Escolar Documentos
Profissional Documentos
Cultura Documentos
Sebagaimana diuraikan dalam Bab III, populasi dari penelitian ini adalah
perusahaan-perusahaan perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Per bulan Juli
2008 tercatat 30 bank yang telah melakukan listing. Berikut ini adalah kriteria-kriteria
Tabel IV.1
Penyaringan Sampel
Dikurangi:
Dikurangi:
beban operasional).
45
Berikut ini adalah dua puluh emiten yang dijadikan sampel dalam penelitian:
waktu 2004-2006, di mana tambahan informasi Laporan Laba Rugi tahun 2003
diperlukan untuk penghitungan indeks perataan laba tahun 2004 (mengingat salah satu
46
unsur dari formula indeks ini adalah n-1). Artinya, peneliti melakukan pengamatan
terhadap enam puluh Laporan Tahunan sampel ditambah dua puluh Laporan Laba Rugi.
independen yang dibutuhkan. Hal ini mengakibatkan kelima data tersebut tidak dapat
diikutsertakan dalam pengolahan uji regresi logistik. Artinya, total data dalam uji regresi
Tabel IV.2
Nilai signifikansi sebesar 0,618 > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada
model mampu memprediksi nilai observasi tersebut, atau dengan kata lain,
47
IV.2.2 Uji Normalitas
Tabel IV.3
Komisaris_
Dewan_ Independen_
Direksi_X3 X4
N 60 57
Normal Parameters a,b Mean 6.77 .4396
Std. Deviation 2.480 .12992
Most Extreme Absolute .121 .135
Differences Positive .118 .128
Negative -.121 -.135
Kolmogorov-Smirnov Z .934 1.019
Asymp. Sig. (2-tailed) .348 .250
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
probabilitas 0,250 yang keduanya lebih besar daripada 0,05. Artinya, kedua
Tabel IV.4
Coefficients(a)
Collinearity Statistics
48
Berdasarkan tabel di atas, dapat terlihat bahwa seluruh variabel
independen dalam penelitian ini memiliki VIF < 5. Artinya, tidak terjadi
Berikut ini adalah tabel output SPSS untuk Descriptive dalam Descriptive
Lampiran 2).
Tabel IV.5
Descriptive Statistics
perataan laba sebesar 65% dari total 60 Laporan Laba Rugi yang diamati dalam
penelitian ini (lihat Lampiran 2). Hal ini didukung dengan mean perataan laba yang
menunjukkan angka mendekati 1, yang artinya secara rata-rata, emiten yang dijadikan
49
Kemudian untuk variabel keberadaan Sekretaris Perusahaan dan Komite Audit
juga menunjukkan mean mendekati 1, yang berarti bahwa secara rata-rata, emiten telah
memiliki Sekretaris Perusahaan dan Komite Audit yang memenuhi syarat. Hal ini
diperkuat oleh hasil output tabel Frequency yang menunjukkan bahwa sebanyak 51
Rata-rata ukuran Dewan Direksi adalah 6,77 atau dapat dibulatkan menjadi 7
orang. Ukuran minimum dalam sampel adalah 2 orang, dan ukuran maksimum adalah 13
minimum yang disyaratkan oleh Bank Indonesia yaitu minimum 3 orang direktur.
Dalam penelitian ini, hanya ditemukan satu sampel yang melakukan pelanggaran
tersebut.
disyaratkan oleh Bursa Efek Indonesia yaitu sebesar 30%. Frekuensi tertinggi dari
komposisi Dewan Komisaris Independen adalah 50%, dan frekuensi terendah adalah
17%, 25%, 60% dan 75%, sedangkan komposisi terkecil dalam sampel adalah 17% dan
komposisi terbesar 75%. Berdasarkan hasil statistik deskriptif ini, diketahui hanya
besar bank yang mendaftarkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia telah memenuhi
50
IV.4 Uji Regresi Logistik
Berikut ini adalah output dari analisa binary logistic regression disertai dengan
1. Model Summary
Tabel IV.6
R Square
Model Summary
Cox & Snell R Square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R
Square pada multiple regression yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan
nilai maksimum kurang dari 1 sehingga sulit untuk diinterpretasikan. Oleh karena itu,
Nagelkerke R Square yang merupakan modifikasi dari Cox & Snell di mana nilainya
bervariasi dari 0-1, akan lebih mudah untuk diinterpretasikan sebagaimana interpretasi
atas R Square pada multiple regression atau Pseudo R-Square dalam multinominal
logistic regression.
