Você está na página 1de 8

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX

Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

ANALISIS DAN MITIGASI RISIKO PADA PROSES PENGADAAN


BARANG DAN JASA DENGAN PENDEKATAN METODE
INTERPRETIVE STRUCTURAL MODELLING (ISM), ANALYTIC
NETWORK PROCESS (ANP), DAN HOUSE OF RISK (HOR)
Chendrasari Wahyu Oktavia1,, I Nyoman Pujawan 2), dan Imam Baihaqi3)
1)
Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi spuluh Nopember
e-mail: chendrasari @gmail.com
2,3)
Jurusan Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus Keputih Sukolilo Surabya 60111

ABSTRAK
Setiap perusahaan memerlukan barang dan jasa dalam rangka menunjang kegiatan
perusahaan. Untuk memperoleh barang dan jasa tersebut maka perusahaan melakukan
kegiatan pengadaan. Dalam menjalankan proses bisnisnya, bagian pengadaan akan
menghadapi berbagai risiko serta penyebab risiko yang dapat berdampak pada proses
bisnisnya. Oleh karena itu, pemilik dari proses bisnis pengadaan harus bertanggung jawab
untuk mengelola risiko dan penyebab risiko. Pendekatan untuk mengelola risiko dikenal
dengan manajemen risiko. Namun, saat ini manajemen risiko semakin kompleks karena
munculnya berbagai persoalan yang tidak hanya terletak pada bertambahnya variasi risiko
tetapi juga adanya hubungan keterkaitan antar risiko, hubungan keterkaitan antar penyebab
risiko, dan hubungan keterkaitan antara risiko dengan penyebabnya.Berangkat dari
permasalahan tersebut, penelitian ini akan menganalisa ketiga hubungan keterkaitan tersebut
dengan menggunakan metode Interpretive Structural Modelling (ISM), metode Analytic
Network Process(ANP), dan metode House of Risk. Hasil akhir dari ketiga metode tersebut
diperoleh 7 penyebab risiko yang perlu diprioritaskan terlebih dahulu untuk tindakan mitigasi.
Berdasarkan analisis terdapat 11 tindakan mitigasi yang diusulkan dalam penelitian ini
diantaranya memperketat proses seleksi pemilihan pemasok, memberikan sanksi kepada
pemasok, strategi flexible supply market, meningkatkan akurasi harga perkiraan sendiri
(HPS), memberikan toleransi terhadap deviasi HPS untuk komoditas barang berbeda, HPS
dibuat dalam bentuk range maksimal dan minimal, menambah satu fungsi untuk market
survei, monitoring dan menyusun database harga terbaru, menggunakan data base harga dari
data historis, melakukan koordinasi, dan mengembangkan sistem untuk dapat monitoring
kontrak.
Kata kunci: Risiko, Penyebab Risiko, Metode Interpretive Structural Modelling (ISM),
Metode Analytic Network Process(ANP), dan Metode House of Risk.

PENDAHULUAN
Setiap perusahaan memerlukan barang dan jasa dalam rangka menunjang kegiatan
produksi maupun kegiatan lain di dalam perusahaan. Untuk memperoleh barang dan jasa
tersebut perusahaan melakukan kegiatan pengadaan.Dalam menjalankan proses bisnisnya,
bagian pengadaan akan menghadapi berbagai jenis risiko dan penyebab risiko yang mungkin
dapat timbul pada proses bisnisnya dan mengakibatkandampak yang menganggu kelancaran
dalam menjalankan proses bisnis kegiatan pengadaan. Dalam literatur risiko dapat diartikan
sebagai probabilitas dari suatu kejadian yang menyebabkan adanya kerugian selama kejadian

