Você está na página 1de 7

Rumusan masalah

Berdasarkan uraian di atas, kelompoktertarik untuk mengimplementasikan


Manfaat Terapi Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk Meningkatkan Kekuatan Otot
terhadap Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.

Tujuan umum

Untuk menganalisa manfaat Terapi Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk
Meningkatkan Kekuatan Otot terhadap Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di
Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.

Tujuan khusus

1. Mengidentifikasi kekuatan otot pada lansia sebelum dilakukan Terapi Rasio


Matrik dan Mineral Tetap untuk Meningkatkan Kekuatan Otot terhadap
Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.
2. Mengidentifikasi kekuatan otot pada lansia setelah dilakukan terapi Terapi
Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk Meningkatkan Kekuatan Otot
terhadap Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.
3. Mengetahui manfaat Terapi Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk
Meningkatkan Kekuatan Otot terhadap Pencegahan Osteoporosis pada
Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.

Manfaat

Diharapkan dengan adanya desiminasi ilmu ini dapat memberikan


pengetahuan kepada pengasuh dan pegawai untuk dapat mengimplementasikan
manfaat Terapi Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk Meningkatkan Kekuatan Otot
terhadap Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha
(PSTW) Sabai Nan Aluih Sicincin.
Diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan tentang manfaat
Terapi Rasio Matrik dan Mineral Tetap untuk Meningkatkan Kekuatan Otot terhadap
Pencegahan Osteoporosis pada Lansia di Panti Sosial Tresna Werdha (PSTW) Sabai
Nan Aluih Sicinci
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar
Lansia
2.1.1
Pengertian
Lanjut usia (Lansia) merupakan salah satu fase kehidupan yang dialami oleh
individu yang berumur panjang. Lansia tidak hanya meliputi aspek biologis, tetapi
juga meliputi psikologis dan sosial. Perubahan yang terjadi pada lansia pada disebut
sebagai perubahan senses,, dan perubahan senilitasPerubahan senesens adalah
perubahan- perubahan normal dan fisiologik akibat usia lanjut. Sedangkan perubahan
senelitas adalah perubahan- perubahan patologik permanen dan disertai dengan
semakin memburuknya kondisi badan pada usia lanjut. Sementara itu, perubahan
yang dihadapi lansia pada umumnya adalah pada bidang klinik, kesehatan jiwa, dan
masalah dibidang sosial dan ekonomi. Oleh karena itu lansia dikelompokkan dengan
resiko tinggi dengan masalah fisik dan mental (Murwani, 2010).
Pengelompokkan lansia Pengelompokan lansia berdasarkan batasan umur
menurut beberapa pendapat yaitu (Nugroho, 2000)
1.
Menurut organisasi kesehatan dunia, WHO ada 4 tahap yaitu
a. Usia pertengahan (middle age), adalah kelompok usia 45-59 tahun.
b.Lanjut usia (elderly) antara usia 60-74 tahunc.Usia tua (old) antara 75-90 tahun
d.Usia sangat tua (very old) diatas 90 tahun 92. Lanjut usia menurut DEPKES RI
dibagi menjadi 3 yaitu:
a.Kelompok usia dalam masa virilitas(45-54 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga dan masyarakat luas.
b.Kelompok usia dalam masa pra-senium(55-64 tahun), merupakan kelompok yang
berada dalam keluarga, organisasi usia lanjut dan masyarakat pada umumnya
c. Kelompok usia masa senecrus (>65 tahun), merupakan kelompok yang umumnya
hidup sendiri, terpencil, hidup dalam panti, penderita penyakit berat Menurut
BKKBN 1998, penduduk lansia adalah penduduk yang mengalami proses penuaan
secara terus menerus, ditandai dengan penurunan daya tahan fisik dan rentan terhadap
penyakit yang mengakibatkan kematian. Secara ekonomi lansia dianggap sebagai
beban sumber daya. Lansia merupakan kelompok umur yang mengalami berbagai
penurunan daya tahan tubuh dan berbagai tekanan psikologis. (Murwani,2010).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa lansia adalah kelompok orang yang
berumur lebih dari 50 tahun yang secara fisiologis mengalami kemunduran baik dari
segi biologis, ekonomi maupun sosial secara bertahap hingga akhirnya sampai pada
kematian.
2.1.3 Proses menua Merupakan proses yang normal terjadi pada setiap manusia dan
bukan merupakan suatu penyakit.Penuaan juga dapat didefenisikan sebagai suatu
proses menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri
atau mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya sehingga lebih rentan 10
terhadap infeksi dan tidak dapat memperbaiki kerusakan yang dideritanya. Penuaan
merupakan proses ilmiah yang terjadi secara terus-menerus dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup. Menjadi tua merupakan
proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupan yaitu anak,
dewasa dan tua (Nugroho, 2008). Menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya
secara perlahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dan
mempertahankan struktur dan fungsi normalnya. Keadaan ini menyebabkan jaringan
tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi) dan memperbaiki kerusakan
