dan penyebab masalahnya diketahui secara dini. Dan
peneliti tertarik untuk meneliti Profil asupan gizi seimbang balita di Posyandu
Ketegan.
B.Metodologi Penelitian
1) Karbohidrat
Berdasarkan hasil reduksi data yang peneliti lakukan terhadap informan melalui
wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan bahwa ada 6 dari 8 orang
informan memberikan karbohidrat padaanaknya berupa nasi putih dan 2 orang
informan setiap hari memberikan bubur milna. Asupan gizi yang baik sangat
dibutuhkan anak balita untuk pertumbuhan otak yang maksimal agar anak balita
bisa tumbuh menjadi anak yang cerdas. Sebagaimana yang diungkapkan Sunita
Almatsier (2005:286) yaitu Karbohidrat bermanfaat untuk memberi rasa kenyang
yang terdiri dari nasi, jagung, ubi jalar, singkong, talas dan sagu. Akan tetapi
dalam kenyataannya masih ada juga informan yang belum memberikan nasi,
padahal dalam usianya sudah seharusnya makan nasi tetapi masih juga diberikan
bubur. Hal ini berdampak pada tumbuh kembang anak balita yaitu kurang
semangatnya anak dalam keseharian karena tidak adanya sumber karbohidrat yang
dikonsumsinya
2) Protein
Berdasarkan hasil reduksi data yang peneliti lakukan terhadap
informan melalui wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan
bahwa ada 5 dari 8 orang informan memberikan protein pada anaknya yaitu ikan
laut, ikan air tawar, ayam, belut dan telur ayam. Dan 2 orang informan setiap hari
memberikan bubur milna tidak diberikan protein dan juga 1 orang informan
memberikan mie instan tidak diberi protein. Sebagaimana yang diungkapkan Eva
Ellya (2010:56)
menyatakan bahwa: Protein sangat berperan penting untuk pertumbuhan manusia
c) Seimbang Berdasarkan hasil dari reduksi data yang peneliti lakukan terhadap
informan melalui wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan bahwa tidak
terdapatnya informan yang memberikan menu seimbang pada anaknya antara
karbohidrat, protein, vitamin dan mineral. Pada menu yang 9 diberikan pada anak
haruslah sesuai antara jenis dan jumlah makanan yang diberikan. Sesuai dengan
pendapat Sunita Almatsier (2005:285)
menyatakan bahwa Menu seimbang adalah menu yang terdiri dari beraneka ragam
makanan dalam jumlah dan porsi yang sesuai, sehingga memenuhi kebutuhan gizi
seseorang guna pemeliharaan dan perbaikan sel-sel tubuh dan proses pertumbuhan
dan perkembanga.Berimbang yang dimaksud dalam menu adalah proporsi zat gizi
yang dikonsumsi sesuai dengan yang dibutuhkan oleh tubuh anak balita. Jika tidak
seimbang maka akan berakibat timbulnya masalah gizi baik itu kurang gizi atau
kelebihan gizi (Hartoko, 2012:1).
d) Aman
Berdasarkan hasil reduksi data yang peneliti lakukan dengan wawancara dan
observasi kepada informan dapat disimpulkan bahwa informan telah memberikan
makan yang aman pada anaknya yaitu makanannya berkuah, lunak dan tidak
bertulang. Menurut Santoso
(2004:148), hal yang harus diperhatikan dalam memberikan makanan
untuk anak balita:
1) Porsi anak tidak terlalu besar, untuk anak yang banyak makannya, dapat
diberikan tambahan makanan
2) Makanan cukup basah karena berkuah (tidak amat kering) agar mudah ditelan
anak
2. Frekuensi makan anak balita gizi kurang Frekuensi makan adalah jumlah
pemberian makan dalam satu waktu yang ditentukan yaitu makan pagi, makan
siang dan makan malam. Makan pagi berkisar dari jam 07.00- 10.30 WIB, makan
siang berkisar dari jam 13.00-15.00 WIB dan makan malam berkisar dari jam
19.00-20.00 WIB.