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-1
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

tersebut berlangsung (Frosdick, 1997), sedangkan penyebab risiko diartikan sebagai faktor
pemicu dari timbulnya suatu risiko. Oleh karena itu, pemilik dari proses bisnis yaitu bagian
pengadaan harus bertanggung jawab untuk mengelola risiko dan penyebab risiko yang terjadi.
Pendekatan untuk mengelola risiko dikenal dengan istilah manajemen risiko. Namun,
mengelola risiko semakin lama semakin bertambah kompleks karena munculnya berbagai
persoalan yang tidak hanya terletak pada bertambahnya variasi risiko tetapi juga adanya
hubungan keterkaitan antar risiko, hubungan keterkaitan antar penyebab risiko, dan hubungan
keterkaitan antara risiko dengan penyebab risiko.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas diperlukan sebuah analisa tentang 3
hubungan keterkaitan yaitu hubungan keterkaitan antara satu risiko dengan risiko lain,
hubungan keterkaitan antara satu penyebab risiko dnegan penyebab risiko lain serta hubungan
keterkaitan antara satu risiko dengan penyebab risiko. Dengan demikian diperlukan sebuah
metode yang tepat untuk menganalisa hubungan keterkaitan ini. Salah satu metode yang tepat
untuk menganalisa hubungan keterkaitan risiko dan hubungan keterkaitan antar penyebab
risiko dengan menngunakan metode Interpretive Structural Modelling (ISM).
Selanjutnya elemen-elemen yang saling memiliki keterkaitan perlu dihitung besarnya
bobot hubungan keterkaitan tersebut. Metode yang tepat untuk melakukan pembobotan
dengan menggunakan metode analytic network process (ANP).Hasil keluaran dari metode ini
akan diperoleh sebuah dari bobot untuk masing-masing risiko serta bobot untuk masing-
masing penyebab risiko.Bobot untuk masing-masing risiko serta bobot untuk masing-masing
penyebab risiko yang sudah diketahui dari hasil keluaran metode ANP, maka selanjutnya
bobot untuk masing-masing risiko akan dimasukkan sebagai nilai severity yang baru dan
bobot untuk masing-masing penyebab risiko akan dimasukkan sebagai nilai probabilitasyang
baru dari penyebab risiko.Nilai severity, dan nilai probabilitas yang sudah diperoleh
digunakan untuk menghitung nilai Aggregate Risk Potential (ARP). Nilai ARP ini merupakan
nilai patokan untuk memprioritaskan penyebab risiko yang akan dilakukan strategi mitigasi.
Teknik yang digunakan untuk merancang strategi mitigasi pada penyebab risiko adalah House
of Risk (HOR). Di dalam metode ini sudah mempertimbangkan hubungan keterkaitan antara
risiko dengan penyebab risiko
Ketiga metode tersebut akan diterapkan pada perusahaan PT.Semen Indonesia
(Persero),Tbk khususnya di departemen pengadaan dan pengelolaan persediaan untuk
menyelesaikan permasalahan seputar hubungan keterkaitan antar risiko, hubungan keterkaitan
antar penyebab risiko, dan hubungan keterkaitan antara risiko dengan penyebab risiko, serta
bagaimana melakukan tindakan mitigasi untuk mengurangi penyebab risiko.

METODE
Ada beberapa langkah yang akan diambil dalam menyelesaikan permasalahan yang
diangkat pada penelitian ini (Gambar 1). Metode ynag digunakan dalam penelitian ini antara
lain metode Interpretive Structural Modelling (ISM), Analytical Network Process (ANP), dan
House of Risk (HOR)

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-2
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Pemetaan proses bisnis di dalam departemen pengadaan dan


pengelolaan persediaan PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk

Tahapan identifikasi risiko dan penyebab risiko

Penilaian Risiko I
1. Menilai probabilitas dari penyebab risiko.
2. Menilai tingkat severity dari kejadian risiko.
3. Menilai tingkat korelasi antara kejadian risiko dengan
penyebab risiko.
4. Menghitung nilai aggregate risk potential (ARP).

Metode Interpretive Structural Modelling (ISM) untuk


mengidentifikasi hubungan keterkaitan antar risiko dan hubungan
keterkaitan antar penyebab risiko.

Metode Analytic Network Process (ANP) untuk pembobotan kejadian


risiko serta pembobotan untuk penyebab risiko

Penilaian Risiko II
1. Menentukan tingkat probabilitas dari penyebab risiko.
2. Menentukan tingkat severity dari kejadian risiko.
3. Menentukan korelasi antara kejadian risiko dengan penyebab
risiko.
4. Menghitung nilai ARP terbaru.

Evaluasi Risiko
1. Memetakan nilai ARP dengan menggunakan diagram pareto.
2. Menentukan penyebab risiko yang terpilih.

