Você está na página 1de 16

Uji Berkas Cahaya Kolimator pada Pesawat Rontgen di Rumah Sakit Al Islam Bandung

1
Faiza Hanif, 2Rini Shintawati

Program Studi Teknik Radiodiagnostik dan Radioterapi


Politeknik Al Islam Bandung, Jl. Cisaranten Kulon No. 120 Bandung
e-mail: 1hanifaiza3@gmail.com, 2rshinta70@gmail.com

Abstrak. Penelitian ini berjudul Penatalaksanaan Pemeriksaan Radiografi Thoraks

Pada Anak Dengan Menggunakan Teknik kV Tinggi Di Klinik Griya Sehat Medical

Center Banjaran. Dilakukan di Klinik Griya sehat Medical Center Banjaran dari

Maret sampai Mei. Tujuannya untuk mengetahui hasil radiografi thoraks anak dengan

menggunakan teknik kV tinggi.

Jenis penelitian yang di gunakan adalah deskriptif kualitatif dengan

pendekatan studi kasus. Pengumpulan data berupa observasi, wawancara kepada

radiografer dan radiolog kemudian data tersebut diolah dan diambil kesimpulan.

Hasil penelitian didapat bahwa pemeriksaan dengan teknik kV tinggi

menghasilkan gambaran yang lebih jelas, lebih detail, dan dapat menghindari

pergerakan objek, sehingga dapat membantu dan memudahkan dalam menegakan

diagnosa.

Kata kunci : Thoraks, Teknik kV tinggi.

A. Pendahuluan
1. Latar Belakang
Pemanfaatan sinar x telah banyak dilakukan di berbagai bidang kehidupan. Salah
satunya dimanfaatkan untuk pemeriksaan dibidang kesehatan. Pemeriksaan menggunakan
sinar x merupakan salah satu pemeriksaan yang dilakukan di Instalasi Radiologi suatu
Rumah Sakit atau Klinik sebagai pemeriksaan penunjang untuk menegakkan diagnosa suatu
penyakit.
Kualitas citra radiograf yang dihasilkan dipengaruhi oleh kemampuan radiografer,
kerjasama yang baik dari pasien, dan kinerja pesawat rontgen dan peralatan radiografi.
Penggunaan pesawat rontgen dan peralatan radiografi yang sering sangat memungkinkan

1
timbulnya perubahan pada alat. Oleh karena itu, diperlukan suatu program quality control
berupa uji kesesuaian terhadap pesawat rontgen dan peralatan radiografi.
Menurut Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 9 Tahun 2011
tentang uji kesesuaian pesawat sinar x radiologi diagnostik dan intervensional, uji
kesesuaian adalah uji untuk memastikan pesawat sinar x dalam kondisi andal, baik untuk
kegiatan radiologi diagnostik maupun intervensional, dan memenuhi peraturan perundang-
undangan. Uji kesesuaian merupakan bagian terpenting dari program jaminan kualitas yang
berhubungan dengan aspek-aspek kinerja peralatan pesawat sinar x dan merupakan salah
satu upaya optimasi proteksi radiasi terhadap pasien.
Salah satu uji kesesuaian pesawat rontgen adalah uji berkas cahaya kolimator.
Kolimator adalah suatu alat pembatas luas lapangan penyinaran yang dilengkapi oleh bola
lampu dan cermin sebagai indikator berkas sinar x yang akan tergambar pada film
radiografi. Beban penggunaan dan pergerakan pesawat rontgen yang berulang-ulang dapat
menyebabkan pergeseran letak cermin dalam kolimator sehingga terjadi ketidaksesuaian
antara luas lapangan sinar x dan luas lapangan cahaya kolimator. Oleh karena itu, pengujian
terhadap cahaya kolimator perlu dilakukan untuk memastikan bahwa luas lapangan cahaya
kolimator sesuai dengan luas lapangan sinar x. Apabila ditemukan adanya penyimpangan
pada berkas cahaya kolimator, maka penyimpangan tersebut harus berada dalam nilai batas
toleransi yang telah disepakati.
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1250/MENKES/SK/XII/2009 tentang pedoman kendali mutu (quality control) peralatan
diagnostik, frekuensi pengujian berkas cahaya kolimator dilakukan satu bulan sekali atau
setelah perbaikan maupun perawatan pesawat rontgen. Frekuensi uji ini dapat ditambah
tergantung dengan besarnya beban penggunaan pesawat.
Penyimpangan yang terjadi pada berkas cahaya kolimator apabila luas lapangan sinar
yang keluar lebih besar daripada luas lapangan cahaya kolimator berdampak pada
terjadinya paparan radiasi yang tidak perlu pada pasien. Sedangkan apabila luas lapangan
sinar yang keluar lebih kecil daripada luas lapangan cahaya kolimator dapat menyebabkan
terpotongnya gambaran radiografi yang menyebabkan diperlukannya pengulangan foto
(Carroll, 2011). Hal tersebut sangat berpengaruh pada dosis sinar x yang diterima oleh
pasien. Sedangkan, apabila terjadi penyimpangan titik pusat, maka akan terjadi distorsi
pada objek yang diperiksa. (Papp, 2006)

