Você está na página 1de 10

SPIRAKEL, Vol.8 No.

2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

POTENSI TANAMAN DI INDONESIA SEBAGAI LARVASIDA ALAMI


UNTUK Aedes aegypti

Yoke Astriani1*, Mutiara Widawati1


1
Loka Penelitian dan Pengembangan Pengendalian Penyakit Bersumber Binatang Ciamis
Jl. Raya Pangandaran KM. 3, Babakan, Pangandaran

Abstract
Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) still become one of the health problems in Indonesia. This
disease has emerged since 1968 and has become one of the deadliest disease in various
regions in Indonesia. Indonesia has not implemented an effective dengue vaccine program to
provide protection against all four serotypes of the dengue virus. Vector control using chemical
insecticides has made the vectors resistant to the insectisides. One option to avoid those bad
effect is natural larvicide. The lack of literature that can be used as a foundation for further
studies on the natural larvicidal is the reason why a review of several articles and research
results is needed. We use the method of literature review. Our literature reveals that 68% of the
25 plants species are categorized as highly effective with LC50 <750 ppm. Jasmine, Zodia and
Tobacco have the highest effectivity compared to the other plants use in this literature review.
The LC50 of these plants are 0.999 ppm, 1.94 ppm, and 1.94 ppmrespectively. All twenty five
plants that we present suitable to be cultivated in the region of Indonesia with tropical climate so
that people can easily cultivate and use it as a natural larvicides.

Keywords: Natural larvicides, Aedes aegypti, LC50, and essential oil

POTENTIAL PLANT IN INDONESIA AS NATURAL LARVICIDES


FOR Aedes aegypti
Abstrak
Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) sampai saat ini masih menjadi salah satu
permasalahan dunia kesehatan di Indonesia. Penyakit yang muncul sejak tahun 1968 ini telah
banyak menelan korban di berbagai daerah dan hingga saat ini,Indonesia belum menerapkan
program vaksin yang efektif untuk memberikan perlindungan terhadap empat serotipe dari virus
dengue. Pengendalian vektor menggunakan bahan insektisida kimiawi banyak memberikan
efek resisten terhadap insektisida tersebut. Salah satu pilihan untuk menghindari hal tersebut
dibutuhkan adanya larvasida alami. Oleh karena masih tersebarnya informasi yang dapat
dijadikan dasar untuk studi lanjut mengenai larvasida alami, maka tulisan ini merangkum dari
beberapa hasil penelitian. Berdasarkan hasil penelusuran pustaka diperoleh informasi bahwa
68% dari 25 jenis tanaman memiliki efektifitas yang tinggi LC50<750 ppm. Melati, Zodia dan
Tembakau merupakan tanaman dengan efektifitas yang paling tinggi dibandingkan dengan
yang lainnya dengan nilai LC50 yaitu 0,999 ppm, 1,94 ppm dan 1,94 ppm. Kedua puluh lima
tanaman yang kami sajikan cocok dibudidayakan di wilayah Indonesia dengan iklim tropis
sehingga masyarakat dapat dengan mudah membudidayakannya dan memanfaatkannya
sebagai larvasida nabati.

Kata Kunci: Larvasida alami, Aedes aegypti, LC50, dan minyak atsiri.

Naskah masuk: tanggal 11 Oktober 2016; Review I: tanggal 11 Oktober 2016 ; Review II: tanggal 5 Desember 2016;
Layak Terbit: tanggal 20 Desember 2016

*
Alamat korespondensi penulis pertama: e-mail: yastriani21@gmail.com; Telp/Hp: 082240963218