Nagelkerke R Square pada tabel di atas menunjukkan nilai sebesar 0,242 atau
24%. Hal ini berarti, variabilitas variabel dependen dapat dijelaskan oleh variabilitas
mempengaruhi variabel dependen secara serentak pada kisaran 24%, sedangkan 76%
51
lainnya dipengaruhi atau dijelaskan oleh variabel-variabel yang tidak dimasukkan dalam
penelitian ini.
Ada pun variabel-variabel lain yang telah teruji memiliki pengaruh terhadap
praktek perataan laba antara lain tingkat profitabilitas (Archibald (1967), White (1970),
Ashari dkk (1994), Carlson dan Chenchuramaiah (1997)), kelompok usaha/jenis industri
(Belkaoui dan Picur(1984), Albretch dan Richardson (1990), Ashari (1994)), ukuran
perusahaan yang diukur dari total aktiva (Moses (1987), Machfoedz (1994), Albretch et.
Tabel IV.7
Melalui tabel di atas, dapat diperoleh suatu persamaan regresi logistik sebagai
berikut.
1-p
52
Signifikansi (Sig.) pada tabel di atas menunjukkan pengaruh masing-masing
dijelaskan dalam Bab III, penelitian ini menggunakan tingkat signifikansi 10%, sehingga
suatu variabel independen dianggap memiliki pengaruh yang signifikan apabila nilai
signifikansinya (Sig.) lebih kecil daripada 0,1. Meski demikian, perbandingan dengan
koefisien regresi (nilai B dalam tabel), dilengkapi dengan interpretasi yang disajikan
untuk menjawab rumusan masalah serta membutkikan Ha.1-Ha.4 dalam penelitian ini.
Tingkat signifikansi 0,093 lebih besar daripada 0,05 (tingkat signifikansi 5%),
namun masih lebih kecil dari 0,1 (tingkat signifikansi 10%). Artinya, masih terdapat
perataan laba (H0 ditolak). Maka, apabila signifikansi 10% digunakan dalam penelitian
ini, kemungkinan terjadinya kesalahan atas hipotesa yang diambil adalah sebesar 9,3%,
atau dengan kata lain, terdapat probabilitas sebesar 9,3% di mana ternyata keberadaan
laba. Penelitian dengan jumlah sampel lebih banyak dan dalam rentang waktu yang lebih
Sekretaris Perusahaan yang memenuhi syarat), maka variabel perataan laba = 0 (tidak
53
terjadi perataan laba). Artinya, keberadaan Sekretaris Perusahaan dapat memperkecil
Meskipun tidak dalam tingkat yang sangat signifikan, akan tetapi dapat
dilakukannya perataan laba oleh pihak manajemen (Ha.1 diterima). Hal ini dikarenakan
informasi, yang mana hal tersebut dapat mengurangi asimetri informasi dan
tidak dapat dikategorikan sangat signifikan tersebut mungkin disebabkan tidak terdapat
peraturan yang konsisten mengenai penunjukkan sekretaris itu sendiri. Posisi Sekretaris
Perusahaan dapat diisi oleh seorang Direktur, namun dengan beberapa ketentuan bisa
pula diisi oleh orang yang berada di luar jajaran direksi, di mana kedua hal ini mungkin
memiliki tingkat signifikansi yang berbeda dalam hal pengaruhnya terhadap praktek
perataan laba.