3. Jumlah asupan makanan anak balita gizi kurang Berdasarkan hasil wawancara
dan observasi terhadap semua informan mengenai jumlah makanan yang
diberikan kepada anak balita dapat diuraikan sebagai berikut:
a) Karbohidrat Hasil reduksi data yang peneliti lakukan terhadap informan melalui
wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan bahwa banyak nya nasi yang
diberikan pada anaknya diperkirakan berkisar antara 100-200 gram. Makanan
yang diberikan itupun tidak terkontrol, kadang habis kadang tidak, sesuai dengan
kesukaannya saja. Menurut Eva Ellya (2010:19) menjelaskan bahwa: Fungsi
utama karbohidrat adalah menyediakan energi bagi tubuh, 1 gram karbohidrat
menghasilkan 4 kkal. Sebagian karbohidrat di dalam tubuh berada dalam sirkulasi
glukosa untuk keperluanenergi, sebagian disimpan sebagai glikogen dalam hati
dan jaringan otot dan sebagian diubah menjadi lemak untuk kemudian disimpan
sebagai cadangan energi.11
b) Protein Berdasarkan hasil reduksi data yang peneliti lakukan terhadap informan
melalui wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan bahwa 8 orang
informan, terdapat 5 orang informan memberikan protein berupa lauk pauk
diperkirakan berkisar dengan berat 50-100 gram. Protein yang diberikan yaitu
rata-rata anaknya menyukai ikan, belut, ayam dan telur tetapi dengan jumlah yang
berbeda setiap harinya. Menurut Eva Ellya (2010:30) menyatakan bahwa gizi
kurang sering terjadi karena makanan yang tidak seimbang, terutama dalam hal
protein. Lebih lanjut dijelaskan Eva Ellya (2010:38) yaitu Kebutuhan protein
untuk anak-anak sedang tumbuh, diperlukan protein yang lebih banyak yaitu 3
gram tiap satu kilogram berat badannya
c)Vitamin Berdasarkan hasil reduksi data yang peneliti lakukan terhadap informan
melalui wawancara dan observasi dapat diambil kesimpulan bahwa dari 8 orang
informan terdapat 3 orang informan yang memberikan vitamin berupa sayur-
sayuran pada anak balitanya berkisar dengan berat 50-100 gram dan 5 orang
informan tidak memberikan sayuran sedangkan 2 orang informan memberikan
vitamin berupa buah-buahan yaitu buah \pepaya. Hal ini sesuai dengan yang
dikatakan Ayu Bulan (2012:8) yaitu Sayur yang dibutuhkan pada anak yang
berumur 1-5 tahun adalah 100 11 gram sekali makan sesuai dengan Anjuran
makan berdasarkan Angka Kecukupan Gizi anak.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakan
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada penelitian ini adalah merujuk pada
permasalahan di atas yakni: bagaimana gambaran profil asupan nutrisi
seimbang pada balita di Desa Ketegan Kec. Sepanjang Kab. Sidoarjo dan di
Desa Karangbong Kec. Gedangan Kab. Sidoarjo.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui profil asupan nutrisi seimbang pada balita di Desa
Ketegan Kec. Sepanjang Kab. Sidoarjo dan di Desa Karangbong Kec.
Gedangan Kab. Sidoarjo.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui konsep dasar gizi balita
b. Mengetahui definisi gizi pada balita
c. Mengetahui peran makanan bagi balita
d. Mengetahui kebutuhan gizi pada balita
e. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi status gizi balita
f. Mengetahui akibat gizi yang tidak seimbang
g. Mengetahui menu makanan bagi balita
h. Mengetahui menu bagi balita yang sedang sakit
i. Mengetahui metode penelitian status gizi
D. Manfaat
1. Bagi Perawat atau Profesi
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan khususnya tenaga perawat
dalam rangka meningkatkan mutu nutrisi seimbang pada balita.
2. Bagi instansi Pendidikan
Sebagai bahan acuan bagi pengembangan kurikulum pendidikan kesehatan
agar pendidikan senantiasa peka terhadap kenyataan yang ada di lapangan
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman yang berharga bagi
peneliti khususnya dalam meningkatkan wawasan dalam bidang penelitian.
4. Bagi masyarakat
Sebagai bahan masukan bagi masyarakat dalam pemberian nutrisi
seimbang pada balita.
BAB II
PEMBAHASAN
Dua jenis protein yaitu: protein hewani, yang didapati dari daging
hewan (telur,susu,daging) dan protein nabati (tempe,tahu) yang
didapat dari tumbuh-tumbuhan. Nilai gizi protein hewani lebih
besar dari protein nabati dan lebih mudah diserap oleh tubuh.
Walaupun demikian, kombinasi penggunaan protein nabati dan
hewani sangat dianjurkan.