37
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

PENDAHULUAN air.5 Penularan virus dengue terhadap


manusia terjadi melalui gigitan nyamuk
Beberapa dekade ini, insiden demam betina yang terinfeksi dan biasanya
berdarah masih merupakan masalah menggigit pada saat siang hari.6 Sampai
kesehatan penting di Asia dan dunia saat ini belum ditemukan vaksin yang efektif
dengan jumlah kasus Demam Berdarah
untuk memberikan perlindungan terhadap
Dengue (DBD) meningkat 30 kali dalam 50
empat serotype virus dengue (DEN-1, DEN-
tahun ini.1 Data dari seluruh dunia 2, DEN-3 dan DEN-4). Oleh karena itu
menunjukkan Asia menempati urutan dalam pengendaliannya seringkali
pertama dalam jumlah penderita DBD menggunakan vektornya langsung sebagai
setiap tahunnya. Sementara itu, terhitung target dalam menurunkan kasus demam
sejak tahun 1968 hingga tahun 2009, World berdarah.7
Health Organization (WHO) mencatat
negara Indonesia sebagai negara dengan Menguras bak mandi merupakan
kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara. salah satu upaya pengendalian nyamuk
Demam berdarah telah menjadi penyakit DBD. Di Indonesia upaya ini masih cukup
virus yang endemis di lebih dari 100 negara sulit dilakukan dikarenakan terdapat
tropis dan subtropis yang salah satunya beberapa daerah yang masih sulit air
adalah Indonesia. Sekitar 40% dari populasi sehingga menimbulkan tantangan tersendiri
dunia sekarang ini menghadapi risiko untuk membuat masyarakat dapat
terinfeksi virus dengue. Diperkirakan melakukan gerakan 3M. Di daerah-daerah
sebanyak 50-100 juta orang yang terinfeksi tersebut larvasida dapat menjadi salah satu
setiap tahunnya.2 alternatif untuk mengatasi timbulnya tempat
perkembangbiakan nyamuk vektor DBD.8
Penyakit Demam Berdarah Dengue
(DBD) masih merupakan salah satu Pengendalian vektor tergantung pada
masalah kesehatan masyarakat yang utama penggunaan insektisida serangga yang
di Indonesia. Di Indonesia DBD pertama kali diaplikasikan terhadap larva nyamuk.
ditemukan di kota Surabaya pada tahun Larvasida seperti temephos organofosfat
1968. Pada tahun 2014 jumlah penderita telah banyak digunakan dalam program
DBD yng dilaporkan sebanyak 100.347 kesehatan masyarakat.9 Bahan insektisida
kasus dengan jumlah kematian sebanyak seperti temephos organofosfat telah
907 orang (IR/Angka kesakitan= 39,8 per diberlakukan sebagai program kesehatan
100.000 penduduk dan CFR/angka masyarakat dan memang memiliki
kematian= 0,9%).3 Jumlah kasus DBD efektifitas yang tinggi untuk menurunkan
cenderung mengalami peningkatan insiden jumlah vektor nyamuk di masyarakat,
dan semakin meluas keberbagai daerah di namun karena penggunaannya yang
Indonesia seiring dengan bertambahnya berulang-ulang dapat memberikan dampak
tahun. Selama tahun 2014 Kementerian resisten untuk vektor itu sendiri.10 Dalam
Kesehatan melaporkan terjadinya Kejadian rangka meningkatkan pilihan yang dapat
Luar Biasa DBD di lima provinsi yaitu Riau, digunakan dalam kesehatan masyarakat
Bangka Belitung, kepulauan Riau, sangat dibutuhkan larvasida yang dapat
Kalimantan Barat dan Sulawesi Tengah. menghindari masalah tersebut. Insektisida
Begitupun dengan kasus DBD di provinsi yang ideal haruslah efektif, efisien, ramah
Jawa Barat yang mengalami peningkatan lingkungan, dan tentunya tidak memberikan
dalam kurun waktu 2009-2014 dengan efek toksisitas yang tinggi terhadap
laporan KLB DBD di kabupaten Bandung organisme non target.
dengan kasus puncak tertinggi terjadi pada Terdapat empat metode pengendalian
tahun 2009 sebanyak 6.678 kasus.4 vektor, salah satunya adalah metode
Vektor utama yang menyebabkan kontrol biologis dengan menggunakan
demam berdarah adalah Aedes aegypti bahan-bahan alami.11 Penggunaan
yang merupakan spesies antropofilik dan tanaman untuk mengendalikan hama
memiliki kesesuaian dengan lingkungan serangga telah banyak digunakan oleh
perkotaan dan seringkali berkembangbiak masyarakat tradisional zaman dahulu.12
di kontainer-kontainer yang berisi genangan Seperti halnya minyak sereh yang telah

38
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

banyak digunakan secara luas sebagai HASIL


penolak serangga dengan metabolit
sekunder yang dihasilkannya. Berdasarkan World Health Organization (WHO)
hal tersebut, larvasida yang bersifat alami telah menerbitkan pedoman laboratorium
ini banyak menyita perhatian peneliti untuk pada tahun 2005 yang ditujukan untuk
bidang pengujian larvasida dengan
terus mengembangkan penelitian
membuat prosedur mekanisme pengujian
insektisida nabati yang bisa digunakan
sebagai pengendali vektor Aedes aegypti. larvasida yang baku. Dalam pengujiannya,
Saat ini insektisida nabati telah banyak suatu potensi senyawa sebagai insektisida
memberikan kontribusi yang bermakna harus dibandingkan dengan insektisida
untuk alternatif baru dalam meningkatkan lainnya.14 Sampai saat ini WHO belum
kesehatan masyarakat terutama dalam menetapkan kriteria standar dalam
menentukan aktivitas larvasida alami,
penurunan jumlah penyakit yang banyak
ditimbulkan oleh vektor nyamuk.13 sehingga banyak penulis membuat
karakteristik sendiri untuk potensi larvasida
Mengingat sedikitnya informasi tentang
produk alami
ekstrak tanaman yang digunakan sebagai
insektisida, maka tulisan ini akan mengulas Komalamisra et al. membuat
beberapa hasil penelitian aktivitas larvasida klasifikasi produk larvasida alami ini
alami yang bertujuan memberikan kontribusi kedalam beberapa kelompok yaitu LC50<50
informasi bagi para pencari alternatif untuk mg/L (aktif), 50 mg/L< LC50<100 mg/L
mengontrol virus dengue. (cukup aktif), 100mg/L< LC50<750 mg/L
(efektif) dan LC50>750 mg/L (tidak aktif).15
Selain itu Cheng et.al.(2003) juga membuat
METODE karakteristik larvasida alami dengan
LC50>100 mg/L (tidak aktif), LC50<100 mg/L
Hasil dalam tulisan ini menggunakan
(aktif), dan LC50< 50 mg/L (sangat aktif).16
pustaka mengenai larvasida yang
Selain itu, sampel yang dianggap aktif jika
melaporkan keefektifannya dalam bentuk
senyawa tersebut mampu membunuh
LC50. Lethal Concentration (LC50) adalah
hampir 100% larva pada konsentrasi 100
nilai konsentrasi yang dapat membunuh
mg/L.
50% dari total larva yang diujikan. Data
diperoleh dari beberapa jurnal hasil Indonesia memiliki banyak ragam
penelitian maupun laporan hasil penelitian jenis tanaman dan telah dimanfaatkan oleh
tesis S1/S2. Referensi dalam bahasa banyak orang untuk berbagai keperluan,
Indonesia dan bahasa Inggris dengan salah satunya sebagai pengembangan
rentang tahun 2007 sampai dengan tahun bahan aktif untuk insektisida nabati sebagai
2015. Studi pustaka menggunakan google alternatif pengganti insektisida kimia. Pada
dan googlescholar secara sistematis Tabel 1 menunjukkan 25 spesies tanaman
menggunakan istilah larvasida nabati, yang menghasilkan beberapa minyak
ekstrak tanaman, kandungan minyak esensial sebagai larvasida Aedes aegypti
atsiri tanaman, uji efikasi tanaman, berdasarkan dari hasil penelusuran
larvacides for Aedes aegypti, Larvicidal pustaka.
Activity, dan Chemical Composition of
Berdasarkan nilai LC50 dari hasil uji
larvacide.
yang diperoleh dari penelusuran pustaka,
Ekstrak data dilakukan dengan larvasida nabati tersebut dibagi menjadi
mempertimbangkan tanaman yang memiliki empat kelompok yaitu (1) konsentrasi
peluang untuk dapat dan mudah larvasida dengan nilai LC50<50 ppm
didapatkan. Seleksi pustaka yang diperoleh dari 8 tanaman yaitu serai dapur,
digunakan, hanya mengambil 25 jenis zodia, melati, nilam, tembakau, lengkuas,
tanaman yang dijadikan sebagai data. serai wangi dan kayu jati; (2) tanaman yang
Angka LC yang diperoleh dari 25 jenis menghasilkan aktivitas larvasida dengan
tanaman kemudian diseragamkan dalam nilai 50 ppm<LC50<100 ppm hanya pohon
hitungan ppm dan dikelompokkan untuk tanjung dan kayu putih; (3) tanaman yang
dianalisa. menghasilkan aktivitas larvasida degan nilai
100 ppm<LC50<750 ppm yaitu