Metode House of Risk untuk merancang strategi mitigasi pada


penyebab risiko.

Gambar 1. Diagram Alir Penelitian

HASIL DAN PEMBAHASAN


Dalam penelitian ini akan dilakukan teknik pengumpulan data dengan 2 cara yaitu
wawancara dengan responden dan pendistribusian kuesioner.Berdasarkan hasil wawancara
dengan responden yakni orang di departemen pengadaan dan pengelolaan persediaan di
perusahaan PT. Semen Indonesia (Persero), Tbk diperoleh sebanyak 36 kejadian risiko
dengan 46 penyebab risiko. Kemudian, 36 kejadian risiko dan 46 penyebab risiko akan
dilakukan penilaian risiko 1 tujuannya untuk mengetahui dan memilih penyebab risiko yang
memiliki nilai ARP terbesar yang berarti penyebab risiko tersebut memiliki risiko-risiko yang

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-3
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

bersifat high risk corporate. Apabila ada sejumlah penyebab risiko yag memiliki nilai ARP
terbesar maka penyebab risiko tersebut akan diambil untuk dilakukan analisa selanjutnya.
Dari perhitungan ARP 1 diperoleh 12 kejadian risiko dengan 16 penyebab risiko yang mana
penyebab risiko dan risiko ini akan dilakukan analisis pada tahap selanjutnya.
Tabel 1. Kejadian Risiko dan Penyebab Risiko yang Teridentifikasi
Aktivitas Kejadian Risiko Penyebab Risiko
1. Kesalahan dalam menetapkan harga perkiraan Informasi harga di pasaran tidak
sendiri (HPS) (E1) tersedia. (A1)
2.1 Dokumen syarat kelengkapan
proses tender tidak lengkap
dan mendadak.(A2)
Permintaan
2. Peristiwa pengadaan barang atau jasa tidak sesuai 2.2 Kesalahan dalam pemilihan
Pembelian
dengan yang diinginkan oleh user (Deliverable vendor yang ikut tender. (A3)
requirement tidak terpenuhi) (E2). 2.3 Barang atau jasa yang dikirim
tidak sesuai dengan spek dan
atau jumlah(vendor wan
prestasi). (A4)
Adanya peraturan daerah yang
3. Peristiwa pelaksanaan pengadaan harus memberi mengatur tentang kewajiban
Seleksi
prioritas pada vendor setempat (vendor lokal). menggunakan vendor lokal untuk
Vendor
(E3) pengadaan barang tertentu sampai
besaran tertentu. (A5)
Pembukaan 4. Pengunaan sistem E-procurement tidak sesuai Aplikasi belum sepenuhnya sesuai
Penawaran dengan apa yang diharapkan. (E4) dengan kebutuhan. (A6)
Jumlah peserta tender yang
Penawaran 5. Pelaksanaan tender tidak berhasil.
memasukkan dokumen penawaran
masuk dari (Peserta tender mundur). (E5)
tidak memenuhi batas minimal.
pemasok.
(A7)
Hasil negoisasi yang dilakukan
6. Pelaksanaan tender gagal (peserta tender gagal)
Negoisasi tidak menghasilkan harga terbaik
(E6).
atau diatas ECE (A8)
Penunjukkan Perusahaan belum memiliki sistem
pemenang dan 7. Monitoring kontrak masih bersifat manual (E7). untuk dapat memonitoring kontrak.
kontrak (A9)
8. Pelaksanaan pekerjaan tanpa dokumen perikatan Permintaan user atas pekerjaan
Pesanan
kerja (pelaksanaan pekerjaan hanya di dasarkan sifatnya mendadak dan dibutuhkan
Pembelian
pada order konfirmasi atau surat perintah kerja segera penyelesaiannya atau
(PO)
sementara) (E8). kondisi breakdown. (A10)
Kedatangan bahan terkadang tidak
9. Perbedaan jumlah bahan baku dan penolong
Verifikasi sesuai jadwal yang sudah
antara fisik dengan dokumen pengirimannya (E9).
Penerimaan ditentukan terkait waktu, situasi,
dan kondisi. (A11)
10.1 Hubungan arus pendek. (A12)

Penerimaan 10. Kebakaran Gudang (E10) 10.2 Kecerobohan karyawan atau


Barang di petugas gedung. (A13)
Gudang 10.3 Sabotase. (A14)
11.1 User mengambil barang di
11. Perputaran persediaan tinggi (E11)
gudang terlalu lama. (A15)
12.1 Dokumen syarat PPL tidak
12. Keterlambatan pembuatan dokumen
Pembayaran lengkap (baik karena internal
pembayaran terverifikasi (E12).
maupun eksternal). (A16)
Sumber: Hasil Wawancara dengan Responden.

