Você está na página 1de 3

Nama : Nahda Afania

NIM : 150331604532
PEMUDA SEBAGAI TELADAN DAN PENGGERAK EFEKTIF
GERAKAN ANTI KORUPSI

Korupsi diartikan sebagai tindak pemanfaatan dana publik yang seharusnya untuk kepentingan
umum dipakai secara tidak sah untuk memenuhi kepentingan pribadi.Oleh karena itu, pemuda harus
mampu menjadi teladan dan penggerak efektif gerakan anti korupsi. Pemuda adalah salah satu aset
berharga yang dimiliki oleh bangsa, karena ia merupakan generasi harapan untuk bisa memimpin negeri
dengan segala idealismenya. Sikap idealisme ini mendorong pemuda untuk memperjuangkan aspirasi
masyarakat pada penguasa dengan cara mereka sendiri. Dengan semangat yang dimilikinya dalam
menyuarakan dan memperjuangkan nilai-nilai kebenaran serta keberanian dalam menentang segala
bentuk ketidakadilan, pemuda menempati posisi yang penting dalam upaya pemberantasan korupsi di
Indonesia. Pemuda sudah selayaknya memiliki idealisme tinggi dan rasa nasionalisme terhadap negeri ini.
Budaya korupsi ini bisa diatasi dengan menamkan nilai idealisme dalam jiwa pemuda Indonesia. Selain
itu, pemuda saat ini juga memerlukan integritas yang tinggi sebagai upaya pemberantasan korupsi.
Integritas sendiri yaitu mutu, sifat, atau keadaan yang menunjukkan kesatuan yang utuh sehingga
memiliki potensi dan kemampuan yang memancarkan kewibawaan dan kejujuran. Kejujuran adalah aset
yang sangat berharga bagi orang beriman sebagai benteng untuk menghindari perbuatan korupsi.

Ada beberapa cara untuk membangun pemuda yang berintegritas dan beridealisme. Pemuda harus
mempunyai self concept (konsep pemahaman jati diri) dan self control (dapat mengontrol diri sendiri)
yang baik serta peranan orang tua dalam mendidik anak-anaknya. Peranan orang tua disini misalnya
dengan menanamkan nilai-nilai ajaran Islam kepada anak sewaktu kecil. Dengan demikian, diharapkan
sang anak tumbuh menjadi pemuda yang beridealisme dan berintegritas tinggi. Terutama mengenai
kejujuran dan tanggung jawabnya agar ia bisa terhindar dari perbuatan korupsi yang dapat merusak
kehidupan pemuda. Selain itu, pemuda juga harus ikut serta aktif dalam kegiatan-kegiatan positif, seperti
mengikuti organisasi yang sesuai minat dan bakat masing-masing. Dengan pengalaman organisasi inilah
pemuda dapat mengasah jiwa kepemimpinannya yang idealis. Selanjutnya kunci dasar untuk membangun
pemuda yang berintegritas dan beridealisme adalah kejujuran serta keberanian yang tangguh. Kejujuran
dalam bertindak dan menegakkan kebenaran untuk memberantas korupsi. Keberanian dalam mengkritisi
persoalan yang menyangkut kepentingan publik dan keberanian dalam mengambil keputusan secara adil
dan tidak memihak demi memberantas budaya korupsi dalam setiap jiwa pemuda Indonesia.

Pemuda tidak boleh bersikap pragmatis yaitu sifat yang mengutamakan segi kepraktisan dan
kegunaan (kemanfaatan). Pragmatisme adalah aliran filsafat yang mengajarkan bahwa kebenaran adalah
segala sesuatu yang membuktikan dirinya benar dengan melihat kepada akibat atau hasil yang bermanfaat
secara praktis untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu, pemuda harus menghindari sikap pragmatis dimana
ia hanya mementingkan manfaat yang akan didapatkannya dari suatu perbuatan tanpa memikirkan
dampak yang ditimbulkan. Dengan begitu, pemuda dapat menghindari perbuatan korupsi yang hanya
ditujukan untuk memuaskan kepentingan dirinya tanpa memikirkan kesengsaraan dari orang lain akibat
tindak korupsi yang dilakukan. Allah SWT. melarang umatnya mengambil hak/harta orang lain dengan
cara yang salah, sebagaimana perbuatan korupsi yang mengambil hak orang lain demi memuaskan
hasratnya sendiri. Allah SWT. Berfirman:


Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan
yang batil[An-Nisa : 29]
Nama : Nahda Afania
NIM : 150331604532
PEMUDA TIDAK MENJADI TELADAN DAN PENGGERAK EFETIF
GERAKAN ANTI KORUPSI