39
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

Tabel 1. Aktivitas larvasida dari minyak esensial beberapa tanaman di Indonesia terhadap
larva Aedes aegypti

Bagian
No Tanaman Senyawa LC50 LC90
tanaman
Serai Dapur (Cymbopogon 51,57
1 17 Tanaman Minyak atsiri 38,30 ppm
citratus) ppm
Zodia (Evodia 6,28
2 18 Daun Evodiamine 1,94 ppm
suaveolens) ppm
Melati (Jasminum sambac
3 19 Bunga Minyak atsiri 0,999 ppm -
L.)
Batang: 31,04
-
ppm
Nilam (Pogostemon Batang Minoterpen, sekuiterpen, Daun: 46,40
4 20 -
cablin) dan Daun patchouli alcohol ppm
Batang+Daun
-
: 47,59 ppm
Tembakau (Nicotiana 6,28
5 21 Daun Alkaloid 1,94 ppm
tabacum) ppm
6 Lengkuas (Alpinia 82,16
21 Umbi Flavonoida 29,8 ppm
galanga) ppm
Serai Wangi (Andropogon 48,98
7 22 Rimpang Asam vetivetate 10,68 ppm
nardus) ppm
Kayu Jati 36,19
8 23 Kayu 2-methyl -anthraquione 27,66 ppm
(Tectona grandis L.f) ppm
Pohon tanjung (Mimusops
9 24 Batang Alkaloid, saponin, tannin 59,36 ppm -
elengi L.)
Kayu putih (Melaleuca -terpinena, terpinolena,
10 25 Daun 78,64 ppm -
cajuputi) dan -terpinena
Daun Sirih (Piper betle
11 26 Daun Minyak atsiri 309,03 ppm -
Linn)
Jeruk Manis (Citrus Limnoid, flavonoid,
12 27 Kulit 731 ppm -
sinensis) saponin, tannin
28
13 Sirsak (Anona mucicata) Daun Annonain, minyak atsiri 631 ppm -
29 Saponin, flavonoida,
14 Legundi (Vitex trifolia) Daun 837 ppm -
alkaloid
Karika (Carica Terpenoid, Alakloid dan
15 30 Biji 148,30 ppm -
pubescens) Saponin
Buah pare (Momordica
16 31 Buah - 130 ppm -
charantia L.)
Ceremai (Phyllanthus Flavonoid, tanin, 922
17 32 Daun 505 ppm
acidus) dan saponin ppm
Daun Dewa (Gynura Alkaloid, flavonoid, tanin
18 33 Daun 6.271 ppm -
pseudochina L.Dc.) galat, saponin
Belum efektif
Buah Bit (Beta vulgaris Alkaloid, flavonoid, fenol,
19 34 Buah sampai 1000 -
L.) saponin, sterol, triterpen
ppm
Akar wangi (Vetiveria Terpenoid, flavonoid,
20 35 Akar 1373,6 ppm -
zizanoides) saponin
Jinten (Coleus Saponin, flavonoida,
21 36 Daun 2467,23 ppm -
amboinicus) polifenol, minyak atsiri
Mangkokan (Nothopanax Alkaloid, tannin,
22 37 Daun 1.338 ppm -
scutellarium) Saponin, Flavonoid
Tanin, eugenol,
flavonoid, terpenoid,
Kemangi (Ocimum 3173,53
23 38 Daun minyak atsiri, asam 1290,39 ppm
sanctum Linn) ppm
heksavionat, saponin,
pentose, xilosa, asam