Fungsi Protein:
a) Penunjang pertumbuhan
c) Energi
2. Karbohidrat
a) Energi
3. Lemak
Asam lemak tak jenuh yang memiliki dua atau lebih ikatan rangkap
yang bereaksi secara berangsur-angsur dengan udara
menjadikannya tengik.
Fungsi Lemak
4. Vitamin
5. Mineral
f. Sosial ekonomi
g. Penyakit infeksi
Infeksi dapat menyebabkan anak tidak merasa lapar dan tidak
mau makan. Penyakit ini juga menghabiskan sejumlah protein dan
kalori yang seharusnya dipakai untuk pertumbuhan.
b. Obesitas
Obesitas dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya faktorketurunan
dan lingkungan. Tentu saja, faktor utama adalah asupan energi yang
tidak sesuai dengan penggunaan. Menurut Aven-Hen (1992),
obesitas seringditemui pada anak-anak sebagai berikut:
a. Anak yang setiap menangis sejak bayi diberi susu botol
b. Bayi yang terlalu dini diperkenalkan dengan makanan padat
c. Anak dari ibu yang terlalu takut anaknya kekurangan gizi
d. Anak yang selalu mendapat hadiah cookie atau gula-gula jika ia
berbuat sesuai keinginan orangtua
e. Anak yang malas untuk beraktivitas fisik
f. Penyebab Balita Kurang Nafsu makan :
a) Faktor penyakit organis
b) Faktor gangguan psikologi
Anak akan kehilangan nafsu makan karena hal-hal sebagai
berikut:
1. Air Susu Ibu yang diberikan terlalu sedikit sehingga bayi
menjadi frustasi dan menangis
2. Anak terlalu dipaksa untuk menghabiskan makanan dalam
jumlah/ takaran tertentu sehingga anak menjadi tertekan
3. Makanan yang disajikan tidak sesuai dengan yang
diinginkan / membosankan
4. Susu formula yang diberikan tidak disukai anak atau
ukuran / dosis yang diberikan tidak sesuai dengan
sehingga susu yang diberikan tidak dihabiskan
5. Suasana makan tidak menyenangkan/ anak tidak pernah
makan bersama kedua orang tuanya.
c) Faktor pengaturan makanan yang kurang baik
Berikut ini beberapa upaya untuk mengatasi anak sulit makan
( faktor organis, faktor psikologis, atau faktor pengaturan
makanan )
1. Jika penyebabnya faktor organis, yang harus dilakukan
adalah dengan menyembuhka penyakitnya melalui dokter
2. Jika penyebabnya faktor psikologis, berikut beberapa hal
yang dapat dilakukan.
1) Makanan dibuat dengan resep masakan yang mudah
dan praktis sehingga dapat menggugah selera makan
anak dan disajikan semenarik mungkin.
2) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan,
orangtua harus sabar saat memberi makan anak.
3) Upayakan suasana makan menyenangkan , sebaiknya
waktu makan disesuaikan denga waktu makan
keluarga karena anak punya semangat untuk
menghabiskan makanannya dengan makan bersama
keluarga (orangtua)
4) Pembicaraan yang kurang menyenangkan terhadap
suatu jenis makanan sebaiknya dihindari dan
ditanamkan pada anak memilih bahan /jenis makanan
yang baik. Jika penyebabnya adalah faktor pengaturan
makanan maka dapat dilakukan beberapa hal berikut
ini.
a) Diusahakan waktu makan teratur dan makanan
diberikan pada saat anak benar-benar lapar dan haus
b) Makanan selingan dapat diberikan asalkan makanan
tersebut tidak membuat anak menjadi kenyang agar
anak tetap mau makan nasi.
c) Untuk membeli makanan jajanan sebagai makanan
selingan, sebaiknya didampingi oleh orang tuanya
sehingga anak dapat memilih makanan jajanan yang
baik dari segi kandungan gizi maupun kebersihannya.
d) Kuantitas dan kualitas makanan yang diberikan harus
diatur disesuaikan dengan kebutuhan/kecukupan
gizinya sehingga anak tidak menderita gizi kurang atau
gizi lebih.
e) Bentuk dan jenis makanan yang diberikan harus
disesuaikan dengan tahap pertumbuhan dan
perkembangan anak
2.2 Menu Makanan Balita
Pada usia balita juga membutuhkan gizi seimbang yaitu makanan yang
mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan oleh tubuh sesuai umur. Makanan
seimbang pada usia ini perlu diterapkan karena akan mempengaruhi kualitas pada
usia dewasa sampai lanjut.