Pemuda saat ini mulai kehilangan semangat dalam memperjuangkan kejujuran dan tindaka-
tindakan anti korupsi. Pergerakan mahasiswa mulai kehilangan greget (hasrat) untuk memperjuangkan
nilai-nilai kejujuran dan memegang teguh amanah. Pemuda mulai lupa dengan kearifan lokal budaya
Indonesia. Pemuda saat ini terlalu membanggakan teori kepemimpinan dari negara lain yang secara
struktur sosial dan budaya berbeda dengan budaya Indonesia sehingga semakin terkikisnya nilai-nilai
yang ada di masyarakat seiring dengan melesatnya arus globalisasi. Permasalahan yang hingga saat ini
menjadi fenomena di kalangan pemuda adalah budaya tidak jujur, misalnya mencontek, plagiasi, titip
absen, kebiasaan menyuap saat ditilang. Perilaku negative ini merupakan bentuk ketidakjujuran yang
kelak rentan memunculkan perilaku korupsi. Dalam masyarakat, perbuatan korupsi telah menjadi
kebiasaan sehari-hari, korupsi dianggap sebagai hal biasa (bahkan budaya mereka), sehingga pribadi
mereka menjadi terbiasa dengan sifat tidak jujur dan tidak bertanggungjawab. Selain itu pemuda sudah
mulai tidak bisa memegang teguh amanah, terutama terhadap orang tua dan memiliki mental yang labil
sehingga mudah terpengaruh untuk melakukan korupsi.
Ada beberapa sebab seseorang melakukan korupsi, baik yang timbul dari dalam dirinya (internal)
maupun yang berasal dari luar (eksternal). Motif internal itu antara lain: sikap terlalu mencintai harta,
sikap tamak dan serakah, sikap konsumtif dan hedonis, pemahaman agama yang dangkal, hilangnya nilai
kejujuran. Sedangkan motif eksternalnya antara lain: adanya kesempatan dan sistem yang rapuh, faktor
budaya, faktor kebiasaan dan kebersamaan, dan penegakan hukum yang lemah. Korupsi sudah merasuk
dan tertanam dalam budaya masyarakat, sehingga menjadi pola pikir dan perilaku dalam setiap kehidupan
masyarakat Indonesia. Akibatnya akan sulit untuk menggerakkan budaya anti korupsi di Indonesia.
Kejujuran saat ini sudah mulai luntur, terutama di kalangan pemuda yang seharusnya bisa menjadi
generasi penerus yang akan membawa masa depan bangsa. Di saat masyarakat menginginkan hilangnya
korupsi dan membenci koruptor, disisi lain praktek kejujuran dimusuhi oleh masyarakat sendiri. Padahal
kejujuran adalah tameng yang sangat prinsipal dalam menghadapi tindak korupsi. Islam sendiri sangat
menyukai sifat jujur dan mengecam sifat dusta, sebagaimana sabda Nabi Muhammad SAW. :


Sesungguhnya jujur itu membawa jalan kepada kebaikan dan kebaikan itu mengantarkan ke
surga... (HR. Bukhari).
Ki Hajar Dewantara telah mencetuskan ajaran pendidikan karakter bagi generasi penerusnya yaitu
Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa dan Tut Wuri Handayani. Pertama, Ing Ngarsa Sung
Tuladha yaitu ketika menjadi seorang pemimpin, maka harus mencerminkan perbuatan yang baik dan
bisa menjadi teladan. Kenyataannya banyak pemimpin saat ini hanya mementingkan nafsu dan
keuntungan pribadi, terlebih lagi dengan mengorbankan kepentingan masyarakat luas, misalnya dengan
melakukan korupsi. Tidak sedikit pemuda saat ini bersembunyi di balik kenyamanan kemodernan zaman,
menyibukkan diri dengan gadget tanpa memikirkan nasib rakyat yang kelaparan karena haknya diambil
oleh penguasa dan koruptor yang dilindungi oleh aparatur negara. Kedua, Ing Madya Mangun Karsa yaitu
ketika berada di tengah, maka dia adalah seorang dinamisator. Pemuda sudah kurang peduli terhadap
keputusan yang diambil pemerintah sehingga pemerintah akan mengesampingkan hak rakyat kecil karena
merasa tidak ada yang mengawasi. Ketiga, Tut Wuri Handayanai, maknanya ketika dibelakang, maka
harus menjadi seorang motivator. Ketika seorang pemuda tidak memiliki jabatan seharusnya ia
mendukung segala kegiatan-kegiatan yang positif dengan mengikuti kegiatan sosialisasi anti korupsi,
bukan malah mengajak teman bergaulnya untuk berbuat tidak jujur dan membiasakan budaya nongkrong
serta kongkow-kongkow di tepi jalan tanpa tujuan yang bermanfaat.
Nama : Nahda Afania
NIM : 150331604532
DAFTAR PUSTAKA

Hady, Putra. 2014. Gerakan Antikorupsi: Mendidik Pemuda yang Anti Korupsi. (Online),
(http://putrahady.blogspot.co.id), diakses 18 Maret 2016.

Razib, R. 2011. Peran Pemuda dalam Pemberantasan Korupsi. (Online), (http://rizalrazib.blogspot.co.id),


diakses 18 Maret 2016.

Tim Dosen PAI UM. 2015. Pendidikan Islam Transformatif. Malang: Dream Litera.

Você também pode gostar