40
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

metal, homosianat,
asam ursolat, molludistin
Nimba (Azadirachta
24 39 Daun Azadirachtin, Salanin 8.236 ppm -
indica)
Kamandrah (Croton 2700
25 40 Biji Piperidine 769,52 ppm
tiglium) ppm

daun sirih, jeruk manis, sirsak, legundi, dikatakan bahwa hampir semua tanaman
karika, buah pare dan ceremai; (4) dapat tumbuh di berbagai daerah dengan
sedangkan konsentrasi larvasida dengan iklim yang bervariasi. Terdapat 18 jenis
nilai LC50>750 ppm yaitu daun dewa, buah tanaman yang dapat tumbuh baik pada
bit, akar wangi, jinten, mangkokan, zona iklim panas dan sedang dengan
kemangi, nimba dan kamandrah . rentang ketinggian 0-1500 mdpl diantaranya
serai wangi, akar wangi, nilam, jinten,
Selain nilai LC50, pada pustaka juga
kemangi, pohon tanjung, daun sirih, jeruk
diperoleh informasi bahwa sembilan spesies
manis, zodia, buah bit, pare, ceremai,
tanaman yang menunjukan nilai konsentrasi
mangkokan, lengkuas, nimba, kamandrah,
tertentu untuk LC90 yaitu tanaman zodia,
buah bit, kayu putih dan tembakau. Pada
tembakau, serai dapur, lengkuas, serai
dataran tinggi beriklim sejuk dengan
wangi, kayu jati, ceremai, kemangi dan
ketinggian 1500-2500 mdpl tanaman
kamandrah. Perbedaan konsentrasi pada
legundi, carica, melati dan sirsak dapat
tanaman tersebut adalah zodia, tembakau,
tumbuh baik, sedangkan tanaman serai
serai dapur, lengkuas, serai wangi, kayu jati
dapur, kayu jati dan daun dewa dapat
dan ceremai memiliki nilai LC90<100 ppm
tumbuh baik di dataran rendah maupun
sedangkan kemangi dan kamandrah
tinggi mulai dari iklim yang panas hingga
memiliki nilai LC90>100 ppm.
yang sejuk dengan rentang ketinggian
Di Indonesia, antara satu wilayah tempat 50-2700 mdpl.
dengan wilayah lainnya pasti memiliki
perbedaan karakter berdasarkan garis
lintang, ketinggian tempat maupun atmosfer BAHASAN
yang berbeda sehingga memunculkan tipe
Berdasarkan hasil pengelompokan
iklim yang berlainan. Wilayah yang berbeda
secara geografis semisal pegunungan larvasida nabati oleh Komalamisra et al15
dengan dataran rendah (pantai) tentu akan dan hasil penelusuran pustaka maka dapat
memiliki jenis flora yang berbeda. Klasifikasi dianggap bahwa 68% spesies tanaman
iklim menurut Yunghunh berdasarkan pada yang terdapat pada Tabel 1 menghasilkan
minyak atsiri yang termasuk dalam kategori
ketinggian tempat yang ditandai dengan
jenis vegetasi41 : aktif LC50<750 ppm yaitu serai dapur, zodia,
melati, nilam, tembakau, lengkuas, serai
1. Zone iklim panas : ketinggian 1-700 m wangi, kayu jati, pohon tanjung, kayu putih,
dengan suhu rata-rata 22oC. daun sirih, jeruk manis, sirsak, legundi,
2. Zone iklim sedang : ketinggian 700-1500 karika, buah pare dan ceremai. Tanaman-
m dengan suhu rata-rata 15 oC -22 oC. tanaman tersebut memiliki aktivitas
3. Zone iklim sejuk : ketinggian 1500-2500 larvasida yang tinggi dengan senyawa aktif
m dengan suhu rata-rata 11oC 15 oC yang berbeda-beda. Hasil lain dari
biasanya cocok untuk tanaman penelusuran pustaka yang diperoleh bahwa
holtikultura. minyak esensial paling aktif berasal dari
4. Zone iklim dingin : ketinggian 2500-4000 tanaman melati, zodia dan tembakau
m dengan suhu rata-rata 11 oC dengan nilai LC50 berturut-turut yaitu 0,999
5. Zone iklim salju : ketinggian lebih dari ppm, 1,94 ppm dan 1,94 ppm. Nilai LC50
4000 m. Di daerah ini tidak terdapat dari tanaman melati sebanding bahkan
tumbuhan. lebih rendah bila dibandingkan dengan
Berdasarkan klasifikasi iklim menurut dosis yang dianjurkan untuk penggunaan
Yunghunh, maka 25 jenis tanaman temephos (1 mg/L = 1 ppm) dalam
Indonesia yang tersaji di Tabel 2 dapat kontainer42, Oleh sebab itu melati dapat
digunakan sebagai alternatif yang lebih