2
Menurut pengalaman penulis selama menjalani praktek kerja lapangan di Rumah Sakit
Al Islam Bandung, gambar radiografi sering terpotong saat melakukan pemeriksaan manus
dengan kaset yang dibagi dua padahal lapangan kolimasi sudah diatur sesuai objek yang
diperiksa. Sehingga penulis menduga adanya ketidaksesuaian antara berkas cahaya
kolimator dengan berkas sinar x yang keluar.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian
mengenai Uji Berkas Cahaya Kolimator pada Pesawat Rontgen di Rumah Sakit Al
Islam Bandung. Tugas Akhir ini disusun sebagai salah satu persyaratan kelulusan pada
program studi Radiodiagnostik dan Radioterapi Politeknik Al Islam Bandung.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
a. Bagaimana hasil uji berkas luas lapangan cahaya kolimator pada pesawat rontgen di
Rumah Sakit Al Islam Bandung?
b. Bagaimana hasil uji titik pusat kolimator pada pesawat rontgen di Rumah Sakit Al
Islam Bandung?
c. Apakah terjadi penyimpangan pada hasil uji tersebut?

3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengetahui bagaimana hasil uji berkas luas lapangan cahaya kolimator pada
pesawat rontgen di Rumah Sakit Al Islam Bandung.
b. Untuk mengetahui bagaimana hasil uji titik pusat kolimator pada pesawat rontgen di
Rumah Sakit Al Islam Bandung.
c. Untuk mengetahui apakah terjadi penyimpangan pada hasil uji tersebut.

4. Manfaat Penelitian
a. Manfaat Bagi Institusi Politeknik Al Islam Bandung
a) Sebagai referensi untuk mahasiswa Program Studi Radiodiagnostik dan Radioterapi
Politeknik Al Islam Bandung.
b) Memberikan informasi mengenai hasil uji berkas cahaya kolimator pada pesawat
rontgen yang diharapkan dapat dijadikan acuan dalam memperbaiki pesawat
rontgen.

3
b. Manfaat Bagi Penulis
Menambah wawasan pengetahuan mengenai prosedur uji berkas cahaya kolimator
pada pesawat rontgen sebagai parameter quality control di bidang radiodiagnostik.
c. Manfaat Bagi Rumah Sakit
Memberikan informasi mengenai hasil uji berkas cahaya kolimator pada pesawat
rontgen dan diharapkan dapat menjadi acuan dalam perbaikan pesawat rontgen.

B. Landasan Teori
1. Kolimator
Kolimator adalah alat pembatas radiasi yang digunakan pada radiografi yang terdiri
dari dua set penutup (shutter) timbal yang saling berhadapan dan bergerak dengan arah
berlawanan secara berpasangan. Kolimator berfungsi sebagai pembatas luas lapangan
penyinaran yang dapat diatur dan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menentukan titik
tengah (central point) sinar x yang keluar dari bidang target. Bagian ini dilengkapi oleh
bola lampu, cermin dan dua penutup jendela (shutter) yaitu shutter 1 dan shutter 2. Bola
lampu dan cermin berfungsi sebagai indikator berkas sinar x yang akan tergambar pada film
radiografi. Berkas sinar tersebut dibelokkan oleh sebuah cermin yang di pasang pada jalur
didalam berkas sinar x dengan sudut 45 (Carlton, 2012).