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-4
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Selanjutnya, akan dilakukan pengolahan data dengan menggunakan metode ISM untuk
menganalisa hubungan keterkaitan antar risiko maupun hubungan keterkaitan antar penyebab
risiko. Sebelum membangun model ISM ini diperlukan data-data yang menggambarkan
adanya hubungan keterkaitan antar risiko maupun hubungan keterkaitan antar penyebab
risiko. Untuk mengidentifikasi adanya hubungan keterkaitan antar risiko maupun hubungan
keterkaitan antar penyebab risiko diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang
berasal dari departemen pengadaan dan pengelolaan persediaan pada perusahaan PT. Semen
Indonesia (Persero), Tbk. Data dari hasil wawancara kemudian akan diolah dengan
menggunakan metode Interpretive Structural Modelling (ISM). Metode ISM diyakini sebagai
metode yang tepat untuk menganalisa hubungan keterkaitan antara satu risiko dengan risiko
lain maupun hubungan keterkaitan antara satu penyebab risiko dengan penyebab risiko
lainnya. Hasil keluaran ISM diperoleh elemen risiko yang saling berkaitan satu sama lain
serta elemen penyebab risiko yang memiliki hubungan keterkaitan satu sama lain yang dapat
dilihat pada Gambar 2 dan 3 di bawah ini.

Gambar 2. Hasil Keluaran ISM untuk Elemen Kejadian Risiko

Gambar 3. Hasil Keluaran ISM untuk Elemen Penyebab Risiko

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-5
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Metode Analytic Network Process (ANP)


Berdasarkan hasil keluaran ISM pada matrik konikal akan diperoleh elemen-elemen
yang memiliki hubungan keterkaitan. Elemen-elemen tersebut adalah elemen risiko yang
memiliki hubungan keterkaitan dengan elemen risiko lainnya serta elemen penyebab risiko
memiliki hubungan keterkaitan dengan penyebab risiko lainnya. Dari hasil keluaran ISM ini
akan mempermudah dalam membangun sebuah model ANP. Model ANP adalah metode
pengembangan dari metode Analytic Hierarchy Process (AHP). Metode ANP berbentuk
model jaringan yang mampu mengakomodasi ketergantungan secara timbal balik yaitu
hubungan saling berkaitan antara level atas dan level bawah. Pengunaan metode ANP dalam
penelitian untuk melakukan pembobotan terhadap besar hubungan keterkaitan antar risiko dan
hubungan keterkaitan antar penyebab risiko. Hasil keluaran dari ANP diperoleh bobot untuk
masing-masing risiko maupun bobot masing-masing penyebab risiko.Bobot dari kejadian
risiko digambarkan sebagai nilai severity kejadian risiko yang baru dimana nilai ini sudah
mempertimbangkan hubungan keterkaitan antar risiko serta bobot dari penyebab risiko
digambarkan sebagai nilai probabilitas dari penyebab risiko yang baru dimana nilai ini sudah
mempertimbangkan hubungan keterkaitan antar penyebab risiko. Dengan adanya hubungan
keterkaitan antar risiko maupun hubungan keterkaitan antar penyebab risiko ini menyebabkan
nilai severity dari sebuah kejadian risiko yang awalnya memiliki nilai severity kecil menjadi
lebih besar atau sebaliknya. Nilai severity dari kejadian risiko akan digunakan untuk
menghitung nilai Aggregate Risk Potential (ARP) pada model House of Risk.

