Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Korespodensi : andi09ismc@gmail.com
ABSTRAK
Diabetes melitus (DM) adalah kondisi penyakit kronik yang ditandai oleh
metabolisme glukosa yang normsal sebagai dampak dari gangguan aksi dan
sekresi insulin. Tatalaksana DM tipe 2 memelukan pendekatan multi disiplin,
termasuk edukasi, terapi nutrisi, aktivitas fisik yag teratur, dan obat-obatan.
Tujuan terapi DM tipe 2 adalah mencapai kadar gula yang normal dan
mempertahankannya, serta mencegah komplikasi diabetes. Ada bukti ilmiah
bahwa olahraga dapat menunda onset DM tipe 2 dan memperbaiki kontrol gula
darah. Olahraga akan memperbaiki sensitivitas insulin, meningkatkan uptake
glukosa, dan memperbaiki kontrol gula darah. Olahraga yang sifatnya aerobik
akan menurunkan kadar HbA1C dan meningkatkan sensitivitas insulin.
Kombinasi olahraga akan menabah perbaikan HbA1C.
Correspondence : andi09ismc@gmail.com
ABSTRACT
Atau
Glukosa plasma puasa 126 mg/dL (7.0 mmol/L). Puasa adalah tidak ada
asupan kalori selama 8 jam
Atau
2 jam glukosa plasma 200 mg/dL (11.1 mmol/L) dalam proses Tes Toleransi
Oral Glukosa. Tes harus dilakukan sesuai standar WHO, yaitu menggunakan
75 g glukosa tidak terhidrasi yang dilarutkan dalam air
Atau
Individu dengan gejala klasik hiperglikemia (poliuri, polifagi dan penurunan
berat badan tanpa diketahui penyebabnya) atau krisis hiperglikemia, glukosa
plasma sewaktu 200 mg/dL (11.1 mmol/L)
Bila hasil tidak sesuai dengan mencapai dan mengkontrol kadar gula
keadaan hiperglikemia maka harus darah optimal dan mencegah atau
dilakukan konfirmasi dengan memperlampat komplikasi akibat DM
mengulangi tes untuk kriteria ketiga tipe 2.2 Dalam konsensus Konsensus
teratas. Pengelolaan dan Pencegahan DM tipe
2 di Indonesia 2011, penatalaksanaan
Tujuan Penatalaksanaan Diabetes dan pengelolaan DM dititik beratkan
Melitus Tipe 2 pada 4 pilar penatalaksanaan DM,
Tujuan penatalaksanaan yaitu: edukasi, terapi gizi medis,
Diabetes Melitus Tipe 2 adalah untuk latihan fisik dan intervensi
farmakologi.1
latihan fisik pada DM tipe 2: 5 (a) individu dengan DMT2 masih akan
Latihan aerobik dan beban keduanya mengalami penurunan kadar glukosa
memperbaiki kerja insulin, darah selama latihan aerobik karena
pengendalian glukosa darah, dan tingkat insulin endogen (yang berasal
oksidasi dan penimbunan lemak di dari dalam tubuh) kemungkinan
otot. (b) Latihan beban akan masih akan meningkat pada saat itu.5
meningkatkan massa otot rangka. (c)
Studi observasional menunjukkan Hipoglikemia: Penyebab dan
bahwa aktivitas fisik dan kebugaran Pencegahan
yang lebih besar berhubungan dengan Pada individu dimana diabetes
rendahnya angka kematian akibat hanya dikendalikan dengan
komplikasi. (d) Tingkat aktivitas fisik pengaturan gaya hidup saja, risiko
yang direkomendasikan dapat mengalami hipoglikemia (<80 mg/dL
membantu penurunan berat badan. atau 4,4 mmol/L) selama latihan
Namun dibutuhkan latihan fisik sangatlah kecil. Pemantauan kadar
hingga 60 menit per hari untuk glukosa darah dapat dilakukan
menurunkan berat badan bila sebelum dan setelah melakukan
penurunan berat badan hanya aktivitas fisik untuk menilai efek dari
mengandalkan latihan fisik semata. latihan. Aktivitas dengan durasi yang
(e)Individu dengan DMT2 yang lebih lama dan intensitas yang lebih
menjalani program latihan yang rendah umumnya akan menyebabkan
diawasi oleh tenaga terlatih penurunan kadar glukosa darah tapi
menunjukkan tingkat kepatuhan hipoglikemia jarang terjadi.
yang lebih tinggi serta pengendalian Pada individu yang
kadar glukosa darah yang lebih baik menggunakan insulin atau obat
dibandingkan mereka yang perangsang produksi insulin, yang
melakukan latihan olahraga tanpa seringkali akan mengalami
pengawasan. (f)Peningkatan aktivitas peningkatan penyerapan glukosa
fisik dan kebugaran fisik dapat darah akibat latihan fisik dan insulin,
mengurangi gejala depresi dan aktivitas fisik dapat mempersulit
meningkatkan kualitas kesehatan penanganan diabetes. Bila kadar
penderita DMT2. glukosa darah pra-latihan kurang dari
100 mg/dL (5.5mmol/L), maka
LATIHAN FISIK PADA PENDERITA
dianjurkan agar pasien yang memakai
DM TIPE 2 DENGAN KADAR
insulin atau menggunakan obat
GLUKOSA DARAH NON-OPTIMAL
perangsang produksi insulin
(misalnya sulfonilurea seperti
Hiperglikemia
glyburide, glipizide, glimepiride serta
Pasien dengan DMT2 dan kadar nateglinide dan repaglinide)
glukosa darah yang meningkat (> 300 mengkonsumsi 15 g karbohidrat
mg/dL atau 16,7 mmol/L) namun sebelum melakukan aktivitas fisik
tanpa ketosis (keton dalam urin), intensitas sedang. Jumlah
dapat tetap menjalani program karbohidrat tergantung pada durasi
latihan, asalkan ia tidak merasakan dan intensitas latihan serta hasil
keluhan apapun. Jika tidak dapat pemantauan kadar glukosa darah.
memastikan adanya ketosis, yang Dokter kadang-kadang
terbaik untuk dilakukan adalah menginstruksikan pasien untuk
menunda latihan sampai kadar mengurangi dosis obat / insulin
glukosa darah terkendali. Hidrasi sebelum melakukan program latihan
yang adekuat sangat diperlukan. Jika intensitas berat dengan durasi > 1
hiperglikemia terjadi setelah makan, jam.