Keterangan :
1. Mirror
2. X ray and light field
3. Collimator blades
4. Collimator light

Gambar 1. Kolimator
(qcinradiography.weebly.com, 2015)

2. Quality Control
Quality control (QC)/ kendali mutu didefinisikan sebagai bagian dari program
QA/jaminan mutu yang menitikberatkan aktivitas programnya pada teknik-teknik yang
diperlukan bagi monitoring dan maintenance elemen-lemen teknis dari suatu sistem
peralatan radiografi dan imaging yang mempengaruhi mutu gambar (Papp, 2006).

4
3. Metode Pengujian Kesesuaian Kolimator Pesawat Rontgen
Uji kesesuaian terhadap kolimator sangat diperlukan untuk melihat keakuratan kerja
kolimator. Uji kesesuaian terhadap kolimator berupa pengukuran-pengukuran terhadap
kesesuaian luas lapangan cahaya kolimator dengan luas lapangan radiasi dan ketepatan
jatuhnya titik bidik dari pusat sinar x pada pertengahan lapangan sinar x.
Lapangan cahaya kolimator berfungsi sebagai indikator berkas sinar x yang akan
tergambar pada film radiografi. Oleh karena itu, seharusnya luas lapangan cahaya kolimator
sesuai dengan luas lapangan sinar x yang keluar. Apabila luas lapangan sinar yang keluar
lebih besar daripada luas lapangan cahaya kolimator hal tersebut berdampak pada
terjadinya paparan radiasi yang tidak perlu pada pasien. Sedangkan apabila luas lapangan
sinar yang keluar lebih kecil daripada luas lapangan cahaya kolimator dapat menyebabkan
terpotongnya gambaran radiografi yang menyebabkan diperlukannya pengulangan foto
(Carroll, 2011). Hal tersebut sangat berpengaruh pada dosis sinar x yang diterima oleh
pasien. Sedangkan, apabila terjadi penyimpangan titik pusat, maka akan terjadi distorsi
pada objek yang diperiksa. (Papp, 2006)
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1250/MENKES/SK/XII/2009 tentang pedoman kendali mutu (quality control) peralatan
diagnostik, frekuensi pengujian terhadap berkas cahaya kolimator dilakukan satu bulan
sekali atau setelah perbaikan maupun perawatan. Frekuensi uji ini dapat ditambah
tergantung dengan besarnya beban penggunaan pesawat.
Metode pengujian kesesuaian luas lapangan kolimasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara, yaitu:
a. Menggunakan Delapan Buah Koin (Papp, 2006)
Prosedur pengujian:
a) Letakan delapan koin pada kaset dan atur FFD sejauh 40 inci.
b) Empat dari koin ditempatkan pada tepi bagian dalam dari bidang cahaya pada
masing-masing sisi, dan empat lainnya ditempatkan di tepi luar bidang cahaya dan
rapatkan dengan koin yang berada di bagian dalam yang bertemu di tepi bidang
cahaya.

5
c) Koin kesembilan dapat diletakan di bidang cahaya yang menunjukan sisi katoda
dari pesawat sinar x, untuk menunjukkan area kesalahan pada gambar yang
dihasilkan jika terjadi ketidaksesuaian.

Keterangan:

1. Koin
2. Luas lapangan
cahaya kolimator

Gambar 2. Metode Pengujian Kesesuaian Kolimator Menggunakan 8 Buah Koin


(htm.wikia.com)

b. Menggunakan Empat Buah Kawat Berbentuk L (Curry, 1990)


Prosedur pengujian:
a) Tempatkan kaset di atas meja pemeriksaan.
b) Buka shutter kolimator untuk ukuran 10 x 10 inci
c) Simpan kawat berbentuk L di sudut bidang cahaya dan menempatkan marker R di
pojok kanan bawah.
d) Lakukan eksposi pada film dengan faktor eksposi; FFD: 40 inci, mAs 3,3, dan kVp
40.