House of Risk (HOR)


Setelah mengetahui nilai severity yang baru dari kejadian risiko dan mengetahui nilai
probabilitas yang baru dari penyebab risiko, maka selanjutnya menghitung nilai Aggregate
Risk Potential (ARP). Nilai ARP ini merupakan nilai yang menjadi patokan dalam mengelola
penyebab risiko mana yang akan diberikan prioritas pertama kali untuk diberikan tindakan
strategi mitigasi. Metode yang digunakan untuk merancang strategi mitigasi pada penyebab
risiko dikenal dengan House of Risk. Metode ini sudah mempertimbangkan hubungan
keterkaitan antara satu risiko dengan satu penyebab risiko. Berdasarkan hasil perhitungan
nilai ARP diperoleh penyebab risiko yang memiliki nilai ARP tertinggi hingga terendah.
Kemudian, nilai ARP yang sudah diketahui dilakukan pemetaan dengan menggunakan
diagram pareto. Dari diagram pareto akan diurutkan penyebab risiko yang memiliki nilai
tertinggi hingga nilai terendah.

120
2000
100
1500 80 Nilai ARP

1000 60
40 Total
500 kumulatif
20 persen
0 0
A5
A8
A9
A6
A7

A4
A11
A13

Gambar 4. Diagram Pareto

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-6
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

Berdasarkan hasil diagram pareto diperoleh 7 penyebab risiko yang harus


diprioritaskan pertama kali untuk diberikan tindakan pencegahan antara lain: adanya
peraturan daerah yang mengatur tentang kewajiban menggunakan vendor lokal untuk
pengadaan barang tertentu hingga besaran tertentu,permintaan user atas pekerjaaan sifatnya
mendadak dan dibutuhkan segera penyelesaiannya atau kondisi breakdown, hasil negoisasi
yang dilakukan tidak menghasilkan harga terbaik atau diatas ECE, dokumen syarat
kelengkapan proses tender tidak lengkap dan mendadak, perusahaan belum memiliki sistem
monitoring kontrak, informasi harga di pasaran tidak tersedia, dan aplikasi belum sepenuhnya
sesuai dengan kebutuhan.Selanjutnya, ketujuh penyebab risiko tersebut harus diberikan
tindakan pencegahan untuk memitigasi penyebab risiko. Berdasarkan hasil analisis terhadap
penyebab risiko terdapat 11 tindakan mitigasi yang diusulkan dalam penelitian ini untuk
merancang strategi mitigasi terhadap penyebab risiko diantaranya memperketat proses seleksi
pemilihan pemasok, memberikan sanksi kepada pemasok, strategi flexible supply market,
meningkatkan akurasi harga perkiraan sendiri (HPS), memberikan toleransi terhadap deviasi
HPS untuk komoditas barang berbeda, HPS dibuat dalam bentuk range maksimal dan
minimal, menambah satu fungsi untuk market survei, monitoring dan menyusun database
harga terbaru, menggunakan data base harga dari data historis, melakukan koordinasi, dan
mengembangkan sistem untuk dapat monitoring kontrak.

KESIMPULAN
Berdasarkan pengolahan data dengan ketiga metode tersebut serta analisis yang
dilakukan, maka dapat ditarik kesimpulan dari penelitian sebagai berikut:
1. Pengunaan metode ISM dalam penelitian terbukti sebagai solusi yang tepat untuk
menyelesaiakan sebuah permasalahan tentang hubungan keterkaitan antara elemen
elemen yang saling berkaitan yaitu elemen kejadian risiko dan elemen penyebab risiko.
Berdasarkan hasil metode ISM akan diperoleh elemen risiko yang memiliki hubungan
keterkaitan dengan elemen risiko lainnya serta elemen penyebab risiko yang memiliki
hubungan keterkaitan dengan penyebab risiko lainnya.
2. Dari hasil keluaran ISM untuk kejadian risiko akan diperoleh risiko-risiko yang masuk ke
dalam kategori driver-power dan risiko yang masuk ke dalam dependent. Kategori
dependent adalah risiko-risiko yang memiliki sifat tingkat ketergantungan sangat kuat
dengan risiko lainnya. Kategori driver-power adalah risiko-risiko yang memiliki sifat
kekuatan pemicunya kuat.
3. Dari hasil keluaran ISM untuk penyebab risiko akan diperoleh penyebab risiko yang masuk
ke dalam kategori driver-power, dependent, dan linkage. Kategori driver-power adalah
penyebab risiko yang memiliki kekuatan pemicunya sangat besar, kategori dependent
adalah penyebab risiko yang memiliki tingkat ketergantungan sangat kuat dengan
penyebab risiko lainnya. Namun, ada beberapa penyebab risiko yang masuk ke dalam
kategori linkage, dimana kategori ini penyebab risiko memiliki tingkat ketergantungannya
kuat dan kekuatan pemicunya juga sangat kuat.
4. Hasil keluaran dari ISM selanjutnya akan dilakukan pembobotan dengan metode ANP.
Berdasarkan hasil keluaran metode ANP akan diperoleh bobot untuk masing-masing risiko
yang dipicu dan penyebab risiko yang dipicu. Bobot yang telah diketahui akan digunakan
untuk menghitung Aggregate Risk Potential (ARP) yang baru.
5. Pengunaan metode House of Risk dalam penelitian ini terbukti sebagai solusi yang tepat
untuk merancang strategi mitigasi terhadap penyebab risiko. Berdasarkan hasil metode
House of Risk diperoleh tujuh penyebab risiko yang harus diprioritaskan terlebih dahulu