41
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

ramah lingkungan dibandingkan dengan Kedua puluh lima jenis tanaman yang
penggunaan temephos. disajikan dalam Tabel 2 memiliki
karakteristik tempat yang berbeda-beda
Potensi toksisitas dari minyak
untuk dapat tumbuh dengan baik. Pada
esensial terhadap larva Ae. aegypti sangat
hasil telah dipaparkan memang yang
bervariasi sesuai dengan faktor intrinsik
dominan adalah tanaman yang dapat
seperti spesies tanaman, bagian tanaman,
tumbuh diiklim panas hingga sedang atau
umur tanaman, dan faktor ekstrinsik yaitu
tropis yaitu sebanyak 72%. Iklim tropis
kondisi geografis tempat tanaman tumbuh
merupakan iklim yang terjadi pada daerah
(seperti musim, curah hujan, persentase
yang berada pada 23,5 lintang utara
kelembaban, suhu, sinar matahari, dan
hingga 23,5 lintang selatan. Ciri utama
ketinggian), sumber larva,dan metode yang
iklim tropis adalah temperatur yang tinggi
digunakan.43 Oleh karena itu, antara satu
dengan angka rata- rata tahunan sekitar
tanaman dengan tanaman lainnya akan
28C. Berdasarkan letak geografis maka
menunjukkan aktivitasnya yang berbeda
Indonesia memiliki iklim tropis.46 Dengan
walaupun berasal dari satu family. Seperti
demikian 25 jenis tanaman yang dapat
halnya serai wangi dan akar wangi yang
dijadikan sebagai larvasida nabati tentunya
berasal dari satu family yaitu Poaceae tetap
cocok untuk dibudidayakan di Indonesia.
menunjukan nilai LC50 yang berbeda yaitu
1373,6 ppm (akar wangi) dan 10,68 ppm Namun ada pula tanaman yang
(serai wangi). memang hanya akan tumbuh baik pada
kondisi yang sejuk dengan ketinggian
Dalam studi pustaka ini, ditemukan
tempat diatas 1500 mdpl seperti halnya
bahwa daun adalah bagian yang paling
tanaman karika. Dieng Jawa tengah
umum digunakan dari tanaman sebagai
termasuk salah satu bagian wilayah
bahan aktif larvasida nabati, namun
Indonesia yang dapat menghasilkan
ternyata minyak esensial yang dilakukan
tanaman karika dengan baik. Dieng
ekstrak dari bagian lainnya menunjukan
termasuk dalam kabupaten Wonosobo
aktivitas larvasida lebih tinggi. Seperti
dengan daerah berupa dataran tinggi,
halnya hasil ekstrak biji srikaya (0,47 ppm)
namun meski demikian pada daerah ini juga
dan ekstrak daun lavender (259 ppm)yang
pernah terjadi lonjakan kasus DBD. Hal
menghasilkan nilai LC50. Begitupun bila
tersebut menunjukan bahwa vektor Ae.
dibandingkan dengan bagian batang seperti
aegypti mampu hidup di wilayah dataran
pada tanaman nilam. Nilai LC50 untuk
tingi 47.
ekstrak minyak atsiri dari batang nilam
(31,04 ppm) lebih rendah dibandingkan nilai Larvasida nabati yang diperoleh dari
LC50 daun nilam (46,40 ppm). Hal ini 25 jenis tanaman berbeda tentu
menunjukan bahwa aktivitas larvasida dari memperlihatkan aktivitasnya yang berbeda
ektrak batang nilam lebih tinggi meskipun berasal dari satu famili yang
dibandingkan aktivitas larvasida dari ekstrak sama. Dominasi kandungan minyak atsiri
daun nilam. Arriaga et al., (2007) antar famili satu dengan famili lainnya akan
mengungkapkan bahwa minyak esensial berbeda sehingga menghasilkan daya
dari batang Stemodia maritima L. bunuh larva nyamuk berbeda pula.
menunjukan LC50 pada 22,9 mg/ L, Menurut48 perbedaan tersebut terjadi
sedangkan minyak esensial dari daun karena adanya variasi kimia yang merespon
dikategorikan kurang aktif dikarenakan nilai terhadap perbedaan faktor luar di
LC50= 55,4 mg/ L. Hasil lainnya juga habitatnya. Pada hasil percobaannya
menunjukan bahwa minyak esensial dari dengan menggunakan metode kromatografi
batang Rollinia leptopetala R.E. Fr. Juga menunjukan bahwa spesies Piper yang
lebih aktif dibandingkan dari bagian termasuk dalam famili Piperaceae terbukti
daunnya, hal tersebut ditunjukkan dengan memiliki perbedanaan kuantitas dari jenis
hasil LC50= 34,7 mg/L untuk batang dan minyak atsiri.
LC50= 104,7 mg/L untuk daun.45