Jenis makanan selingan yang baik adalah yang mengandung zat gizi lengkap
yaitu sumber karbohidrat, protein, vitamin dan mineral.
Fungsi makanan selingan adalah :
1. Memperkenalkan aneka jenis bahan makanan yang terdapat dalam bahan
makanan selingan
2. Melengkapi zat-zat gizi yang mungkin kurang dalam makanan utamanya
(pagi, siang, dan malam)
3. Mengisi kekurangan kalori akibat banyaknya aktivitas anak pada usia balita.
Penyakit balita secara umum biasanya adalah gejala panas, diare, batuk,
muntah. Tindakan terbaik adalah berkonsultasi ke dokter supaya lekas
ditangani dengan obat yang tepat, sehingga cepat sembuh. Untuk
mempercepat kesembuhan balita, bisa diimbangi dengan pengaturan
makanannya.
1. Untuk balita dengan panas tinggi
Penderita penyakit yang disertai panas tinggi kebutuhan gizinya
meningkat. Hal ini disebabkan metabolism tubuh meningkat, penyerapan
zat-zat gizi menurun dan adanya faktor lain yang berhubungan dengan
penyakitnya. Nafsu makan pun biasanya menurun.
Makanan hendaknya memenuhi syarat-syarat:
a. Konsistensinya lunak. Makanan pokok seperti nasi tim, kentang pure,
bubur dan lain-lain.
b. Kebutuhan kalori meningkat, sebaiknya diberikan porsi kecil dan
sering.
c. Sumber protein seperti susu, daging, hati, ikan, telur, tahu, tempe, dan
kacang-kacangan diberikan lebih dari porsi normalnya.
d. Kebutuhan air diberikan lebih banyak, karena suhu lebih tinggi dari
normal sehingga banyak terjadi penguapan melalui keringat. Sari buah
sangat baik karena mengandung air, vitamin dan mineral. Berikan
minuman lebih banyak dari biasanya.
e. Makanan minuman tidak boleh diberikan terlalu panas atau terlalu
dingin.
2. Untuk balita dengan gejala mencret (diare)
Diare pada bayi dan anak merupakan penyakit utama di Indonesia.
Diare diartikan sebagai buang air besar tidak normal atau bentuk tinja
encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Penyebab diare ada
beberapa faktor, yaitu :
a. Infeksi. Infeksi virus atau infeksi bakteri pada saluran pencernaan
merupakan penyebab diare pada anak.
b. Malabsorbsi. Gangguan absorpsi biasanya terhadap zat-zat gizi yaitu
karbohidrat (umumnya laktosa), lemak dan protein.
c. Makanan. Makanan basi, beracun, atau alergi terhadap makanan
tertentu.
d. Faktor psikologis. Rasa takut, cemas (umumnya jarang terjadi pada
anak).
Akibat diare (mencret), anak akan kehilangan banyak air dan elektrolit
(dehidrasi) yang menyebabkan tubuh kekurangan cairan, gangguan gizi
sebab masukkan makanan kurang sedang pengeluaran bertambah, dan
hipoglikemia yaitu kadar gula darah turun di bawah normal.
a. Kalau ada gejala panas, beri makanan lunak dan banyak cairan atau
minum.
b. Nafsu makan yang menurun akibat batuk terus-menerus harus
diimbangi makan yang cukup supaya kondisi tubuh membaik.
c. Untuk memudahkan pengaturan makannya, berikan porsi kecil
tetapi sering dan bertahap supaya kebutuhan gizinya terpenuhi.
d. Cukup protein karena penyakit dengan gejala batuk membutuhkan
protein lebih tinggi dari biasanya.
e. Jangan makan gorengan atau bumbu yang merangsang agar tidak
menimbulkan batuk. Kurangi mengonsumsi yang terlalu manis dan
bisa menimbulkan batuk seperti coklat, permen, manisan, dan
minuman manis.
f. Setelah anak sembuh , kalau berat badannya turun perlu
ditingkatkan konsumsi makanannya.
ANAK CERIA
Salah satu cara untuk meningkatkan derajat kesehatan yaitu dengan memperbaiki
status gizi masyarakat terlebih pada balita. Balita termasuk kelompok paling
rentan terhadap masalah gizi jika ditinjau dari sudut masalah kesehatan dan gizi.
Sedangkan pada masa ini mereka mengalami siklus pertumbuhan