Tingkat signifikansi 0,108 lebih besar daripada 0,1 yang dapat diinterpretasikan
bahwa keberadaan Komite Audit tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perataan
laba (H0 diterima, Ha.2 ditolak). Akan tetapi, selisih nilai signifikansi ini hanya sebesar
54
0,008 sehingga meskipun dalam jumlah yang tidak signifikan, masih terdapat sedikit
Meskipun tidak signifikan, akan tetapi dapat disimpulkan bahwa keberadaan Komite
Audit cukup efektif untuk meningkatkan kualitas keterbukaan informasi serta untuk
Selain itu, dapat pula disimpulkan bahwa beberapa syarat yang harus dipenuhi
dalam suatu Komite Audit telah berhasil membentuk suatu komite yang cukup efektif
Komisaris Independen sebagai Ketua Komite Audit, serta syarat bahwa seluruh anggota
Komite Audit tidak boleh terlibat dalam kegiatan manajemen sehari-hari, yang mana
kedua syarat tersebut dapat meningkatkan objektivitas Komite Audit dalam menjalan
Audit terhadap praktek perataan laba mungkin dikarenakan minimnya ukuran Komite
Audit yang disyaratkan oleh BI, BEI, dan Bapepam. Syarat minimun yang terbilang
kecil (3 orang) dapat membuat para emiten merasa cukup hanya dengan memiliki
Komite Audit beranggotakan tiga orang saja. meskipun secara logika, seharusnya ukuran
suatu komite dalam perusahaan bervariasi untuk setiap perusahaan disesuaikan dengan
tingkat kompleksitasnya.
55
Variabel X3 (Ukuran Dewan Direksi)
terhadap praktek perataan laba (H0 ditolak, Ha.3 diterima). Hal ini ditunjukkan dengan
nilai signifikansi 0,009 yang berada jauh di bawah tingkat signifikansi 5% sekalipun.
Dalam penelitian ini, ukuran Dewan Direksi merupakan variabel independen yang
Nilai koefisien regresi 0,381 menunjukkan terdapat pengaruh yang searah antara
ukuran Dewan Direksi dengan paktek perataan laba. Artinya, peningkatan jumlah
Dewan Direksi dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya perataan laba. Atau dengan
kata lain, semakin banyak jumlah Dewan Direksi semakin membuka peluang untuk
pengambilan keputusan secara efektif, tepat, dan cepat serta dapat bertindak independen.
Maka berdasarkan hasil penelitian ini, dapat disimpulkan bahwa ukuran direksi yang
terlalu besar dapat menghambat efektivitas peranan Dewan Direksi dalam industri
perbankan. Keputusan yang efektif dan tepat akan sulit dilakukan dengan cepat apabila
direksi terhadap kinerja manajer menjadi tidak optimal sehingga membuka lebih banyak
Selain itu, untuk mencapai efektivitas dalam struktur direksi, diperlukan pula
suatu alur komunikasi yang baik antar direktur, serta alur komunikasi yang baik antara
56
kepada Dewan Direksi). Oleh karena itu, ukuran Dewan Direksi yang terlalu besar akan
pengawasan direksi terhadap kinerja Satuan Kerja Audit Intern yang memegang peranan
penting dalam internal control perusahaan dapat menjadi kurang maksimal karena
laba (H0 diterima, Ha.4 ditolak). Ada pun nilai koefisien regresi sebesar -1,721
bersangkutan. Pada prakteknya, Dewan Komisaris seringkali memainkan peran pasif dan
dianggap tidak memiliki manfaat. Padahal seharusnya, Dewan Komisaris merupakan inti
dari terlaksananya good corporate governance, yaitu dalam hal mengawasi manajemen
sekedar memenuhi ketentuan formal (misalnya ketentuan komposisi minimun 30% yang
disyaratkan oleh BEI) meskipun kenyataannya para komisaris tersebut tidak banyak
57
IV.5 Perbandingan Hasil Penelitian
menggunakan variabel 100% sama dengan penelitian ini. Variabel dependen dan
variabel independen dalam penelitian ini diambil dari penelitian-penelitian lain yang
terpisah.
oleh Herawaty dan Suwito (2005), Salho dan Baridwan (2000), dan Masodah (2007).
Variabel-variabel independen dalam penelitian ini sebagian diambil dari penelitian lain
variabel tersebut adalah bahwa perataan laba merupakan salah satu teknik dalam
manajemen laba.
Setiawan (2007), kemudian variabel ukuran Dewan Direksi diambil dari penelitian
penelitian Nasution et. al. serta Ujiyantho et. al. Sedangkan untuk pemilihan variabel
keberadaan Sekretaris Perusahaan adalah murni hasil pemikiran peneliti. Kalau pun ada
kesamaan dengan penelitian lain dalam hal variabel keberadaan Sekretaris Perusahaan,
membandingkan hasil penelitian dengan peneliti lain dalam hal variabel perataan laba,
Independen.