42
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

Tabel 2. Pengelompokan tanaman berdasarkan family


No Jenis tanaman Family Habitat
Tumbuh pada daerah dengan ketinggian 50
1 Serai Dapur (Cymbopogon citratus) Poaceae
2700 M dpl
Tumbuh pada daerah dengan ketinggian
2 Serai Wangi (Andropogon nardus) Poaceae
250 m -1200 m dpl
3 Akar Wangi (Vetiveria zizanoides) Poaceae Toleran di ketinggian 500 - 1.500 m dpl
Tumbuh di dataran rendah maupun tinggi
4 Nilam (Pogostemon cablin) Lamiaceae
dengan ketinggian optimal 10-400 m dpl
Kayu Jati Tumbuh baik di dataran rendah maupun
5 Lamiaceae
(Tectona grandis L.f) dataran tinggi
Tumbuh baik pada dataran rendah sampai
6 Jinten (Coleus amboinicus) Lamiaceae
1100 m dpl
Ditanam di kebun-kebun, di pagar-pagar, di
7 Kemangi (Ocimum sanctum Linn) Lamiaceae pinggir-pinggir jalan bahkan sudah
dibudidayakan
Pohon tanjung (Mimusops elengi Tumbuh baik pada ketinggian kurang dari
8 Sapotaceae
L.) 800 meter dpl
Tumbuhan subur di daerah tandus dengan
9 Kayu putih (Melaleuca cajuputi) Myrtaceae
ketinggian 0-500 m dpl
Tumbuh pada daerah ketinggian mencapai
10 Daun Sirih (Piper betle Linn) Piperaceae
300 m dpl
Tumbuh baik di daerah pegunungan sampai
11 Jeruk Manis (Citrus sinensis) Rutaceae
ketinggian 1.000 m dpl
12 Zodia (Evodia suaveolens) Rutaceae Papua dengan ketinggian 400 1.000 m dpl
13 Legundi (Vitex trifolia) Verbenaceae Tumbuh baik di atas 1.100 m dpl
Tumbuh di dataran tinggi basah, 1.500
14 Carika (Carica pubescens) Caricaceae
3.000 m dpl
Di daerah tropis. Tumbuh baik di dataran
Buah pare (Momordica charantia
15 Cucurbitaceae rendah dan dapat ditemui di tanah telantar,
L.)
tegalan, atau dibudidayakan
16 Ceremai (Phyllanthus acidus) Phyllanthaceae Tumbuh baik di daerah tropis
Daun Dewa (Gynura pseudochina Tumbuh di daerah dengan ketinggian 200-
17 Asteraceae
L.Dc.) 800 meter
Banyak ditanam di daerah dengan
18 Buah Bit (Beta vulgaris L.) Chenopodiaceae ketinggian 1.000 meter di atas permukaan
laut (m dpl)
Tumbuh di dataran tinggi pada ketinggian
19 Melati (Jasminum sambac L.) Oleaceae
10-1.600 m dpl
Tumbuh di sembarang tempat, paling baik di
20 Sirsak (Anona mucicata) Annonaceae
daerah yang cukup berair
Mangkokan (Nothopanax
21 Araliaceae Dapat tumbuh di ketinggian 1-200 mdpl
scutellarium)
Lengkuas (Alpinia Dapat hidup di dataran rendah sampai
22 Zingiberaceae
galanga) dataran tinggi sekitar 1200 mdpl
Tumbuh baik pada ketinggian sampai
23 Nimba (Azadirachta indica) Meliaceae
dengan 300 m dpl
Tumbuh ditempat beriklim lembab, dari 250 -
24 Kamandrah (Croton tiglium) Euphorbiaceae
1500 meter
Tembakau (Nicotiana
25 Solanaceae Ketinggian tempat antara 0 600 m
tabacum)

43
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

Poaceae dan Lamiaceae adalah dua berita/nasional/umum/15/07/27/ns4e7t3


famili yang paling dominan dari kedua puluh 65-jumlah-kasus-baru-dbd-meningkat-
lima tanaman yang tersaji di Tabel 2. Pada 30-kali-lipat.
kenyataannya Poaceae adalah famili
2. World Health Organization. Dengue:
terbesar keempat tanaman berbunga di
guidelines for diagnosis, treatment,
dunia dan berjumlah sekitar 11.000 spesies
prevention and control. 2009
dengan 800 marga yang tersebar di
kawasan beriklim sedang, tropis dan sub 3. Kementerian Kesehatan Republik
tropis.49 Serai wangi dan akar wangi Indonesia. Demam Berdarah Dengue.
termasuk dalam famili Poaceae yang Buletin Jendela Epidemiologi. 2014;2.
memang banyak di temukan di daerah 4. Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.
dataran rendah atau beriklim sedang. laporan tahunan program
Bahkan sekarang ini sudah banyak pemberantasan demam berdarah
dibudidayakan di pekarangan rumah. dengue tahun 2013. 2014.
5. World Health Organization. Global
KESIMPULAN strategy for dengue prevention and
control 20122020.
Tanaman di Indonesia memiliki
potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai 6. Eldridge BF. Mosquitoes, the Culicidae.
alternatif larvasida nabati dengan minyak Marquardt WC Biol Dis vectors, 2nd
esensial yang dihasilkannya. Dua puluh edn. 2005:95-111.
lima Spesies tanaman yang disajikan pada 7. Konishi E. Issues related to recent
artikel ini, sebanyak 68% memiliki efektifitas dengue vaccine development. Trop
yang tinggi sebagai larvasida nabati. Melati, Med Health. 2011;39
zodia dan tembakau merupakan tanaman (SUPPLEMENT):S63-S71.
dengan efektifitas yang paling tinggi doi:10.2149/tmh.2011-S01.
dibandingkan dengan yang lainnya dengan
nilai LC50 yaitu 0,999 ppm, 1,94 ppm dan 8. Ridha MR, Nisa K. Larva Aedes aegypti
1,94 ppm. Famili Poaceae dan Lamiaceae sudah toleran terhadap temephos di
merupakan dua famili yang memiliki jumlah kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan. J
spesies paling banyak dalam menghasilkan Vektora. 1971;III(2):93-111.
aktivitas larvasida. Dua puluh lima jenis 9. Tikar SN, Mendki MJ, Chandel K,
tanaman yang disajikan dalam artikel ini Parashar BD, Prakash S. Susceptibility
merupakan tanaman yang memang cocok of immature stages of Aedes
dibudidayakan di Indonesia dengan (Stegomyia) aegypti; vector of dengue
karakteristik iklim tropis. and chikungunya to insecticides from
India. Parasitol Res. 2008;102(5):907-
913. doi:10.1007/s00436-007-0848-5.
SARAN
10. World Health Organization. Vector
Diharapkan tulisan ini dapat menjadi resistance to pesticides: fifteenth report
dasar literatur untuk penelitian lanjut dan of the WHO expert committee on vector
penelitian yang lebih mendalam mengenai biology and control. WHO Technical
tanaman melati. Penelitian lanjut dapat Report Series 818, Geneva. 1992
berupa identifikasi senyawa aktif dan
isolasinya. Penelitian lanjut juga dapat 11. World Health Organization. Handbook
berupa modifikasi metoda agar didapatkan for integrated vector management.
bahan aktif dari tanaman melati yang lebih Outlooks Pest Manag. 2012;24(3):1-78.
optimal. doi:10.1564/v24_jun_14.