Keterangan:
1. Kawat bentuk L
2. Batas luas lapangan cahaya
kolimator
3. Marker

Gambar 3. Metode Pengujian Kesesuaian Kolimator Menggunakan


Kawat Berbentuk L
(Curry, 1990)

c. Menggunakan Collimator And Beam Alignment Test Tool (Papp, 2006)


Prosedur pengujian:
a) Letakan kaset berisi film di atas meja pemeriksaan dan atur central point di
pertengahan kaset
b) Kemudian tempatkan collimator and beam alignment test tool diatas kaset

6
c) Atur cahaya kolimator pada batas daerah yang ada pada collimator test tool,
kemudian ekspose
d) Lakukan processing film kemudian amati apakah bidang luas lapangan cahaya dan
lapangan radiasi sesuai atau tidak

5. Collimator and Beam Alignment Test Tool


Collimator and beam alignment test tool adalah alat yang digunakan untuk menguji
congruency lapangan kolimasi dengan berkas radiasi dan menguji ketegaklurusan berkas
radiasi.

Gambar 4. Collimator and Beam Alignment Test Tool


(Bushong, 2013)

Collimator and beam alignment test tool terdiri dari satu plat dengan garis berbentuk
empat persegi panjang (rectangular) dan sebuah silinder dengan bola baja di bagian tengah
setiap dasarnya.

6. Batas Toleransi Ketidaksesuaian


Batas toleransi yang telah ditetapkan oleh National Council on Radiation Protection
(NCRP) adalah sebagai berikut :
a. kongruensi luas lapangan kolimasi (X1+X2) 2% FFD, (Y1+Y2) 2% FFD, dan
X+Y 3% FFD
b. ketepatan titik pusat berkas sinar x 3

C. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Penelitian eksperimen adalah penelitian yang dilakukan dengan mengadakan
manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol (Nazir, 1988).

7
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah jenis penelitian
eksperimental yang bertujuan untuk menguji berkas cahaya kolimator pada salah satu
pesawat rontgen di Rumah Sakit Al Islam Bandung.
Metode pendekatan yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah
pendekatan kuantitatif, yaitu pendekatan dimana data yang akan diolah pada penelitian ini
berupa data-data numerik/angka.

2. Subjek Penelitian
Subjek pada penelitian ini adalah kolimator pesawat rontgen di Rumah Sakit Al Islam
Bandung.

3. Objek Penelitian
Objek dari penelitian ini adalah hasil pengujian terhadap berkas cahaya kolimator pada
pesawat rontgen di Rumah Sakit Al Islam Bandung.

4. Tempat dan Waktu Penelitian


a. Tempat Penelitian
Pengumpulan data penelitian dilakukan di Rumah Sakit Al Islam Bandung yang
terletak di Jalan Soekarno-Hatta No. 644, RT 001/RW 001, Kel. Manjahlega, Kec.
Rancasari, Bandung, Jawa Barat.
b. Waktu Penelitian
Pengumpulan data untuk penelitian dilaksanakan pada tanggal 18 Mei 2017.

5. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan adalah sebagai berikut :
a. Variabel Bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai focus film distance (FFD), yaitu
100 cm dimana jarak ini merupakan jarak yang paling sering digunakan dalam
pemeriksaan radiografi.
b. Variabel Kontrol
Variabel kontrol dalam penelitian ini adalah ukuran kaset, film, faktor eksposi,
dan prosessing film yang sama.
c. Variabel Terikat

8
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil pengujian berkas cahaya
kolimator pada pesawat rontgen di Rumah Sakit Al Islam Bandung.