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-7
Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XIX
Program Studi MMT-ITS, Surabaya 2 November 2013

untuk strategi mitigasi yang mana penyebab risiko memiliki nilai ARP tertinggi
berdasarkan perangkingan nilai ARP.
6. Berdasarkan hasil analisis terhadap penyebab risiko terdapat 11 tindakan mitigasi yang
diusulkan dalam penelitian ini untuk merancang strategi mitigasi terhadap penyebab risiko
diantaranya memperketat proses seleksi pemilihan pemasok, memberikan sanksi kepada
pemasok, strategi flexible supply market, meningkatkan akurasi harga perkiraan sendiri
(HPS), memberikan toleransi terhadap deviasi HPS untuk komoditas barang berbeda, HPS
dibuat dalam bentuk range maksimal dan minimal, menambah satu fungsi untuk market
survei, monitoring dan menyusun database harga terbaru, menggunakan data base harga
dari data historis, melakukan koordinasi, dan mengembangkan sistem untuk dapat
monitoring kontrak.

DAFTAR PUSTAKA
Chopra, S. and Sodhi, S. M. M. (2004), "Managing risk to a void supply-chain breakdown",
MIT Sloan Management Review, Vol. 46 No. 1, hal. 53-61.
Faisal, M. N., Banwet, D. K., & Shankar, R. (2006), "Supply chain risk mitigation: modeling
the enablers", Business Process Management Journal, Vol.12 No.4,hal.535552.
Frosdick, S. (1997), " The techniques of risk analysis are insufficient in themselves", Disaster
Prevention and Management, Vol.3 No.3, hal. 165-177.
Norrman, A., dan Jansson, U. (2004), "Ericssons proactive supply chain risk management
approach after a serious sub-supplier accident", International Journal of Physical
Distribution & Logistics Management, Vol. 34 No. 5, hal. 434-456.
Perin, S. (2008), "Using the ANP approach in selecting and benchmarking ERP systems",
Benchmarking: An International Journal, Vol. 15 No. 5, hal. 630-649.
Pfohl, H. C., Gallus, P., dan Thomas, D. (2011), "Interpretive structural modeling of supply
chain risks," International Journal of Physical Distribution & Logistics Management,
Vol. 41 No. 9, hal. 839859.
Pujawan, I. N., dan Geraldin, L. H. (2009), "House of risk: a model for proactive supply chain
risk management", Business Process Management Journal, Vol. 15 No. 6, hal. 953
967.
Pujawan, I. N., dan Mahendrawathi, E. R. (2010), Supply Chain Management, Surabaya.
Indonesia, Penerbit Guna Widya.
Saaty, T. L. (2005), The Analytic Network Process , hal.360-387, University Pittsburgh.
Saaty, T. L., dan Hall, M. (1999), Fundamentals of The Analytic Network Process, Kobe,
Japan.
Waters, D. (2007), Supply Chain Risk Management: Vulnerability and Resilience in Logistics,
Kogan Page, London and Philadeplhia.

ISBN : 978-602-97491-8-2
A-19-8

Você também pode gostar