DAFTAR PUSTAKA 12. Dharmagadda VSS, Naik SN, Mittal PK,


Vasudevan P. Larvicidal activity of
1. Jumlah Kasus Baru DBD Meningkat 30 Tagetes patula essential oil against
Kali Lipat | Republika Online.[internet] three mosquito species. Bioresour
[Disitasi tanggal 27 Desember 2016]. Technol. 2005;96(11):1235-1240.
Diakses dari http://www.republika.co.id/ doi:10.1016/j.biortech.2004.10.020.

44
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

13. Amaral FMM, Ribeiro MNS, Barbosa- 22. Boesri H, Heriyanto B, Handayani SW,
Filho JM, Reis AS, Nascimento FRF, Suwaryono T. Uji toksisitas beberapa
Macedo RO. Plants and chemical ekstrak tanaman terhadap larva Aedes
constituents with giardicidal activity. aegypti vektor demam berdarah
Rev Bras Farmacogn. 2006;16:696- dengue. Vektora. 2015;7(1):29-38.
720. doi:10.1590/S0102-
23. Nugraha DR. Ekstrak kayu jati (tectona
695X2006000500017.
grandis l.f) sebagai bio-larvasida jentik
14. World Health Organization. Guidelines nyamuk demam berdarah (Aedes
for laboratory and field testing of Aegypti). Bogor; 2011.
mosquito larvicides. WHO, Geneva.
24. Widawati M, Almierza L. Analisis
15. Komalamisra N, Trongtokit Y, pengaruh ekstrak non-polar batang
Rongsriyam Y, Apiwathnasorn C. pohon tanjung terhadap larva Aedes
Screening for larvicidal activity in some aegypti (L.). Aspirator. 2012;4(2):59-63.
Thai plants against four mosquito
25. Syukrillah F. Komposisi kimia dan
vector species. Southeast Asian J Trop
aktivitas larvasida Aedes aegypti
Med Public Health. 2005;36(6):1412-
minyak kayu putih dari berbagai sentra
1422.
produksi di indonesia. Bogor; 2014.
16. Cheng S-S, Chang H-T, Chang S-T,
26. Oka IM, Parwata A, Santi SR,
Tsai K-H, Chen W-J. Bioactivity of
Sulaksana IM, Alit A. Aktivitas larvasida
selected plant essential oils against the
minyak atsiri pada daun sirih (Piper
yellow fever mosquito Aedes aegypti
betle Linn) terhadap larva nyamuk
larvae. Bioresour Technol.
Aedes aegypti. Journal of Chemistry.
2003;89(1):99-102. doi:10.1016/S0960-
2011;5(1):88-93.
8524(03)00008-7.
27. Nurhaifah D, Sukesi TW. Efektivitas air
17. Mulyani S. granul minyak serai dapur
perasan kulit jeruk manis sebagai
sebagai larvasida nyamuk Aedes
larvasida nyamuk Aedes aegypti.
aegypti. Tradit Med J.
Kesmas. 2014;9(3):207-213.
2014;19(September):138-141.
28. Ruliansyah A, Ridwan W, Kusnandar
18. Susanti, Lulus. Boesri H. Toksisitas
AJ. Efikasi Berbagai konsentrasi
biolarvasida ekstrak tembakau
ekstrak daun sirsak (Anona muricata)
dibandingkan dengan ekstrak zodia
terhadap jentik nyamuk Culex
terhadap jentik vektor demam berdarah
quinquefasciatus. Aspirator.
dengue (Aedes aegypti). Bul Penelit
2009;1(1):46-50.
Kesehat. 2012;40(2):75-84.
29. B. Eka C., Setyanimgrum E. Uji
19. Dwi R. Uji Aktivitas larvasida minyak
efektivitas larvasida ekstrak daun
atsiri bunga melati (Jasminum Sambac
legundi (Vitex trifolia ) terhadap larva
(L.)ait) terhadap daya bunuh larva
Aedes aegypti. Med J Lampung Univ.
nyamuk Aedes eegypti instar III.
2013;2(4):52-60.
Surakarta; 2007.
30. Supono, Sugiyarto, Susilowati A.
20. Halimah Pramifta, Diana. Zetra, Yulfi.
Potensi ekstrak biji Karika (Carica
P. Minyak atsiri dari tanaman nilam
pubescens) sebagai larvasida nyamuk
(Pogostemon Cablin Benth.) melalui
Aedes aegypti. El-Vivo. 2014;2(1):78-
metode fermentasi dan hidrodistilasi
89.
serta uji bioaktivitasnya.; 2011.
31. Susilawati dan Hermansyah. Aktivitas
21. Susanti Hasan LB. Toksisitas
larvasida ekstrak metanol buah pare
biolarvasida ekstrak tembakau
(Momordica charantia L.) terhadap
dibandingkan dengan ekstrak zodia
larva Aedes aegypti. Molekul.
terhadap jentik vektor demam berdarah
2015;10(1):33-37.
dengue (Aedes aegypti). Buletin
Penelitian Kesehatan. 2012;40(2):75- 32. Pratiwi Y, Haryono T, Rahayu YS.
84. Efektivitas Ekstrak daun ceremai