yang diderita. Disimpulkan bahwa manusia secara perlahan mengalami kemunduran
struktur dan fungsi organ. Kemunduran struktur dan fungsi organ pada lansia dapat
mempengaruhi kemandirian dan kesehatan lanjut usia (Nugroho, 2008).Perubahan
yang terjadi pada proses menuaterhadap kualitas tidur.Proses menua adalah masalah
yang akan selalu dihadapi oleh semua manusia.Dalam tubuh terjadi perubahan-
perubahan struktural yang merupakan prosesdegeneratif. Sel-sel mengecil atau
menciut, jumlah sel berkurang, terjadi perubahan isi atau komposisi sel, pembentukan
jaringan ikat baru meggantikan sel-sel yang menghilang atau mengecil dengan akibat
timbulnya kemunduran fungsi organ tubuh. Menurut (Stanley, 2007) Perubahan yang
terjadi pada lansia terdiri dari perubahan fisik, perubahan psikologis dan perubahan
sosial.
a.Perubahan Fisik.Menurut Hutapea (2005), perubahan fisik yang dialami oleh lansia
adalah:
1.Perubahan pada sistem kekebalan atau imunologi yaitu tubuh menjadi rentan
terhadap alergi dan penyakit.
2.Konsumsi energi turun secara nyata diikuti dengan menurunnya jumlah energi yang
dikeluarkan tubuh.
3.Air dalam tubuh turun secara signifikan karena bertambahnya sel-sel yang mati
yang diganti oleh lemak maupun jaringan konektif.
4.Sistem pencernaan mulai terganggu, gigi mulai tanggal, kemampuan mencerna
makanan serta penyerapan mulai lamban dan kurang efisien, gerakan peristaltik usus
menurun sehingga sering konstipasi.
5.Perubahan pada sistem metabolik, yang mengakibatkan gangguan metabolisme
glukosa karena sekresi insulin yang menurun. Sekresi menurun juga karena timbunan
lemak.
6.Sistem saraf menurun yang menyebabkan munculnya rabun dekat, kepekaan bau
dan rasa berkurang, kepekaan sentuhan berkurang, pendengaran berkurang, reaksi
lambat, fungsi mental menurun, dan ingatan visual berkurang.
7.Perubahan pada sistem pernafasan ditandai dengan menurunnya elastisitas paru-
paru yang mempersulit pernafasan sehingga dapat mengakibatkan munculnya rasa
sesak dan tekanan darah meningkat.
8.Menurunnya elastisitas dan fleksibilitas persendian.
b.Perubahan Psikologis
Perubahan mental lansia dapat berupa perubahan sikap yang semakin egosentrik,
mudah curigadan bertambahpelit atau tamak bila memiliki sesuatu 12yang
merupakanakibat dari perubahan fisik, kesehatanumum, tingkat pendidikan,
keturunan dan lingkungan (Nugroho, 2008).
c.Perubahan Sosial
Nilai seseorang sering diukur melalui produktivitasnya dikaitkan dengan peranan
dalam pekerjaan. Bila mengalami pensiun, seseorang akan mengalami kehilangan,
yaitu kehilangan finansial, kehilangan status, kehilangan teman dan kehilangan
pekerjaan (Nugroho, 2008).
2.2Konsep Dasar Tidur
2.2.1
Pengertian Tidur adalah suatu perubahan kesadaran ketika persepsi dan reaksi
individu terhadap lingkungan menurun. Tidur dikarakteristikkan dengan aktifitas fisik
yang minimal, tingkat kesadaran yang bervariasi, perubahan proses fisiologis tubuh
dan penurunan respon terhadap stimulus eksternal (Mubarak,2006).Tidur adalah
kondisi organisme yang sedang istirahat secara reguler, berulang dan reversible dalam
keadaan mana ambang rangsang terhadap rangsangan dari luar lebih tinggi jika
dibandingkan dengan keadaan jaga.(Prayitno, 2002). Tidur merupakan salah satu cara
untuk melepaskan kelelahan jasmani dan kelelahan mental. Dengan tidur semua
keluhan hilang atau berkurang dan akan kembali mendapatkan tenaga serta semangat
untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi.13
2.2.2Fisiologi tidur.Tidur juga merupakan suatu proses fisiologis yang bersiklus yang
bergantian dengan periode yang lebih lama dari keterjagaan. Siklus tidur terjaga
mempengaruhi dan mengatur fungsi fisiologis dan respon perilaku. Peralatan seperti
Elektroencephalogram(EEG)yang mengukur aktifitas listrik dalam kortekserebral,
Elektromiogram(EMG) yang mengukur tonus otot, dan Elektrookulogram(EOG)
yang mengukur gerakan bola mata, memberikan informasi struktur fisiologis tidur.
(Potter & Perry,2006). Kontrol dan pengaturan tidur tergantung pada hubungan antara
dua mekanisme serebral yang mengaktivasi secara intermitten dan menekan puncak
otak tertinggi untuk mengontrol tidur dan terjaga. Sebuah mekanisme menyebabkan
terjaga dan yang lain menyebabkan tertidur (Potter&Perry2006)Adanya irama
sirkandian yaitu suatu irama siklus yang di alami seseorang sebagai bagian dari
kehidupan mereka setiap hariatau dikenal dengan siklus 24 jam, siang-malam. Pusat
kontrol irama sirkandian terletak pada bagian ventral anterior hypothalamus yaitu
bagian susunan saraf pusat yang mengadakan kegiatan sinkronisasi terletak pada sub-
stansia ventrikuloretikularis medulo oblongata yang disebut sebagai pusat tidur.
Bagian susunan saraf pusat yang menghilangkan sinkronisasi/desinkronisasi terdapat
pada bagian rostral medulo oblongata disebut sebagai pusat penggugah atau aurosal
state, yang mana irama ini mempengaruhi pola fungsi biologis utama dan fungsi
prilaku. Fluktuasi dan prakiraan suhu tubuh, denyut jantung, tekanan darah, sekresi
hormon, kemampuan sensorik, dan suasana hati tergantung pada pemeliharaan siklus
sirkadian 24-jam.

Você também pode gostar