6. Metode Pengumpulan Data


Metode pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan metode eksperimental. Metode ini dilakukan dengan penulis melakukan
pengujian secara langsung dan pencatatan terhadap objek yang akan diamati.
7. Instrumen Penelitian
Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Pesawat rontgen e. Waterpass
b. Collimator and beam aligment test f. Penggaris
tool g. Alat tulis
c. Film dan kaset ukuran 18x24 cm h. Kamera
d. Processing film

8. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah sebagai berikut :
a. Memastikan meja pemeriksaan dan tabung sinar x berada pada posisi datar tanpa
adanya kemiringan dengan menggunakan waterpass.
b. Meletakan kaset ukuran 18x24 cm diatas meja pemeriksaan
c. Mengatur sentrasi pada bagian tengah kaset dan mengatur FFD pada ketinggian 100 cm
d. Meletakan collimator test tool pada pertengahan kaset
e. Meletakan beam aligment test tool pada pusat pencahayaan
f. Mengatur luas lapangan kolimasi seluas area persegi panjang plat collimator test tool
g. Melakukan eksposi dengan faktor eksposi 52 kV, 200 mA, dan 0,04 s
h. Melakukan processing film di kamar gelap
i. Melakukan pencatatan perubahan skala lapangan kolimator
j. Melakukan perhitungan menggunakan persamaan sebagai berikut :

k. Menilai apakah hasil pengukuran masih dalam batas toleransi yang telah ditetapkan
oleh National Council on Radiation Protection (NCRP).

9
9. Pengolahan dan Analisis Data
Mengolah data dan menganalisis data yang didapatkan bertujuan untuk
mengidentifikasi kesesuain berkas cahaya kolimator pada suatu pesawat rontgen. Data yang
diperoleh dari hasil pengujian kemudian dianalisa apakah masih dalam batas toleransi yang
telah ditetapkan oleh National Council on Radiation Protection (NCRP). Pada penelitian
ini, data kemudian disajikan dalam bentuk tabel dan narasi tentang hasil pengujian berkas
cahaya kolimator.

D. Hasil dan Pembahasan


1. Hasil
Pengujian berkas cahaya kolimator pesawat rontgen di RS Al Islam Bandung
merupakan salah satu bagian program QC rutin yang dilakukan dua tahun sekali. Pengujian
ini terakhir kali dilakukan di RS Al Islam Bandung pada Agustus 2015 oleh PT. Murti
Indah Sentosa.
Pengujian berkas cahaya kolimator pesawat rontgen di RS Al Islam Bandung yang
dilakukan penulis, dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 18 Mei 2017. Pengujian dilakukan
terhadap kolimator pesawat rontgen merk Toshiba dengan spesifikasi sebagai berikut :
a. Merk : Toshiba
b. Unit Model : KXO-15E
c. No. Seri : C9533052
d. Tipe Tabung : DRX-1603B
e. No. Seri Tabung : 15F685F
f. Tipe Insert Tabung : DR-1603
g. No. Seri Insert Tabung : 5F0307
h. Filter Bawaan/Tambahan : 0,9 mmAl / 1,2 mmAl
i. kV Maksimum : 150 kV
j. mA Maksimum : 640 mA
k. Tahun Pembuatan : 1995

10
Gambar 5. Pesawat Rontgen Merk Toshiba di RS Al Islam Bandung
(Data Primer, 2017)

Sebelum pengujian dilakukan, penulis memastikan dengan waterpass bahwa meja


pemeriksaan dan tabung sinar x tidak mengalami kemiringan.

Gambar 6. Pengaturan Kemiringan Tabung dengan Waterpass


(Data Primer, 2017)

Setelah itu, penulis melakukan eksposi terhadap collimator and beam alignment test
tool yang diletakkan di atas kaset menggunakan faktor eksposi sebesar 52 kV, 200 mA dan
0,04 s dengan FFD 100 cm. Kemudian, setelah dilakukan eksposi film diproses
menggunakan computer radiography.

Gambar 7. Posisi Collimator and Beam Alignment Test Tool


(Data Primer, 2017)

Hasil yang didapat dari pengujian yang telah penulis lakukan dapat dilihat pada
gambar dibawah ini.