58
Perbandingan Untuk Variabel Y (Perataan Laba)
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 65% sampel melakukan perataan laba.
Hal ini konsisten dengan penelitian Herawaty et. al., Salho et. al. dan Masodah yang
menunjukkan bahwa mayoritas sampel melakukan perataan laba. Akan tetapi, terdapat
perbedaan dalam hal pemilihan tingkat laba yang diuji. Ketiga penelitian tersebut
Bila dibandingkan dengan indeks perataan yang juga pada tingkat laba
operasional dalam penelitian Ashari, Koh, Tan, dan Wong (1994) sebagaimana
tercantum dalam Herawaty et. al., memang terdapat indikasi perataan laba (income
perbankan sebagai populasi dalam penelitiannya. Sedangkan penelitian Herawaty et. al.,
Salho et. al, dan Ashari et. al. meneliti populasi perusahaan publik yang terdaftar di BEI
tanpa ada spesifikasi khusus mengenai jenis industrinya. Akan tetapi secara umum dapat
disimpulkan bahwa hasil indeks perataan laba dalam penelitian ini konsisten dengan
Dalam penelitian lain yang membahas manajemen laba secara umum, dibuktikan
manipulasi laba oleh manajemen (Nasution et. al.). Menurut Nasution et. al., hasil
59
tersebut konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Xie, Davidson, Dadalt (2003),
Hasil penelitian tersebut jelas bertentangan dengan hasil penelitian ini, di mana
pengaruh keberadaan Komite Audit terhadap perataan laba tidaklah signifikan. Namun
Komite Audit dapat mengurangi tindak perataan laba yang dilakukan oleh pihak
manajemen.
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Utama dan Veronica (2005) yang
terhadap praktek manajemen laba (hasil ini dicantumkan dalam penelitian Nasution et.
al.). Hanya penelitian Utama et. al. inilah yang menurut pengetahuan peneliti,
antara ukuran dewan direksi dengan praktek perataan laba. Sebagaimana dikutip
Darmawati (2003), hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Dechow (1996), Beasley (2000), Klein (2000) dan Chtourou (2001) yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh negatif yang signifikan antara ukuran Dewan
Selain itu, hasil penelitian ini juga tidak konsisten dengan penelitian yang
dilakukan oleh Widyaningdyah yang menunjukkan bahwa ukuran Dewan Direksi tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap praktek manajemen laba. Akan tetapi dari segi
60
koefisien regresinya, penelitian Widyaningdyah tersebut menunjukkan hasil yang sama
dengan penelitian ini, yaitu ukuran Dewan Direksi berpengaruh searah dengan
manajemen laba.
Ada pula penelitian yang dilakukan oleh Jensen, sebagaimana dikutip oleh
Widyaningdyah, yang menunjukkan hasil yang konsisten dengan penelitian ini, yaitu
bahwa ukuran Dewan Direksi berpengaruh positif secara signifikan terhadap praktek
manajemen laba.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tidak terdapat pengaruh yang signifikan
Sebagaimana tercantum dalam Nasution et. al., hasil penelitian ini konsisten dengan
penelitian yang dilakukan oleh Utama et. al, Klein (2002), dan Boediono (2005).
Sebaliknya, hasil penelitian ini tidak konsisten dengan penelitian yang dilakukan
oleh Nasution et. al. dan Ujiyantho et. al. yang menyatakan bahwa terdapat pengaruh
manajemen laba.
Namun demikian, bila dlihat dari nilai koefisien yang negatif, hasil penelitian ini
konsisten dengan penelitian yang dilakukan oleh Klein dan Nasution et. al., namun
61
1. Perbedaan populasi, misalnya dalam hal jenis industri, di mana seringkali
dapat bervariasi antara satu industri dengan industri lainnya. Contohnya, Bank
Selain itu, perbedaan negara asal populasi juga dapat mempengaruhi perbedaan
hasil penelitian;
suatu variabel di waktu yang lalu belum tentu sama dengan hal-hal yang
62