45
SPIRAKEL, Vol.8 No. 2, Bulan Desember Tahun 2016: 37-46 Potensi Tanaman Indonesia (Yoke dan Mutiara)
DOI : 10.22435/spirakel.v8i2.6166.37-46

(Phyllanthus acidus) terhadap 41. Klasifikasi Iklim Junghuhn | GEO


mortalitas larva Aedes aegypti. J WEBCLASS. [disitasi tanggal 27
LenteraBio. 2013;2(3):197-201. Desember 2016]. Diakses dari
https://agnazgeograph.wordpress.com/
33. Fuadzy H, Marina R. Potensi daun
2013/01/23/klasifikasi-iklim-junghuhn/.
dewa (Gynura pseudochina [L.] DC.)
sebagai larvasida Aedes aegypti 42. World Health Organization.
(LINN.). Aspirator. 2012;4(April):7-13. Recommended compounds and
formulations for control of mosquito
34. Widawati M, Prasetyowati H. Effectivity
larvae. whopes/Mosquito_Larvicides_
of beta vulgaris L. Extract with various
Sept_2012.pdf.
solvent fractions to Aedes aegypti
Larval Mortality. Aspirator. 43. Morais LAS De. Influncia dos fatores
2013;4(2):59-63. Diakses dari abiticos na composio qumica dos
http://ejournal.litbang.depkes.go.id/inde leos essenciais. Hortic Bras.
x.php/aspirator/article/view/3008. 2009;27(2):4050-4063.
35. Lailatul L, Kadarohman, Asep. , Eko R. 44. Arriaga AMC, Rodrigues FEA, Lemos
Efektivitas biolarvasida ekstrak etanol T, et al. Composition and larvicidal
limbah penyulingan minyak akar wangi activity of essential oil from Stemodia
(Vetiveria zizanoides) terhadap larva maritima L. NatProdComm.
nyamuk Aedes aegypti, Culex sp, dan 2007;2(12):1237-1239.
Anopheles sundaicus. J Sains dan
45. Feitosa AMC. Santiago, GMP. Lemos,
Teknol Kim. 2010;1(1):59-65.
TLG. Oliveira, MCF. Vasconcelos, JN.
36. Dewi AB. Uji potensi ekstrak daun Lima, JQ. Malcher, GT. Nascimento,
jinten (Coleus amboinicus) sebagai RF. Braz-Filho R EMAA. Chemical
larvasida nyamuk Aedes aegypti. composition and larvicidal activity of
Jember; 2012. Rollinia leptopetala (Annonaceae). J
Braz Chem Soc. 2009;20:375-378.
37. Ahdiyah Indah, Kristanti IP. Pengaruh
ekstrak daun mangkokan (Nothopanax 46. Karyono TH. Wujud Kota Tropis Di
scutellarium) sebagai larvasida nyamuk Indonesia: Suatu Pendekatan Iklim,
Culex sp. J Sains dan Seni ITS. Lingkungan Dan Energi. Dimens Tek
2015;4(2):2337-3520. Arsit. 2001;29:141-146.
38. Kartika D. Efek larvasida ekstrak etanol 47. Pramestuti N, Martini. Perbedaan siklus
daun kemangi (Ocimum sanctum Linn) gonotropik dan peluang hidup Aedes
terhadap larva instar III Aedes aegypti. sp. di kabupaten Wonosobo. Jurnal
JKKI. 2014;6(1):37-45. Ekologi Kesehatan. 2012;11(3):194-
201.
39. Aradilla, Ashry S. Uji efektivitas
larvasida ekstrak ethanol daun mimba 48. Purnomo, Asmarayani R. Hubungan
(Azadirachta Indica) terhadap larva kekerabatan antar spesies Piper
Aedes aegypti. Semarang; 2009. berdasarkan sifat morfologi dan minyak
atsiri daun di Yogyakarta. J Biol Divers.
40. Astuti EP. Efektivitas minyak biji
2005;6(1):12-16.
kamandrah (Croton Tiglium) dan jarak
pagar (Jatropha curcas) sebagai 49. P P, Soreng R. Systematic of California
larvasida, anti-oviposisi dan ovisida Grasses. London: University of
nyamuk Aedes aegypti dan Aedes California Press; 2007.
albopictus. Bogor; 2008.

46

Você também pode gostar