11
Gambar 8. Hasil Pengujian Berkas Cahaya Kolimator
(Data Primer, 2017)

2. Pembahasan
Hasil pengujian terhadap berkas cahaya kolimator pada pesawat Toshiba model KXO-
15E di Rumah Sakit Al Islam Bandung penulis mendapatkan informasi sebagai berikut :

a. Ilustrasi Hasil Gambaran

Keterangan:
1. Luas lapangan cahaya lampu kolimator
2. Luas lapangan berkas sinar x

Gambar 9. Ilustrasi Hasil Pengujian Berkas Cahaya Kolimator


(Data Primer, 2017)

b. Hasil Pengukuran Luas Lapangan Kolimasi


Berdasarkan pengukuran dari pengujian terhadap berkas cahaya kolimator pada
pesawat rontgen merk Toshiba di Rumah Sakit Al Islam yang telah penulis lakukan,
ditemukan adanya perbedaan luas lapangan cahaya kolimator dengan luas lapangan
sinar x. Perbedaan luas lapangan terlihat pada tepi X1, Y1, dan Y2. Hasil pengukuran
adalah sebagai berikut :
X1 = Lap. Cahaya Lap. Sinar X X2 = Lap. Cahaya Lap. Sinar X
= 9,7 9 =99
= 0,7 cm = 0 cm

Y1 = Lap. Cahaya Lap. Sinar X Y2 = Lap. Cahaya Lap. Sinar X


= 7,8 7,5 = 7 6,5
= 0,3 cm = 0,5 cm

12
Total penyimpangan lapangan cahaya dengan lapangan sinar x pada sumbu X dan
sumbu Y adalah sebagai berikut :
|X1 |+ |X2 | |Y1 |+ |Y2 |
X = x 100 % Y = x 100 %
FFD FFD
|0,7|+ |0| |0,3|+ |0,5|
= x 100 % = x 100 %
100 100
= 0,7 % = 0,8 %
Total penyimpangan lapangan cahaya dengan lapangan sinar x adalah sebagai
berikut :
|X|+|Y| = |X|(%FFD)+|Y| (%FFD)
= 0, 7 + 0,8
= 1,5 % FFD
Hasil pengukuran dan perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 1. Akurasi luas lapangan berkas cahaya kolimator dengan berkas sinar x pada FFD 100 cm
Lapangan Lapangan Selisih
Titik X Y X+Y
Cahaya Sinar X Lapangan
Ukur (%FFD)
(cm) (cm) (cm) (%FFD)
X1 9,7 9 0,7
0,7
X2 9 9 0
1,5
Y1 7,8 7,5 0,3
0,8
Y2 7 6,5 0,5

Batas toleransi untuk nilai kongruensi luas lapangan kolimasi yang telah
ditetapkan oleh National Council on Radiation Protection (NCRP), yaitu :
a. (X1+X2) 2% FFD
b. (Y1+Y2) 2% FFD
c. X+Y 3% FFD
Setelah dilakukan pengujian dan pengukuran terhadap berkas cahaya kolimator
pada pesawat rontgen merk Toshiba di Rumah Sakit Al Islam Bandung, diketahui
bahwa terjadi ketidaksesuaian luas lapangan kolimator dengan luas lapangan sinar x
dimana luas lapangan sinar x keluar lebih kecil daripada luas lapangan cahaya

13
kolimator. Tetapi, nilai ketidaksesuaian luas lapangan berkas cahaya kolimator masih
dalam batas toleransi yang disepakati.

c. Hasil Pengukuran Titik Pusat


Hasil dari pengukuran titik pusat kolimator pada pesawat rontgen merk Toshiba di
RS Al Islam Bandung ditemukan adanya penyimpangan titik pusat. Hal tersebut dilihat
dari gambaran bola baja yang terdapat pada bagian atas dan bawah beam alignment test
tool tidak superposisi. Gambaran bola baja bagian atas jatuh pada lingkaran terdalam
plat collimator test tool. Hal tersebut menunjukkan bahwa penyimpangan titik pusat
kurang dari 3 yang berarti bahwa penyimpangan titik pusat masih dalam batas
toleransi yang disepakati.

E. Kesimpulan dan Saran


1. Kesimpulan
a. Terjadi ketidaksesuaian luas lapangan kolimator dengan luas lapangan sinar x dimana
luas lapangan sinar x keluar lebih kecil daripada luas lapangan cahaya kolimator. Nilai
ketidaksesuaian luas lapangan berkas cahaya kolimator dengan berkas sinar x adalah
sebagai berikut :
- 0,7 cm pada tepi X1 - Nilai X adalah 0,7% FFD
- 0 cm pada tepi X2 - Nilai Y adalah 0,8% FFD
- 0,3 cm pada tepi Y1 - Nilai X+Y adalah 1,5% FFD
- 0,5 cm pada tepi Y2
b. Ditemukan adanya penyimpangan titik pusat. Hal tersebut dilihat dari gambaran bola
baja yang terdapat pada bagian atas dan bawah beam alignment test tool tidak
superposisi.
c. Terjadi ketidaksesuaian luas lapangan berkas cahaya kolimator dimana nilai
ketidaksesuaiannya kurang dari 2% FFD dan terjadi penyimpangan titik pusat dimana
nilainya kurang dari 3. Hal tersebut menunjukkan nilai ketidaksesuaian masih dalam
batas toleransi yang disepakati.

2. Saran
Saran dari penulis adalah sebagai berikut :

14
a. Setelah mengetahui bahwa terjadi ketidaksesuaian luas lapangan cahaya kolimator
dengan luas lapangan sinar x, setiap radiografer memiliki acuan untuk menentukan
lapangan penyinaran agar gambaran radiografi tidak terpotong dan menghindari
pengulangan foto.
b. Program QA dan QC yang telah berlangsung di Instalasi Radiologi RS Al Islam
Bandung terus dilakukan secara berkala.
c. Segera dilakukan perbaikan apabila nilai ketidaksesuaian berkas cahaya kolimator
sudah melampaui batas toleransi yang disepakati.
F. Daftar Pustaka
Badan Pengawas Tenaga Nuklir. 2011. Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir
Nomor 9 Tahun 2011 Tentang Uji Kesesuaian Pesawat Sinar-X Radiologi Diagnostik dan
Intervensional. Lembaran Negara RI Tahun 2011, No 640. Jakarta : BAPETEN.

Bushong, Stewart C. 2013. Radiologic Science for Technologist. St. Louis : Mosby.

Cantik, Megawati. 2014. QC (Quality Control)dan QA (Quality Assurance). [Online]. Tersedia


: http://cantikmegawati.blogspot.co.id/2014/02/qc-quality-controldan-qaquality.html. [9
Januari 2017]

Carlton, Richard R. 2012. Principles of Radiographic Imaging: An Art and A Science. New
York : Delmar Cengage Learning.

Carroll, Quinn B. 2011. Radiography in the Digital Age. Springfield : Charles C Thomas.

Curry III, Thomas S. 1990. Christensens Physics Of Diagnostic Radiology, fourth


Edition. United States Of America : Lea & Febiger.

Departemen Kesehatan RI. 2009. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1250/MENKES/SK/XII/2009 Tentang Pedoman Kendali Mutu (Quality Control) Peralatan
Radiodiagnostik. Jakarta : Depkes RI

Fadhli, Abdul Rachman. 2016. Uji Kesesuaian Luas Lapangan Kolimasi dengan Berkas Sinar X
Menggunakan Kawat di RSUD Majalaya. Bandung : Politeknik Al Islam Bandung.

Ferderbar, Michelle. 2015. Field Congruency and Beam Perpendicularity. [Online]. Tersedia :
http://qcinradiography.weebly.com/light-field-congruency-test. [16 Januari 2017]

Kusuma, Wira Hadi. 2012. QA/QC Peralatan Sinar-X Konvensional Diagnostik Radiologi.
[Online]. Tersedia : http://khazanahradiografer.blogspot.co.id/2012/02/qaqc-peralatan-
sinar-x-konvensional.html. [11Januari 2017]

15
Nazir, Mohammad. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Papp, Jeffrey. 2006. Quality Management In The Imaging Science. St. Louis : Mosby.

16

Você também pode gostar